Anda di halaman 1dari 11

MODUL

PEMBELAJARAN DASAR

MM KINE KLUB UMY 2019


Tahapan - Tahapan membuat Film

Film adalah karya kolektif, karena


EXIT gabungan dari departemen yang saling
mendukung antara satu dengan departemen lainnya. Semua bagian itu harus bisa
bekerjasama demi terciptanya sebuah film. Tentunya membuat film perlu ada
tahapannya, berikut 5 tahap produksi film yang bisa kamu lakukan:

1. Development
Pada tahap ini yang dilakukan adalah pengembangan ide, menentukan jenis
cerita, genre dan format, penulisan skenario. Ide bisa datang darimana saja
misalnya; dari novel, kisah nyata, dan lain-lain. Ada istilah triangle system yaitu
produser, sutradara dan penulis naskah. Setelah mendapatkan ide mereka akan
bekerjasama untuk membuat premis, sinopsis, treatment kemudian skenario.
Selanjutnya produser dan sutradara menyiapkan treatment untuk
menyampaikannya kepada investor. Jika berhasil, film ini akan menerima dana
untuk proses produksi.

2. Pra Produksi
Dalam tahap produksi film ini, setiap langkah yang diambil harus berhati-
hati dalam merancang dan merecanakannya. Karena pada tahap ini sangat
menentukan tahap selanjutnya. Ada yang berpendapat bahwa pada tahap ini
semua konsep yang perlu diperdebatkan silahkan diperdebatkan daripada sudah
sampai ketahap produksi baru berdebat dan itu sangat memakan waktu, tenaga
dan pikiran. Perencaan pada tahap ini antara lain; perencanaan biaya,
penjadwalan, analisis naskah yang dibagai menjadi (analisis karakter, analisis
wardrobe, analisis setting dan property), master breakdown, hunting yang dibagi
menjadi (hunting lokasi dan penetapan lokasi, hunting properti dan wardrobe,
casting, perekrutan kru dan penyewaan peralatan), dan yang paling terakhir
adalah desain produksi.
3. Produksi
Tahap ini adalah tahap dimana semua materi yang direncanakan pada dua
tahap sebelumnya yang masih mentah untuk direkam baik gambar maupun suara.
Jika perencanaannya matang akan memudahkan untuk menghasilkan produksi
yang bagus. Namun, seringkali apa yang direncanakan dan di lapangan ada
perubahan. Perlu kemampuan untuk mengambil keputusan yang baik dan tidak
mudah panika jika adanya perubahan-perubahan yang mendadak.
4. Pasca Produksi
Pada tahap ini hasil rekaman akan dilakukan editing, penataan suara,
penambahan efek, scoring music, dan colour grading. Untuk di tahap ini, bukan
cuma seorang editor saja yang berperan untuk menentukan potongan-potongan
gambar. Tetapi, sutradara dan produser juga perlu menjaga keutuhan cerita.
5. Distribusi
Ini adalah tahap produksi film paling akhir, dimana film akan disalurkan
untuk penonton. Ada beberapa penyaluran film antara lain: bioskop, pemutaran
alternatif, festival dan media seperti DVD. Pemilihan distribusi ini perlu
dipertimbangkan dengan baik, bahkan kalau bisa sebelum filmnya diproduksi.
Agar filmnya bisa tepat sasaran (penonton).

