Anda di halaman 1dari 26

RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI (RKK)

Paket Pekerjaan : PEMBANGUNAN FASILITAS PROYEK


PEMBANGUNAN BENDUNGAN BUDONG-BUDONG
No. Dok. : 01/PT-BR/RKK/XII/2021 Tgl. Diterbitkan : 24 Desember 2021 Hal. :1
CV. MATTAMPA JAYA
Rev. : 00 Tgl. Kaji Ulang : Paraf :

RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI


(RKK)

PEKERJAAN :
PEMBANGUNAN FASILITAS PROYEK
PEMBANGUNAN BENDUNGAN BUDONG-BUDONG

PENYEDIA JASA KONSTRUKSI

CV. MATTAMPA JAYA


RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI (RKK)
Paket Pekerjaan : PEMBANGUNAN FASILITAS PROYEK
PEMBANGUNAN BENDUNGAN BUDONG-BUDONG
No. Dok. : 01/PT-BR/RKK/XII/2021 Tgl. Diterbitkan : 24 Desember 2021 Hal. :2
CV. MATTAMPA JAYA
Rev. : 00 Tgl. Kaji Ulang : Paraf :

DAFTAR ISI

A. Kepemimpinan dan Partisipasi Pekerja dalam Keselamatan Konstruksi


A. 1. Kepedulian pimpinan terhadap Isu eksternal dan internal
A. 2. Komitmen Keselamatan Konstruksi
B. Perencanaan keselamatan konstruksi
B. 1. Identifikasi bahaya, Penilaian risiko, Pengendalian dan Peluang.
B. 2. Rencana tindakan (sasaran & program)
B. 3. Standar dan peraturan perundangan
C. Dukungan Keselamatan Konstruksi
C. 1. Sumber Daya
C. 2. Kompetensi
C. 3. Kepedulian
C. 4. Komunikasi
C. 5. Informasi Terdokumentasi
D. Operasi Keselamatan Kerja
D. 1. Perencanaan dan Pengendalian Operasi
D. 2. Kesiapan dan tanggapan terhadap kondisi darurat
E. Evaluasi Kinerja Keselamatan Konstruksi
E. 1. Pemantauan dan evaluasi
E. 2. Tinjauan manajemen
E. 3. Peningkatan kinerja keselamatan konstruksi
1. Kepemimpinan dan Partisipasi Pekerja dalam Keselamatan Konstruksi
A.1. Kepedulian pimpinan terhadap Isu ekternal dan internal
CV. MATTAMPA JAYA yang bergerak di bidang Jasa Konstruksi kami berkomitmen
untuk:
1. Menjalankan pakta komitmen Keselamatan Konstruksi yang telah ditandatangani oleh
Pimpinan perusahaan.
2. Menjamin Keselamatan Konstruksi tenaga kerja, tamu, masyarakat sekitar di sekitar
tempat kerja.
3. Melakukan perbaikan keberlanjutan terhadap sistem Manajemen dan Kinerja Keselamatan
Konstruksi guna meningkatkan budaya Keselamatan Konstruksi yang baik di tempat kerja.
Untuk mencapainya, kami akan :
1. Membangun dan memelihara sistem manajemen Keselamatan Konstruksi, serta sumber
daya yang relevan.
2. Membangun tempat kerja dan pekerjaan sesuai dengan peraturan perundang- undangan
dan persyaratan lainnya terkait Keselamatan Konstruksi.
3. Memberikan pendidikan ataupun pelatihan terkait Keselamatan Konstruksi kepada
tenaga kerja untuk meningkatkan kinerja Keselamatan Konstruksi perusahaan.
Kebijakan Penghentian Pekerjaan Konstruksi
1. Dalam rangka menjaga lingkungan kerja pekerjaan konstruksi yang aman dan
berkeselamatan terhadap risiko bahaya cidera ringan, sedang dan berat pada pekerja,
kerusakan aset/properti, publik dan lingkungan, setiap personil berhak untuk
memberhentikan pekerjaan apabila melihat perilaku tidak selamat atau kondisi tidak
aman dalam melakukan pekerjaan.
2. Pekerjaan Konstruksi yang telah diberhentikan karena perintah penghentian pekerjaan
tidak akan dilanjutkan sampai semua aspek keselamatan konstruksi dipenuhi sesuai
dengan persyaratan yang telah ditetapkan.
3. Pemimpin tertinggi Penyedia Jasa memberikan kewenangan kepada Pimpinan Unit
Keselamatan Konstruksi untuk melakukan verifikasi penghentian pekerjaan.
4. Perintah penghentian pekerjaan konstruksi harus diterapkan dengan itikad baik dan
bertanggungjawab.
5. Personil yang menyerukan perintah penghentian pekerjaan tidak boleh dan tidak akan
dikenai sanksi apabila setelah diverifikasi bahwa perintah penghentian tersebut dianggap
tidak perlu atau bahkan berdampak mengganggu kemajuan pekerjaan.
6. Semua personil bertanggung jawab atas pencegahan kecelakaan.

A.2. Komitmen Keselamatan Konstruksi


PAKTA KOMITMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : KHAERUDDIN
Jabatan : Direktur
Bertindak untuk dan atas nama : CV. MATTAMPA JAYA

Dalam rangka pengadaan Paket Pekerjaan PEMBANGUNAN INSTALASI AIR BERSIH DESA
TINALI, pada Pokja Pemilihan Delapan Puluh Lima, Biro PBJ Provinsi Sulawesi Barat,
berkomitmen melaksanakan konstruksi berkeselamatan demi terciptanya Zero Accident,
dengan memastikan bahwa seluruh pelaksanaan konstruksi:
1. Memenuhi ketentuan Keselamatan Konstruksi;
2. Menggunakan tenaga kerja kompeten bersertifikat;
3. Menggunakan peralatan yang memenuhi standar kelaikan;
4. Menggunakan material yang memenuhi standar mutu;
5. Menggunakan teknologi yang memenuhi standar kelaikan;
6. Melaksanakan Standar Operasi dan Prosedur (SOP); dan
7. Memenuhi 9 (Sembilan) komponen biaya penerapan SMKK

Tobadak, 24 Desember 2021


CV. MATTAMPA JAYA

KHAERUDDIN
Direktur
B. PERENCANAAN KESELAMATAN KONSTRUKSI
B. 1. Identifikasi bahaya, Penilaian risiko, Pengendalian dan Peluang.
Tabel 1. Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko, Penetapan Pengendalian Resiko K3
Nama Perusahaan : CV. MATTAMPA JAYA
Kegitan : PEMBANGUNAN FASILITAS PROYEK PEMBANGUNAN BENDUNGAN BUDONG-BUDONG
Lokasi : Desa Salulebo Kec. Topoyo
Tanggal Dibuat : 24 Desember 2021

DESKRIPSI RESIKO PENILAIAN TINGKAT RESIKO PENGENDALIAN PENILAIN SISA RESIKO


PERSYARATAN PEMENUHAN PENGENDALIAN AWAL LANJUTAN KET.
NO IDENTIFIKASI BAHAYA JENIS BAHAYA PERATURAN
URAIAN PEKERJAAN
(Skenario Bahaya) (Type Kecelakaan) KEMUNGKINAN
KEPARAHA NILAI TINGKAT
KEMUNGKINAN
KEPARAHA NILAI TINGKAT
N RESIKO RESIKO N RESIKO RESIKO
(F) (F)
(A) (F x A) (TK) (A) (F x A) (TK)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

1 Pekerjaan Persiapan Gangguan kesehatan akibat kondisi kerja Kondisi Tidak Aman /  Undang-Undang No. 1 Tahun 1970, Undang-  Diberi APD Lengkap, diberi rompi 1 1 3 Rendah Menggukanan APD, - - - - -
secara umum, Kecelakaan akibat Terkena Berbahaya; Kerusakan Undang No. 2 Tahun 2017, Undang-Undang yang berwarna, helm, sarung tangan, Mengikuti instruksi
palu saat memasang patok, akibat tertusuk dan Nomor 13 Tahun 2003, Permen PU No. 5 sepatu safety, kacamata safety dan K3,Mentaati
ujung patok yang runcing, terjadi kecelakaan Kecelakaan Kerja Tahun 2014, PP No. 20 Tahun 2012, masker serta fullbody harness. Peraturan K3
seperti kaki terinjak pacahan beling, akibat KEP.174.MEN.1986 No. 104-KPTS-1986, ,  Penempatan rambu yang dapat
terinjak paku karat Permen PUPR No. 10 Tahun 2021. Surat terlihat dengan jelas.
Edaran No. 11 Tahun 2019. Pemenaker No.  Peralatan K3 dilapangan
01 Tahun 1980, Pelaksanaan Pekerjaan  Memberikan instruksi kerja yang
yang merujuk pada ketetapan/Aturan Resmi benar
dari Pemerintah  Menyiapkan standar protokol
 Protokol pencegahan Covid 19 pencegahan Covid 19

