Anda di halaman 1dari 3

Sejarah Korupsi di Indonesia dan Upaya Pemberantasannya

Seiring perkembangan zaman, dari masa orde lama dan orde baru tindakan korupsi belum
juga bisa diberantas. Banyak produk produk pemberantas korupsi lahir. Di masa orde
lama ada yang namanya Panitia Retooling Aparatur Negara (Paran). Badan ini dipimpin
oleh A.H. Nasution. Kemudian kita juga mengenal operasi Budhi.  Komando Tertinggi
Retooling Aparat Revolusi (Kontrar) yang di ketuai langsung oleh Presiden Soekarno,
dengan lahirnya organisasi ini semakin menambah lambatnya usaha pemberantasan
korupsi.

Zaman orde baru, Soeharto tidak mau kalah dan melahirkan produk yang namanya tim
pemberantasan korupsi yang biasa disingkat TPK yang diketuai oleh Jaksa Agung. Pada
periode yang sama Presiden Soeharto juga membentuk tim empat yang tugasnya
membersihkan Bulog, Depag, Pertamina, Telkom, dll.

Pada masa yang sama juga didirikan Operasi Tertib (Opstib) yang juga sebagai
pemberantas korupsi di Indonesia.  Tetapi dua lembaga ini juga sering berselisih. Hal ini
sangat melemahkan lembaga itu dalam memberantas korupsi. Alhasil, para koruptor terus
bisa melenggang di kursi singgasana rezim orde baru.

Masa BJ Habibie juga melahirkan pembentukan KPKPN yang bertujuan menciptakan


penyelenggaraan negara yang bersih dari KKN. Dii masa Abdurrahman Wahid juga
melahirkan Tim gabungan pemberantasan tindak pidana korupsi (TGPTPK) yang
akhirnya di bubarkan setelah di ajukannya Yudisial review.

Masa orde reformasi, produk pemberantasan korupsi pun juga lahir. Lembaga yang
disebut sebagai lembaga yang super body itu adalah harapan real satu satunya setelah
kejaksaan dan kepolisian dinilai gagal. Lembaga itu adalah komisi pemberantasan
korupsi (KPK). Sama dengan setiap orde, produk produk pemberantasan korupsi ini pun
mendapat tantangan yang berat. Dan yang paling hangat sekarang itu adalah usaha usaha
pelemahan terhadap keperkasaan lembaga yang di sebut KPK ini.

Jika kita lihat dari masa ke masa tadi, jelas kita lihat bahwa kunci sebenarnya dari
permasalahan korupsi ini terletak kepada sistem ekonomi yang di jalankan secara
modern. Dimana kita mengenal istilah bahwa  Negara Maju Sebagai Guru Korupsi.

Mengapa bisa begitu? kita bisa lihat pruduk hasil dari ekonomi modern seperti IMF,
Bank Dunia ataupun perusahaan multinasional yang menjerat Indonesia sebagai negara
berkembang masuk ke dalam lumpur korupsi yang memang sudah merajalela. 
Akibatnya, hutang luar negeri Indonesia meningkat. Inilah yang menyebabkan negara
berkembang bukannya menjadi maju, tapi bisa kembali menjadi negara terbelakang.
Karena anak cucu kita terus mewarisi hutang hutang yang bukan dikerjakannya.
Pengangguran, kemiskinan atau kemelaratan sudah pasti merupakan hasil akhir dari
sistem ekonomi modern ini.

Sistem lain yang perlu kita cermati dalam gerakan pemberantasan korupsi adalah sistem
birokrasi yang berbelit-belit merupakan pencetus lahirnya korupsi. Keinginan untuk
mendapatkan suatu urusan yang mudah melahirkan apa yang namanya sogokan atau uang
pelican. Nah, tidak salah jika kita sebut bahwa cikal bakal dari korupsi itu adalah
Birokrasi yang berbelit-belit. Tidak ada jalan selain melakukan Reformasi Birokrasi
secara menyeluruh dan membuat suatu standar birokrasi yang transparan dan jelas.

