Anda di halaman 1dari 11

KOMUNIKASI RITUAL PEZIARAH “NGALAP BERKAH”

DI KAWASAN WISATA GUNUNG KEMUKUS


(Studi Etnografi Komunikasi Tentang Budaya Ritual Ziarah di Kawasan Wisata
Gunung Kemukus, Desa Pendem, Kecamatan Sumber Lawang, Sragen-Jawa Tengah)

Rahmi Setiawati 1
Priyanto2
1,2 Laboratorium Pariwisata, Program Vokasi UI, rahmisetyawati@yahoo.com, priyanto74@yahoo.com

Diterima : 1 Mei 2015 Layak Terbit : 1 Juni 2015

Abstrak
Artikel ini membahas komunikasi ritual peziarah “ngalap berkah” di kawasan wisata gunung
kemukus, studi etnografi komunikasi tentang budaya ritual ziarah di kawasan wisata gunung
kemukus, desa Pendem, kecamatan Sumber Lawang, Sragen-Jawa Tengah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa bagi masyarakat setempat pesan apa yang tersembunyi di balik ritual ini masih
bersifat ambiguitas. Namun dalam proses interaksi sosial antara masyarakat asli dengan masyarakat
pendatang, baik dari segi mata pencaharian, pola perilaku yang berbeda, menyebabkan masyarakat
setempat berusaha menerima perubahan makna “ngalap berkah”. Hal ini disebabkan ketika lokasi
ziarah telah berubah atau dikonstruksikan untuk komodifikasi wisata, serta dianggap mampu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah setempat, yang berdampak pada peningkatan kondisi
sosial dan ekonomi pada masyarakat Desa Pendem.
Kata Kunci: komunikasi ritual, etnografi komunikasi, ritual ziarah ngalap berkah, gunung kemukus

Abstract
This article is explain of ritual commucation pilgrim "ngalap berkah" in the Kemukus mountain,
ethnographic study of communication about cultural tourism zone ritual pilgrimage in Mount
Kemukus, Pendem Village, District Sumber Lawang, Sragen, Central Java. The results showed that
for the local community a message of what is hidden behind this ritual is still ambiguity. But in the
process of social interaction between indigenous communities with immigrant communities, both in
terms of livelihoods, different behavior patterns, causing local people trying to accept changes to the
meaning of "ngalap berkah". It is caused when the pilgrimage locations have changed or constructed
for tourist commodification, and is thought to enhance the growth of local economies, which have an
impact on improving social and economic conditions of the communities in Pendem.
Keywords: ritual communication, ethnographic communications, ritual pilgrimage ngalap berkah,
kemukus mountain

kesakralan Makam Pangeran Samudro itu


PENDAHULUAN sendiri dan kisah yang beredar di tengah
Latar Belakang masyarakat. Kepercayaan yang berkembang di
Perilaku ritual ziarah merupakan salah bentuk tengah-tengah masyarakat tentang Makam
komunikasi yang dilakukan sebagian Pangeran Samudro yaitu adanya keyakinan di
masyarakat di Indonesia, salah satunya sebagian masyarakat bahwa apabila ingin
sebagian masyarakat Jawa. Salah satu tempat ngalap berkah agar permohonannya terkabul,
petilasan yang dijadikan tempat tirakat adalah maka orang yang datang ke Makam Pangeran
Makam Pangeran Samudro yang terletak di Samudro harus melakukan ritual
Pegunungan Kemukus, Sumberlawang, berhubungan intim dengan lawan jenis yang
Sragen. bukan suami atau istrinya selama 7 (tujuh)
Objek wisata ini menjadi menarik karena kali dalam satu lapan (1 lapan = 35 hari).
KOMUNIKASI RITUAL PEZIARAH “NGALAP BERKAH” DI KAWASAN WISATA GUNUNG KEMUKUS
(Studi Etnografi Komunikasi Tentang Budaya Ritual Ziarah di Kawasan Wisata Gunung Kemukus, Desa Pendem,
Kecamatan Sumber Lawang, Sragen-Jawa Tengah)
Rahmi Setiawati ,Priyanto
Volume 3 Nomor 2 ,pp 74-84