2 Pekerjaan Tanah dan Gangguan kesehatan akibat kondisi kerja Kondisi Tidak Aman /  Undang-Undang No. 1 Tahun 1970, Undang-  Diberi APD Lengkap, diberi rompi 1 1 3 Rendah Menggukanan APD, - - - - -
Pondasi secara umum, Kecelakaan akibat terkena Berbahaya; Kerusakan Undang No. 2 Tahun 2017, Undang-Undang yang berwarna, helm, sarung tangan, Mengikuti instruksi
alat kerja, kecelakaan akibat terhirup semen, dan Nomor 13 Tahun 2003, Permen PU No. 5 sepatu safety, kacamata safety dan K3,Mentaati
tangan iritasi terkena adukan semen Kecelakaan Kerja Tahun 2014, PP No. 20 Tahun 2012, masker serta fullbody harness. Peraturan K3
KEP.174.MEN.1986 No. 104-KPTS-1986, ,  Penempatan rambu yang dapat
Permen PUPR No. 10 Tahun 2021. Surat terlihat dengan jelas.
Edaran No. 11 Tahun 2019. Pemenaker No.  Peralatan K3 dilapangan
01 Tahun 1980, Pelaksanaan Pekerjaan  Memberikan instruksi kerja yang
yang merujuk pada ketetapan/Aturan Resmi benar
dari Pemerintah  Menyiapkan standar protokol
 Protokol pencegahan Covid 19 pencegahan Covid 19
3 Pekerjaan Beton Struktur Gangguan kesehatan akibat kondisi kerja Kondisi Tidak Aman /  Undang-Undang No. 1 Tahun 1970, Undang-  Diberi APD Lengkap, diberi rompi 1 1 3 Rendah Menggukanan APD, - - - - -
secara umum, Kecelakaan akibat terkena Berbahaya; Kerusakan Undang No. 2 Tahun 2017, Undang-Undang yang berwarna, helm, sarung tangan, Mengikuti instruksi
alat kerja, kecelakaan akibat terhirup semen, dan Nomor 13 Tahun 2003, Permen PU No. 5 sepatu safety, kacamata safety dan K3,Mentaati
tangan iritasi terkena adukan semen Kecelakaan Kerja Tahun 2014, PP No. 20 Tahun 2012, masker serta fullbody harness. Peraturan K3
KEP.174.MEN.1986 No. 104-KPTS-1986, ,  Penempatan rambu yang dapat
Permen PUPR No. 10 Tahun 2021. Surat terlihat dengan jelas.
Edaran No. 11 Tahun 2019. Pemenaker No.  Peralatan K3 dilapangan
01 Tahun 1980, Pelaksanaan Pekerjaan  Memberikan instruksi kerja yang
yang merujuk pada ketetapan/Aturan Resmi benar
dari Pemerintah  Menyiapkan standar protokol
 Protokol pencegahan Covid 19 pencegahan Covid 19
4 Pekerjaan Dinding Gangguan kesehatan akibat kondisi kerja Kondisi Tidak Aman /  Undang-Undang No. 1 Tahun 1970, Undang-  Diberi APD Lengkap, diberi rompi 1 1 3 Rendah Menggukanan APD, - - - - -
secara umum, Kecelakaan akibat terkena Berbahaya; Kerusakan Undang No. 2 Tahun 2017, Undang-Undang yang berwarna, helm, sarung tangan, Mengikuti instruksi
alat kerja, kecelakaan akibat terhirup semen, dan Nomor 13 Tahun 2003, Permen PU No. 5 sepatu safety, kacamata safety dan K3,Mentaati
tangan iritasi terkena adukan semen Kecelakaan Kerja Tahun 2014, PP No. 20 Tahun 2012, masker serta fullbody harness. Peraturan K3
KEP.174.MEN.1986 No. 104-KPTS-1986, ,  Penempatan rambu yang dapat
Permen PUPR No. 10 Tahun 2021. Surat terlihat dengan jelas.
Edaran No. 11 Tahun 2019. Pemenaker No.  Peralatan K3 dilapangan
01 Tahun 1980, Pelaksanaan Pekerjaan  Memberikan instruksi kerja yang
yang merujuk pada ketetapan/Aturan Resmi benar
dari Pemerintah  Menyiapkan standar protokol
 Protokol pencegahan Covid 19 pencegahan Covid 19
5 Pekerjaan Lantai Gangguan kesehatan akibat kondisi kerja Kondisi Tidak Aman /  Undang-Undang No. 1 Tahun 1970, Undang-  Diberi APD Lengkap, diberi rompi 1 1 3 Rendah Menggukanan APD, - - - - -
secara umum, Kecelakaan akibat terkena Berbahaya; Kerusakan Undang No. 2 Tahun 2017, Undang-Undang yang berwarna, helm, sarung tangan, Mengikuti instruksi
alat kerja, kecelakaan akibat terhirup semen, dan Nomor 13 Tahun 2003, Permen PU No. 5 sepatu safety, kacamata safety dan K3,Mentaati
tangan iritasi terkena adukan semen Kecelakaan Kerja Tahun 2014, PP No. 20 Tahun 2012, masker serta fullbody harness. Peraturan K3
KEP.174.MEN.1986 No. 104-KPTS-1986, ,  Penempatan rambu yang dapat
Permen PUPR No. 10 Tahun 2021. Surat terlihat dengan jelas.
Edaran No. 11 Tahun 2019. Pemenaker No.  Peralatan K3 dilapangan
01 Tahun 1980, Pelaksanaan Pekerjaan  Memberikan instruksi kerja yang
yang merujuk pada ketetapan/Aturan Resmi benar
dari Pemerintah  Menyiapkan standar protokol
 Protokol pencegahan Covid 19 pencegahan Covid 19
6 Pekerjaan Plafond Gangguan kesehatan akibat kondisi kerja Kondisi Tidak Aman /  Undang-Undang No. 1 Tahun 1970, Undang-  Diberi APD Lengkap, diberi rompi 1 1 3 Rendah Menggukanan APD, - - - - -
secara umum, kecelakaan akibat alat kerja, Berbahaya; Kerusakan Undang No. 2 Tahun 2017, Undang-Undang yang berwarna, helm, sarung tangan, Mengikuti instruksi
terkena paku, terjatuh dan Nomor 13 Tahun 2003, Permen PU No. 5 sepatu safety, kacamata safety dan K3,Mentaati
Kecelakaan Kerja Tahun 2014, PP No. 20 Tahun 2012, masker serta fullbody harness. Peraturan K3
KEP.174.MEN.1986 No. 104-KPTS-1986, ,  Penempatan rambu yang dapat
Permen PUPR No. 10 Tahun 2021. Surat terlihat dengan jelas.
Edaran No. 11 Tahun 2019. Pemenaker No.  Peralatan K3 dilapangan
01 Tahun 1980, Pelaksanaan Pekerjaan  Memberikan instruksi kerja yang
yang merujuk pada ketetapan/Aturan Resmi benar
dari Pemerintah  Menyiapkan standar protokol
 Protokol pencegahan Covid 19 pencegahan Covid 19