Di dalam pembuatan film, banyak sekalo orang - orang yang tekait, dan
orang - orang tersebut mempunyai peran dan fungsi masing - masing. Orang -
orang tersebut mendapatkan jobdesk atau peran dalam pembuatan film. Banyak
sekali jobdesk dalam film. Dari jobdesk itulah terbentuk beberrapa departemen.
Seperti departemen Produser, Departemen Sutradara, dan lainnya. Penjelasan ini
akan dijelaskan lebih labjut di halaman selanjutnya.
EXIT
D E P A R T E M E N
SUTRADARA
Penulis: Bersama sutradara,
Sutradara adalah seorang mengembangkan cerita dari coretan
pembuat film yaitu orang yang hingga menjadi naskah. Ia bertugas
bertanggung jawab dalam proses memastikan cerita dapat bergerak
produksi film,mulai dari mengarahkan dengan baik. Ia juga mengembangkan
talent pemain hingga mengambil karakter-karakter dalam film agar
adegan yang diperlukan. Dalam believable dan relatable dengan
Bahasa inggris,sutradara disebut penonton.
dengan director. Peran sutradara
Script Continuity: Senjata utamanya
sangat penting dan besar dalam proses
adalah kamera pocket. Ia bertugas
produksi film atau movie. Sutradara
memotret setiap hal visual yang
juga menentukan keberhasilan
muncul di dalam frame agar terjaga
produksi film. Sutradara bertugas
kesinambungannya di setiap adegan.
mengarahkan film sesuai dengan skrip
Misalnya: jika di shot sebelumnya,
yang telah dibuat.
pemeran A memegang pensil di tangan
Asisten Sutradara 1: kiri ketika berbicara, maka di shot
Membantu sutradara dalam urusan berikutnya script continuity harus
jadwal, manajemen pemeran dan kru mengingatkan agar pensil tetap di
(jadwal panggilan kru & pemeran ke tangan kiri. Lebih tricky lagi untuk
lokasi), jadwal makan dan istirahat, syuting jumping (urutan adegan
jadwal set alat (kamera, lampu, diambil acak), maka ia harus berhati-
artistik), dsb. Ia harus memastikan hati dalam memperhatikan hal-hal
jadwal dapat berjalan tepat waktu dan visual yang muncul di frame.
tidak ada adegan yang tidak terambil.
Casting Director: Bertugas memilih
Apabila ada jadwal yang ngaret, ia
aktor untuk memerankan karakter
juga mesti berpikir cepat untuk
sesuai kebutuhan cerita. Mereka akan
merombak jadwal agar tak ada adegan
berdiskusi dan berkonsultasi dengan
yang harus dikorbankan.
sutradara. Setelah sutradara
Asisten Sutradara 2: menceritakan visi dan kebutuhan
Bertugas membantu sutradara ceritanya, casting director akan
menyutradarai figuran (extras). Ia juga membantunya mencarikan pemeran
bertugas membantu asisten sutradara 1 yang dibutuhkan.
dalam menyusun jadwal.
Kordinator Pemeran: Di lokasi syuting, perannya cukup vital. Kordinator
pemeran mengatur jadwal pemeran sesuai dengan jadwal yang sudah disiapkan
oleh asisten sutradara. Asisten sutradara akan memanggil pemeran untuk masuk
atau keluar dari set dan kordinatorEXITpemeran bertuga mengkoordinasikannya
dengan para aktor. Kordinator pemeran juga bertugas menyalurkan logistik ke
para pemeran dari tim produksi.

