Anda di halaman 1dari 5

HUKUM ETIKA DAN PROFESI

KODE ETIK HAKIM

Disusun oleh:
Kelompok 1
Riza Maulana 181000002
Mia Naerul Nisa 181000036
Bunga Lestari Handayani 181000042
Azulia Nur Izzah 181000044
Intan Amelia 181000046
Ahmad Farhan Walidain 181000054
Ajeng Alfiana 181000055
Muhamad Rizky Harisnandi 181000478

Di bawah bimbingan :
Dr. Hj. Ummi Maskanah, S.H., M.Hum

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSTAS PASUNDAN
2021
A. Bagaimana Upaya Komisi Yudisial Dalam Penerapan Kode Etik Hakim?

Dari hasil wawancara yang kami lakukan dengan mantan ketua Komisi
Yudisial yaitu Bapak Dr. Jaja Ahmad Jayus, S.H., M.hum, pertama-tama beliau
memaparkan mengenai pengertian Etika, Etika adalah cabang filsafat tentang
moralitas. Seseorang dikatakan beretika apabila orang ini merenungi (merefleksikan)
secara kritis pilihan- pilihan moralitasnya. Istilah “kode etik” (code of ethics) sering
dimaknai sama dengan tata karma (code of conduct) atau pedoman perilaku (code of
practice). etika profesi adalah cabang dari etika yang menjadikan moralitas berprofesi
sebagai bahan perenungannya. Oleh karena etika profesi tersebut berhubungan dengan
komunitas penyandang profesi, maka etika profesi dapat dianggap cabang dari etika
sosial.
Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim dimaksudkan agar hakim mengetahui
dengan pasti apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukannya. Sebuah
perbuatan yang apabila dilakukan oleh orang bukan hakim tidak mengundang reaksi
masyarakat. Tetapi apabila dilakukan oleh seseorang Hakim akan menjadi masalah
yang cukup serius. Sikap dan perilaku Hakim yang senantiasa menunjukan
kematangan jiwa dan emosi akan menempatkan Hakim pada posisi terhormat dan
keluhuran martabat.
Penerapan kode etik hakim berdasarkan buku panduan yang telah di buat
Bersama-sama oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia dan Komisi Yudisial
Republik Indonesia Nomor: 02/PB/MA/IX/2012 02/PB/P.KY/02/2012 Tentang
Panduan Penegakan Kode Etik Dan Pedoman Perilaku Hakim, merupakan panduan
keutamaan moral dan perilaku hakim, baik dalam menjalankan tugas profesinya
maupun dalam hubungan kemasyarakatan diluar kedinasan.
Upaya penerepan Kode Etik Hakim oleh Komisi Yudisial yang pertama yaitu
diatur oleh Peraturan Komisi Yudisial Tentang Pengawasan Terhadap Pelanggaran
Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim, yang kedua Peraturan Komisi Yudisial
Tentang Pemantauan Pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim.
Dalam Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim ada Prinsip-prinsip dasar
Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim yang diimplementasikan dalam 10 (sepuluh)
aturan perilaku, salah satu contohnya yaitu Hakim harus berperilaku adil, seperti
Hakim dilarang memberikan kesan bahwa salah satu pihak yang tengah berperkara
atau kuasanya termasuk penuntut dan saksi berada dalam posisi yang istimewa untuk
mempengaruhi hakim yang bersangkutan.
Dengan melaksankan perturan tersebut maka Hakim telah melaksanakan etika
sebagai hakim yang menghasilkan nilai terhadap kualitasnya sebagai hakim. Dan Ia
pun telah melaksanakan norma-norma yang sesuai dalam ketentuan yang telah dibuat
Bersama-sama oleh Mahkamah Agung dengan Komisi Yudisial. Maka hakim
tersebutpun telah menjujung moralitas dengan mewujudkan etika berperilaku jujur
sebagai hakim yang dimana sudah diatur dalam Kode Etik dan Pedoman Perilaku
Hakim (KEPPH).

B. Bagaimana Pemeriksaan Terhadap Hakim Yang Melanggar Kode Etik Hakim


Yang Dilakukan Oleh Komisi Yudisial Bersama-sama Mahkamah Agung?