7 Pekerjaan Atap Gangguan kesehatan akibat kondisi kerja Kondisi Tidak Aman /  Undang-Undang No. 1 Tahun 1970, Undang-  Diberi APD Lengkap, diberi rompi 1 1 3 Rendah Menggukanan APD, - - - - -
secara umum, kecelakaan akibat alat kerja, Berbahaya; Kerusakan Undang No. 2 Tahun 2017, Undang-Undang yang berwarna, helm, sarung tangan, Mengikuti instruksi
terkena paku, terjatuh dan Nomor 13 Tahun 2003, Permen PU No. 5 sepatu safety, kacamata safety dan K3,Mentaati
Kecelakaan Kerja Tahun 2014, PP No. 20 Tahun 2012, masker serta fullbody harness. Peraturan K3
KEP.174.MEN.1986 No. 104-KPTS-1986, ,  Penempatan rambu yang dapat
Permen PUPR No. 10 Tahun 2021. Surat terlihat dengan jelas.
Edaran No. 11 Tahun 2019. Pemenaker No.  Peralatan K3 dilapangan
01 Tahun 1980, Pelaksanaan Pekerjaan  Memberikan instruksi kerja yang
yang merujuk pada ketetapan/Aturan Resmi benar
dari Pemerintah  Menyiapkan standar protokol
 Protokol pencegahan Covid 19 pencegahan Covid 19
8 Pekerjaan MEP Gangguan kesehatan akibat kondisi kerja Kondisi Tidak Aman /  Undang-Undang No. 1 Tahun 1970, Undang-  Diberi APD Lengkap, diberi rompi 1 1 3 Rendah Menggukanan APD, - - - - -
secara umum, kecelakaan akibat alat kerja, Berbahaya; Kerusakan Undang No. 2 Tahun 2017, Undang-Undang yang berwarna, helm, sarung tangan, Mengikuti instruksi
erjatuh dari tangga, tersetrum dan Nomor 13 Tahun 2003, Permen PU No. 5 sepatu safety, kacamata safety dan K3,Mentaati
Kecelakaan Kerja Tahun 2014, PP No. 20 Tahun 2012, masker serta fullbody harness. Peraturan K3
KEP.174.MEN.1986 No. 104-KPTS-1986, ,  Penempatan rambu yang dapat
Permen PUPR No. 10 Tahun 2021. Surat terlihat dengan jelas.
Edaran No. 11 Tahun 2019. Pemenaker No.  Peralatan K3 dilapangan
01 Tahun 1980, Pelaksanaan Pekerjaan  Memberikan instruksi kerja yang
yang merujuk pada ketetapan/Aturan Resmi benar
dari Pemerintah  Menyiapkan standar protokol
 Protokol pencegahan Covid 19 pencegahan Covid 19
B. 2. Rencana Tindakan (sasaran & program).
SASARAN PROGRAM
PENGENDALIAN RESIKO
NO JENIS PEKERJAAN PENANGGUNG JAWAB
(Sesuai IBPRP) SUMBER JADWAL BENTUK
URAIAN TOLOK UKUR URAIAN KEGIATAN INDIKATOR PENCAPAIAN
DAYA PELAKSANAAN MONITORING
1. Pekerjaan Persiapan Pelaksanaan pengukuran dan pematokan Memastikan APD Dipakai dan  Menetapkan Standar  Helm Harian Checklist Daftar Absensi Petugas K3
harus dilakukan oleh pekerja yang Kesiapan Protokol Operasional  Sepatu
Terampil serta berpengalaman APD, dan dilaksanakan Prosedur Safety
dibidangnya Protokol  Pelaksanaan  Rompi
COVID 19. pekerjaan sesuai  Sarung
Pekerja harus memakai pakaian dan dengan kondisi Tangan
perlengkapan kerja yang sesuai (sarung tempat kerja dan  Masker
tangan, sepatu boot dan helm) serta lokasi
memenuhi isyarat.  Pengawasan
pelaksanaan setiap
Memasang rambu-rambu pada lokasi pekerjaan
pekerjaan untuk melindungi personel
yang Bekerja dari kendaraan yang
melintasi proyek dan menempatkan
petugas bendera Disemua tempat
kegiatan pelaksanaa

2. Pekerjaan Tanah dan Gangguan kesehatan akibat kondisi kerja Memastikan APD Dipakai dan  Menetapkan Standar  Helm Harian Checklist Daftar Absensi Petugas K3
Pondasi secara umum, Kecelakaan akibat terkena Kesiapan Protokol Operasional  Sepatu
alat kerja, kecelakaan akibat terhirup APD, dan dilaksanakan Prosedur Safety
semen, tangan iritasi terkena adukan Protokol  Pelaksanaan  Rompi
semen COVID 19. pekerjaan sesuai  Sarung
dengan kondisi Tangan
tempat kerja dan  Masker
lokasi
 Pengawasan
pelaksanaan setiap
pekerjaan
3. Pekerjaan Beton Gangguan kesehatan akibat kondisi kerja Memastikan APD Dipakai dan  Menetapkan Standar  Helm Harian Checklist Daftar Absensi Petugas K3
Struktur secara umum, Kecelakaan akibat terkena Kesiapan Protokol Operasional  Sepatu
alat kerja, kecelakaan akibat terhirup APD, dan dilaksanakan Prosedur Safety
semen, tangan iritasi terkena adukan Protokol  Pelaksanaan  Rompi
semen COVID 19. pekerjaan sesuai  Sarung
dengan kondisi Tangan
tempat kerja dan  Masker
lokasi
 Pengawasan
pelaksanaan setiap
pekerjaan
4. Pekerjaan Dinding Gangguan kesehatan akibat kondisi kerja Memastikan APD Dipakai dan  Menetapkan Standar  Helm Harian Checklist Daftar Absensi Petugas K3
secara umum, Kecelakaan akibat terkena Kesiapan Protokol Operasional  Sepatu
alat kerja, kecelakaan akibat terhirup APD, dan dilaksanakan Prosedur Safety
semen, tangan iritasi terkena adukan Protokol  Pelaksanaan  Rompi
semen COVID 19. pekerjaan sesuai  Sarung
dengan kondisi Tangan
tempat kerja dan  Masker
lokasi
 Pengawasan
pelaksanaan setiap
pekerjaan
5. Pekerjaan Lantai Gangguan kesehatan akibat kondisi kerja Memastikan APD Dipakai dan  Menetapkan Standar  Helm Harian Checklist Daftar Absensi Petugas K3
secara umum, Kecelakaan akibat terkena Kesiapan Protokol Operasional  Sepatu
alat kerja, kecelakaan akibat terhirup APD, dan dilaksanakan Prosedur Safety
semen, tangan iritasi terkena adukan Protokol  Pelaksanaan  Rompi
semen COVID 19. pekerjaan sesuai  Sarung
dengan kondisi Tangan
tempat kerja dan  Masker
lokasi
 Pengawasan
pelaksanaan setiap
pekerjaan
6. Pekerjaan Plafond Gangguan kesehatan akibat kondisi kerja Memastikan APD Dipakai dan  Menetapkan Standar  Helm Harian Checklist Daftar Absensi Petugas K3
secara umum, kecelakaan akibat alat Kesiapan Protokol Operasional  Sepatu
kerja, terkena paku, terjatuh APD, dan dilaksanakan Prosedur Safety
Protokol  Pelaksanaan  Rompi
COVID 19. pekerjaan sesuai  Sarung
dengan kondisi Tangan
tempat kerja dan  Masker
lokasi
 Pengawasan
pelaksanaan setiap
pekerjaan
7. Pekerjaan Atap Gangguan kesehatan akibat kondisi kerja Memastikan APD Dipakai dan  Menetapkan Standar  Helm Harian Checklist Daftar Absensi Petugas K3
secara umum, kecelakaan akibat alat Kesiapan Protokol Operasional  Sepatu
kerja, terkena paku, terjatuh APD, dan dilaksanakan Prosedur Safety
Protokol  Pelaksanaan  Rompi
COVID 19. pekerjaan sesuai  Sarung
dengan kondisi Tangan
tempat kerja dan  Masker
lokasi 
 Pengawasan
pelaksanaan setiap
pekerjaan
8. Pekerjaan MEP Gangguan kesehatan akibat kondisi kerja Memastikan APD Dipakai dan  Menetapkan Standar  Helm Harian Checklist Daftar Absensi Petugas K3
secara umum, Kesiapan Protokol Operasional  Sepatu
kecelakaan akibat alat kerja, erjatuh dari APD, dan dilaksanakan Prosedur Safety
tangga, tersetrum Protokol  Pelaksanaan  Rompi
COVID 19. pekerjaan sesuai  Sarung
dengan kondisi Tangan
tempat kerja dan  Masker
lokasi
 Pengawasan
pelaksanaan setiap
pekerjaan
B. 3. Standar dan peraturan perundangan
Tabel B.3 STANDAR PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN
Nama Perusahaan : CV. MATTAMPA JAYA
Kegiatan : PEMBANGUNAN FASILITAS PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG BUDONG-BUDONG