DEPARTEMEN KAMERA

Penata Kamera: Biasa disebut Director of Photography (DP) atau


Sinematografer. Sebutan sinematografer biasanya dipakai apabila DP dan
operator kamera adalah orang yang sama. Penata kamera bertugas sebagai
'penerjemah' sutradara dalam level teknis pengambilan gambar. Penata Kamera
berdiskusi dengan sutradara dan memberi masukan perihal teknis pengambilan
gambar, mulai dari jenis kamera, lensa, pendekatan gambar, lighting, tone
warna, dsb. Semua dikerjakan sesuai dengan kebutuhan cerita menurut visi
sutradara. Singkatnya, sutradara menjelaskan pada DP tampilan visual seperti
apa yang ia inginkan, dan DP yang akan memilih lensa, filter, lighting,
komposisi, dsb untuk memberikan efek estetis tertentu pada penonton.
Operator Kamera: Sesuai dengan namanya, ia bertugas mengoperasikan
kamera sesuai dengan arahan penata kamera (DP). Seringkali, penata kamera
dan operator kamera adalah orang yang sama.
Asisten Penata Kamera: Biasa disebut juga focus puller. Tugasnya adalah
memastikan semua gambar yang diambil fokus. Asisten penata kamera juga
bertugas merakit dan membongkar rigging kamera di awal dan akhir syuting.
Clapper: Bertugas memberikan identitas pada gambar yang sedang diambil.
Film pendek bisa terdiri dari belasan bahkan puluhan adegan, apalagi film
panjang. Agar tak bingung ketika disunting, setiap gambar yang diambil
diberikan identitas sesuai nomor scene dan shot yang ditulis di naskah. Kami
pernah membuat artikel khusus tentang ini.
Digital Imaging Technician (DIT): Hanya pembuatan film di era digital yang
mengenal jabatan ini. DIT bertugas mengarsip dan membackup data yang sudah
selesai diambil. Gambar-gambar yang telah diambil akan dikelola oleh DIT
untuk tidak hanya dipindahkan ke tempat penyimpanan seperti harddisk, tetapi
juga di compress untuk proses selanjutnya di paska produksi. DIT juga bertugas
menerapkan beberapa adjustment pada gambar yang sudah diambil sesuai
dengan arahan penata kamera, misalnya terang gelap, tone warna, dsb.
Gaffer: Ketua urusan pencahayaan (lampu). Dengan arahan dari DP, gaffer
membuat desain pencahayaan dan tata letak lampu agar visi sutradara dapat
terwujud.
Best Boy (Lighting): Asisten gaffer. Ketimbang gaffer yang lebih banyak
mengurus teknis pencahayaan, best boy lebih banyak berkutat pada urusan
logistik, seperti manajemen alat.
Key Grip: Selain lampu, ada beberapa perlengkapan lain yang sering dipakai di
lokasi film, antara lain polyfoam (stirofoam untuk reflector), diffuser, butterfly,
dolly track, kaki lampu, flag, dsb. Key grip adalah kepala untuk urusan-urusan
tersebut.

DEPARTEMEN ARTISTIK

Penata Artistik / Production Designer: Sebetulnya jabatan production designer


dan art director (penata artistik) adalah jabatan yang berbeda. Production
designer adalah perancang tampilan visual film secara keseluruhan, mulai dari
warna set, props, pattern, warna pakaian, makeup, dsb. Namun di Indonesia,
jabatan ini belum banyak dipakai. Oleh karena itu, kita lebih sering menemukan
penata kostum dan rias bekerja secara terpisah dengan tim artistik, padahal
semestinya mereka bekerja di bawah satu rancangan visual yang sama. Berbeda
dengan production designer, penata artistik lebih fokus pada urusan artistik (set
dan props saja). Ialah yang merancang tampilan interior sebuah set, beserta
menyiapkan properti-properti yang dibutuhkan oleh cerita.
Asisten Penata Artistik: Bertugas membantu penata artistik dalam tugas di
lapangan. Kadang merangkap sebagai standby art director alias penata artisitik
yang standby di set untuk segera mengatur set dan props sesuai kebutuhan
framing. Biasanya penata artistik lebih banyak duduk di depan monitor bersama
sutradara, sementara asisten penata artistik lebih banyak di set untuk mendengar
masukan dari penata artistik.
Set Designer: Bekerja di bawah komando penata artsitik. Bertugas merancang
set sesuai (baik eksterior maupun interior)
EXIT sesuai dengan arahan penata artistik.
Set Dresser: Set dresser memutuskan barang-barang apa saja yang akan
diletakan di dalam set sesuai dengan arahan set designer dan penata artistik.
Prop Master: Bertugas mendata, mencari, dan mengelola props yang
digunakan dalam film. Props adalah benda-benda di dalam set yang dapat
dipindahkan dengan mudah, seperti pisau, buku, telepon genggam, makanan,
dsb.
Runner / Buyer: Bergerak cepat di lokasi apabila ada kebutuhan mendadak.
Runner juga bertugas membeli/menyewa barag-barang yang telah didata oleh
prop master dan set designer.

