Anda di halaman 1dari 115

RUMAH SAKIT GRAHA HERMINE

PEDOMAN
MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

EDISI 1

TAHUN 2019

RUMAH SAKIT GRAHA HERMINE


Jl. Jendral Suprapto. Ruko Asih Raya Blok B. No 06 – 15 Batu Aji
Telp : (0778) 363318. Fax : (0778) 363164 Email : graha_hermine@yahoo.com

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kepa Tuhan Yang Maha Esa, berkat hasil kerja keras
Tim MFK Rumah Sakit Graha Hermine , maka sebuah buku Pedoman Manajemen Fasilitas
dan Keselamatan Rumah Sakit Graha Hermine telah diterbitkan.

MFK di Rumah Sakit Graha Hermine merupakan cerminan dari mutu rumah sakit,
sehingga K3 RSmerupakan suatu hal yang harus diperhatikan untuk peningkatan mutu
pelayanan rumah sakit dan karena dampaknya yang cukup luas pa masyarakat sekitar rumah
sakit. Maka hal ini perlu diperhatikan terutama oleh pihak Manajemen Rumah Sakit.

Buku Pedoman MFK di Rumah Sakit Graha Hermine ini dibuat untuk menji acuan
Tim MFK Rumah Sakit Graha Hermine sebagai bahan untuk melaksanakan dan memantau
kegiatan MFK pa Rumah Sakit Graha Hermine sehingga dapat dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya. Dengan mengambil materi mengenai hal - hal yang terkait dengan program MFK di
Rumah Sakit Graha Hermine serta tata laksana kerja pada masing-masing bagian dan sudah
dilaksanakan di Rumah Sakit Graha Hermine. Buku ini disusun dengan acuan pada
Departemen Kesehatan RI serta beberapa referensi kegiatan MFK yang sudah dilakukan di
Rumah Sakit Graha Hermine selama ini.

Akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
masukan demi terlaksananya penerbitan buku Pedoman dan Tata Laksana ini. Kami sadar
bahwa buku ini masih jauh dari sempurna, koreksi dari para pembaca sangat diharapkan dan
semoga buku ini dapat dipergunakan sebagai Pedoman dan Tata Laksana khususnya dan
pihak lain yang terkait dengan MFK pada umumnya.

Batam, 19 Januari 2019


Penulis

ii
RUMAH SAKIT GRAHA HERMINE
Komplek Ruko Asih Raya No. 06-15 Batu Aji, Batam
Telp : (0778)363 318,363127. Fax :(0778) 363164. Email :graha_Hermine@yahoo.com

SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT GRAHA HERMINE
No : 182/Dir/SK/RSGH/I/2019

TENTANG

PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN


DI RUMAH SAKIT GRAHA HERMINE

DIREKTUR RUMAH SAKIT GRAHA HERMINE

Menimbang : a Bahwa untuk mendukung terwujudnya Visi dan Misi RS. Graha
Hermine serta dalam rangka mengahadapi tuntutan akan
pelayanan kesehatan yang berkualitas serta mengutamakan
keselamatan pasien, anti sipasi situasi kondisi yang sangat
dinamis baik internal maupun eksternal maka perlu adanya
kebijakan manajemen fasilitas dan keselamatan sebabagai
pedoman dalam pelaksanaan pelayanan di Rumah Sakit Graha
Hermine
b Bahwa untuk kepentingan tersebut diatas, maka perlu di terbitkan
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Graha Hermine

Mengingat : 1 Peraturan Mentri Kesehatan No. 66 Tahun 2016 tentang


Keselamatan Kerja
2 Undang-undang RI no. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana
3 Undang - Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009
tentang Kesehatan
4 Undang-undang RI no. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
5 Peraturan Menteri Kesehatan No. 472 / Menkes / Per / V / 1996
tentang pengamanan barang berbahaya bagi kesehatan
6 Peraturan Menteri Tanaga Kerja dan Transmigrasi no.
Per:01/Men/1979 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
Konstruksi Bangunan

iii
7 Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1333 / Menkes /
SK / XII / 1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit
8 Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1405 / Menkes / SK /
XI / 2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri
9 Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 432 / Menkes / SK /
IV / 2007 tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) di rumah sakit
10 Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 129 / Menkes / SK /
II / 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT GRAHA HERMINE


TENTANG MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN
Kesatu :
MemberlakukanKebijakanManajemenFasilitas Dan Keselamatan
sebagaimana dalam terlampir dalam Keputusan ini
Kedua : Segala biaya yang timbul akibat diterbitkannya Keputusan ini
dibebankan pada anggaran Rumah Sakit
Ketiga : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal di tetapkan dengan ketentuan

Apabila di kemudian hari terdapat kesalahan akan di perbaharui sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Batam
Pada tanggal : 19 Januari 2019
Direktur RS. Graha Hermine

dr. Fajri Israq, MARS

iv
DAFTAR ISI

Lampiran
KATA PENGANTAR I
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 2
C. Ruang Lingkup 2
D. Dasar Kebijakan 3
BAB II GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT 3
A. Gambaran Umum 3
1. Jenis Kegiatan Manajemen Fasilitas dan Keselamatan 3
2. Jenis Kegiatan Rumah Sakit Graha Hermine 4
BAB III VISI, MISI, FALSAFAH, NILAI DAN TUJUAN RS 9
A. Visi 9
B. Misi 9
C. Falsafah 9
D. Nilai 9
E. Tujuan 10
BAB IV STRUKTUR ORGANISASI MFK 10
A. Struktur Organisasi MFK 10
B. Susunan Tim MFK Rumah Sakit Graha Hermine 11
BAB V URAIAN JABATAN MFK 12
A. Uraian Jabatan MFK 12
1. Ketua MFK 12
2. Sekretaris 13
3. Koordinator bidang keselamatan dan keamanan 13
4. Koordinator bidang bahan berbahaya dan beracun 13
5. Koordinator bidang manajemen emergensi 14
6. Koordinator bidang pengamanan dan kebakaran 15
7. Koordinator bidang Peralatan medis 15
8. Koordinator bidang sistem utilitas 16
9. Koordinator bidang pendidikan dan pelatihan 17
10. Koordinator bidang monitoring dan evaluasi 17

i
BAB VI POLA KETENAGAAN MFKRUMAH SAKIT GRAHA 18
HERMINE 18
BAB VII TATA LAKSANA MANAJEMEN FASILITAS DAN 18
KESELAMATAN 21
A. Keselamatan dan keamanan 21
1. Pencegahan risiko dan bahaya yang dapat terji di rumah 21
sakit 24
2. Perlindungan kesehatan petugas rumah sakit 49
3. Perlengkapan keamanan pasien 51
B. B3 (bahan berbahaya dan beracun) 53
1. Perencanaan B3 53
2. Penyimpanan B3 54
3. Distribusi B3 54
4. Penggunaan B3 54
5. Pengelolaan limbah B3 55
6. Pembuangan limbah B3 di unit laboratorium 57
7. Pembuangan limbah B3 di Unit dialiyis 57
8. Pembuangan limbah B3 di unit farmasi 58
9. Paparan / kecelakaan B3 60
10. Pengaan B3 62
11. Spill kit 65
C. Manajemen emergensi 65
1. Pengertian 66
2. Tujuan 66
3. Pengaturan jaga 66
4. Denah ruangan 66
5. Fasilitas keselamatan 66
6. Sandi penanggulangan kebakaran/bencana 68
7. Uraian tugas Tim 70
8. Evakuasi dan penyelamatan 73
9. Penanggulangan bencana 80
10.Sarana-sarana penanggulangan 81
D. Pengamanan dan kebakaran 81
1. Tujuan 81
2. Penatalaksanaan pengamanan dan kebakaran 85

ii
E. Peralatan medis 85
1. Tujuan 85
2. Penatalaksanaan peralatan medis 85
F. Sistem Utilitas 86
1. Tujuan 86
2. Penatalaksanaan Sistem Utilitas 86
G. Sanitasi Rumah Sakit 89
1. Penyediaan air bersih 89
2. Toilet dan Kamar mandi 90
3. Pengolahan limbah 91
4. Sampah RS 91
Tata laksana sanitasi lingkungan 92
BAB VIII MONITORING DAN EVALUASI 104
A. Monitoring dan evaluasi 104
1. Keselamatan dan keamanan 104
2. B3 (bahan berbahaya dan beracun) 105
3. Manajemen emergensi 105
4. Pengamanan dan kebakaran 105
5. Peralatan medis 106
6. Sistem utilitas
BAB IX PENUTUP
LAMPIRAN

iii
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.
Sebagai institusi kesehatan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya, Rumah
Sakit Graha Hermine wajib memenuhi ketentuan/peraturan perundang-undangan yang
berlaku, oleh Direktur Rumah Sakit Graha Hermine secara operasional dituangkan
dalam berbagai kebijakan umum tentang program kegiatan disetiap unit pelayanan
maupun unit terkait. Sebagian dari program kegiatan tersebut ada yang harus
dilaksanakan secara terpadu yang melibatkan berbagai unit pelayanan di lingkungan
Rumah Sakit Graha Hermine sadalah satu diantaranya adadalah program Manajemen
Fasilitas dan Keselamatan. Di lingkungan Rumah Sakit Graha Hermine sendiri selalu
ada kemungkinan terjadinya kecelakaaan kerja dalam pengoperasian peralatan
kedokteran serta penunjang medik lainnya, bahkan resiko terjadinya penyakit akibat
kerja dapat pula timbul penyebabnya bisa dari fasilitas yang dimiliki rumah sakit atau
sebagian besar disebabkan faktor ketidak hati-hatian manusianya, dipihak lain setiap
sumber daya manusia yang bekerja di rumah sakit berhak mendapatkan perlindungan
atas keselamatan profesinya/pekerjaannya, terjamin keamanan pemakaian peralatan
penunjang medik dan non medik yang terdapat di rumah sakit termasuk pasien dan
pengunjung yang mendatangi Rumah Sakit Graha Hermine.

Karena itu lingkungan kerja yang sehat dan aman bagi petugas dan pengunjung
Rumah Sakit Graha Hermine, dapat diwujudkan dengan pelaksanaan keselamatan
keamanan kerja yang dijalankan dengan baik dan konsisten. Dengan lingkungan yang
sehat, petugas dapat bekerja tanpa resiko cedera sehingga dapat melayani pasien
dengan sebaik-baiknya. Juga dapat menciptakan lingkungan aman dan bebas dari
pencemaran limbah berbahaya dan beracun.

Pada akhirnya tercipta suatu kesejahteraaan pegawai yang juga dapat menekan
biaya untuk angka kesakitan yang timbul pada petugas sehingga dapat meningkatkan
mutu pelayanan Rumah Sakit. Untuk itu perlu menyusun pedoman Manajemen
Fasilitas dan Keselamatan sebagai panduan dalam pengelolaaan K3 RS.

1
B. TUJUAN.
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari pedoman kesehatan dan Keselamatan kerja ini adalah
sebagai dasar untuk memberikan pedoman kepada petugas Rumah Sakit Graha
Hermine khususnya petugas yang berhubungan dengan Fasilitas dan
Keselamatan Rumah Sakit.

2. Tujuan Khusus
a. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja pegawai di
semua unit kerja ketingkat setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun
kesejahteraan sosialnya.
b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada petugas berupa
kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang diakibatkan oleh keaan/kondisi
lingkungan kerjanya.
c. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi petugas di dalam
pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-
faktor yang membahayakan kesehatan.
d. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan
yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.

C. RUANG LINGKUP.
Ruang lingkup Kesehatan dan Keselamatan kerja Rumah Sakit Graha Hermine
yaitu merupakan kegiatan untuk menyediakan fasilitas yang aman, berfungsi dan
menunjang kebutuhan pasien, keluarga dan staf serta pengunjung. Dan yang menjadi
fokus kegiatan MFK adalah fasilitas gedung, bahan berbahaya, manajemen emergensi,
pengamanan kebakaran, peralatan medis dan sistim utilitas. Secara khusus kegiatan
MFK berupaya untuk:
1. Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko
2. Mencegah kecelakaan dan cidera
3. Memelihara kondisi yang aman

2
D. DASAR KEBIJAKAN.
a. Keselamatan Kerja. Peraturan Mentri Kesehatan No. 66 Tahun 2016 tentang
Keselamatan Kerja
b. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per. 05 / Men / 1996, tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3 RS).
d. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1087/MENKES/SK/VIII/2010, tentang
Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.
e. Keputusan Menteri Kesehatan No.1204/MENKES/SK/X/2004, tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
f. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 472/MENKES/PER/V/1996, tentang
Pengamanan Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan.
g. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 02/MEN/1980, tentang Pemeriksaan Tenaga
dan Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
h. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 04/Men/1980, tentang Syarat-syarat
Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemam Api Ringan (APAR).

3
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

A. GAMBARAN UMUM.
Rumah Sakit Graha Hermine merupakan rumah sakit di lingkungan Pemukiman
Warga Batu Aji, dan juga berfungsi sebagai rumah sakit integrasi bagi masyarakat
umum di wilayah Kota Batam.
Dalam perjalanannya, Rumah Sakit Graha Hermine mengalami perubahan dan
perkembangan baik secara fisik bangunan, fasilitas kesehatan maupun nama dan status
rumah sakit.
Rumah sakit ini memulai sejarahnya sejak pertengahan tahun 2009 dengan
Direktur Rumah Sakit dr. Aprijal pada tahun 2009 dan digantikan oleh dr. Andika
Bintang prastya selanjutnya dr. Fajri Israq, MARS Pada tahun 2016. Keputusan Wali
Kota Batam Nomor : KPTS.162/HK/IV/2015 tentang Pemberian Izin Operasional
Tetap Rumah Sakit Umum Graha Hermine Batam. Dengan luas bangunan gedung saat
itu 4.730.63 m2 dengan jumlah tempat tidur sebanyak 100 dengan rincian :
1. Ruang Perawatan SVIP = 1 TT
2. Ruang VIP = 2 TT
3. Ruang perawatan kelas I = 5 TT
4. Ruang perawatan kelas II = 12 TT
5. Ruang Perawatan kelas III = 76 TT

Rumah Sakit Graha Hermine adalah Pelayanan Kesehatan dibawah naungan PT.
BATAM SEHAT MADANI, sesuai harapan masyarakat sekitar Rumah Sakit Graha
Hermine juga melayani masyarakat umum.
Rumah Sakit Graha Hermine sesuai Keputusan Menkes RI no.NK.03.05/I/2422/11
tentang Rumah Sakit Umum Tingkat III 05.04.03 Graha Hermine Propinsi Kepulauan
Riau ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum Kelas C.

A. TUGAS POKOK DAN FUNGSI RS. GRAHA HERMINE


RS Graha Hermine Batam merupakan rumah sakit milik PT. BATAM SEHAT
MADANI kapasitas 90 tempat tidur, merupakan milik Tentara Nasional Indonesia
Angkatan Darat (PT. BATAM SEHAT MADANI ).

4
RS Graha Hermine Batam mempunyai fungsi memberikan pelayanan kesehatan
paripurna.
1. Tugas Pokok
a. Menyelenggarakan dukungan kesehatan pada operasi dan latihan PT. BATAM
SEHAT MADANI di Kota Batam
b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna bagi anggota PT. BATAM
SEHAT MADANI beserta keluarganya di Kota Batam
c. mendukung penyelenggaraan pendidikan kesehatan institusi pendidikan PT.
BATAM SEHAT MADANI .
2. Fungsi
Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut, RS Graha Hermine menyelenggarakan
fungsi sebagai berikut :
a. Memberikan dukungan kesehatan pada satuan operasi PT. BATAM SEHAT
MADANI Kota Batam
b. Memberikan dukungan kesehatan pada setiap kegiatan peringatan hari besar
nasional dan PT. BATAM SEHAT MADANI
c. Memberikan Dukungan Kesehatan kepa VIP dan VVIP atau tamu dari luar negeri
yang berkunjung ke KEP. RIAU yakni Kota Batam .
d. Memberikan dukungan kesehatan pada penyelenggaraan latihan diklat kesehatan,
farmasi dan sumber daya manusia.
e. Menyelenggarakan latihan kesehatan secara bertingkat dan berlanjut dalam rangka
memberikan dukungan kesehatan pada umumnya.
f. Menyelenggarakan latihan ATLS, BTCLS, dan kegawat daruratan medik.
g. Menyusun dan melaksanakan program pelayanan kesehatan umum, spesialistik
dan subspesialistik yang meliputi pengujian dan pemeriksaan kesehatan.
h. Menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan khususnya pelayanan kesehatan
spesialistik bagi karyawan / pekerja PT. BATAM SEHAT MADANI , beserta
keluarganya maupun masyarakat umum.
C. Jenis kegiatan manajemen fasilitas dan keselamatan .
Rumah Sakit berperan menyediakan fasilitas yang aman, fungsional dan suportif
bagi pasien, keluarganya, staf dan pengunjung. Untuk mencapai tujuan ini, fasilitas
fisik, medis, peralatan lainnya, dan sumber daya manusianya harus dikelola secara
efektif. Secara khusus manajemen harus berusaha untuk:
a. mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko

5
b. mencegah kecelakaan dan cedera
c. memelihara kondisi yang aman.
Manajemen yang efektif meliputi perencanaan, pendidikan, dan pengawasan
multidisiplin sebagai berikut:
1. Pemimpin merencanakan ruang, peralatan, dan sumber daya yang dibutuhkan
sedemikian rupa sehingga dapat mendukung pelayanan klinis yang disediakan
secara aman dan efektif.
2. Semua staf diberi penyuluhan mengenai fasilitas, bagaimana cara mengurangi
risiko dan bagaimana cara untuk memantau dan melaporkan situasi-situasi yang
berisiko.
3. Suatu Kriteria kinerja digunakan untuk mengevaluasi sistem-sistem penting dan
mengidentifikasi perbaikan-perbaikan yang diperlukan.

Bila sesuai, untuk fasilitas dan kegiatan-kegiatan rumah sakit disusunlah rencana
tertulis yang meliputi enam bidang:
1) Keselamatan dan Keamanan
a) Keselamatan. Sejauh mana bangunan, wilayah dan peralatan rumah sakit tidak
menimbulkan bahaya atau risiko bagi pasien, staf atau pengunjung.
b) Keamanan.
Perlindungan dari kerugian, kerusakan, gangguan, atau akses atau penggunaan
oleh pihak yang tidak berwenang.
2) Bahan Berbahaya.
Penanganan, penyimpanan dan penggunaan bahan radio aktif dan lainnya
dikendalikan dan limbah berbahaya ditangani secara aman
3) Manajemen Emergensi.
Respons terhadap epidemic, bencana dan keadaan darurat direncanakan dan
dijalankan secara efektif.

4) Pengamanan Kebakaran.
Properti dan para penghuni rumah sakit dilindungi dari bahaya kebakaran dan
asap.

5) Peralatan Medis.
Peralatan dipilih, dipelihara dan digunakan dengan cara sedemikian rupa agar
mengurangi risiko.

6
6) Sistem Utilitas.
Listrik, air dan system utilitas lainnya dipelihara sehingga risiko kegagalan dalam
kegiatan kerja dapat diminimalkan.

b. Jenis kegiatan Rumah Sakit Graha Hermine


Jenis kegiatan rumah sakit yaitu kegiatan rumah sakit Graha Hermine yang
merupakan Rumah Sakit tipe C.
1) Pelayanan utama
a) Rawat jalan
Pelayanan rawat jalan terdiri dari 11 Poly Klinik dan pelayanan gawat darurat.
b) Rawat Inap
Jumlah ruangan perawatan di Rumah Sakit Graha Hermine sebanyak 8 ruangan
yaitu:
(1) Ruang ICU.
(2) Ruang NICU
(3) Ruang Rawatan Anak
(4) Ruang Perawatan Interne Wanita
(5) Ruang Perawatan Interne Pria
(6) Ruang Perawatan Bedah
(7) Ruang Perawatan Kebidanan
(8) Ruang Paviliun

2) Pelayanan Penunjang
Pelayanan penunjang terdiri dari:
a) Laboratorium klinik.
b) Radiologi
Pemeriksaan radiologi di Rumah Sakit Graha Hermine terdiri dari pemeriksaan
X-ray dan USG
c) Farmasi
Guna mendukung pelayanan obat-obatan bagi pasien anggota PT. BATAM
SEHAT MADANI dan pasien dari masyarakat umum, maka pelayanan obat-
obatan di Rumah Sakit Graha Hermine dikelola oleh Instalasi Farmasi.
d) Kamar Operasi dan Persalinan
(1) Pelayanan kamar operasi dilaksanakan oleh Instalasi Kamar Bedah, meliputi
pelayanan bedah umum, bedah anak.
7
(2) Kamar persalinan dipakai untuk pelaksanaan kegiatan persalinan normal, kuret
dan tindakan lain di SMF Obsgyn.
3) Sarana Penunjang Non Medik
a) Dapur/ruang gizi
b) Ruang pencucian/laundry
4. Tenaga Kerja
Rumah Sakit Graha Hermine mempekerjakan tenaga kerja dengan latar belakang status
kepegawaian dan latar belakang pendidikan dari berbagai disiplin ilmu serta strata
pendidikan yang berbeda-beda.
5. Lokasi Rumah Sakit
6. Terletak dipemnukiman batu Aji Kota Batam
7. Perijinan
Rumah Sakit Graha Hermine telah berdiri sejak tahun 2009, dari tahun ke tahun selalu
melakukan penyempurnaan pada sarana dan prasarana serta sumber daya manusia.
Adapun daftar peirijinan disajikan pada tabel berikut:

NO IZIN

1. Izin Mendirikan Bangunan

2. Izin Operasional RS Yang Masih Berlaku

3. Sertifikat SLF

4. Izin IPAL

5. Izin Genset
6. Izin Radiologi
7. Sertifikat / Sistem Pengamanan Pemadaman Kebakaran

8. Sistem Kelistrikan

9. Izin Incenerator

10. Izin Tempat Pembuangan Sementara Bahan Berbahaya Dan Beracun (TPS-B3)

11. Izin Lift

12. Izin Instalasi Petir

13. Izin Lingkungan

8. Sarana dan Prasarana


8
a) Kebutuhan air
Kebutuhan air bersih rata-rata perhari yang digunakan adalah sebagai berikut:
(1)Instalasi Rawat Jalan : 30 meter kubik
(2)Instalasi Rawat Inap : 200 liter / hari per / bed
(3)Instalasi Penunjang dan staf : 30 liter
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih Rumah Sakit Graha Hermine hanya
menggunakan sumber air tanah dan PDAM.
b) Jenis limbah
(1) Limbah padat
Jenis limbah yang dihasilkan terbagi menji sampah medis dan non medis.
Untuk pemusnahan sampah medis padat dilakukan, sedangkan sampah Non
medis/limbah domestik diangkut oleh dinas kebersihan kota Batam .
(2) Limbah cair
Limbah cair Rumah Sakit diolah di IPAL Rumah Sakit Graha Hermine.
c) Penggunaan Energi
Rumah Sakit Graha Hermine dalam penggunaan listriknya bergantung pada
PLN sedangkan cadangannya berupa 1 genzet yang kemampuannya sebesar
300 Kva.

BAB III
VISI, MISI, FALSAFAH, NILAI DAN TUJUAN RS

9
A. Visi
Menjadi Rumah Sakit Pilihan Utama Masyarakat Batam

B. Misi
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang cepat, tepat dan berkualitas
2. Mengutamakan kenyamanan dan keselamatan pasien
3. Memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau dan kesejahteraan oleh seluruh
lapisan masyarakat.
4. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan karyawan, sehingga mampu
melaksanakan pelayanan yang profesional
5. Meningkatkan kualitas alat kedokteran yang dapat memberikan nilai lebih bagi
pelayanan kesehatan.