Lokasi Tanggal Dibuat : Mamuju Tengah, 24 Desember 2021

NOMOR
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
DOKUMEN
1 Undang-undang Dasar 1945
2 UU No.1/1970 Tentang Keselamatan Kerja
3 UU No.23/1992 Tentang Kesehatan
4 UU No.3/1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
5 Undang-undang No.18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi
6 Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 tentang penerapan SMK3
Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
7
(SKM) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum
Instruksi Menteri Tenaga Kerja No.Ins/11/M/BW/1997 Tentang
8
Pengawasan Khusus K3 Penanggulangan Kebakaran
Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I No: Kep-186/Men/1999 : Kep :
9 186/Men/1999 Tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat
Kerja
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI No.
10 10 Tahun 2021 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan
Konstruksi

Protokol Pencegahan Covid-19 Dalam Penyelenggaraan Jasa Konstruksi 


11
Menteri PUPR No. C2 /1N/M/2020

TABEL. 3 STANDAR PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PERATURAN / KETENTUAN PERATURAN/KETENTUAN

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.01/Men/1980 K3 Pada Konstruksi Bangunan

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.03/Men/1998 Tata Cara Pelaporan dan


Pemeriksaan Kecelakaan

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.04/Men/1980 Syarat-syarat pemasangan dan


Pemeliharaan Aalat Pemadam
Api Ringan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Panitia Pembina Keselamatan dan
No.Per04/Men/1987 Kesehatan Kerja Serta Tata Cara
Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja
Panitia Pembina

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Pesawat Angkat dan Angkut


No.Perm05/Men/1985

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Kep.- Unit Penanggulangan Kebakaran di


186/Men/1999 tempat kerja

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Kewajiban Melapor Penyakit akibat


Transmigrasi No.Per01/Men/1981 kerja

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Kualifikasi Syarat-syarat operator


Transmigrasi No.01/Men/1989 keran angkat

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Tenaga Pemeriksaan Kesehatan tenaga


Kerja dan Transmigrasi No.01/Men/1980 kerja dalam penyelenggaraan
keselamatan kerja

Peraturan Menteri Perburuhan No.7 Tahun 1964 Syarat kesehatan, kebersihan serta
penerangan dalam tempat kerja

Kep. Menaker No.Keo.51/Men/1999 Nilai ambang batas faktor fisika di


tempat kerja

Surat Edaran No. Seso1/Men/1997 Nilai ambang batas faktor kimia


ditempat kerja

Surat Edaran Dirjen Binawas No.05/Bw/1997 Penggunaan alat pelindung diri

C. DUKUNGAN KESELAMATAN KONSTRUKSI


C.1. SUMBER DAYA

PENANGGUNG
JAWAB
EMERGENCY/KEDARURATAN P3K KEBAKARAN

Tugas, tanggung jawab dan wewenang Tenaga Keselamatan Konstruksi


1. Penanggung Jawab K3
a. Menerapkan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
b. Menerapkan Ketentuan peraturan perundang-undangan tentang dan terkait K3
Konstruksi
c. Mengkaji dokumen kontrak dan metode kerja pelaksanaan konstruksi
d. Merencanakan dan menyusun program K3
e. Membuat prosedur kerja dan instruksi kerja penerapan ketentuan K3
f. Melakukan sosialisasi penerapan dan pengawasan pelaksanaan program, prosedur
kerja dan instruksi kerja K3.
g. Melakukan evaluasi dan membuat laporan penerapan SMK3 dan pedoman Teknis K3
Konstruksi
h. Mengusulkan perbaikan metode kerja pelaksanaan konstruksi berbasis K3 jika
diperlukan
i. Melakukan penanganan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta keadaan darurat
2. Emergency/kedaruratan
a. Menerapkan program emergency/kedaruratan
b. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dan pelatihan keadaan darurat secara
keseluruhan
c. Mendata seluruh personil dan menugaskan tim P3K dalam pencarian orang yang hilang
d. Mengkoordinir pelaksanaan penanganan kondisi darurat, evakuasi dan evaluasi kondisi
darurat secara keseluruhan.
e. Mengkoordinir pemantauan dan pengendalian dalam setiap kondisi keadaan darurat
termasuk melakukan mitigasi apabila kecelakaan kerja.
f. Memastikan kesiapan tim dan peralatan keadaan darurat tersedia sesuai kondisi lapangan.
3. P3K
a. Menerapkan program emergency/kedaruratan
b. Melaksanakan tindakan P3K ditempat kerja
c. Merawat Fasilitas P3K ditempat kerja meliputi :
 Ruang P3K
 Kotak P3K dan isinya
 Alat evakuasi dan transportasi.
 Fasilitas tambahan berupa alat pelindung diri (APD) dan/atau peralatan khusus di
tempat kerja yang memiliki potensi bahaya yang bersifat khusus.
d. Mencatat setiap kegiatan P3K dalam buku kegiatan.
e. Membuat laporan kegiatan P3K secara periodik.
4. Kebakaran
a. Menerapkan program kebakaran.
b. Menyusun rencana kegiatan sesuai kebijakan.
c. Menetapkan semua kegiatan unit manajemen keselamatan kebakaran pada pekerjaan
konstruksi.
d. Mengimplementasikan kebijakan operasi pemadam kebakaran konstruksi dan
kingkungannya
e. Melaksanakan aktifitas unit manajemen keselamatan kebakaran di tempat kerja.
f. Mengendalikan aktifitas terkait dengan pencegahan dan penanggulangan kebakaran susai
rencana kerja.
g. Melakukan koordinasi dengan pihak instansi pemadam kebakaran dan instansi terkait.

C.2. KOMPETENSI
Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang No 13 tahun 2005 tentang Ketenagakerjaan,
setiap perusahaan wajib melaksanakan upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk
melindungi keselamatan tenaga kerja dan sarana produksi. Untuk itu diperlukan tenaga-
tenaga K3 yang professional dan kompeten dalam mengembangkan, mengkoordinir,
memfasilitasi dan melaksanakan program-program K3 dalam perusahaan.
Sehubungan dengan kebutuhan tersebut, diperlukan pembinaan dan pengembangan
kompetensi SDM K3 untuk berbagai bidang keahlian dan bidang kegiatan.
Salah satu bidang kompetensi yang diperlukan dalam dunia usaha adalah Ahli K3 untuk
tingkat utama, madya dan muda yang dituangkan dalam SKKNI bidang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.
Pada Paket pekerjaan ini Kami menyiapkan Petugas K3 dengan Sertifikat K3.

C.3. KEPEDULIAN
Kepedulian kami terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari kegiatan operasional dan bisnis perusahaan yang pelaksanaannya merupakan
tanggung jawab semua jajaran di perusahaan.
Kami bertekad untuk melaksanakan kegiatan perusahaan yang bergerak dalam bidang JASA
KONSTRUKSI yang mengutamakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan penerapan
program perbaikan berkelanjutan melalui Sistem, Manajemen Kesehatan & Keselamatan
Kerja (OHSAS 18001) sehingga dapat tercipta tempat kerja yang aman serta nyaman bagi
siapapun yang berada di tempat kerja.
Dalam rangka pengadaan "PEMBANGUNAN INSTALASI AIR BERSIH DESA TINALI" pada Pokja
Pemilihan Delapan Puluh Lima, Biro PBJ Provinsi Sulawesi Barat, berkomitmen melaksanakan
konstruksi berkeselamatan demi terciptanya Zero Accident, dengan memastikan bahwa
seluruh pelaksanaan konstruksi :
1. Membangun manajemen perusahaan yang mengacu pada sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) berpedoman pada Permen PU. Nomor : PUPR
Nomor 10 Tahun 2021 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang PU.
2. Menetapkan tujuan, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi sasaran dan
program Manajemen K3 (Kesehatan & Keselamatan Kerja) secara berkala agar selaras,
baik dengan perkembangan kondisi perusahaan, peraturan atau standar yang berlaku.
3. Mematuhi peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya yang berkaitan
dengan K3, serta mengintegrasikannya ke dalam semua aspek kegiatan operasi
perusahaan kami.
4. Melaksanakan identifikasi bahaya sesuai dengan sifat dan skala resiko K3 dalam semua
aktivitas operasi.
5. Menyediakan kerangka kerja untuk menetapkan dan meninjau sasaran-sasaran K3.
6. Menyediakan sumber daya yang cukup untuk mengimplementasikan Sistem
Manajemen K3.
7. Mendokumentasikan, menerapkan dan memelihara SMK3.
8. Memelihara program Perlindungan Lingkungan terhadap kegiatan disemua area lokasi
kerja.
9. Mengkomunikasikan dan menanamkan kesadaran akan kebijakan ini kepada semua
personil secara berkala.
10. Mengelola dan menangani semua material, baik yang berbahaya maupun yang tidak
berbahaya, termasuk mengendalikan potensi bahaya terhadap pekerja.
11. Meningkatkan kompetensi pekerja sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.
12. Meninjau aspek Manajemen K3 secara periodik agar tetap relevan.

