Anda di halaman 1dari 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/287595987

Dampak Kegiatan Manusia Terhadap Perubahan Siklus Air Yang Memicu


Kelangkaan Air Dunia

Article · December 2015

CITATIONS READS

0 13,170

2 authors, including:

Paul Rizky
Bandung Institute of Technology
1 PUBLICATION   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Paul Rizky on 21 December 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Dampak Kegiatan Manusia Terhadap Perubahan Siklus Air Yang Memicu
Kelangkaan Air Dunia
Paul Rizky Mayori Tangke*

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung


Jalan Ganesha No. 10, Bandung, Indonesia
*Corresponding Author: paul.rizky@students.itb.ac.id

Abstrak
Peningkatan jumlah penduduk secara signifikan sudah terjadi pada beberapa tahun terakhir. Tingginya
jumlah penduduk di bumi menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan akan sumber daya, salah satunya
adalah air. Keberadaan air di bumi sangat melimpah mengingat 70% dari seluruh bumi merupakan daerah
perairan (seperti laut dan sungai). Selain itu air yang berada di daerah laut/sungai terbawa secara alami
menuju daerah yang jauh dari kawasan perairan. Proses terbawanya air tersebut dapat dijelaskan dengan
suatu siklus yang dinamakan siklus air. Secara umum proses yang terjadi dalam siklus air antara lain
evaporasi, infiltrasi, transpirasi, kondensasi, presipitasi, dan runoff. Proses dalam siklus air dapat berubah jika
terdapat aktivitas manusia yang secara langsung/tidak langsung mengacaukan siklus tersebut. Perubahan
proses yang demikian dapat memicu kelangkaan air di daerah tertentu karena adanya kekacauan pergerakan
molekul air dalam siklus.

Kata kunci: Aktivitas manusia, Kelangkaan air, Siklus Air

1. Pendahuluan 2. Sumber Air

Keberadaan air di bumi dapat dikatakan Sumber air di bumi ini sebagian besar
sangat melimpah karena sekitar 70% dari berasal dari lautan dan samudera. Selain itu air
seluruh bumi merupakan daerah perairan. Air juga tersedia dalam bentuk air tanah dan es di
yang berasal dari laut ataupun samudera dapat daerah kutub. Data sumber air yang lebih rinci
berpindah ke daerah daratan dengan wujud dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
yang sama ataupun berbeda. Perpindahan air
terjadi karena adanya peristiwa alam seperti Tabel 1. Sumber air yang tersedia di bumi[2]
pemanasan oleh matahari dan angin. Sumber air Volume Persentase
Perpindahan air dari laut ke daratan (dan juga air (km3) (%)
sebaliknya) tentu sangat menguntungkan Laut 1,34 x 10 9
96,5
makhluk hidup yang tinggal di daratan karena Salju dan es 2,41 x 107 1,74
kebutuhan mereka terhadap air sangat tinggi. Tanah 2,34 x 107 1,69
Perpindahan air tersebut juga menjamin tidak Lain-lain 5,00 x 105 0,07
adanya kelangkaan terhadap air.
Akan tetapi ketersediaan air di daerah Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa
daratan tidak selalu terjamin jika terjadi satu 96,5% dari persediaan air di bumi berasal dari
dua hal yang dapat menghambat terjadinya lautan. Akan tetapi tidak semua penduduk di
peristiwa alam. Penghambatan peristiwa alam bumi dapat memanfaatkan air laut secara
ini tentu saja dapat menghalangi proses langsung, khususnya bagi mereka yang tinggal
perpindahan air ke daratan yang akhirnya relatif jauh dari lautan. Tidak hanya itu, air
menyebabkan terjadinya kelangkaan air. dari lautan memiliki kadar garam yang cukup
tinggi sehingga harus diolah terlebih dahulu
untuk memisahkan garamnya.
Paul Rizky M. T., Dampak Kegiatan Manusia Terhadap Perubahan
Siklus Air yang Memicu Kelangkaan Air Dunia, 2015.