Kepercayaan yang berkembang di tengah Jawa umumnya, yaitu bahwa praktek


masyarakat tersebut menimbulkan opini di asketisme itu bukan hanya bertujuan untuk
masyarakat, apa tujuan dari ritual yang merasakan kekuasaan Tuhan, “naik ke jalan
sebenarnya. Tuhan”, melainkan juga dalam rangka
Ritual ziarah tidak terlepas dari makna yang mencapai tujuan-tujuan duniawi, kesuksesan
terkandung dalam suatu tindakan yang terdiri atau keluar dari persoalan duniawi.
dari simbol-simbol budaya yang dipahami Berkembangnya ritual seks di Gunung
melalui relasi-relasi yang ada dari setiap Kemukus, tidak terlepas dari bentuk
unsurnya. Relasi ini dapat terbentuk melalui komunikasi ritual yang berdasarkan adanya
komunikasi ritual, menurut James Carey kepercayaan pada sebagian masyarakat
(1992:45) bahwa komunikasi sebagai sebuah tertentu dalam melakukan “ngalap berkah”
bentuk model ritual yang mampu menjadi harus melakukan hubungan seks sebanyak 7
sarana pembentuk kebudayaan masyarakat. kali, bila dikaitkan dengan sejarah seks setua
Sejak tahun 60-an, makam Pangeran Samudra sejarah manusia. Tuhan menganugrahkan
menjadi tempat yang banyak dikunjungi manusia tidak hanya akal fikiran tapi juga
peziarah dari berbagai wilayah di Jawa, nafsu syahwati yang dengan keduanya
terutama pada malam satu Syura (satu manusia bisa mencapai segala cita-citanya.
muharam) dan juga setiap malam jumat pon. Michel Foucaults (2000) memandang bahwa
Waktu tersebut dianggap baik untuk seksualitas itu tidak dapat didefinisikan
melakukan tirakat, sehingga dapat terkabul dengan tepat, baik berangkat dari pandangan
tujuan dari ziarah tersebut. biologis maupun ideologis. Menurutnya
Perkembangannya kini, kegiatan ziarah di seksualitas selalu merupakan hasil suatu
makam Gunung Kemukus selalu menjadi konstruksi sosial tertentu. Sejalan dengan itu
fenomena asktisme Jawa yang menarik untuk Santiso dalam Women, Religion and Sexuality
diperbincangkan, terutama karena kegiatan (1990:193) mengatakan bahwa seksualitas
ritual ini selalu dikaitkan dengan kegiatan dialami dalam kebudayaan tertentu yang
mencari pesugihan atau kehidupan yang lebih akhirnya mempengaruhi bagaimana manusia
baik melalui ritual ngalap berkah dengan mengalami seksualitas tersebut. Jadi masalah
menjalani prosesi ritual seks di sekitar makam seksualitas bukan hanya masalah biologis fisik
Pangeran Samudera. semata, juga bukan masalah ideologis, tetapi
Praktek asketisme Islam Jawa di Gunung juga masalah budaya. Artinya seksualitas
Kemukus yang diwarnai oleh kegiatan ngalap tidak dapat didefinisikan secara tunggal hanya
berkah, mencari pesugihan, dan proses ritual berdasarkan pada satu pengalaman saja.
seks, dapat dikaji dari asumsi tentang Setiap orang memiliki parameter untuk
penyimpangan ajaran mistisme Islam Jawa seksualitas dirinya. Adanya keragaman
yang berkembang sejak ratusan tahun yang wacana tentang seks dalam setiap masyarakat
lalu di masyarakat Jawa (Sumiarni, 1989). membuat sikap setiap masyarakat terhadap
Penyimpangan ajaran mistisisme Islam Jawa seksualitas wargaya berbeda satu sama lain. 1
ini dapat dikaitkan dengan pendapat Geertz Foucault ini meneguhkan bahwa seks
(1969) dan juga Zoetmulder (2000) yang memiliki kecenderungan untuk menggantikan
menyatakan konsep mistik Jawa acapkali agama dalam menyelami misteri di balik
bersifat ambigu. Ambiguitas konsep kehidupan. Dengan demikian, seperti halnya
mistisisme Islam Jawa dapat dilihat dari
tujuan praktek atau laku (askestisme) orang 1 “Seksualitas Perempuan dalam alkitab,
Fierenziana Getruida Junus, 2013

75
KOMUNIKASI RITUAL PEZIARAH “NGALAP BERKAH” DI KAWASAN WISATA GUNUNG KEMUKUS
(Studi Etnografi Komunikasi Tentang Budaya Ritual Ziarah di Kawasan Wisata Gunung Kemukus, Desa Pendem,
Kecamatan Sumber Lawang, Sragen-Jawa Tengah)
Rahmi Setiawati ,Priyanto
Volume 3 Nomor 2 ,pp 74-84

