Sajo Wowine tarian Tomia paling tua, diwariskan dari generasi ke generasi, masyarakat biasanya
hanya menyebutnya dengan nama Sajo. Sejak kecil Sajo Wowine tidak asing ditelinga karena Ibu
saya seorang penari Sajo Wowine. Rasa tertarik muncul ketika pertama kali saya melihat tari sajo
ditampilkan pada festival Benteng Patua tahun 2013. Dimasa lalu sajo menjadi tarian yang paling
sering ditampilkan, berbeda dengan sekarang Tari Sajo sangat jarang ditampilkan, tidak heran di
benteng Patua pertama dan terakhir saya melihat Sajo Wowine. Sajo Wowine sebuah tarian
yang populer hingga tahun 70 an, bahkan pada masa itu lebih populer dari Sajo Moane (Eja eja).
Generasi tua pasti tau dengan tari Sajo Wowine, berbeda dengan generasi muda yang banyak
tidak mengenal Sajo Wowine karena sekarang sangat jarang ditampikan. Sajo Wowine bermakna
sebuah tarian yang hanya bisa ditarikan oleh perempuan. Berbeda dengan tari Sajo Moane yang
menggambarkan karakter laki-laki yang tegas dan berani. Sajo Wowine merupakan tarian
perempuan yang menampakkan kesopanan, terlihat pada gerakan yang pelan dalam melangkah
dan didominasi oleh gerakan tangan yang lembut.
“Dulu waktu kami diutus ke Baubau tari Sajo dirubah dari aslinya, penyanyi dan penari di
pisahkan. Pada formasi baru penyanyi hanya berdiri menyanyi, padahal seharusnya menari dan
bernyanyi banti. Mungkin itu sebabnya tari Sajo Wowine tidak juara pada waktu itu, yang juara
tari Lariangi. Padahal seharusnya yang di pertontonkan adalah keasliannya.” ungkap Wa a’isa
Sejak perubahan tari sajo di tahun 70 an oleh pelati tari, hingga sekarang Tari Sajo Wowine
kesannya selalu ingin diubah dari keasliannya, bahkan sampai pada gerak tarinya.
“Sudah latihan di Tomia, sampai di Baubau kami latihan lagi, karena Tari Sajo mau dipadukan
dengan gerak Tari Buyung. Selendang yang seharusnya dipundak di ikat di pinggang.” Sambung
Wa a'isa
Setelah tahun 70 an Sajo perlahan mengalami kemunduran, banyak faktor yang mempengaruhi.
Menurut Wa a’isa kurangnya regenerasi karena generasi muda sudah banyak bersekolah. Sebab
lain adalah sekitar tahun 60-an masuk tari Lariangi, waktu itu tari Sajo Wowine tersaingi oleh tari
Lariangi dan generasi waktu itu banyak tertarik belajar Lariangi sehingga lupa sama Sajo.
Dulu terdapat banyak bhakkala (Kelompok) Sajo Wowine, bahkan pada zaman Wa a’isa masih
aktif, di Onemai terdapat empat bhakkala. Di Tomia bhakkala Sajo Wowine tersebar di banyak
kampung misalnya di Waumpale, Wali, Kollo Patua, Kahianga, Lagolle, Tiroau, hingga Kulati.
La Asiru (84) asal desa kulati, Tari Sajo Wowine milik orang Tomia, di Kulati dan didesa lain dulu
ada bhakkala Sajo Wowine, di Kaledupa ada Lariangi di Tomia Sajo Wowine.
“Sempat ada wacana mengembangkan tari Lariangi di Tomia, saya kurang setuju, karena Tomia
punya tariannya sendiri yang di wariskan dari zaman dulu yang juga harus di lestarikan.”
Wa Unga (80) penari Sajo asal desa Wali, ketika ditemui mengatakan sempat ada usaha dari
camat Tomia untuk menghidupkan tari Sajo Wowine.
“Sebelum kalian datang keponakan saya almarhum pak Bahrawi mantan camat Tomia sempat
datang ke rumah. Beliau ingin menggali dan menghidupkan Sajo Wowine, namaun sayang beliau
sudah berpulang.”
Wa Unga Melanjutkan “Kalau menari mungkin masih banyak yang bisa, tapi bantinya sudah
jarang yang bisa karena bantinya tidak sembarang, karena ada nada dan kalimat yang tidak
diubah sejak dulu. Teman seangkatan saya banyak yang sudah meninggal, yang masih hidup
sudah tua dan lupa ba’e (Lirik) bantinya karena faktor usia. Untuk banti Sajo setau saya tinggal
Wa Johari (Johari) yang masih banyak hafal.”
“Saya menari Sajo sejak kecil, saya masih ingat banti dan gerak tarinya, guru saya Wa Nacaru dan
anaknya Wa Binisa dari kampung Waumpale”
Terdapat banyak nama banti Sajo Wowine, banti yang diwarisan sejak dulu dari guru ke murid,
berikut beberapa nama banti Sajo Wowine yang masih diingat Wa Johari diantaranya :
1. Mangu-mangu
2. Bositti
3. Maraha
4. Pujanggano
5. Turuki
Di awal tarian banti pertama dalam Sajo Wowine adalah Bositti sambil menari tanpa iringan
gendang. Pada setiap banti terdapat banti pembuka, yaitu sebuah lirik yang tidak boleh berubah
sejak dulu. Banti pembuka berfungsi untuk menetapkan nada, karena setiap banti beda nada
dan gerak tarinya. Misalnya isi banti pembuka Pujanggano :
Banti pembuka :
“Edhae... edhae...”