13. Memberikan perlindungan bagi semua personil di tempat kerja sehingga dapat dicegah
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
14. Memberikan pelatihan dan kompetensi yang sesuai dan memadai agar tenaga kerja dapat
bekerja secara aman dan selamat.
15. Memperhatikan aspek K3 dalam semua kegiatan operasinya.
C.4 KOMUNIKASI
1. TUJUAN
Memberikan pedoman untuk penyeberluasan atau mengkomunikasikan informasi- informasi
lingkungan hidup, keselamatan dan kesehatan kerja kepada pihak internal dan eksternal
perusahaan secara efektif.
2. RUANGLINGKUP
Prosedur ini berlaku untuk seluruh fasilitas operasi CV. MATTAMPA JAYA dan semua pihak
yang bekerja diarea tersebut. Hal-hal yang diatur dalam prosedur ini adalah cara untuk
menyebarluaskan informasi-informasi terkait dengan lingkungan, keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) dan kepada pihak internal maupun eksternal perusahaan.
3. DEFINISI
Informasi K3, yaitu informasi tentang lingkungan, keselamatan dan kesehatan yang
Meliputi :
 Peraturan perundangan K3 indonesia dan internasional
 Standar nasional Indonesia dan international
 Kebijakan terpadu dn EHS Management Sistem Manual CV. MATTAMPA JAYA
 Kondisi bahaya, laporan inspeksi dan laporan & hasil investigasi kecelakaan kerja
 Laporan internal/eksternal audin dan hasil rapat tinjauan ulang manajemen
 Prosedur dan instruksi kerja K3
 Risalah rapat bulanan /khusus P2K3, Pelatihan-pelatihan K3
 Tanda-tanda, peringatan bahaya dan tanda/peringatan K3 Lainnya
 Dan informasi-informasi lainnya yang terkait dengan K3
Internal perusahaan yaitu semua karyawan (karyawan bulanan,harian tetap, harian Borongan
maupun harian musiman) yang terkait dengan kegiatan operasi CV. MATTAMPA JAYA.
Eksternal perusahaan yaitu semua pihak-pihak yang terkait baik langsung maupun tidak
langsung dengan operasi CV. MATTAMPA JAYA, seperti dalam penyediaan pasokan
barang/maerial maupun jasa (supplier/pemasok barang,dll), termasuk tamu- tamu yang akan
berkunjung kelingkungan operasi CV. MATTAMPA JAYA maupun penyediaan informasi K3
kepada-kepada instansi-instansi pemerintah yang terkait dan berwenang.
Konsultasi K3 adalah usaha atau kegiatan untuk mendapatkan solusi dari masalah yang
dohadapi dan peluang untuk perbaikan penerapan, pengembangan dan pemeliharaan sistem
manajemen K3.
4. REFERENSI
 Permenaker No. 05/MEN/1996, SMK3, elemen 3.1.4 dan 3.2.1
 ISO 14001:2004, Environmental Management System, Klausul 4.4.3
 OHSAS18001:1999, OHS Management System, Klausul 4.4.3
 EHS Management System Manual CV. MATTAMPA JAYA
5. PROSEDUR
.1. TANGGUNG JAWAB
 EHS Depertemen bertanggung jawab untuk senantiasa berkoordinasi baik secara
internal maupun eksternal perusahaan(kementerian lingkungan hidup,
depnakerprovinsi/kab/kodya, bappeda provinsi/kabupaten/kotamadya, depkes,
pemda dan instansi lain yang terkait dengan aspek K3 yang bertujuan untuk
memastikan bahwa peraturan dan perundangan, standar, dan informasi K3 lainnya
senantiasa Uptodate/terbu dan dikomunikasikan dan informasikan pada depertemen
terkait di dalam lingkungan operasi CV. MATTAMPA JAYA
 Procurement departemen bertanggung jawab untuk menginformasikan ketentuan-
ketentuan K3 CV. MATTAMPA JAYA kepada supplier/pemasok barang atau jasa
 bekerja dilingkungan operasi CV. MATTAMPA JAYA.

No. Jenis Komunikasi PIC Waktu Pelaksanaan


Induksi Keselamatan Konstruksi
1 (Safety Induction) Petugas K3 Minggu 1 s/d Minggu 4
Pertemuan Pagi Hari (safety
2 morning) Projek Manajer Setiap Hari Selama Pekerjaan

Pertemuan Kelompok Kerja Setiap Minggu Selama


3 (toolbox meeting) Projek Manajer
Pekerjaan
Rapat Keselamatan Konstruksi
4 (Construction safety meeting) Petugas K3 Setiap Bulan Selama Pekerjaan

C.5. INFORMASI DOKUMENTASI


ISO 9001: 2015 mendefinisikan informasi terdokumentasi sebagai data yang diperlukan
untuk dikendalikan dan dikelola oleh organisasi.
Dalam ISO 9001:2015 dijelaskan bahwa persyaratan mengenai Informasi Terdokumentasi
adalah sebagai berikut :
1. Membuat dan memperbarui informasi didokumentasikan.
2. Dikontrol dan tersedia khususnya dan sesuai dengan yang diperlukan oleh
organisasi.
3. Perlindungan yang memadai.
4. Ketentuan Distribusi yang berlaku misalnya akses, pengambilan, penggunaan,
penyimpanan.
5. Pengendalian perubahan, retensi dan disposisi.
Ada beberapa informasi terdokumentasi yang dipersyaratkan oleh ISO 9001:2015 :
1. Bukti untuk menunjukkan kesesuaian produk / Jasa.
2. Hasil kajian persyaratan yang berkaitan dengan produk dan jasa.
3. Konfirmasi bahwa persyaratan desain dan pengembangan telah dipenuhi.
4. Output dari proses desain dan pengembangan.
5. Perubahan desain dan pengembangan.
6. Hasil evaluasi, pemantauan kinerja, dan re-evaluasi penyedia eksternal.
7. Definisi karakteristik produk dan jasa, termasuk kegiatan yang akan dilakukan dan
hasil yang akan dicapai.
8. Informasi yang diperlukan untuk mempertahankan traceability.
9. Hasil perubahan ketentuan produksi dan pelayanan.
10. Tindakan yang diambil pada output yang tidak sesuai baik itu pada proses, produk,
dan jasa, termasuk konsesi yang diperoleh.
11. Hasil kegiatan pemantauan dan pengukuran.
12. Bukti pelaksanaan program audit dan hasil audit.
13. Bukti hasil tinjauan manajemen.
14. Bukti ketidaksesuaian dan tindakan yang diambil, dan hasil dari setiap tindakan
korektif.

D. OPERASI KESELAMATAN KERJA


D.1. Perencanaan Operasi

Membuat identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Skala Prioritas, Pengendalian Risiko K3, dan
Penanggung jawab untuk diserahkan, dibahas, dan disetujui PPK pada saat Rapat Persiapan
Pelaksanaan Kontrak / Pre Construction Meeting (PCM) sesuai lingkup pekerjaan yang
akan dilaksanakan.

Kegiatan Konstruksi pada pelaksanaan Paket Pekerjaan PEMBANGUNAN INSTALASI AIR BERSIH
DESA TINALI merupakan suatu kegiatan yang sangat kompleks dengan perpaduan antara
kondisi lingkungan dan tuntutan Spesifikasi Teknis yang di dalamnya terdapat interaksi
antara peralatan, bahan dan sumber daya manusia.

Interaksi tersebut sangat berpotensi menjadi penyebab terjadinya insiden dan kecelakaan
kerja, penyakit akibat kondisi tempat kerja serta dapat menyebabkan terjadinya dampak
lingkungan yang disebabkan oleh pembuangan limbah dari proses produksi sehingga terjadi
ketidaksesuaian antara mutu produk dengan spesifikasi yang dipersyaratkan.
Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya pencegahan secara berkesinambungan sebagai
antisipasi untuk meminimalisasi terjadinya resiko kecelakaan kerja dan penyakit yang
timbul akibat lingkungan yang tidak sehat demi pemenuhan dan peningkatan kualitas
produk yang dihasilkan.

Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah dokumen rencana penyelenggaraan K3
Konstruksi di proyek yang disusun oleh Penyedia Jasa dan diajukan kepada Pengguna Jasa
untuk mendapat persetujuan yang selanjunya dijadikan sebagai kerangka acuan antara Penyedia
Jasa dan Pengguna Jasa serta pihak-pihak yang terkait dalam rangka penyelenggaraan dan
penerapan K3 Konstruksi pada Paket Pekerjaan PEMBANGUNAN INSTALASI AIR BERSIH DESA
TINALI.

Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) disusun berdasarkan Peraturan Menteri
PUPR Nomor 10 Tahun 2021 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum.

D.2. Kesiapan dan Tanggapan Terhadap Kondisi Darurat

Daftar Induk Prosedur dan/atau Instruksi Kerja

Memuat daftar induk prosedur dan/atau instruksi kerja yang ditandatangani oleh Ahli
Teknik terkait dan Kepala Pelaksana Pekerjaan Konstruksi / Wakil Manajemen.
Seluruh pekerjaan konstruksi dan penerapan SMKK pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi
harus memiliki prosedur dan/atau petunjuk kerja yang telah ditandatangani. Prosedur
dan/atau instruksi kerja sekurang-kurangnya memuat dokumen sebagai berikut:
Keadaan Darurat Tingkat I (Tier)
Merupakan keadaan darurat yang berpotensi mengancam nyawa manusia dan harta benda
(asset), yang secara normal dapat diatasi oleh personil jaga dan suatu instalasi/pabrik
dengan menggunakan prosedur yang telah dipersiapkan, tanpa perlu adanya regu bantuan
yang dikonsinyir. Keadaan darurat kategori ini mempunyai satu atau lebih karakter sebagai
berikut :
 Kecelakaan skala kecil atas suatu daerah tunggal atau satu sumber saja
 Kerusakan asset atau luka korbannya terbatas
 Karyawan yang bertugas dengan alat yang tersedia dibantu regu tanggap darurat sudah
cukup untuk menanggulanginya
Keadaan Darurat Tingkat II (Tier II)
Merupakan suatu kecelakaan besar dimana semua karyawan yang bertugas dibantu dengan
peralatan dan material yang tersedia di instalasi/pabrik tersebut, tidak lagi mampu
mengendalikan keadaan darurat tersebut, sehingga mengakibatkan terjadinya beberapa
korban manusia. Karakteristiknya sebagai berikut :

 Meliputi beberapa unit atau beberapa peralatan besar yang dapat melumpuhkan kegiatan
instalasi/pabrik
 Dapat merusak harta benda pihak lain didaerah setempat (diluar daerah instalasi)
 Tidak dapat dikendalikan oleh tim tanggap darurat dan dalam pabrik itu sendiri, bahkan
harus minta bantuan pihak luar.
Keadaan Darurat Tingkat III (Tier
III)
Merupakan keadaan darurat berupa malapetaka/bencana yang dahsyat dengan akibat lebih
besar dibandingkan dengan Tier II, dan memerlukan bantuan, koordinasi pada tingkat
nasional.
Manajemen Darurat
Merupakan darurat merupakan proses dari penyiapan, penanggulangan dan pemulihan dari
setiap kejadian yang tidak direncanakan yang memberikan dampak negative terhadap
kegiatan perusahaan. Tujuannya untuk mengatasi kerentanan dalam keadaan darurat.
Tiga pokok penting yang diperlukan pada pelaksanaan Manajemen darurat yaitu :
 Adanya tujuan yang ingin dicapai dalam keadaan darurat
 Tujuan dicapai dengan mempergunakan kegiatan organisasi tanggap darurat dan
sarana yang tersedia.

 Kegiatan-kegiatan organisasi harus dilakukan pembinaan dan dievaluasi secara


berkelanjutan.
 Manajemen darurat merupakan kegiatan yang berl‹esinambungan meliputi 4
tahap kegiatan
1) Pencegahan/mitigasi
Taliapan mitigasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi dampak yang
disebabkan oleh teradinya bencana. Tahap mitigasi memfokuskan pada tindakan
jangka panjang untuk mengurangi risiko darurat. Tindakan mitigasi terdiri dar mitigasi
struktural dan mitigasi non-struktural.
Mitigasi struktural adalah tindakan untuk mengurangi atau menghindari kemungkinan
dampak darurat secara fisik seperti pembangunan gedung dengan struktur yang
ketahanan terhadap penjalaran api sampai waktu tertentu, penyediaan sarana darurat
untuk jalan keluar beserta pendukung nya. sarana proteksi kebakaran secara aktif,
sarana komunikasi darurat dll.
Sementara Mitigasi non-strukturaI adalah tindakan terkait Kebijakan dan Komitmen
pengelola bangunan, pembinaan dalam bentuk pelatihan peningkatan pengetahuan
dan penyebarluasan informasi untuk mengurangi risika rerkait dampak darurat,
pembangunan kepedulian dan peningkatan ketrampilan dalam menghadapi darurat.
2) Kesiap-siagaan pada tahap sebelum darurat
Pada tind akan ini dilaLukan dalam rang ka mengantisipasi suatu bencana akibat,
untuk memastikan bahwa tindaLan yang dilakukan dapat dilaksanakan secara cepat,
tepat dan efektif pada saat dan setelah terjadi kebakaran. Dalam tahap ini berikut hal
-hal yang perlu dilakukan.
o Menyiapkan prosedur darurat kebakaran yang mencakup organisasi petaksana
darurat, tindakan yang harus dilalukan secara cepat dan tepat dalam keadaan
darurat, serta sarana yang digunakan (Siapa melakukan apa dalam keadaan darurat
dan peralatan apa yang digunakan).
o Koordinasi baik secara internal maupun eksternal.
o Bagaimana mengevakuasi penghuni bangunan secara cepat. tepat dan selamat.
o Bagaimana memberikan pertolongan pertama pada orang yang terluka saat teradi
darurat.
o Upaya-upaya yang dilakukan untuk pemulihan secara cepat.
o pelatihan simulasi darurat yang bertujuan untuk menilai kesiapan personil,
ketepatan prosedur dalam mengansipasi keadaan darurat dan keandalan sarana
darurat.

3) Tanggap Darurat
Tahap ini meinfokuskan pada serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera
setelah terjadi kejadian darurat untuk mengurangi dampak buruk yang
ditimbulkan.Yang termasuk kegiatan tanggap darurat antara Iain.
o Tindakan penyelamatan penghuni bangunan dan aset perusahaan
o Evaluasi penghuni bangunan dan penyelamatan korban
o Pemberian pertolongan pertama
4) Rehabilitasi dan rekonstruksi pada tahap setelah Rencana
Merupakan serangkaian program kegiatan yang terencana, terpadu, dan menyeIuruh
yang dilakukan setelah kejadian darurat. Kegiatan pemulihan meliputi tindakan
pemulihan dalam jangka pendek dan panjang, rekonstruksi, dan rehabilitasi.
Tahapan Penyusunan Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran & lmplementasinya
Rencana tanggap darurat dalam bentuk prosedur tanggap darurat merupakan acuan
bagi pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat. Perencanaan kesiapsiagaan
tanggap darurat untuk industri maupun untuk bangunan sangat bervariasi. Faktor
yang mempengaruhi adalah :
Karakteristik hunian, kegiatan dan mobilitas penghuni. Semakin tinggi bangunan,
semakin kompleks dalam perencanaan kesiapsiagaan tanggap darurat. Ketersediaan
sarana darurat, perencanaan kesiapan darurat harus menyesuaikan dengan kondisi
ketersediaan sumber daya yang ada.

Lokasi geografi bangunan dan instalasi industri, faktor letak geografi perlu
dipertimbangkan dalam kesiapan tanggap berkaitan dengan bencana alam. Lingkungan
bangunan gedung dan instalasi proses, tata letak bangunan dan gedung yang berkaitan
dengan kepadatan lingkungan merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan. Dalam
keadaan darurat, untuk area dengan tingkat mobilitas lalu lintas yang tinggi, akses
bantuan luar seperti Dinas Pemadam atau Departemen Pemadam menuju ke bangunan
akan mengalami hambatan, sehingga sumber daya yang tersedia harus mampu untuk
menanggulangi keadaan secara mandiri.