agama dulu mewarnai seluruh kegiatan kultur ibu rumah tangga, pejabat, hingga PSK.
manusia, seks pun dihadirkan dalam fenomena Bahkan, lokasi itu kerap dijadikan tempat
budaya, dalam kesenian, ekonomi, pendidikan, prostitusi. Tempat itu kini begitu populer
ilmu dan politik. sehingga menarik wisatawan lokal. Ironisnya,
Bila dikaitkan dengan Foucault dengan pemerintah setempat menarik pungutan
fenomena ritual seks di Gunung Kemukus. kepada mereka yang memasuki kawasan
Artinya, seks bagi masyarakat Gunung tersebut.
Kemukus mampu menggantikan agama dalam Peristiwa ini, membuat Pemerintah
proses pembentukan masyarakat. Seks bagi Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, mulai
masyarakat Gunung Kemukus adalah produk menertibkan keberadaan tempat penginapan
budaya yang diaktualisasikan oleh individu- dan karaoke di sekitar kawasan ziarah
individu yang sadar. Ini menimbulkan Gunung Kemukus. Sebanyak 69 tempat
fenomena yang terjadi di Gunung Kemukus, karaoke dan 158 PSK yang selama ini ada
yaitu banyaknya Pelaku Seks Komersial (PSK) dilarang beroperasi.3 Pada akhirnya,
yang telah mulai melaksanakan profesinya menyebabkan jumlah pengunjung obyek
Sejak tahun 1980-an atau sejak tahun 1990- wisata Gunung Kemukus mengalami
an, karena motivasi berupa desakan ekonomi, penurunan. Bila pada tahun 2013 lalu jumlah
sehingga sebagian dari mereka kemudian pengunjung obyek wisata sekitar 60 ribu,
menetap dan tinggal sebagai penduduk tetap pada tahun 2014 lalu jumlah pengunjung
di Desa Pendem, yang semula mereka adalah menciut hanya menjadi sekitar 52 ribu saja.
berasal dari penduduk pendatang, yang Berdasarkan permasalahan tersebut, kajian
kemudian ada peluang dari segi ekonomi, komunikasi yang berkaitan dengan budaya
sehingga membuat mereka menetap di Desa sangat menarik untuk dikaji, bahwa dalam
Pendem. Perkembangan kegiatan ritual seks menafsirkan sebuah pesan dari mitos secara
telah ada sejak lama. Perkembangan tentang cerita lisan, dapat menghasilkan sebuah
kegiatan prostitusi secara terbuka baru terjadi pemaknaan atau interpretasi yang
mulai awal tahun 1980-an. Perkembangan beranekaragam di dalam suatu masyarakat
prosititusi itu tidak semata tentang ritual seks tertentu, sehingga menghasilkan suatu
yang menjadi persyaratan ngalap barkah, tindakan pada sebagian masyarakat yang
melainkan juga didorong oleh pariwisata yang percaya akan mitos tersebut. Pada akhirnya
telah dikembangkan sejak tahun 1980-an2. juga dapat menimbulkan masalah sosial, yaitu
Kemudian pada tahun 2014, ketika adanya PSK, sebuah desa yaitu Desa Pendem terkenal
pemberitaan negatif, yang ditulis oleh Patrick dengan sebutan desa PSK, yang berlindung
Abboud, salah satu jurnalis asing dari dibalik ritual ziarah ”ngalap berkah”.
program Dateline SBS Australia, yang
membuat kisah ritual seks aneh di gunung Rumusan Permasalahan
tersebut berkembang tidak hanya di Dari uraian latar belakang tersebut di atas
Indonesia, tetapi di Negara Australia. Lokasi dapat dirumuskan fokus permasalahannya
itu pun kini terkenal dengan nama 'Gunung adalah ”Bagaimana Komunikasi Ritual
Seks'. Menurut Patrick mereka yang Peziarah Pada Ziarah”Ngalap Berkah” di
melakukan ritual seks mulai dari pria beristri, Makam Pangeran Samudro Kawasan Wisata
Gunung Kemukus ?
2 Komodifikasi Asketisme Islam Jawa: Ekspansi
Pasar Pariwisata dan Prostitusi di Balik Tradisi 3 Sumber : media online, Merdeka.com, Senin
Ziarah di Gunung Kemukus. Moh Soedha, 2013 (24/11)

76
KOMUNIKASI RITUAL PEZIARAH “NGALAP BERKAH” DI KAWASAN WISATA GUNUNG KEMUKUS
(Studi Etnografi Komunikasi Tentang Budaya Ritual Ziarah di Kawasan Wisata Gunung Kemukus, Desa Pendem,
Kecamatan Sumber Lawang, Sragen-Jawa Tengah)
Rahmi Setiawati ,Priyanto
Volume 3 Nomor 2 ,pp 74-84

Fokus permasalahan tersebut dapat Makna Ritual Dalam Perspektif Komunikasi


dijabarkan menjadi beberapa sub pertanyaan Menurut Mulyana (2005:25) komunikasi
permasalahan, yaitu: ritual erat kaitannya dengan komunikasi
1. Bagaimana penggunaan hakikat ekspresif. Komunikasi ekspresif adalah
bahasa atau variasi bahasa yang komunikasi ritual yang biasanya dilakukan
digunakan oleh Peziarah (masyarakat secara kolektif. Dalam hal ini Ritual meliputi
Jawa) dalam melaksanakan penggunaan model-model perilaku yang
komunikasi ritual “ngalap berkah” ? mengekspresikan relasi sosial. Bentuk-bentuk
2. Bagaimana aktivitas atau peristiwa dari aksi ritual merupakan simbol-simbol dari
komunikasi yang meliputi referen atau penunjuk dalam relasi sosial,
konteks/situasi dan tindak perintah-perintah, dan institusi-institusi sosial
komunikatif pada komunikasi ritual dimana ritual itu dipertunjukkan.
“ngalap berkah” ?
3. Bagaimana komponen komunikasi Bahasa Dalam Komunikasi Ritual
(meliputi : genre atau tipe peristiwa Pengertian atau konsep bahasa yang
komunikatif, topik peristiwa dan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
tujuan dan fungsi peristiwa berikut: De Vito (1970) sebagaimana dikutip
komunikasi serta setting bagi peserta Bustan (2010:3) mengartikan bahasa sebagai
komunikasi) pada komunikasi ritual suatu sistem simbol yang reflektif dan
“ngalap berkah” ? terstruktur yang digunakan untuk
4. Bagaimana hubungan kompenen mengklasifikasi objek, peristiwa, dan
komunikasi selain mampu hubungan dalam dunia (language is a potentially
membangun peristiwa pada self-reflexive, structured system of symbols which
komunikasi ritual “ngalap berkah” catalog the objets, events, and relations in the
yang pada akhirnya menghasilkan world). Pengertian ini menunjukkan bahwa
pemolaan komunikasi ? bahasa merupakan suatu sistem simbol yang
bermakna yang digunakan manusia untuk
Rangkuman Kajian Teoritik merefleksikan pandangan mereka tentang
Etnografi Komunikasi Sebagai Teori dunia, baik dunia yang secara faktual terjadi
Etnografi komunikasi adalah metode aplikasi maupun dunia simbolik yang keberadaan
sederhana dalam pola komunikasi sebuah objek acuannya bersifat imajinatif.
kelompok. Etnografi komunikasi diketemukan
oleh Dell Hymes (dalam Littlejohn & Foss, Pola Komunikasi
2008:325). Secara umum kata “pola” merupakan suatu
Selanjutnya Hymes dalam Kuswarno standarisasi dari kumpulan perilaku (Troike,
(2008:14) menjelaskan ruang lingkup kajian 1991:12). Pola komunikasi pada etnografi
etnografi komunikasi terdiri atas pattern and komunikasi menurut Seville-Troike (dalam
function of communication, natur and definition of Engkus Kuswarno, 2011: 15) menyatakan
speech community, means of communicating, bahwa focus kajian etnografi komunikasi
components of communicative competence, adalah masyarakat tutur (speach community),
relationship of language to world and social yang di dalamnya mencakup : a). Cara-cara
organization), and linguistic and social universals bagaimana komunikasi itu dipola dan
and inqualities. diorganisasikan sebagai suatu sistem dari
peristiwa komunikasi; b) cara-cara bagaimana