C. MOTTO
“Kesehatan Anda Prioritas Kami”

BAB IV
TATA LAKSANA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

10
A. KESELAMATAN DAN KEAMANAN.
Keselamatan dan keamanan rumah sakit ini meliputi semua area rumah sakit
yaitu semua lingkungan pelayanan, lingkungan di luar area pelayanan dan area bisnis
yang ada dalam rumah sakit yang meliputi keselamatan dan keamanan pasien,
keluarganya, pengunjung dan petugas rumah sakit:
1.. Pencegahan risiko dan bahaya yang dapat terjadi di rumah sakit.
a. Pencegahan pencurian dan pemaksaan mengambil barang milik masyarakat
Di rumah sakit.
Rumah sakit mengupayakan sebuah sistem pengamanan sehingga
siapapun yang berada di rumah sakit terhindar dari kecurian maupun
pengambilan secara paksa miliknya. Seluruhnya tamu rumah sakit
diidentifikasi, pengunjung dibatasi jumlahnya dan keluarga pasien yang
menunggu/ menginap di rumah sakit diidentifikasi, gedung difasilitasi
dengan pemasangan trail sesuai kebutuhan keselamatan keamanan,
pasien dan keluarga diinfokan untuk tidak membawa barang berharga
dan uang yang berlebihan, pemasangan kamera untuk
mengindentifikasi kajian yang mengancam keselamatan dan keamanan.

b. Pencegahan kekerasan oleh petugas maupun pasien lain dan


pengunjung di rumah sakit.
Pasien, keluarganya, dan petugas dilindungi oleh rumah sakit dari
bahaya akan kekerasan fisik maupun mental baik oleh pengunjung
maupun petugas rumah sakit sendiri. Disediakan sebuah sistem bila
petugas, pasien/ maupun keluarga mengindetifikasi kemungkinan
terjinya kekerasan mental maupun fisik.

c. Pencegahan bahaya yang diakibatkan oleh anya bangunan baru ataupun


renovasi gedung.
Pasien dan masyarakat rumah sakit lainnya terhindar dari bahaya
karena polusi debu, jatuhan bahan bangunan maupun bahaya lain yang
diakibatkan oleh anya penambahan bangunan di dalam rumah sakit.
Oleh karena itu untuk setiap proses renovasi bangunan gedung baru dan
proses pemusnahan, area bangunan tersebut dilindungi dengan

11
menggunakan sekat triplek, dan ditulisi informasi larangan masuk,
kecuali yang berkepentingan

d. Pencegahan bahaya cedera, keselamatan nyawa, maupun pencurian yang


disebabkan oleh keterbatasan fisik bangunan rumah sakit.
Rumah sakit menyiapkan fasilitas yang mengupayakan keselamatan
dan keamanan pasien/ keluarga dan masyarakat rumah sakit lain dari
cedera, jatuh, pencurian, ancaman nyawa dengan melengkapi fasilitas
nurse call untuk semua pasien, trali jendela untuk keamanan dari
pencurian sesuai kebutuhan, handrail untuk pemegangan saat pasien
berjalan maupun duduk di ruangan perawatan termasuk kamar mandi
dan disekitar bangunan RS, pengamanan tempat tidur untuk mencegah
pasien jatuh, pemasangan smoke detector di gedung berisiko,
penandaan lantai licin dan lantai beda level untuk mencegah pasien
jatuh, pintu kamar mandi pasien yang terbuka ke luar untuk dapat
segera membantu pasien yang terkunci tanpa mencenderai saat pintu
dibuka paksa, dan fasilitas lain yang dibutuhkan.

e. Keselamatan dan keamanan lingkungan rumah sakit dan hospital ground.


1) Area outdoor rumah sakit selalu menampilkan situasi yang aman
dari segi fisik lingkungannya seperti semua saluran pembuangan
tertutup dan tidak bau.
2) Pembatasan jalan maupun trotoar tersedia aman tanpa lubang
maupun pecahan beton.
3) Pagar taman tidak a sesuatu yang tajam.
4) Selang atau kabel yang melintang/ terpasang dengan pembungkus
sehingga tidak mengancam keselamatan
5) Penempatan tabung gas ditempatkan pa area yang aman dari api,
dengan penempatan yang diatur sedemikian rupa untuk mencegah
jatuhnya tabung, serta akses masuk dibatasi.
6) Keamanan dinding, lantai, plafon dan atap bangunan, tidak anya
lubang, perembesan air maupun kerusakan fisik bangunan lain,
yang dapat berisiko menyebabkan gangguan keselamatan.

12
7) Tempat bermain anak ditata rapi, dengan cat yang aman, tidak a
bagian yang berkarat, berlubang maupun tajam yang dapat
menyebabkan keselamatan fisik anak terganggu.
8) Pengaturan parkir dan lalu lintas diatur untuk menjaga alur lalu
lintas berjalan dengan aman tanpa mengganggu pejalan kaki yang
a di sekitarnya.
9) Akses keluar masuk rumah sakit diatur, untuk mencegah gangguan
keselamatan pa masyarakat dan fasilitas rumah sakit. Akses masuk
ke dalam rumah sakit a di Gerbang Tengah depan Piketan, Akses
keluar Rumah sakit a di pintu utara depan IGD.
10) Pengaturan waktu berkunjung waktu berkunjung ke pasien diatur 2
kali dalam sehari yaitu jam 10.00-12.00 dan jam 16.00-18.00
11) Identitas pegawai dan peserta didik, seragam pegawai dan tamu.
Untuk mencegah terjinya masadalah keamanan pa masyarakat
rumah sakit maka semua petugas dan peserta didik di Rumah Sakit
Graha Hermine menggunakan label Identitas dan pakaian seragam
sesuai ketentuan rumah sakit pa setiap periode tugasnya baik pagi,
siang, maupun malam. Untuk tamu rumah sakit seperti Medical
Representative dan tamu rumah sakit diberikan identitas tamu
yang dikelola oleh piket ksatrian.

f. Pencegahan cedera karena jarum/ benda tajam.


Jarum/ benda tajam ditempatkan pa container khusus sehingga tidak
mencederai staf maupun pasien dan pengunjung. Apabila seseorang
terkena jarum, maka yang bersangkutan akan ditangani sesuai prosedur
yang berlaku.

g. Pencegahan paparan riasi pa petugas Riologi.


a) Petugas riologi merupakan sadalah satu staf yang akan terkena
dampak paparan riasi, oleh karena itu apron yang digunakan
dilakukan perawatan dan uji secara berkala untuk memastikan apron
masih tetap aman digunakan. Perawatan terhap apron dilakukan
setiap hari setelah digunakan oleh petugas riologi, sedangkan uji
terhap efektifitas apron dilakukan oleh petugas PPR setiap 1 tahun
sekali.
13
b) Setiap petugas di ruangan riologi menggunakan bge riasi yang di uji
setiap 1 tahun sekali oleh petugas PPR untuk memastikan
keefektifan bge tersebut.

h. Pencegahan terjinya penculikan bayi.


Untuk mencegah terjinya penculikan bayi maka semua orang yang
masuk ke ruangan bayi dipantau oleh petugas ruangan, keluarga pasien
memiliki ID berupa kartu ijin menunggu saat bera di ruangan
perawatan. Pintu ruangan dikunci dan dipegang oleh petugas jaga yang
dioperkan setiap shif.

i. Pencegahan pasien minggat/ hilang dari rumah sakit.


Semua pasien diidentifikasi dengan menggunakan gelang pasien pa
tangannya, piket ksatrian melakukan pengawasan apabila a seseorang
dengan menggunakan gelang tersebut bera di luar ruangan perawatan
tanpa didampingi oleh petugas rumah sakit. Bila petugas security
menemukan individu seperti itu, maka petugas melakukan identifikasi
pa pasien tersebut dan melakukan kontak dengan ruangan perawatan
untuk koordinasi.

j. Perlindungan kesehatan petugas rumah sakit.


1) Pendidikan Kesehatan Akibat Kerja.
Setiap petugas atau yang terdaftar sebagai karyawan atau pemberi
pelayanan kesehatan di rumah sakit harus mengetahui dan
melaksanakan hal-hal yang berhubungan dengan pencegahan kesehatan
akibat kerja. Dalam hal ini yang dilakukan oleh unit pelayanan
kesehatan kerja adalah bekerjasama dengan bagian Diklat dan Tim-tim
dari Instalasi lain dalam memberikan pengetahuan terhap seluruh
karyawan mengenai pencegahan kesehatan akibat kerja dengan cara:
a) Melalui orientasi karyawan baru
b) Melalui training-training di unit kerja masing-masing
c) Melalui penyuluhan-penyuluhan kepa petugas.
d) Melalui Sosialisasi terhap karyawan baru dan lama.

14
2) Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja di Rumah Sakit.
adalah suatu rangkaian dari proses rekrutmen, dimana setiap calon
wajib mengikuti pemeriksaan kesehatan yang dilakukan di Unit Rikkes
Rumah Sakit Graha Hermine. Yang bertujuan untuk mencari dan
menempatkan karyawan dengan kondisi kesehatan yang sesuai dengan
jenis pekerjaannya (sesuai dengan persyaratan jabatan).

Jenis Pemeriksaan Kesehatan yang dilakukan untuk calon karyawan


adalah sebagai berikut:
a) Wawancara
b) Pemeriksaan Fisik
c) Pemeriksaan mental
d) Pemeriksaan penunjang
e) Pemeriksaan Tambahan.
Pemeriksaan tambahan ini dilakukan khusus bagi tenaga Perawat,
Bidan, Dokter, Analis, Asisten Apoteker, Apoteker, BME dan
Keterapian Fisik yaitu:
(1) HbsAg
(2) Anti HIV (dengan surat pernyataan).

3) Pemeriksaan kesehatan berkala bagi petugas rumah sakit.


Pemeriksaan ini diberikan bagi petugas yang telah bekerja minimal 12
bulan berturut- turut. Tujuan dari dilakukan pemeriksaan berkala
adalah:
a) Memberikan perawatan atau tindakan preventif bagi petugas yang
bertugas di Unit pelayanan yang memiliki resiko tinggi sesuai
dengan standar kesehatan dan keselamatan kerja yang berlaku.
b) Meningkatkan produktivitas kerja dan memberikan keaan nyaman
kepa petugas.
c) Memantau kondisi kesehatan petugas pa unit kerja tersebut diatas.

Pemeriksaan kesehatan berkala terbagi menji:

15
a) Pemeriksaan Kesehatan berkala tahunan yaitu pemeriksaan yang
dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali bagi petugas yang bekerja di
Unit Pelayanan yang beresiko tinggi.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk bagian:
(1) Laboratorium
(2) Riologi
(3) UGD
(4) Kamar Bedah
(5) Kamar Bersalin
(6) ICU
(7) Dokter Umum
(8) Pemeliharaan Alat Medis
(9) Perawat Ruangan
(10) Perawat Poli
(11) Laundry
(12) Farmasi

Jenis pemeriksaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:


(1) Pemeriksaan Fisik
(2) Visus Mata
(3) Pendengaran, kalau perlu Audiometri.
(4) Laboratorium:
(a) Darah lengkap
(b) Urine Lengkap
(5) Pemeriksaan yg dilakukan apabila diperlukan:
(a) HBs Ag
(b) Anti HBs
(c) Anti HCV
(d) Anti HIV
(e) SGOT
(f) SGPT
(g) Gamma GT

16
b). Pemeriksaan Kesehatan berkala 2 tahunan yaitu pemeriksaan yang
dilakukan setiap 2 tahun sekali bagi petugas yang bekerja di Unit
Pelayanan Pasien secara langsung.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk bagian:
(1) Rekam Medis
(2) Gizi
(3) ministrasi Rawat Jalan
(4) ministrasi Rawat Inap
(5) Informasi
(6) Pengemudi
(7) Fisioterapi
(8) Ekspedisi
(9) Keamanan

Jenis pemeriksaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:


(1) Pemeriksaan Fisik
(2) Visus Mata
(3) Pendengaran kalau perlu Audiometri.
(4) Laboratorium:
(a) Darah lengkap
(b) Urine Lengkap
(5) Pemeriksaan yg dilakukan apabila diperlukan:
(a) HBs Ag
(b) Anti HBs
(c) Anti HCV
(d) Anti HIV
(e) SGOT
(f) SGPT
(g) Gamma GT
(h) Foto Thorax
4) Pemberian Imunisasi.
Pemberian vaksin ini dilakukan untuk mencegah terjinya penyakit
tertentu, dan Vaksin yang digunakan adalah vaksin hepatitis B
rekombinan.

17
Pemberian vaksinasi:
a) Sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium pa saat petugas
melakukan pemeriksaan berkala.
b) sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium pa saat petugas mengalami
kecelakaan kerja pa hubungan kerja.
c) pemberian vaksinasi bagi petugas tiga kali dengan jwal 0-1-3 (vaksin
kedua berjarak 1 bulan dari vaksin pertama, dan vaksin ketiga berjarak dua
bulan dari vaksin kedua), kemudian dilanjutkan pemeriksaan laboratorium
titer Anti Hepatitis B 1 bulan setelah pemberian vaksin ketiga.

5) Penanganan kecelakaan akibat kerja.


a) Jenis Kecelakaan yang ditangani oleh Rumah Sakit terhap petugas:
(1) kecelakaan yang terji berhubung dengan hubungan kerja /
termasuk Penyakit yang timbul karena hubungan kerja.
(2) kecelakaan yang terji dalam perjalanan berangkat dari rumah
menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa
atau wajar dilalui.
b) Dalam melakukan penanganan terhap petugas yang mengalami
kecelakaan kerja yang dilakukan oleh rumah sakit adalah :
(1) Promosi Kesehatan
(a) Melakukan sosialisasi tentang keselamatan kerja
terhap petugas sebelum melakukan pekerjaannya.
(b) Pemberian Informasi tentang pencegahan terjinya
kecelakaan tertusuk jarum melalui pamflet ditempatkan
di tempat kerja masing-masing.
(c) Menekankan tentang Pemakaian alat pelindung diri
yang tepat terhap petugas.

(2) Penanganan dan Pengobatan.


Penanganan dan pengobatan Kecelakaan Tertusuk Jarum
dan tumpahan cairan tubuh.
(a) Tercemar Hepatitis B (HBsAg Positif)
 Bila HBsAg negatif dan tidak kebal,
dalam waktu 24 jam lakukan pemberian HBIG
(Hepatitis B Imunoglobulin) dengan dosis 0.06

18
ml/kg. Dilanjutkan dengan pemberian vaksinasi
hepatitis B sebanyak 3 kali.
 Bila sudah kebal, tetapi titer anti HBs <
100 mIU/ml, diberi suntikan Hepatitis B
sebanyak 1 kali.
 Jika Anti HBsAg positif dengan titer >
100 mlU/ml tidak perlu dilakukan tindakan. 

(b) Tercemar Hepatitis C (HCV Positif)


 Bila Anti HCV Positif berarti petugas
pernah terinfeksi virus hepatitis C.
 Lihat catatan kesehatan petugas
sebelumnya, bila SGPT sering abnormal dalam
jangka waktu 6 bulan berarti petugas tersebut
kemungkinan menderita Hepatitis C menahun.
 Bila SGPT sebelumnya normal, pantau
SGPT selama 6 bulan, bila SGPT abnormal
kemungkinan terji penularan dan rujuk ke dokter
spesialis penyakit dalam.

(c) Bila Anti HCV Negatif


 Ulang pemeriksaan Anti HCV 3 bulan
kemudian, jika hasil Anti HCV tetap negatif
berarti tidak terji penularan.
 Jika setelah 3 bulan terji serokonversi
yaitu Anti HCV menji positif lakukan
pemantauan SGPT selama 6 bulan.
 Bila hasil SGPT tetap normal berarti
telah terji penularan dan “telah sembuh”
 Jika terji kenaikan SGPT secara fluktuatif
dalam jangka waktu 6 bulan, rujuk ke dokter
spesialis penyakit dalam.

(d) Tercemar HIV (HIV Positif)

19
 Lakukan konseling berupa informasi
lengkap mengenai resiko penularan HIV kepa
suami/istri, manfaat dan efek samping pemberian
antiretroviral sebagai pencegahan.
 Bila tusukan / irisan tidak berat /
superfisial tidak perlu diberikan pencegahan.
 Untuk luka tusukan / irisan lebih berat /
menembus kulit berikan AZT selama 4 minggu.
 Untuk luka tusukan / irisan berat /
menembus kulit lebih dalam hingga keluar darah
berikan AZT + indinavir / nelfinavir selama 4
minggu.
 Setelah pemberian antiretroviral lakukan
pemantauan hasil pemeriksaan laboratorium
setiap 3 bulan selama 1 tahun.
 Bila pemantauan anti HIV selama 1 tahun
tetap negatif berarti tidak tertular.

6) Penyakit Akibat Kerja


a) Rehabilitasi
b) Setiap petugas yang mengalami kecelakaan kerja tersebut terus
dipantau perkembangan status kesehatan karyawan selama periode
pemantauan dan diserahkan ke Pengendali Resiko dan MFK.
Pengendali Resiko bersama dengan Pimpinan Rumah Sakit Graha
Hermine akan memutuskan pengobatan selanjutnya bila petugas
tersebut positif tertular.
c) Jika ditemukan kasus khusus akan ditindak lanjuti bersama
Dokter Spesialis.

7) Pencegahan dan pengendalian benda tajam serta penanganan


kecelakaan kerja akibat benda tajam/tertusuk jarum.
Pengertian:

20
a) Hazard iadalah benda atau bahan berpotensi menimbulkan
bahaya pa keselamatan dan kesehatan saat kerja khususnya pa pemberi
pelayanan ataupun penerima pelayanan pa umumnya.

b) Yang dimaksud dengan terkena benda tajam adalah luka tusuk /


iris pa karyawan / petugas yang ditimbulkan oleh benda tajam.

c) Benda tajam adalah semua benda tajam yang bera di rumah


sakit, baik yang telah digunakan terhap pasien yang menderita atau
diduga menderita hepatitis B / C dan atau HIV, antara lain jarum, pisau,
gunting, maupun benda lain yang berpotensi menimbulkan luka.

Panduan Pencegahan dan Penanganan Tertusuk jarum dan sejenisnya di


peruntukkan khususnya bagi petugas yang berhubungan dengan jarum
dan cairan tubuh infeksius, mencakup unit kerja keperawatan, klinikal
(Dokter, Laboratorium, Fisioterapi, Rehabilitasi Medis, Riologi), CS
(petugas kebersihan), laundry.
Tujuan pencegahan dan penanganan tertusuk jarum dan sejenisnya
adalah:

a) Mencegah terjinya infeksi nosokomial pa pasien, keluarga,


pengunjung, dan petugas pemberi pelayanan kesehatan dari
benda/bahan infeksius dan microorganisme (Bakteri, kuman, dan
Virus) melalui cara kontak, terciprat, dan sebagainya.
b) Menjaga kesehatan dan keselamatan petugas.
c) Mencegah terjinya cidera akibat paparan bahan/benda berpotensi
bahaya meliputi, bahan /benda potensi bahaya (cairan tubuh
infeksius) melalui cara kontak, ataupun terciprat, dsb.

Tata laksana pencegahan kecelakaan kerja akibat benda Tajam.

21
a) Pencegahan Kecelakaan Kerja Akibat Benda Tajam (jarum
dan sejenisnya serta cairan tubuh infeksius)
(1) Kenali Hazards/Potensi bahaya benda tajam dan

sejenisnya.

(2) Kenali Prosedur /Tindakan yang berakibat tertusuk


jarum atau sejenisnya

22
(3) Hazards lainnya
(a) Pasien anak/gelisah/agresife/uncontrol
(b) Petugas lainnya/diri sendiri
(c) Cairan tubuh infeksius (Darah, Urine, Feses,
Cairan lambung, Cairan luka/exudates dll)
(d) Mikroorganisme
 Virus
 Bakteri
 Kuman

b) Pengendalian benda tajam dan sejenisnya.


(1) Persiapan.
(a) Pastikan benda tajam aman di tangan anda
(TAHU CARA PAKAI).
(b) Hati-hati dan jaga konsentrasi saat bekerja
(c) Sesuaikan pencahayaan
(d) Minta bantuan staf lain jika pasien gelisah, anak,
atau uncontrol.
(e) Atur alur pembuangan jarum bekas pakai
mengarah ke pelaku prosedur saat anda ji asisten.

(2) Pengendalian saat pelaksanaan


(a)Jangan melakukan recapping/no recaping.
(b)Segera dan secepatnya buang jarum bekas pakai
langsung ke tempat pembuangan jarum bekas/Sharp
countainer.
(c)Jangan mendelegasikan ke orang lain untuk
merapikan/membuang jarum bekas pakai.
(d)Kerja sesuai SPO.
(e)Saat tindakan dilakukan oleh petugas lain
(Anasthesi (spinal/epidural), Jahit luka/CVP, suntik,
insisi luka, dll) saat ji assisten:
 Hindari tangan asisten secara langsung di daerah
penjahitan.

23
 Jangan segera merapikan alat.
 Pertama saat anda akan merapikan (Pastikan
keberaan/lokasi/letak dari benda tajam yang
digunakan).
 Amankan Benda tajam bekas pakai dengan
segera membuang ke tempatnya (Box jarum
bekas).
 Setelah aman dari benda tajam segera rapikan
sesuai prosedur.

c) Pembuangan jarum ke tempatnya


(1)Hindari meletakkan jarum di tempat tidak aman, sehingga
tak terlihat mata (misal di tumpukan sampah didalam
bengkok/piala ginjal)
(2)Jaga Jarak aman tangan dengan lubang pembuangan box
jarum bekas saat buang jarum bekas pakai (Jarak Aman > 10
cm.)
(3)Jangan paksakan membuang jarum bekas pakai, saat isi box
jarum bekas penuh.
(4)Segera ganti box pembuangan jarum bekas jika telah
mencapai isi 2/3 bagian dari box jarum bekas.
(5) Dekatkan Lokasi/letak box jarum bekas saat tindakan

d) Penanganan tertusuk jarum bekas dan sejenisnya


Penanganan tertusuk jarum dan sejenisnya di gambarkan pa alur
sebagai berikut dbawah ini:

24
ALUR PENANGANAN TERTUSUK JARUM

Korban

Luka dipijit dan cuci dengan air


Lapor atasan atau PJ
Segera ke UGD dan membawa barang
bukti.
Mengisi formulir kejadian (bisa
ditempat kejadian atau di UGD)

Tim UGD
Pasien
Memeriksa korban pernah
Pencatatan medis diperiksa
Menyimpan barang bukti Tidak
Menelusuri pasien pemilik Ya
Melaporkan kejadian ke K3 RS dan
PPIN
Minta inform consen
untuk pemeriksaan

Ada
Lihat catatan

Data medis
Setuju
sumber diperiksa
benda
tajam?

Tidak Ya
Terinfeksi
atau Tidak

Korban diperiksa HbSag, tidak


Anti HCV, Anti HIV Pasien
Tidak
diperiksa
Ya

Selesai

Korban diperiksa lebih


lanjut ke dokter

Selesai

25
e) Prosedur penanganan korban tertusuk jarum dan sejenisnya:
(1) Lokasi Kejian
(a)Segera isolasi benda tajam yang mengenai petugas dan
ditempatkan dalam wah yang tahan terhap tusukan sebagai
barang bukti.
(b)Petugas yang terkena benda tajam harus segera melapor kepa
Penanggung Jawab Ruangan (perawat) / Dokter Jaga. Dalam
waktu 1 X 24 jam harus menyerahkan barang bukti tersebut
kepa Tim Pengendali Infeksi Nosokomial.
(c)Bila tersedia fasilitas untuk melakukan pembersihan luka,
segera lakukan pembersihan luka dengan cara luka tersebut
segera dicuci dengan sabun antiseptik dan air mengalir
selanjutnya diberi antiseptik lokal. Bila terji percikan darah
pa mukosa hidung dan mulut segera dibilas dengan guyuran
air, bila percikan darah mengenai mata lakukan irigasi /
pencucian mata dengan menggunakan larutan garam
fisiologis (Na Cl 0,9%) atau air steril. Sebagai catatan daerah
yang terkena benda tajam tidak boleh dihisap dengan mulut.
(d)Penanggung jawab ruangan harus membuat laporan kejian
(berita acara) yang berisi informasi kejian, data medis
karyawan dan data medis pasien yang menji sumber
penularan. Bila data tidak a, dilakukan pemeriksaan HBsAG,
anti HCV dan anti HIV.
(e)Rujuk petugas yang tertusuk benda tajam tsb beserta
‘Laporan Kejian’ ke UGD untuk penanganan lebih lanjut.
(f) Laporan kejian / berita acara ditanda tangani oleh
Penanggung jawab ruangan / dokter jaga dan petugas yang
terkena benda tajam dan kemudian dilaporkan/diserahkan ke
Pengendali Resiko dalam waktu 1 x 24 jam.