Kedua permasalahan utama di atas dapat permukaan air lainnya yang terbentuk dari
diatasi oleh alam dengan berbagai peristiwa proses evaporasi[5]. Sementara sisanya berasal
alam yang membentuk suatu siklus yang dari tumbuhan yang melakukan proses
dinamakan siklus air. transpirasi. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi tinggi rendahnya laju
3. Siklus Air evaporasi. Faktor-faktor tersebut antara lain
suhu udara di atas permukaan, kelembapan
Siklus air adalah suatu model yang udara di atas permukaan, adanya panas di
menggambarkan pergerakan molekul air dari permukaan, dan adanya angin di atas
lautan ke daratan dan sebaliknya secara permukaan[4].
berkelanjutan. Siklus air yang normal terjadi Selain evaporasi, terdapat pula proses
secara berkelanjutan sehingga tidak ada daerah pembentukan gas dalam siklus air yang
manapun yang mengalami kelangkaan air. dinamakan sublimasi. Secara umum sublimasi
Adapun gambar siklus air secara umum dapat merupakan proses perubahan wujud zat dari
dilihat pada gambar 1. padatan menjadi gas tanpa terjadi peleburan.
Secara umum proses-proses yang terjadi Dalam siklus air, sublimasi umumnya terjadi
dalam siklus air antara lain evaporasi, di daerah pegunungan seperti gunung
infiltrasi, transpirasi, kondensasi, presipitasi, Everest[5]. Hal ini disebabkan rendahnya
dan runoff[1][3]. tekanan udara di daerah pegunungan tersebut.

3.1 Evaporasi dan sublimasi 3.2 Infiltrasi dan transpirasi

Evaporasi (penguapan) adalah proses Selain teruapkan, air yang ada dalam
perubahan wujud zat dari cair menjadi gas daerah perairan juga dapat diserap (infiltrasi)
yang terjadi di permukaan air dan tanah. oleh tanah. Kemampuan tanah untuk
Evaporasi terjadi karena temperatur menyerap air dipengaruhi oleh kadar air dalam
permukaan cairan/tanah yang cukup tinggi tanah itu sendiri. Tanah yang lebih kering
sehingga molekul-molekul air di permukaan mampu menyerap air dalam jumlah yang lebih
memperoleh energi yang cukup untuk banyak. Molekul air yang ada di dalam tanah
memisahkan diri dari cairan/tanah yang ada di juga dapat bergerak menuju tanah yang lebih
permukaan. kering, diserap oleh tumbuhan, atau diambil
Dalam siklus air, sekitar 90% dari uap air oleh manusia lewat sumur.
yang ada di atmosfer berasal dari laut ataupun

Gambar 1. Siklus air[6]


Paul Rizky M. T., Dampak Kegiatan Manusia Terhadap Perubahan
Siklus Air yang Memicu Kelangkaan Air Dunia, 2015.

Selain dari perairan, tanah juga menyerap Kondensasi dapat terjadi pada permukaan
air yang turun dari langit melalui hujan. bumi. Jika temperatur udara di permukaan
Kemampuan tanah menyerap air hujan juga bumi lebih rendah dari biasanya, uap air yang
dipengaruhi oleh kadar air dalam tanah itu ada akan langsung menjadi kabut ataupun
sendiri. salju jika temperaturnya sangat rendah. Akan
Tumbuhan memerlukan air untuk proses tetapi salju tersebut hanya akan terbentuk pada
fotosintesis dan membawa zat-zat tertentu dari daerah yang jauh dari garis khatulistiwa.
tanah. Umumnya tumbuhan memperoleh air
dari dalam tanah ataupun dari atas permukaan 3.4 Presipitasi dan runoff
tanah dan menyerapnya melalui akar. Pada
kondisi tertentu, tumbuhan mengeluarkan air Dalam siklus air, presipitasi adalah suatu
yang ada di dalam dirinya dalam bentuk uap tahap pelepasan molekul air yang berasal dari
(proses pengeluaran ini yang dinamakan awan menuju tanah ataupun perairan.
transpirasi atau evapotranspirasi). Setiap Presipitasi terjadi ketika dua atau lebih
tumbuhan melakukan transpirasi pada kondisi gumpalan awan yang mengandung molekul-
lingkungan yang berbeda-beda tergantung molekul air (dalam bentuk bintik-bintik
tujuannya. air/es/salju) bergabung. Penggabungan
gumpalan awan tersebut menyebabkan
3.3 Kondensasi gumpalan menjadi lebih berat dan tidak
mampu menahan molekul-molekul air lagi.
Uap air yang terevaporasi dan yang keluar Akibatnya molekul-molekul air tersebut jatuh
melalui transpirasi akan naik ke atas karena ke bumi dalam bentuk hujan, hujan es, ataupun
densitas uap air yang lebih kecil dari udara. salju.
Pada ketinggian tertentu uap air tersebut akan Dari semua proses presipitasi yang terjadi,
terkondensasi membentuk gumpalan awan. sekitar 10% diantaranya terjadi di daratan[5].
Pembentukan gumpalan awan terjadi karena Sementara sisanya terjadi di lautan.
temperatur udara pada ketinggian tersebut Banyaknya air yang jatuh melaui
relatif lebih rendah sehingga uap air yang ada presipitasi tidak selalu sama untuk setiap
akan terkondensasi. Jika temperaturnya sangat kawasan. Angka presipitasi rata-rata untuk
rendah, bintik-bintik air di dalam awan akan berbagai kawasan dapat dilihat pada gambar 2.
menjadi kepingan es ataupun salju.