77
KOMUNIKASI RITUAL PEZIARAH “NGALAP BERKAH” DI KAWASAN WISATA GUNUNG KEMUKUS
(Studi Etnografi Komunikasi Tentang Budaya Ritual Ziarah di Kawasan Wisata Gunung Kemukus, Desa Pendem,
Kecamatan Sumber Lawang, Sragen-Jawa Tengah)
Rahmi Setiawati ,Priyanto
Volume 3 Nomor 2 ,pp 74-84

pola komunikasi itu hidup dalam interaksi terutama bila seseorang akan menghadapi
dengan komponen sistem kebudayaan yang tugas yang berat, akan bepergian jauh, atau
lain. bila ada keinginan yang sangat besar untuk
memperoleh sesuatu. Dalam kesehariannya,
Religi Orang Jawa manusia Jawa sangat menghormati nenek
Koentjaraningrat (1984: 312) mengatakan moyangnya.
bentuk agama Islam Jawa yang sering disebut
Agama Jawi atau Kejawen adalah suatu Ngalap Berkah
komplek keyakinan dan konsep-konsep Hindu Ngalap (mencari) berkah merupakan
Budha yang cenderung ke arah mistik yang kecenderungan manusiawi semenjak nenek
tercampur menjadi satu dan diakui sebagai moyang bangsa manusia generasi pertama.
agama Islam. Sistem keagamaan lazimnya Setelah melihat pengertian tersebut kita dapat
terdiri dari suatu integrasi yang berimbang mengartikan bahwa ngalap berkah adalah suatu
antara unsur-unsur animisme, Hindu, dan kegiatan untuk mencari manfaat dan kebaikan
Islam: suatu sinkretisme utama orang Jawa dari suatu Dzat, benda,manusia atau sesuatu
yang merupakan tradisi rakyat yang yang dianggap memiliki manfaat dan kebaikan
sebenarnya. yang dicari manusia tersebut.

Teori : Etnografi
Fenomena 1. Tutur masyarakat komunikasi
Komunikasi Ritual Jawa
Ziarah “ Ngalap 2. Aktivitas Konsep: pendekatan
Berkah” komunikasi komunikasi pada
menimbulkan gejala 3. Komponen kebudayaan, makna
komunikasi pada ritual, pola, simbol
sosial (menimbulkan
komunikasi ritual dalam komunikasi ritual,
PSK),pergeseran “ngalap berkah”
nilai, budaya dan komunikasi,
4. Hubungan
komodifikasi komponen transendental,
ekonomi komunikasi Pariwisata, Religi dan
Makam Orang Jawa,
ngalap berkah
Gambar 1: Alur Kerangka Pemikiran
Metodologi penelitian
Etnografi Komunikasi

Makam bagi Orang Jawa


Menurut Koentjaraningrat (1984: 338) bahwa
“makam nenek moyang adalah tempat Pola Komunikasi Ritual “Ngalap Berkah”
melakukan kontak dengan keluarga yang pada Makam Pangeran Samoedro
masih hidup, dan dimana keturunannya
melakukan hubungan secara simbolik dengan
roh orang yang sudah meninggal”. Atau istilah lainnya adalah tabarruk yang
Koentjaraningrat (1984: 364) juga artinya mencari barakah (ngalap berkah, jawa).
menambahkan keberadaan dan kedudukan
suatu makam masih dianggap sebagai tempat METODE
yang keramat sehingga sering dikunjungi Penelitian ini menggunakan metode
oleh peziarah untuk memohon doa restu, penelitian etnografi komunikasi, yaitu

78
KOMUNIKASI RITUAL PEZIARAH “NGALAP BERKAH” DI KAWASAN WISATA GUNUNG KEMUKUS
(Studi Etnografi Komunikasi Tentang Budaya Ritual Ziarah di Kawasan Wisata Gunung Kemukus, Desa Pendem,
Kecamatan Sumber Lawang, Sragen-Jawa Tengah)
Rahmi Setiawati ,Priyanto
Volume 3 Nomor 2 ,pp 74-84