26
(2) Staf UGD
(a) Segera cuci luka bila belum dilakukan di lokasi kejian.
(b) Dokter UGD akan memeriksa pasien untuk menentukan status kesehatan
petugas.
(c) Dokter UGD akan memutuskan penanganan selanjutnya dengan mengikuti
ketentuan sbb :

Tercemar Hepatitis B (HBsAg Positif)


 Bila HBsAg negatif dan tidak kebal, dalam waktu 24 jam lakukan pemberian
HBIG (Hepatitis B Imunoglobulin) dengan dosis 0.06 ml/kg. Dilanjutkan dengan
pemberian vaksinasi hepatitis B sebanyak 3 kali.
 Bila sudah kebal, tetapi titer anti HBs < 100 mIU/ml, diberi booster
 Jika Anti HBsAg positif dengan titer > 100 mlU/ml tidak perlu dilakukan
tindakan. 

Tercemar Hepatitis C (HCV Positif)


 Bila Anti HCV Positif berarti petugas pernah terinfeksi virus hepatitis C.
 Lihat catatan kesehatan petugas sebelumnya, bila SGPT sering abnormal dalam
jangka waktu 6 bulan berarti petugas tersebut kemungkinan menderita Hepatitis C
menahun.
 Bila SGPT sebelumnya normal, pantau SGPT selama 6 bulan, bila SGPT
abnormal kemungkinan terji penularan dan rujuk ke dokter spesialis penyakit
dalam.

Bila Anti HCV Negatif


 Ulang pemeriksaan Anti HCV 3 bulan kemudian, jika hasil Anti HCV tetap
negatif berarti tidak terji penularan.
 Jika setelah 3 bulan terji serokonversi yaitu Anti HCV menji positif lakukan
pemantauan SGPT selama 6 bulan.
 Bila hasil SGPT tetap normal berarti telah terji penularan dan “telah sembuh”
 Jika terji kenaikan SGPT secara fluktuatif dalam jangka waktu 6 bulan, rujuk ke
dokter spesialis penyakit dalam.

Tercemar HIV (HIV Positif)

27
 Lakukan konseling berupa informasi lengkap mengenai resiko penularan HIV kepa
suami/istri, manfaat dan efek samping pemberian antiretroviral sebagai pencegahan.
 Bila tusukan / irisan tidak berat / superfisial tidak perlu diberikan pencegahan.
 Untuk luka tusukan / irisan lebih berat / menembus kulit berikan AZT selama 4
minggu.
 Untuk luka tusukan / irisan berat / menembus kulit lebih dalam hingga keluar darah
berikan AZT + indinavir / nelfinavir selama 4 minggu.
 Setelah pemberian antiretroviral lakukan pemantauan hasil pemeriksaan
laboratorium setiap 3 bulan selama 1 tahun.
 Bila pemantauan anti HIV selama 1 tahun tetap negatif berarti tidak tertular.
 Bila anti HIV positif, petugas dirujuk ke Dokter Spesialis Penyakit Dalam.
Dokter UGD membuat laporan perkembangan status kesehatan karyawan yang terkena
benda tajam selama periode pemantauan dan diserahkan ke Pengendali Resiko, Tim
Pengendali Infeksi Nosokomial dan MFKRS. Pengendali Resiko bersama dengan
pimpinan rumah sakit akan memutuskan pengobatan selanjutnya bila petugas
tersebut positif tertular.
8) Ergonomi
Ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha menyelaraskan pekerjaan dan
lingkungan terhap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktifitas dan
efisiensi yang setinggi – tingginya.
Manusia memiliki keterbatasan dalam melakukan aptasi terhap lingkungan fisik, beban
kerja fisik dan psikologis. Tanpa penerapan konsep-konsep ergonomi ditempat kerja
ternyata meningkatkan resiko terjinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam ergonomi:
a) Faktor Manusia
Desain rancangan kerja berpusat pa manusia atau Human Centered Design (HCD)
yang meliputi:
Faktor dari dalam (Internal Factors)
Contohnya:
(1) Umur
(2) Jenis kelamin
(3) Kekuatan otot
(4) Bentuk dan Ukuran tubuh

Faktor dari luar ( External Factors ) Contohnya:


28
(1) Penyakit
(2) Gizi
(3) Lingkungan kerja
(4) Sosial ekonomi
(5) at istiat

b) Anthropometri.
adalah ilmu yang mempelajari ukuran-ukuran tubuh manusia secara sistematis.
Ketidakserasian antara ukuran tubuh manusia dengan tempat kerja akan mempengaruhi
sikap tubuh saat bekerja sehingga dapat menyebabkan berbagai gangguan
muskuloskeletal, mulai dari nyeri sampai cedera otot dan memperbesar resiko untuk
terjinya kecelakaan kerja. Secara teoritis semua peralatan harus di desain untuk
mengakomodasi semua individu, dari yang paling kecil sampai yang paling besar.
Pendekatan yang umum dilakukan adalah mendesain peralatan atau tempat kerja untuk
persentil tertentu dari populasi. Otomatisasi di tempat kerja tetap harus
memperhitungkan ukuran – ukuran tubuh manusia dalam rancangan tempat kerja.
Penggunaan data anthropometri misalnya jarak, jangkauan, postur, kekuatan.

c) Sikap Tubuh Dalam Bekerja.


Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhap sarana kerja akan
menentukan efisiensi, efektifitas, keselamatan dan produktifitas kerja, selain SPO yang
terdapat pa setiap jenis pekerjaan.

d) Keterkaitan manusia dan peralatan.


Manusia sebagai pengarah atau pengendali jalannya peralatan dan peralatan sebagai
sarana kerja manusia.

e) Pengorganisasian kerja.
Menyangkut: Waktu kerja, waktu istirahat dan kerja lembur.
f) Pengendalian Lingkungan Kerja Menyangkut:
(1) Faktor fisik
(2) Faktor kimia
(3) Faktor Biologis
(4) Faktor Psikologis

29
g) Kelelahan kerja
(1) Kelelahan otot
(2) Kelelahan umum

h) CTD ( Cumulative trauma disorder ).


Kerusakan trauma cumulative. Penyakit ini timbul karena terkumpulnya kerusakan –
kerusakan kecil akibat trauma berulang yang membentuk kerusakan yang cukup besar
dan menimbulkan rasa sakit (rasa nyeri, kesemutan, dan pembengkakan)

i) Kesegaran jasmani dan musik.


Kegiatan kesegaran jasmani perlu disesuaikan dengan situasi, kondisi dan kebutuhan
masing – masing perusahaan. Pengaan musik di tempat kerja sebaiknya dilakukan untuk
jenis pekerjaan yang monoton dan pekerjaan tangan ( manual work ) yang berulang
serta pekerjaan lain yang memerlukan aktivitas mental.

Tata laksana ergonomi:


a) Sikap tubuh yang benar saat bekerja
(1) Tidak membungkuk.
(2) Tidak jongkok.
(3) Tidak memutar tubuh.
(4) Tinggi tempat kerja antara tinggi pusat dan tinggi sikut.
(5) Tidak meraih obyek atau alat kerja melebihi tinggi bahu.
(6) Letak obyek pa lapang pandang (30 derajat dari masing-masing mata – 60
derajat)
2) Sikap tubuh yang benar saat duduk
(1) Duduk sedekat mungkin dengan area pekerjaan.
(2) Duduk di kursi dengan kedua kaki menempel di lantai
(3) Duduklah di kursi dengan sandaran punggung sesuai bentuk tulang
belakang.
(4) Pertahankan posisi duduk yang benar saat bekerja.

3) Sikap tubuh yang benar saat berdiri


(1) Taruh satu kaki di pijakan dengan posisi lebih tinggi 15 cm dan

30
bergantian saat aktifitas berdiri lama.
(2) Jaga posisi bekerja anda pa ketinggian yang sesuai.
(3) Ganti posisi secara teratur.
(4) Berdiri pa alas yang nyaman.

4) Aturan umum angkat dan angkut


(1) Pegangan harus tepat dan dengan kontak tangan penuh.
(2) Lengan harus sedekat – dekatnya pa ban dan dalam posisi lurus.
(3) Punggung harus diluruskan.
(4) Dagu ditarik segera setelah Direktur tegak dan tulang belakang lurus.
(5) Posisi kaki di buat sedemikian rupa sehingga mampu untuk
mengimbangi momentum.
(6) yang terji dalam posisi mengangkat.
(7) Berat ban dimanfaatkan untuk menarik dan mendorong serta gaya
untuk gerakan dan perimbangan.
(8) Beban diusahakan bera sedekat mungkin terhap garis vertikal yang
melalui pusat grafitasi tubuh.
(9) Semua barang atau benda yang menghalangi pandangan mata
sebaiknya disingkirkan lebih dulu.
(10) Tinggi maksimum tempat pemegang dari lantai tidak lebih dari 35 cm.
(11) Jika beban harus diangkut dari permukaan lantai dianjurkan
menggunakan alat bantu angkat.
(12) Beban yang akan diangkut harus bera sedekat mungkin dengan tubuh.
(13) Punggung harus lurus agar bahaya kerusakan terhap diskus dapat di
hindari.
(14) Lutut di tekuk dan punggung harus dalam posisi tetap lurus.
(15) Beban agar sedekat mungkin pa garis vertikal gravitasi tubuh.

Beban Angkat dan Angkut bagi laki-laki dan Wanita yang

31
Direkomendasikan International Labor Organisation (ILO)
Maksimum untuk laki-laki Maksimum untuk Wanita
Umur ( tahun )
(kg) (kg)
14-16 15 10
16-18 19 12
18-20 23 14
20-35 25 15
35-50 21 13
> 50 16 10
Sumber: Pheasant (1991 )

5) Desain Tempat Kerja


Desain peralatan Medis buatan negara - negara maju, masih banyak ditemukan
tidak sesuai dengan anthropometri pekerja kita, sehingga tenaga kesehatan kita tidak
dapat melakukan gerakan dengan optimal, terangkatnya bahu, leher, dan lengan.
Sebaliknya peralatan yang terlalu rendah menyebabkan tulang belakang membungkuk
pa saat bekerja. Masadalah tersebut dapat diatasi dengan penyesuaian antara karakter
manusia, kapasitas, dan keterbatasanya terhap desain pekerjaan, peralatan, sistemnya,
ruangan dan lingkungan kerja sehingga pekerja dapat bekerja secara sehat, aman,
nyaman, dan efisien. Dalam rangka mendukung efisiensi, keyamanan, dan keselamatan
dalam menggunakan peralatan medis. Maka desain ergonomis harus selalu
mempertimbangkan aspek-aspek ergonomi dan tehnologi tepat guna seperti faktor-
faktor reabilitas, kenyamanan, lamanya waktu pemakaian, kemudahan dalam pemakaian
dan efisiensinya. Setiap peralatan yang dipakai tidak menimbulkan beban tambahan
bagi pemakai.

6) Kerja otot
Kerja otot di bagi dua yaitu:
(1) Kerja dinamis
(a) Pergantian antara kontraksi otot dan relaksasi secara ritmis.
(b) Frekwensi pernafasan meningkatkan
(c) Denyut jantung dan tekanan darah meningkatkan
(d) Aliran darah dan oksigen meningkat ke otot yang aktif dan berkurang
ke daerah inaktif
(e) Beban kerja yang dianjurkan adalah 30 – 35% dari maksimum
konsumsi oksigen ( VO2 maks )
(2) Kerja statis
32
Kontraksi otot terji untuk waktu yang lama, biasanya untuk mempertahankan
posisi tubuh tertentu. Di banding kerja dinamis, maka kerja statis konsumsi
energi lebih tinggi, frekwensi jantung lebih cepat dan memerlukan waktu
istirahat yang lebih panjang. Daya tahan untuk bekerja secara statis jauh lebih
kecil dari pa kerja dinamis, karena terjinya hambatan pa aliran darah, sehingga
menghambat pertukaran oksigen.
(3) Kerja Shift
Dalam merancang kerja shift perlu diperhatikan berbagai hal:
(1) Kemampuan pekerja untuk beraptasi.
(2) Pemeriksaan kesehatan yang perlu dilakukan.
(3) Pola pergantian shift.

(4) Beban Mental Pergantian Shift


(1) Tuntutan pekerjaan terlalu tinggi, dibandingkan kapasitas fisik dan intelektual bisa
menyebabkan stress kerja, kelelahan mental sampai berbagai penyakit mental
maupun fisik.
(2) Tuntutan pekerjaan terlalu rendah, akan menyebabkan kebosanan.
(3) Lingkungan pekerjaan tidak mendukung juga bisa menyebabkan stres, misal
hubungan dengan atasan kurang baik atau antar karyawan yang tidak harmonis.

(5) Alat Pelindung Diri


APD adalah Alat yang digunakan untuk melindungi diri pekerja agar terlindung
dari bahaya/ Alat pelindung diri adalah alat yang digunakan untuk melindungi
sebagian atau seluruh tubuh tenaga kerja dari sumber bahaya yang a ditempat kerja
saat tenaga kerja melakukan pekerjaannya.

a) Langkah-langkah dalam pemakaian alat pelindung diri pa tenaga kerja:


(1) Analisa kebutuhan, merupakan langkah awal. Terlebih dahulu ditentukan jenis
bahaya yang terdapat dalam pekerjaan dan bagaimana kondisi kerja yang a serta
peraturan yang berlaku.
(2) Pemilihan alat pelindung diri (APD). Berdasarkan analisa kebutuhan, dapat
ditentukan jenis alat apa saja yang diperlukan. Selain itu, dalam pemilihan APD
ini sudah melalui proses pengujian dan memenuhi standar yang berlaku.

33
(3) Komunikasi program. Hal ini diperlukan agar tenaga kerja mengerti dan merasa
diikutsertakan, tidak hanya instruksi berupa lisan atau tulisan. Perlu pula
ditanamkan pengertian akan pentingnya peranan pemakaian APD dalam
mencegah cedera atau mengurangi akibat suatu kecelakaan dan membangkitkan
minat dan akhirnya membutuhkan pemakaian APD.
(4) Latihan, diperlukan agar tenaga kerja mengetahui dalam keaan apa saja alat ini
harus digunakan dan bagaimana cara pemeliharaannya. Latihan ini dapat
diberikan secara formal dan informal.
(5) Menegakkan disiplin dalam pemakaian APD.

b) Pemilihan APD
Aspek-aspek lain yang diperlukan dalam pemilihan alat pelindung diri:
(1) Bentuk cukup menarik.
(2) Dapat dipakai secara fleksibel.
(3) Tahan untuk pemakaian yang cukup lama dan tidak menyebabkan rasa
ketidaknyamanan yang berlebihan.
(4) Dapat memberikan perlindungan yang a terhap bahaya yang spesifik yang
dihapi oleh tenaga kerja.
(5) Tidak menimbulkan bahaya tambahan bagi pemakainya yang
disebabkan bentuk dan bahannya tidak tepat atau sadalah dalam
penggunannya.

c) Macam-macam APD
(1) Perawatan Umum dan Gigi
(a) Masker: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui alat
pernapasan. Masker dipasang menutup mulut dan lubang hidung dan
kedua tali diikat ke belakang dengan rapi. Digunakan pa saat menghapi
pasien yang mempunyai kemungkinan penularan penyakit melalui
udara dan diri si petugas bila mengalami flu.
(b) Baju khusus (SKORT): untuk menghindari kontaminasi penyakit
menular. Baju khusus (SKORT) dipakai menutup bagian belakang
dengan rapi digunakan pa saat a tindakan di kamar (misal: kemoterapi).
(c) Sarung tangan: untuk melindungi tangan dari alat tajam.
(d) Khusus untuk poli gigi, tidak menggunakan apron/baju khusus.

34
(2) Perawatan Khusus (Kebidanan)
(a) Masker: untuk menghindari kontaminasi penyakit
melalui alat pernapasan. Masker dipasang menutup mulut dan lubang
hidung dan kedua tali diikat ke belakang dengan rapi. Digunakan pa
saat menghapi pasien yang mempunyai kemungkinan penularan
penyakit melalui udara dan diri si petugas bila mengalami flu.
(b) Baju khusus (SKORT): untuk menghindari
kontaminasi penyakit menular dan untuk menghindari kontaminasi
penyakit melalui kontak langsung. Baju khusus (SKORT) dipakai
menutup bagian belakang dengan rapi digunakan pa saat a tindakan di
kamar bersalin/kamar bayi.
(c) Sarung tangan: untuk menghindari kontaminasi
penyakit melalui kontak langsung dan untuk melindungi tangan dari
alat tajam. Sarung tangan dipakai sesuai ukuran masing – masing
tangan petugas digunakan pa saat a tindakan di kamar bersalin/kamar
bayi.
(d) Sandal: untuk melindungi kuman yang terbawa. Sandal
dipakai oleh seluruh petugas kamar bersalin/kamar bayi selama
bertugas.
(e) Sepatu tertutup: untuk menghindari kaki dari percikan
– percikan darah. Sepatu tertutup digunakan pa saat menolong
persalinan normal.
(f) Kacamata (goggle): untuk melindungi mata dari
percikan – percikan darah/bahan lain. Kacamata (goggle) digunakan pa
saat menolong persalinan normal.

(3) Perawatan Khusus (ICU/NICU)


(a) Baju khusus (SKORT): untuk melindungi tubuh dari percikan air
pa saat membersihkan alat dan untuk menghindari kontaminasi
penyakit melalui kontak langsung. Baju khusus (SKORT) dipakai
menutup bagian belakang dengan rapi digunakan pa saat tindakan
atau bila sedang membersihkan bahan/alat kotor.

35
(b) Sarung tangan: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui
kontak langsung. Sarung tangan dipakai sesuai ukuran masing-
masing tangan petugas digunakan pa saat a tindakan.
(c) Kacamata (goggle): untuk melindungi mata dari percikan
darah/bahan lain. Kacamata (goggle) digunakan pa saat
membersihkan bahan/alat kotor

(4) Gizi
(a) Celemek: untuk melindungi tubuh dari percikan air pa saat
membersihkan alat dan memasak. Celemek digunakan pa saat
bekerja di dapur atau sedang membersihkan peralatan masak.
(b) Safety shoes untuk melindungi kaki menghindari agar tidak
terpeleset pa saat bekerja di dapur. Safety shoes digunakan pa saat
bekerja di dapur.
(c) Kain lap: untuk melindungi tangan agar terhindar dari panasnya
alat. Kain lap digunakan untuk memegang peralatan yang panas.
(d) Tutup Direktur : untuk melindungi rambut. Tutup Direktur
digunakan pa saat bekerja.
(e) Sarung tangan plastik: untuk melindungi tangan agar terhindar dari
kotoran. Sarung tangan plastik digunakan pa saat meracik buah
atau makanan matang

(5) Riologi
(a) Apron: untuk proteksi bahaya riasi. Apron digunakan pa saat
melakukan tindakan.
(b) Film bge: untuk mendeteksi banyaknya riasi yang diterima. Film
bge dikenakan pa saat melakukan tindakan.
(c) Kacamata Pb: untuk melindungi mata dari bahaya riasi. Kacamata
Pb digunakan pa saat melakukan tindakan fluoroscopy.

(6) Laboratorium
(a) Jas Lab: untuk melindungi tubuh dari percikan reagen atau bahan
lain. Jas lab digunakan pa saat bertugas di laboratorium.

36
(b) Sarung tangan: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui
kontak langsung dan untuk melindungi tangan dari alat tajam.
Sarung tangan digunakan pa saat melakukan tindakan.
(c) Masker: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui alat
pernapasan. Masker digunakan pa saat bertugas di laboratorium
saat karyawan sedang terkena flu.

(7) Housekeeping
(a) Sabuk pengaman: untuk melindungi diri agar tidak terjatuh dari
tempat yang tinggi. Sabuk pengaman digunakan pa saat
membersihkan daerah/gedung yang tinggi.
(b) Sarung tangan: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui
kontak langsung. Sarung tangan digunakan pa saat membersihkan
toilet atau bila mencampur bahan pembersih.
(c) Masker: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui alat
pernapasan. Masker digunakan pa saat membersihkan toilet atau
bila mencampur bahan pembersih.

(8) Laundry
(a) Baju khusus: untuk melindungi tubuh dari kontaminasi penyakit.
Baju khusus digunakan pa saat mengambil bahan kotor (misal :
laken kotor).
(b) Sarung tangan: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui
kontak langsung. Sarung tangan digunakan pa saat memisahkan
bahan.
(c) Masker: untuk menghindari kontaminasi penyakit melalui alat
pernapasan. Masker digunakan pa saat memisahkan atau
mengambil bahan kotor (misal : laken kotor).

(9) Maintenance
(a) Earmuff: untuk melindungi telinga dari kebisingan. Earmuff
digunakan pa saat di daerah bising.
(b) Kedok: untuk melindungi mata dari percikan api las. Kedok
digunakan pa saat mengelas.

37
(c) Masker: untuk melindungi tersedotnya debu atau partikel kecil ke
saluran pernapasan. Masker digunakan pa saat membersihkan
daerah berbau atau menggergaji sesuatu.
(d) Sarung tangan karet: untuk melindungi tangan dari kotoran. Sabuk
pengaman digunakan pa saat memperbaiki di daerah yang tinggi.
(e) Sabuk pengaman: untuk melindungi agar tidak terjatuh dari tempat
tinggi. Sarung tangan digunakan pa saat memperbaiki daerah yang
kotor

(10) Rekam Medis


Masker: untuk melindungi terhisapnya debu ke saluran pernapasan.
Masker digunakan pa saat mengambil dan menyusun berkas.