Tahap 1: Bentuk Tim Penyusun Rencana Tanggap Darurat


Tim Penyusun dengan kriteria antara lain :
 Memahami filosofi K3
 Mengenal kegiatan unit kerja
 Memahami peralatan/sarana darurat secara operasional
 Memahami tata laksana kerja organisasi

 Semua anggota tim harus mampu berkomunikasi dan berinteraksi secara aktif
Tahap 2 : Membuat / Menentukan Tujuan Dan Ruang Lingkup
Tentukan Tujuan dan Lingkup yang jelas dan tertulis yang disesuaikan dengan kebijakan dan
komitmen perusahaan, sesuai dengan karakteristik hunian dan konstruksi bangunan serta
sesuai dengan ketersedian system/sarana/peralatan darurat yang tersedia.
Tahap 3 : Identifikasi & Penilaian Risiko Kebakaran
 Identifikasi Evaluasi potensi bahaya yang dapat mengakibatkan keadaan darurat dalam
bentuk penilaian resiko serta skenarionya.
 Identifikasi potensi bahaya meliputi kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi
seperti :
o Jenis keadaan darurat yang mungkin akan terjadi baik bahaya internal maupun
external
o Pertimbangan keadaan darurat seperti : Kebakaran, ledakan, ancaman bom, huru- hara
kegagalan teknologi bencana alam, seperti banjir, gempa dll.
o Dalam penilaian resko atau risk assessment akan dapat teranalisa besarnya tingkat
kejadian, seperti luas/volume bahan yang dapat terbakar potensi ledakan dan luas
kebakaran, dan dampak kejadian seperti tingkat kerusakan, potensi terjadinya korban,
dampak terhadap sekitar dan lamanya kejadian.
Tahap 4 : Menyusun Kesiapsiagaan Tanggap Darurat
Berdasarkan identifikasi & Penilaian risiko bahaya, akan dapat ditetapkan kemungkinan
potensi bahaya kebakaran yang dapat terjadi dan mitigasi yang sudah dilaksanakan
bagaimana metoda atau prosedur untuk respon yang cepat, tepat dan terarah, siapa yang
harus melaksanakan dan sarana peralatan apa yang dibutuhkan.

Pekerjaan yang harus dilakukan pada tahap ini adalah :


1. Identifikasi Sumber Daya
Identifikasi sumber daya bertujuan untuk menilai antara apa yang dibutuhkan dan apa
yang teisedia untuk menanggulangi keadaan darurat sehingga memperkecil Tingkat
kerugian.
Contoh sumber daya yang perlu diidentifikasT antara Iain seperti:
Kapasi as sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam penanggulangan keadaan darurat,
sistem, sarana, prasarana dan peralatan yang dibutuhkan dalam penanggulangan, sistem
komunikasi, pos komando, aksesibilitas ketempat kejadian dll.
Merencanakan organisasi, tugas & kewajiban petugas penanggulangan keadaan darurat
serta metode yang digunakan untuk mempersempit dampak kondisi darurat seperti taktik
& Strategi yang digunakan melalui berbagai skenario.

2. Menyusun organisasi tanggap darurat.


Penyusunan organisasi didasarkan atas kondisi struktur organisasi yang sudah ada
(kondisi normal) secara prinsip bahwa organisasi ini hanya berjalan pada kondisi
darurat. Daiam struktur organisas harus tertera secara jelas organigram dalam rantai
komando dan secara tertulis tugas, tanggung jawab dan wewenang organisasi.
3. Menyusun prosedur tanggap darurat.
Susun prosedur tetap tanggap darurat secara lengkap dan tertulis yang nantinya menjadi
dokumen resmi yang telah disetujui oleh pimpinan dan selalu di perbaiki secara berkala
melalui berbagai skenario.
Tahap 5 : Susun Rencana untuk pelatihan simulasi atau emergency drill
 Prosedur Keadaan darurat hanya dokumen tertulis, jika tidak pernah dilaksanakan dalam
bentuk pelatilian yang biasa disebut pelatihan smulasi darurat atau Emergency Drill.
 Tujuan pelatihan simuJasi darurat adalah agar tim tanggap darurat dan semua
karyawan memahami dan terlatth dalam menghadap keadaan darurat serta untuk
memastikan semua sarana/peralatan darurat selalu dalam keadaan siap pakai dan
berfungsi dengan baik.
 Agar pelaksanaan pelatihan siinulasi darurat berjalan dengan baik, perlu disiapkan
skenario kejadian secara rinci yang memuat siapa berbuat apa dan
sistem/peralatan/sarana yang digunakan.
Tahap 6 : Evaluasi & Pemutakhiran Prosedur
 Evalusi dan pemuthakiran protap tanggap arurat sangat diperlu kan, dengan tujuan agar
protap sudah teruji dan dapat dilaksanakan ketika terjadi keadaan darurat.
 Evaluasi pelaksanaan pelatihan simulasi diperIukan, untuk menilai tingkat
pemahaman dan ketrampilan dari setiap anggota Tim Tanggap Darurat terhadap
prosedur, kordinasi dan komunikasi iriternal unit organsisasi dan external perusahaan
tanggap darurat, Kepatuhan sarana/peralatan darurat,
 Kepatuhan penghuni bangunan gedung terhadap prosedur tanggap darurat.
 Evaluator bisa dari internal perusahaan atau dari external
 Penyempurnaan protap berdasarkan berbagai masukan diantaranya dari
Rekomendasi dari Hasil laporan evaluasi pelaksanaan pelatihan simulasi darurat,
Rekomendasi hasil evalusi pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat, Adanya
perubahan pada sarana/peralatan darurat, nama personal yang tercantum dalam
organsiasi darurat. pergantian nomor telepon.

Tahap 7 : Susun Organisasi Tanggap Darurat


Organisasi darurat adalah pengelompokan orang -orang serta penetapan tugas, fungsi,
wewenang, serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan terciptanya aktifitas yang
berdaya guna dan berhasil dalam mencapai Tujuan yang berkaitan dengan kedaruratau.
Sesuai dengan tujuan keadaan darurat, organisasi darurat hanya berfungsi dan
melaksanakan kegiatan pada keadaan darurat saja
Dalam menyusun prosedur darurat tentunya harus mampu menjawab pertanyaan yang
tertait dengan kesiapsiagaan tanggap darurat yaitu :
 Tindakan apa yang harus dillakukan dalam keadaan darurat?
 Kapan tindakan itu harus dilaksanakan?
 Dimanakah tindakan itu harus dikerjakan?
 Siapakah yang akan melaksanakan tindakan?
 Bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu?
Tahap 8 : Simulasi Tanggap Darurat
Keadaan dafurat tidak bisa diketahui kapan dan dimana akan terjadinya, namun yang ada
adalah bagaimana kesiapsiagaan dalam menghadapi keadaan derurat. Untuk mengetahui
sampai sejauh mana kesiapsiagaan menghadapi keadaan yang meliputi perencanaan dan
pengorganisasian, pemahaman personil terhadap pelaksanaan prasedur ketika tejadi
keadaan darurat. Simulasi tanggap darurat sebisa mungkin simulasi yang persis dengan
bahaya yang paling besar kemungkinannya terjadi dilingkungan kerja.
Tahap 9 : Evaluasi dan Pemutakhiran
Rencana tanggap darurat dapat di evaluasi dan diupdate setelah dilakukannya simulasi
keadaan daturat, teradinya l‹eadaan darurat, serta perubahan sistem dan struktur yang ada
di lingkungan kerja
Tujuan evaluasi adalah untuk mengidentifikasi kelemahan rencana tanggap darurat yang ada
sehingga dilakukanlah perbaikan dalam kesiapsiagaan tanggap darurat. Berbagai parameter
dapat digunakan untuk menilai tentang hasil pelaksanaan pelatihan simulasi tanggap darurat
seperti prosedur tanggap darurat Kualitas Sumber Daya Petugas Pelaksana Simulasi
Kebakaran & Evakuasi Terpadu Kesadaran dalam menyikapi keadaan darurat Kehandalan
Sistem Proteksi dan lain-lain.EVALUASI KINERJA KESELAMATAN KONSTRUKSI
E.1. Pemantauan dan Evaluasi
Perusahaan membangun metode sistematis untuk pengukuran dan pemantauan kinerja
K3 secara teratur sebagai satu kesatuan bagian dari keseluruhan sistem manajemen
Perusahaan. Pemantauan melibatkan pengumpulan informasi-informasi berkaitan dengan
Pengukuran kinerja K3 dapat berupa pengukuran kualitatif maupun pengukuran kuantitatif
kinerja K3 di tempat kerja.
Pengukuran dan Pemantauan bertujuan antara lain untuk :
1. Melacak perkembangan dari pertemuan-pertemuan K3, pemenuhan Tujuan K3 dan
peningkatan berkelanjutan.
2. Memantau pemenuhan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya
berkaitan dengan penerapan K3 di tempat kerja.
3. Memantau kejadian-kejadian kecelakaan kerja dan Penyakit Akibat Kerja (PAK).
4. Menyediakan data untuk evaluasi keefektivan pengendalian operasi K3 atau untuk
mengevaluasi perlunya modifikasi pengendalian ataupun pengenalan pilihan
pengendalian baru.
5. Menyediakan data untuk mengukur kinerja K3 Perusahaan baik secara proaktif
maupun secara reaktif.
6. Menyediakan data untuk mengevaluasi penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan kerja Perusahaan.
7. Menyediakan data untuk menilai kompetensi personil K3.
Perusahaan mendelegasikan tugas pemantauan dan pengukuran kinerja K3 kepada Ahli
K3 Umum Perusahaan atau Sekretaris Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
termasuk anggota-anggota dibawah kewenangan Ahli K3 Umum Perusahaan.
Hasil dari pemantauan dan pengukuran kinerja K3 dianalisa dan digunakan untuk
mengidentifikasi tingkat keberhasilan kinerja K3 ataupun kebutuhan perlunya tindakan
perbaikan ataupun tindakan-tindakan peningkatan kinerja K3 lainnya.
Pengukuran kinerja K3 menggunakan metode pengukuran proaktif dan metode
pengukuran reaktif ditempat kerja. Prioritas pengukuran kinerja K3 menggunakan
metode pengukuran proaktif dengan tujuan untuk mendorong peningkatan kinerja K3 dan
mengurangi kejadian kecelakaan kerja di tempat kerja.
Termasuk dalam pengukuran proaktif kinerja K3 antara lain :
1. Penilaian kesesuaian dengan perundang-undangan dan peraturan lainnya yang
berkaitan dengan penerapan K3 di tempat kerja.

