Anda di halaman 1dari 4

Tayub Pati

Tayub adalah Tarian Rakyat yang sudah ada sejak zaman Wali Songo. Tayub ini oleh Sunan
Kalijaga dimaknai Toyyib artinya Kebaikan. Jangan sampai budaya tayuban akan luntur dari
nilai-nilai syareat yang benar. Ini adalah salah satu cara Sunan Kalijaga menyebarkan agam
Islam melalui kebudayaan-kebudayaan yang sudah ada. Dengan demikian langkah yang
ditempuh ini lebih mudah diterima oleh semua lapisan masyarakat. Pada umumnya tayub adalah
tarian yang dilakukan oleh beberapa orang secara berbaris kemudian penonton boleh ikut menari
namun harus menari dengan tertib.
Tayub Di pati sama saja dengan tayub di Daerah lainnya. Hanya saja keberadaanya hanya
dilakukan didaerah tertentu. Biasanya dilakukan masyarakat yang berada di wilayah Pati bagian
selatan.
Biasanya untuk Tayub di Pati biasa dipakai untuk memeriahkan acara pernikahan, khitanan, dan
tasyakuran. Namun demikian keberadaan Tayub di daerah pati secara keseluruhan sudah mulai
diganti dengan musik modern. Namun untuk ritual sedekah bumi maupun sedekah laut biasanya
masih menggunakan tari tayub ini.
Dipati juga dikenal tledhek atau joget yang akan menari berpasangan dengan penari laki-laki
yang kebagian sampur atau selendang. Kemudian menari diiringi dengan Alunan Musik
Tradisional Gamelan. Dalam pementasannya kebanyakan dengan menggunakan panggung. Dan
dibelakang panggung terjajar alat musik gamelan beserta Waranggono.
Di Daerah Pati, Jika para tamu undangan ingin menjadi Penari Pria (Penayub) mereka harus
mendaftar terlebih dahulu kepada para orang yang bertugas mencatati daftar Penayub, kemudian
menyerahkannya catatannya kepada Pranataacara (Pembawa Acara) yang kemudian Pranata
Acara tersebut memanggil Para Penayub yang sudah terdaftar untuk menari diatas Panggung.
Tujuannya agar tidak saling mendahului. Hal ini dimaksudkan agar pergelaran tayub bisa
berjalan dengan tertib.
Dalam pelaksanannya Tayub di Pati ini, penari wanita (ledhek) ini di kelilingi depan belakang
oleh Penari pria (penayub) dalam pementasannya, contohnya : apabila ada 5 orang ledhek dalam
pagelaran tersebut, berarti jumlah Penari Prianya (penayub) ada 10, yang berhadapan dengan

Ledheknya 5 penayub sedangkan yang dibelakangi Ledheknya 5 penayub. Kemudian setiap


setengah pagelaran para penari prianya memutari penari wanita melingkar 180 derajat. dan
penari wanitanya kemudian berpindah hadapan 180 derajat juga, sehingga penari pria dan wanita
yang sebelum memutar tadi berhadap-hadapan dan setelah memutar menjadi berhadap-hadapan
kembali. Tari Lengger dan Tayub itu hampir sama. Perbedaanya adalah terletak pada penari Lakilaki. Kalau Tari lengger Menggunakan Topeng, namun untuk Tayub tidak menggunakan Topeng.
Tembang serta irama Tayub di Pati lebih cokekan (musiknya lebih keras) dibandingkan dengan
daerah-daerah lain. Tembang-tembang yang dibawakan dalam pementasan Tayub di Pati
sekarang ini juga mulai mengikuti permintaan pasar, dalam artian lagu-lagunya tidak melulu
tembang-tembang Jawa dan mulai merambah ke lagu-lagu pop yang sedang populer.
Namun minat para generasi muda terhadap Kesenian Tayub ini semakin menurun, sehingga
Kesenian Tayub ini lama-kelamaan dapat termakan zaman. Oleh karena itu re-generasi atau
pengenalan generasi muda terhadap kesenian Tayub ini sangat diperlukan agar Kesenian Tayub
ini tetap ada. Dalam hal ini peran pemerintah serta masyarakat sangat diperlukan, untuk saling
bekerja sama melestarikan kesenian Tayub ini. Sehingga membuat Kesenian Tayub ini tidak akan
pernah Mati dan tetap Lestari.