DEPARTEMEN SUARA

Pengertian Desain Suara : Desain Suara adalah segi penciptaan dan


penempatan suara yang tepat pada tempat dan saat yang tepat. Termasuk di
dalam Desain Suara :

· Menggabungkan semua unsur suara menjadi satu kesatuan


· Menciptakan efek-efek suara baru untuk kebutuhan film termasuk di dalam
Teknologi Desain Suara
· Pemilihan format akhir suara film
· Pemilihan peralatan dan perangkat kerja Departemen Suara
Pada kelompok kerja Departemen Suara,terdapat beberapa profesi. Diantaranya
adalah :
· Sound Designer (Desainer Suara) · ADR Mixer · Recording
Mixer
· Sound Recordist · ADR Editor
· Boom Operator · Assistant Editor
· Sound Assistant · Effect Editor
· Supervising Sound Editor · Foley Mixer
· Dialogue Editor · Foley Artist
Boom Operator :Orang yang bertanggungjawab untuk mengoperasikan dan
mengarahkan mikrofon

DEPARTEMEN KOSTUM & RIAS

Penata Kostum: Bertugas mendesain pakaian dan/atau memilih kostum sesuai


kebutuhan cerita & karakter.
Penata Rias: Bertugas merias pemain sesuai kebutuhan cerita & karakter.
Penata Rambut: Bertugas merias rambut pemain sesuai kebutuhan cerita &
karakter.

DEPARTEMEN POST-PRODUCTION

Post-Production Supervisor: Membantu produser dalam mengelola proses


paska produksi, mulai dari mengatur jadwal hingga mengelola sumber daya
manusia.
Editor: Bertugas memilih dan memilah gambar yang sudah diambil di proses
syuting. Proses editing dilakukan secara kreatif bersama sutradara. Biasanya
editor dibantu oleh beberapa asisten yang bertugas sebelum pemotongan dan
penyusunan gambar dimulai.
Colorist: Di era digital, colorist bertugas melakukan penyesuaian warna agar
semua gambar yang diambil memiliki karakter yang sesuai dengan kebutuhan
(color correction), sebelum lalu mewarnai untuk memberikan nuansa tersendiri
bagi hasil akhir filmnya (color grading).
Visual Effect Artist: Apabila film membutuhkan visual effect tambahan, maka
visual effect artist bertugas membuat visual effect sesuai dengan kebutuhan
cerita.
Rotoscope Artist: Biasanya banyak hal yang tidak diinginkan tidak sengaja
terekam di proses syuting, sebut saja kabel malang melintang di set, atau
misalnya naskah kru yang tertinggal di dalam set. Rotoscope artist bertugas
menghapus objek-objek yang tidak diinginkan tersebut.
Sound Designer: Setelah selesai disunting oleh editor dan gambar telah
dikunci (picture lock), maka hasil editing akan diteruskan ke departemen
suara. Sound designer bertugas melakukan penyelarasan serta menambahkan
berbagai elemen kreatif lain agar gambar
EXIT yang telah disunting dapat lebih
berbicara. Ia bekerja bersama editor dan sutradara.
Dialogue Editor: Tugasnya spesifik mengedit dialog agar semua terdengar
dengan baik.
Composer: Bertugas membuat musik (score) sesuai dengan kebutuhan cerita.
Foley Artist: Bertugas merekam foley. Foley adalah manipulasi efek suara
tambahan agar gambar dapat lebih berbicara, misalnya suara langkah kaki,
gesekan props, dan gerakan-gerakan lain yang mungkin tidak terlalu
terdengar di rekaman saat syuting.
DAFTAR PUSTAKA
Job Description Pekerja Film (versi 01)
Terbitan FFTV IKJ dan KFT
Cetakan Pertama,Maret 2008.
ISBN 979-979-99351-1-3
Studio Antelope

Anda mungkin juga menyukai