(11) Farmasi
(a) Masker: untuk melindungi terhisapnya serbuk obat ke saluran
pernapasan. Masker digunakan pa saat meracik obat
(b) Sarung tangan karet: untuk melindungi tangan dari obat. Sarung
tangan karet digunakan pa saat meracik obat.

c. Perlengkapan keamanan pasien


Upaya penyembuhan pasien tidak semata-mata dilihat dari sisi medis
saja, namun hal-hal lain terkait dengan faktor-faktor non medis juga memiliki
peran yang cukup signifikan, diantaranya sistem pengamanan pasien yang
sangat diperlukan untuk menunjang keselamatan mereka menjalani perawatan
di rumah sakit. Dengan demikian pasien akan merasa lebih tenang dan nyaman
yang pa akhirnya secara psikis akan memberikan motivasi kepa pasien untuk
sembuh/pulih.
a beberapa jenis alat perlengkapan keamanan pasien antara lain:
1) Pegangan sepanjang tangga
Pegangan sepanjang tangga diakan dengan tujuan agar pasien
termasuk pengunjung dan petugas dapat berpegangan saat menurun
atau menaiki tangga. Syarat pegangan tangga yang aman:
a) Terbuat dari bahan yang tidak licin
b) Permukaan pegangan tidak kasar

38
c) Mudah dibersihkan
d) Dapat digenggam (tidak terlalu besar atau terlalu kecil)
e) Kokoh / tidak goyah
f) Pegangan setinggi pinggang orang dewasa
g) Jarak antara tiang pegangan tidak terlalu renggang

2. Toilet yang dilengkapi pegangan dan bel


Pegangan dan bel di toilet bertujuan untuk menjaga pasien agar
memudahkan pasien saat bera dalam toilet dan bila terji suatu hal /
keaan emergency bel dapat digunakan pasien untuk memanggil
pertolongan. Kelayakan sarana pegangan dan bel ini harus dikontrol
agar kondisinya tetap terjaga dan dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
3. Pintu dapat dibuka dari luar
Pintu yang dimaksud adalah pintu ruangan, baik ruang rawat inap,
kamar mandi (toilet) dan lainnya agar keaan emergency dapat dengan
mudah dibuka dari luar oleh petugas, dimana cara membuka pintu
tersebut digerakkan/ dibuka mengarah keluar ruangan bukan kearah
dalam.
4. Tempat tidur dilengkapi penahan pa tepinya
Penahan tempat tidur selayaknya digunakan setiap tempat tidur, dengan
tujuan menghindari terjatuhnya pasien dari tempat tidur. Penahan tempat
tidur ini hendaknya dengan mudah dapat dinaikan atau diturunkan.
5. Sumber listrik mempunyai penutup / penahan
Sumber listrik / stop kontak dengan penutup dipasang di seluruh ruangan,
terutama ruang anak-anak. Hal ini bertujuan agar dapat menghindari
terjinya hal-hal yang tidak diinginkan
6. Supply oksigen yang cukup
Ketersediaan oksigen diruangan dalam jumlah dan siap pakai
merupakan hal yang vital terutama bagi pasien jantung karena
kekurangan supply oksigen dapat mengakibatkan kematian. oleh karena
itu supply oksigen harus benar-benar terpenuhi, baik secara sentral
maupun portable di seluruh unit / ruangan perawatan, baik Rawat Jalan,
Rawat Intensif, Semi Intensif, Emergency dan Rawat Inap. Untuk

39
menjamin kelangsungan supply oksigen maka perlu dilakukan
pemeliharaan terhap seluruh jenis peralatan gas medis yang a di RS
sebagai berikut:
a) Tabung oksigen
Lakukan pemeriksaan secara rutin kondisi ke tiga jenis sarana di
atas yaitu:
a) Tabung oksigen dan oxygen portable
Lakukan pengecekan oleh petugas jaga kondisi manometer,
kondisi tabung dan volume gas medis dan lakukan tera ulang tabung
gas medis secara rutin setiap satu tahun sekali untuk menghindari
ledakan.

7. Tersedia emergency suction


Emergency suction disediakan di setiap Ruang Perawatan agar dapat
dengan mudah dipergunakan pa saat dibutuhkan. Untuk ruang intensif
dan semi intensif agar disediakan di setiap tempat tidur sedang ruang
rawat biasa minimal disediakan 1 unit emergency suction dalam kondisi
siap pakai.

8. Tenaga listrik pengganti di ruang dan peralatan medis yang vital


Jaminan ketersediaan supply listrik cangan sangat dibutuhkan saat aliran
listrik dari PLN terputus, terutama di ruang-ruang dan pa peralatan medis
yang vital, dimana supply listrik tidak boleh terputus. Tenaga listrik
pengganti berupa Genset, di mana ketersediaannya harus memiliki
persyaratan:
a) Memiliki kapasitas (KVA) yang memai sesuai dengan kebutuhan
ruangan/ alat.
b) Pemeliharaan dan pengecekan kondisi dilakukan secara rutin atau
berkala.
Jenis ruangan yang harus memiliki tenaga listrik pengganti tersebut
adalah:
a) R. ICU
b) R. UGD
c) R. Bedah

40
d) R. Emergency
e) R. Laboratorium
f) R. Riologi (daerah tertentu seperti: alat yang menggunakan system
computer untuk penyimpan data )
g) R. Sentral Komputer

2. B3 (BAHAN BERBAHAYA dan BERACUN)


Beberapa peraturan mengatur pengelolaan bahan berbahaya dan beracun untuk
mencegah terjinya dampak yang dapat merusak lingkungan hidup, kesehatan manusia,
dan makhluk hidup lainnya. Ketentuan umum yang berkaitan dengan bahan berbahaya
dan beracun penting untuk dipahami bersama. Berikut adalah ketentuan umum
menurut:
Undang Undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Pengelolaan
Lingkungan Hidup:
a. Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi,
dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak
lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
b. Limbah bahan berbahaya dan beracun, yang selanjutnya disebut Limbah B3,
adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3.
c. Pengelolaan limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi pengurangan,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan/atau
penimbunan.
d. Dumping (pembuangan) adalah kegiatan membuang, menempatkan, dan/atau
memasukkan limbah dan/atau bahan dalam jumlah, konsentrasi, waktu, dan
lokasi tertentu dengan persyaratan tertentu ke media lingkungan hidup tertentu.
Bahan Berbahaya dan Beracun dapat diklarifikasikan sebagai berikut:
1) mudah meledak (explosive);
2) pengoksidasi (oxidizing);
3) sangat mudah sekali menyala (extremely flammable);
4) sangat mudah menyala (highly flammable);
5) mudah menyala (flammable);
6) amat sangat beracun (extremely toxic);

41
7) sangat beracun (highly toxic);
8) beracun (toxic);
9) berbahaya (harmful);
10) korosif (corrosive);
11) bersifat iritasi (irritant);
12) berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment);
13) karsinogenik (carcinogenic);
14) teratogenik (teratogenic);
15) mutagenik (mutagenic).

Panduan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) meliputi:


a. Pengaan/Perencanaan B3
b. Penyimpanan B3
c. Distribusi B3
d. Penggunaan B3
e. Pengelolaan Limbah B3
f. Paparan / Kecelakaan B3

Panduan pengelolaan B3 bertujuan untuk mencegah dan atau mengurangi resiko


dampak B3 terhap lingkungan hidup, kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Pengelolaan B3 yang tidak termasuk dalam panduan ini adalah pengelolaan bahan
rioaktif, perbekalan kesehatan rumah tangga dan kosmetik, bahan sediaan farmasi,
narkotika, psikotropika dan prekursornya serta zat iktif lainnya.

Tata laksana B3 di Rumah Sakit:


a. Pengaan/Perencanaan B3
1) Perencanaan barang B3 dilakukan dengan cara membuat perkiraan
kebutuhan barang B3 untuk waktu tertentu.
2) Perkiraan kebutuhan barang B3 didasarkan kepa data historis
penggunaan ( consumption) barang B3.
3) Dari historical consumption akan ditentukan titik pemesanan kembali
(reorder point) B3.
4) Ketika stock B3 sudah bera dibawah titik pemesanan kembali, maka
pemesanan B3 dibuat.

42
5) Waktu pemesanan B3 rata-rata tiga hari.
6) Dalam situasi normal Jumlah pesanan B3 dihitung untuk mencukupi
kebutuhan dua minggu.
7) Dalam kondisi tertentu, pesanan B3 dapat disesuaikan dengan
melihat kondisi eksternal yang dapat mempengaruhi supply barang B3 ke
Rumah Sakit Graha Hermine.

b. Penyimpanan B3
1) Penyimpanan B3 bera di gudang dan bera di bawah koordinator pengaan Rumah
Sakit Graha Hermine.
2) Masing-masing unit atau bagian yang memerlukan B3 menyimpan di masing-
masing ruangan di gudang antara dan penanganan bahan kimia berbahaya di
ruangan-ruangan yang memiliki B3 agar terjamin keamanannya dan tidak terji
kontaminasi.
3) Pengawasan audit bahan kimia berbahaya sehubungan dengan penggunaan alat-
alat pelindung diri ( APD ) oleh semua Direktur Bagian dan Direktur Unit yang
mempunyai gudang antara yang berisi B3 di ruangannya.
4) Pengendalian Lingkungan Kerja yang aman terhap bahan-bahan B3 dengan cara
sosialisasi prosedur penanganan kebocoran dan tumpahan serta penyakit-penyakit
akibat kerja yang disebabkan faktor kimia dan cara pencegahannya pa waktu
sosialisasi.
5) Penyimpanan B3 utama diserahkan kepa bagian logistik.
6) Penyimpanan di gudang utama B3 ini berlaku untuk bahan-bahan yang bersifat
korosif, eksplosif dan flammable.
7) Masing-masing unit kerja yang mempunyai B3 harus mempunyai gudang antara
yang berfungsi untuk menyimpan B3 dalam jumlah kecil.
8) Prosedur permintaan dari unit kerja ke bagian pengaan ditentukan oleh bagian
pengaan.

c. Distribusi B3
1) Jwal pengambilan untuk masing-masing bagian atau unit yang
mempunyai B3 ditentukan oleh bagian logistik.
2) Permintaan dari masing-masing unit atau bagian hanya diperbolehkan 1
minggu sekali kecuali untuk kondisi luar biasa.

43
3) Khusus untuk kondisi luar biasa, maka penanggung jawab dari masing-
masing unit harus memberitahukannya terlebih dahulu kepa Kabag
pengaan sebelum proses permintaan terji.
4) Pengambilan B3 yang diminta dilakukan oleh masing-masing bagian/unit
yang membutuhkan.

d. Penggunaan B3
Unit / ruangan yang memerlukan, menyimpan, menggunakan B3, memiliki
bahan kimia B3 di ruangannya masing-masing, mempunyai tanggungjawab
sebagai pengguna B3 adalah:
1) Melaporkan, mengawasi pengaan B3 di masing-masing ruangan: jwal
permintaan, ketersediaan barang B3 dari gudang pengaan dan MSDS
barang B3.
2) Melaporkan, mengawasi petugas / staf ruangan yang lalai dan tidak
menggunakan APD.
3) Melaporkan, mengawasi jumlah petugas yang terkontaminasi paparan
B3 akibat kerja.
4) Mengevaluasi pelaksanaan pengelolaan B3 di ruangan masing-
masing.

e. Pengelolaan Limbah B3
Limbah adalah bahan sisa pa suatu kegiatan dan atau proses produksi. Limbah
bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah setiap limbah yang mengandung
bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifatnya dan atau
konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat merusak dan atau mencemarkan lingkungan hidup dan atau
dapat membahayakan kesehatan manusia. Limbah B3 dari rumah sakit
merupakan sadalah satu aspek yang sangat penting di dalam menunjang citra
pelayanan rumah sakit dan melindungi, memelihara dan meningkatkan
kesehatan tidak saja pasien, petugas kesehatan, tetapi juga masyarakat sekitar
rumah sakit.

f. Pembuangan Limbah B3 di unit Laboratorium.


1) Cara Penanganan Limbah Laboratorium.

44
Pengertian Limbah Laboratorium adalah bahan bekas pakai dalam
pekerjaan di laboratorium yang dapat berupa limbah cair dan pat.
a) Limbah cair adalah semua limbah cair yang berasal dari kegiatan
laboratorium yang kemungkinan mengandung mikroorganisme dan
bahan kimia. Limbah cair dapat berasal dari pelarut organik, bahan
kimia (untuk pengujian), air bekas pencucian alat, sisa spesimen
(darah, urin, dan cairan tubuh). Sedangkan limbah pat di
laboratorium dibagi menji : sampah infeksius misalnya peralatan
habis pakai seperti jarum suntik/lancet, sarung tangan, kapas, botol
spesimen, kemasan reagen, sisa spesimen, media perbenihan bekas
pakai, kapas lidi ,plastik spesimen dan sampah umum (domestik)
yang tidak infeksius : berupa kertas, karton/dus, kantong makanan,
plastik. Sumber limbah laboratorium berasal dari: bahan baku yang
digunakan untuk proses kegiatan Lab (reagensia, bahan kimia),
bahan habis pakai (media perbenihan mikrobiologi), produk proses
didalam lab (spesimen yang digunakan untuk pemeriksaan lab).

b)Penanganan Limbah cair di laboratorium Rumah Sakit Graha


Hermine (yang tidak mengandung mikroorganisme) dapat dibuang
ke lubang pembuangan (tempat cuci) yang telah disediakan oleh
Rumah Sakit. Limbah tersebut akan ditampung ditempat
penampungan limbah cair untuk diproses lebih lanjut ke IPAL.
Limbah cair yang mengandung mikroorganisme, diberi
Na.Hipoklorit 0.78% atau Chlorin 0.5% direndam beberapa jam,
dibuang ke tempat cuci. Limbah cair yang mengandung organisme
(dalam botol / tabung) disterilisasi dengan menggunakan autoklaf
pa suhu 1210 C selama 15 menit. Untuk limbah disinfektan dan B3
murni, tidak boleh dibuang ke IPAL rumah sakit. Masukkan limbah
tersebut ke wah khusus. Beri wah tersebut ke petugas kebersihan
untuk ditangani lebih lanjut (dibawa ke tempat penampungan
sementara). Jika limbah B3 dan disinfektan akan dibuang ke IPAL
rumah sakit, lakukan pengenceran terlebih dahulu dengan air
sebelum dibuang ke IPAL rumah sakit.

45
2) Penanganan Limbah pat di Laboratorium Rumah Sakit Graha Hermine
:
a) Jarum suntik / lancet, limbah bahan tajam (kaca objek, kaca
penutup): dimasukkan kedalam wah yang tahan tusuk, tutup rapat.
Wah tersebut akan dibawa oleh petugas kebersihan untuk
ditindaklanjuti untuk dibakar di ruangan incenerator Rumah Sakit
Graha Hermine.
b) Sarung tangan, kapas alkohol bekas pakai, sisa spesimen, kapas lidi,
kemasan reagen, botol penampungan spesimen dari cairan tubuh,
masukkan ke kantong plastik warna kuning (katagori infeksius). Pa
saat pembuangan isi kantong plastik tersebut tidak boleh dipilah-
pilah tetapi langsung dibawa oleh petugas kebersihan untuk
ditindaklanjuti (dibakar di ruangan incenerator). Untuk reagen
dalam kemasan besar, tutup rapat mulut reagen, berikan ke petugas
kebersihan untuk ditindaklanjuti.
c) Limbah Mikrobiologi: media perbenihan bekas pakai ke autoklaf.
Disterilisasi basah dengan menggunakan uap panas pa tekanan
1210C selama 15 menit. Setelah dilakukan sterilisasi buang ke
tempat sampah dengan kantong plastik warna kuning (infeksius).
Lempeng petri kaca, tabung kaca, botol kultur, pipet kaca di
sterilisasi basah dengan menggunakan uap panas pa tekanan 121 0C
selama 15 menit, cuci, lakukan sterilisasi kering menggunakan
oven dengan suhu 1500C selama 2 jam.
d) Vacutainer (tabung penampungan spesimen darah): tutup vacutainer
dengan rapat, kumpulkan menji satu bagian, masukkan ke kantong
plastik warna kuning, ikat. Masukkan kantong plastik tersebut
kedalam wah khusus, beri label infeksius, berikan ke petugas
kebersihan untuk dibawa ke penampungan sementara untuk
diproses lebih lanjut dibawa ke ruangan incenerator Rumah Sakit
Graha Hermine.
e) Tips: rendam tip-tip bekas pakai pa suatu wah yang telah diberi
larutan Na.Hipoklorit 0.78% atau Chlorin 0.5% , biarkan beberapa
lama. Buka kran air, biarkan air mengalir, buang bekas larutan

46
tersebut ke tempat pencucian, sedangkan untuk tip bekasnya buang
ke kantong plastik warna kuning.

3) Daftar Reagen B3 yang dimiliki Lab. Rumah Sakit Graha Hermine :


Reagensia laboratorium yang bersifat berbahaya dan beracun disimpan di
gudang Utama di unit pengaan rumah sakit, pa saat reagensia tersebut
dibutuhkan untuk pemakaian di laboratorium, pihak laboaratorium
meminta ke unit pegaan, reagensia tersebut disimpan dalam lemari khusus
(lemari besi) dan pa saat pengambilan / pemakaian reagensia petugas Lab
harus menggunakan alat pelindung diri (pakai pipet dengan Buld/pompa
pengisap, sarung tangan dan masker). Setiap reagensia B3 dilengkapi
dengan MSDS.

Daftar Reagen B3 yang dimiliki Rumah Sakit Graha Hermine :


Mudah
NO Nama Reagen Toksik Korosif Harmful
terbakar
1 Acetic Aid X
2 Hydrogen Choride X
3 Formaldehyde X
4 Chlorine X
5 HCl 37% X
6 Sulfuric acid X
7 Metanol X X
8 Etanol X
9 Barium Klorida X
10 NaOH X
11 H2SO4 X
12 KOH 10% X
13 H2O2 3% X

g. Pembuangan Limbah B3 di unit farmasi dilakukan dengan cara:


1) Cairan-cairan B3 yang di stok oleh Farmasi di gunakan oleh unit lain
selain Farmasi yang membutuhkan cairan B3. Oleh karena itu farmasi
tidak mengelola limbah cairan B3.

47
2) Unit Farmasi mengolah penghancuran obat-obat B3 yang sudah kaluarsa
/expired dengan cara:
a) Persiapan pemusnahan obat:
(1) Staf gudang mengeluarkan obat yang akan dimusnahkan.
(2) Nama dan jumlah obat yang akan dimusnahkan serta alasan
pemusnahan dicatat sebagai lampiran.
b) Proses pemusnahan obat:
(1) Staf Gudang yang telah ditunjuk mengeluarkan obat-obat
tersebut dari kemasan primer.
(2) Kemudian isinya dibuang ke tempat pembuangan yang telah
ditentukan oleh Direktur Bagian Farmasi.
(3) Kemasan primer seperti blister, botol sirup dibersihkan
kemudian dibuang ke tempat sampah.
(4) Proses pemusnahan ini disaksikan oleh Direktur Bagian
Farmasi dan wakil dari bagian keuangan dan menandatangani
berita acara pemusnahan.

h. Paparan / Kecelakaan B3
Pengertian Paparan Kontaminasi dengan bahan B3 adalah kecelakaan kerja pa
saat petugas sedang menangani bahan B3 saat bekerja secara tidak di sengaja.
Bahan B3 tersebut tumpah, terciprat atau mengkontaminasi kontak langsung pa
kulit, kulit luka/mata, terhirup, tertelan atau tidak sengaja termakan/terminum
bahan B3 di lingkungan kerjanya.

1) Tujuan panduan penanggulangan Paparan B3 adalah:


a) Menentukan penanganan yang baik dan benar
b) Mengurangi resiko bahaya yang lebih besar bila terji kontaminasi
c) Mencegah terjinya kontaminasi lanjutan atau efek samping cairan.

2) Kebijakan penanganan paparan B3 adalah:


a) Penanganan bila terji kontak langsung harus dilakukan sesegera mungkin.
b) Penanganan bila terji kontak langsung sesuai dengan Lembar Data
Pengaman
c) Setiap unit kerja yang mempunyai B3 harus membuat prosedur
penanganan akibat kontaminasi.

48
d) Pedoman pembuatan prosedur penanganan akibat kontaminasi B3 dapat
dilihat pa MSDS masing-masing zat.
e) Petugas yang bekerja dengan menggunakan B3 harus memakai alat
pelindung diri yang telah ditetapkan.
f) Kontaminasi akibat kerja dengan menggunakan B3 harus dilaporkan kepa
MFK.
g) Penanganan akhir untuk setiap kontaminasi yang terji harus ditangani di
UGD dan dilaporkan kepa Tim K3 RS Ba;hika Husa.

3) Prosedur penanganan kontak langsung paparan B3 pa kulit atau


kulit luka akibat gelas atau objek tajam:
a) Tanggalkan sarung tangan
b) Bilas kulit yang terkena paparan B3 langsung di bawah air mengalir
c) Bersihkan kulit dari sisa bahan B3 dengan menggunakan sabun cair
antiseptik
d) Bilas kulit dengan menggunakan air mengalir
e) Jika kulit tidak sobek, seka area dengan kassa yang dibasahi larutan
chlorin 5% dan bilas dengan air hangat. Jika kulit sobek, pakai
H2O2 3%
f) Keringkan kulit dengan kertas tissue
g) Tanggalkan seluruh pakaian pelindung
h) Catat jenis bahan B3 yang terpapar dan kemungkinan disiapkan
antidot khusus (lihat MSDS)
i) Laporkan ke Direktur seksi dan periksa ke Unit Gawat Darurat
j) Lengkapi format kecelakaan yang disediakan UGD

4) Penanganan terhap kulit yang tertusuk jarum bekas B3:


a) Bila tertusuk jarum yang mengandung obat kemoterapi atau telah
terkontaminasi, jangan segera mengangkat jarum
b) Tarik plunger kembali untuk menghisap obat-obat yang mungkin
telah terinjeksi. Jangan menghisap langsung dengan mulut
c) Angkat jarum dari kulit dan tutup jarum, kemudian dibuang
d) Tanggalkan sarung tangan
e) Keluarkan darah tempat tersuntik dengan pijitan keras di bawah
air mengalir

49
f) Jika perlu, gunakan syringe dan jarum baru untuk mengambil obat
dari jaringan
g) Bilas kulit dengan air mengalir
h) Bersihkan kulit dengan cairan sabun dan bilas lagi dengan air
mengalir
i) Tanggalkan semua pakaian pelindung
j) Catat jenis obat dan perkiraan jumlah obat yang terinjeksi
k) Laporkan ke Direktur seksi dan periksa ke Unit Gawat Darurat
l) Suntikkan antidote yang spesifik jika perlu (sesuai MSDS)
m) Lengkapi format kecelakaan

5) Penanganan terhap tumpahan obat pa mata :


a) Minta pertolongan
b) Tanggalkan sarung tangan
c) Segera bilas mata dengan air mengalir selama 15 menit
d) Cuci mata terbuka dengan 500 ml NaCl 0,9%
e) Aliri mata dengan 25 ml aques steril
f) Tanggalkan semua pakaian pelindung
g) Catat jenis obat
h) Laporkan ke Direktur seksi dan periksa ke Unit Gawat Darurat
i) Lengkapi format kecelakaan

6) Prinsip Penanggulangan Paparan / Kecelakaan B3:


a) Terkena mata : cuci mata dengan banyak air
b) Terkena kulit : aliri dengan air mengalir, singkirkan bahan pakaian
yang terkontaminasi.
c) Terhirup : segera keluar mencari udara segar, istirahat
d) Tertelan : cuci mulut dengan banyak air.

j. Pengaan B3
Perlu diperhatikan sebelum menggunakan bahan kimia yaitu perhatikan label
nama kimia, baca isi / bahan aktif bahan kimia, baca aturan pakainya, bila a,
pelajari MSDS nya, gunakan APD (Alat Pelindung Diri), tutup rapat botol /
wah, simpan di tempat yang aman, hindari api.
1) Laporan Pengaan B3:
50
Masing-masing ruangan atau unit yang menyimpan, mamakai, meminta
barang B3 wajib melaporkan :
a) Melaporkan, mengawasi pengaan B3 di masing-masing ruangan:
jwal permintaan, ketersediaan barang B3 dari gudang pengaan dan
MSDS barang B3.
b) Melaporkan, mengawasi petugas / staf ruangan yang lalai dan tidak
menggunakan APD.
c) Melaporkan, mengawasi jumlah petugas yang terkontaminasi
paparan B3 akibat kerja.
d) Mengevaluasi pelaksanaan pengelolaan B3 di ruangan masing-
masing.

2) Laporan Pemakaian B3:


Masing-masing ruangan atau unit yang menyimpan, memakai barang
B3 wajib melaporkan:
a) Jumlah kuantitas barang B3 di gudang antara dan pemakaian
hariannya
b) Melakukan stock opname di ruangan masing-masing sesuai dengan
jumlah kebutuhan pemakaian
c) Mencatat, memperhatikan, menilai kualitas barang B3 mengenai
tanggal kaluwarsa, cara pemakaian barang B3 agar terjamin
keamanan dan keselamatan kerja bagi pemakai barang B3, dimana
semua petugas yang memiliki, menyimpan, memakai barang B3
wajib bertanggungjawab di masing-masing ruangannya.