penerapan dari metode-metode etnografi pada katuju, cedhakno dhemene kaya dene yen arep
studi etnografi komunikasi sebagaimana yang nekani marang panggonane dhemenane”
dijelaskan Spradley adalah memandang: 1)
(Kadjawen, Yogyakarta : Oktober 1934)
Sistem makna budaya disandikan melalui
simbol-simbol; 2) Bahasa merupakan sistem
simbol utama yang menyandikan maksud “Barang siapa berhasrat atau punya tujuan
budaya dalam setiap masyarakat. Bahasa untuk hal yang dikehendaki maka untuk
adalah alat yang digunakan untuk simbol lain mencapainya harus dengan kesungguhan,
yang diandaikan; 3) Dalam budaya makna mantap, dengan hati yang suci, jangan
dari suatu simbol merupakan hubungan dari
serong kanan / kiri harus konsentrasi pada
simbol yang lain (Purwasito, 2002: 249). Data
yang dikehendaki / yang diinginkan,
primer diperoleh peneliti melalui observasi
partisipan, wawancara terhadap infoman dekatkan keinginan, seakan-akan seperti
seperti beberapa peziarah, PSK, juru kunci menju ke tempat kesayangannya /
makam, penanggungjawab obyek wisata kesenangannya.”
Gunung Kemukus, masyarakat sekitar
Dari makna kata “dhemenan” mengandung
gunung kemukus dan berbagai informan
makna yang berbeda yaitu bahwa berziarah ke
lainnya. Data sekunder diperoleh melalui
Makam Pangeran Samodro harus seperti
kegiatan studi pustaka berupa penelusuran
ketempat kekasih dari makna dhemenan
dokumen yang memuat fakta-fakta, artikel
dalam pengertian bahwa berziarah karena
atau referensi, serta bahan-bahan lainnya
harus membawa istri simpanan, kumpul kebo
yang terkait dengan ritual ziarah ngalap
dan melakukan hubungan sexual dengan
berkah di gunung kemukus.
bukan istri atau suami sebagainya, pendapat
ini disebabkan karena pengertian kata
HASIL DAN PEMBAHASAN
dhemenan dalam bahasa Jawa diartikan
A. Hakikat atau variasi bahasa oleh
kekasih gelap, istri simpanan dan lain-lain.
masyarakat tutur Jawa, yang menunjukkan Hal ini menyebabkan ketika berziarah ke
sociolinguistik dalam melaksanakan komunikasi makam Pangeran Samodro harus membawa
ritual “ngalap berkah”. dhemenan.
Pendapat lain menurut juru kunci
Seperti yang terjadi pada penelitian tentang
bahwa sesungguhnya kata dhemenan konteks
komunikasi ritual “ngalap berkah” bermula
naskah di dalam bahasa Jawa tersebut adalah
dari sumpah Pangeran Samudro, kata
keinginan yang diidam-idamkan, cita-cita
“dhemenan” menimbulkan suatu tindakan aksi
yang ingin segera terwujud. Sehingga, dapat
dari masing-masing manusia yang
disimpulkan bahwa inti ziarah di Makam
mempercayai bahwa interpretasi dari makna
Pangeran Samodro di Gunung Kemukus
tersebut bisa berarti positif maupun negatif,
adalah apabila punya kemauan, cita-cita yang
dalam mengekspresikan komunikasi ritualnya.
ingin dicapai atau apabila menghadapi
Seperti yang tertuang bahwa inti Ziarah di
rintangan yang menghalangi jalan untuk
Makam Pangeran Samudro.
mencapai cita-cita dari tujuan tersebut harus
“Sing Sopo duwe panjongko marang samubarang
dilakukan dengan cara sungguh-sungguh, hati
kang dikarepake bisane kelakon iku kudu sarono yang bersih suci dan konsentrasi pada cita-
pawitan temen, mantep, ati kang suci, ojo cita dan tujuan yang akan dicapai atau yang
slewang-sleweng, kudu mindeng marang kang dituju. Dengan demikian terbukalah jalan

79
KOMUNIKASI RITUAL PEZIARAH “NGALAP BERKAH” DI KAWASAN WISATA GUNUNG KEMUKUS
(Studi Etnografi Komunikasi Tentang Budaya Ritual Ziarah di Kawasan Wisata Gunung Kemukus, Desa Pendem,
Kecamatan Sumber Lawang, Sragen-Jawa Tengah)
Rahmi Setiawati ,Priyanto
Volume 3 Nomor 2 ,pp 74-84

kemudahan untuk mencapai cita-citaa dan oleh warga setempat hari itu kemudian
tujuan tersebut dengan mudah. dijadikan dasar berdoa di Makam Pangeran
Samodro.
B. Aktivitas atau peristiwa komunikasi yang
meliputi konteks/situasi dan tindak 2. Upacara Peringatan Bulan Syuro
Untuk memperingati bulan Muharram /
komunikatif pada komunikasi ritual
Syuro atau sering disebut suronan, upacara
“ngalap berkah”
yang dilaksanakan adalah upacara larap
slambu dan petunjukan wayang.
Upacara komunikasi ritual “ngalap berkah”
Di Gunung Kemukus a. Upacara Larap Slambu
1. Ritual Ziarah Larap Slambu adalah upacara pensucian
Ritual ziarah dilakukan oleh peziarah kapan slambu/kain penutup Makam Pangeran
saja asalkan waktunya tetap dan kontinyu. Samudro. Tujuan dari upacara ini adalah
Artinya peziarah bisa melakukannya pada mensucikan slambu makam pangeran
siang ataupun malam hari, lebih diutamakan samudro dan menggantikan sebagian slambu
setiap Selasa Pon atau Jumat Kliwon. Ritual yang harus diganti.
ziarah ini dilakukan guna mendoakan
Pangeran Samodro dan meminta berkahnya b. Pertunjukan Wayang Kulit
agar tercapai keinginannya. Juru kunci Pertunjukan wayang kulit semalam suntuk ini
mengatakan bahwa mayoritas permintaan diselenggarakan dalam rangka penutupan
peziarah adalah agar dapat sukses usaha bulan Syuro, dan biasanya dilaksanakan pada
dagangnya, suskses kariernya, agar malam Jum’at Kliwon. Dalam suasana malam
jabatannya naik, dan memiliki kekayaan tersebut pengunjung memenuhi area Obyek
melimpah. Peziarah biasanya lebih banyak Wisata Gunung Kemukus, di sana mereka ada
yang datang pada malam hari yaitu pada hari yang melakukan ritual ziarah, atau hanya
kamis pahing malam jum;at pon, dan pada sekedar menonton wayang.
hari itu pengunjung bisa mencapai 8000
orang. Penetapan hari ritual tersebut C. Komponen komunikasi pada
didasarkan atas kisah pada masa kerajaan komunikasi ritual “ngalap berkah”
Demak. dimana pada hari jum’at pon tersebut Komponen komunikasi yang meliputi: genre
selepas sholat jum;atan, Sri Sultan Demak atau tipe peristiwa komunikatif, topik
melayangkan pandangannya ke atas dan peristiwa dan tujuan dan fungsi peristiwa
dilihatnya sebuah bingkisan. Kejadian komunikasi serta setting bagi peserta
tersebut tak seorangpun yang mengetahuinya, komunikasi pada komunikasi ritual “ngalap
bingkisan diambil dan dibuka. Ternyata isinya berkah” yaitu terbagi menjadi beberapa bagian
kain putih yang bertuliskan “ini adalah yaitu Masyarakat terhadap Gunung
pakaian untuk bekel Senopati Tanah Jawa”. Kemukus, Peziarah, para Pelaku PSK, dan
Benda tersebut berbentuk Kotang para pengguna jasa di Lingkungan Gunung
Ontrokusumo yang kemudian pakaian ini Kemukus dalam melakukan ritual “ngalap
akan dikenakan kepada yang akan berkah.
memamngku jabatan Pangeran Pati. Apabila dikaji bahwa perilaku atau tindakan
Berdasarkan kejadian itu maka hari itu yang dilakukan oleh individu melakukan
dijadikan sebagai puncak tahlilan/doa ritual “ngalap berkah” didasarkan atas
bersama di Makam Pangeran Samodro, dan