Gambar 2. Peta angka presipitasi rata-rata tahunan[5]


Paul Rizky M. T., Dampak Kegiatan Manusia Terhadap Perubahan
Siklus Air yang Memicu Kelangkaan Air Dunia, 2015.

Perlu diperhatikan bahwa angka yang 4.1 Penebangan hutan


tersaji pada gambar 2 menyatakan kedalaman
tanah yang terserap oleh air hujan sesaat Untuk mencari bahan baku dan juga lahan
setelah hujan berhenti[5]. Jika angka pekerjaan, manusia seringkali melakukan
presipitasinya besar maka daerah yang penebangan hutan secara besar-besaran.
mempunyai angka tersebut memiliki curah Pengurangan jumlah pohon yang sangat
hujan yang tinggi. signifikan dapat mengurangi laju penyerapan
Dari gambar di atas dapat disimpulkan karbon dioksida (CO2) yang dilakukan oleh
bahwa daerah sekitar khatulistiwa memiliki pohon secara drastis. Pengurangan laju
curah hujan yang paling tinggi dibandingkan penyerapan ini menyebabkan penumpukan
daerah lainnya. Hal ini dapat dilihat dari CO2 di atmosfer. CO2 yang menumpuk di
tingginya angka presipitasi di daerah tersebut atmosfer akan menjebak panas matahari yang
(sekitar 1000 – 3000 mm). dipantulkan bumi sehingga temperatur bumi
Air hujan yang jatuh ke tanah akan diserap dan atmosfer akan meningkat (peningkatan
oleh tanah dan disimpan di dalam. Akan tetapi temperatur bumi ini yang seringkali disebut
jika tanah tidak mampu lagi menyerap air pemanasan global atau global warming).
hujan, maka air hujan yang tersisa akan Pemanasan global dapat mempengaruhi
menggenangi tanah sampai menguap kembali siklus air, khususnya pada proses evaporasi
atau mengalir menuju sungai dan kawasan dan kondensasi. Peningkatan suhu atmosfer
perairan lainnya. akan meningkatkan laju evaporasi dan
Runoff adalah suatu proses pengaliran air memperlambat proses kondensasi.
dari hulu menuju hilir secara langsung (tanpa
melalui proses perantara seperti infiltrasi). 4.2 Kebakaran hutan
Umumnya runoff terjadi karena air yang
mengalir tidak dapat diserap lagi oleh Kebakaran hutan terjadi secara spontan
tumbuhan dan tanah. (tidak dibakar langsung oleh manusia). Hal ini
terjadi karena suhu udara sekitar yang sudah
4. Aktivitas Manusia dan Perubahan sangat tinggi. Suhu udara tersebut meningkat
Siklus Air cukup signifikan karena dampak dari
pemanasan global, dimana pemanasan global
Seiring dengan perkembangan teknologi, terjadi karena ulah manusia yang tidak peduli
manusia dituntut untuk mengembangkan akan kondisi lingkungan.
teknologi yang ada ataupun menciptakan
teknologi yang baru. Akan tetapi 4.3 Pembangunan
perkembangan teknologi tersebut seringkali
tidak diimbangi dengan tindakan perlindungan Pembangunan di darat juga dapat
lingkungan. Tanpa mereka sadari, kegiatan mempengaruhi siklus air lokal. Pembangunan
perusakan lingkungan yang dilakukan dapat yang dilakukan dengan penebangan pohon dan
mengganggu siklus keseimbangan alam, penutupan tanah oleh aspal dan semen tentu
termasuk siklus air. Berikut ini merupakan saja akan menghambat proses infiltrasi ketika
kegiatan manusia yang merusak lingkungan terjadi presipitasi[4]. Terhambatnya infiltrasi
dan dapat mempengaruhi siklus air. dapat menyebabkan kelangkaan air tanah.
Karena terhambatnya infiltrasi, laju runoff
meningkat sehingga lebih banyak air yang
“terbuang” ke perairan[7].
Perbandingan jumlah air yang terinfiltrasi
dan runoff (setelah presipitasi) sebelum dan
sesudah pembangunan dapat dilihat pada
gambar 3.
Paul Rizky M. T., Dampak Kegiatan Manusia Terhadap Perubahan
Siklus Air yang Memicu Kelangkaan Air Dunia, 2015.