Intinya, untuk melenyapkan korupsi kita harus melakukan perombakan yang benar benar
total terhadap sistem sekarang. Memberantas korupsi tidak semudah membalikan telapak
tangan. Ketidak berdayaan hukum di mata para penguasa merupakan penghambat yang
sangat tangguh dalam pemberantasan korupsi. Komitmen yang lemah dari orang yang
dulu meneriakan anti korupsi merupakan penyebab Korupsi semakin hari semakin subur.
Langkah Pemberantasan Korupsi
Untuk mengatasi berbagai hambatan tersebut, telah dan sedang dilaksanakan langkah-langkah
sebagai berikut.
a. Mendesain ulang pelayanan publik, terutama pada bidang-bidang yang berhubungan
langsung dengan kegiatan pelayanan kepada masyarakat sehari-hari. Tujuannya adalah
untuk memudahkan masyarakat luas mendapatkan pelayanan publik yang profesional,
berkualitas, tepat waktu dan tanpa dibebani biaya ekstra/ pungutan liar.
Langkah-langkah prioritas ditujukan pada: (a) Penyempurnaan Sistem Pelayanan Publik;
(b) Peningkatan Kinerja Aparat Pelayanan Publik; (c) Peningkatan Kinerja Lembaga
Pelayanan Publik; dan (d) Peningkatan Pengawasan terhadap Pelayanan Publik, dengan
kegiatan-kegiatan prioritas sebagaimana terlampir dalam matriks.

b. Memperkuat transparansi, pengawasan dan sanksi pada kegiatan-kegiatan pemerintah


yang berhubungan dengan ekonomi dan sumber daya manusia. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan akuntabilitas Pemerintah dalam pengelolaan sumber daya negara dan
sumber daya manusia serta memberikan akses terhadap informasi dan berbagai hal yang
lebih memberikan kesempatan masyarakat luas untuk berpartisipasi di bidang ekonomi.
Langkah-langkah prioritas ditujukan pada: (a) Penyempurnaan Sistem Manajemen
Keuangan Negara; (b) Penyempurnaan Sistem Procurement/ Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah; dan (c) Penyempurnaan Sistem Manajemen SDM Aparatur Negara, dengan
kegiatan-kegiatan prioritas.

c. Meningkatkan pemberdayaan perangkat-perangkat pendukung dalam pencegahankorupsi.


Tujuannya adalah untuk menegakan prinsip “rule of law,” memperkuat budaya hukum
dan memberdayakan masyarakat dalam proses pemberantasan korupsi. Langkah-langkah
prioritas ditujukan pada: (a) Peningkatan Kesadaran dan Partisipasi Masyarakat; dan (b)
Penyempurnaan Materi Hukum Pendukung.

d. Tampaknya memasukan ke lembaga pemasyarakatan (penjara) bagi koruptor bukan


merupakan cara yang menjerakan atau cara yang paling efektif untuk memberantas
korupsi. Apalagi dalam praktik lembaga pemasyarakatan justru menjadi tempat yang
tidak ada bedanya dengan tempat di luar lembaga pemasyarakatan asal nara pidan korupsi
bisa membayar sejumlah uang untuk mendapatkan pelayanan dan fasilitas yang tidak
beda dengan pelayanan dan fasilitas di luar lembaga pemasyarakatan. Oleh karena itu,
muncul istilah lembaga pemasyarakatan dengan fasiltas dan pelayanan mewah. Melihat
pada kondisi seperti ini, maka perlu dipikirkan cara lain agar orang merasa malu dan
berpikir panjang untuk melakukan korupsi.
Cara yang dapat dilakukan antara lain adanya ketentuan untuk mengumumkan putusan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap atas kasus korupsi melalui media masa.
Ketentuan ini selain untuk memberikan informasi kepada publik juga sekaligus sebagai
sanksi moral kepada pelaku tindak pidana korupsi. Selain itu, perlu juga ditambah sanksi
pencabutan hak kepada terdakwa kasus korupsi. Hal ini sangat penting untuk
memberikan pembelajaran bahwa pengemban jabatan publik adalah pribadi yang
bermoral dan berintegritas tinggi.

e. Penegakan hukum dalam rangka pemberantasan korupsi ini harus dilakukan secara
terpadu dan terintegrasi dengan satu tujuan, yaitu untuk memberantas korupsi. SDM
penegak hukum harus berasal dari orang-orang pilihan dan mempunyai integritas tinggi.
Sudah saatnya diakhiri terjadinya ego sektoral atau ego institusional di antara lembaga
penegak hukum. Negara juga perlu memikirkan bagaimana agar tingkat kesejahteraan
bagi para penegak hukum itu baik, tidak berkekurangan dan menjadipenegak hukum
yang bersih. Bagaimana bisa bersih, kalau sapu yang digunakan untuk membersihkan
adalah sapu kotor.

https://www.google.com/search?q=jurnal+ilmiah+dinamika+sosial+korupsi&client

Anda mungkin juga menyukai