80
KOMUNIKASI RITUAL PEZIARAH “NGALAP BERKAH” DI KAWASAN WISATA GUNUNG KEMUKUS
(Studi Etnografi Komunikasi Tentang Budaya Ritual Ziarah di Kawasan Wisata Gunung Kemukus, Desa Pendem,
Kecamatan Sumber Lawang, Sragen-Jawa Tengah)
Rahmi Setiawati ,Priyanto
Volume 3 Nomor 2 ,pp 74-84

persepsi, pengalaman, dan penafsiran terhadap lain, namun ada pendapat lain bahwa tidak
sesuatu yaitu keyakinan. Seperti yang harus melakukan hubunga seksual ketika
dipublikasikan beberapa media massa dan berziarah yang terpenting adalah “niat”
persepsi yang telah terbentuk dan beredar dengan sungguh-sungguh.
dimasyarakat umum bahwa Gunung Kemukus Informasi masyarakat Gunung Kemukus
adalah tempat untuk mencari pesugihan atau tentang Ritual Ngalap berkah pada Makam
ngalap berkah dengan salah satu syaratnya Pangeran Samudra, masih bersifat ambigu.
harus berhubungan seksual dengan yang Sehingga lebih didominasi karena faktor
bukan pasangannya. Pada kenyataannya ada ekonomi. Apabila dikaji, bahwa PSK berasal
banyak versi persepsi dari masyarakat tentang dari luar wilayah Desa Pendam, atau
Gunung Kemukus ini, hal ini muncul dari merupakan masyarakat pendatang, yang
simpang siur atau kebenaran akan informasi melihat peluang dari ritual budaya tersebut,
tentang Gunung Kemukus inilah yang masih yang kemudian di konstruksikan menjadi
bersifat ambigu. sebuah tempat prostitusi.

Juri Kunci : Mandi di


Sendang Sono
Tukang Perahu

Peziarah Tukang Parkir

Komunikasi Makam
Pedagang Ritual “Ngalap Pangeran
Warung Berkah” Samudra

Pelaku Seks
Komersial
Juru Kunci

Feedback : Mendapatkan Keberkahan/Keuntungan


dari hasil berziarah

Gambar 2: Alur Subjek dan Objek Fokus Penelitian

Dari beberapa informasi masyarakat umum Hal ini disebabkan untuk meningkatkan
memiliki persepsi bahwa Gunung Kemukus tingkat perekonomian, sehingga wilayah
adalah tempat mencari berkah untuk sekitar Gunung Kemukus menjadi semakin
memperoleh kesuksesan dan berhasil dalam ramai dengan semakin meningkatnya
usahanya, dengan salah satu proses ritualnya masyarakat pendatang yang tinggal di
harus melakukan hubungan seksual dengan Gunung Kemukus.Pemerintah Daerah
orang yang bukan pasangan sahnya/orang Kabupaten Sragen, khususnya Dinas

81
KOMUNIKASI RITUAL PEZIARAH “NGALAP BERKAH” DI KAWASAN WISATA GUNUNG KEMUKUS
(Studi Etnografi Komunikasi Tentang Budaya Ritual Ziarah di Kawasan Wisata Gunung Kemukus, Desa Pendem,
Kecamatan Sumber Lawang, Sragen-Jawa Tengah)
Rahmi Setiawati ,Priyanto
Volume 3 Nomor 2 ,pp 74-84