Gambar 3. Persentase jumlah air terproses pasca presipitasi


(kiri: sebelum pembangunan, kanan: setelah pembangunan)[7]

4.4 Pembuatan saluran irigasi (umumnya limbah tersebut mengandung


minyak dengan kadar yang cukup tinggi) dapat
Pembuatan saluran irigasi biasanya membentuk lapisan di atas permukaan air.
dilakukan di sekitar sungai, dimana sumber air Lapisan yang berada di atas permukaan air
mengalir dengan sendirinya. Saluran irigasi dapat menghambat proses evaporasi pada
dibuat untuk memudahkan proses pengairan permukaan perairan, mengancam kehidupan
sawah/lahan pertanian. hewan dan tumbuhan yang tinggal di dalam
Adanya saluran irigasi ini juga dapat perairan, dan memaksa masyarakat sekitar
mempengaruhi siklus air. Adanya saluran untuk memanfaatkan sumber air lainnya.
irigasi tersebut dapat mengurangi laju runoff Limbah yang lebih banyak mengandung
dan meningkatkan laju infiltrasi air[4]. Hal ini air seperti limbah dari proses produksi air
dikarenakan air tersebut akan ‘dialihkan’ umumnya memiliki pengaruh yang jauh lebih
menuju kawasan pertanian yang lokasinya kecil terhadap penghambatan proses evaporasi
relatif jauh untuk diserap oleh tanaman perairan. Akan tetapi limbah tersebut tetap
ataupun lahan yang ada. dapat membahayakan makhluk hidup yang
mengonsumsi air tersebut jika tidak diolah
4.5 Pencemaran udara terlebih dahulu.

Limbah gas yang dihasilkan dari industri- 5. Perubahan Siklus Air dan Kelangkaan
industri sebagian besar mengandung gas CO2. Air Dunia
Namun tidak semua industri mengolah limbah
gas tersebut, melainkan ada industri yang Kelangkaan air yang terjadi di berbagai
langsung membuang limbah CO2 ke udara. belahan dunia terjadi karena banyaknya
Pembuangan limbah tersebut secara langsung gangguan pada siklus air sehingga terjadi
tidak hanya mencemari udara sekitar, tetapi perubahan siklus air. Gangguan pada siklus
juga menumpukkan gas CO2 ke atmosfer yang tersebut umumnya berasal dari aktivitas
memicu pemanasan global. manusia yang merusak lingkungan. Aktivitas-
aktivitas manusia yang dapat mengubah siklus
4.6 Pencemaran air air sudah dijelaskan pada bab 4. Pada bab 5 ini
akan dijelaskan dampak dari perubahan siklus
Sampai saat ini masih ada aktivitas air yang sudah disebutkan pada bab 4.
industri dan penambangan yang tidak
mengolah limbah yang dihasilkan dan dibuang
ke perairan begitu saja. Pembuangan limbah
Paul Rizky M. T., Dampak Kegiatan Manusia Terhadap Perubahan
Siklus Air yang Memicu Kelangkaan Air Dunia, 2015.