3) Laporan Kecelakaan akibat kontaminasi B3


Pelaporan harus dilakukan oleh tiap Direktur Bagian yang menyimpan
B3 di ruangannya kepa Ketua MFKmelalui alur berobat ke UGD
Rumah Sakit Graha Hermine dengan mengisi formulir kecelakaan
akibat kerja yang telah diketahui, ditandatangani Direktur bagian
masing-masing ruangan yang menyimpan, memakai barang B3.
Aspek yang di evaluasi adalah:

51
a) Jumlah petugas/staf ruangan yang lalai dan tidak menggunakan
APD
b) Jumlah petugas yang terkontaminasi B3 akibat kerja.

4) Petunjuk pengisian formulir evaluasi dan pelaporan B3:


a) Formulir Evaluasi B3 yang telah dibagikan kepa masing-masing
ruangan yang menyimpan, mamakai B3 wajib di isi oleh
penanggungjawab ruangan masing-masing secara berkala setiap 6
bulan sekali yang dilaporkan kepa ketua K3 RSRumah Sakit Graha
Hermine.
b) Isilah pa kolom-kolom yang telah disediakan dengan memberikan
tanda cek ( ) pa kolom yang dianggap sebagai pilihan jawaban
“ya” dari pertanyaan yang diajukan.
c) Berikan keterangan pa kolom yang disediakan apabila a hal-hal
penting yang perlu di tuliskan berhubungan dengan pengelolaan
B3, penanganan paparan B3.
d) Formulir evaluasi ini di kumpulkan setiap bulan Juni dan Desember
kepa Ketua K3 RSRumah Sakit Graha Hermine.

k. Spill kit
1) Spill kit adalah perlengkapan yang digunakan untuk menangani
tumpahan
a) B3 / Bahan berbahaya dan Beracun (Cairan kimia berbahaya yang
bersifat mudah meledak, mudah terbakar, korosif, dapat
mengganggu kesehatan dan mencemarkan lingkungan)
b) Bahan infeksius (Cairan yang dihasilkan dari tubuh pasien seperti
darah, tinja, urin, sputum,muntahan dll).
2) Prosedur
a) Siapa yang melaporkan tumpahan:
(1) Tenaga kesehatan / non kesehatan (petugas Rumah Sakit Graha
Hermine, kontraktor) yang pertama kali menemukan tumpahan.
(2) Pasien, pengunjung / keluarga pasien yang datang ke Rumah
Sakit Graha Hermine.
b) Siapa yang melakukan penanganan tumpahan:

52
(1) Tenaga kesehatan (petugas Rumah Sakit Graha Hermine ) yang
pertama kali menemukan tumpahan.
(2) Tenaga non kesehatan ( kontraktor )

3) Isi Spill Kit / kotak tumpahan meliputi:


  DAFTAR ISI  
  KOTAK TUMPAHAN B3 & OBAT KEMOTHERAPY.  
 
N KETERANGA
ISI KOTAK SPIL KIT JUMLAH
O N  
1 Kantong ungu 2 buah Sekali pakai  
2 Masker hijau 2 buah Sekali pakai  
3 Sarung tangan ungu 2 pasang Sekali pakai  
4 Gaun / apron plastic 2 buah Sekali pakai  
5 Tutup Direktur 2 buah Sekali pakai  
6 Sepatu      
7 Kacamata google 1 buah    
8 Air bersih 1 botol Sekali pakai  
9 Tisu towel / kain lap 1 boks Sekali pakai  
10 Tanda peringatan 1 sign board    
11 Sapu dan pengki 1 set    
12 Formulir laporan kejian 1 lembar    
13 Wah botol untuk pecahan kaca 1 botol Sekali pakai  
14 Cairan cuka 1 botol    
15 Cairan basa ( Na OH ) 1 botol    
16 Penjapit / pinset 1 buah    
         

  DAFTAR ISI  
  KOTAK TUMPAHAN BAHAN INFEKSIUS  
   
N KETERANGA
ISI KOTAK SPIL KIT JUMLAH
O N  
1 Kantong kuning 2 buah Sekali pakai  
2 Masker hijau 2 buah Sekali pakai  
3 Sarung tangan medis 2 pasang Sekali pakai  
4 Gaun / apron plastic 2 buah Sekali pakai  
5 Tutup Direktur 2 buah Sekali pakai  
6 Sepatu      
7 Air bersih 1 botol Sekali pakai  

53
8 Larutan detergen 1 botol Sekali pakai  
9 Larutan Klorin 1 botol Sekali pakai  
10 Tisu towel / kain lap 1 boks Sekali pakai  
11 Tanda peringatan 1 sign board    
12 Sapu dan pengki 1 set    
13 Formulir laporan kejian 1 lembar    
14 Wah botol untuk pecahan kaca 1 botol Sekali pakai  
15 Penjapit / pinset 1 buah    
         

4) Penanganan tumpahan:
a) Amankan area tumpahan dengan tanda/kursi.
b) Buka spill kit, pasang tanda peringatan di area tumpahan.
c) Gunakan APD (masker, sarung tangan, gaun, tutup Direktur ,
sepatu, kacamata google)
d) Batasi penyebaran tumpahan dengan tisu/kain lap sekali pakai:
(1) Untuk tumpahan B3 dalam bentuk cairan, serap dengan
tisu/kain lap sekali pakai untuk menutupi tumpahan lalu
masukan kedalam kantong ungu.
(2) Untuk tumpahan B3 dalam bentuk serbuk, basahi tisu/kain
lap sekali pakai dengan air untuk menutupi tumpahan serbuk
lalu sapu dan masukan kedalam kantong ungu.
e) Bersihkan area tumpahan dengan cara:
(1) bersihkan material tumpahan dengan menggunakan skop
atau sapu dan pengki kecil sampai benar-benar bersih.
(2) Buang bahan penyerap bahan tumpahan ti dengan kantong
ungu.
(3) dekontaminasi area tumpahan dengan detergen sebanyak 3
kali lalu semprotkan disinfektan, biarkan selama 2 menit
kemudian keringkan dengan tisu/kain lap sekali pakai lalu
buang ke kantong ungu.
(4) Lakukan hal di atas 3 kali berturut-turut sampai benar-
benar bersih.
(5) Lepaskan APD dan masukan kedalam kantong ungu.
(6) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
(7) Laporkan kebagian Urdal rumah sakit untuk pembersihan
lebih lanjut.

54
5) Pengisian Formulir Laporan Kejian Tumpahan B3
a) Isi identitas petugas yang menemukan tumpahan pertama kali
atau yang dilaporkan pasien atau pengunjung.
b) Isi waktu kejian.
c) Ceritakan kronologis kejian dan lokasinya.
d) Identifikasi tipe insiden yang meliputi KNC (Kejian Nyaris
Cedera), KTC (Kejian Tidak Cedera), KTD (Kejian Tidak
Diharapkan).
e) Isi formulir, berikan kepa Direktur ruangan,tim K3, Tim PPI.

3. MANAJEMEN EMERGENSI
a. Pengertian
1) Keaan darurat/bencana adalah setiap kejian yang dapat menimbulkan
gangguan terhap kelancaran operasional/kegiatan di lingkungan Rumah
Sakit Graha Hermine : Kebakaran, Gangguan tenaga, Gangguan
Keamanan (huru-hara), Bencana alam (Gempa Bumi), Bencana massal,
dll.
2) Tanggap darurat adalah penanganan keaan darurat/bencana secara darurat
setiap terji kejian, yang terji di rumah sakit, antara lain: kejian kebakaran,
kecelakaan, peledakan, gangguan.

b. Tujuan
1) Membentuk peningkatan suatu kesaran dan kewaspaan bencana serta
langkah tindak petugas Rumah Sakit Graha Hermine, para penyewa
ruangan dan kontraktor jika terji keaan darurat Kebakaran, bencana dan
evakuasi.
2) Sebagai pedoman agar tugas-tugas Tim Penanggulangan
Kebakaran/Bencana (TPB) Rumah Sakit Graha Hermine, dapat
terlaksana sesuai dengan Pedoman dan standar prosedur operasional yang
3) Sebagai pedoman atau petunjuk bagi pejabat K3 RSatau yang tercantum
dalam Organisasi tim Penanggulangan Kebakaran/Bencana, sehingga
mekanisme penanggulangannya dapat berjalan dengan lancar, efektif dan
efesien dibawah satu komando.

55
c. Pengaturan jaga
Dilakukan 24 jam dengan pengaturan jaga dibagi dalam 3 Shif dan masing-
masing Shif dipimpin seorang Komandan Regu atau Penanggung jawab
ruangan.

d. Denah Ruangan
Denah ruangan yang didalamnya termuat jalur evakuasi, tempat APAR,
ruangan beresiko, dimana denah tersebut bera disetiap ruangan maupun
ruangan perawatan serta ruangan area publik.

e. Fasilitas keselamatan
Fasilitas keselamatan yang bera di Rumah Sakit Graha Hermine yaitu: Jalur
Evakuasi, APAR,Tandu Evakuasi, Helm, Lampu, tempat berkumpul evakuasi,
Rambu, dll.

f. Sandi Penanggulangan Kebakaran/Bencana :


Untuk Penanggulangan kebakaran telah ditetapkan sandi kebakaran berupa
instrument lonceng/kentongan yaitu:
1) Pukulan lonceng/kentongan: 0000…0000…0000…0000…0000 dsb
(terus menerus sampai bahaya teratasi)
(a) Jika lonceng/kentongan a gangguan, maka petugas yang bertugas
langsung menggunakan panggilan darurat ke ext 102.
(b) Jika paging a gangguan maka operator yang bertugas langsung
menggunakan telepon.
(c) Jika telepon a gangguan maka operator yang bertugas komunikasi
akan dilakukan melalui Handy Talky ( HT) oleh pihak Keamanan.

2) Penanggulangan bencana “Massal”


Untuk mempermudah penanganan korban musibah massal, dibuat
keaan siaga bencana yang dikaitkan dengan jumlah tenaga operasional
yang a serta estimasi jumlah korban dikelompokkan sebagai berikut:
(a) SIAGA I : jumlah penderita 20 – 40 orang.
(b) SIAGA 2 : jumlah penderita 40 – 60 orang.
56
(c) SIAGA 3 : jumlah penderita 61 – 100 orang.

Jika pasien UGD telah mencapai jumlah > 100 orang, maka mulai dipersiapkan
rujukan ke rumah sakit terdekat. Tim Penanggulangan Kebakaran/Bencana
sbb:
SEBUTAN TUGAS
NO. JABATAN STRUKTURAL
JABATAN POKOK
1. Komandan Direktur Rumah Sakit Tk III Pimpinan tertinggi dalam
Balhika Husa operasi Penanggulangan
Keaan Darurat.

2. Wakil. Wakil Direktur Rumah Sakit Membantu/mewakili tugas-


Komandan Graha Hermine tugas Komandan

3. Komandan Pj. Ruangan (Lab), Pj. Ruangan Menanggulangi keaan darurat


Ruangan (Riologi), Pj. Ruangan (Rekam pa tingkat awal, mengatur
Medis), Pj. Ruangan Rawat Jalan pelaksanaan evakuasi/
(Poliklinik), Pj. Ruangan Rawat penyelamatan ruangan ybs.
Inap, Pj. Ruangan Dapur, Pj
Ruangan Laundry.

4. Tim Pemam Piket RS Graha Hermine Pj. Melaksanakan operasi


Api Masing-masing ruangan, pemaman dan penyelamatan
jiwa / harta benda.

5. Tim Evakuasi Pj. Masing-masing ruangan. Mengatur pelaksanaan


evakuasi di ruangan ybs.

6. Tim Medis Pj. Dokter UGD/Tim Kode Biru Mengatur mekanisme sistem
Pj. Perawat UGD perawatan / pertolongan
terhap pasien / korban.

7. Tim Pj. teleponis Melaksanakan komunikasi


Komunikasi Pj. Humas intern dan ekstern.

57
8. Tim Pj Piket Mengamankan evakuasi dan
Pengamanan arus lalu lintas kendaraan.
Bagian
9. Engineering Bagian Tehnik Memastikan system listrik
berjalan dg baik.

g. Uraian tugas Tim


1) Komandan:
a) Memimpin & mengkoordinir tugas para petugas dalam kegiatan
penanggulangan keaan bencana.
b) Memberikan instruksi tanda siaga kepa Operator
c) Memutuskan untuk minta bantuan unit dari luar (kepolisian,
pemam kebakaran, ambulan dll).
d) Memutuskan untuk mematikan aliran listrik secara total (baik PLN
maupun Genset).
e) Memutuskan untuk mengevakuasi seluruh penghuni ruangan, bila
keaan sudah sangat darurat.

2) Wakil Komandan:
a) Memimpin dan mengkoordinir area tiap ruangan melaksanakan
tugas.
b) Mengambil alih tugas Komandan bila tidak hir atau berhalangan.

3) Tim Pemam Api:


a) Memimpin & mengkoordinir regu pemam kebakaran (anggota
satpam, Pj. Masing-masing ruangan, Urdal, Urpam) regu pemam
ruangan agar mereka bekerja dengan tenang tetapi efektif).
b) Selalu berkomunikasi dengan tim regu pemam lain untuk
memberikan laporan-laporan tentang situasi terakhir serta
menerima instruksi dari Komandan.
c) Berikan laporan-laporan singkat dan jelas tentang situasi terakhir

4) Tim Evakuasi:

58
a) Memimpin & mengkoordinir regu evakuasi tiap-tiap ruangan jika
diperlukan, agar evakuasi ini dapat berlangsung dengan tenang &
tertib.
b) Selalu berkomunikasi dengan komandan untuk memberikan
laporan-laporan tentang situasi terakhir serta menerima instruksi
dari komandan dengan jelas dan pasti.
c) Membantu petugas P3K untuk memberikan pertolongan bila terji
kecelakaan.
d) Melakukan pencatatan data-data evakuasi yang diperlukan.
5) Tim Medis:
a) Bekerjasama dengan Komandan dalam memutuskan untuk
meminta bantuan ambulance.
b) Bekerjasama dengan bagian evakuasi untuk memberikan bantuan
jika terji kecelakaan pa saat evakuasi.
c) Memberikan pertolongan pertama, jika terji kecelakaan pa saat
evakuasi.
d) Menentukan prioritas pasien yang akan di evakuasi terlebih
dahulu dan mendampingi evakuasi pasien dengan kondisi buruk.

6) Tim Komunikasi:
a) Memimpin para operator telepon untuk berkomunikasi dengan
pemakai ruangan maupun para tamu dan menjaga agar mereka
tetap tenang serta mengikuti petunjuk-petunjuk yang a.
b) Selalu siap untuk menghubungi unit luar (Ambulance, Pemam
kebakaran, Kepolisian) atas permintaan Komandan.
c) Menjaga agar selalu a komunikasi dengan Komandan sehingga
selalu siap untuk hal-hal yang diperlukan.

7) Tim Pengamanan:
a) Memimpin dan mengkoordinir regu pengaman, baik diluar gedung
maupun didalam gedung agar situasi dapat dikuasai & dijaga agar
selalu tertib aman terkendali.

59
b) Selalu berkomunikasi dengan Komandan untuk memberikan
laporan-laporan tentang situasi terakhir serta menerima instruksi
dari Komandan.
c) Mempersiapkan semua peralatan yang diperlukan untuk tugas-
tugas pengamanan.
d) Mengatur lalu lintas agar mobil ambulance, pemam kebakaran serta
polisi dengan mudah dapat masuk kedalam areal gedung.
e) Menjaga agar tidak terji kehilangan/pencurian barang baik milik
ruangan sendiri maupun milik para pemakai serta tamu lainnya.

8) Bagian Engineering:
a) Memastikan semua sistem listrik & yg berkaitan dgn pekerjaan
teknik berjalan dgn baik.
(1) Generator.
(2) Lampu penerangan
(3) Komunikasi dll.
b) Selalu berkomunikasi dgn Komandan untuk memberikan laporan
tentang situasi terakhir yang terkait dgn tugas bagian engineering.

h. Evakuasi dan Penyelamatan


1) Evakuasi
Pelaksanaan evakuasi petugas/pasien di ruangan-ruangan, dilaksanakan
atas perintah dari Komandan, melalui Komandan-komandan ruangan
yang bersangkutan.
a) Evakuasi Kebakaran di ruangan.
Pelaksanaan evakuasi dikoordinir oleh Komandan ruangan
dilaksanakan oleh Evakuasi dengan urutan sebagai berikut:
(1) Mengevakuasikan pasien di ruangan Z.

(2) Selanjutnya mengevakuasikan pasien ruangan yang


terbakar

(3) Hal-hal yang perlu diperhatikan pa waktu melaksanakan


evakuasi:

(a) Berjalan dengan cepat tetapi jangan lari.

60
(b) Jangan membawa atau memakai barang-barang
yang dapat menyulitkan pelaksanaan evakuasi.
Berikan prioritas kepa orang yang paling lemah
fisiknya.

(c) Apabila hendak membuka pintu, rabadalah dan


rasakan terlebih dahulu pintunya, untuk
menyakinkan bahwa di balik pintu tidak a api.

(d) Menuruni tangga dengan cara berjajar dan berturut-


turut sesuai lebar/kapasitas tangga.

(e) Bila memungkinkan, tutuplah semua pintu dan


jendela untuk menghambat rambatan api.

(f) Apabila terperangkap asap, bernafaslah dengan


pendek-pendek melalui hidung, bergeraklah
dengan cara merangkak karena asap cenderung
bera di bagian atas. Apabila terpaksa harus
menerobos asap, tahanlah nafas, kalau perlu pakai
masker yang bera di Kotak Perlengkapan Pemam.
Keluar menuju halaman dan berkumpul di tempat
yang cukup aman serta melapor kepa Komandan
Regu Evakuasi/Komandan ruangan masing-
masing.

2) Penyelamatan.
Pelaksanaan penyelamatan di tiap ruangan, dikoordinir oleh Komandan
ruangan masing-masing, dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
evakuasi personil, material dan dokumen yang perlu diamankan:
a) Penyelamatan/pengamanan personil:
(1) Bila memungkinkan, berikan pertolongan pertama
ditempat kepa korban.
(2) Korban segera dibawa ke tempat yang aman dengan
melalui jalur evakuasi untuk selanjutnya diserahkan kepa
Team Medis.
(3) Mengamankan petugas maupun pengunjung dari lokasi
kebakaran agar tidak terji korban jiwa.
61
(4) Mengamankan pasien-pasien, terutama yang memerlukan
perawatan khusus yang lebih aman dari kebakaran.

b) Pengamanan material:
(1) Amankan material sesuai prioritas yang ditentukan oleh
masing-masing bagian.
(2) Siapkan tempat atau wah yang siap pakai untuk material
yang perlu diselamatkan pa setiap bagian (troly barang)
tempat pengungsian material dialokasikan ditempat yang
tidak mudah terjangkau oleh api.

c) Pengamanan dokumen:
(1) Jika memungkinkan seleksi/pilih dokumen-dokumen yang
penting untuk diselamatkan, dokumen tidak penting tidak
perlu dibawa karena akan menyulitkan dalam pelaksanaan
penyelamatan.
(2) Membawa dokumen yang perlu disesuaikan dengan batas
kemampuan (jangan melebihi batas kemampuan).
(3) Berjalan dengan cepat tetapi tidak lari, melalui jalur evakuasi
yang a (koridor, tangga).
(4) Himpun semua dokumen yang berhasil diselamatkan pa tempat
berkumpul.

3) Evakuasi Bencana Alam atau Gempa Bumi:


a) Lakukan prosedur evakuasi secara umum/sesuai petunjuk dan
prosedur.
b) Berikan prioritas pa korban yang paling lemah fisiknya.
c) Turun melalui tangga dengan tertib.
d) Menuju dan berkumpul di titik kumpul.
e) Permintaan atau pemanggilan kode bencana.
f) Komandan menghubungi kepolisian setempat & Tim Rescue SAR
Kota Batam .
g) Evakuasi Pasien Pa Waktu Bencana sbb:

62
(1) Komandan ruangan berkoordinasi dengan komandan dan tim
medis (dokter jaga dan perawat) untuk mempersiapkan
evakuasi pasien dari ruang perawatan yang mengalami bencana
termasuk meminta bantuan dari staff rumah sakit lainnya.
(2) Tim medis (dokter jaga dan perawat) mengatur evakuasi pasien
berdasarkan prioritas. Prioritas pasien yang dievakusi
ditetapkan berdasarkan kondisi pasien pa saat itu, dan prioritas
ditetapkan sebagai berikut
(a) Prioritas pertama adalah pasien pasien yang secara medis
dapat mobilisasi diri sendiri tanpa bantuan orang.
(b) kedua adalah pasien yang secara medis membutuhkan
bantuan orang lain pa waktu mobilisasi.
(c) Prioritas ketiga adalah pasien yang secara medis tidak
dapat mobilisasi sendiri dan membutuhkan pertolongan
sepenuhnya dari perawat dan penolong lainnya.
(3) Evakuasi pasien prioritas pertama dan kedua dilaksanakan
melalui sisi terjauh dari lokasi bencana dan
dikoordinasikan dengan komandan atau komandan
ruangan.
(4) Evakuasi pasien prioritas ketiga dilaksanakan dengan tandu
dan melewati sisi terdekat dari lokasi bencana dan
dikoordinasikan dengan komandan atau komandan
ruangan.
(5) Tim medis (dokter jaga dan perawat) harus mengawasi
jalannya evakuasi pasien sampai evakuasi seluruh pasien di
lokasi tersebut selesai.
(6) Pasien yang dievakuasi dari ruangan yang mengalami
bencana dan diserah terimakan kepa dokter UGD.

i. Penanggulangan bencana
1) Prosedur pelaksanaan tanggap darurat penanggulangan Bencana
a) Jika keaan darurat/bencana terji didalam rumah sakit maka:

63
b) Hubungi ke Posko Keamanan/Piket Ext. 123, untuk
menginformasikan kejian tersebut (Apa yang terji dan lokasi/tempat
kejiannya)
c) Pawas Lapor/Hubungi ke Komandan.
d) Komandan:
(1) Segera ke Posko Keamanan (stand by) dan ambil alih
komando penanggulangan bencana.
(2) Lakukan langkah pencegahan atau penangananya atas
kejian tersebut sesuai Standar Prosedur Operasional
(SPO).

2) Prosedur pelaksanaan tanggap darurat penanggulangan bencana massal.


a) Jika korban massal yang berlangsung dibawa ke Rumah Sakit
Graha Hermine, maka:
(1) Penanggulangan Bencana “Massal” diambil alih
komandonya oleh Komandan UGD (dokter jaga UGD).
(2) Komandan UGD akan memerintahkan operator untuk paging
kode bencana.
(3) Seluruh speaker didalam rumah sakit akan berbunyi dan
terdengar di semua ruangan.
(4) Seluruh anggota Tim melakukan penanganan sesuai Prosedur
tugas & tanggung jawabnya masing-masing sesuai komando
dari Komandan UGD.
(5) Jika pasien melebihi 200 orang, maka Dokter jaga atau
penanggung jawab UGD saat itu, akan melapor dan meminta
persetujuan kepa Kasub Instal Gar, bahwa pasien berikutnya
akan dialihkan ke rumah sakit lain yang terdekat.