Dari hasil wawancara yang kami lakukan dengan mantan ketua Komisi
Yudisial yaitu Bapak Dr. Jaja Ahmad Jayus, S.H., M.hum. Peranan KY dan MA
dalam hal hakim melanggar kode etik,yaitu;
1. KY harus berpedoman pada panduan Peraturan Komisi Yudisial Tentang
Pengawasan Terhadap Pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku
Hakim, yang kedua Peraturan Komisi Yudisial Tentang Pemantauan
Pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim;
2. Bagaimana hal tersebut di implementasikan, dimana KY bisa melakukan
pemantauan (untuk pencegahan) yaitu sebelum terjadi pelanggaran lalu
ada pengawasan yaitu sesudah terjadi pelanggaran.
Mekanisme untuk melakukan pemantauan yaitu adanya permintaan, atau KY
memandang itu perkara publik dan perlu dilakukan pemantuan kemudian jika ada
dugaan awal potensi pelanggaran maka dapat dilakukan pemantauan.
Sedangkan untuk pengawasan dapat dilakukan atas dasar laporan dari
masyarakat pencari keadilan, bisa juga atas temuan atau kemauan sendiri KY dengan
melihat langsung atau bersumber dari berita cetak/elektronik, misalnya dikoran ada
hakim bersangkutan saat sidang mengantuk, maka akan di cek hakim tersebut dengan
alat bukti saksi, foto, dll yang dapat digunakan untuk mengukur dugaan pelanggaran
kode etik.
Pemantauan diterjunkan tim ke pengadilan (mirip investigasi/intel) dimana
KY berkerjasama dengan Mahkamah Agung. Menurut Pak Jaja, KY bertugas sebagai
penerap kode etik sedangkan MA sebagai penerap hukum.
Adapun narasumber kedua yang kami wawancarai yaitu Drs. Agus Zainal
Mutaqien, SH sebagai mantan Kepala Biro Kepegawaian, Badan Urusan Administrasi
Mahkamah Agung.
Menurut Pak Agus mengenai pelanggaran kode etik hakim. Melalui Hakim
Tinggi Pengawas, MA memiliki Badan Pengawasan sendiri yang tugasnya melakukan
pengawasan dan melakukan pemeriksaan apabila ada pengaduan terhadap oknum
yang melakukan pelanggaran, apabila hasilnya memang terbukti melanggar maka
oknum tersebut akan di sidangkan oleh Dewan Kehormatan Hakim.
Setelah oknum selesai disidangkan, Dewan Kehormatan Hakim lalu
mengeluarkan rekomendasi yang ditujukan kepada pimpinan MA untuk ditindak
lanjuti, soal apakah hakim itu diberhentikan atau hanya sekedar diberi teguran baik
lisan atau tertulis yang tentu saja berpengaruh pada karir yang bersangkutan yang bisa
jadi catatan tidak baik. Jadi sikap MA apabila hakim melanggar kode etik yaitu
apabila terbukti melanggar maka akan diproses oleh Dewan Kehormatan Hakim.
Pak Agus menjelaskan bahwa ada 2 proses pemberhentian apabila hukuman
oknum hakim tersebut diberhentikan jabatan dan status kepegawaian PNS-nya, yaitu
1. Apabila hukumannya pemberhentian jabatannya sebagai hakim, maka
Dewan Kehormatan Hakim membuat surat rekomendasi kepada Dirjen
masing-masingnya (BADILUM, BADILAG, BADILMILTUN) Lalu
disampaikan kepada Presiden, Presiden lalu memberhentikan jabatan
oknum hakum tersebut.
2. Sedangkan untuk pemberhentian sebagai PNS, Dewan Kehormatan Hakim
memberikan surat rekomendasi kepada Pimpinan Mahkamah Agung lalu
diproses atau ditindak lanjuti oleh Sekertaris MA untuk membuat Surat
Keputusan (SK) yang kemudian diberikan kepada Badan Kepegawaian
Negara (BKN) untuk di eksekusi.
Pak Agus bercerita bahwa ia sering menerima dokumen surat rekomendasi
dari Dewan Kehormatan melaui pimpinan MA untuk di proses, pimpinan MA lalu
memerintahkan Sekertaris untuk menindak lanjutinya dengan membuat SK. Pernah
ada kasus dimana oknum hakim sudah diberhentikan baik dari status kepegawaiannya
sebagai PNS dan jabatannya sebagai hakim atas rekomendasi dari Dewan Kehormatan
Hakim, setelah jabatannya sebagai hakim diberhentikan oleh Presiden dan
kepegawaiannya sebagai PNS diberhentikan oleh sekertaris MA. Oknum yang
bersangkutan ini lalu mengajukan keberatan atas pemberhentian kepegawaian PNS-
nya
ke Badan Pertimbagan Kepegawaian (BAPEK) dan itu dikabulkan maka status PNS-
nya kembali namun status hakim nya tetap diberhentikan.

Anda mungkin juga menyukai