2. Keefektivan hasil inspeksi dan pemantauan kondisi bahaya di tempat kerja.


3. Penilaian keefektivan pelatihan K3.
4. Pemantauan Budaya K3 seluruh personil dibawah kendali Perusahaan.
5. Survey tingkat kepuasan tenaga kerja terhadap penerapan K3 di tempat kerja.
6. Keefektivan hasil audit internal dan audit eksternal Sistem Manajemen K3.
7. Jadwal penyelesaian rekomendasi-rekomendasi penerapan K3 di tempat kerja.
8. Penerapan Program - program K3.
9. Tingkat keefektivan partisipasi tenaga kerja terhadap penerapan K3 di tempat kerja.
10. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja di tempat kerja.

Termasuk dalam pengukuran reaktif kinerja K3 antara lain :


1. Pemantauan kejadian kecelakaan kerja dan Penyakit Akibat Kerja (PAK).
2. Tingkat keseringan kejadian kecelakaan kerja dan Penyakit Akibat Kerja (PAK).
3. Tingkat hilangnya jam kerja akibat kecelakaan kerja dan Penyakit Akibat Kerja (PAK).
4. Tuntutan tindakan pemenuhan dari pemerintah.
5. Tuntutan tindakan pemenuhan dari pihak ketiga yang berhubungan dengan
Perusahaan.

Perusahaan menyediakan peralatan-peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan


pemantauan dan pengukuran kinerja K3 seperti alat pengukur tingkat kebisingan,
pencahayaan, gas beracun dan alat-alat lainnya sesuai dengan aktivitas operasi perusahaan
yang berkaitan dengan K3.
Perusahaan juga menggunakan komputer dan program-program komputer sebagai alat
untuk menganalisa hasil pemantauan dan pengukuran kinerja K3 di tempat kerja.
Keseluruhan alat-alat yang digunakan dalam pemantauan dan pengukuran kinerja K3
dikalibrasi secara berkala dan disesuaikan pengaturan nilai besaran satuannya sesuai dengan
standar nilai besaran satuan yang berlaku baik Internasional maupun secara lokal. Perusahaan
tidak menggunakan alat-alat yang tidak dikalibrasi dengan tepat ataupun yang sudah
mengalami kerusakan untuk melaksanakan pemantauan dan pengukuran kinerja K3 di
tempat kerja.
Kalibrasi dan perawatan alat ukur pemantauan dan pengukuran kinerja K3 dilaksanakan oleh
personil ahli terhadap pelaksanaan kalibrasi dan perawatan alat- alat ukur yang digunakan.
Jadwal Inspeksi dan Audit

BULAN KE-
No Kegiatan PIC
1 2 3 4

1 Inspeksi Keselamatan Konstruksi Pelaksana K3

2 Patroli Keselamatan Konstruksi Pelaksana K3

3 Audit Internal Pelaksana K3

E.2. Tinjauan Manajemen

Tinjauan Manajemen fokus terhadap keseluruhan kinerja Sistem Manajemen Keselamatan


dan Kesehatan Kerja dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Kesesuaian Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap operasional


dan aktivitas Perusahaan.
2. Kecukupan pemenuhan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja terhadap Kebijakan K3 Perusahaan.
3. Keefektivan penyelesaian tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan serta hasil-
hasil lain yang dicita-citakan.
Tinjauan Manajemen dilaksanakan oleh Pimpinan Perusahaan dan dilaksanakan secara
berkala yang secara umum dilaksanakan minimal 1 (satu) tahun sekali untuk meninjau
penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perusahaan berjalan.
Hal-hal yang dapat dijadikan acuan dalam melaksanakan Tinjauan Manajemen antara lain :
1. Laporan keadaan darurat (termasuk kejadian serta pelatihan/simulasi/ pengujian
tanggap darurat).
2. Survey kepuasan tenaga kerja terhadap penerapan K3 di tempat kerja.
3. Statistik insiden kerja (termasuk kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja).
4. Hasil-hasil inspeksi.
5. Hasil dan rekomendasi pemantauan dan pengukuran kinerja K3 di tempat kerja.
6. Kinerja K3 Kontraktor.
7. Kinerja K3 Pemasok.
8. Informasi perubahan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain yang
berkaitan dengan penerapan K3 di tempat kerja.

E.3. Peningkatan Kinerja Keselamatan Konstruksi


Peninjauan yang dilakukan terhadap manajemen perusahaan diantaranya tentang evaluasi
kepatuhan terhadap persyaratan peraturan, kinerja K3, pencapaian sasaran K3, komunikasi
yang terjalin dengan pihak luar berkaitan dengan kritik dan saran yang membangun,
status penyelidikan IBPR serta persyaratan perundang-undangan yang terkait dengan K3.

Untuk menjamin kesesuaian dan kefektifan yang berkesinambungan guna pencapaian


tujuan SMK3, pengusaha dan/atau pengurus perusahaan atau tempat kerja harus :

1. Melakukan tinjauan ulang terhadap penerapan SMK3 secara berkala.


2. Tinjauan ulang SMK3 harus dapat mengatasi implikasi K3 terhadap seluruh kegiatan,
produk barang dan jasa termasuk dampaknya terhadap kinerja perusahaan.
Tinjauan ulang penerapan SMK3, paling sedikit meliputi :
1. Evaluasi terhadap kebijakan K3.
2. Tujuan, sasaran dan kinerja K3.
3. Hasil temuan audit SMK3.
4. Evaluasi efektifitas penerapan SMK3, dan kebutuhan untuk pengembangan SMK3.
Perbaikan dan peningkatan kinerja dilakukan berdasarkan pertimbangan :
1. Perubahan peraturan perundangan-undangan;
2. Tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar;
3. Perubahan produk dan kegiatan perusahaan;
4. Perubahan struktur organisasi perusahaan;
5. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk epidemologi;
6. Hasil kajian kecelakaan dan penyakit akibat kerja;
7. Adanya pelaporan dan/atau;
8. Adanya saran dari pekerja/buruh.

Dibuat oleh;
CV. MATTAMPA JAYA

AHMAD SUBAKTI, ST
Penanggung Jawab K3

Anda mungkin juga menyukai