(6) Tim penanggulangan Bencana Massal di UGD sbb:


SEBUTAN JAB.
NO TUGAS POKOK
JABATAN STRUKTURAL
1. Komandan Dokter Jaga a. Menetapkan Keaan Siaga ( Kode bencana )
UGD UGD b. Melakukan Triage bersama dengan petugas Triage
c. Mengatur mekanisme sistem perawatan/
pertolongan terhap pasien/korban.
64
d. Melaporkan keaan siaga kepa Kasub Instal Gar.
e. Bertindak sebagai Komandan UGD, bila dokter
jaga yang lain sudah datang.
f. Menetapkan petugas yang menangani masing-
masing korban
g. Memantau pelaksanaan penanganan korban.
h. Memastikan keterlibatan unit pendukung dalam
penanganan pa korban.
i. Memantau status siaga dan menetapkan tingkat
siaga berikutnya bila perlu.
j. Meminta kepa Kasub Instal Gar untuk menutup
UGD bila jumlah korban mencapai 200 orang.

2. Wakil Pj. Perawat a. Menji petugas Triage bersama dokter jaga UGD.
komandan UGD b. Menkoordinasi petugas perawat bantuan yang
UGD sudah datang di UGD.
c. Mengatur alur penanganan korban

3. Perawat Perawat a. Memastikan terlaksananya mobilisasi tenaga


Pengganti Pengganti bantuan dan ketersediaan tenaga.
( DO ) b. Memastikan ketersediaan kamar perawatan.
c. Memastikan ketersediaan obat-obatan dan logistik.
d. Memastikan kesiapan kamar operasi dan ICU.
e. Menji penghubung pasien yang sudah ditangani
dan perawat ruang perawatan.

4. Tim Medis Dokter Umum Melakukan pemeriksaan dan pertolongan korban sesuai
dan Spesialis prioritas

5. Pj. Ruang Pj. Ruang Bedah Mengatur pasien yang memerlukan tindakan bedah
Bedah. berdasarkan ketersediaan tempat

6. Pj. Ruang Pj. Ruang ICU Mengatur pasien yang memerlukan perawatan ICU
65
ICU berdasarkan ketersediaan tempat

7. Tim Humas. a. Mengkoordinasi pemberian informasi kepa


Komunikasi Operator keluarga, Kepolisian dan Media masa.
b. Melaksanakan komunikasi intern dan ekstern.
c. Menjamin tersedianya cangan komunikasi
d. Membantu menghubungi RS rujukan.

8. Pj. Logistik Pj. Logistik Menjamin tersedianya peralatan dan yang dibutuhkan
dalam penanganan pasien dan evakuasi.

9. Pj. Farmasi Pj. Farmasi Menjamin tersedianya obat-obatan yang dibutuhkan


dalam penanganan pasien dan evakuasi.

10. Tim Riologi Pj. Riologi Menjamin kelancaran Pemeriksaan bid.Riologi.

11. Tim Pj. Laboratorium Menjamin kelancaran pengambilan pemeriksaan


Laboratorium sampling darah dan pengiriman hasil.

12. Tim Pj.ministrasi a. Mencatat identitas pasien


ministrasi b. Koordinasi ketersediaan tempat untuk korban yang
perlu rawat inap dengan perawat ruang perawatan

13. Tim Piket, Urpam a. Mengamankan Evakuasi dan arus lalulintas


Keamanan kendaraan.
b. Mengamankan barang-barang milik pasien.
c. Menjaga ketertiban didalam ruang UGD.

14. Tim Tehnik Bag. Tehnik a. Menjamin hal-hal yang berhubungan dengan tehnik
66
dapat berjalan baik.
b. Mengantisipasi gangguan listrik dan komunikasi,
serta menyiapkan cangannya.
c. Mengamankan bahan-bahan / peralatan yang
berbahaya.

15. Tim Pj. Transportasi Menyiapkan ambulance, kendaraan operasional lain dan
transportasi penderita yang akan dirujuk ke rumah sakit lain.

Mobilisasi Tenaga Kesehatan di UGD dalam keaan tanggap darurat/bencana sbb:

TINGKAT PETUGAS YG HARUS PEJABAT YG KEBUTUHAN


SIAGA DINAS DIHUBUNGI TENAGA

Siaga 1 a. Semua dokter jaga a. Penanggung jawab a. 3 dokter umum


yang bertugas UGD b. 8 perawat
20 – 40 b. Dokter Spesialis b. Direktur perawat c. 2 Pekarya
Korban bidang terkait UGD d. 1 petugas
c. Perawat tambahan c. Kasub Instal Gar Laboratorium
dari unit lain d. Manajer e. 1 petugas Farmasi
d. Perawat pengganti Keperawatan f. 1 petugas Riologi
e. Petugas Humas e. Koordinator g. 2 petugas ministrasi
f. Petugas Kamar Kelompok Staf h. 1 petugas
Bedah bila a kasus Medis Lain Transportasi
yang perlu tindakan i. 1 petugas Logistik
operasi j. 1 petugas Operator

Siaga 2 a. Sesuai Siaga 1 +dokter Sesuai Siaga 1 a. 5 dokter umum


jaga Rumah Sakit b. 10 perawat
41 – 60 Graha Hermine yang c. 2 pekarya
korban tidak bertugas,dengan d. 2 petugas
67
domisili terdekat Laboratorium
b. Perawat UGD yang e. 2 petugas Farmasi
libur domisili dekat f. 2 petugas Riologi
g. 2 petugas ministrasi
h. 2 petugas
Transportasi
i. 2 petugas Logistik
j. 1 petugas Operator

Siaga 3 a. Sesuai Siaga 2 + Sesuai Siaga 1 + Direksi a. 7 dokter umum


semua dokter jaga b. 12 perawat
61 – 100 Rumah Sakit Graha c. 3 pekarya
korban Hermine yang tidak d. 2 petugas
bertugas Laboratorium
b. Perawat tambahan dari e. 3 petugas Farmasi
asrama dan dengan f. 2 petugas Riologi
domisili terdekat g. 3 petugas ministrasi
c. Pekarya tambahan dari h. 2 petugas
unit lain Transportasi
i. 2 petugas Logistik
j. 1 petugas Operator

Jika mobilisasi tenaga tsb diatas ternyata masih kurang, karena sesuatu hal, maka tenaga
kesehatan/medis maupun non kesehatan/medis yang seharusnya lepas tugas, akan
diperpanjang jam tugasnya.

b) Pedoman jika terji bencana alam ( Gempa Bumi )


Tindakan yang harus dilakukan setiap petugas adalah sbb:
(1) Tetap tenang jangan panik dan berusahadalah menenangkan orang
disekeliling anda.
(2) Berlindung/melindungi tubuh, BUKAN LANGSUNG EVAKUASI.
(3) Komandan ruangan menenangkan pasien ruangannya masing-masing.
(4) Jika Gempa belum berhenti:
(a) Komandan ruangan tenangkan pasien/pengunjung.
68
(b) Hubungi Piket/Posko Keamanan ext 123
(c) Pawas segera melaporkan kepa Komandan
(d) Komandan mengambil alih Komando
(e) Selanjutnya penanganannya sesuai SPO

c) Pedoman jika terji Banjir


(1) Komandan ruangan tenangkan pasien/pengunjung
(2) Hubungi piket/ posko keamanan ext 123
(3) Pawas/piket segera melaporkan kepa komandan
(4) komandan mengambil alih komando
(5) selanjutnya penanganannya sesuai SPO

d) Pedoman jika terji kecelakaan di Rumah Sakit Graha Hermine


Apabila terji suatu kecelakaan di areal Rumah Sakit Graha Hermine yang
dilakukan adalah:
(1) Penemu Pertama segera menghubungi Operator Ext. 99 atau piket 100
dengan menyebutkan lokasi kejian, nama pelapor/bagian.
(2) Operator: Lakukan paging pemanggilan Tim Kode Biru.
(3) Sementara menunggu Tim Kode Biru datang, lakukanlah tindakan
pertolongan pertama (P3K) kepa korban.
(4) Tim kode biru yang datang segera melakukan resusitasi BHD (Bantuan
Hidup Dasar)/BHL (Bantuan Hidup Lanjut).
(5) Bila pasien telah stabil, bawa ke IGD.

e) Pedoman jika terji gangguan tenaga


Apabila terji gangguan tenaga, seperti terputusnya aliran listrik, segera
laporkan kepa Urdal. Sambil menunggu perbaikan atau menghidupkan
GENSET, seluruh petugas agar mengikuti petunjuk-petunjuk sebagai berikut:
Tetaplah tenang dan usahakan membuka gorden agar cahaya/sinar alam dapat
masuk. Tunggu instruksi dari Komandan ruangan yang akan selalu
berhubungan dengan Bagian Urdal /Komandan.

f) Pedoman jika terji gangguan Keamanan (huru-hara)

69
Komandan /Direktur Seksi Keamanan Rumah Sakit Graha Hermine :
(1) Cari tahu sebab-sebab terjinya huru hara.
(2) Selalu koordinasi perkembangan situasi dengan Keamanan terkait.
(3) Melapor kepa Kaur setiap anya perubahan situasi.
(4) Meminta persetujuan dari Pimpinan sebelum mendatangkan bantuan dari
Polri / PT. BATAM SEHAT MADANI .

g) Pedoman jika menerima ancaman Bom & ditemukan Bom.


Apabila terji gangguan keamanan berupa ancaman bom, maka petugas yang
mengetahui ancaman bom tersebut, lakukanlah tindakan sebagai berikut:
(1) Ajak penelpon untuk bicara selama mungkin (jangan diputuskan)
(2) Dapatkan informasi sebanyak mungkin mengenai bom & lokasinya.
(3) Perhatikan baik-baik suara latar belakang, logat dan aksen bicara, dll yang
mungkin bisa memberi petunjuk mengenai umur, jenis kelamin dan lokasi
penelpon.
(4) Selanjutnya lakukan sesuai SPO

j. Sarana-sarana penanggulangan
1) Sarana penyelamatan diri sbb :
a) Kode Bangunan.
b) Jalur Evakuasi.
c) Dilingkungan Rumah Sakit Graha Hermine telah tersedia jalur-jalur
evakuasi berupa lorong/gang, baik yang menuju ke keluar ruangan atau
menuju tempat berkumpul evakuasi di lahan tanah kosong.

2) Sumber listrik darurat sbb:


a) Genset.
b) Security Sistem (kamera CCTV + petugas keamanan 24 jam).

70
3) Sarana Komunikasi sbb:
a) Pesawat telpon (dapat dilihat pa buku daftar Telpon Rumah Sakit Graha
Hermine ).
b) Sound System/Paging System (menjangkau semua ruangan di lingkungan
Rumah Sakit Graha Hermine ).
c) Handy Talky.
Alat komunikasi yang dipegang oleh pihak keamanan Rumah Sakit Graha
Hermine.

4) Sarana proteksi penanggulangan Kebakaran


a) Alat Pemam Api Ringan
b) Sumber listrik darurat: Genset.
c) Security Sistem (kamera CCTV + petugas keamanan 24 jam).

5) Denah Rumah Sakit Graha Hermine


Denah Rumah Sakit tiap ruangan, yang mencantumkan:
a) Jalur Evakuasi dan tempat berkumpul evakuasi
b) Lokasi tangga darurat, Daerah beresiko dan tempat perawatan khusus.
c) Tempat/lokasi Apar.

4. PENGAMANAN dan KEBAKARAN.


a. Tujuan
Pencegahan terjinya kebakaran di rumah sakit dan memastikan penghuni
rumah sakit selamat dan aman dari resiko anya cedera maupun kemungkinan
kehilangan nyawa saat terjinya kebakaran.

b. Penatalaksanaan Pengamanan dan Kebakaran


1) Tindakan pencegahan kebakaran
Tindakan berikut yang harus dilakukan oleh seluruh petugas sbb:
a) Bahan yang mudah terbakar seperti tabung gas ditempatkan pa
area yang aman dari api/ panas, dengan penempatan yang diatur
sedemikian rupa dan teridentifikasi baik untuk mencegah jatuhnya
tabung, serta akses masuk dibatasi (pintu masuk terkunci).

71
b) Jika meninggalkan ruangan, periksadalah bahwa seluruh peralatan
listrik diruang kerja sudah dimatikan.

c) Jangan bebani titik listrik terlalu melebihi beban yaitu melebihi dari
kapasitas yg a.

d) Larang orang memasak di dalam ruangan tanpa izin dari Kasi


Jangwat.
e) Perhatikan dan ingat-ingat lokasi tanda bahaya kebakaran, letak
tabung pemam kebakaran, jalan keluar.
f) Lakukan patroli secara rutin didaerah tempat gas dapur Elpiji dari
kemungkinan orang merokok serta daerah yang rawan terhap
kebakaran.

g) Jangan menyimpan sembarangan benda-benda yang mudah


terbakar.

h) Larang atau tidak diberikan ijin/ingatkan setiap pekerja yang


pekerjaanya menimbulkan api, tetapi ia tidak melengkapi alat
keselamatan dan keamanan kebakaran.

i) Larangan merokok di areal rumah sakit. Kebijakan larangan


merokok di seluruh area rumah sakit kepa staf, pasien/ keluarganya
dan pengunjung, dan di tiap akses masuk ke rumah sakit dipasang
poster larangan merokok sebagai informasi pa staf, pasien dan
pengunjung rumah sakit.

Jika kedapatan orang merokok dilingkungan Rumah Sakit Graha


Hermine, maka:
(1) Petugas Kemanan yang terdekat menegur. jika ingin
meneruskan rokoknya arahkan keluar areal Rumah Sakit
Graha Hermine, jika perokok tidak mau keluar dari areal
Rumah Sakit Graha Hermine, maka perintahkan rokoknya
dimatikan.

72
(2) Petugas Piket akan melakukan patroli diareal Rumah Sakit
Graha Hermine dengan dilengkapi Atribut dibaju sragamnya.
(3) Petugas Piket setiap melakukan patroli membawa buku yang
telah disediakan, untuk mencatat hasil temuan orang yang
merokok di lingkungan Rumah Sakit Graha Hermine.
(4) Tindak lanjut hasil temuan akan disampaikan ke pimpinan
masing-masing Devisi atau Departemennya untuk diberikan
arahan agar tidak mengulangi hal yang sama.
(5) Hasil temuan Petugas Piket disampaikan ke Urpam dan
Urpam mencatat kedalam form yang telah disediakan.
(6) Posko penguan larangan merokok dimasing-masing pos telah
disiapkan formulir penguan, bagi siapapun jika ingin
mengukan bisa mengisi form tersebut dan pihak Keamanan
akan menindak lanjuti berupa peneguran. jika pelakunya
karyawan dan berulang kali diperingatkan oleh Urpam tetapi
tidak a perubahan, maka kasusnya akan disampaikan kepa
Kaur Tuud.
(7) Guna menghindari kesalafahaman maka pola yang dilakukan
oleh Petugas Piket adalah pendekatan/persuasif.

2) Pengaturan kontruksi Bangunan


Bahan bangunan yang digunakan pa proyek pembangunan di rumah
sakit menggunakan bahan yang dominan tidak menyebabkan
kebakaran seperti penggunaan bahan dinding dari kayu tidak
dianjurkan. Bangunan tambahan untuk unit bisnis di dalam
lingkungan rumah sakit merupakan bangunan permanen yang tidak
terbuat dari papan/ triplek.

3) Akses keluar dan area berkumpul saat kebakaran


a) Seluruh pintu keluar dari dalam unit pelayanan diberi tanda
‘EXIT’, dimana pintu darurat tersedia di semua unit pelayanan
dan perkantoran untuk keaan darurat.

73
b) Semua area di sekitar pintu keluar merupakan area bebas yang
tidak dihalangi oleh tumpukan barang maupun terhalang meubel
dan fasilitas lain.
c) Tanda-tanda menuju area berkumpul terpasang pa area strategis
yang menuju kearah area berkumpul dan dapat dilihat dari semua
area keluar dari tiap unit pelayanan maupun perkantoran
d) Area berkumpul di Area Aman dari bencana bera d lapangan parkir
Graha Hermine
4) Sistem peringatan dini/ deteksi dini.
Sistem deteksi dini dilakukan dengan pemasangan smoke detector pa
bangunan. Gedung yang belum memiliki smoke detector akan
dilakukan patroli kebakaran oleh petugas keamanan rumah sakit setiap
harinya dengan berkeliling rumah sakit untuk mengidentifikasi risiko
kebakaran.

Jika tercium bau asap, gas elpiji atau benda yang terbakar, tindakan
yang harus dilakukan oleh seluruh petugas adalah sbb:

a) Lapor ke Pj ruangan / Posko Keamanan / Piket cc 100


b) Piket / Pihak Keamanan lapor ke Komandan.
c) Komandan perintahkan tim Keamanan dan Urpam untuk:
(1) Cari sampai ketemu sumber bau gas elpiji atau benda yang
terbakar dan atau asap berasal.
(2) Koordinasi dengan pengguna ruangan atau PJ ruangan
untuk mencari hal tersebut sampai ditemukan
(3) Jangan menunggu alat Proteksi kebakaran berbunyi tim
baru berkerja.

5) Penanggulangan Kebakaran
a) Kebakaran dalam jam kerja pukul 07.00 s/d 15.30 wib.
(1) Bila terji kebakaran pa saat jam kerja yang bertanggung
jawab sebagai komandan adalah Direktur Rumah Sakit.
(2) Direktur Rumah Sakit berkoordinasi dengan Ketua Tim
Penanggulangan Bencana.
(3) ketua TPB melakukan koordinasi dengan seluruh unit kerja
yang a di Rumah Sakit Graha Hermine.
74
(4) Bila diperlukan Ketua TPB melakukan koordinasi dengan
Polisi, PMI, Dinas Damkar, Kodim 0824 dan Dinkes Pemda
Batam .

b) Kebakaran di luar jam kerja pukul 15.30 – 07.00 wib.


(1) Bila terji kebakaran pa saat di luar jam kerja yang
bertanggung jawab sebagai komandan adalah Perwira
Pengawas Rumah Sakit/Perwira Piket.
(2) Perwira Pengawas berkoordinasi dengan Ketua TPB
kemudian melaporkan kejian bencana kepa Direktur
Rumah Sakit.
(3) Ketua TPB melakukan koordinasi dengan seluruh unit kerja
yang a di Rumah Sakit Graha Hermine.

c) Meredakan api kebakaran dan pengendalian asap.


Tindakan berikut ini yang harus dilakukan oleh seluruh petugas
Rumah Sakit Graha Hermine atau Tim Penanggulangan
Bencana (TPB) Rumah Sakit Graha Hermine, untuk meredakan
kebakaran dan pengendalian asap:
(1) Lakukan terus pemaman sesuai prosedur.
(2) Lakukan evakuasi setempat baik benda maupun orang.
(3) Singkirkan dari lokasi kejian benda yang mudah terbakar.
(4) Tutup pintu daerah yang terbakar setelah penghuni
terevakuasi.
(5) Jika api telah pam, hidupkan Exhaust Fan pembuang udara
kotor atau asap keluar ruangan, bila masih berfungsi dan
atau buka jendela agar asap keluar dari gedung

d) Paska Kebakaran
Untuk mengakan evaluasi sampai sejauh mana akibat yang
ditimbulkan setelah kebakaran dapat dipamkan, maka
Komandan segera memanggil/mengumpulkan Tim
Penanggulangan Bencana untuk melaksanakan fungsi-fungsi
yang terkait guna mengambil langkah-langkah Sebagai berikut:

75
(1) Pengamanan atas bangunan yang terbakar
(2) Penyelidikan mengenai sebab-sebab terjinya kebakaran
untuk menentukan usaha-usaha agar kejian yang serupa
tidak terulang kembali.
(3) Mengakan survey untuk menilai kerugian yang timbul.
(4) Mengakan penelitian/pemeriksaan teknis sehubungan
dengan kondisi bangunan dan penggunaan kembali.
(5) Mengakan penelitian sehubungan dengan usaha
pembenahan dan rehabilitasi bangunan.
(6) Mengambil langkah dalam usaha memberikan pelayanan
perawatan pasien.

5. PERALATAN MEDIS.
a. Tujuan
Untuk memastikan peralatan yang dipergunakan oleh pasien dalam keaan
aman, selalu tersedia dan siap pakai, akurat, dan dapat dijangkau.

b. Penatalaksanaan Peralatan Medis


Penatalaksanaan peralatan medis di rumah sakit berkaitan dengan kebijakan
dan prosedur mulai dari pengaan, inspeksi, dan pemeliharaan.
1) Inventarisasi alat Medis (mengacu pa daftar inventaris alat medis
Jangmed)
2) Rumah sakit melakukan inspeksi setiap bulan untuk mengetahui
perkembangan kondisi peralatan tersebut. Hasil inspeksi berupa data yang
akan digunakan untuk perencanaan perbaikan dan juga perencanaan
kebutuhan rumah sakit
3) Melakukan inspeksi dan pengujian untuk setiap alat baru selanjutnya
disesuaikan dengan aturan pabrik atau perencanaan rumah sakit, yang
dilengkapi dengan data hasil inspeksi dan pengujian serta dibuatkan
rekomendasinya.
4) Dilakukan pemeliharaan terhap peralatan tersebut sebagai tindakan
pencegahan terhap peralatan tersebut dari kerusakan ataupun masadalah
kecil yang berdampak pa ketidakamanan alat saat digunakan pa pasien.
Jwal pemeliharaan selalu ditepati oleh petugas. Semua bukti
pemeliharaan alat tercatat dan di buatkan rekomendasi untuk peralatan
76
tersebut selalu aman dan siap pakai. Untuk alat yang rusak namun tidak
mungkin diperbaiki, rumah sakit menarik alattersebut dari penggunaannya
untuk selanjutnya dilakukan suatu proses sesuai ketentuan yang berlaku
untuk pemusnahan maupun pengeluaran alat tersebut dari rumah sakit.
5) Produk/ peralatan yang ditarik dari peredaran.
Rumah sakit mengeluarkan suat edaran untuk informasi bila a alat yang
ditarik oleh pabrik/ pemasok ke seluruh unit pelayanan pasien dan
informasi pemberhentian pemakaian pa alat tersebut. Selanjutnya Kaur
Jangmed akan melaporkan kepa KaRS untuk penarikan alat tsb dari unit
pelayanan. Alat - alat yang sudah ditarik akan dilaporkan oleh kaRS ke
Pabrik/ pemasok untuk dilakukan tindakan selanjutnya.

6. SISTEM UTILITAS
a. Tujuan.
Tujuan berikut ini untuk memastikan keselamatan fisik pasien, pengunjung, dan staf,
dan mencegah kehilangan kepemilikan, gangguan kesehatan mapunKeselamatan
mereka:
1) Secara efektif mengelola risiko pa sistim utilitas dengan menggunakan
kemampuan terbaik rumah sakit.
2) Mengoptimalkan sumber-sumber dengan pengelolaan sistem utilitas secara efisien
dan pengelolaan lifecycle dari alat-alat tersebut.
3) Meningkatkan kemampuan staf dengan pendidikan pelatihan mengenai sistem
utilitas yang efektif.
4) Meningkatkan keselamatan pasien dengan menyiapkan lingkungan rumah sakit
yang aman.

b. Penatalaksanaan Sistem Utilitas


1) Air bersih tersedia setiap waktu (24 jam), yang dipastikan ketersediaanya yang
tersedia di rumah sakit. Kualitas air dipantau setiap 6 bulan sekali disertai hasil
yang didokumentasi untuk memastikan keamanan air yang digunakan oleh
rumah sakit. Dilakukan uji terhap kesiapan air alternative sebagai pengganti
sumber air regular sekali dalam setahun oleh petugas yang bertanggung jawab.
Akses Ground waterthank dilindungi dengan trail terkunci untuk mencegah

77
terjinya bahaya yang ditimbulkan oleh faktor kesengajaan, seperti di masukkan
bahan beracun.
2) Air yang ditreatment di instalasi hemodialisa dilakukan pemantauan secara
periodik untuk memastikan kualitas air yang digunakan untuk dialysis ginjal
oleh provider/ pemasok alat.