“Maya pujanggano.....”
Banti-banti :
Setelah melantunkan banti pembuka maka banti-banti biasanya di isi dengan kata bijak atau
pepatah lama Tomia. Durasi tari sajo tidak ada batas, karena disesuaikan dengan isi banti,
sehingga banti-banti juga boleh dikarang sesuai tempat dan situasi. Isi banti boleh untuk
pemimpin, penonton, Pande Ngifi, atau untuk tuan rumah. Walaupun boleh mengarang banti,
namun harus tetap mengikuti nada pada banti pembuka dari tiap banti Sajo. Contoh isi banti
setelah banti pembuka Pujanggano :
Banti-banti :
“Anne’e ka banti-bantine.....”
Isi banti Pujanggano tersebut diciptakan oleh bhakkala Sajo Wa Johari ketika tampil di depan
Kamali untuk mantan Kepala Distrik Tomia. Banti yang ditujukan pada tuan rumah menggunakan
kata dan kalimat yang baik misalnya Kepala distrik disebut camat yang bermakna pujian,
bermakna walaupun era distrik berakhir tetap sama bentuk penghormatannya.
Rambut penari Sajo Wowine punya gaya sanggul tersendiri yang dinamakan Sangkula Kidhu.
Kemudian pada bagian sanggul diberi hiasan yang terbuat dari kayu Feulo yang merupakan jenis
kayu lunak, sekarang bisa menggunakan styrofoam. Perlengkapan lain yang menjadi ciri khas
penari Sajo Wowine adalah penggunaan Kambero (Kipas) dan Samba (Selendang) dalam
tarianya.
Banti Pembuka :
“Mangu-mangun to raja.....”
Banti-banti :
“kurukurun te kadhola.....”
Dalam tari Ngifi ada pantangan yang tidak boleh dilanggar oleh Pande Ngifi, yaitu sedikipun tidak
boleh menyentuh atau mengenai penari Sajo. Bukan tanpa alasan, masyarakat Tomia zaman
dulu sangat menghormati perempuan. Menurut Wa Johari menyentuh perempuan walau hanya
di lengan bisa berbahaya karena keluarga perempuan bisa mengamuk. Ada nasehat yang
populer pada zaman itu yang membuat perempuan sangat berhati-hati.
“Bara sala u pokobe kene moane, ara no kobekko i tuno u ko moto kompo i tuno u, Ara no
kobekko i hani u ko moto kompo i hani u.”
“Jangan bersentuhan dengan laki-laki, tumitmu di sentuh kau akan hamil di tumitmu. Lenganmu
disentuh kau akan hamil di lenganmu.”
Sambil tersenyum, Wa Johari melanjutkan “Gara-gara nasehat itu saya takut bersentuhan
dengan laki-laki sehingga saya tidak bersekolah dan banyak perempuan di zaman itu takut
sekolah atau tidak di izinkan bersekolah oleh orang tua.”
Setelah Ngifi ada pemberian hadiah oleh Pande Ngifi, hadiah biasanya berupa uang. Dalam
pemberian hadiah ada beberapa cara, misalnya menarik selendang untuk menaru uang,
kemudian dikembalikan ke penari atau cukup menaru di dekat penari. Hadiah Ngifi saat banti
Mangu-mangu biasanya langsung diberikan kepada orang tua penari. Pembagian hasil Ngifi
tergantung, kalau diundang uang Ngifi dimiliki masing-masing penari. Jika tidak diundang uang
Ngifi dikumpulkan kemudian dibagi untuk penari beserta guru. Pembagian hasil Ngifi juga
berbeda pada tiap penari, pada barisan depan bagiannya lebih besar dari penari barisan tengah
dan belakang. Hasil Ngifi tiap penari berbeda-beda, menurut Wa Johari Pande Ngifi dalam
memberi hadiah biasanya mengutamakan keluraganya, sehingga semakin banyak keluarga yang
hadir maka semakin banyak uang Ngifinya.
Musik Pengiring
Saat ini Pande Rambi (Penabuh gendang) yang bisa mengiri tari Sajo Wowine sudah jarang yang
tau. Dulu upah untuk pemain gendang diberikan oleh tuan rumah. Alat musik pengiring tari Sajo
Wowine terdiri dari Ganda, Mbololo, Tafatafa, Ndundu. Sama seperti penari, Pande Rambi Juga
harus mampu menabuh berjam-jam karena Sajo merupakan tarian yang berdurasi lama.
Sebelum Sajo Wowine Punah
Jika Sajo Wowine punah Tomia kehilangan salah satu tarian terbaiknya. Sebuah seni yang mahal
karena merupakan tarian tua yang terwariskan dari generasi terdahulu. Tanpa regenerasi, maka
berdasarkan usia penari Sajo Wowine yang rata-rata berusia lanjut, maka Sajo Wowine tidak
lama lagi. Ada banyak langkah yang bisa dilakukan, diantaranya :