Pariwisata mengatakan bahwa pada D. Pola Komunikasi Ritual “ngalap berkah”


pengelolaan Gunung Kemukus, antara lain di Gunung Kemukus
dari pihak keamanan, penunggu loket dari Bagan tersebut di atas menjelaskan bahwa
Dinas Pariwisata, Camat Sumberlawang, pada tingkat masyarakat, terutama peziarah
sejarawan Gunung Kemukus, menegaskan ketika melakukan komunikasi ritual yang
bahwa dalam ritual ziarah di Makam terjadi adalah berpola dalam bentuk-bentuk
Pangeran Samodro sama sekali tidak fungsi, kategori, ujaran, sikap, dan konsepsi
diperkenankan melakukan hubungan seksual. tentang bahasa dari penutur. Pola hubungan
Hal ini berdasarkan penuturan sejarawan komunikasi yang dilakukan para peziarah
Gunung Kemukus Bapak Karno K.D bahwa adalah dengan menggunakan pola komunikasi
Sunan kalijogo pernah memberikan petuah baik verbal maupun non verbal. Daerah wisata
setelah pemakaman Pangeran Samodro yang Gunung Kemukus sangat menarik untuk
isinya adalah melarang tempat/lokasi dikunjungi karena keunikan budayanya,
Gunung Kemukus sebagai tempat spiritual yang mendatangkan rejeki, bisnis
menyekutukan Tuhan/berbuat musyrik dan dan kesenangan semata hanya untuk
tempat berzina. memenuhi kebutuhan seksualnya. Kebanyakan
Dari beberapa sumber informasi para ziarah wisatawan atau para peziarah yang datang ke
tersebut, kami beranggapan bahwa Gunung Kemukus berasal dari luar kota Solo,
sebenarnya mitos ritual seks tersebut hal ini bisa dilihat dari sederetan mobil yang
disebarkan oleh beberapa pihak yang parkir di tempat penginapan. Untuk para
bermaksud memperoleh keuntungan dari wisatawan/peziarah peneliti golongkan dalam
cerita mitos yang dibelokkan dari mitoes yang tiga model kategori yaitu wisatawan biasa,
sebenarnya. wisatawan iseng dan wisatawan yang betul
Sebagai catatan bahwa banyak orang yang betul ingin berziarah, maka dari itu
datang ke Gunung Kemukus tidak untuk perilakunyapun berbeda. Wisatawan yang
berziarah, tetapi hanya untuk sekedar biasa dalam menjalankan ziarah dengan cara
bersenang-senang dengan PSK. Hal ini kami hanya melihat, mengamati dan melaksanakan
amati bahwa orang yang datang tidak ritual seperti apa adanya apabila pergi
langsung menuju Makam Pangeran Samodro berziarah ke makam, sedangkan untuk
ataupun ke Sendang Ontrowulan, melainkan perilaku wisata yang iseng biasanya
ke warung-warung. Observasi ini diperkuat melakukan kontak pribadi dengan
dengan wawancara kami dengan para memanfaatkan upacara larap slambu dan
pedagang yang merupakan penduduk asli menawarkan botol aqua dari hasil air cucian
Desa Pendem yang mengatakan, dalam upacara larap slambu untuk melakukan
Pemerintah Daerah Tingkat II Sragen, perlu kesepakan bersama, sedang bagi para
menerbitkan sebuah buku sebagai pedoman peziarah/wisatawan yang betul betul ingin
bagi para pengunjung di objek wisata Gunung berziarah tetap berada di dalam makam untuk
Kemukus. Pemerintah setempat memandang ziarah.
perlu meluruskan kisah Pangeran Samodro,
tujuan dari komunikasi tersebut adalah kisah PENUTUP
yang selama ini diyakini oleh peziarah dan Simpulan
masyarakat setempat itu tidak benar dan Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat
terdapat penyimpangan. ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Bahasa yang digunakan dalam

82
KOMUNIKASI RITUAL PEZIARAH “NGALAP BERKAH” DI KAWASAN WISATA GUNUNG KEMUKUS
(Studi Etnografi Komunikasi Tentang Budaya Ritual Ziarah di Kawasan Wisata Gunung Kemukus, Desa Pendem,
Kecamatan Sumber Lawang, Sragen-Jawa Tengah)
Rahmi Setiawati ,Priyanto
Volume 3 Nomor 2 ,pp 74-84