3) Listrik tersedia setiap waktu, yang dipastikan ketersediaannya baik melalui


sumber listrik negara maupun sumber listrik alternative yang disediakan rumah
sakit (genzet). Seluruh genzet yang a di pastikan kesiapannya dengan melakukan
uji sekali dalam setahun.

4) Bila terji kegagalan pa sisitem utilitas, maka staf bersangkutan di unit


pelayanan segera melaporkan via telephone ke Urdal untuk dilakukan perbaikan
maupun tindakan lain dalam rangka meningkatkan proses pelayanan.

5) Area penyiapan makanan dilakukan pengujian untuk mencegah anya


kemungkinan kontaminasi pa sistem utilitas (dari sistem utilitas saluran air kotor)

6) Penempatan tabung gas ditempatkan pa area yang aman dari api, dengan
penempatan yang diatur sedemikian rupa dan teridentifikasi baik untuk
mencegah jatuhnya tabung dan kebocoran, serta akses masuk dibatasi.

7) Jalur listrik dalam keaan aman dibungkus sehingga meminimalkan kemungkinan


terkoyak.

c. Inventarisasi sistem utilitas


N SISTEM AREA
JENIS ALAT LOKASI
O UTILITAS SUPLAY

1. Listrik PLN Seluruh area RS

Genzet central (300 Induk di utara Seluruh area


KVA) 2 buah – no ruang OK dan rumah sakit
break system- Sebelah Ruang unit Seluruh RS

78
otomatis. Kemoterapi

2. Air ATB - Depan RS Untuk seluruh


rumah sakit

3. Pendingin AC Kamar Operasi, Seluruh kamar


perkantoran’
Positeve operasi
presure Air Seluruh kamar
operasi

4. Saluran air Dari seluruh -


kotor ruangan RS
disalurkan ke Ipal

Gudang Medis,
5. Gas Medis Tabung gas cylinder Seluruh unit
seluruh ruangan
pelayanan
Rawat Inap, IGD,
ICU, Kamar bedah.

R.Teratai
Rawat Inap ,R.Anggrek.selu
6. Nurse Call Nurse call
ruh ruang VIP

Perkantoran
Seluruh area RS
7. Komputer Komputer

Area perkantoran
8. Telephone Telephone direct dan Area
dan pelayanan
extention perkantoran dan
pelayanan

7. SANITASI RUMAH SAKIT

79
a. Penyediaan Air Bersih
Pemilihan sistem pengolahan air bersih tergantung dari karakteristik air baku,
kualitas produk yang diharapkan, metode pengolahan, kendala yang a (dana,
bahan bangunan, peralatan instalasi dan bahan kimia untuk pengolahan).
Untuk mendapatkan air bersih sesuai standar yang telah ditetapkan, perlu
kiranya dibuat prosedur baku agar tercapai hasil yang diinginkan dengan langkah-
langkah inspeksi berikut :
1) Siapkan jalur distribusi air bersih di seluruh ruangan.
2) Tentukan titik rawan pencemaran air bersih dan lakukan pengamatan pa
jaringan distribusi.
3) Tentukan frekuensi pemantauan.
4) Tentukan kran terpilih untuk pengambilan sample.
Syarat Fasilitas penyediaan air ;
1) Harus tersedia air minum sesuai dengan kebutuhan.
2) Tersedia air bersih minimal 500 lt/tt/hari.
3) Air minum dan air bersih tersedia secara terus menerus di setiap tempat
unit yang membutuhkan.
4) Distribusi air minum dan air bersih di setiap ruangan harus menggunakan
jaringan perpipaan yang mengalir dengan tekanan positif. Yang
dimaksud dengan tekanan positif adalah tekanan yang mengalir dari
tekanan tinggi ke tekanan rendah.

Pemantauan dilakukan secara ;


1) Harian, yaitu Pemeriksaan lapangan.
2) Bulanan, yaitu Pemeriksaan bakteriologik pa air bersih
3) Semester, yaitu Seluruh parameter Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
416 tahun 1990.

b. Toilet dan Kamar Mandi


1) Harus selalu terpelihara dan dalam keaan bersih.
2) Lantai kedap air, tidak licin, berwarna terang dan mudah
dibersihkan.

80
3) Setiap unit ruangan harus tersedia toilet dengan fasilitas
jamban, paturasan dan wastafel tersendiri. Khususnya untuk unit rawat
inap dan kamar-kamar tertentu harus tersedia kamar mandi.
4) Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi dilengkapi
dengan penahan bau.
5) Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan langsung
dengan dapur, Ruang Operasi dan ruang khusus lainnya.
6) Lubang hawa harus berhubungan langsung dengan udara luar.
7) Toilet dan kamar mandi pria dan wanita harus terpisah.
8) Toilet dan kamar mandi unit rawat inap dan petugas harus
terpisah.
9) Toilet dan kamar mandi karyawan dan pengunjung terpisah.
10) Toilet pengunjung harus terletak di tempat yang mudah
dijangkau dan a penunjuk arah.
11) Harus dilengkapi dengan peringatan untuk memelihara
kebersihan.
12) Tidak terdapat tempat penampungan atau genangan air yang
dapat menji tempat perindukan nyamuk.
13) Tersedia toilet untuk pengunjung dengan perbandingan :
a) 1 toilet untuk 1-30 pengunjung wanita
b) 1 toilet untuk 1-30 pengunjung pria
14) Perbandingan Jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toilet
dan jumlah kamar mandi :
JUMLAH JUMLAH KAMAR
NO JML TEMPAT TIDUR
TOILET MANDI
1 1 s.d. 2 1 1
2 1s/d 6 2 2

c. Pengolahan Limbah
Pengolahan limbah di RS yaitu dengan menggunakan Sistem Aerobik.
Limbah cair yang dihasilkan dari seluruh ruangan di tampung pa spric tank
yang bera di titik-titk tertentu. Kemudian limbah tersebut disaring dan
dihomogenkan dengan proses aerasi. Setelah dilakukan aerasi maka limbah
akan diuraikan dengan menggunakan bahan kimia yaitu kaporit, PAC, Soda

81
Api dan akan ditampung di bak pembuangan akhir untuk dilakukan
pemeriksaan kualitas kimia.
Pemeriksaan kualitas air limbah dilakukan 1 x dalam sebulan dengan jenis
pemeriksaan Kimiawi.

d. Sampah RS
Sadalah satu penyebab aspek yang a dan sangat penting dalam menunjang
terhap pelayanan rumah sakit adalah:
1) Sampah yang di hasilkan dari rumah sakit harus di kelola secara baik dan
benar sehingga tidak menimbukan ganguan kesehatan terhap lingkungan
yang a di sekitarnya.
2) Gangguan hama serangga dan tikus juga harus di tangani secara baik dan
benar sehingga tidak a gangguan di lingkungan rumah sakit.
3) Pembersihan ruangan yang a di rumah sakit harus di lakukan setiap hari.
4) Perawatan Taman baik dalam dan luar gedung harus dilakukan dengan
baik.

Landasan Hukum Keputusan Menteri Kesehatan RI No.


1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan kesehatan lingkungan Rumah
Sakit.

Tata laksana Sanitasi Lingkungan


a. Penanganan limbah pat di bagi menji dua kategori di antaranya :
1) Penanganan limbah pat non medis (Sampah) terdiri dari :
Limbah Pat Non Medis adalah limbah yang berasal dari kegiatan
ministrasi kantor, dapur, kamar rawat inap, poliklinik dan lain – lain.
Limbah tersebut oleh penghasil limbah harus dibuang ke dalam tempat
sampah yang dilapisi kantong plastik berwarna hitam dan dikumpulkan oleh
petugas kebersihan untuk dimasukkan ke dalam kantong plastik berwarna
hitam untuk dibuang kedalam tempat pembuangan sampah sementara (TPS) di
halaman belakang Rumah Sakit Graha Hermine.
Dalam 3 hari sampah – sampah non medis tersebut oleh Dinas
Kebersihan kota Batam sampah akan diambil untuk dibuang ke TPA (Tempat

82
Pembuangan Akhir) di luar kawasan Rumah Sakit Graha Hermine
Bekerjasama dengan PT. Trans Multi Cargo.

2) Penanganan Limbah Pat Medis (Sampah) terdiri dari :


Jaringan tubuh manusia, alat suntik habis pakai, kasa, akibat kegiatan
kamar bedah, perawatan pasien dan kegiatan – kegiatan medis lainnya.
Limbah pat medis tersebut oleh penghasil limbah harus dibuang ke dalam
tempat sampah yang dilapisi kantong plastik berwarna kuning.
Khusus bekas jarum suntik & alat-alat tajam lainnya dimasukkan ke dalam
box limbah infeksius.

b. Pembuangan limbah pat (sampah) medis dan non medis :


Semua buangan sampah dari seluruh ruangan dikumpulkan didalam kantong
plastik besar; sampah non medis (plastik hitam) ditampung di TPS sampah non
medis, sampah medis (plastik kuning) untuk kemudian disimpan di ruang
penampungan sampah medis di Ruang Incenerator (pembakaran).
Sekali dalam sehari, oleh kontraktor yang ditunjuk RS. Pantai Indah Kapuk
sampah medis tersebut akan diambil untuk dimusnahkan / dibakar di incenerator
pihak luar.

c. Penangan hama dan serangga.


Penanganan hama dan serangga dilakukan untuk mengurangi resiko anya
gangguan serangga misalnya : nyamuk, lalat, kecoa, tikus dan lain-lain cara
penanganannya :
1) Gunakan alat pelindung diri (APD) masker dan sarung tangan.
2) Cek peralatan/mesin (ULV, B & G, botol semprot dan raket elektrik) dan
cek ketersediaan bahan kimia.
3) Kontrol area/lokasi pekerjaan pa tempat yang rawan gangguan untuk
mengetahui jenis gangguan serangga yang ditemukan (misal : celah-celah
dinding, saluran drainase maupun lokasi yang lembab).
4) Lakukan penyemprotan sesuai dengan jenis dan populasi serangga yaitu :
a) Serangga merayap (misal : semut gunakan botol semprot dan mesin
B & G, untuk kecoa gunakan cara biting).

83
b) Serangga terbang (misal : lalat dan nyamuk gunakan mesin ULV dan
raket elektrik).
c) Lakukan penyemprotan di ruangan/lokasi dalam keaan kosong (tidak
a orang) dengan menggunakan mesin ULV.
d) Catatan : Bahan kimia aktif ± 15 menit. Setelah waktu tersebut
ruangan/lokasi bisa dipergunakan kembali.
Lakukan penyemprotan di luar gedung menggunakan mesin fogging pa
waktu siang atau malam hari.
Lakukan pencucian terhap semua peralatan dan bersihkan dengan
lap/majun setelah di pakai kemudian simpan peralatan di tempat
yang aman dan telah disediakan.
5) Pengendalian tikus :
a) Gunakan alat pelindung diri (APD) masker dan sarung tangan.
b) Lakukan inspeksi secara detail dengan melihat anya tanda-tanda
keberaan Tikus dengan melihat kotoran yang a.
c) Setelah didapat hasil inspeksi, lakukan tindakan pencegahan sebagai
berikut :
(1) Dalam ruangan (indoor):
(a) Rekatkan lem dan masukan racun tikus diatas perangkap
Tikus.
(b) Letakkan perangkap tikus tersebut didaerah yang sering
dilewati tikus.
(c) Cek perangkap tikus tersebut secara berkala. Jika
mendapatkan tikus langsung di buang ke tempat
pembuangan akhir (TPA).

(2) Luar ruangan (outdoor)


(a) Masukan racun tikus dan letakkan ketempat umpan diarea
Luar rumah sakit yang sering di lalui tikus.
(b) Cek perangkap tikus tersebut secara berkala jika mendapat
tikus langsung dibuang ketempat pembuangan akhir (TPA).
d. Ruangan infeksius
Ruangan Infeksius adalah ruangan yang di dalamnya berisi pasien yang
mempunyai penyakit infeksius dan dapat menyebarkan bakteri atau kuman di

84
dalam ruangan dan juga kepasien lainnya jika ruangan tidak di bersihkan
secara baik dan benar.
1) Pembersihan ruangan infeksius harian :
a) Koordinasi dengan perawat bahwa ruangan akan dibersihkan.
b) Siapkan peralatan dan cairan pembasmi kuman (desinfektan).
c) Gunakan alat pelindung diri (APD) sarung tangan karet dan
masker.
d) Kosongkan tempat sampah dan ganti plastiknya dengan yang baru
(plastik kuning).
e) Lap seluruh perlengkapan ruangan dengan menggunakan lap
khusus (warna kuning) yang telah diberikan cairan desinfektan.
f) Bersihkan lantai searah jarum jam sampai ke sudut ruangan
dengan menggunakan sapu dan alat pengumpul debu.
g) Lakukan pengepelan dengan menggunakan air yang telah
dicampur dengan cairan desinfektan secara merata dan pastikan
lantai benar-benar kering.
h) Setelah proses pembersihan selesai, seluruh perlengkapan dan
peralatan kebersihan masukan dalam satu kantong plastik kuning
dan ikat rapat-rapat, kemudian dibawa ke ruang cuci untuk
dilakukan pencucian peralatan dengan cairan desinfektan.
i) Cuci tangan setelah melakukan pekerjaan.

2) Pembersihan ruangan infeksius periodikal:


a) Siapkan seluruh peralatan dan cairan pembasmi kuman
(desinfektan).
b) Gunakan alat pelindung diri (APD) sarung tangan karet dan
masker.
c) Kosongkan tempat sampah dan cuci serta ganti plastiknya dengan
yang baru.
d) Bersihkan bagian atas (plafond, penutup lampu, dan gril AC)
dengan kain lap kuning dengan cairan desinfektan.
e) Bersihkan dinding dengan lap kuning yang di campur dengan
cairan desinfektan.

85
f) Bersihkan seluruh perlengkapan ruangan dengan menggunakan lap
kuning yang telah diberikan cairan desinfektan.
g) Bersihkan lantai searah jarum jam sampai ke sudut ruangan dengan
menggunakan sapu dan alat pengumpul debu.
h) Lakukan pengepelan dengan menggunakan air yang telah dicampur
dengan cairan desinfektan secara merata dan pastikan lantai benar-
benar kering.
i) Setelah proses pembersihan selesai, seluruh perlengkapan dan
peralatan kebersihan masukan dalam satu kantong plastik kuning
dan ikat rapat-rapat, kemudian dibawa ke ruang cuci untuk
dilakukan pencucian peralatan dengan cairan desinfektan.
j) Cuci tangan setelah melakukan pekerjaan.

e. Ruangan tidak terinfeksius


Pembersihan ruangan tidak terinfeksius adalah suatu kegiatan yang dilakukan
oleh petugas kebersihan terhap ruangan yang a di lingkungan rumah sakit agar
ruangan tersebut bersih dan bebas dari debu dan sampah.
Ruangan tidak terinfeksius adalah ruangan yang didalamnya tidak
terdapat/terdapat pasien/orang yang tidak berpenyakit infeksius.

Pembersihan harian:
a) Pembersihan ruangan:
(1) Siapkan peralatan dan cairan pembersih sebelum
pekerjaan dimulai.
(2) Gunakan alat pelindung diri (sarung tangan karet dan
masker).
(3) Ganti plastik sampah dengan kantong plastik yang baru
sesuai dengan kebutuhannya (warna hitam).
(4) Lap seluruh perlengkapan yang a di dalam ruangan dengan
kain lap dan cairan pembersih sesuai penggunaannya.
(5) Lap kaca yang a di ruangan dengan wiper dan pembersih
kaca.
(6) Sapu lantai dari sampah dan debu sampai ke sudut
ruangan dengan pengumpul debu dan sampah.

86
(7) Pel lantai dengan menggunakan air bersih yang diberikan
cairan pembersih lantai dari sudut-sudut atau pinggiran
secara merata dengan kain pel
(8) Pastikan lantai benar-benar kering.

b) Pembersihan toilet:
(1) Angkat kantong plastik sampah lama dan ganti dengan
kantong plastik sampah yang baru sesuai kebutuhannya
(warna hitam).
(2) Lap seluruh perlengakapan toilet : wastafel, kaca, closed.
Shower,dan lain-lain secara menyeluruh dengan bahan
cairan pembersih dari masing-masing perlengkapan.
(3) Pel lantai dengan menggunakan air bersih yang diberikan
cairan pembersih lantai dari sudut yang paling dalam
sampai ke depan pintu toilet secara merata dengan kain
pel.
(4) Pastikan toilet dalam keaan bersih dan kering sebelum
meninggalkan ruangan.
(5) Setelah selesai melakukan pembersihan, masukkan
peralatan ke dalam troli lalu di bawa ke tempat cuci
untuk dibersihkan.
(6) Cuci tangan setelah selesai melakukan pekerjaan.

2) Pembersihan mingguan.
a) Pembersihan ruangan mingguan :
(1) Siapkan seluruh peralatan dan cairan pembersih sebelum
pekerjaan dimulai.
(2) Gunakan alat pelindung diri (sarung tangan karet dan
masker).
(3) Angkat kantong plastik sampah lama dan cuci tempat
sampah kemudian ganti kantong plastik sampah dengan
yang baru (plastik hitam).

87
(4) Bersihkan bagian atas (plafond, penutup lampu, gril AC,
dan Exhaust) dengan kain lap yang telah di beri cairan
pembersih.
(5) Bersihkan dinding dengan kain lap yang telah diberi cairan
pembersih dinding dan kaca jendela dengan kanebo yang
telah diberi pembersih kaca.
(6) Bersihkan seluruh perlengkapan kamar ; meja, matras, TV,
telephone, lukisan, kursi, panel lampu, jendela, pintu dan
tempat tidur dan lain-lain dengan menggunakan kain lap
yang telah diberikan cairan pembersih sesuai dengan
fungsinya.
(7) Bersihkan lantai searah jarum jam sampai ke sudut ruangan
dengan menggunakan sapu dan alat pengumpul debu.
(8) Lakukan pengepelan dengan menggunakan air yang telah
dicampur dengan cairan pembersih lantai secara merata.

b) Pembersihan toilet mingguan:


(1) Angkat kantong plastik sampah dan cuci tempat sampah
kemudian ganti plastiknya dengan yang baru (plastik hitam)
(2) Bersihkan bagian atas (plafond, penutup lampu, dan
Exhaust) dengan kain lap yang telah di beri dengan cairan
pembersih.
(3) Lap seluruh perlengkapan toilet: wastafel, kaca, closet,
shower dan lain-lain secara menyeluruh dengan bahan
cairan pembersih dari masing-masing perlengkapan.
(4) Sikat dinding secara merata dengan cairan pembersih lalu
bilas dengan air bersih.
(5) Sikat lantai secara merata dengan cairan pembersih lantai.
(6) Keringkan lantai dengan kain pel.
(7) Pasang tisu yang baru dan lipat yang rapih.
(8) Pastikan sebelum meninggalkan ruangan kondisi ruangan
harus dalam keaan benar-benar bersih dan jangan a
peralatan kebersihan yang tertinggal di dalam.

88
(9) Setelah selesai melakukan pembersihan, masukkan
peralatan ke dalam troli, dan lalu di bawa ke tempat cuci
untuk dibersihkan.
(10) Cuci tangan setelah selesai melakukan pekerjaan.

f. Pembersihan ruang laundry


Proses pembersihan ruangan laundry dilakukan oleh pelaksana kebersihan
yang di tunjuk.
1) Tata cara pelaksanaan pembersihan ruangan binatu:
a) Gunakan alat pelindung diri (APD) sarung tangan dan masker.
b) Siapkan peralatan kebersihan dan bahan kimia yang digunakan
kedalam troli.
c) Angkat semua sampah dan ganti plastiknya dengan yang baru.
d) Lap semua perlengkapan yang a di ruangan sampai bersih dari debu
dan kotoran, kemudian dirapihkan kembali seperti semula.
e) Sapu lantai secara merata sampai ke sudut ruangan yang paling
pojok/dalam.
f) Lakukan pengepelan lantai secara merata sampai ke setiap sudut
ruangan dengan menggunakan cairan pembersih lantai.
g) Setelah selesai pastikan lantai benar-benar kering dan pastikan
peralatan tidak a yang tertinggal di dalam ruangan.
h) Lakukan general cleaning pa saat-saat tertentu sesuai dengan jwal
yang telah di buat.

2) Tata cara pelaksanaan pembersihan Toilet:


a) Gunakan alat pelindung diri (APD).
b) Angkat semua sampah dan ganti kantong plastik sampah dengan
yang baru.
c) Lap wastafel dan sikat closet secara merata dan menyeluruh dengan
menggunakan cairan pembersih toilet.
d) Gosok dinding toilet secara merata dengan menggunakan cairan
pembersih toilet.
e) Sikat lantai dari sudut yang paling dalam sampai ke depan pintu
toilet secara merata dengan menggunakan cairan pembersih toilet.

89
f) Keringkan lantai sebelum meninggalkan toilet dan pastikan toilet
dalam keaan kering dan bersih.
g) Pel lantai secara merata sampai ke setiap sudut toilet dengan
menggunakan cairan pembersih toilet.
h) Sebelum meninggalkan toilet pastikan lantai toilet bersih dan
kering.
i) Bersihkan dan cuci peralatan yang telah digunakan.
j) Simpan kembali peralatan yang telah digunakan ke dalam troli.

g. Perawatan dan pemeliharaan taman:


1) Perawatan taman dengan cara : penyiraman setiap hari seluruh area
taman, pemberian pupuk, pemangkasan, penggemburan tanah,
pemotongan rumput, penyemprotan insektisida.
2) Prosedur perawatan taman:
Lakukan penyiraman taman dengan menggunakan selang karet dan
lakukan setiap hari ke seluruh area taman.
a) Cabut tanaman liar/benalu yang tumbuh diantara celah tanaman
dengan menggunakan Kantin .
b) Lakukan pemangkasan tanaman bila kelihatan sudah terlalu rimbun
dengan menggunakan gunting tanaman atau pisau.
c) Lakukan penggemburan tanaman jika terlihat tanah sudah mulai
keras dengan menggunakan kape agar air mudah diserap.
d) Lakukan pemotongan rumput bila sudah tinggi dengan
menggunakan mesin potong rumput atau gunting tanaman.
Lakukan penyemprotan insektisida sebulan sekali.
e) Lakukan pemupukan sebulan sekali.
Pelaksana perawatan taman dilakukan oleh kontraktor yang di
tunjuk dan pengawasan di lakukan oleh bagian Urdal.

h. Penanganan tumpahan cairan.


Tata Cara Pelaksanaan :
1) Pembersihan tumpahan obat kemoterapi dan tumpahan cairan B3 :
a) Siapkan peralatan kerja dan cairan pembersih yang akan di
gunakan.

90
b) Pakai alat pelindung diri (APD) masker, apron, kaca mata,
penutup Direktur , sepatu but dan sarung tangan rangkap dua.
c) Pasang tanda peringatan di dekat lokasi yang akan dibersihkan.
d) Serap tumpahan cairan obat atau cairan B3 dengan kertas tisu atau
lap majun sampai benar-benar kering.
e) Masukan kertas tisu atau lap majun bekas kedalam kantong plastik
ungu untuk tumpahan obat kemoterapi dan plastik kuning untuk
tumpahan cairan B3.
f) Lepas sarung tangan karet lapis terluar dan buang kedalam kantong
plastik ungu atau kuning dan pakai kembali sarung tangan karet yang
baru.
g) Lap lantai dengan menggunakan kain lap yang telah dicampur
cairan pembersih lantai dan Masukan kain lap bekas kedalam
kantong plastik ungu atau kuning.
h) Keringkan dengan menggunakan kain lap, selanjutnya masukan kain
lap bekas kedalam kantong plastik ungu atau kuning.
i) Selanjutnya lakukan pengepelan dengan memakai air yang telah
dicampur larutan desinfektan
j) Pastikan lantai harus benar- benar kering.
k) Setelah selesai, lepas sarung tangan karet lapis terluar dan buang
kedalam kantong plastik ungu atau kuning Kemudian lepas masker
dan apron lalu masukan ke kantong plastik ungu atau kuning Lepas
sarung tangan karet lapis terakhir dan buang kedalam kantong plastik
ungu atau kuning.
l) Bawa perlengkapan kerja ke ruang cuci kemudian bersihkan
dengan cairan desinfektan.
m) Cuci tangan setelah selesai melakukan pekerjaan dengan cairan
desinfektan.

