Anda di halaman 1dari 11

PERMASALAHAN

PERANCANGAN PASAR
HIGIENIS DI KOTA TERNATE
METODE PERANCANGAN ARSITEKTUR 2
DOSEN PENGAMPU:
Hendra Fauzi ST., M.Sc.
KELOMPOK 1
RANGGA IRHAMDA M. PUTRA FAHRIZAL KEMAL IBRAHIM
07262011002 07262011064

DWI PUTRI WULANDARI LA NAFIA A. SAADU


07262011010 07262011034

AL MADINAH RISALMI HUSEN


07262011058 07262011018

ARDI NASRUN ILHAM HAFIS


07262011042 07262011038
LATAR BELAKANG
PRELIMINARY
PASAR HIGIENIS

Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi,


prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur tempat usaha
menjual barang, jasa, dan tenaga kerja untuk orang-orang
dengan imbalan uang. Sedangkan, higienis berkaitan
langsung dengan ilmu kesehatan (KBBI). Jadi, pasar
higienis itu sendiri mempunyai arti pasar yang
mengutamakan kesehatan dari pembeli dan calon penjual
barang dan jasa.
PASAR HIGIENIS

Pada tanggal 17 juli 2013, Menteri Perdagangan Gita


Wirjawan, Gubernur Maluku Utara Thaib Armayn, Kapolda
Malut, Danrem 152 Babullah, dan unsur Muspida provinsi,
dan walikota Burhan Abdurahman meresmikan Pasar
Higienis Bahari Berkesan yang merupakan Pasar Higienis
pertama di Maluku Utara. Anggaran yang dihabiskan untuk
menyelesaikan pasar ini senilai Rp 25.476.640.000 yang
bersumber dari Kementrian Perdagangan senilai 5 milyar
dan 20 milyar lebih dari APBD Kota Ternate dan dikerjakan
dengan sistem Multi Year dalam beberapa tahun.
PERMASALAHAN
PROBLEMS
I. CARA PENJUALAN
YANG MASIH TERLIHAT
BERANTAKAN
Para pedagang menjual barang
dagangannya tanpa memperhatikan nilai
estetika suatu bangunan. Contoh: pedagang
yang menggantung dagangannya pada plafon-
plafon gedung. Tentu saja hal ini dilakukan agar
dagangannya dapat dilihat oleh para konsumen
dari jauh. Namun, hal ini memberi kesan yang
tidak rapi pada pasar.
II. PERSEBARAN
PEMBANGUNAN YANG
TIDAK MERATA
Beberapa keluhan yang kami terima dari
para pedagang yaitu tidak meratanya
persebaran para pedagang. Mereka ingin
ditempatkan dalam satu tempat yang sama.
Karena jika tersebar seperti ini, tempat yang
mereka tempati sepi pengunjung. Sedangkan
gedung bagian selatan ramai. Contoh: semua
pedagang pakaian ditempatkan dalam satu
gedung yang sama dan tidak tersebar-sebar.
III. RUSAKNYA FASILITAS
GEDUNG

Tembok yang tercoret-coret


serta beberapa lantai yang
pecah-pecah tentunya juga
mengurangi nilai estetika
gedung tersebut.
IV. PENUMPUKAN
SAMPAH DI PINGGIR
JALAN
Kurangnya fasilitas berupa bak sampah
serta minimnya kesadaran masyarakat tentang
sampah, mengakibatkan terjadinya
penumpukan sampah-sampah di pinggir jalan.
Masyarakat yang malas membuang sampah
pada tempatnya menumpuk sampah di pinggir
jalan. Hal ini merusak pemandangan dan
tentunya tidak enak dipandang oleh seluruh
pengguna jalan maupun masyarakat di pasar.
V. PARKIR
SEMBARANGAN DI
PINGGIR JALAN
Kurangnya rasa peduli satu sama lain,
pengunjung yang datang ke pasar seenaknya
memarkir kendaraannya di pinggir jalan.
Penyebabnya adalah letak tempat parkir yang
lumayan jauh. Masyarakat merasa lebih baik
memarkir kendaraan sementara di depan ruko-
ruko. Tentu saja hal ini mengganggu pengguna
jalan yang lain dan menyebabkan kemacetan.

Anda mungkin juga menyukai