melaksanakan komunikasi ritual “ngalap Pangeran Samudra dilakukan dengan


berkah” menggunakan bahasa Jawa halus. komunikasi verbal maupun non verbal
2. Aktivitas atau peristiwa komunikasi pada b. Motif peziarah adalah orang yang
komunikasi ritual “ngalap berkah” yaitu mengalami kesulitan ekonomi,
sebagai bentuk usaha religius berkunjung berdagang, ketenangan dalam dirinya
ke tempat yang dianggap memiliki dan mempertahankan posisi di kantor.
kekuatan magis untuk meminta berkah c. Karakteristik peziarah terdiri atas
agar apa yang diinginkan terkabul. Hal ini pezirah yang iseng (sekedar hanya
dapat kita jumpai di Objek Wisata Makam ingin mengetahui dan iseng untuk
Pangeran Samodro yang dapat dijadikan mencoba para pelaku PSK) dan
sebagai destinasi wisata ziarah memiliki peziarah yang betul betul ingin
persejarahan yang panjang dan menarik berziarah. Interaksi yang dilakukan
minat wisatawan untuk berkunjung dan peziarah yang sebenarnya adalah
melakukan ritual “ngalab berkah” untuk kontak yang dilakukan dengan antar
kemakmuran hidupnya. individu, yaitu Juru Kunci maupun
3. Kompetensi komunikasi perilaku ritual antar kelompok dengan pola
wisatawan objek wisata makam Pangeran komunikasi verbal (bahasa yang
Samodro di Gunung Kemukus bahwa digunakan dengan bahasa Jawa),
wisatawan/peziarah kebanyakan sedangkan bagi peziarah iseng kontak
menggunakan rasionalitasnya, tentang antar individu (PSK) yang lebih
melakukan tindakan ritual seks sebanyak 7 dominan dengan pola komunikasi non
kali merupakan hal yang negatif, yang verbal dengan menggunakan bahasa
dilakukan dengan cara melalui tirakat atau isyarat
berzikir, namun ketika manusia terbentur d. Pola interaksi tersebut akan bisa
pada ketidakberdayaan dan terlaksana harus dengan cara kerja
ketidakmampuan, membuat suatu sama yaitu dipahami oleh keduabelah
keyakinan atau sugesti bahwa keberhasilan pihak.
akan diperoleh apabila melakukan ritual e. Prosesi “ngalab berkah” yang
seks sebanyak 7 kali. Namun, semua mensyaratkan adanya hubungan seks
peziarah baik yang menggunakan ritual menyebabkan terjadinya prostitusi
seks 7 kali maupun yang tidak memiliki sebagai bagian dari kepentingan
keyakinan yang sama yaitu keyakinan yang ekonomi, yaitu saling membutuhkan
kuat sehingga terbentuk dalam konsep diri lebih ke materi. Pengunjung
yang berhasil membuat menjadi sukses. memerlukan prosesi ritual sedangkan
Tindakan ini akhirnya dibagi menjadi dua psk menyediakan layanan untuk
yaitu usaha religius dan usaha non religius. prosesi tersebut.
4. Model atau pola komunikasi pada ritual
“ngalap berkah” di Gunung Kemukus: Saran
a. Melalui acara proses penyucian slambu Berdasarkan uraian tersebut di atas, untuk
(larap slambu), dimana masyarakat merubah citra negative dari ritual ziarah
/peziarah atau wisatawan saling ngalap berkah di Gunung Kemukus, perlu
berebut air cucian slambu tersebut kiranya dilakukan upaya:
untuk di bawa dalam botol aqua 1. Pemerintah memberikan informasi yang
sebagai sarana untuk kontak dengan benar kepada masyarakat dengan

83
KOMUNIKASI RITUAL PEZIARAH “NGALAP BERKAH” DI KAWASAN WISATA GUNUNG KEMUKUS
(Studi Etnografi Komunikasi Tentang Budaya Ritual Ziarah di Kawasan Wisata Gunung Kemukus, Desa Pendem,
Kecamatan Sumber Lawang, Sragen-Jawa Tengah)
Rahmi Setiawati ,Priyanto
Volume 3 Nomor 2 ,pp 74-84

penyebaran informasi atau pamflet dalam pengembangan wisata ziarah


mengenai Gunung Kemukus Gunung Kemukus.
2. Peran media massa dalam memberikan 4. Larap slambu sebagai salah satu daya
informasi mengenai ritual ziarah tarik objek wisata makam Pangeran
Gunung Kemukus harus obyektif, Samodro, harus terus dilestarikan dan
proporsional dan berimbang. dijaga maknanya sesuai dengan kaidah
3. Memberdayakan masyarakat sekitar dan norma-norma harus secara benar.

DAFTAR PUSTAKA
Carey, James W. 1992. Communication as Culture Essay on Media and Society. New York: Routledge.
Clifon JA, 1968. Cultural Antropologi: Aspiration and Approaches Introduction to Cultural
Antropology.Editor Boston: Hanton Miffin Company.
Endang Sumiarni MG dkk, (1989). Seks dan Ritual di Gunung Kemukus. Pusat Penelitian
Kependudukan UGM ,Yogyakarta.
Geertz Clifford, (1992), Kebudayaan dan Agama, Kanisius , Yogyakarta.
Geertz, Clifford. 1973. The Interpretation of Cultures. New York: Basc Books.
Hymes Dell, 2004, Ethnography, Linguistic, Narrative Inequality, This Edition published in the Tyalor &
Francis e-Libarary
James P. Spradley. 1997. Metode Etnografi. Terjemahan Misbah Zulfa Elizabeth. Yogyakarta: Tiara
Wacana.
Koentjaraningrat, (1986). Pengantar Antropolog i. Rajawali Press, Jakarta.
Kuswarno Engkus. 2008. Etnografi Komunikasi suatu Pengantar dan Contoh Penelitiannya. Widya
Padjadjaran. Bandung
Littlejohn, S.W. and K.A. Foss. 2005. Theories of Human Communication (8th ed.). Thomson
Wadswort. Belmont, CA, USA
Mulyana, Deddy dan Rahkmat, Jalaluddin (ed). 2006. Komunikasi Antarbudaya,. Panduan
berkomunikasi dengan orang-orang berbeda budaya. Bandung. PT. Rema Rosdakarya.
Muriel Saville-Troike, 1982. The Ethnography Of Communication: An Introduction. Southampton: Basil
Blackwell Publisher Limited..
Zoetmulder. 1990. Manunggaling Kawula Gusty. Pantheisme dan Monisme dalam Sastra Jawa, Pustaka
Jaya , Jakarta.

Sumber internet:
Komodifikasi Asketisme Islam Jawa: Ekspansi Pasar Pariwisata dan Prostitusi di Balik Tradisi
Ziarah di Gunung Kemukus. Moh Soedha, 2013
Sumber : media online, Merdeka.com, Senin (24/11)
“Seksualitas Perempuan dalam alkitab, Fierenziana Getruida Junus, 2013

84

Anda mungkin juga menyukai