2) Pembersihan tumpahan dari tubuh pasien (darah,urin dan tinja):


a) Siapkan peralatan kerja dan cairan pembersih yang akan di
gunakan.
b) Pakai alat pelindung diri (APD) sarung tangan dan masker.
c) Pasang tanda peringatan di dekat lokasi yang akan di bersihkan.

91
d) Serap cairan darah,urin dan tinja dengan kertas tisu atau lap sampai
benar-benar kering kemudian masukan kertas tisu atau lap bekas
kedalam kantong plastik warna kuning.
e) Lap meja,kursi dan tempat tidur dengan menggunakan kain lap
yang telah di campur dengan cairan disinfektan.
f) Pel lantai dengan air yang telah di campur cairan desinfektan secara
merata sampai benar-benar kering.
g) Setelah selesai lepas alat pelindung diri (masker dan sarung tangan)
yang telah selesai di gunakan lalu buang ke dalam kantong plastik
warna kuning.
h) Bawa perlengkapan kerja ke ruang cuci lalu bersihkan dengan
cairan desinfektan.
i) Cuci tangan setelah selesai melakukan pekerjaan dengan sabun
antiseptik.

3) Pelaksana pembersihan tumpahan cairan dilakukan oleh kontraktor


yang di tunjuk dan dikerjakan jika terji tumpahan cairan.
4) Pengawasan dilakukan oleh unit Urdal.
5) Peralatan dan bahan kimia yang digunakan.

i. Logistik.
Kebutuhan logistik di bagian Urdal di antara lain:
1) tissue
2) Cairan pembersih ruangan
3) Cairan Disinfektan
4) Hands soap
5) Cairan pembasmi hama dan serangga
6) Pupuk tanaman
7) Dll.

j. Keselamatan pasien
Dalam melakukan penanganan sanitasi lingkungan bagian Urdal memastikan
bahwa setiap kegiatan harus menggunakan APD (alat pelindung diri) dan papan tanda
peringatan misalkan :

92
1) Setiap kali melakukan proses pengepelan tidak boleh a lantai yang licin
dan harus pasang tanda peringatan.
2) Di dalam melakukan penyemprotan hama dan serangga di pastikan
ruangan harus dalam keaan kosong sehingga tidak menggangu pasien, petugas,
dan pengunjung lainnya.

k. Pengolahan Air Limbah.


Akibat kegiatan operasional Rumah Sakit, akan timbul sampah/ limbah.
Limbah -limbah tersebut dibedakan atas : Limbah Cair dan Limbah Pat (Medis
dan Non Medis).
Limbah Cair di Rumah sakit Graha Hermine berasal dari air buangan
kamar mandi, wastafel, toilet, buangan kegiatan Laboratorium, Kamar Bedah,
laundry dan Dapur.
Semua limbah cair tersebut akan dialirkan langsung ke tangki
IPAL untuk diproses secara Fisika.
Limbah cair yang berasal dari laundry akan ditampung dahulu di dalam sumur
penampung untuk kemudian dipompa ke tangki IPAL, sedangkan limbah cair
yang berasal dari dapur akan dialirkan dahulu ke bak perangkap lemak (grease
trap) untuk menangkap lemak – lemak yang terbawa.
Air limbah dapur yang telah dipisahkan dari lemak akan dipompa juga
ke tanki IPAL. Setelah semua limbah cair menjalani proses pengolahan di
tangki – tangki IPAL, maka hasil olahannya bisa dipergunakan untuk
penyiraman tanaman di halaman Rumah Sakit dan dialirkan ke saluran
pembuangan air kotor kawasan Rumah Sakit Graha Hermine
Kualitas air limbah yang akan dibuang ke lingkungan harus
memenuhi persyaratan baku mutu air limbah sesuai peraturan perundangan
yang berlaku.

Test air limbah dilakukan setiap satu bulan sekali.


Standar Baku Mutu (Test Air Limbah) yang dikeluarkan oleh Kepmen
lingkungan Hidup adalah :
No. Parameter Satuan Baku Mutu
1. pH - 6–9
2. COD mg/L 80

93
3. BOD5 mg/L 30
4. TSS mg/L 30
5. NH3 Bebas mg/L 0,1
6. PO4 mg/L 2

l. Penanganan Sampah.
Tata cara pelaksanaan :
1) Tempat pengumpul sampah di RS memiliki syarat sbb :
a) Terbuat dari bahan yang kuat, ringan, tahan karat, kedap air dan
permukaan halus bagian dalamnya.
b) Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori
tangan.
Terdapat min. 1 (satu) buah untuk setiap kamar dan setiap rius 20 m di
Ruang Tunggu terbuka (public area).
c) Sampah dari setiap ruangan harus dipisahkan sesuai dengan
katagori atau jenis sampah ke dalam tempat sampah yang sudah
diberi kantong plastik dengan ketentuan :
(1) Tong sampah dengan kantong
plastik warna hitam untuk sampah non medis.
(2) Tong sampah dengan kantong
plastik warna kuning untuk sampah medis.
(3) Box khusus untuk limbah
infeksius berupa benda tajam (spuit, cartridge dll).

2) Setelah sampah terisi dengan 3/4 bagian diangkut dan dikumpulkan


sampah sementara (TPS) dengan menggunakan trolley oleh petugas
kebersihan yang telah menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa
sarung tangan, masker dan sepatu yang telah ditentukan.
3) Untuk sampah non medis diangkut oleh trolley ke penampungan
sampah dan kemudian setiap 3 hari diangkut dengan truk oleh Dinas
Kebersihan keluar Rumah Sakit untuk dimusnahkan sedangkan sampah
medis dibakar di ruang incenerator Rumah Sakit Graha Hermine.
4) Trolley dan tempat sampah dikosongkan dan dibersihkan minimal
seminggu sekali dan disemprot dengan desinfektan.

94
Tata laksana sanitasi penyehatan makanan dan minuman:
a. Penyehatan makanan dan minuman
Penyehatan makanan dan minuman adalah upaya pengendalian yang
mempengaruhi kualitas makanan dan minuman, meliputi :
1) Bahan makanan.
2) Penjamah makanan.
3) Tempat penyajian.
4) Perlengkapan.

b. Tata cara pelaksanaan:


1) Bahan makanan yang dikirimkan oleh supplier diterima di ruangan
penerimaan barang dengan memperhatikan syarat jumlah (proses
penimbangan) dan kondisi bahan makanan (busuk, berulat, bertanah,
expired date, kaleng rusak dll).
2) Penyimpanan bahan makanan kering disimpan dalam gudang khusus
bahan makanan dengan kondisi bersih, terlindung debu, aliran ventilasi
terjaga dan terlindung dari serangga.
3) Untuk makanan yang mudah membusuk (daging, ikan, udang dll)
disimpan dalam suhu dingin < 4 C sedangkan untuk makanan segar
(sayur, buah dll) disimpan suhu 5 - 10 C.
4) Pengambilan Bahan makanan pa gudang dengan memperhatikan prinsip
First In First Out (Pertama bahan masuk yang digunakan pertama).
5) Tempat pengolahan (ruang produksi) dibersihkan pa saat sebelum dan
sesudah kegiatan dan general cleaning dilakukan minimal seminggu
sekali.
6) Penjamah makanan harus dalam kondisi sehat (tidak mempunyai
penyakit menular) dan diwajibkan menggunakan perlengkapan (celemek,
penutup rambut dan mulut serta sepatu) yang layak dan bersih.
Perlengkapan tersebut tidak boleh digunakan di luar lokasi ruang
produksi.
7) Penjamah makanan dilarang merokok, makan, menggunakan perhiasan
berlebih selama kegiatan pengolahan makanan.

95
8) Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan
makanan .Selama melakukan kegiatan pengolahan makanan, gunakan
alat pelindung diri dan perlengkapan masak yang baik dan aman seperti
sarung tangan plastik, penjepit makanan, sendok, garpu dan sejenisnya.
9) Penyajian makanan ji dan minuman ke pasien dengan menggunakan
trolley dan melalui jalur distribusi tertentu untuk menghindari terjinya
pencemaran.
10) Trolley sebagai tempat transportasi dibersihkan secara rutin setiap hari
sekali dan didesinfeksi minimal seminggu sekali.
11) Peralatan agar segera dicuci sesudah digunakan dan disimpan pa tempat
bersih dan terlindung dari pencemaran.
12) Makanan dan minuman ji, diambil sample dari ruang produksi, disimpan
di chiller selama 1 x 24 jam

BAB VIII
MONITORING DAN EVALUASI

1. MONITORING dan EVALUASI


a. Keselamatan dan keamanan
1) Menyusun Program inspeksi, setiap bulan melakukan inspeksi keseluruh
bangunan dan lingkungan rumah sakit berkaitan dengan pelaksanaan
program keselamatan dan keamanan di rumah sakit.
2) Program inspeksi ini menji satu dengan program inspeksi
Penatalaksanaan Fasilitas dan Keselamatan rumah sakit.
3) Menyusun perencanaan dari hasil inspeksi dan melakukan updating pa
perencanaan setiap kali dilakukan inspeksi.

96
4) Menyusun laporan hasil inspeksi, menyusun perencanaan dan pencapaian
dari perencanaan yang dibuat secara rutin setiap 3 bulan sekali kepa
KaRS .
5) Manajemen Keselamatan dan keamanan Rumah sakit ini di evaluasi
setiap 2 tahun seka li oleh koordinator dan MFK.

b. B3 (Bahan berbahaya dan beracun)


1) menyusun program monitoring terhap pengelolaan B3 dan limbah
berbahaya rumah sakit.
2) Program monitoring menji satu dengan program inspeksi
Penatalaksanaan Fasilitas dan keselamatan rumah sakit.
3) Menyusun perencanaan dari hasil monitoring
4) Menyusun laporan perkembangan dari hasil monitoring dengan analisis
dan rekomendasi untuk peningkatan pengelolaan B3 dan limbah yang
aman bagi lingkungan dan staf serta pasien dan pengunjung. Laporan
yang dibuat secara rutin setiap 6 bulan sekali kepa KaRS .
5) Pengelolaaan B3 dan limbah berbahaya Rumah sakit ini dievaluasi setiap
2 tahun sekali.

c. Manajemen Emergensi
1) Koordinator kebakaran pa tim K3 dan Bidang pelayanan medis
melakukan pengujian/ simulasi terhap disaster plan setiap tahun baik
untuk penanganan bencana internal maupun external.
2) Ketika rumah sakit menghapi bencana yang sebenarnya dan dilakukan
debriefing, maka hal ini merupakan sadalah satu bentuk dari pengujian
tahunan yang dilakukan.
d. Pengamanan dan kebakaran
1) Koordinator membuat program inspeksi ketersediaan dan kesiapan alat
deteksi dini dan fasilitas pemaman api, yang dilakukan setiap bulan
yang dibuktikan dengan dokumentasi hasil inspeksi.
2) Disusunnya program untuk memastikan penghuni rumah sakit
aman saat terjinya kebakaran, program disusun dari hasil inspeksi
termasuk program pemeliharaan alat penanganan kebakaran.

97
3) Dilakukan pengujian/ simulasi prosedur penanganan kebakaran setahun
sekali yang diikuti oleh seluruh staf rumah sakit, termasuk pengujian pa
prosedur evakuasi pasien.

e. Peralatan medis
1) Kordinator pengamanan peralatan medis menyusun rencana inspeksi
yang selanjutnya membuat dokumentasi hasil inspeksi dan menyusun
laporan dengan rekomendasinya
2) Anggota pengamanan peralatan medis melakukan inspeksi regular setiap
bulan dan melakukan pengelolaan resiko untuk setiap alat yang a
3) Dari hasil inspeksi, Kaur Jangmedmenyusun rencana pemeliharaan alat.
4) Membuat laporan hasil inspeksi dan pemeliharaan setiap 6 bulan
yang juga digunakan sebagai bahan penyusunan kebutuhan peralatan
medis rumah sakit.
5) Evaluasi pendidikan dan ujian staf pengguna alat dikoordinasikan oleh
Direktur instalasi kepa Ka Instaldik yang dilakukan setiap 2 tahun.

f. Sistem utilitas
1) Koordinator dan tim melakukan inspeksi setiap bulan terhap sisitem
utilitas yang a.
2) Hasil kegiatan inspeksi dibuktikan dengan dokumentasi, yang menji
bahan untuk membuat program pemeliharaan maupun pengembangan
sisitem utilitas rumah sakit
3) Kegiatan proses pemeliharaan didokumentasi yang digunakan untuk
menyusun laporan perkembangan sistem utilitas rumah sakit setiap 6
bulan
4) Pengujian terhap sistem utilitas, seperti back up listrik (genzet) dan air
(sumur BOR) setiap tahun. Pengujian terhap sumur BOR untuk
memantau kualitas air, proses pengujian didokumetasikan untuk
memastikan perkembangan system tsb.

98
BAB IX
PENUTUP

Demikian Pedoman Manajemen Fasilitas dan Keselamatan Rumah Sakit Graha Hermine
dibuat sebagai acuan dalam melaksanakan manajemen fasilitasdan keselamatan di Rumah
Sakit Graha Hermine

Batam, 19 Januari 2019


KaRS. Graha Hermine

dr. Fajri Israq, MARS

99
LAMPIRAN

SIMBOL B3
No Arti simbol dan APD yang Simbol No Arti simbol dan APD yang Simbol
. digunakan . digunakan
1 Simbol B3 bersifat mudah 6 Simbol B3 bersifat korosif
meledak (corrosive)
(explosive) APD yang digunakan :
Sarung tangan, google,
Jauhkan dari api masker
2 Simbol B3 bersifat oksidasi 7 Simbol B3 bersifat berbahaya
(oxsidizing) bagi lingkungan
APD yang digunakan : (dangerous for environment)
Sarung tangan, google, APD yang digunakan :
masker Sarung tangan, google,
masker
3 Simbol B3 bersifat mudah 8 Simbol B3 bersifat
menyala karsinogenik, teratogenik dan
(flammable) mutagenik
Jauhkan dari api (carcinogenic, tetragenic,
mutagenic)
APD yang digunakan :
Sarung tangan, google,
masker
4 Simbol B3 bersifat beracun 9 Simbol B3 bersifat bahaya
(toxic) lain berupa gas bertekanan
APD yang digunakan : (pressure gas)

100
Sarung tangan, google,
masker Jauhkan dari api

5 Simbol B3 bersifat iritasi 10 Simbol B3 Klasifikasi


(irritant) bersifat berbahaya (harmful)
APD yang digunakan : APD yang digunakan :
Sarung tangan, google, Sarung tangan, google,
masker masker

CONTOH MSDS BERSIFAT MUDAH TERBAKAR:


LEMBARAN DATA PENGAMAN

CONTOH:
Rumus Kimia : C2H5OH Penandaan:
Berat Molekul : 45.1
Tipe Bahaya Bahaya Pemam api Manajemen Kebakaran
         
Kebakaran   Air Dilarang merokok  
    Tabung CO2 Hindarkan dari nyala api, percikan api
Pemaparan Gejala Pertolongan pertama Pencegahan
1. Inhalasi sakit Direktur bawa ke udara segar, istirahat Ventilasi  
  Pusing bawa ke UGD jika perlu Lokal exhaust
  Batuk     Pakai masker
2. Kulit kemerahan singkirkan bahan pakaian yang terkontaminasi Sarung tangan
    aliri dengan banyak air    
Kacamata
3. Mata Sakit cuci mata dengan banyak air pelindung
  Merah bawa ke UGD jika perlu    
4. Tertelan sakit Direktur cuci mulut dengan banyak air pakai masker
  Pusing bawa ke UGD jika perlu    
Manajemen tumpahan  
- Kumpulkan bahan yang terkena tumpahan  
- Buang di sampah medis  
- Bersihkan lantai/wah dengan banyak air  
Penyimpanan        
Simpan di tempat tahan api, pisahkan dengan oksidator  
Untuk semua kasus pemaparan parah, setelah penanganan pertama, segera bawa
Perhatian ke UGD
         
101
CONTOH MSDS / LEMBARAN DATA PENGAMAN BERSIFAT BERACUN /
TOXIC
LEMBARAN DATA PENGAMAN / MSDS
CONTOH
Rumus Kimia : C46H56N4O10.H2SO4
Berat Molekul : 923,1 g/mol Penandaan:
Tipe Bahaya Bahaya Pemam api Manajemen Kebakaran
         
Kebakaran Gas beracun Air Dilarang merokok  
Tabung
  Nitrogen oksida CO2 Hindarkan dari nyala api, percikan api
  sulfur oksida   Memakai perlengkapan pemam
      Kebakaran  
Pemaparan Gejala Pertolongan pertama Pencegahan
1. Inhalasi iritasi saluran bawa ke udara segar Ventilasi  
beri nafas buatan/oksigenasi bila tidak
  Nafas bernafas Lokal exhaust
  Batuk segera bawa ke UGD  
  Bersin        
Alat pelindung
2. Kulit iritasi tanggalkan pakaian yang terkontaminasi kerja
cuci kulit dengan sabun dan banyak air 15
  Merah menit    
    segera bawa ke UGD    
cuci mata dengan banyak air selama 15Kacamata
3. Mata iritasi berat menit pelindung
  Merah segera bawa ke UGD Pelindung muka
  mata berair        
4. Tertelan Melilit kumur-kumur, minum air banyak    
  Diare minum susu atau putih telur    
    segera bawa ke UGD    
Manajemen tumpahan  
- Jauhkan orang lain dari daerah tumpahan  
- Pakai alat pelindung kerja, sarung tangan dan alat pelindung nafas  
- Serap sisa tumpahan dengan handuk penyerap atau bantal penyerap  
- Hindari dari menghirup debu tumpahan  
- Bersihkan bahan yang tersisa dengan deterjen dan banyak air
 
- Buang limbah di kantong plastik ungu khusus obat sitostatika  
Penyimpanan        
Simpan di tempat kering, gelap, dan sejuk (2-8 C).  
Untuk semua kasus pemaparan, setelah penanganan pertama, segera bawa ke
Perhatian UGD.
102
CONTOH MSDS / LEMBARAN DATA PENGAMAN BERSIFAT OKSIDATOR
LEMBARAN DATA PENGAMAN
Penandaan:
Rumus Kimia : H2O2
Berat Molekul : 34
Pemaparan Gejala Pertolongan pertama Pencegahan
          
1. Inhalasi sakit Direktur bawa ke udara segar, istirahat Ventilasi  
  Pusing bawa ke UGD jika perlu Lokal exhaust
  Batuk    Pakai masker
2. Kulit kemerahan singkirkan bahan pakaian yang terkontaminasi Sarung tangan
    aliri dengan banyak air    
Kacamata
3. Mata Sakit cuci mata dengan banyak air pelindung
  Merah bawa ke UGD jika perlu    
4. Tertelan sakit Direktur cuci mulut dengan banyak air pakai masker
  Pusing bawa ke UGD jika perlu    
Manajemen tumpahan  
- Kumpulkan bahan yang terkena tumpahan  
- Buang di sampah medis  
- Bersihkan lantai/wah dengan banyak air  
Penyimpanan        
Simpan di tempat tahan api, pisahkan dengan NaOH, pelarut organik  
Perhatian Untuk semua kasus pemaparan parah, setelah penanganan pertama, segera bawa ke UGD

LEMBARAN DATA PENGAMAN


CONTOH
XYLENE ( = xylol ) Penandaan:
Tipe Bahaya Bahaya Pemam api Manajemen Kebakaran
 Kebakaran  +++  CO2,busa & serbuk  Dilarang merokok  
Hindari dari nyala api,
 Mudah terbakar percikan api.
Uapnya lebih berat Hindari kerja di tempat panas.
dari udara dan a Kasus kebakaran: dilarang
kemungkinan berdiri di daerah berbahaya
terbentuk campuran tanpa menggunakan baju
dengan udara yang pelindung dan alat pernafasan
dapat meledak. sendiri.  
    Hindarkan dari nyala api, percikan api
Pemaparan Gejala Pertolongan pertama Pencegahan
Ventilasi,kipas
pembuangan
1. Inhalasi Sesak nafas Hirup udara segar, bila henti nafas lakukan resusitasi . asap  
Lokal exhaust
    Pakai masker
103
2. Kulit kemerahan Cuci / bilas kulit dengan air banyak. Sarung tangan
    Lepas baju yang terkontaminasi.    
           
Kemerahan Bilas dengan air banyak selama 10 menit dengan
Nyeri membuka kelopak mata, lalu segera bawa ke dokterKacamata
3. Mata Pandangan kabur mata. pelindung
  Bawa ke UGD    
         
4. Tertelan Pusing,gelisah Cegah pasien muntah pakai masker
  Mual,muntah Beri korban minum activated charcoal (20-40 g    
  Kram lambung Dalam 10% slirty),  Segera bawa ke UGD.    
Manajemen tumpahan  
- Kumpulkan bahan yang terkena tumpahan  
- Buang di sampah medis,  
- Bersihkan lantai/wah dengan banyak air  
- Dilarang buang ke
dalam dalam saluran  Air kotor, karena  Bahaya meledak.    
Penyimpanan        
Simpan di tempat tahan api, pisahkan dengan oksidator  
Temperatur < 25°C  
Perhatian Untuk semua kasus pemaparan parah, setelah penanganan pertama, segera bawa
  ke UGD        

CONTOH MSDS / LEMBARAN DATA PENGAMAN BERSIFAT KOROSIF


LEMBARAN DATA PENGAMAN
CONTOH

Rumus Kimia : CH3COOH Penandaan:


Berat Molekul : 60
Tipe Bahaya Bahaya Pemam Api Manajemen Kebakaran
 * Hindarkan dari nyala api,
 Kebakaran + +     Serbuk Kimia percikan api,  
Dilarang merokok.
* Kasus kebakaran: jaga wah tetap
Dingin dengan penyemprotan air
* Diatas suhu 40 C , system
tertutup,
Ventilasi, alat listrik pelindung
Peledakan.  
Pemaparan Gejala / Bahaya Pertolongan Pertama Pencegahan
Rasa Bawa ke udara
pedih/terbakar disegar, istirahat,
hidung, nyeriposisi setengah
telan, batuk,tegak, cepat bawa keVentilasi, Local exhaust, pelindung
1. Inhalasi sesak nafas dokter. pernafasan / masker.  
2. Kulit Kemerahan, Lepas baju yangSarung tangan
104
terkontaminasi, cuci
nyeri melepuh,kulit dengan banyak
luka bakar seriusair / shower, bawa ke
(gre 3) dokter / UGD
Kemerahan,
nyeri, pandanganCuci mata dengan air
kabur, merusakbanyak, cepat bawa
3. Mata jaringan mata. ke dokter UGD Pelindung muka
Kram lambung,Kumur-kumur,
diare, muntah,minum air banyak,
merusak selcepat bawa ke dokter
4. Penelanan pencernaan UGD
Manajemen tumpahan  
- Kumpulkan bocoran cairan ke dalam Wah tertutup.  
- Bersihkan bahan yang tersisa dengan Air yang banyak  
Penyimpanan       
Dalam wah tertutup rapat , di tempat tahan api  
Untuk semua kasus pemaparan , setelah penanganan pertama, segera bawa
Perhatian ke dokter UGD.
Simbol B3 menurut EEC (European Economic Cooperation)

105
106

Anda mungkin juga menyukai