Kesenian Tong-Tong Thek Pati

Sebuah apresiasi tinggi wajib diberikan kepada salah satu daerah di kabupaten Pati atas kerja
kerasnya mempertahankan dan mengembangkan budaya dan kesenian tradisional. Daerah
tersebut adalah kecamatan Dukuhseti, wilayah kabupaten Pati paling utara yang berbatasan
langsung dengan wilayah kabupaten Jepara. Di Kecamatan Dukuhseti, ada sebuah kelompok
pengembang kesenian bernama Suto Wijoyo. Kelompok pengembang kesenian Suto Wijoyo
mengembangkan salah satu kesenian daerah yang dikenal dengan nama Kesenian Tong-Tong
Thek Suto Wijoyo. Kesenian Jawa ini dikreasikan sedemikian rupa untuk menyuguhkan alunan
musik khas dari alat musik tradisional. Bahkan alat musik yang digunakan sangatlah tidak umum
dan biasanya hanya digunakan untuk aktivitas tertentu saja dan waktu tertentu saja. Alat yang
digunakan dinamakan dengan Kentongan.
Bagi warga di pedesaan, alat yang dinamakan Kentongan memang sudah tidak asing lagi. Alat
ini biasa digunakan di masjid-masjid (selain bedug) untuk memberikan tanda akan datangnya
waktu sholat (umat islam) sebelum adzan dikumandangkan. Kentongan pada umumnya terbuat
dari kayu besar yang tengahnya dilubangi sedemikian rupa supaya dapat menimbulkan sebuah
bunyi nyaring ketika dipukul. Tetapi untuk kasus kesenian Tong-Tong Thek Suto Wijoyo yang
dikembangkan di kecamatan Dukuhseti, ketongan yang digunakan untuk menimbulkan bunyi
atau untuk menciptakan alunan musik tidak terbuat dari kayu besar, melainkan terbuat dari
batang bambu yang dipotong-potong dengan ukuran tertentu. Ukuran bambu yang digunakan
untuk membuat kentongan tersebut juga bervariasi, hal ini dimaksudkan untuk membuat buni
dengan tingkat nada yang berbeda.
Kesenian Tong-Tong Thek Suto Wijoyo lumayan sering mengadakan pertujukan, seperti setiap
kali ada perayaan festival tahunan di masing-masing desa yang ada di kecamatan Dukuhseti.
Kelompok kesenian ini biasanya disewa untuk ikut mengisi parade yang diselenggarakan oleh
pemerintah desa tersebut. Dari informasi yang didapatkan melalui Tim LP B/10 portal berita pati,
BERITA10.COM menyatakan, kesenian Tong-Tong Thek pernah diikutkan untuk mengisi acara
di parade budaya kabupaten Pati yang diselenggarakan di Alun-Alun Kota Pati.

Kelompok kesenian Tong-Tong Thek Suto Wijoyo memoles lagu-lagu baru jaman sekarang
dengan iringan musik tong-tong thek. Alunan musik yang hadir juga memiliki kelas tersendiri,
dapat menghipnotis pendengar yang mendengarkan dan meilhat aksi kelompok kesenian ini.
Pusat pengembangan kelompok kesenian Tong-Tong Thek Suto Wijoyo ada di Desa Kenanthi,
Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Seluruh warga Dukuhseti mengenal dan
mengetahui pusat pengembangan kesenian ini.

Anda mungkin juga menyukai