5.1 Peningkatan laju evaporasi dan penurunan 5.4 Pengurangan laju runoff
laju kondensasi
Pengurangan laju runoff karena adanya
Peningkatan laju evaporasi dan penurunan saluran irigasi dapat menyebabkan kelangkaan
laju kondensasi terjadi sebagai akibat dari air bagi penduduk yang tinggal di kawasan
pemanasan global. Kedua hal ini dapat sekitar sungai (umumnya penduduk di daerah
memicu kelangkaan air, khususnya bagi tersebut memanfaatkan air sungai sebagai
daerah yang jauh dari kawasan perairan. sumber air utama). Hal ini dapat terjadi jika
Peningkatan laju evaporasi menyebabkan saluran irigasi yang dibuat sudah terlalu
peningkatan laju pengurangan kadar air tanah banyak.
yang merupakan satu dari dua sumber air bagi
masyarakat yang tinggal di daerah tersebut. 6. Kesimpulan
Sementara penurunan laju kondensasi akan
memperlambat terjadinya hujan dimana air Aktivitas manusia modern saat ini
hujan merupakan sumber air yang kedua bagi umumnya masih belum diimbangi dengan
masyarakat yang tinggal di daerah tersebut. pelestarian lingkungan. Hal ini dapat dilihat
dengan temperatur udara yang semakin
5.2 Pencemaran sumber air (air laut, sungai, meningkat karena pemanasan global, musim
dan sebagainya) dan iklim yang semakin sulit ditebak,
pembangunan di hampir seluruh belahan
Masyarakat yang tinggal di daerah dunia, dan sebagainya. Minimnya tindakan
perairan umumnya memanfaatkan air laut pelestarian lingkungan akan semakin
ataupun air sungai untuk memenuhi kebutuhan mengacaukan siklus air yang memicu
mereka sehari-hari. Jika sumber air utama kelangkaan air yang lebih parah.
tersebut sudah tercemar limbah beracun, Siklus air yang sudah berubah tidak bisa
mereka terpaksa harus memanfaatkan air tanah dikembalikan lagi seperti semula, tetapi
ataupun air hujan karena mahalnya biaya perubahan tersebut masih bisa dicegah jika
pengolahan air yang tercemar. Sementara itu manusia mulai memperhatikan alam dan
keberadaan air tanah dan air hujan juga cukup menyeimbangkan pembangunan secara serius.
terbatas karena adanya pemanasan global yang
mempercepat penguapan air tanah dan
memperlambat terjadinya hujan (penjelasan
dapat dilihat pada subbab 4.1).

5.3 Penurunan laju infiltrasi

Penurunan laju infiltrasi biasanya terjadi di


kawasan perkotaan ataupun kawasan yang
sedang mengalami pembangunan (penjelasan
lebih lanjut dapat dilihat pada subbab 3.3).
Penurunan laju ini dapat memicu kelangkaan
air tanah seandainya air tanah tersebut
dieksploitasi secara terus-menerus. Selain itu,
penurunan laju infiltrasi juga dapat memicu
terjadinya banjir karena tidak ada lagi tanah
ataupun tumbuhan yang dapat menyerap air
hujan.
Paul Rizky M. T., Dampak Kegiatan Manusia Terhadap Perubahan
Siklus Air yang Memicu Kelangkaan Air Dunia, 2015.

Daftar Pustaka

[1] Bharathiar University, Water Pollution and


Management, Available: http://www.b-
u.ac.in/sde_book/msc_water.pdf, diakses
30 Oktober 2015.
[2] Gleick, Peter H., Water in Crisis: A Guide
to the World’s Fresh Water Resources, Oxford
University, 1993.
[3] Division of Soil and Water Resources, the
Hydrologic Cycle, Ohio Department of
Natural Resources, soilandwater.ohiodnr.gov
(4 November 2015)
[4] Kuchment, Lev S., The Hydrological Cycle
and Human Impact on it, in: Hoekstra, Arjen
Y. and Hubert H. G. Savenije, Water
Resources Management, in: UNESCO,
Encyclopedia of Life Support Systems
(EOLSS), Eolss publishers, Oxford, 2004.
[5] USGS Water Science School, The Water
Cycle Summary, Available:
http://water.usgs.gov/edu/watercyclesummary,
diakses 10 November 2015.
[6] Delaware River Basin Commission,
Hydrological Information, Available:
http://www.state.nj.us/drbc/hydrological/,
diakses 30 Oktober 2015.
[7] California Water & Land Use Partnership,
How Urbanization Affects the Water Cycle,
Available:
http://www.coastal.ca.gov/nps/watercyclefacts
.pdf, diakses 2 Desember 2015.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai