Anda di halaman 1dari 126

PENGARUH AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP

KUALITAS AIR SUNGAI MUNCUL DI DESA ROWOBONI


KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG

SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Geografi

Oleh
Alfany Nurrizky
NIM : 3211416001

JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2021

i
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian
Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Unnes pada

Hari : Senin

Tanggal : 08 Februari 2021

Pembimbing Skripsi 1

Prof. Dr. Dewi Liesnoor Setyowati, M.Si


NIP. 196208111988032001

Mengetahui

Ketua Jurusan Geografi FIS UNNES

Dr.Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si.


NIP. 196210191988031002

ii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu
Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:

Hari :

Tanggal :

Penguji I Penguji II

Dr. Heri Tjahjono, M.Si. Dr. Rahma Hayati, S.Si., M.Si.


NIP. 196802021999031001 NIP. 197206241998032003

Penguji III

Prof. Dr. Dewi Liesnoor Setyowati, M.Si


NIP. 196208111988032001

NIP.

Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNNES

Dr. Moh. Solehatul Mustofa, M.A.


NIP. 196308021988031001

iii
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Semarang, 08 Februari 2021
Alfany Nurrizky NIM. 3211416001.

Semarang, 08 Februari 2021

Alfany Nurrizky
NIM.3211416001

iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
1. Layaknya ampas kopi yang dikucuri air keran maka lama kelamaan airnya akan
berubah menjadi putih, seperti halnya kehidupan, siapapun bisa berubah menjadi
lebih baik jika kita berusaha melakukan kebaikan setiap harinya.
2. Jangan takut gagal, takutlah karena tidak pernah mencoba sama sekali.
3. Selesaikan apa yang sudah kamu mulai. Jangan takut gagal. Setidaknya kamu
sudah berjuang sampai akhir.
4. Hiduplah seperti air di sungai, mengalir deras sesuai takdir dan berhenti di tempat
yang indah.

PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Kedua Orang tua dan keluarga tercinta.

2. Seluruh dosen geografi.

3.Almamater Geografi Angkatan 2016


Universitas Negeri Semarang.

v
SARI
Nurrizky, Alfany. 2021. Pengaruh Aktivitas Masyarakat Terhadap Kualitas Air
Sungai Muncul Di Desa Rowoboni Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang.
Skripsi. Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing, Prof. Dr. Dewi Liesnoor Setyowati, M.Si. 126 halaman.
Kata Kunci: Aktivitas Masyarakat, Kualitas Air, Sungai Muncul
Air sungai merupakan salah satu jenis sumber daya air permukaan yang
paling banyak di manfaatkan oleh manusia, dan sangat erat kaitannya dengan
aktivitas masyarakat. Aktivitas masyarakat di sekitar aliran sungai serta cara
pemanfaatan nya ini tentu saja mempengaruhi kualitas air sungainya.Perilaku
manusia dapat mengakibatkan perubahan pada lingkungan hidup salah satunya air
sungai. Perubahan akibat tindakan tersebut nantinya akan menjadi sebuah lingkaran
siklus manusia mempengaruhi lingkungan dan manusia akan mendapat pengaruh
dari lingkungan. Salah satu sungai yang dimanfaatkan oleh masyarakat adalah
Sungai Muncul yang terletak di Desa Rowoboni Kecamatan Banyubiru Kabupaten
Semarang.
Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk menganalisis bagaimana pengaruh
aktivitas masyarakat terhadap kualitas air Sungai Muncul. Jenis penelitian ini
adalah metode kuantitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah wawancara,
observasi, uji laboratorium kelayakan air dan dokumentasi.
Hasil kualitas air Sungai Muncul setelah di uji di Balai Laboratorium
Kesehatan Semarang dengan sampel yang diambil di 4 titik sungai pada tanggal 29
September 2020 pukul 10.00 WIB dengan hasil di titik sampel 1 yang merupakan
lokasi sumber mata air di Sungai Muncul Memiliki nilai pH 6,5 dengan suhu 23˚C,
nilai DO atau oksigen vii terlarutnya 6,59 mg/L, BOD 0,3 mg/L, TDS 160 mg/L,
Nitrat 3,90 mg/L, dan Total Coliform 79 jml/100 ml. Titik sampel 2 yang
merupakan pusat wisata pemandian Sungai Muncul memiliki nilai parameter pH
6,5 dengan suhu 24˚C, nilai DO atau oksigen terlarutnya 6,44 mg/L, BOD 1 mg/L,
TDS 157 mg/L, Nitrat 3,58 mg/L, dan Total Coliform 390 jml/100 ml. Titik sampel
3 yang merupakan kawasan perswahan atau pertanian memiliki nilai pH 6,5 dengan
suhu 24˚C, nilai DO atau oksigen terlarutnya 7,04 mg/L, BOD 0,9 mg/L, TDS 162
mg/L, Nitrat 3,51 mg/L, dan Total Coliform 320 jml/100 ml. Status air sungai
muncul jika ditinjau menggunakan metode STORET maka statusnya tergolong baik
dan tidak tercemar.
Saran dalam penelitian ini yaitu, masyarakat desa termasuk pengelola
wisata Sungai Muncul terus bekerja sama untuk menjaga dan melestarikan Sungai
Muncul ini mengingat sungai ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan seahri-
sehari, dengan cara tidak membuang sampah ke sungai, mengurangi penggunaan
sabun dan detergen di sungai, mengurangi aktivittas MCK di Sungai, tidak
mebuang limbah rumah tangga atau pupuk pertanian ke sungai, serta dilarang untuk
menebang pepohonan di sekitar Sungai Muncul agar Sungai Muncul akan terus
lestari dan dapat dinikmati keindahan dan potensinya hingga dimasa yang akan
datang.

vi
ABSTRACT
Nurrizky, Alfany. 2021. The Influence of Community Activities on River Water
Quality Appears in Rowoboni Village, Banyubiru District, Semarang Regency.
Essay. Department of Geography, Faculty of Social Sciences, Semarang State
University. Advisor, Prof. Dr. Dewi Liesnoor Setyowati, M.Si. 126 pages.
Keywords: Community Activities, Water Quality, Muncul River
River water is one of the types of surface water resources that is mostly
utilized by humans, and is closely related to community activities. The activities of
the community around the river flow and how to use it of course affect the quality
of the river water. Human behavior can lead to changes in the environment, one of
which is river water. Changes due to these actions will later become a circle of
human cycles affecting the environment and humans will be influenced by the
environment. One of the rivers that is utilized by the community is the Muncul
River which is located in Rowoboni Village, Banyubiru District, Semarang
Regency.
The purpose of this research is to analyze how the influence of community
activities on the water quality of the Muncul River.This type of research is a
quantitative methods. Sources of data in this study are interviews, observation,
water feasibility laboratory tests and documentation.
The results of the water quality of the Muncul River after being tested at the
Semarang Health Laboratory Center with samples taken at 4 river points on
September 29 2020 at 10.00 WIB with the results at sample point 1 which is the
location of the spring in the Muncul River having a pH value of 6.5 with a
temperature of 23˚C, the value of DO or dissolved oxygen vii 6.59 mg / L, BOD
0.3 mg / L, TDS 160 mg / L, Nitrate 3.90 mg / L, and Total Coliform 79 jml / 100
ml. Sample point 2 which is the tourist center for the Muncul River bath has a pH
parameter value of 6.5 with a temperature of 24˚C, the value of DO or dissolved
oxygen is 6.44 mg / L, BOD 1 mg / L, TDS 157 mg / L, Nitrate 3, 58 mg / L, and
Total Coliform 390 jml / 100 ml. Sample point 3 which is a rice field or agricultural
area has a pH value of 6.5 with a temperature of 24˚C, a DO or dissolved oxygen
value of 7.04 mg / L, BOD 0.9 mg / L, TDS 162 mg / L, Nitrate 3, 51 mg / L, and
Total Coliform 320 jml / 100 ml. The status of river water appears when viewed
using the STORET method, so the status is classified as good and not polluted
The suggestion in this research is that the village community including the
tourism manager of the Muncul River continue to work together to protect and
preserve the Muncul River considering that this river is closely related to daily life,
by not throwing garbage into the river, reducing the use of soap and detergent in
the river. , reducing MCK activities in the river, not throwing household waste or
agricultural fertilizers into the river, and prohibiting cutting down trees around the
Muncul River so that the Muncul River will continue to be sustainable and can
enjoy its beauty and potential until the future.

vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
dengan judul “PENGARUH AKTIVITAS MASYARAKAT TERHADAP
KUALITAS AIR SUNGAI MUNCUL DI DESA ROWOBONI KECAMATAN
BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG”.

Dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang
telah banyak membantu baik motivasi, moral, dan material kepada penulis. Oleh
sebab itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
kepada:

1. Prof. Dr. Fatkhur Rokhman, M.Hum., sebagai Rektor Universitas Negeri


Semarang, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba
ilmu di Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. Moh. Solehatul Mustofa, M.A., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan izin penelitian dan
kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si., sebagai Ketua Jurusan Geografi Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan izin penelitian
dan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Prof. Dr. Dewi Liesnoor Setyowati, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Skripsi
yang telah memberikan motivasi dan dukungan penuh, serta sabar dalam
membimbing penulis dari proses awal penyusunan hingga terselesaikannya skripsi
ini.

5. Dr. Heri Tjahjono, M.Si sebagai Dosen Penguji Skripsi I yang telah bersedia
menguji skripsi penulis dan memberikan masukan serta arahan dalam
penyempurnaan skripsi ini.

6. Dr.Rahma Hayati, S.Si., M.Si sebagai Dosen Penguji Skripsi II yang telah
bersedia menguji skripsi penulis dan memberikan masukan serta arahan dalam
penyempurnaan skripsi ini.

viii
8. Segenap Dosen Jurusan Geografi dan Civitas Akademik yang telah memberikan
bekal ilmu yang tak ternilai harganya selama penulis menuntut ilmu di Jurusan
Geografi dan memberikan bantuan untuk kelancaran akademik penulis.

9. Kedua Orang tua dan keluarga yang telah memberikan doa, kasih sayang, dan
dukungan penuh kepada penulis yang menjadi motivasi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.

10. Segenap Staff pemerintah Desa Rowoboni yang telah membantu dan
memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian guna menyempurnakan
skripsi ini.

11. Masyarakat Desa Rowoboni yang telah membantu dan memberikan informasi
terkait penelitian skripsi ini.

11. Sahabat-sahabatku Nadia, Mas Sandy, Meggy, Dwi, Fajar, dan Cut yang seperti
keluarga disini dan membantu banyak hal selama penelitian skripsi ini.

12. Tubagus alvan syarviandika yang telah menemani, memotivasi, mewarnai dan
membantu banyak hal selama kuliah dan hidup di Semarang hingga saat ini.

Semarang, 08 Februari 2021

Penyusun
Alfany Nurrizky
NIM. 3211416001

ix
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... ii


PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................ iii
PERNYATAAN..................................................................................................... iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................ v
SARI....................................................................................................................... vi
ABSTRACT .......................................................................................................... vii
PRAKATA ........................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
BAB I ...................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 8
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 8
1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 8
1.5. Batasan Istilah .............................................................................................. 9
BAB II ................................................................................................................... 12
2. 1.1 Deskripsi Teoritis .................................................................................... 12
2.1.1 Air.........................................................................................................12
2.1.2. Kualitas Air .......................................................................................... 15
2.1.3 Baku Mutu Kualitas Air ....................................................................... 18
2.1.4 Dasar Hukum Pengelolaan Kualitas Air dan Pencemaran Air ............ 20
2.1.5 Aktivitas Masyarakat ........................................................................... 20
2. 2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ........................................................ 21
2.3 Kerangka Berfikir ........................................................................................ 23
BAB III ................................................................................................................. 26
3.1 Lokasi Penelitian ......................................................................................... 26
3.2 Populasi ....................................................................................................... 28
3.3 Sampel dan Teknik Sampling..................................................................... 28
3.4 Variabel Penelitian ...................................................................................... 31
3.5 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 32
3.6 Teknik Analisis Data ................................................................................... 34

x
BAB IV ................................................................................................................. 37
4.1 Gambaran Umum Penelitian ...................................................................... 37
4.1.1 Kondisi Umum Desa Rowoboni ........................................................... 37
4.1.2 Kondisi Topografi Desa Rowoboni ...................................................... 39
4.1.3 Kondisi Klimatologi Desa Rowoboni ................................................... 41
4.1.4 Kondisi Hidrologi Desa Rowoboni ....................................................... 42
4.1.5 Penggunaan Lahan di Desa Rowoboni ................................................. 45
4.1.6 Kondisi Sosial Masyarakat Desa Rowoboni ......................................... 45
4.2 Hasil Penelitian............................................................................................ 48
4.2.1 Aktivitas Masyarakat di Sungai Muncul .............................................. 48
4.2.2 Kualitas Air Sungai Muncul ................................................................. 53
4.2.3 Keterkaitan Antara Aktivitas Masyarakat Melalui Kegiatan Wisata Dan
Rumah Tangga Terhadap Kualitas Air Sungai Muncul ....................... 58
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian...................................................................... 62
4.3.1. Aktivitas Masyarakat di Sungai Muncul Desa Rowoboni ................... 62
4.3.2 Kualitas Air Sungai Muncul ................................................................. 66
4.3.3 Keterkaitan Antara Aktivitas Masyarakat Melalui Kegiatan Wisata Dan
Rumah Tangga Terhadap Kualitas Air Sungai Muncul ....................... 74
BAB V................................................................................................................... 78
5.1 Simpulan ...................................................................................................... 78
5.2 Saran ............................................................................................................ 79
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 80
Lampiran 1 ............................................................................................................ 84
Lampiran 2 ............................................................................................................ 86
Lampiran 3 ............................................................................................................ 88
Lampiran 4 ............................................................................................................ 91
Lampiran 5 .......................................................................................................... 107
Lampiran 6 .......................................................................................................... 107
Lampiran 7 .......................................................................................................... 107
Lampiran 8 .......................................................................................................... 107

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kajian hasil penelitian yang relevan ........................................................ 22


Tabel 2 Sampel dan Teknik Sampling .................................................................. 30
Tabel 3 Variabel Penelitian ................................................................................... 31
Tabel 4 Klasifikasi mutu air metode SORET ....................................................... 36
Tabel 5 Klasifikasi Kelerengan Desa Rowoboni .................................................. 39
Tabel 6 Curah Hujan Rata-Rata Desa Rowoboni ................................................. 41
Tabel 7 Penggunaan Lahan di Desa Rowoboni .................................................... 45
Tabel 8 Hasil Wawancara 1 .................................................................................. 49
Tabel 9 Hasil Observasi Lapangan 1 .................................................................... 50
Tabel 10 Hasil Wawancara 2 ................................................................................ 54
Tabel 11 Hasil Observasi Lapangan ..................................................................... 54
Tabel 12 Penilaian Kualitas Air Sungai Muncul................................................... 56
Tabel 13 Penentuan Sistem Nilai Untuk Menentukan Mutu Air .......................... 59
Tabel 14 Titik sampel 1 (Peruntukan kelas II PP No. 82 Tahun 2001) ................ 59
Tabel 15 Titik sampel 2 (Peruntukan kelas II PP No. 82 Tahun 2001) ................ 60
Tabel 16 Titik sampel 3 (Peruntukan kelas II PP No. 82 Tahun 2001 ................. 60
Tabel 17 Titik sampel 4 (Peruntukan kelas II PP No. 82 Tahun 2001) ................ 61
Tabel 18 Keterkaitan Aktivitas Masyarakat Terhadap Kualitas Air Sungai ......... 74

xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berpikir .....................................................................................25
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Rowoboni ....................................................27
Gambar 3. Peta Administrasi Desa Rowoboni ..........................................................38
Gambar 4. Peta Kelerengan Desa Rowoboni .............................................................40
Gambar 5. Sungai Muncul Desa Rowoboni ..............................................................43
Gambar 6. Mata Air Muncul di Desa Rowoboni .......................................................44
Gambar 7. Peta Penggunaan Lahan Desa Rowoboni ................................................46
Gambar 8. WC Umum di Sungai Muncul ................................................................51
Gambar 9. Masyarakat yang Mencuci di Sungai Muncul .........................................51
Gambar 10. Warung di Sungai Muncul ......................................................................52
Gambar 11. Kincir Irigasi di Sungai Muncul .............................................................52
Gambar 12. Perahu Nelayan Desa Rowoboni ............................................................53
Gambar 13. Grafik Kualitas Air Sungai Muncul .......................................................56

xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran Instrumen Sosial............................................................................................84
2. Lampiran Observasi Pengamatan Lapangan..................................................................86
3. Lampiran Instrumen Fisik..............................................................................................88
4. Lampiran Transkip Wawancara.....................................................................................91
5. Hasil Uji Laboratorium...................................................................................................99
6. Dokumentasi Kegiatan Wawancara..............................................................................107
7. Dokumentasi Pengambilan Sampel Air Sungai Muncul..............................................110
8. Alat Penelitian..............................................................................................................112

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Air merupakan salah satu sumber daya yang vital dalam kehidupan

terutama bagi makhluk hidup, bahkan air juga merupakan bagian penyusun dari

tubuh makhluk hidup meliputi manusia, hewan dan tumbuhan. Air dalam

kehidupan sehari-hari digunakan untuk berbagai keperluan seperti keperluan

rumah tangga, pertanian, transportasi bahkan sampai industri (Hendrawati,

2007:14). Hampir bisa dipastikan tak ada aspek kehidupan di bumi ini yang

tidak membutuhkan air, seluruhnya sangat bergantung pada air terutama air

tawar yang dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Definisi air menurut

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 merupakan komponen

lingkungan hidup yang penting bagi kelangsungan hidup manusia dan

makhluk hidup lainnya

Sebagian besar permukaan bumi ditutupi oleh air, karena sifat air

mengalir ketempat yang lebih rendah maka air mengisi cekungan-cekungan

yang ada di permukaan bumi, seperti laut, danau, rawa, kolam, dan sungai.

Secara kuantitas air di bumi cukup melimpah, namun sebagian besar berupa air

asin yang tidak dapat dikonsumsi.

Jumlah air menurut (Suripin, 2004:4) sekitar 1.386 juta km³ berada di

bumi, sekitar 1.337 juta km³ atau 97,39% berada di lautan, dan hanya sekitar

35 juta km³ atau 2,53% berupa air tawar di daratan, dan sisanya dalam bentuk

gas/uap. Jumlah air di permukaan bumi bersifat konstan, tidak berkurang dan

juga tidak bertambah namun persebaran atau distribusinya saja yang tidak

1
2

merata, ada beberapa wilayah yang jumlah airnya melimpah baik di dalam

maupun di permukaan tanah namun di wilayah lainnya ada yang mengalami

kekurangan air, karna air di permukaan sulit ditemukan padahal air tanahnya

cukup melimpah.

Air tersebar di berbagai lapisan bumi yaitu di permukaan bumi, udara,

dan juga di dalam bumi. Air di dalam bumi disebut juga air tanah dan

merupakan sumber mata air. Air yang berada di permukaan bumi disebut air

permukaan. Air yang berada di udara atau di atmosfer merupakan uap air yang

nantinya menjadi air hujan, air hujan yang jatuh ke bumi diserap oleh tanah

menjadi air tanah dan yang tertampung di badan air menjadi air permukaan.

Air permukaan terbagi menjadi beberapa jenis tergantung bentuk aliran, seperti

sungai, danau, bendungan, dan waduk, namun air permukaan yang akan

menjadi pembahasan kali ini adalah sungai.

Sungai Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991

merupakan tempat atau wadah jaringan pengaliran air mulai dari mata air

hingga ke muara yang dibatasi oleh garis sempadan. Air sungai yang mengalir

dari hulu nantinya akan bermuara di laut , air yang telah bermuara di laut akan

mengalami pemanasan atau evaporasi oleh sinar matahari dan selanjutnya akan

menguap, air yang telah menguap akan membentuk awan atau terkondensasi,

jika kadar uap air ini telah mencapai titik jenuh maka uap air tersebut akan

jatuh ke permukaan bumi sebagai bentuk hujan atau presipitasi, dan selanjutnya

air tersebut akan terserap kedalam tanah dan membentuk siklus hidrologi yang

terjadi secara berulang. Proses hidrologi dapat digambarkan dengan adanya


3

hubungan antara unsur masukan yakni hujan, proses dan keluaran yaitu berupa

aliran (Hadi, 2006:13).

Air sungai merupakan salah satu jenis sumber daya air permukaan yang

paling banyak di manfaatkan oleh manusia, dan sangat erat kaitannya dengan

aktivitas masyarakat, bahkan sejak dahulu manusia sudah memanfaatkannya

ditandai dengan munculnya peradaban-peradaban manusia dan kota kuno di

lembah sungai. Aktivitas masyarakat di sekitar aliran sungai serta cara

pemanfaatannya ini tentu saja mempengaruhi kualitas air sungainya. Perilaku

manusia dapat mengakibatkan perubahan pada lingkungan hidup. Perubahan

akibat tindakan tersebut nantinya menjadi sebuah lingkaran siklus manusia

mempengaruhi lingkungan dan manusia akan mendapat pengaruh dari

lingkungan. Segala tindakan memiliki dampak positif maupun negatif, dan

yang perlu diperhatikan adalah bagaimana caranya mengurangi dampak negatif

dari setiap tindakan tersebut, karena dampak tersebut mempengaruhi hal

lainnya yang masih saling berkaitan.

Sungai memiliki potensi yang luar biasa dan dapat dimanfaatkan untuk

berbagai kegiatan diantaranya yakni kegiatan domestik rumah tangga seperti

mandi, cuci kakus, dan untuk kegiatan pertanian, industri, wisata, maupun

transportasi. Kegiatan tersebut secara langsung maupun tidak, tentu akan

mempengaruhi kualitas air sungai, apakah meningkatkan atau menurunkan

kualitas air sungai tersebut, tergantung pada kegiatan apa saja yang dilakukan

serta bentuk pengelolaan sungai demi menjaga dan melestarikan sungai

tersebut. Mengingat air merupakan sumber daya yang vital dan seluruh

makhluk hidup pasti membutuhkannya maka kualitas dan kuantitasnya tentu


4

harus diperhatikan dan dilestarikan dengan memperhatikan cara pengelolaan

serta pemanfaatan yang mempertimbangkan aspek kelestarian lingkungan dan

asas keberlanjutan.

Salah satu sungai yang dimanfaatkan oleh masyarakat adalah Sungai

Muncul yang terletak di Desa Rowoboni Kecamatan Banyubiru Kabupaten

Semarang. Desa Rowoboni merupakan salah satu desa yang terdapat di

Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah. Mata

pencaharian penduduk di kecamatan ini mayoritas adalah berkebun di daerah

perbukitan, pertanian sawah di kaki bukit dan nelayan di daerah pinggiran

Danau Rawa Pening. Letak geografis Desa Rowoboni berada paling ujung

timur di Kecamatan Banyubiru yang berbatasan dengan Danau Rawa Pening

dan Kecamatan Tuntang (Semarangkab.bps.go.id).

Sungai Muncul merupakan salah satu aliran sungai yang terletak di

Desa Rowoboni dan nantinya akan bermuara di Rawa Pening. Sungai Muncul

mengalir melewati pemukiman masyarakat dan sawah-sawah, karena

lokasinya yang mudah di akses dan dekat dengan masyarakat, maka Sungai

Muncul sangat diberdayakan dan memiliki potensi unggulan yang

dimanfaatkan oleh masyarakat, di antaranya yaitu menjadikan Sungai Muncul

sebagai objek wisata pemandian dan river tubing, yang dikelola oleh

masyarakat lokal sekitar Sungai Muncul serta pemerintah daerah setempat.

Pengunjungnya berasal dari berbagai daerah, namun beberapa diantaranya juga

menjadikan Sungai Muncul sebagai tempat untuk mencuci bersama di akhir

pekan karena aliran air Sungai Muncul ini deras dan airnya jernih. Sungai

Muncul juga dimanfaatkan sebagai sumber irigasi sawah di sekitarnya saat


5

musim kemarau, erosi tanah dari sawah yang mengandung pupuk dan zat-zat

lainnya yang digunakan untuk kepentingan pertanian juga sedikit banyaknya

akan masuk ke aliran Sungai Muncul.

Sungai Muncul yang dijadikan sebagai objek wisata dan banyaknya

pengunjung yang datang untuk mencuci dan mandi dengan pemakaian sabun

cuci, membuang sampah sembarangan, serta kegiatan masyarakat di sekitar

Sungai Muncul secara langsung maupun tidak tentu akan mempengaruhi

kualitas airnya. Pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang

pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air telah dijelaskan

mengenai standart baku mutu kualitas air dalam beberapa kelas berdasarkan

beberapa parameter dan pada penelitian ini kelas yang digunakan sebagai

acuan untuk mementukan baku mutunya adalah kelas dua yakni, air yang

peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,

pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan

atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan

kegunaan tersebut.

Parameter-parameter yang digunakan untuk menentukan kualitas air

berdasarkan kelasnya ini juga telah dijelaskan pada lampiran Peraturan

Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, diantaranya yaitu pH, Suhu, DO, Nitrat, ,

TDS, BOD, dan Total coliform. Parameter tersebut dipilih berdasarkan

aktivitas masyarakat yang dapat mempengaruhi nilai parameter tersebut yang

secara keseluruhan nantinya sedikit maupun banyak akan mempengaruhi status

mutu airnya. Metode yang digunakan nantinya menurut Keputusan Menteri


6

Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang pedoman penentuan status

mutu air adalah metode STORET.

Prinsip dari metode STORET ini adalah membandingkan antara data

kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya

guna menentukan status mutu air apakah masuk ke kategori tidak tercemar,

tercemar ringan, tercemar sedang, atau tercemar berat. Alasan mengapa Sungai

Muncul dijadikan sebagai objek pada penelitian kali ini adalah karena Sungai

Muncul merupakan salah satu dari sembilan Sub-DAS dan tiga belas sungai

yang bermuara di Rawa Pening. Sungai Muncul menurut

http://dlh.semarangkab.go.id adalah Bagian dari Sub-DAS Parat yang berada

di sebelah selatan Danau Rawapening, dengan luas wilayah 4.638,35 ha,

meliputi 16 desa dari 3 Kecamatan (Banyubiru, Getasan dan Tuntang)

Kabupaten Semarang, sungai utamanya adalah Sungai Parat dan Sungai

Muncul dengan mata air di punggung Gunung Merbabu dan Gunung Gajah

Mungkur. Sedangkan Rawa Pening menurut Badan Penelitian dan

Pengembangan Provinsi Jawa Tengah (2004) adalah danau alami yang

memiliki luas 2.670 hektar dengan kapasitas tampungan sebesar 8 juta meter

kubik dan sebanyak 60% air tersebut berasal dari sembilan sungai yang

bermuara di Rawa Pening, yaitu Sungai Galeh, Torong, Panjang, Muncul,

Parat, Legi, Pitung, Praginan, dan Rengas yang meliputi empat wilayah

kecamatan di Kabupaten Semarang, yaitu: Kecamatan Bawen,

Ambarawa, Tuntang, dan Banyubiru serta berada di cekungan antara Gunung

Merbabu, Gunung Telomoyo dan Gunung Ungaran.


7

Rawa pening dimanfaatkan sebagai objek wisata, suplai air untuk

PLTA, irigasi pertanian, persawahan pasang surut dan perikanan

(https://dlh.semarangkota.go.id). Salah satu Sub-DAS yang mengalir menuju

Rawa Pening adalah Sub-DAS Parat yang di dalamnya terdapat Sungai Muncul

dan Sungai Parat. Kualitas air di aliran Sub-DAS Parat menurut Balai

Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah tahun 2008 yakni kadar DO di bagian

hulu senilai 6,99 dan bagian hilir 6,72 kadar BOD di bagian hulu senilai 3.092

dan di bagian hilir senilai 2.496 serta kadar COD di bagian hulu senilai 31,89

dan di bagian hilir senilai 69,86. Kualitas air sungai-sungai yang mengalir di

Rawa Pening ini sebelumnya telah di teliti pada tahun 2016 dengan salah satu

sampel penelitian terletak di antara Muara Sungai Legi dan Sungai Muncul

dengan hasil nilai TSS 174.4, total P 0.2, BOD 4.0, COD 25.9, H2S 0.01, Cd

dan PB 0.02, serta total coliform senilai 6.166 (Piranti, dkk., 2018:154).

Sungai Muncul merupakan salah satu dari sembilan sungai yang

bermuara di Rawa pening, namun Sungai Muncul merupakan satu-satunya

sungai yang pemanfaatannya paling banyak seperti yang sudah dijelaskan

sebelumnya dan belum pernah diadakan penelitian lebih lanjut terkait kualitas

airnya, maka dari itulah perlu adanya penelitian mengenai pengaruh aktivitas

masyarakat terhadap kualitas air Sungai Muncul, dengan melihat bentuk-

bentuk kegiatan masyarakat di sekitar Sungai Muncul serta mengukur mutu

air berdasarkan kelas air serta menentukan status mutu air, dengan tujuan

selanjutnya yaitu air Sungai Muncul dapat di lestarikan fungsinya, dikelola

dan dikendalikan dengan memperhatikan kepentingan generasi sekarang dan

mendatang.
8

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah di atas rumusan masalah pada

penelitian ini yaitu:

Bagaimana pengaruh aktivitas masyarakat terhadap kualitas air Sungai

Muncul?

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas maka tujuan dari

penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui bentuk aktivitas masyarakat di sekitar Sungai Muncul

2. Mengetahui kualitas air Sungai Muncul

3. Menganalisis keterkaitan antara aktivitas masyarakat melalui kegiatan

wisata dan rumah tangga terhadap kualitas air Sungai Muncul

1.4. Manfaat Penelitian


Sebuah penelitian diharapkan dapat memberikan hasil yang bermanfaat

bagi masyarakat baik secara teoritis maupun praktis, demikian juga dengan

penelitian ini diharapkan nantinya dapat memberikan manfaat sebagai

berikut :

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah untuk memberikan

sumbangan yang berguna bagi masyarakat berupa tambahan wawasan

dan ilmu pengetahuan mengenai pengaruh aktivitas masyarakat yang

memanfaatkan air terhadap kualitas airnya yang selanjutnya dapat

dilakukan upaya pelestarian dan pemanfaatan Sungai Muncul yang

efisien dan efektif. Selain itu juga menambah sumber penelitian bagi
9

penelitian yang berkaitan dengan pengaruh aktivitas masyarakat

terhadap kualitas air.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat Desa Rowoboni

Menambah wawasan mengenai pengaruh aktivitas masyarakat

Desa Rowoboni dalam memanfaatkan air terhadap kualitas air yang

dimanfaatkan.

b. Bagi Pemerintah Desa

Dapat digunakan sebagai suatu pertimbangan dan bahan rujukan

dalam membuat kebijakan dan strategi pengembangan potensi Sungai

Muncul yang ada di Desa Rowoboni agar dapat terus dimanfaatkan dan

dikelola tanpa menurunkan atau merusak kualitas airnya.

1.5. Batasan Istilah


1. Aktivitas Masyarakat

Aktivitas menurut Anton M. Mulyono (2001:26) adalah segala

kegiatan atau keaktifan yang dilakukan dan terjadi baik fisik maupun non

fisik. Aktivitas masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi

kegiatan masyarakat dalam memanfaatkan Sungai Muncul dengan berbagai

peruntukan seperti mencuci, mandi, wisata, dan sumber pengairan irigasi

sawah saat musim kemarau. Aktivitas-aktivitas tersebutlah yang sedikit

banyaknya akan mempengaruhi kualitas air Sungai Muncul.


10

2. Kualitas Air

Kualitas air menurut Effendi (2003:12) merupakan sifat air dan

kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain didalam air

yang dinyatakan dengan beberapa parameter fisika (suhu, kekeruhan,

padatan terlarut, dan sebagainya), kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, kadar

logam, dan sebagainya), dan parameter biologi. Kualitas air yang akan

diuji dalam penelitian ini berdasarkan beberapa parameter diantaranya pH,

Suhu, TDS, DO, Nitrat, BOD, dan Total coliform karena parameter

tersebut sesuai dengan aktivitas masyarakat yang memanfaatkan Sungai

Muncul dan pengaruh yang dihasilkan. Pengambilan parameter-parameter

di dalam air disesuaikan dengan keperluan pengambilan sampel dan

sasaran yang ingin dicapai (Asdak, 2010:526).

Parameter-parameter yang telah ditentukan nantinya akan di nilai

status mutu airnya menggunakan metode STORET yakni metode yang

membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu air yang

disesuaikan peruntukannya. Dengan metode STORET dapat diketahui

parameter-parameter yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu air

(Simanjuntak, dkk, 2017:4). Pada penelitian ini baku mutu yang digunakan

adalah baku mutu air kelas dua, yakni, air yang peruntukannya dapat

digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air

tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain

yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut (PP

No. 82 Tahun 2001).


11

3. Sungai Muncul

Sungai Muncul merupakan bagian dari Sub-DAS Parat yang

merupakan salah satu sungai yang mengalir ke Rawa Pening dengan mata

air di punggung Gunung Merbabu dan Gunung Gajah Mungkur (KLH,

2012:37). Sungai Muncul merupakan sungai permanen yang airnya selalu

tersedia sepanjang musim mengalir di Desa Rowoboni melewati Dusun

Muncul dan Dusun Rowoganjar. Sungai Muncul dimanfaatkan oleh

masyarakat sekitar sebagai objek wisata pemandian Sungai Muncul dan

river tubing yang dapat dikunjungi oleh pengunjung wisata. Segala jenis

aktivitas yang dilakukan di Sungai Muncul diantaranya mandi dan mencuci

bersama. Sungai Muncul juga melewati sawah-sawah masyarakat dan saat

musim penghujan air Sungai Muncul ini akan keruh akibat dari limpasan air

sawah-sawah di sekitarnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Deskripsi Teoritis
2.1.1. Air
Definisi Air menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang

pengendalian kualitas air dan pencemaran air adalah semua air yang terdapat di atas

dan dibawah permukaan tanah, kecuali air laut dan air fosil. Air menurut Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, Air

adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah,

termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang

berada di darat. Air Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat didefinisikan

sebagai suatu zat cair yang terdiri dari hidrogen dan oksigen serta berada di atas

maupun di bawah permukaan tanah dengan berbagai macam wujud fisik yakni

padat, cair ataupun gas.

Air memiliki sifat atau karakteristik yang khas dibandingkan senyawa kimia

lainnya, menurut Effendi (2003:22-23) air memiliki sifat sebagai berikut:

Perubahan suhu air cenderung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai

penyimpan panas yang baik. Perubahan suhu air yang lambat mencegah terjadinya

stress pada makhluk hidup karena perubahan suhu yang mendadak dan sifat ini juga

memelihara suhu bumi agar sesuai bagi makhluk hidup. Sifat air yang selanjutnya

yakni memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan. Proses ini

memerlukan energi panas dalam jumlah besar. Sebaliknya, proses perubahan uap

air menjadi cairan (kondensasi) melepaskan energi panas yang besar. Sifat ini juga

merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan terjadinya penyebaran panas

12
13

secara baik di bumi. Air juga merupakan pelarut yang baik. Sifat ini

memungkinkan unsur hara (nutrien) terlarut diangkut keseluruh jaringan tubuh

makhluk hidup dan memungkinkan bahan-bahan toksik yang masuk ke dalam

jaringan tubuh makhluk hidup dilarutkan untuk dikeluarkan kembali. Karakteristik

air yang berikutnya yaitu memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Tegangan

permukaan yang tinggi menyebabkan air memiliki sifat membasahi suatu bahan

secara baik (higher wetting ability). Sifat air yang khas dan berbeda dibandingkan

senyawa kimia lain yang telah dijelaskan diatas maka air memberikan manfaat

sesuai dengan sifat yang dimilikinya, dan dapat dirasakan oleh seluruh makhluk

hidup yang ada di bumi serta di manfaatkan untuk segala jenis kebutuhan dan

kepentingan.

Air dapat memenuhi berbagai macam kebutuhan sebagaimana fungsi air yang

dapat dimanfaatkan, maka air memiliki beberapa sumber diantaranya yakni sungai,

danau, laut, waduk dan sebagainya. Sumber air menurut Sutrisno (2010:14-17)

dapat berasal dari berbagai sumber yaitu air laut yang mempunyai sifat asin, karena

mengandung garam NaCI. Kadar garam NaCI dalam air laut 3%. Dengan keadaan

ini maka air laut tak memenuhi syarat untuk air minum, selanjutnya yaitu air hujan

yang terbentuk dari butiran-butiran proses penguapan dari air, vegetasi, hewan

maupun dari tubuh manusia yang berada di permukaan bumi yang melayang

sebagai awan, terdiri dari udara lembab yang mengalami pengembunan, sehingga

mengalami tingkat kejenuhan dan jatuh ke permukaan bumi sebagai air hujan.

Selain air laut dan air hujan juga ada air permukaan yang mengalir di permukaan

bumi. Pada umumnya air permukaan mudah terkontaminasi oleh bahan-bahan

percemaran, sehingga air ini banyak mengandung bakteri, zat-zat kimia dan zat
14

lainnya yang bersifat merusak. Air ini dapat berupa air parit, air sungai, air danau,

air bendungan, air waduk, air rawa dan air laut, serta yang terakhir yakni air tanah,

dan pada dasarnya air tanah dapat berasal dari air hujan,baik melalui proses infiltasi

secara langsung ataupun secara tidak langsung dari air sungai, danau dan genangan

air lainnya. Air yang berada di rawa-rawa sering kali dikategorikan sebagai

peralihan antara air permukaan dan air tanah.

Sumber-sumber air tersebut merupakan tempat-tempat atau wadah air saat

proses siklus hidrologi berlangsung. Daur air atau siklus air menurut Asdak

(2010:7) adalah perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke

permukaan tanah dan kembali lagi laut yang tidak berhenti dan hanya tertahan

sementara di badan air dan di dalam tanah sehingga dapat dimanfaatkan oleh

makhluk hidup. Siklus hidrologi memiliki tahapan siklus yang saling terkait

mencerminkan pergerakan air meliputi proses presipitasi, evaporasi, transpirasi,

intersepsi, infiltrasi, perkolasi, aliran limpasan, aliran air bawah tanah (Setyowati,

2008:128). Siklus hidrologi menurut Effendi (2003:26) erat kaitannya dengan

evaporasi dan presipitasi, dengan uraian sebagai berikut:

“Air dipermukaan bumi menguap ke atmosfer melalui proses evaporasi


(penguapan) dari sungai, danau, laut serta oleh tanaman yang disebut
evapotranspirasi, lalu uap air bergerak ke atas membentuk awan serta
dipengaruhi oleh udara dingin pada lapisan atmosfer, dan jika sudah
terakumulasi mencapai titik jenuh maka uap air tersebut tersublimasi
sehingga butiran uap air jatuh sebagai hujan atau presipitasi”.

Proses hidrologi menurut Hadi (2006) dapat digambarkan dengan adanya

hubungan antara masukan berupa air hujan dan keluaran berupa aliran. Siklus

hidrologi terjadi secara berulang dan melewati beberapa fase yang harus dilalui,

pada siklus atau daur hidrologi inilah air terdistribusi baik di atas permukaan tanah
15

yang mengisi badan-badan air atau cekungan yang dapat terisi air ataupun terserap

kedalam tanah.

2.1.2. Kualitas Air


Kualitas air menurut Effendi (2003:12) yaitu sifat air dan kandungan

makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain di dalam air yang dinyatakan

dengan beberapa parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut, dan

sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, kadar logam, dan

sebagainya), dan parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri, dan sebagainya).

Kualitas air atau mutu air seperti yang dijelaskan pada Peraturan Pemerintah Nomor

82 Tahun 2001 merupakan kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji

berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metoda tertentu berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Water Quality can be defined as the chemical, physical and biological

characteristics of water, usually in respect to its suitability for a designated use

(Roy,2019:1). Kualitas air menurut Asdak (2019:497) mencakup keadaan fisik,

kimia, dan biologi yang dapat mempengaruhi ketersediaan air untuk pemenuhan

kehidupan manusia, industri, rekreasi, pertanian dan kebutuhan lainnya. Water

quality is determined by assessing three classes of attributes: biological,

chemical, and physical, there are standards of water quality set for each of these

three classes of attributes (Sivaranjani et.al., 2015:85). Kondisi kualitas air ini

sangat dipengaruhi oleh kualitas pasokan air yang berasal dari daerah tangkapan

sedangkan kualitas pasokan air dari daerah tangkapan berkaitan dengan aktivitas

manusia yang ada di dalamnya (Wiwoho, 2005 didalam Agustiningsih et.al.,

2012:64).
16

Berdasarkan beberapa sumber diatas maka dapat disimpulkan bahwa

kualitas air merupakan kondisi mutu air yang mencakup sifat air dari keadaan fisik,

kimia, maupun biologi yang diukur berdasarkan beberapa parameter tertentu

menggunakan metode yang telah ditetapkan serta dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor.

Penilaian kualitas atau mutu air harus berdasarkan hasil pengujian parameter-

parameter status mutu air diantaranya sebagai berikut:

1. Derajat keasaman atau pH

Derajat keasaman atau pH menurut Setyowati (2008:52) merupakan istilah

untuk menyatakan intensias keadaan asam, basa, atau netral dari suatu larutan. Nilai

pH berkisar dari 1-14, Air netral memiliki pH 7, Air yang mempunyai pH kurang

dari 7 bersifat asam, dan air yang memiliki pH lebih dari 7 bersifat basa. pH air

biasanya dimanfaatkan untuk menentukan indeks pencemaran dengan melihat

tingkat keasaman atau kebasaan air yang dikaji (Asdak, 2010:507).

2. Suhu atau temperatur

Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian permukaan,

waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta kedalaman

badan air. Temperatur atau suhu juga akan berperan mengendalikan kondisi

ekosistem suatu perairan (Effendi, 2003:57). Menurut Nonjti (2007) di dalam Aria

(2013) Suhu air pemukaan di perairan nusantara umumnya berkisar antara 28 ˚C –

31 ˚C. Oleh karena kerja angin, maka di lapisan teratas sampai kedalaman kira-kira

50-70 m dapat terjadi pengadukan. Akibatnya, di lapisan kedalaman 50 – 70 m

terdapat suhu hangat yang homogen (28 ˚C). Temperatur normal di alam (tropis)

sekitar 20˚C-30˚C (Suripin, 2004:149). Selain itu perbedaan suhu dan temperatur
17

juga akan mempengaruhi pola dan cara pemanfaatan air oleh masyarakat untuk

memenuhi kebutuhannya.

3. Padatan terlarut total (Total Dissolved Solid atau TDS)

TDS menurut Effendi (2003:64) adalah bahan-bahan terlarut (diameter < 10ˉ6

mm) dan koloid (diameter < 10ˉ6 mm-10-3mm) yang berupa senyawa-senyawa

kimia dan bahan-bahan lain yang tidak tersaring pada kertas saring diameter 0,45

μm. Nilai TDS perairan sangat dipengaruhi oleh pelapukan batuan, limpasan dari

air tanah dan pengaruh antropogenik seperti pembuangan limbah domestik dan

industri. Nilai TDS terkait dengan kekeruhan air sungai. Nilai TDS yang tinggi

menyatakan bahwa sedimen yang terlarut dan tingkat kekeruhan air yang tinggi

(Arisanty, dkk., 2017:55).

4. Biochemical Oxygen Demand (BOD)

BOD adalah jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan organisme hidup untuk

memecah bahan buangan di dalam air, semakin besar nilai BOD maka kualitas air

semakin buruk (Setyowati, 2008:53). BOD menurut Asdak (2010:504-503)

merupakan angka indeks oksigen yang diperlukan oleh bahan pencemar yang dapat

teruraikan di dalam perairan selama berlangsungnya proses dekomposisi aerobic,

BOD dapat diartikan sebagai angka indeks untuk tolak ukur tingkat pencemar dari

limbah yang berada dalam suatu sistem perairan. BOD merupakan indikator

pencemaran penting untuk menetukan kekuatan atau daya cemar air limbah,

sampah industri, atau air yang telah tercemar.

5. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen disingkat DO)

Oksigen terlarut atau DO menurut Aria (2013) mempunyai peranan yang

penting dalam penguraian bahan-bahan organik oleh berbagai jenis


18

mikroorganisme yang bersifat aerobik, sehingga jika ketersediaan oksigen tidak

mencukupi maka lingkungan perairan dan kehidupan di dalamnya akan terganggu,

sekaligus akan menurunkan kualitas air. Semakin tinggi kandungan Dissolved

Oxygen (DO) semakin bagus kualitas air tersebut (Simanjuntak, M. 2007:60).

6. Nitrat

Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan nutrien utama

bagi pertumbuhan tanaman dan algae (Effendi, 2003:153). Kadar nitrat meningkat

menggambarkan terjadinya pencemaran antropogenik yang berasal dari aktivitas

manusia dan tinja hewan (Effendi, 2003:155).

7. Total Coliform

Keberadaan bakteri coliform dapat menentukan keberadaan kontaminan

yang berasal dari buangan rumah tangga. Total Coliform Menurut chapra (1997)

didalam Kospa dan Rahmadi (2019) bakteri ini dapat menularkan jenis penyakit

tertentu utamanya penyebab terjadinya penyakit pada perut, antara lain: disentri,

tipus dan kolera.

2.1.3 Baku Mutu Kualitas Air


Baku mutu air berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 baku

mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen

yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya

di dalam air. Mutu air Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115

Tahun 2003 tentang Status Mutu air adalah kondisi kualitas air yang diukur dan

atau diuji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


19

Klasifikasi mutu air menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001

dibagi menjadi 4 (empat) kelas yaitu Kelas satu, air yang peruntukannya dapat

digunakan untuk air bakti air minum, dan atau peruntukan lain yang

mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Kelas dua, air

yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,

pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau

peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan

tersebut. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan

ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain

yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut dan yang terakhir

yakni kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi,

pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama

dengan kegunaan tersebut.

Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003

tentang Status Mutu air, salah satu penentuan status mutu air yakni menggunakan

metode STORET yang dapat mengetahui parameter-parameter yang telah

memenuhi atau melampaui baku mutu air. Prinsip metode ini membandingkan data

kualitas air dengan baku mutu air yang sesuai peruntukannya guna menentukan

status mutu air yang diklasifikasikan menjadi empat kelas yaitu, kelas A (skor 0 =

memenuhi baku mutu), kelas B (skor -1 s/d -10 = cemar ringan), kelas C (skor -

11 s/d -30 = cemar sedang), dan kelas D (skor ≥ -31 =cemar berat).

Pengambilan parameter untuk menentukan kualitas atau mutu air

disesuaikan dengan keperluan pengambilan sampel (Asdak, 2010:526). Dalam

penentuan kualitas air ini tujuan dan sasaran penelitian harus dideskripsikan secara
20

jelas agar parameter kualitas air yang akan diambil juga sesuai dengan tujuan dan

peruntukannya.

2.1.4 Dasar Hukum Pengelolaan Kualitas Air dan Pencemaran Air


Pengelolaan Kualitas Air dan Pencemaran Air diatur dan dijelaskan dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 serta menjadi dasar hukum yang jelas

untuk menetapkan kualitas dan penentuan kriteria mutu air, menggantikan

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran

Air. Pengelolaan kualitas air menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001

adalah upaya pemeliharaan air sehingga dapat mencapai kualitas air yang

diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kualitas air tetap dalam

kondisi alamiahnya, sedangkan Pengendalian pencemaran air adalah upaya

pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air untuk

menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air.

Penetapan baku mutu air selain didasarkan pada peruntukan (designated

beneficial water uses), juga didasarkan pada kondisi nyata kualitas air yang

mungkin berada antara satu daerah dengan daerah lainnya. Oleh karena itu,

penetapan baku mutu air dengan pendekatan golongan peruntukkan perlu

disesuaikan dengan menerapkan pendekatan klasifikasi kualitas air (kelas air).

Dengan ditetapkannya baku mutu air pada sumber air dan memperhatikan kondisi

airnya, akan dapat dihitung berapa beban zat pencemar yang dapat ditoleransi oleh

air penerima sehingga air dapat tetap berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

2.1.5 Aktivitas Masyarakat


Aktivitas menurut Anton M. Mulyono (2001:26) adalah segala kegiatan

atau keaktifan yang dilakukan dan terjadi baik fisik maupun non fisik. Aktivitas

masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi kegiatan dan perilaku
21

masyarakat dalam memanfaatkan Sungai Muncul dengan berbagai peruntukan

seperti mencuci, mandi, wisata, dan sumber pengairan irigasi sawah saat musim

kemarau. Aktivitas yang dilakukan oleh rumah tangga, pertanian dan industri

tentunya menimbulkan limbah yang jika tidak diolah dengan baik akan memberi

dampak pada penurunan kualitas lingkungan (Kospa, 2019:213). Kualitas air sungai

dipengaruhi oleh kualitas pasokan air yang berasal dari daerah tangkapan

sedangkan kualitas pasokan air dari daerah tangkapan berkaitan dengan aktivitas

manusia yang ada di dalamnya (Arnop, 2019:15).

Aktivitas-aktivitas tersebutlah yang sedikit banyaknya akan mempengaruhi

kualitas air Sungai Muncul. Semakin banyak aktivitas di sepanjang daerah aliran

sungai tersebut maka semakin besar pula potensi pencemaran yang mungkin akan

terjadi. Pencemaran ini mengakibatkan menurunnya kualitas kesehatan masyarakat

terutama masyarakat yang berada di sekitar daerah aliran sungai yang

kesehariannya memanfaatkan sungai tersebut. Selain kesehatan masyarakat,

kualitas lingkungan pun akan menurun, sehingga akibat dari aktivitas masyarakat

ini nantinya juga akan dirasakan kembali oleh masyarakatnya baik secara langsung

maupun tidak langsung.

2. 2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan


Penelitian yang relevan merupakan beberapa penelitian terdahulu yang

memiliki topik kajian hampir sama dengan penelitian yang akan di lakukan dan

dapat dijadikan pedoman untuk penelitian selanjutnya. Penelitian terkait kualitas

air sungai telah beberapa kali dilakukan di lokasi dan waktu yang berbeda-beda.

Diantaranya yaitu penelitian mengenai pengaruh wisata dan aktivitas masyarakat

terhadap kualitas Sungai Babarsari serta tingkat kenyamanan pengunjung

berdasarkan PP. No 82 Tahun 2001 mengenai kualitas air serta menggunakan


22

metode STORET yang di teliti oleh Elisa, dkk (2017). Penelitian terkait kualitas air

ini juga di teliti oleh Aria, dkk (2013) di Sungai Betimus sebab sungai ini juga

dijadikan sebagai lokasi wisata yang berpotensi menurunkan kualitas airnya.

Penelitian yang hampir sama juga telah dilakukan oleh Qodri dan Hendrik (2008)

di Sungai Remu untuk meneliti perubahan kualitas air akibat pencemaran oleh

aktivitas masyarakat di sekitar Sungai Remu Kota Sorong.

Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dari penelitian-penelitian

sebelumnya. Persamaan dengan penelitian sebelumnya antara lain : mengkaji dan

meneliti tentang kualitas air sungai yang dipengaruhi oleh aktivitas masyarakat

berdasarkan parameter-parameter yang telah ditetapkan di PP. No 82 Tahun 2001

untuk menetukan baku mutu sesuai kelas airnya. Adapun perbedaan penelitian ini

dengan penelitian sebelumnya adalah mengenai parameter yang diuji untuk

menentukan kualitas airnya yang telah disesuaikan oleh kelas airnya, serta objek

dan jenis aktivitas masyarakatnya, kerena berbeda lokasi penelitian tentu saja

aktivitas masyarakatnya juga berbeda tergantung dengan potensi sungai dan

karakteristik wilayahnya. Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang relevan

dengan penelitian ini disajikan dalam tabel 1 berikut ini :

Tabel 1 Kajian hasil penelitian yang relevan

Judul Penelitian Tujuan penelitian Teknik Hasil penelitian


Pengumpulan
Data
1.Dampak Aktivitas -Menganalisis - Data Primer - Aktivitas masyarakat di
Masyarakat pengaruh (Observasi, Uji Sungai Babarsari
Terhadap Kualitas aktivitas Laboratorium, menyebabkan penurunan
Air Sungai Babarsari masyarakat Wawancara) kualitas air, terutama
Kecamatan terhadap kualitas pada stasiun 3 dan 4
Kutalimbaru air Sungai - Data Sekunder tercemar sedang menurut
Kabupaten Deli Babarsari (dokumentasi baku mutu kualitas air
Serdang - Mengetahui berupa data yang PP No. 82 tahun 2001
persepsi diperoleh dari dengan sistem penilaian
masyarakat jurnal dan buku) STORET.
23

(Elisa lestari terhadap - Sebesar 79,1%


simanjuntak, kenyamanan di pengunjung menyatakan
dkk,2017) Sungai Babarsari objek wisata Babarsari
indah.

2. Analisis Dampak - Mengetahui - Data Primer - Kegiatan wisata di


Kegiatan Wisata pengaruh ( Observasi, Sungai Betimus
Terhadap Kualitas Air pengunjung kuisioner, dan uji berpotensi menurunkan
Sungai Betimus wisata Sungai laboratorium) kualitas air walaupun
Kecamatan Sibolangit Betimus nilainya masih berada di
Kabupaten Deli terhadap kualitas - Data sekunder bawah ambang batas
Serdang air ( Dokumentasi) baku mutu kualitas air.
- Mengetahui - Kenyaman
( Ghanang Dhika Aria, persepsi pengunjung obyek
dkk, 2013) pengunjung wisata Sungai Betimus
terhadap wisata mencapai 76,31%, dan
Sungai Betimus kepuasan pengunjung
mencapai 73.68%.
3. Dampak Aktifitas - Mengetahui - Data Primer - Kualitas Air Sungai
Masyarakat Kota kualitas air dan (observasi, Remu rata – rata di atas
Sorong tingkat Pengumpulan data Standar maksimum.
Terhadap Tingkat pencemaran di lapangan,
Pencemaran Air Sungai Sungai Remu wawancara, uji -Faktor – faktor utama
Remu dengan melakukan laboratorium) yang mencemari Sungai
pengujian sampel Remu adalah Sebagian
( Qadry Malawat dan air di laboratorium -Data sekunder besar masyarakat masih
Hendrik Pristianto, (dokumentasi membuang sampah dan
2009) -Mengetahui berupa studi limbah domestik ke
faktor–faktor yang pustaka) sungai, dan belum adanya
menyebabkan sistem pengelolaan
terjadinya limbah cair rumah tangga
pencemaran di atau industri serta
sungai remu kepadatan pemukiman
yang tinggi.

2.3 Kerangka Berfikir


Permasalahan pada penelitian ini adalah perubahan kualitas air Sungai

Muncul di Desa Rowoboni Kecamatan Banyubiru khususnya menjadi keruh yang

diakibatkan oleh aktivitas masyarakat. Masyarakat yang dimaksud yaitu

pengunjung wisata Sungai Muncul dengan kegiatan berupa mandi, mencuci, dan

wisata river tubing serta masyarakat lokal yang memanfaatkan Sungai Muncul

dengan aktivitas berupa Mandi Cuci Kakus (MCK), dan irigasi sawah saat musim
24

kemarau. Kualitas air Sungai Muncul dalam penelitian ini juga dilihat dari dua sisi

yakni secara kualitatif berdasarkan persepsi masyarakat yang memanfaatkan

Sungai Muncul dengan variabel kualitas air Sungai Muncul secara visual maupun

kenyamanan dalam menggunakan air Sungai Muncul serta secara kuantitatif yakni

melalui penentuan baku mutu air secara fisika, kimia, dan biologi berdasarkan

klasifikasi mutu air kelas dua menurut PP No. 82 Tahun 2001 yaitu air kelas dua

yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,

pembudidayaan ikan air tawar, peternakan ,air untuk mengairi pertanaman, dan atau

peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan

tersebut, diukur dengan parameter-parameter yang terdiri dari pH, suhu, DO, BOD,

Nitrat, TDS, dan Total Coliform.

Parameter-parameter tersebut sudah di sesuaikan dengan tujuan penelitian

ini dan aktivitas masyarakat yang ada di Sungai Muncul, sehingga parameter-

parameter tersebut relevan dengan aktivitas masyarakat yang ada di Sungai Muncul.

Melalui hasil pengukuran parameter tersebut maka selanjutnya dapat ditentukan

status mutu airnya menggunakan metode STORET. Status kualitas air Sungai

Muncul ini juga ditinjau berdasarkan persepsi masyarakat serta hasil uji

laboratorium kualitas air. Setelah mengetahui status mutu air Sungai Muncul ini

maka penulis memberikan solusi dan saran kepada pemerintah Desa Rowoboni dan

pengelola Sungai Muncul sesuai dengan hasil penelitian nantinya dan diharapkan

mampu meminimalisir masalah sebelumnya yakni air Sungai Muncul yang

cenderung keruh serta saran untuk menjaga kualitas airnya.

Berdasarkan kerangka berfikir di atas maka dapat dilihat konsep penelitian dalam

gambar berikut ini :


25

Air Sungai Muncul Keruh

Aktivitas Masyarakat

Pengunjung Masyarakat lokal yang


Wisata memanfaatkan sungai
muncul

Mandi, mencuci, Mandi Cuci Kakus


wisata river tubing (MCK), Irigasi
Pertanian

Kualitas air
Kualitas Air Sungai Muncul di
- sumber air
Kualitas air di Sungai
Dusun Muncul
Rowoganjar Persepsi Baku mutu kualitas air - lokasi
Dan Dusun masyarakat yang Sungai Muncul wisata Sungai
Muncul menurut PP No. 82 Muncul
dan pengelola
wisata Sungai Tahun 2001 dengan - sekitar
Muncul parameter yang terdiri sawah Dusun
dari pH, suhu, DO, Rowoganjar
BOD, Nitrat, TDS, -pemukiman
Total Coliform di Dusun
Rowoganjar
- kenyaman
pengunjung Penentuan status mutu air
- kualitas air
menggunakan metode
Sungai Muncul
STORET
secara visual

Status mutu air Sungai


Muncul

Solusi dan saran untuk menjaga kualitas air Sungai Muncul

Gambar 1 Kerangka berfikir


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di Desa Rowoboni di Kecamatan

Banyubiru Kabupaten Semarang dengan letak astronomis Desa Rowoboni di

110°26’16,4”BT-110°26’44,8”BT dan 7°18’22,7”LS-7°19’52,1”LS. Objek

penelitian ini tepatnya berada di Sungai Muncul yang mengalir melewati Dusun

Muncul dan Dusun Rowoganjar dan bermuara di Rawa Pening. Sungai Muncul

merupakan bagian dari sub-DAS Parat yang terdiri dari Sungai Parat dan Sungai

Muncul. Penulis memilih lokasi penelitian ini karena Sungai Muncul merupakan

sungai yang pemanfaatannya lebih banyak dibandingkan sungai-sungai lain

yang bermuara di Rawa Pening. Sungai Muncul ini dijadikan sebagai objek

wisata pemandian, river tubing, MCK dan sumber irigasi sawah saat musim

kemarau di Desa Rowoboni. Lokasi penelitian serta titik pengambilan sampel

dalam penelitian kali ini dapat dilihat melalui gambar 2 berikut ini:

26
27

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian di Desa Rowoboni


28

3.2 Populasi
Obyek dalam penelitian ini terdiri dari Sungai Muncul di Desa Rowoboni

yang memiliki potensi untuk dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar dan seluruh

masyarakat usia dewasa yang sehat jasmani dan rohani serta dapat

berkomunikasi dengan baik dan dapat memberikan informasi yang representatif.

Masyarakat yang menjadi populasi merupakan masyarakat yang berada di Desa

Rowoboni Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. Masyarakat tersebut

merupakan masyarakat yang beraktivitas di sekitar Sungai Muncul dan

berpotensi untuk mempengaruhi status mutu air Sungai Muncul. Masyarakat

tersebut terdiri dari penduduk di Dusun Muncul dan Dusun Rowoganjar Desa

Rowoboni dengan jumlah 320 kepala keluarga (kk) serta pengelola wisata

Sungai Muncul yang dapat memberikan informasi mengenai aktivitas dan

perilaku pengunjung wisata di Sungai Muncul.

3.3 Sampel dan Teknik Sampling


Sampel dalam penelitian ini terdiri dari masyarakat yang berada di

sekitar Sungai Muncul Desa Rowoboni serta pengelola wisata Sungai Muncul

yang mencakup pengelola river tubing dan dan pemandian Sungai Muncul.

Masyarakat yang menjadi sampel hanya masyarakat yang memanfaatkan Sungai

Muncul tepatnya masyarakat di Dusun Muncul dan Dusun Rowoganjar, karena

kedua dusun tersebut merupakan dusun di Desa Rowoboni serta merupakan

pemukiman yang dilewati oleh aliran Sungai Muncul sebelum akhirnya

bermuara di Rawa Pening. Jumlah kepala keluarga (kk) di Dusun Muncul terdiri

dari 111 kk dan Dusun Rowoganjar yang terdiri dari 210 kk sehingga total

populasi dari kedua dusun tersebut 320 kk. Pengelola wisata Sungai Muncul juga

termasuk sampel dalam penelitian ini, sebab kegiatan dari pengunjung wisata
29

Sungai Muncul tentu saja akan mempengaruhi kualitas air Sungai Muncul,

Namun dikarenakan situasi dan kondisi yang tidak mendukung maka informasi

diperoleh dari pengelola wisata Sungai Muncul dan river tubing serta pihak-

pihak yang berperan dalam pengelolaan wisata Sungai Muncul ini . Kriteria

masyarakat yang dijadikan sampel harus cukup dewasa (umur 17 tahun ke atas),

sehat jasmani dan mampu berkomunikasi dengan baik sehingga dapat

memberikan informasi yang representatif.

Sampel dalam penelitian ini juga terdiri dari air di Sungai Muncul yang

dimanfaatkan oleh masyarakat. Air Sungai Muncul yang dijadikan sampel

diperoleh dari empat titik sampel dengan bentuk kegiatan masyarakat yang

berbeda di setiap titiknya, hasil pengukuran parameter kualitas air di empat titik

sampel ini nantinya dapat mempresentasikan pengaruh aktivitas masyarakat

terhadap kualitas airnya. Titik 1 (satu) pengambilan sampel air sungai ini terletak

di koordinat 7˚19’42,9” LS-110˚26’25,7”BT tepatnya di sumber mata air Sungai

Muncul, Titik 2 (dua) pengambilan sampel air Sungai Muncul ini terletak di

koordinat 7˚19’38,7” LS-110˚26’28,9”BT tepatnya di sekitar lokasi wisata

Sungai Muncul di Dusun Muncul, titik sampel ke-3 (tiga) terletak pada koordinat

7˚19’13,3” LS-110˚26’34,2”BT tepatnya di sekitar sawah di Desa Rowoboni,

dan titik sampel air ke-4 (empat) terletak pada koordinat 7˚19’4,9” LS-

110˚26’33,5”BT pemukiman Dusun Rowoganjar Desa Rowoboni.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive

sampling (sampel bertujuan), yaitu cara pengambilan sampel disengaja dengan

tujuan sampel tersebut dapat mewakili setiap unsur yang ada dalam populasi.

Teknik ini digunakan dalam pengambilan data kualitatif berdasarkan persepsi


30

masyakarakat yang menggunakan air Sungai Muncul, serta data kuantitatif yang

berupa pengukuran parameter kualitas air di empat titik sampel yang memiliki

perbedaan aktivitas masyarakatnya.

Penentuan jumlah sampel masyarakat yang tinggal di sekitar Sungai Muncul

menggunakan teknik purposive sampling, karena teknik pengambilan sampel ini

maka dari 320 kk yang berdomisili di Desa Rowoboni hanya masyarakat yang

tinggal di tepi Sungai Muncul yang dijadikan sampel, tentu saja sampel terpilih

ini merupakan masyarakat yang menggunakan dan mempengaruhi kualitas air

Sungai Muncul. Selain itu teknik purposive sampling ini digunakan untuk

sampel pengelola wisata Sungai Muncul guna memperoleh data terkait

pengelolaan wisata. Ukuran jumlah sampel dan jumlah populasi lebih jelasnya

dapat dilihat di tabel 2 berikut ini :

Tabel 2. Sampel dan Teknik Sampling


Jenis Kriteria Populasi Jumlah Jumlah Sampel
Populasi Populasi
Air Sungai Air yang dimanfaatkan Seluruh aliran Empat titik sampel yang
Muncul oleh masyarakat Sungai Muncul diperoleh dari:
sekitar yang mengalir di - Sumber air Sungai Muncul
Desa Rowoboni - Lokasi wisata Sungai Muncul
- Kawasan pertanian Sungai
Muncul
-Pemukiman di Dusun
Rowoganjar
Masyarakat Masyarakat usia Total populasi Terdiri dari masyarakat yang
Desa dewasa yang terdiri dari 320 tinggal di tepi Sungai Muncul
Rowoboni memanfaatkan air KK yang terdiri yang serta menggunakan dan
Sungai Muncul dan dari 210 KK di berpotensi mempengaruhi
dapat memberikan Dusun kualitas air Sungai Muncul.
informasi serta Rowoganjar dan
berdomisili di Desa 111 KK di
Rowoboni Dusun Muncul
Pengelola Masyarakat sekitar Pengelola Terdiri dari pedagang di kawasan
wisata Sungai Muncul yang wisata Sungai wisata Sungai Muncul, serta
Sungai mengelola wisata dan Muncul dan pengelola wisata River tubing dan
Muncul dapat memberikan River tubing pemandian Sungai muncul
informasi yang jelas
31

3.4 Variabel Penelitian


Variabel dalam penelitian ini terdiri dari aktivitas masyarakat di Desa

Rowoboni dan kualitas air Sungai Muncul. Aktivitas masyarakat merupakan

variabel yang mempengaruhi sedangkan kualitas air Sungai Muncul adalah variabel

yang dipengaruhi. Kedua variabel ini memiliki sub-sub variabel diantaranya yakni

masyarakat yang terdiri dari masyarakat lokal yang memanfaatkan Sungai Muncul

serta pengelola wisata Sungai Muncul dengan kegiatan dan peraturan yang dibuat

untuk kegiatan wisata di Sungai Muncul, dimana kegiatan yang biasa dilakukan

oleh pengunjung wisata meliputi mandi, mencuci, wisata river tubing, serta

pengairan irigasi sawah saat musim kemarau. Kegiatan masyarakat ini akan

mempengaruhi kualitas air Sungai Muncul. Kualitas air Sungai Muncul merupakan

variabel yang dipengaruhi dengan sub variabel berupa kualitas air secara fisika,

kimia, dan biologi menurut PP No. 82 Tahun 2001 dengan parameter yang terdiri

dari pH, suhu, DO, BOD, Nitrat, TDS, Total Coliform. Variabel penelitian disajikan

dalam tabel 3 berikut ini:

Tabel 3. Variabel Penelitian


Tabel Variabel Penelitian
No Tujuan Variabel Sub- Variabel Indikator Pengumpulan
Penelitian Penelitian Data
1 Mengetahui Aktivitas Bentuk aktivitas -Mandi Cuci Kakus Observasi
aktivitas masyarakat masyarakat lokal (MCK) lapangan dan
masyarakat sekitar Sungai -Irigasi sawah wawancara
di sekitar Muncul pertanian
Sungai - Berdagang di wisata
Muncul Sungai Muncul
Cara pengelolaan -Sistem pengelolaan Observasi
wisata Sungai Sungai Muncul lapangan dan
Muncul oleh -Peraturan terkait wawancara
pengelola Sungai Wisata Sungai Muncul
Muncul
2 Mengetahui Kualitas air Penilaian kualitas pH, Suhu, DO, BOD, Uji
kualitas air Sungai air berdasarkan Nitrat, TDS, Total laboratorium
Sungai Muncul klasifikasi mutu air Coliform
Muncul secara baku kelas dua menurut
mutu
32

PP No. 82 Tahun
2001
Kualitas air Persepsi masyarakat -Tingkat Wawancara
melalui lokal yang kenyamanan
persepsi menggunakan air menggunakan air
masyarakat Sungai Muncul dan Sungai Muncul
pengelola wisata -Kualitas Sungai
Sungai Muncul Muncul secara visual
3 Mengetahui Status mutu Menggunakan -Kelas A : baik sekali, Analisis data
keterkaitan air Sungai metode STORET skor = 0 memenuhi uji
aktivitas Muncul baku mutu laboratorium
masyarakat -Kelas B : baik, skor =
terhadap -1 s/d-10 cemar ringan
kualitas air -Kelas C : sedang,
Sungai skor = -11 s/d -30
Muncul cemar sedang
-Kelas D : buruk, skor
≥ -31 cemar berat

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data terdiri dari data primer yakni data yang

diperoleh di lapangan berupa hasil wawancara maupun hasil dari laboratorium

untuk data nilai dari parameter kualitas air yang telah ditentukan serta data

sekunder yang berasal dari kajian pustaka dan penelitian terkait kualitas air.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini disesuaikan berdasarkan

variabel dari setiap tujuan penelitian:

1. Observasi lapangan

Observasi lapangan dilakukan untuk memperoleh data kualitatif pada

tujuan pertama mengenai aktivitas masyarakat di sekitar Sungai Muncul serta

tujuan kedua mengenai kualitas air Sungai Muncul. Observasi lapangan ini

berupa pengamatan langsung secara visual terkait aktivitas yang dilakukan

masyarakat serta kualitas air Sungai Muncul.

Observasi lapangan pada penelitian ini juga mencakup proses

pengambilan sampel air di empat titik sampel yang nantinya sampel tersebut

akan di uji kualitasnya di laboratorium. Titik sampel tersebut harus


33

mempresentasikan pengaruh aktivitas masyarakat terhadap kualitas airnya. Titik

1 (satu) pengambilan sampel air sungai ini terletak di koordinat 7˚19’42,9” LS-

110˚26’25,7”BT tepatnya di sumber mata air Sungai Muncul, Titik 2 (dua)

pengambilan sampel air Sungai Muncul ini terletak di koordinat 7˚19’38,7” LS-

110˚26’28,9”BT tepatnya di sekitar lokasi wisata Sungai Muncul di Dusun

Muncul, titik sampel ke-3 (tiga) terletak pada koordinat 7˚19’13,3” LS-

110˚26’34,2”BT tepatnya di sekitar sawah di Desa Rowoboni, dan titik sampel

air ke-4 (empat) terletak pada koordinat 7˚19’4,9” LS-110˚26’33,5”BT

pemukiman Dusun Rowoganjar Desa Rowoboni.

. Pengambilan sampel ini disesuaikan dengan syarat dan standart yang

berlaku untuk setiap parameternya, agar mendapatkan hasil yang akurat.

2 . Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan cara langsung

bertatap muka dengan responden yakni masyarakat lokal yang memanfaatkan

Sungai Muncul serta pengelola wisata Sungai Muncul. Peneliti sebelumnya telah

menyiapkan pedoman dan daftar pertanyaan yang berkaitan dengan apa yang

akan diteliti. Wawancara bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih

detail terkait aktivitas masyarakat dalam memanfaatkan air Sungai Muncul.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data sekunder dan data

primer berupa foto keadaan sungai muncul dan bentuk aktivitas masyarakatnya

serta untuk memperkuat bukti penelitian serta data pendukung lainnya seperti

kajian pustaka melalui buku atau jurnal mengenai kualitas air. Data primer dalam

penelitian ini berupa foto lokasi dan objek penelitian diambil saat melakukan
34

penelitian langsung kelapangan, sedangkan untuk data sekunder diperoleh dari

pemerintah Desa Rowoboni yang mencakup data profil Desa Rowoboni serta

kajian pustaka dari penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini.

4. Uji Laboratorium

Air Sungai Muncul yang telah diambil sampelnya akan di uji kualitasnya

di laboratorium. Uji Laboratorium dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan

dan Pengujian Alat Kesehatan (Balai Labkes PAK) Provinsi Jawa Tengah. Uji

laboratorium ini dilaksanakan untuk memperoleh data kuantitatif pada tujuan

penelitian kedua mengenai kualitas air, pengujian ini berguna untuk

mendapatkan nilai dari setiap parameter yang terdiri dari pH, suhu, DO, BOD,

Nitrat, TDS, Total Coliform. Parameter tersebut digunakan untuk menentukan

kualitas air Sungai Muncul secara fisika, kimia, maupun biologi serta status

mutu airnya.

3.6 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi teknik

analisis data deskriptif dan komparatif sebagai berikut.

1. Teknik analisis data deskriptif

Teknik analisis ini digunakan untuk menganalisis data dengan cara

mendeskripsikan data yang terkumpul. Teknik analisis ini dapat digunakan

untuk menganalisis data kualitatif pada tujuan pertama mengenai aktivitas

masyarakat di sekitar Sungai Muncul, tujuan kedua mengenai persepsi

masyarakat terhadap kualitas air Sungai Muncul dan tujuan ketiga mengenai

pengaruh aktivitas masyarakat terhadap kualitas air Sungai Muncul. Data hasil

wawancara observasi dari masyarakat mengenai aktivitas mereka di Sungai

Muncul serta persepsinya terhadap Sungai Muncul juga akan dijelaskan lebih
35

lanjut sesuai dengan hasil yang diperoleh di lapangan dan berdasarkan tujuan

ketiga dalam penelitian ini, nantinya akan di deksripsikan seberapa besar

pengaruh aktivitas masyarakat tersebut terhadap kualitas air Sungai Muncul

setelah diperoleh nilai dari setiap parameter yang di uji di laboratorium sesuai

dengan baku mutu air berdasarkan peruntukannya menurut PP NO.82 Tahun

2001. Sehingga diperoleh jawaban apakah kegiatan tersebut sangat berpengaruh

atau tidak terhadap status mutu airnya dan nilai dari setiap parameter kualitas air

yang diuji.

2. Teknik analisis data komparatif

Teknik analisis ini digunakan untuk menganalisis data pada tujuan kedua

dan ketiga mengenai kualitas air Sungai Muncul secara kuantitatif. Setelah

dilakukan pengujian kualitas air Sungai Muncul dengan parameter yang terdiri

dari pH, suhu, DO, BOD, Nitrat , TDS, dan Total Coliform maka akan diperoleh

nilai dari setiap parameter tersebut. Data kualitas air tersebut akan dibandingkan

dengan baku mutu air yang disesuaikan peruntukannya menurut PP No.82

Tahun. Pada penelitian ini kelas air yang digunakan adalah kelas dua dengan

fungsi sebagai prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar,

peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang

mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Membandingkan data kualitas air dengan baku mutunya merupakan prinsip dari

metode STORET. Melalui metode ini dapat diketahui parameter-parameter yang

telah memenuhi atau melampaui baku mutu air dan dapat ditentukan status mutu

airnya. Penentuan status mutu air ini dengan menggunakan sistem nilai dari “US-
36

EPA (Environmental Protection Agency)” dengan mengklasifikasikan mutu air

dalam empat kelas yang disajikan dalam tabel 4 berikut ini:

Tabel 4. Klasifikasi mutu air metode SORET


Kelas Skor Mutu
A 0 Memenuhi baku mutu
B -1 s/d -10 Cemar ringan
C -11 s/d -30 Cemar sedang
D ≥ -31 Cemar Berat

Hasil dari analisis berdasarkan tabel 4 yaitu identifikasi status mutu air

Sungai Muncul berdasarkan klasifikasi dari metode STORET. Jika dilihat dari

kualifikasi mutu air menggunakan metode SORET maka dapat diketahui bahwa

kualitas air sungai desa rowobani berada pada kategori A, artinya air sungat tidak

tercemar dan memenuhi baku mutu.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Penelitian


4.1.1 Kondisi Umum Desa Rowoboni
Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di Desa Rowoboni di Kecamatan

Banyubiru Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah dengan letak astronomis di

110°26’16,4”BT-110°26’44,8”BT dan 7°18’22,7”LS-7°19’52,1”LS. Penamaan

Desa ini berasal dari kata Rowo dan Boni. Rowo mempunyai arti air dan Boni

mempunyai arti Sumber, atau dengan kata lain Rowoboni berarti sumber air. Sebab

di desa ini mudah untuk mendapatkan air. Salah satunya sumber air terbesar di desa

ini yaitu Sumber Air di Dusun Muncul, yang hingga saat ini terkenal dengan

Pemandian Muncul.

Desa Rowoboni terletak di Kecamatan Banyubiru dengan batas wilayah di

sebelah Utara berbatasan dengan Rawa Pening, di sebelah Barat berbatasan dengan

Desa Tenggaron dan Desa Kebondowo, di Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa

Kebumen dan Desa Gedong, serta di sebelah Timur berbatasan dengan Desa

Kalibeji Kecamatan Tuntang.

Desa Rowoboni merupakan salah satu desa dari 10 desa di Kecamatan

Rowoboni. Desa Rowoboni berada paling ujung timur di Kecamatan Banyubiru

yang berbatasan langsung dengan Danau Rawa Pening dan Kecamatan Tuntang.

Kecamatan Banyubiru yang berada di Kabupaten Semarang merupakan salah satu

kawasan strategis pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tinggi. Hal

tersebut tentunya sangat berkorelasi dengan keberadaan sumber daya alam di

Kecamatan Banyubiru itu sendiri yang sangat banyak, diantaranya Rawa Pening,

37
38

Mata Air Muncul, dan perbukitan yang berada di dalamnya. Sementara potensi

tersebut jugalah yang membawa Kecamatan Banyubiru sebagai kawasan

pengembangan agriwisata. Wilayah administrasi Desa Rowoboni dapat dilihat

melalui gambar 3 peta administrasi Desa Rowoboni berikut ini:

Gambar 3. Peta Administrasi Desa Rowoboni


39

4.1.2 Kondisi Topografi Desa Rowoboni


Topografi merupakan bentuk permukaan bumi yang terjadi pada setiap

daerah atau biasa disebut dengan kelerengan permukaan bumi. Keadaan Topografi

wilayah Kabupaten Semarang dapat diklasifikasikan ke dalam 4 (empat) kelompok,

yaitu wilayah datar dengan tingkat kemiringan kisaran 0-8%, wilayah

bergelombang dengan tingkat kemiringan kisaran 8-15%, wilayah curam dengan

tingkat kemiringan kisaran 15-40%, wilayah sangat curam dengan tingkat

kemiringan >40%. Desa Rowoboni terletak diketinggian 450 meter dari permukaan

air laut dengan topografi yang terdiri dari topografi datar, landai, dan curam.

Dengan kemiringan 0–8 %, 8–15 %, dan 15–40 %. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel 5 berikut ini tentang klasifikasi kelerengan Desa Rowoboni;

Tabel 5. Klasifikasi Kelerengan Desa Rowoboni


No Dusun RW RT Kelerengan Elevasi

1. Muncul I 1 8 – 15% Landai


0 – 8% Datar
2 8 – 15% Landai
0 – 8% Datar
2. Rowoganjar II 1 0 – 8% Datar
2 0 – 8% Datar
3 0 – 8% Datar
3. Rowokasam III 1 0 – 8% Datar
2 0 – 8% Datar
3 0 – 8% Datar
4. Candisari IV 1 0 – 8% Datar
2 0 – 8% Datar
3 0 – 8% Datar
25 – 40% Curam
5. Gondangsari V 1 0 – 8% Datar
2 0 – 8% Datar
6. Sentul VI 1 25 – 40% Curam
2 25 – 40% Curam
Sumber: BAPPEDA Kabupaten Semarang, Tahun 2011
40

Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa kelerengan di Desa Rowoboni terdapat

kelerengan datar, landai dan curam. Desa Rowoboni di dominasi kelerengan datar

yang berada di Dusun Rowokasam, dan Rowoganjar dan sebagian besar wilayah

sawah Desa Rowoboni, lereng landai di Dusun Muncul. Sementara ada kelerengan

curam yang terdapat di Desa Sentul hal ini disebabkan oleh letak Dusun Sentul yang

berada di dekat pegunungan. Kondisi topografi Desa Rowoboni juga dapat dilihat

melalui gambar 4 peta kelerengan Desa Rowoboni berikut ini:

Gambar 4. Peta Kelerengan Desa Rowoboni


Sumber: Dokumen Profil Desa
Rowoboni
41

4.1.3 Kondisi Klimatologi Desa Rowoboni


Klimatologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang iklim atau cuaca

rata-rata pada daerah tertentu. Namun pada hal ini klimatologi yang dimaksud

mencakup kondisi rata-rata curah hujan yang tentu saja akan mempengaruhi cuaca

daerah setempat. Klimatologi atau curah hujan di wilayah Desa Rowoboni yaitu

curah hujan dengan kisaran 1.500–2.000 mm/tahun dan 2.000–2.500 mm/tahun.

Berikut merupakan tabel curah hujan rata-rata di Desa Rowoboni:

Tabel 6. Curah Hujan Rata-Rata Desa Rowoboni


No Dusun RW RT Curah Hujan Keterangan
(mm/th)
1. Muncul I 1 2000 - 2500 Sedang
2 2000 - 2500 Sedang
2. Rowoganjar II 1 2000 - 2500 Sedang
2 2000 - 2500 Sedang
3 2000 - 2500 Sedang
3. Rowokasam III 1 2000 - 2500 Sedang
2 2000 - 2500 Sedang
3 2000 - 2500 Sedang
4. Candisari IV 1 2000 - 2500 Sedang
2 2000 - 2500 Sedang
3 2000 - 2500 Sedang
1500 - 2000 Rendah
5. Gondangsari V 1 2000 - 2500 Sedang
1500 - 2000 Rendah
2 1500 - 2000 Rendah
2000 - 2500 Sedang
6. Sentul VI 1 2000 - 2500 Sedang
2 1500 – 2000 Rendah
Sumber: BAPPEDA Kabupaten Semarang, Tahun 2011

Pada tabel 6 dapat diketahui bahwa klasifikasi curah hujan di Desa

Rowoboni terdapat dua tipe yaitu curah hujan rendah (1500-2000 mm/th) dan

sedang (2000-2500 mm/th). Klasifikasi curah hujan rendah terdapat di Dusun

Candisari Rt 03, Dusun Gondangsari Rt 02, dan di Dusun Sentul Rt 02. Sedangkan

untuk klasifikasi curah hujan sedang terdapat di Dusun Muncul Rt 01,02,03, Dusun

Rowoganjar Rt 01,02,03, Dusun Rowokasam Rt 01,02,03, Dusun Candisari Rt

01,02, Dusun Gondangsari Rt 01, dan Dusun Sentul Rt 01. Dengan adanya data
42

curah hujan rata-rata tersebut maka kita dapat memperediksikan wilayah yang

berisiko mengalami banjir di musim penghujan, yakni Dusun Rowoganjar, Dusun

Rowokasam, dan Dusun Candisari.

4.1.4 Kondisi Hidrologi Desa Rowoboni


Air merupakan sumber daya yang selalu digunakan di sebagian aktivitas

manusia. Peran air sangatlah penting bagi kelangsungan hidup manusia. Sumber air

dibedakan menjadi air tanah dan air permukaan. Sumber air tanah berupa mata air

sedangkan yang termasuk air permukaan yaitu sungai. Berikut penjelasan sumber

air yang terdapat di Desa Rowoboni.

4.1.4.1 Sungai

Sungai termasuk sumber air permukaan tanah, biasanya sungai yang airnya

masih jernih digunakan masyarakat yang tinggal dekat sungai sebagai tempat cuci

baju, dan mandi. Desa Rowoboni dilewati satu aliran sungai yaitu Sungai Muncul.

Objek pada penelitian ini tepatnya berada di Sungai Muncul yang mengalir

melewati Dusun Muncul dan Dusun Rowoganjar dan bermuara di Rawa Pening.

Sungai Muncul merupakan bagian dari sub-DAS Parat yang terdiri dari

Sungai Parat dan Sungai Muncul, sumber air di Sungai Muncul ini berasal dari

beberapa mata air yang ada di Desa Rowoboni yang disebut dengan Sumber air

Muncul. Sejak tahun 2015 Sungai Muncul ini mulai dimanfaatkan oleh masyarakat

setempat sebagai objek wisata, yakni wisata pemandian muncul dan river tubing

yang dimana sebelumnya sungai ini hanya dimanfaatkan oleh masyarakat lokal,

namun sekarang pemanfaatannya sudah lebih maksimal yakni sebagai objek wisata.

Kegiatan masyarakat di Sungai Muncul ini sangat beragam, mulai dari

kegiatan mandi, mencuci, kakus (BAK/BAB) yang dilakukan oleh masyarakat


43

lokal dan pengunjung wisata Sungai Muncul, serta kegiatan wisata river tubing dan

irigasi sawah di musim kemarau. Aktivitas-aktivitas tersebut tentu saja sedikit

banyaknya akan mempengaruhi kualitas air Sungai Muncul baik secara fisika,

kimia, ataupun biologi. Perubahan kualitas air ini jika terus-menerus terjadi maka

tentu akan menurunkan tingkat kenyamanan dan keamaan. Kondisi Sungai Muncul

dapat dilihat pada gambar 5 berikut ini:

Gambar 5. Sungai Muncul


Sumber: Dokumentasi peneliti, 2020

Berdasarkan gambar 5 mengenai Sungai Muncul maka dapat dilihat kondisi

air Sungai Muncul yang mengalir jernih dan terlihat bagian dasar sungainya. Oleh

karena itu air sungai desa muncul masih asri dan belum tercemar sehingga banyak

kegunaannya untuk masyarakat sekitar.

4.1.4.2 Mata Air

Mata air yang terdapat di Desa Rowoboni berupa sumber air tanah. Terdapat

beberapa sumber air tanah yang memiliki air yang melimpah digunakan secara

bersama di Desa Rowoboni untuk MCK umum. Sumber mata air ini memiliki air

yang sangat jernih dan bersih, sehingga dibuatlah pompa air di mata air ini yang

kemudian dialirkan ke rumah-rumah masyarakat yang ada di Dusun Muncul. Selain


44

itu, mata air ini merupakan sumber air yang akan mengalir di Sungai Muncul

sehingga mata air ini sangat dijaga kebersihannya karena merupakan sumber utama

dan pertama di Sungai Muncul. Salah satu mata air Sungai Muncul bisa dilihat

melalui dokumentasi peneliti pada gambar 6 berikut ini:

Gambar 6. Mata Air Muncul di Dusun Muncul


Sumber : Dokumentasi peneliti, 2020
Melalui gambar 6 tersebut maka terlihat jelas bahwa sumber air Sungai

Muncul ini mengalir keluar dengan jernih dan bersih serta sekitarnya ditutupi oleh

vegetasi yang lumayan banyak sehingga kualitas airnya lebih terjaga.


45

4.1.5 Penggunaan Lahan di Desa Rowoboni


Lahan adalah lingkungan fisik dan biotik yang berkaitan dengan daya

dukungnya terhadap kehidupan dan kesejahteraan hidup manusia. Pengunaan lahan

Desa Rowoboni terdiri atas beberapa macam yakni penggunaan lahan untuk lahan

pertanian dan non pertanian. Penggunaan lahan Desa Rowoboni dapat dilihat

melalui tabel 7 berikut ini:

Tabel 7. Penggunaan Lahan di Desa Rowoboni


Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha)
Sawah 210,20
Kebun Campur 38,25
Permukiman 29,49
Tegalan 5,76
Lahan Kosong 1,40
Sumber: digitasi citra satelit google earth 2020

Berdasarkan tabel 7 terkait pengunaan lahan di Desa Rowoboni maka dapat

dilihat bahwa penggunaan lahan di Desa Rowoboni yang terbanyak adalah untuk

sawah, di urutan kedua penggunaan lahan terbanyak adalah untuk kebun campur

dan pemukiman, dan selebihnya digunakan untuk tegalan dan sebagai lahan kosong

Penggunaan lahan di Desa Rowoboni untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui peta

di gambar 7 berikut ini :


46

Gambar 7. Peta Penggunaan Lahan Desa Rowoboni


47

4.1.6 Kondisi Sosial Masyarakat Desa Rowoboni

4.1.6.1 Jumlah Penduduk

Jumlah Penduduk Desa Rowoboni tahun 2016 mencapai 2.355 jiwa.

Dengan luas 5,23 km2 berarti setiap km2 rata-rata dihuni oleh 471 jiwa. Jumlah

Penduduk Desa Rowoboni tahun 2016 mencapai 2.355 jiwa yang terdiri dari 1.236

jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 1.119 jiwa berjenis kelamin perempuan.

Jumlah penduduk tiap dusun tentu saja berbeda, pada tahun 2016 dusun

dengan jumlah penduduk tertinggi yakni Dusun Rowoganjar, dengan jumlah

penduduk 659 jiwa, Dusun Candisari mempunyai jumlah penduduk tertinggi kedua

yaitu 439 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk paling rendah yaitu di Dusun Sentul

315 jiwa. Peningkatan jumlah penduduk dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti

tinggiya angka kelahiran di setiap dusun, tingginya angka migrasi masuk di setiap

dusunnya, atau minimnya masyarakat yang menggunakan program Keluarga

Berencana (KB).

4.1.6.2 Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk Desa Rowoboni mayoritas sebagai petani,

sebab wilayah disana sebagian merupakan pertanian, selain ditinjau melalui kondisi

fisik, hal ini juga dilihat dari pendidikan terakhirnya. Selain bermata pencaharian

sebagai petani masyarakatnya juga bermata pencaharian sebagai buruh industri

disekitar Kabupaten Semarang. Namun semenjak adanya wisata Sungai Muncul

beberapa masyarakat Desa Rowoboni memiiliki usaha sampingan yakni berdagang

di sekitar sungai, serta berkontribusi dalam hal kepariwisataan seperti menjadi

pemandu river tubing, menjaga pintu masuk menyewakan ban dan lain sebagainya,

namun ini dilakukan secara bergantian oleh masyarakat dan boleh dilakukan oleh
48

siapa saja masyarakat Desa Rowoboni yang sekiranya tidak sibuk dengan pekerjaan

lain.

4.2 Hasil Penelitian


Hasil Penelitian ini diperoleh dari hasil observasi lapangan yang meliputi

pengamatan kualitas air Sungai Muncul, pengamatan aktivitas dan perilaku

masyarakat di sekitar Sungai Muncul, serta wawancara dengan masyarakat yang

memiliki peran dalam pemanfaatan dan pengelolaan Sungai Muncul serta dari hasil

uji laboratorium untuk memperoleh data kuantitatif kualitas air Sungai Muncul.

4.2.1 Aktivitas Masyarakat di Sungai Muncul


Hasil dari tujuan pertama mengenai aktivitas masyarakat di Sungai Muncul

ini diperoleh dari hasil wawancara dengan penduduk Desa Rowoboni yang

memiliki kontribusi di Sungai Muncul serta observasi langsung ke lokasi penelitian.

Sampel ini berjumlah 6 orang yang terdiri dari masyarakat di Dusun Rowoganjar

dan Dusun Muncul dengan berbagai profesi seperti pedagang di lokasi wisata

pemandian Sungai Muncul, pengelola wisata river tubing di Sungai Muncul,

masyarakat yang menggunakan air Sungai Muncul serta pihak dari pemerintah

Desa Rowoboni. Sampel ini dianggap sudah cukup memberi gambaran dan

informasi terkait variabel dari setiap tujuan di penelitian ini. Responden tersebut

memberikan informasi yang mayoritas memiliki kessamaan dari setiap jawaban

atas pertanyaan yang diberikan, meskipun terdiri dari beberapa kalangan dan

berbagai profesi serta perannya masing-masing di Desa Rowoboni dan Sungai

Muncul ini. Berdasarkan intrumen yang terdiri dari beberapa pertanyaan dan

indikator maka jawaban hasil wawancara dengan masyarakat Desa Rowoboni dapat

disimpulkan dan dilihat di tabel 8 berikut ini.


49

Tabel 8. Hasil Wawancara 1


Indikator Kesimpulan Hasil Wawancara
Bentuk aktivitas Sumber mata air di Desa Rowoboni bisa dikatakan sangat
masyarakat lokal melimpah, terdapat beberapa titik sumber mata air yang berasal
sekitar Sungai Muncul dari pegunungan, khususnya Dusun Muncul menggunakan
sumber air langsung dari mata air muncul dan pamsimas, dan
Dusun lainnya yang ada di Desa Rowoboni menggunakan
sumber mata air tersebut dan dijadikan sebagai pamsimas yang
digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari
Sungai Muncul tentu saja menjadi sumber air utama yang
mempengaruhi banyak aspek di Desa Rowoboni, dan
manfaatkan sangat dirasakan oleh masyaraat Desa Rowoboni,
dengan demikian masyarakat Desa Rowoboni mengembangkan
dan memaksimalkan potensi Sungai Muncul ini dengan
menjadikannya sebagai objek wisata, sehingga potensi Sungai
Muncul ini dapat dirasakan oleh semua orang dan seluruh
kalangan masyarakat tidak hanya sebatas masyarakat lokal saja.
Manfaat Sungai Muncul ini tentu saja juga digunakan sebagai
sumber irigasi sawah saat musim kemarau, sumber air untuk
MCK, serta sarana transportasi bagi nelayan Desa Rowoboni
yang ingin ke Rawapening dengan menggunakan perahu.
Cara pengelolaan Upaya dari pemerintah desa maupun masyarakat yakni
wisata Sungai Muncul membentuk paguyuban muncul yang terdiri dari masyarakat
oleh pengelola Sungai yang berperan aktif dalam memanfaatkan Sungai Muncul
Muncul seperti pedagang, pengelola wisata pemandian muncul,
pengelola river tubing serta kelompok karang taruna di bawah
pantauan pemerintah Desa Rowoboni. Mereka bekerjasama
dalam menjaga dan melestarikan Sungai Muncul ini
diantaranya dengan bergotong royong membersihkan sungai,
pihak pemerintah menerapkan peraturan-peraturan serta sanksi
terkait sampah dan kebersihan yang diberlakukan untuk seluruh
pengunjung Sungai Muncul ini
Masyarakat yang mengunakan serta memanfaatkan langsung
Sungai Muncul biasanya akan lebih peduli dalam menjaga
kelestarinnya dengan cara tidak membuang sampah ke Sungai,
dan membuang limbah yang dapat merusak kualitas air Sungai
tersebut.
Sumber: Hasil olah data peneliti, 2020.

Berdasarkan tabel 8 mengenai hasil wawancara maka dapat dilihat jawaban

dari responden terkait aktivitas masyarakat lokal di sekitar Sungai Muncul serta

sistem pengelolaan Sungai Muncul oleh pengelola wisatanya, serta untuk melihat

aktivitas masyarakat melalui observasi lapangan telah dirangkum melalui tabel 9

mengenai observasi lapangan terkait aktivitas masyarakat berikut ini:


50

Tabel 9. Hasil Observasi Lapangan 1


Indikator Deskripsi Hasil Pengamatan
Aktivitas Masyarakat di Dusun Muncul dan Dusun Rowoganjar Desa Rowoboni
masyarakat di memanfaatkan Sungai Muncul untuk kegiatan mencuci, kakus dan
Sekitar Sungai mandi. Namun tidak semua warga melakukan kegiatan ini dan tidak
Muncul setiap saat, tetapi hanya saat tertentu saja, contohnya saat bulan
ramadhan, hari raya ied, dan saat liburan dan ingin mencuci dalam
jumlah besar dan banyak sehingga membutuhkan air yang deras dan
melimpah maka Sungai Muncul menjadi lokasi yang paling tepat.

Aktivitas masyarakat yang mempengaruhi kualitas air Sungai Muncul


mencakup kegiatan wisata pemandian dan river tubing, MCK,
pertanian di tepi sungai serta adanya peternakan bebek dan tempat
sampah di sekitar sungai yang sedikit banyak tentu mempengaruhi
kualitas airnya secara fisika kimia maupun biologinya
Peran Sungai Muncul dikehidupan masyarakat Dusun Muncul dan
Dusun Rowoganjar sangatlah vital dan penting, karena Sungai muncul
ini menjadi salah satu pusat kegiatan masyarakat karna dikelola
menjadi tempat wisata pemandian dan river tubing, sehingga dapat
meningkatkan perekonomian masyarakat yang bekerja di Sungai ini
selaku pengelola wisata maupun pedagang.
Sungai Muncul juga menjadi sarana transportasi masyarakat yang
menggunakan perahu dan hendak ke Rawa pening serta sumber irigasi
sawah saat musim kemarau.
Sungai Muncul dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan
menncuci dalam jumlah besar, sumber irigasi sawah dan mandi,
namun tidak setiap saat, tergantung dari warganya sendiri kapan ingin
mandi dan mencuci di sungai
Wisata Sungai Muncul dikelola oleh kelompok mayarakat yang ada
di Desa Rowoboni dengan nama paguyuban Muncul yang terdiri dari
karang taruna serta masyarakat yang berperan di wisata Sungai
Muncul seperti pedagang dan pengelola river tubing. Mereka
bekerjasama dalam merawat dan memaksimalkan potensi Sungai
Muncul ini namun tetap di bawah pantauan Pemerintah Desa
Rowoboni

Sumber: Hasil olah data peneliti, 2020

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dirangkum pada tabel 8 dan

pengamatan langsung dilapangan mengenai bentuk akivitas masyarakat Desa

Rowoboni yang dirangkum pada tabel 9, maka dapat diketahui bahwa masyarakat

sangat bergantung pada sumber air, khususnya Sungai Muncul ini. Masyarakat

Desa Rowoboni sadar dan paham betapa pentingnya menjaga kelestarian

lingkungan dan sumber-sumber air yang ada di desanya karena mereka sudah
51

merasakan manfaatnya yang begitu banyak, sehingga mereka juga menjadikan

Sungai Muncul ini sebagai lokasi wisata agar bukan hanya masyarakat lokal saja

yang bisa menikmati sungai ini, namun seluruh kalangan juga dapat merasakannya

dan memanfaatkannya sesuai kebutuhan termasuk mencuci ataupun hanya sekedar

berwisata, dengan aturan-aturan demi menjaga kelestarian dan kebersihan Sungai

Muncul ini agar tetap bisa terus dinikmati dan dimanfaatkan lebih baik lagi. Bentuk

aktivitas masyarakat dilihat melalui gambar berikut ini:

Gambar 8. WC umum di tepi


Sungai Muncul
Sumber: Dokumentasi peneliti,
2020
Gambar 8 merupakan potret wc umum di tepi sungai yang masih aktif

digunakan oleh masyarakat sekitar khususnya Dusun Rowoganjar, masyarakat

yang menggunakan toilet ini biasanya mereka yang belum memiliki wc pribadi atau

sembari mandi dan mencuci di tepi sungai yang dapat dilihat di gambar 9 berikut

ini:

.
Gambar 9. Masyarakat yang
mencuci
Sumber: Dokumentasi peneliti,
2020
52

Aktivitas masyarakat yang terlihat pada gambar 9 di atas adalah masyarakat

yang mencuci pakaian serta mencuci motor di tepi Sungai Muncul dan tentu saja

menggunakan sabun dan sedikit banyak akan mempengaruhi kualitas airnya.

Aktivitas lainnya juga dapat dilihat melalui gambar 10 berikut ini :

Gambar 10. Warung di pemandian


Sungai Muncul
Sumber: Dokumentasi peneliti,
2020

Gambar 10 di atas menunjukkan potret warung di sekitar pemandian Sungai

Muncul. Warung ini merupakan bentuk fasilitas yang disediakan oleh pengelola

wisata Sungai Muncul untuk meningkatkan kenyamanan bagi pengunjung wisata.

Aktivitas masyarakat yang berkaitan dengan pertanian dapat dilihat melalui gambar

11 berikut ini:

Gambar 11. Kincir Irigasi


Sumber. Dokumentasi peneliti,
2020
53

Gambar 11 di atas merupakan bentuk potret aktivitas masyarakat yang

berkaitan dengan pertanian. Terlihat kincir irigasi yang digunakan untuk mengairi

sawah saat musim kemarau, kincir irigasi ini digunakan untuk mengairi sawah

yang letaknya lebih tinggi daripada letak sungai.

Gambar 12. Perahu nelayan


Sumber. Dokumentasi peneliti,
2020
Gambar 12 menunjukkan adanya perahu nelayan yang menandakan adanya

aktivitas masyarakat terkait pertanian ataupun perikanan. Masyarakat Desa

Rowoboni yang memiliki tambak di Rawa Pening menggunakan perahu sebagai

alat tranportasi menuju Rawa Pening melalui Sungai Muncul.

4.2.2 Kualitas Air Sungai Muncul


Kualitas air Sungai Muncul pada penelitian ini berupa data kualitatif dan

kuantitatif. Data kualitatif mengenai kualitas air Sungai Muncul didapat dari hasil

wawancara dengan masyarakat yang menggunakan serta memanfaatkan Sungai

Muncul khususnya yang berdomisili di Dusun Muncul dan Dusun Rowoganjar,

sebab kedua dusun tersebut merupakan dusun yang dilewati oleh aliran Sungai

Muncul yang nantinya bermuara di rawa pening, sehingga segala jenis kegiatan dan

aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat di daerah ini sangat mempengaruhi

kualitas air Sungai muncul ini. Data kualitatif ini diambil melalui proses wawancara
54

berdasarkan perspektif masyarakat dan observasi lapangan dengan dokumentasi

dan pengamatan visual. Berikut merupakan hasil penelitian mengenai kualitas air

Sungai Muncul secara kualitatif yang disajikan melalui tabel 10 berikut ini :

Tabel 10 Hasil Wawancara 2


Indikator Kesimpulan Hasil Wawancara
Kualitas air Persepsi terkait kualitas air Sungai Muncul oleh masyarakat di
berdasarkan Desa Rowoboni khususnya yang memanfaatkan sungai ini yakni
Persepsi cukup baik, dan masih nyaman menggunakan air sungai ini
masyarakat lokal dalam kehidupan sehari-hari.
yang menggunakan sejauh ini belum ada perubahan yang cukup mempengaruhi
air Sungai Muncul kenyamanan masyarakat dalam memanfaatkan airnya. Hanya saja
dan pengelola saat musim liburan sungai ini lebih keruh dibandingkan hari
wisata Sungai biasanya karna yang menggunakannya juga lebih banyak dengan
Muncul aktivitas yang lebih beragam serta sedikit banyaknya terdapat
sampah plastik sabun cuci yang terbawa aliran sungai dan
menumpuk di beberapa bagian sungai.
Sumber: Hasil olah data peneliti, 2020

Tabel 10 ini menyimpulkan hasil wawancara terkait persepsi masyarakat

yang terdiri dari masyarakat lokal yang menggunakan air Sungai Muncul serta

pengelola wisata Sungai Muncul mengenai kualitas air Sungai Muncul yang setiap

hari mereka lihat dan gunakan. Selain melalui wawancara peneliti juga melakukan

observasi langsung untuk melihat kondisi air Sungai Muncul dan hasilnya telah

dirangkum serta dapat dilihat melalui tabel 11 berikut ini:

Tabel 11 Hasil Observasi Lapangan


Indikator Deskripsi Hasil Pengamatan
Kualitas air Sungai Secara visual kualitas air Sungai Muncul tergolong baik karna
Muncul secara airnya mengalir deras serta jernih, hanya saja air mulai keruh saat
visual dan hujan karena mendapat limpasan air dari sawah di sekitarnya serta
perspektif terlihat berbusa saat sedang banyak warga yang mencuci dan
masyarakat Desa mandi di sungai tersebut. Di beberapa bagian sungai seperti dasar
Rowoboni dan pinggirannya juga ditemukan sampah plastik sabun cuci.
Menurut persepsi masyarakat lokal yang menggunakan air Sungai
Muncul , air di sungai ini cukup bersih dan nyaman digunakan,
mereka hanya mengalami keluhan saat musim liburan tiba,
dimana air sungai sedikit berbuih dan keruh akibat pengunjung
yang menggunakan air untuk mencuci dan beraktivitas di sungai.
Namun masyarakat lokal masih menganggap hal tersebut wajar
dan bisa ditoleransi karena mereka juga menggunakan sungai
tersebut untuk MCK
Sumber: Hasil olah data peneliti, 2020
55

Kualitas air Sungai Muncul jika dilihat dari tabel 10 mengenai perspektif

masyarakat serta tabel 11 yang merupakan hasil observasi langsung maka secara

kualitatif air Sungai Muncul ini memiliki kualitas yang baik dan tidak tercemar.

Hanya saja saat momen tertentu saja seperti musim liburan dan hari saya qurban

maka air sungainya sedikit berubah, cenderung lebih keruh dan banyak sampah

plastik bekas detergen akibat dari banyaknya masyarakat yang menggunakaan air

Sungai Muncul tersebut. Namun, jika pada saat sekarang ini Sungai Muncul sedang

ditutup akses masuknya akibat pandemi, maka air otomatis lebih bersih dan jernih

karena minimnya masyarakat yang beraktivitas di sungai. Melalui wawancara

dengan masyarakat dan pengelola wisata sejauh ini sedikit keluhan dari pengunjung

wisata dan masyarakat lokal sendiri terkait kenyamanan dan kebersihan di Sungai

Muncul.

Kualitas air Sungai Muncul ini juga diuji di laboratorium untuk

mendapatkan data kuantitatif yang lebih akurat dan sesuai dengan parameter yang

telah di tetapkan di Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pencemaran Air sesuai dengan kelasnya, sebelum

melakukan pengujian sampel di laboratorium tentu saja dilakukan pengambilan

sampel di lokasi penelitian. Sampel air ini diambil pada tanggal 29 September 2020

pukul 10.00 WIB dengan kondisi cuaca yang cerah. Asumsi dalam waktu

pengambilan sampel ini di dasarkan pada indikator serta parameter yang akan

diteliti yakni terkait aktivitas masyarakat, sebab pada pukul 10.00 merupakan waktu

puncak masyarakat beraktivitas sehingga pada saat peneliti melakukan penelitian,

maka terlihat juga aktivitas masyarakat yang sedang berlangsung yang sedikit

banyaknya menggunakan air Sungai Muncul dan menyebabkan perubahan pada


56

nilai di setiap paramer kualitas airnya. Sampel yang telah di lokasi penelitian, saat

itu juga langsung di bawa ke Balai Laboratorium Kesehatan Semarang untuk diuji

nilai dari setiap parameternya. Hasil kualitas air Sungai Muncul yang telah diuji

dirangkum di tabel berikut ini:

Tabel 12 Penilaian Kualitas Air Sungai Muncul


Parameter Satuan Baku Titik Titik Titik Titik Rata-
Mutu sampel sampel sampel sampel Rata
1 2 3 4
pH 6 s/d 9 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5

Suhu Oc Deviasi 3 23 24 24 25 24
DO mg/L ≥4 6,59 6,44 7,04 7,12 6,80
BOD mg/L 3 0,8 1 0,9 1 0,926
TDS mg/L 1000 160 157 162 163 160,5
Nitrat mg/L 10 3,90 3,58 3,51 3,49 3,62
Total coliform jml/100 ml 5000 79 390 320 390 294,75

Sumber : Hasil Uji Balai Laboratorium Kesehatan Semarang, 2020.

Kualitas air Sungai Muncul yang didapat dari hasil uji parameter di Balai

Laboratorium Kesehatan Semarang ini juga disajikan melalui grafik pada gambar 13

berikut ini :

KUALITAS AIR SUNGAI MUNCUL


pH Suhu DO BOD TDS Nitrat Total Coliform
390

390
320

163
162
160

157
79

7,12
7,04
6,59

6,44

3,58

3,51

3,49
25
24

24
23
6,5

6,5

6,5

6,5
3,9

0,9
0,8

TITIK SAMPEL 1 TITIK SAMPEL 2 TITIK SAMPEL 3 TITIK SAMPEL 4

Gambar 13.Grafik Kualitas Air Sungai Muncul


57

Kualitas air Sungai Muncul yang telah dipaparkan pada tabel 12 dan gambar

13 di atas merupakan hasil dari uji laboratorium dan uji langsung di lapangan.

Pengujian kualitas air sungai ini diperoleh dari 4 sampel di 4 lokasi yang berbeda

dengan aktivitas masyarakat yang berbeda pula disetiap lokasinya. Data pada tabel

di atas terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yakni data yang

langsung diperoleh dilapangan yakni untuk pengukuran suhu dn pH air, dan untuk

parameter lainnya merupakan data yang diperoleh dari pengolahan sampel di

laboratorium. Setiap parameter memiliki baku mutu nya masing-masing yang telah

disesuaikan dengan kelas airnya. Untuk titik sampel 1 yang merupakan lokasi

sumber mata air di Sungai Muncul Memiliki nilai pH 6,5 dengan suhu 23˚C, nilai

DO 6,59 mg/L, BOD 0,3 mg/L, TDS 160 mg/L, Nitrat 3,90 mg/L, dan Total

Coliform 79 jml/100 ml. Titik sampel 2 yang merupakan pusat wisata pemandian

Sungai Muncul memiliki nilai parameter pH 6,5 dengan suhu 24˚C, nilai DO 6,44

mg/L, BOD 1 mg/L, TDS 157 mg/L, Nitrat 3,58 mg/L, dan Total Coliform 390

jml/100 ml. Titik sampel 3 yang merupakan kawasan persawahan atau pertanian

memiliki nilai pH 6,5 dengan suhu 24˚C, nilai DO 7,04 mg/L, BOD 0,9 mg/L,

TDS 162 mg/L, Nitrat 3,51 mg/L, dan Total Coliform 320 jml/100 ml. Dan yang

terakhir titik sampel 4 yang merupakan titik terakhir dalam pengambilan sampel di

Sungai Muncul ini, titik sampel 4 ini merupakan daerah pemukiman penduduk dan

persawahan di Dusun Rowoganjar, memiliki nilai pH 6,2 dengan suhu 25˚C, nilai

DO 7,12 mg/L, BOD 1 mg/L, TDS 163 mg/L, Nitrat 3,49 mg/L, dan Total Coliform

390 jml/100 ml. Rata-rata nilai parameter dari setiap titik sampel ini yakni pH 6,5

dengan suhu 24˚C, nilai DO 6,80 mg/L, BOD 0,925 mg/L, TDS 160,5 mg/L, Nitrat

3,62 mg/L, dan Total Coliform 294,5 jml/100 ml.


58

4.2.3 Keterkaitan Antara Aktivitas Masyarakat Melalui Kegiatan Wisata


Dan Rumah Tangga Terhadap Kualitas Air Sungai Muncul
Kelas air yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas II menurut

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pencemaran Air yakni air air yang peruntukannya dapat digunakan untuk

prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk

mengairi pertanian, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang

sama dengan kegunaan tersebut, sehingga telah ditentukan batas baku mutu dari

setiap parameter yang akan digunakan.

Untuk melihat hasil dari tujuan ketiga ini menggunakan metode STORET

untuk menentukan status mutu airnya, dengan metode STORET dapat diketahui

parameter-parameter yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu air. Secara

prinsip, metode STORET adalah membandingkan antara data kualitas air dengan

baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan status

mutu air. Cara untuk menentukan status mutu air adalah dengan menggunakan

sistem nilai dari US-EPA (Environmental Protection Agency) dengan klasifikasi

skor 0 memenuhi baku mutu, skor -1 s/d -10 tercemar ringan, skor -11 s/d -30

tercemar sedang, dan skor ≤ -31 = tercemar berat

Penentuan status mutu air dengan menggunakan metode STORET

dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Lakukan pengumpulan data kualitas air

2. Bandingkan data hasil pengukuran dari masing-masing parameter air dengan

nilai baku mutu yang sesuai dengan kelas air.

3. Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran ≤ baku

mutu) maka diberi skor 0.


59

4. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran >

baku mutu), maka diberi skor yang dapa dilihat ditabel 13 berikut ini :

Tabel 13 Penentuan Sistem Nilai Untuk Menentukan Mutu Air


Jumlah Nilai Parameter
parameter
Fisika Kimia Biologi
<10 Maksimum -1 -2 -3
Minimum -1 -2 -3
Rata-rata -3 -4 -9
>10 Maksimum -2 -4 -6
Minimum -2 -4 -6
Rata-rata -6 -12 -18
Sumber: Kepmen Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 Tentang
Pedoman Penentuan Status Mutu Air

5. Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status mutunya

dari jumlah skor yang didapat dengan menggunakan sistem nilai.

Hasil Penilaian Skor Parameter Fisika, Kimia, dan Biologi Air Sungai

Muncul melalui metode STORET dapat disajikan melalui tabel-tabel berikut ini

Tabel 14 Titik sampel 1 (Peruntukan kelas II PP No. 82 Tahun 2001)


Parameter Satuan Baku Mutu Hasil Skor
Pengukuran
pH 6 s/d 9 6,5 0
Suhu oC devisiasi 3 23 0
DO mg/L ≥4 6,59 0
BOD mg/L 3 0,8 0
TDS mg/L 1000 160 0
Nitrat mg/L 10 3,90 0
Total coliform jml/100 ml 5000 79 0
Sumber: Hasil olah data peneliti, 2020.

Tabel 14 merupakan tabel hasil uji laboratorium pada titik sampel 1. Titik

sampel 1 ini merupakan lokasi sumber mata air Sungai Muncul dan jika dilihat

skornya maka seluruh parameter mendapat skor 0 yang menunjukkan bahwa

seluruh parameter di titik sampel 1 ini memiliki nilai yang memenuhi baku mutu.

Selanjutnya untuk hasil kualitas air pada titik sampel 2 dapat dilihat melalui tabel

15 berikut ini :
60

Tabel 15 titik sampel 2 (Peruntukan kelas II PP No. 82 Tahun 2001)


Parameter Satuan Baku Mutu Hasil Skor
Pengukuran
pH 6 s/d 9 6,5 0
Suhu oC devisiasi 3 24 0
DO mg/L ≥4 6,44 0
BOD mg/L 3 1 0
TDS mg/L 1000 157 0
Nitrat mg/L 10 3,58 0
Total coliform jml/100 ml 5000 390 0
Sumber: Hasil olah data peneliti, 2020

Tabel 15 merupakan tabel hasil uji laboratorium pada titik sampel 2 yang

merupakan lokasi pemandian wisata Sungai Muncul, yang saat ini sedang tidak

boleh dikunjungi karena adanya larangan untuk pembukaan objek wisata air oleh

pemerintah. Pada tabel 15 tersebut terlihat skor dari setiap parameter yaitu 0 dan

menandakan bahwa hasil pengukurannya memenuhi baku mutu. Selanjutnya yaitu

kualitas air di titik sampel 3 disajikan melalui tabel 16 berikut ini:

Tabel 16 titik sampel 3 (Peruntukan kelas II PP No. 82 Tahun 2001


Parameter Satuan Baku Mutu Hasil Skor
Pengukuran
pH 6 s/d 9 6,5 0
Suhu oC devisiasi 3 24 0
DO mg/L ≥4 7,04 0
BOD mg/L 3 0,9 0
TDS mg/L 1000 162 0
Nitrat mg/L 10 3,51 0
Total coliform jml/100 ml 5000 320 0
Sumber: Hasil olah data peneliti, 2020

Data di atas menunjukan hasil pengukuran parameter kualitas air di titik

sampel 3. Titik sampel 3 ini merupakan lokasi pertengahan sungai yang kiri dan

kanannya dimanfaaatkan sebagai lahan pertanian. Jika dilihat skor penilaiannya

melalui metode storet maka seluruh parameter memperoleh skor 0 dan berarti

memenuhi baku mutu. Terakhir yaitu pengujian di titik sampel 4 yang disajikan

melalui tabel 17 berikut ini:


61

Tabel 17. titik sampel 4 (Peruntukan kelas II PP No. 82 Tahun 2001)


Parameter Satuan Baku Mutu Hasil Skor
Pengukuran
pH 6 s/d 9 6,5 0
Suhu oC devisiasi 3 25 0
DO mg/L ≥4 7,12 0
BOD mg/L 3 1 0
TDS mg/L 1000 163 0
Nitrat mg/L 10 3,49 0
Total coliform jml/100 ml 5000 390 0
Sumber: Hasil olah data peneliti, 2020.

Berdasarkan penilaian dari skor yang disajikan melalui tabel 17 maka bisa

dilihat bahwa seluruh parameter memenuhi baku mutu, titik sampel 4 ini

merupakan lokasi terakhir pengambilan sampel di Sungai Muncul dan merupakan

lokasi pemukiman penduduk serta telah memasuki wilayah administrasi Dusun

Rowoganjar Desa Rowoboni.

Secara keseluruhan mulai dari titik sampel 1,2,3, dan 4 tidak tercemar dan

memenuhi skor baku mutu yakni 0, berdasarkan dari data sampel yang diambil pada

tanggal 29 September pukul 10.00 WIB serta pada saat itu tidak ada pengunjung

wisata yang datang ke objek penelitian ini yakni Sungai muncul, karena untuk

sementara lokasi ini ditutup akibat dari pandemi covid-19 sehingga hasil yang

didapat merupakan hasil murni dari lapangan dan bisa disimpulkan air Sungai

Muncul tidak tercemar, namun tetu saja perbedaan nilai dari setiap parameter yang

berbeda di pengaruhi oleh aktivitas mayarakat yang berlangsung di setiap titik

sampelnya dan akan dibahas lebih lanjut di bab pembahasan.


62

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian


4.3.1. Aktivitas Masyarakat di Sungai Muncul Desa Rowoboni
Sungai Muncul merupakan salah satu lokasi di Desa Rowoboni dengan

aktivitas penduduk terbanyak. Dari hasil penelitian sebelumnya terdapat berbagai

aktivitas masyarakat yang berkaitan dan memanfaatkan Sungai Muncul ini,

diantaranya sebagai berikut:

a. MCK (Mandi Cuci Kakus)

Masyarakat asli Desa Rowoboni untuk saat ini sebagian besar memang

sudah memiliki toilet pribadi, namun meskipun demikian mereka masih sering

memanfaatkan Sungai Muncul untuk mandi, mencuci karena masih terbawa

kebiasaan lama yakni mencuci dan mandi langsung di sungai dengan airnya yang

melimpah serta jernih sehingga membawa kepuasan sendiri bagi mereka yang

mencuci dan mandi di sungai ini, khusus untuk buang air besar atau buang air kecil

sudah dilakukan di toilet masing-masing atau wc umum yang dibuat oleh

pemerintah Desa Rowoboni, sebagai bentuk upaya menjaga kelestarian sungai dan

lingkungan di Desa Rowoboni, wc umum di tepi Sungai Muncul yang kerap

digunakan oleh warga tepatnya terletak di Dusun Rowoganjar dan merupakan salah

satu tempat pengambilan sampel uji kualitas air, sebab di daerah ini merupakan

pusat pemukiman penduduk yang tinggal di tepi Sungai muncul. Selain itu

berdasarkan hasil penelitian masih banyak warga yang mencuci motor, dan pakaian

di sungai, serta anak-anak Dusun Rowoganjar yang asik bermain air dan mandi di

Sungai. Tentu saja dalam kegiatan mandi dan mencuci ini menggunakan sabun dan

bahan-bahan detergen yang nantinya kemungkinan besar akan mempengaruhi

kualitas air Sungai Muncul, hasil pada penelitian ini didukung dan sejalan dengan

penelitian Rahmadi (2019) di Sungai Sekanak Kota Palembang yang menyatakan


63

bahwa rata-rata masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Sekanak telah memiliki

WC pribadi akan tetapi ditemui perilaku masyarakat untuk MCK di Sungai yang

tentu saja mempengaruhi kualitas air sungai.

b. Pertanian

Masyarakat Desa Rowoboni khususnya Dusun Rowoganjar menggunakan

air Sungai Muncul sebagai sumber irigasi pertanian saat musim kemarau,

masyarakat di Dusun ini memiliki sawah yang cukup luas dan banyak karena

memang sebagian besar penduduk Desa Rowoboni bermata pencaharian sebagai

petani dan nelayan di Rawa Pening. Metode irigasi yang digunakan menggunakan

kincir air, sebab posisi sawah yang lebih tinggi dibandingkan sungai, maka kincir

tersebut berfungsi untuk memutar air dan mengalirkan ke sawah saat musim

kemarau. Pemanfaatan air sungai untuk sumber irigasi ini juga didukung oleh

penelitian Yusuf (2018) yang menyatakan bahwa Sungai Bening juga mempunyai

peranan penting bagi masyarakat di Desa Mopuya Selatan II dan wilayah

sekitarnya, yaitu sebagai sumber air irigasi sawah disekitarnya saat musim

kemarau.

Selain sebagai petani sawah sebagian besar masyarakat Desa Rowoboni

juga berprofesi sebagai nelayan di Rawa Pening serta menggunakan alat

transportasi air berupa perahu, sehingga sungai ini juga berfungsi sebagai jalur

transportasi petani dan nelayan yang hendak ke muara Sungai Muncul, yakni Rawa

Pening.

c. Wisata

Sungai Muncul merupakan salah satu pusat rekreasi atau wisata di Desa

Rowoboni Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang, sehingga memiliki jumlah


64

kunjungan yang lumayan banyak. Wisata yang ditawarkan terdiri dari wisata

pemandian Sungai Muncul dan river tubing, yang dikelola oleh masyarakat lokal

yang tergabung dalam paguyuban muncul. Pengunjung sungai ini terdiri dari

masyarakat lokal maupun luar daerah, jumlah kunjungannya juga relatif banyak

terutama saat musim liburan. Pengunjung ini beragam, mulai dari hanya menikmati

sejuk dan derasnya aliran air Sungai Muncul dengan berendam dan river tubing,

hingga mencuci pakaian dalam jumlah besar.

Pengunjung wisata bebas untuk mandi dan mencuci menggunakan sabun

atau detergen hanya saja dilarang untuk membuang sampah sembarangan, dan bagi

siapa saja yang terlihat membuang sampah sembarangan maka dikenakan sanksi

dengan membayar denda kepada pihak pengelola wisata yang nantinya uang

tersebut disimpan di kas paguyuban Sungai Muncul untuk keperluan perawatan dan

pemeliharaan sungai. Wisata sungai muncul ini juga menyediakan warung-warung

yang menjual berbagai jenis makanan dan minuman yang dapat dinikmati

pengunjung selepas bermain air

Air Sungai Muncul sangat jernih dan mengalir deras sehingga memang

cocok dijadikan lokasi wisata untuk mencuci, mandi, atau sekedar menikmati

alamnya dengan river tubing yang memberikan pesona tersendiri karena

pemandangannya juga sangat bagus dan air yang sejuk. Fasilitas di tempat ini juga

sudah lumayan baik, pengelola wisata telah menyediakan tempat sampah, warung,

dan wc umum untuk pengunjung. Suatu tempat yang dikunjungi oleh banyak orang

dan melakukan berbagai kegiatan tentu saja memberikan pengaruh terhadap

kualitas lingkungannya, khususnya kualitas air pada Sungai Muncul ini, sebab para

pengunjung yang datang untuk mencuci dan mandi serta menggunakan sabun atau
65

detergen tentu akan mempengaruhi kualitas air Sungai Muncul tersebut, namun

pada saat penelitian ini dilakukan wisata Sungai Muncul sedang ditutup karena

adanya pandemi covid-19, sehingga tidak ada pengunjung wisata yang datang

sehingga saat penelitian ini dilakukan kondisi air Sungai Muncul ini cukup baik

meskipun dibeberapa titik di dasar sungai ditemukan sampah plastik bungkus

detergen yang mungkin terbawa arus sungai saat masyarakat Rowoboni ataupun

pengunjung yang sedang mencuci di Sungai ini.

Pertama kalinya Sungai Muncul ini dibuka menjadi lokasi wisata yang dibuka

secara umum yakni pada tahun 2015, dibantu oleh pemerintah desa dan masyarakat

Desa Rowoboni khususnya kelompok karang taruna, mereka mengoptimalkan

potensi Sungai Muncul ini menjadi lokasi pemandian serta river tubing. Khususnya

untuk river tubing mereka membersihkan jalur aliran sungai dari tumbuhan-

tumbuhan liar agar pengunjung tetap merasa aman dan nyaman sembari menikmati

pemandangan alam di Desa Rowoboni ini. Seiiring berjalannya waktu, wisata

Sungai Muncul ini semakin berkembang dan jumlah pengunjung meningkat yang

berasal dari berbagai daerah, maka dari itu fasilitas di kawasan Sungai Muncul ini

terus dioptimalkan untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung, seperti

pembuatan toilet, warung-warung, jembatan kecil, serta tempat sampah.

Pemanfaatan sungai sebagai lokasi wisata juga didukung oleh penelitian

Simanjuntak (2017) yang menyatakan bahwa pemanfaatan sungai yang sering

dijumpai adalah sebagai tempat wisata. Namun, pemanfaatan sungai ini sering

memberikan dampak yang dapat bersifat positif dan negatif. Salah satu dampak

negatif dari kegiatan pariwisata adalah dampak terhadap lingkungan khususnya

kualitas air sungai.


66

4.3.2 Kualitas Air Sungai Muncul


Parameter yang digunakan untuk menentukan kualitas air Sungai Muncul

ini telah dipilih berdasarkan aktivitas masyarakat yang sekiranya dapat

mempengaruhi kualitas air berdasarkan parameter tersebut yang telah diambil dari

4 titik sampel dengan perbedaan aktivitas masyarakat disetiap titik sampelnya.

Pengambilan sampel ini dilakukan pada hari Selasa tanggal 29 September 2020

pukul 10.00 WIB dengan kondisi cuaca cukup cerah dan kawasan Sungai Muncul

yang ditutup untuk umum karena adanya pandemic Covid-19 yang mengharuskan

seluruh wisata air di Jawa Tengah ditutup sementara sampai waktu yang belum

ditentukan, sehingga hanya orang tertentu dengan tujuan yang jelas saja yang dapat

memasuki kawasan Sungai Muncul ini. Kualitas air muncul untuk lebih jelasnya

dapat diuraikan melalui parameter berikut ini :

a. pH

pH digunakan untuk menyatakan intensitas kondisi keasaman dan kebasaan

(Alkalinitas) suatu larutan. Kondisi suatu perairan yang terlalu asam dan terlalu

basa akan mempengaruhi keberlangsungan hidup organisme perairan tersebut. pH

dari hasil penelitian ini untuk titik sampel 1 yang merupakan mata air untuk Sungai

Muncul memiliki pH 6,5 begitu pula dengan titik sampel 2 yang merupakan lokasi

titik pemandian wisata Sungai Muncul juga memiliki pH 6,5 selanjutnya yaitu titik

sampel 3 yang merupakan kawasan pertanian memiliki pH 6,5 dan lokasi terakhir

adalah titik sampel 4 yang merupakan pusat pemukiman penduduk tepatnya terletak

di Dusun Rowoganjar di lokasi ini juga airnya memiliki pH 6,5. Nilai pH sesuai

baku mutu untuk air kelas II berdasarkan PP. No 82 Tahun 2001 adalah 6 hingga 9.

Penilaian parameter pH ini dilakukan secara langsung di lapangan menggunakan


67

pH meter. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan

membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan

terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi (Barus, 2004). Hasil nilai dari

parameter pH di keempat titik sampel ini sudah memenuhi baku mutu yang telah di

tetapkan sehingga masih dalam keadaan baik dan normal. Hasil ini dikukung oleh

penelitian serupa yang di teliti oleh Simanjuntak (2017) yang menyatakan nilai pH

6,7 pada sungai Babarsari masih sesuai dengan baku mutu kualitas air yang

tercantum dalam PP No. 82 Tahun 2001, yaitu kisaran pH yang sesuai untuk badan

air kelas II adalah 6-9, dengan aktivitas masyarakat yang terdiri dari wisata serta

MCK.

b. Suhu

Suhu atau temperatur ini diukur secara langsung di keempat lokasi titik sampel

dengan menggunakan pH meter. Suhu air yang terlalu tinggi atau terlalu rendah

dapat mempengaruhi kehidupan organisme di dalamnya serta mempengaruhi nilai

parameter yang lainnya. Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang,

ketinggian permukaan, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan

aliran serta kedalaman badan air. Keempat titik sampel penelitian kualitas air ini

memiliki nilai suhu yang berbeda, suhu terendah yakni pada titik sampel 1 yang

merupakan sumber mata air Sungai Muncul dengan suhu 23℃ sebab di titik ini

masih di tutupi oleh vegetasi berupa rumpun bambu yang melindungi air tersebut

dari paparan sinar matahari langsung. Titik sampel kedua dan ketiga memiliki suhu

yang sama yakni 24℃, meningkat 1℃ dari suhu di titik sampel sebelumnya karena

lokasi titik sampel ini sudah terbuka dan tidak tertutup oleh vegetasi yang rimbun

serta terpapar sinar matahari langsung, dan begitupula dengan titik sampel keempat
68

yang merupakan lokasi pemukiman dengan aktivitas masyarakat yang lebih

beragam serta permukaan perairannya yang terpapar sinar matahari langsung

memiliki suhu 25℃, meningkat dari ketiga titik sampel sebelumnya.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Simanjuntak (2017) yang

menyatakan Suhu rata-rata yang diperoleh di Sungai Babarsari menunjukkan bahwa

suhu pada stasiun 1 merupakan yang paling rendah jika dibandingkan dengan

stasiun 2, 3 dan juga 4, hal tersebut dikarenakan pada stasiun 1 masih rindang dan

dipenuhi dengan pepohonan dipinggir sungai serta diperkuat lagi dengan hasil

penelitian oleh Aria (2013) yakni penelitian di Sungai Betimus dengan suhu

terendah berada pada stasiun 1, yaitu pada kisaran 25,4°C, stasiun 2 berada pada

kisaran 26°C, dan stasiun 3 pada kisaran 26,7°C. Stasiun 1 memiliki suhu terendah

karena pada daerah ini belum dijumpai aktivitas-aktivitas yang dapat

mengakibatkan terjadinya peningkatan suhu. Suhu rata-rata dari keempat titik

sampel yakni 24℃ dan masih baik karena tidak melewati batas baku mutu yang

telah ditentukan.

c. DO (Dissolved Oxygen)

DO (Dissolved Oxygen) atau oksigen terlarut mempunyai peranan yang penting

dalam penguraian bahan-bahan organik oleh berbagai jenis mikroorganisme yang

bersifat aerobik, dan merupakan kebutuhan dasar organisme di dalam air semakin

tinggi nilai DO maka semakin baik kualitas airnya. Nilai DO dalam penelitian ini

diperoleh dari hasil uji di Balai Laboratorium Semarang setelah di ambil sampel

langsung dilapangan pada tanggal 29 September 2020 pukul 10.00 WIB dengan

menggunakan metode SNI 06.6989.14.2004, pengambilan sampel ini

menggunakan botol winkler dan dicampur dengan larutan NaOH-KI dan MnSO4
69

dengan perbandingan 1:1 di setiap 100 ml botol winklernya. Larutan ini berfungsi

sebagai pengikat oksigen di sampel air yang telah diambil agar tidak ada perubahan

nilai. Pengujian sampel DO ini diambil di 4 titik, titik sampel pertama merupakan

lokasi sumber mata air Sungai Muncul yang memiliki nilai DO 6,59 mg/L, titik

sampel 2 yang merupakan pusat lokasi wisata pemandian Sungai Muncul memiliki

nilai DO 6,44 mg/L, selanjutnya nilai DO untuk titik sampel 3 yang merupakan

lokasi pertanian memiliki nilai 7,04 mg/L dan yang terakhir adalah lokasi titik

sampel ke 4 yang merupakan lokasi pemukiman memiliki nilai DO 7,12 mg/L.

Ditinjau dari hasil penelitian tersebut maka titik sampel ke 4 lah yang memiliki nilai

DO tertinggi dan titik sampel pertama yang memiliki nilai terendah, jika hanya

dilihat dari satu aspek nilai DO maka titik sampel yang tertinggilah yang memiliki

kualitas air yang lebih baik, sebab semakin tinggi nilai DO maka semakin baik

kualitas airnya.

Hasil pada penelitian mengenai parameter DO ini diperkuat dengan hasil

penelitian oleh Simanjuntak (2017) yang memiliki hasil penelitian Sungai Babarsari

pada stasiun 2 yaitu 7,5 mg/L. Rendahnya kadar DO pada stasiun 2 dibandingkan

stasiun lainnya disebabkan karena stasiun 2 merupakan daerah wisata yang

berpengaruh terhadap kualitas sungai sehingga menyebabkan turunnya kadar DO

pada perairan tersebut. Hal ini serupa dengan bentuk aktivitas masyarakat di titik

sampel 2 yakni sebagai pusat wisata pemandian Sungai Muncul.

d. BOD (Biochemical Oxygen Demand)

BOD adalah jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan organisme hidup untuk

memecah bahan buangan di dalam air, semakin besar nilai BOD maka kualitas air

semakin buruk, BOD juga merupakan indikator pencemaran penting untuk


70

menetukan kekuatan atau daya cemar air limbah, sampah industri, atau air yang

telah tercemar. Nilai BOD pada penelitian kali ini diperoleh dari hasil uji

laboratorium setelah dilakukannya pengambilan sampel air di beberapa titik sampel

yang telah ditentukan dengan metode SNI 6989.72.2009.

Titik sampel 1 yang merupakan sumber mata air Sungai Muncul memiliki nilai

BOD 0,8 mg/L, titik sampel 2 yang merupakan pusat lokasi pemandian Sungai

Muncul memiliki nilai BOD 1 mg/L, titik sampel 3 yang merupakan daerah

kawasan pertanian memiliki BOD 0,9 mg/L dan yang terakhir adalah titik sampel

ke 4 yang memiliki nilai BOD 1 mg/L. Nilai dari parameter BOD ini menunjukkan

tingkat pencemaran air, semakin tinggi nilainya maka semakin buruk kualitasnya,

dilihat dari hasil uji laboratorium ini lokasi yang memiliki nilai BOD terendah

adalah titik sampel 1 yang merupakan sumber mata air, hal ini cukup relevan karena

tentu saja sumber mata air ini memiliki kualitas air yang lebih baik dibandingkan

titik lainnya sebab belum mendapat pengaruh yang besar dari manusia dan

lingkungan sekitar, sedangkan di titik sampel ke dua terlihat peningkatan nilai BOD

0,2 mg/L dibandingkan titik sampel 1 karena dilokasi ini telah mendapat pengaruh

dari aktivitas masyarakat meskipun saat sampel diambil kawasan wisata Sungai

Muncul ini ditutup untuk umum sehingga pencemarannya sedikit bertambah

dibandingkan di mata air.

Titik sampel ketiga memiliki nilai BOD yang lebih rendah dibandingkan titik

kedua serta di titik sampel keempat nilai BOD nya kembali meningkat, sebab di

titik sampel ketiga hanya merupakan kawasan pertanian sementara di titik sampel

ke empat merupakan pusat pemukiman penduduk yang dimana aktivitas

masyarakatnya sudah mulai beragam dan lebih banyak dibandingkan titik


71

sebelumnya sehingga peningkatan nilai BOD ini merupakan hal yang wajar.

Pernyataan ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Rahmadi (2019) yang

menyatakan bahwa Meningkatnya konsentrasi BOD pada suatu perairan

merupakan indikasi terjadinya pencemaran oleh bahan organik dimana salah satu

penyumbangnya berasal dari limbah domestik.

Nilai parameter BOD disetiap titik ini secara keseluruhan termasuk baik dan

tidak melampaui batas baku mutu yang telah ditetapkan oleh PP.No 82 Tahun 2001

mengenai kualitas air serta diperkuat oleh hasil penelitian dengan parameter serta

ketentuan serupa yang dilakukan oleh Simanjuntak (2017) dan mendapatkan hasil

Nilai rata-rata BOD sungai Babarsari pada stasiun pertama 0,4 pada stasiun kedua

0,75 pada stasiun tiga 0,8 dan pada stasiun keempat 1,2. Hasil pengukuran yang

diperoleh jika dibandingkan dengan PP NO. 82 Tahun 2001 masih memenuhi baku

mutu kualitas air karena ambang batas baku mutu untuk parameter BOD peruntukan

air kelas II yakni 3 mg/L.

e. TDS (Total Dissolved Solid)

Nilai TDS atau Padatan terlarut total perairan sangat dipengaruhi oleh

pelapukan batuan, limpasan dari air tanah dan pengaruh antropogenik seperti

pembuangan limbah domestik dan industri. Nilai TDS yang tinggi menunjukkan

bahwa kandungan sedimentaasi dalam air juga tinggi dan mempengaruhi tingkat

kejernihan air, semakin tinggi nilai TDS maka semakin keruh air tersebut,

begitupun sebaliknya. TDS pada penelitian ini diuji di Balai Labkes Semarang

dengan menggunakan metode potensiometer.

Berdasarkan hasil uji laboratorium maka terdapat perbedaan nilai TDS di

keempat titik sampel, pada titik sampel pertama nilai TDS nya lebih tinggi
72

dibandingkan titik kedua, hal ini disebabkan karena pada titik sampel pertama yang

merupakan sumber mata air memiliki arus yang tidak deras, sehingga kemungkinan

untuk sedimen mengendap lebih besar dan area tutupan vegetasinya lumayan

banyak sehingga sampah dedaunan yang jatuh tidak langsung terbawa arus,

melainkan sempat terendapkan di sumber air ini. Titik sampel kedua memiliki nilai

TDS yang paling rendah dibandingkan lokasi lainnya karena pada titik ini arus air

Sungai Muncul sangatlah deras karena merupakan saluran utama dari beberapa

saluran air, sehingga arus airnya lebih deras dibandingkan titik lainnya sehingga

sedimen yang menjadi indikator nilai TDS juga lebih sedikit.

Titik sampel ketiga memiliki nilai TDS yang lebih tinggi dibandingkan titik

sampel 1 dan 2 sebab lokasi ini merupakan kawasan pertanian dan arus airnya

semakin melambat karena sudah memasuki bagian tengah sungai, sehingga jumlah

padatan terlarut yang dipengaruhi oleh aktivitas pertanian, limpasan dari air sawah

dan arus yang semakin melambat menyebabkan nilai TDS nya lebih tinggi.

Titik sampel terakhir yakni titik sampel keempat yang berada di Dusun

Rowoganjar dan merupakan kawasan pemukiman penduduk di sisi kiri sungai dan

persawahan di sisi kanan sungai , serta arus sungai yang semakin melambat karena

semakin mendekati hilir sungai sehingga nilai TDS di lokasi ini yang paling tinggi

dibandingkan titik lokasi pengambilan sampel lainnya, namun secara keseluruhan

nilai TDS di keempat titik sampel ini masih tergolong baik sebab tidak melampaui

batas baku mutu yang telah ditentukan, yakni 1000 mg/L.

f. Nitrat

Kadar nitrat meningkat menggambarkan terjadinya pencemaran antropogenik

yang berasal dari aktivitas manusia dan tinja hewan. Nilai nitrat di titik sampel 1
73

senilai 3.90 mg/L, titik sampel kedua 3.58 mg/L, titik sampel ketiga 3.51 mg/L, dan

titik sampel keempat 3.49 mg/L . Perbedaan titik sampel ini dikarenakan perbedaan

aktivitas masyarakat disetiap lokasinya hal ini sesuai dengan Effendi (2003), yang

menyatakan kadar nitrat meningkat menggambarkan terjadinya pencemaran limbah

organik. namun secara keseluruhan nilai nitrat di setiap titik sampel ini masih

tergolong baik dan tidak melampaui batas baku mutu yang telah di tentukan yakni

10 mg/L.

g. Total Coliform

Keberadaan bakteri coliform dapat menentukan keberadaan kontaminan

yang berasal dari buangan rumah tangga, semakin tinggi nilai coliform maka

semakin banyak bakteri coliform yang terdeteksi, dimana bakteri ini ada karena

pengaruh dari aktivitas manusia seperti pembuangan sampah domestik dan tinja.

Nilai total coliform ini disetiap titiknya berbeda, yakni di titik sampel 1 nilai total

coliformnya adalah 79 mg/L, titik sampel kedua 390 mg/L, titik sampel ketiga 320

mg/L dan titik sampel keempat 390 mg/L, hasil uji laboratorium tersebut

menunjukkan adanya perbedaan nilai Total Coliform di setiap titiknya. Titik sampel

1 memiliki nilai coliform terendah hal ini disebabkan karena titik sampel 1 ini

merupakan sumber mata air Sungai Muncul sehingga tidak ada aktivitas masyarakat

seperti pembuangan sampah dan BAK/BAB secara langsung, sedangkan titik

sampel kedua dan keempat memiliki nilai Total Coliform yang lebih tinggi

dibandingkan lokasi lainnya karena lokasi kedua merupakan titik wisata pemandian

Sungai Muncul dan terdapat warung di sekitarnya, sedangkan titik sampel ke 4

merupakan kawasan pemukiman dan pertanian di Dusun Rowoganjar, sehingga


74

aktivitas masyarakatnya lebih beragam seperti MCK, dan membuang sampah

meskipun dalam jumlah yang tidak terlalu banyak.

Analisis ini diperkuat oleh penelitian Aria (2013) di Sungai Betimus yang

menyatakan bahwa Nilai Colifaecal atau kepadatan Colifaecal tertinggi ditemukan

di stasiun 2, yaitu sebesar 846,044/100mL. Lokasi ini merupakan lokasi dengan

tingkat aktivitas masyarakat yang paling tinggim, namun masih memenuhi baku

mutu menurut PP No. 82 Tahun 2001 dengan peruntukan kelas air II. Hal ini juga

berlaku di Sungai Muncul karena secara keseluruhan nilai Total coliform di Sungai

Muncul ini masih memenuhi baku mutu kualitas air yakni 5000 mg/L sehingga air

di Sungai Muncul masih aman digunakan.

4.3.3 Keterkaitan Antara Aktivitas Masyarakat Melalui Kegiatan Wisata


Dan Rumah Tangga Terhadap Kualitas Air Sungai Muncul
Keterkaitan aktivitas masyarakat terhadap kualitas air dapat dilihat melalui

tabel 18 berikut ini berdasarkan aktivitas masyarakat di masing-masing titik

pengambilan sampel:

Tabel 18 Keterkaitan Aktivitas Masyarakat Terhadap Kualitas Air


Lokasi Aktivitas Masyarakat Kualitas Air
Titik sampel Lokasi ini merupakan sumber air Parameter yang terpengaruhi oleh
1 untuk Sungai Muncul, di aktivitas dan kondisi lingkungan di
(Sumber air sekitarnya ditutupui oleh lokasi ini yakni parameter Nitrat yang
Sungai vegetasi yang luamayan meningkat karena adanya limbah
Muncul) tertutup, masyarakat juga organik yang masuk seperti
membuat pompa air di lokasi ini pembusukan vegetasi maupun
yang kemudian dialirkan ke organisme di dalamnya dan jika nilai
rumah-rumah di Desa Rowoboni nitrat meningkat maka akan
menurunkan nilai DO atau kadar
oksigen terlarut. Kondisi vegetasi
yang menutupi sumber air ini
menghalangi sinar matahari masuk
yang juga menyebabkan suhu airnya
juga lebih rendah dibandingkan
lokasi lainnya.
Titik sampel Lokasi ini merupakan lokasi Parameter yang memiliki nilai
2 wisata pemandian Sungai signifikan di titik sampel ini yakni
Muncul, terdapat warung di tepi nilai nitrat yang meningkat namun
75

(Pusat sungai, serta toilet umum yang tidak lebih tinggi dari titik sampel 1
wisata air buangannya langsung ke serta menyebabkan nilai DO atau
Sungai aliran sungai. oksigen terlarut yang menurun, selain
Muncul) itu kadar BOD juga meningkat yang
menandakan kualitas airnya
menurun.
Titik sampel Aktivitas yang berlangsung di Kualitas air di lokasi ini sedikit lebih
3 lokasi ini yaitu adanya pertanian baik dibandingkan lokasi lainnya
(Pertanian masyarakat yang tepat di tepi karena minim dari aktivitas domestik
Desa sungai rumah tangga dan wisata, namun
Rowoboni) nilai TDS dilokasi ini meningkat
dibandingkan lokasi sebelumnya
sebab adanya endapan dari pertanian
dan arus air yang mulai melambat
karena semakin kehilir maka arus
sungai melambat dan menyebabkan
meningkanya nilai TDS.
Titik sampel Aktivitas masyarakat di lokasi Kualitas air di lokasi ini termasuk
4 ini yaitu MCK serta pertanian di baik meskipun terletak di pemukiman
(Pemukiman tepi sungainya. masyarakat. Hanya saja terjadi terjadi
Dusun peningkatan nilai TDS, suhu, serta
Rowoganjar) total coliform yang signifikan
dibandingkan lokasi sebelumnya,
sebab vegetasi yang menutupi aliran
sungai sudah lebih sedikit serta arus
air yang melambat karena ini
merupakan lokasi terakhir
pengambilan sampel di sepanjang
jalur Sungai Muncul ini, serta
meningkatnya nilai total coliform
karena adanya toilet umum tepat di
tepi sungai, dan masih aktif
digunakan. Total coliform ini juga
mengidentifikasi adanya limbah
antropogenik yang masuk kedalam
air sungai,
Sumber: olah data peneliti, 2020.

Melalui tabel 18 mengenai keterkaitan aktivitas masyarakat di masing-

masing titik sampelnya terhadap kualitas air Sungai Muncul maka dapat dilihat

pengaruhnya berdasarkan parameter yang memiliki perbedaan nilai di setiap lokasi.

Namun setelah dilakukan perbandingan hasil kualitas air yang telah di uji di

laboratorium maka tidak ada parameter yang melebihi baku mutu, sehingga seluruh

parameter diberikan nilai 0, dan berdasarkan metode yang digunakan yakni metode
76

STORET, jika parameter yang dibandingkan mendapat skor 0 atau memenuhi baku

mutu maka status mutu airnya baik serta tidak tercemar.

Analisis dalam penelitian ini diperkuat oleh penelitian Hikmah (2015) di

Sungai Sibiru-biru dengan aktivitas masyarakat berupa kegiatan wisata dan

kegiatan domestik rumah tangga. Hasil dalam penelitian ini yaitu Aktivitas yang

terdapat pada salah satu titik pengambilan sampelnya adalah aktivitas rumah tangga

dan pariwisata yang cenderung mengakibatkan penurunan kualitas air. Jumlah

pengunjung yang berwisata ke Sungai Sibiru-biru cukup banyak, bahkan jumlah

pengunjung akan lebih banyak pada saat hari libur dan hari besar. Meskipun

kualitas air pada umumnya masih memenuhi baku mutu berdasarkan metode

STORET, karena pengunjung wisata yang masih mentaati peraturan yang

ditetapkan oleh peneglola wisata serta masyarakat yang sadar akan pentingnya

menjaga kelestarian sungai Babarsari ini,

Sejalan dengan hasil penelitian di Sungai Muncul ini bahwa mutu air di

Sungai Muncul yang tergolong baik dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

yaitu peraturan dan kesadaran masyarakat serta pemerintah Desa Rowoboni yang

sadar akan manfaat dan potensi Sungai Muncul ini, karena sejak dahulu mereka

telah memanfaatkan Sungai Muncul, sebab sungai ini merupakan salah satu sumber

air terbesar yang mengalir secara terus menerus serta melimpah di Desa Rowoboni

sehingga masyarakat Desa Rowoboni sadar jika mereka harus menjaga dan

melestarikan Sungai Muncul ini.

Bentuk kesadaran dan upaya dari pemerintah desa untuk menjaga

kelestarian Sungai Muncul yakni dengan cara membuat dan menyediakan wc

umum bagi masyarakat yang tinggal di pinggiran Sungai Muncul serta yang tidak
77

memiliki wc pribadi, dengan harapan agar mereka tidak langsung membuang hajat

di sungai yang tentu saja akan mempengaruhi kualitas air Sungai Muncul terutama

akan menyebabkan tingginya bakteri coli yang berbahaya untuk kesehatan, selain

itu pemerintah desa juga memberikan modal pertama kali untuk membuat fasilitas

sarana dan prasarana penunjang wisata Sungai Muncul.

Masyarakat Desa Rowoboni juga membuat organisasi Paguyuban Sungai

Muncul yang berisikan pengelola wisata Sungai Muncul serta Karang Taruna Desa

Rowoboni. Mereka yang tergabung dalam kelompok masyarakat ini bersama-sama

menjaga dan melestariukan serta mengelola wisata Sungai Muncul agar tetap bisa

dinikmati oleh masyarakat lokal maupun wisatawan yang nantinya berkunjung.

Upaya yang telah mereka lakukan adalah membuat peraturan atau sanksi larangan

membuang sampah bagi pengunjung wisata maupun masyarakat lokal yang masuk

ke kawasan Sungai Muncul, menyediakan tempat sampah, toilet umum, bergotong

royong setiap periode tertentu untuk membersihkan sampah plastik serta jalur river

tubing untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung. Meskipun di periode

sekarang ini yaitu 2020 wisata Sungai Muncul di tutup sementara akibat pandemic

covid-19 yang melanda seluruh belahan bumi, sehingga demi kenyamanan dan

keamanan bersama seluruh wisata air ditutup sementara sampai batas waktu yang

belum ditentukan berdasarkan Peraturan Gubernur setiap provinsi yang ada di

Indonesia, sehingga pada saat penelitian ini dilakukan hanya masyarakat lokal saja

yang tetap dan bisa menggunakan Sungai Muncul, itupun hanya dibeberapa titik

sungai, sehingga hasil pengujian kualitas air Sungai Muncul ini tergolong kedalam

status baik dan memenuhi baku mutu berdasarkan metode yang digunakan yakni

metode STORET.
BAB V

PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian kali ini maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Aktivitas masyarakat di Sungai Muncul mencakup kegiatan rumah tangga

masyarakat seperti mencuci, buang air besar dan buang air kecil, mandi,

pertanian, wisata serta sebagai sarana transportasi sungai menuju Rawa

Pening.

2. Kualitas air Sungai Muncul di uji di Balai Laboratorium Kesehatan

Semarang dengan sampel yang diambil di 4 titik sungai pada tanggal 29

September 2020 pukul 10.00 WIB memiliki rata-rata nilai parameter dari

setiap titik sampel ini yakni pH 6,5 dengan suhu 24˚C, nilai DO atau

oksigen terlarutnya 6,80 mg/L, BOD 0,925 mg/L, TDS 160,5 mg/L, Nitrat

3,62 mg/L, dan Total Coliform 294,5 jml/100 ml dan jika disimpulkan dari

perspektif masyarakat serta pengelola wisata yang menggunakan air Sungai

Muncul ini juga tergolong baik dan masih nyaman digunakan.

3. Status air sungai muncul jika ditinjau menggunakan metode STORET maka

statusnya tergolong baik dan tidak tercemar, sebab seluruh parameter

memenuhi baku mutu yang sesuai dengan kelas air dua menurut PP. No 82

Tahun 2001 tentang kualitas air, sehingga seluruh parameter mendapat skor

0 dan tidak tercemar, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya

yaitu adanya kesadaran dari pihak pemerintah dan masyarakat untuk

menjaga dan melestarikan Sungai Muncul sebagai aset alam yang potensial

78
79

serta pada saat penelitian ini dilakukan wisata Sungai Muncul sedang di

tutup dikarenakan adanya Peraturan Gubernur terkait Covid-19.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian kali ini maka saran

peneliti untuk pemerintah desa maupun masyarakat Desa Rowoboni sebagai

berikut:

1. Pemerintah Desa Rowoboni diharapkan untuk terus memantau

perkembangan objek Wisata Sungai Muncul ini, sembari tetap menjaga dan

melestarikannya agar tetap terus sesuai peruntukannya namun potensinya

dapat dimaksimalkan, dengan membangun sarana dan prasarana sebagai

fasilitas penunjang wisata yang meningkatkan kenyamanan dan keamanan

pengunjung nantinya, serta menghimbau lagi kepada seluruh masyarakat

dan pengunjung wisata untuk bersama menjaga dan taat dengan peraturan

yang ada di Sungai Muncul ini agar terus lestari dan nyaman digunakan.

2. Masyarakat desa termasuk pengelola wisata Sungai Muncul terus bekerja

sama untuk menjaga dan melestarikan Sungai Muncul ini mengingat sungai

ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan seahri-sehari, dengan cara tidak

membuang sampah ke sungai, mengurangi penggunaan sabun dan detergen

di sungai, mengurangi aktivittas MCK di Sungai, tidak mebuang limbah

rumah tangga atau pupuk pertanian ke sungai, serta dilarang untuk

menebang pepohonan di sekitar Sungai Muncul, jika hal ini dipatuhi dan

dapat diterapkan maka Sungai Muncul akan terus lestari dan dapat dinikmati

keindahan dan potensinya hingga dimasa yang akan datang.


DAFTAR PUSTAKA

Asdak, Chay. (2004). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Semarang. (2018). Menuju Indonesia Hijau.
Semarang: DLH Kabupaten Semarang
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Semarang. (2017). Informasi Kinerja
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Semarang: DLH Kabupaten Semarang
Effendi H. (2003). Telaah Kualitas Air Bagi Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Yogyakarta: Kanisius.
Setyowati, D. L. (2008). Buku Ajar Geohidrologi.Semarang: UNNES
Suripin. (2002). Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Yogyakarta: ANDI.
Aria, G. D., Patana, P., & Leidonald, R. (2014). Analisis Dampak Kegiatan Wisata
Terhadap Kualitas Air Sungai Betimus Kecamatan Sibolangit Kabupaten
Deli Serdang. AQUACOASTMARINE, 2(1).
Arisanty, D., Adyatma, S., & Huda, N. (2017). Analisis kandungan bakteri fecal
coliform pada Sungai Kuin Kota Banjarmasin. Majalah Geografi Indonesia,
31(2), 51-60
Arnop, O., Budiyanto, B., & Saefuddin, R. (2019). Kajian Evaluasi Mutu Sungai
Nelas dengan Metode Storet dan Indeks Pencemaran. Naturalis: Jurnal
Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan, 8(1), 15-24
Atima, W. (2015). BOD dan COD sebagai parameter pencemaran air dan baku
mutu air limbah. BIOSEL (Biology Science and Education): Jurnal Penelitian
Science dan Pendidikan, 4(1), 83-93.
Ciobotaru, AM. (2015). Influence of human activities on water quality and
groundwaters from Braila County. Analele Universităţii Din Oradea – Seria
Geografie, 5(1), 5–14.
Hadi, M. P. (2016). Pemahaman Karakteristik Hujan Sebagai Dasar Pemilihan
Model Hidrologi (Studi Kasus di Das Bengawan Solo Hulu). Forum Geografi,
20(1), 13–26.
Hendrawan, D. (2008). Kualitas air Sungai Ciliwung ditinjau dari parameter
minyak dan lemak. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia,
15(2), 85-93.

80
81

Hendrawati, H. (2007). Analisis Beberapa Parameter Kimia Dan Kandungan


Logam Pada Sumber Air Tanah Di Sekitar Pemukiman Mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Jurnal Kimia Valensi, 1(1), 14–18.
Hikmah, R. dkk. (2015). PENGARUH KEGIATAN WISATA TERHADAP
KUALITAS AIR SUNGAI SIBIRU BIRU KECAMATAN BIRU-BIRU
KABUPATEN DELI SERDANG. AQUACOASTMARINE, 10(5), 100-112.
Huboyo, H, dkk. (2009). Analisis Penentuan Mutu Air Beberapa Sungai di Jawa
Tengah dengan Metode Storet dan Indeks Pencemaran. Jurnal Presipitasi:
Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan, 6(2), 1-6.
Indirawati, S., & Muntaha, A. (2018). Analysis of chemical parameters sourced
from domestic waste in Lake Toba Region. IOP Conference Series: Earth and
Environmental Science, 205(1).
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. (2003). Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 115 Tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.
Jakarta : Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1–15.
Kospa, H. S. D., & Rahmadi, R. (2019). Pengaruh Perilaku Masyarakat terhadap
Kualitas Air Di Sungai Sekanak Kota Palembang. Jurnal Ilmu Lingkungan,
17(2), 212-221.
Malawat, Q., & Pristianto, H. (2018). Dampak Aktifitas Masyarakat Kota Sorong
Terhadap Tingkat Pencemaran Air Sungai Remu.Universitas Muhammadiyah
Sorong.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 Tentang
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air
Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua dan
Pemandian Umum. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 17–20.
Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pencemaran Air.
Piranti, A. S.,dkk. (2018). Evaluasi Status Mutu Air Danau Rawapening. Journal
of Natural Resources and Environmental Management, 8(2), 151-160.
Puspita, I,dkk. (2016). Pengaruh Perilaku Masyarakat yang Bermukim di Kawasan
Bantaran Sungai Terhadap Penurunan Kualitas Air Sungai Karang Anyar Kota
Tarakan (Influence of The Behavior of Citizens Residing in Riverbanks to The
82

Decrease of Water Quality in The River of Karang). Jurnal Manusia dan


Lingkungan, 23(2), 249-258.

Roy, Ritabrata. (2019). An Introduction to Water Quality Analysis . International


Research Journal of Engineering and Technology (IRJET), 201–205.
Samudro, S, dkk. (2012). Analisis kualitas air dan strategi pengendalian
pencemaran air Sungai Blukar Kabupaten Kendal. Jurnal Presipitasi: Media
Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan, 9(2), 64-71.
Setyowati, D. L. (2008). Pemodelan Ketersediaan Air Untuk Perencanaan
Pengendalian Banjir Kali Blorong Kabupaten Kendal. Jurnal Teknik Sipil dan
Perencanaan, 10(2), 127-138
Simanjuntak, M. (2007). Oksigen Terlarut dan Apparent Oxygen Utilizationdi
Perairan Teluk Klabat, Pulau Bangka. ILMU KELAUTAN: Indonesian
Journal of Marine Sciences, 12(2), 59-66.
Simanjuntak, E. L. (2017). Dampak Aktivitas Masyarakat Terhadap Kualitas Air
Sungai Babarsari Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang. Jurnal
Aquacoastmarine, 5(4), 1-11.
Sivaranjani, S, dkk. (2015). Water quality assessment with water quality indices.
International Journal of Bioresource Science, 2(2), 85.
Susana, T. (2003). Air sebagai sumber kehidupan. Jurnal Oseana, 28(3), 22.
Walukow, A. F. (2010). PENENTUAN STATUS MUTU AIR DENGAN
METODE STORET DIDANAU SENTANI JAYAPURA PROPINSI
PAPUA. Berita Biologi, 10(3), 277-281
Yogafanny, E. (2015). Pengaruh Aktifitas Warga di Sempadan Sungai terhadap
Kualitas Air Sungai Winongo. Jurnal Sains &Teknologi Lingkungan, 7(1),
29–40.
Yulis, P. A. R., dkk. (2018). Analisis Kadar DO, BOD, dan COD Air Sungai
Kuantan Terdampak Penambangan Emas Tanpa Izin. Jurnal Bioterdidik:
Wahana Ekspresi Ilmiah, 6(3).
Yusuf, H., dkk. (2018). Kajian Kualitas Air Sungai Bening Sebagai Sumber Air
Irigasi Persawahan Di Desa Mopuya Selatan II Kecamatan Dumoga Utara
Kabupaten Bolaang Mongondow. In COCOS (Vol. 1, No. 3).
83

LAMPIRAN
84

Lampiran 1

Lampiran 1 Instrumen Sosial


a. Wawancara (Masyarakat Desa Rowoboni)
- Data umum
Nama :
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
Umur : tahun
Alamat :
- Daftar Pertanyaan
1. Apa sumber air utama yang digunakan sehari-hari (MCK, dan konsumsi) ?
2. Seperti apa peran dan manfaat Sungai Muncul di kehidupan sehari-hari?
Apakah sudah optimal?
3. Bagaimana persepsi anda mengenai kualitas air Sungai Muncul?
4. Sebagai masyarakat lokal apakah anda merasa ada perubahan pada kualitas
Sungai Muncul setelah di jadikan sebagai tempat wisata?
5. Apakah ada upaya dari pemerintah desa maupun masyarakat untuk menjaga
kelestarian Sungai Muncul?
6. Bagaimana sikap anda dalam upaya menjaga kelestarian Sungai Muncul?
85

b. Wawancara (Pengelola wisata Sungai Muncul)

- Data umum
Nama :
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
Umur : tahun
Alamat :
Pekerjaan :
- Daftar Pertanyaan
1. Sejak kapan menjadi bagian dari pengelola dan berperan di Wisata Sungai
Muncul?
2. Bagaimana bentuk pengelolaan terhadap Wisata Sungai Muncul
3. Apakah terdapat perubahan terhadap Sungai Muncul setelah wisata ini sudah
lebih dikenal oleh masyarakat? Khususnya terkait kualitas air Sungai Muncul.
4. Apakah wisata sungai muncul ini juga dikelola dan diperhatikan oleh
pemerintah daerah setempat?
5. Apakah terdapat peraturan terkait Sungai Muncul dengan tujuan untuk menjaga
dan melestarikan Sungai Muncul?
5. Bagaimana peran dan manfaat sungai muncul terhadap masyarakat?
6. Bagaimana tanggapan pengunjung tentang kualitas air sungai muncul?
86

Lampiran 2

c. Observasi atau Pengamatan Lapangan

Variabel Sub Variabel Deskripsi Hasil Pengamatan


Aktivitas Jenis kegiatan
masyarakat di masyarakat Dusun
Sekitar Sungai Muncul dan Dusun
Muncul Rowoganjar di
sekitar Sungai
Muncul
Peran Sungai
Muncul di
kehidupan
masyarakat Dusun
Muncul dan Dusun
Rowoganjar

Sistem pemanfaatan
Sungai Muncul oleh
masyarakat di Dusun
Muncul dan Dusun
Rowoganjar
Bentuk pengelolaan
wisata Sungai
Muncul oleh
pengelola Wisata
Sungai Muncul
Kualitas air Sungai Kualitas air sungai
Muncul secara muncul melalui
baku mutu pengamatan visual
yang mencakup
warna air,
kekeruhan, dan
kebersihan sungai
87

Kualitas air melalui Persepsi masyarakat


persepsi lokal yang
masyarakat menggunakan air
Sungai Muncul dan
pengunjung wisata
Sungai Muncul
pengaruh aktivitas Jenis aktivitas
masyarakat masyarakat yang
terhadap kualitas dapat mempengaruhi
air Sungai Muncul kualitas air Sungai
muncul
88

Lampiran 3
Instrumen Fisik (Kualitas air Sungai Muncul)

a. Tabel parameter fisika, kimia, biologi air Sungai Muncul

Parameter Satuan Titik Titik Titik Rata-rata


sampel sampel 2 sampel 3
1
pH

Suhu oC

DO mg/L

BOD mg/L

TDS mg/L

Nitrat mg/L

Total jml/100
coliform ml

b. Penilaian Skor Parameter Fisika, Kimia, dan Biologi Air Sungai Muncul
(Metode STORET)
1. Tabel Titik sampel 1
Peruntukan kelas II PP No. 82 Tahun 2001
Parameter Satuan Baku Mutu Hasil Skor
Pengukuran
pH 6 s/d 9

Suhu oC devisiasi 3

DO mg/L ≥4

BOD mg/L 3

TDS mg/L 1000

Nitrat mg/L 10

Total coliform jml/100 ml 5000


89

2. Tabel titik sampel 2


Peruntukan kelas II PP No. 82 Tahun 2001
Parameter Satuan Baku Mutu Hasil Skor
Pengukuran
pH 6 s/d 9

Suhu oC devisiasi 3

DO mg/L ≥4

BOD mg/L 3

TDS mg/L 1000

Nitrat mg/L 10

Total coliform jml/100 ml 5000

3. Tabel titik sampel 3


Peruntukan kelas II PP No. 82 Tahun 2001
Parameter Satuan Baku Mutu Hasil Skor
Pengukuran
pH 6 s/d 9

Suhu oC devisiasi 3

DO mg/L ≥4

BOD mg/L 3

TDS mg/L 1000

Nitrat mg/L 10

Total coliform jml/100 ml 5000


90

4. Tabel titik sampel 4


Peruntukan kelas II PP No. 82 Tahun 2001
Parameter Satuan Baku Mutu Hasil Skor
Pengukuran
pH 6 s/d 9

Suhu oC devisiasi 3

DO mg/L ≥4

BOD mg/L 3

TDS mg/L 1000

Nitrat mg/L 10

Total coliform jml/100 ml 5000


91

Lampiran 4

Transkip Wawancara

Data umum

Nama : Bapak Zamroni

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : - tahun

Alamat : Desa Rowobni

Pekerjaan : Pedagang

1. Apa sumber air utama yang digunakan sehari-hari (MCK, dan konsumsi) ?

Jawaban: .Sumber air utama yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari itu

kalau untuk mandi cuci kalau dulu memang di sungai karena belum ada toilet ya

dan enak gitu bareng bareng sama tetangga mandi mencuci sambil ngobrol-

ngobrol, tapi sekarang itu udah dibatasi karena udah ada toilet sendiri-sendiri,

jadinya kita kalau untuk mandi itu udah di rumah sih tapi kalau misalnya untuk

mencuci kalau dalam jumlah besar banyak cuciannya ya kita di sungai, kan enak

deras airnya banyak, bersih lah rasanya kalau mencuci di sungai

2. Seperti apa peran dan manfaat Sungai Muncul di kehidupan sehari-hari?

Apakah sudah optimal?

Jawaban: Menurut saya kalau sekarang itu udah optimal sih karena udah

digunakan untuk wisata ya udah dibuka untuk wisata sungai muncul wisata

Pemandian terus sekarang juga ada river tubing jadi lebih optimal

dibandingkan dulu
92

3. Bagaimana persepsi anda mengenai kualitas air Sungai Muncul?

Jawaban: Menurut saya Sungai Muncul itu airnya nyaman digunakan jernih,

deras cuma terkadang keluhan itu kalo pas musim liburan kan banyak

pengunjung yang datang jadi airnya sedikit berubah

4. Sebagai masyarakat lokal apakah anda merasa ada perubahan pada

kualitas Sungai Muncul setelah di jadikan sebagai tempat wisata?

Jawaban: ya ada, tentu saja ada perubahan dari dulu dibandingkan sekarang yang

udah dijadikan tempat wisata tapi ya perubahannya itu paling terasa saat musim

liburan mbak jadi kalau misalnya musim liburan itu kan rame pengunjung datang

dan airnya itu lebih keruh terus sampah-sampah plastik juga lebih banyak

meskipun udah ada larangan jangan buang sampah di sungai ya tapi namanya

orang ya tetap aja ada yang ngeyel dan paling ramai itu kalo tahun baru sama

libur lebaran

5. Apakah ada upaya dari pemerintah desa maupun masyarakat untuk

menjaga kelestarian Sungai Muncul?

Jawaban: Upaya dari pemerintah desa itu membuat fasilitas seperti warung dan

jalur river tubing dibersihkan, untuk membuat nyaman pengunjung juga ya dan

menurut saya jadinya sungai munculnya lebih bersih ada gotong royong juga

dari warga-warga yang misalnya nggak ngapa-ngapain gitu, lalu membuat toilet

umum itu kan salah satu upaya pemerintah juga untuk mengurangi kita mandi

dan buang air langsung di sungai


93

6. Bagaimana sikap anda dalam upaya menjaga kelestarian Sungai Muncul?

Jawaban: Iya sikap saya seadanya aja sih ya mbak ya kalo dibilang jangan buang

sampah di sungai yang nggak buang sampah di sungai kalo dibilang jangan mandi,

mencuci ya dikurangi walaupun terkadang masih dilakuin, ya seadanya aja sih.

Data umum

Nama : Kepala Dusun Muncul

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : - tahun

Alamat : Desa Rowobni

Pekerjaan : Kepala Dusun Muncul

1. Apa sumber air utama yang digunakan sehari-hari (MCK, dan konsumsi) ?

Jawaban: Sumber air yang digunakan itu ada dari pamsimas dan dari Sungai

Muncul ya tentu lah karena emang dari dulu kita udah menggunakan Sungai

Muncul. Kalau misalnya dari pamsimas itu juga sumber airnya dari sumber air

Muncul dan dialirkan ke rumah-rumah tetapi ada iurannya. Jadi bagi masyarakat

yang mau menggunakan air ya monggo kalau misalnya tidak ya sudah.

Sebenarnya udah ada pilihannya dan kalau untuk konsumsi itu memang udah

dari dulu tidak memakai air sungai lagi tapi kalau misalnya mau menggunakan

air sungai pun yang dari sumber air karena airnya bersih. Untuk irigasi juga

kalau musim kemarau. Pada saat musim kemarau itu kan hujan jarang ya, tetapi

air sungai muncul ini tetap ada, makanya kita menggunakan Kincir untuk

mengairi sawah.
94

2. Seperti apa peran dan manfaat Sungai Muncul di kehidupan sehari-hari?

Apakah sudah optimal?

Jawaban: Sudah lebih optimal dalam pemanfaatannya

3. Bagaimana persepsi anda mengenai kualitas air Sungai Muncul?

Jawaban: Menurut saya kualitas air Muncul secara kasat mata baik, karena

airnya juga jernih terus masih mengalir dengan deras dan kita masyarakat itu

sama sama menjaga lah, dihimbau untuk saling menjaga dan melestarikan sungai

muncul ini karena memang sejak dulu kita sudah memanfaatkan Sungai Muncul

ini, jadi ya tetap harus terus dijaga supaya generasi kita nantinya juga merasakan

keindahan dan kenyamanan menggunakan air Sungai Muncul

4. Sebagai masyarakat lokal apakah anda merasa ada perubahan pada

kualitas Sungai Muncul setelah di jadikan sebagai tempat wisata?

Jawaban: Tentu ada karena saya juga sebagai Kadus dan pengguna Sungai

Muncul merasakan saat musim liburan lebaran, liburan sekolah dan hari-hari

besar. Dan saat Idul Adha biasanya masyarakat luar itu terkadang mencuci

jeroan sapi di sungai tapi karena sesekali ya tidak masalah, walaupun rasanya

terganggu karena airnya jadi bau setelah mencuci Jeroan sapi itu kan kotor, tapi

saya merasa terganggu lah sedikit.

5. Apakah ada upaya dari pemerintah desa maupun masyarakat untuk

menjaga kelestarian Sungai Muncul?

Jawaban: Upaya dari pemerintah itu membuat kan WC umum dan Jamban untuk

masyarakat masyarakat yang belum memiliki WC pribadi atau toilet pribadi jadi

yang semula langsung di sungai, kini bisa menggunakan jamban ya lebih tertata
95

aja sih dan langsung di sungai kalau misalnya membuang hajat. Lalu ada juga

gotongroyong untuk membersikan sungai diperiode tertentu, dibantu dengan

masyarakat bersama-sama kita membersihkan sungai.

6. Bagaimana sikap anda dalam upaya menjaga kelestarian Sungai Muncul?

Jawaban: Sikap saya itu untuk menjaga dan melestarikan sungai muncul yaitu

mengurangi pemakaian Sungai Muncul untuk mandi yang menyebabkan kotor

kalau mencuci ya terkadang juga masih, tetapi sesekali intinya itu sudah

dikurangi ya bersamalah menghimbau masyarakat untuk menjaga dan

melestarikan apa yang sudah kita punya

Data umum

Nama : Ibu Sujih

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : - tahun

Alamat : Desa Rowobni

Pekerjaan : Pedagang

1. Apa sumber air utama yang digunakan sehari-hari (MCK, dan konsumsi) ?

Jawaban: sumber air utama yang digunakan itu kita pake air Sungai Muncul dan

Pamsimas. Sungai Muncul itu untuk mandi terkadang mencuci tapi kalau untuk

selebihnya sudah memakai air pdam.

2. Seperti apa peran dan manfaat Sungai Muncul di kehidupan sehari-hari?

Apakah sudah optimal?

Jawaban: Saya peran dan manfaat Sungai Muncul di kehidupan sehari-hari itu

sangat penting karena memang sudah sejak dulu kita menggunakan Sungai
96

Muncul jadi memang sepenting itu dan sangat berpengaruh manfaatnya untuk

kita semua. Sekarang sudah lebih optimal ya karena sudah dibuat untuk wisata

juga jadi bukan hanya kita kita warga muncul yang menggunakan tapi orang luar

juga sudah menggunakan Sungai Muncul ini

3. Bagaimana persepsi anda mengenai kualitas air Sungai Muncul?

Jawaban: Menurut saya kualitas masih baik masih nyaman digunakan

4. Sebagai masyarakat lokal apakah anda merasa ada perubahan pada

kualitas Sungai Muncul setelah di jadikan sebagai tempat wisata?

Jawaban:. Ada biasanya kalo musim liburan, libur sekolah dan tahun baru itu

lebih ramai dibandingkan biasanya yang menggunakan, jadi ya sumpek gitu

rasanya kalau menggunakan air nya kalo lagi ramai

5. Apakah ada upaya dari pemerintah desa maupun masyarakat untuk

menjaga kelestarian Sungai Muncul?

Jawaban: upaya dari pemerintah itu membuat WC umum dan fasilitas-fasilitas

wisata serta kita terkadang ada gotongroyong untuk bersih-bersih sungai

6. Bagaimana sikap anda dalam upaya menjaga kelestarian Sungai Muncul?

Jawaban: saya yang mengikuti alur yang lainnya dan peraturan yang ada,

kesadaran masing-masing juga.


97

Data umum

Nama : Ibu Anif Fauziah

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : - tahun

Alamat : Desa Rowobni

Pekerjaan : Pedagang

1. Apa sumber air utama yang digunakan sehari-hari (MCK, dan konsumsi) ?

Jawaban: kalau untuk mandi cuci terkadang masih di sungai , tetapi sudah ada

toilet pribadi jadi sudah sangat jarang.

2. Seperti apa peran dan manfaat Sungai Muncul di kehidupan sehari-hari?

Apakah sudah optimal?

Jawaban: Sangat penting sangat besar manfaatnya karena udah kita tinggal di

pinggir sungai jadi ya mau nggak mau ya menggunakan. Sudah lebih banyak

dimanfaatkan untuk wisata.

3. Bagaimana persepsi anda mengenai kualitas air Sungai Muncul?

Jawaban: Menurut saya kualitas air sungai muncul ini masih baik masih nyaman

digunakan bersih, bening, airnya masih adem juga meskipun terkadang ada lewat

sampah tapi ya bisa dibersihkan.

4. Sebagai masyarakat lokal apakah anda merasa ada perubahan pada

kualitas Sungai Muncul setelah di jadikan sebagai tempat wisata?

Jawaban:. saat musim liburan itu paling ya dibilang kotor juga nggak tetapi

berubah dibandingkan hari biasa dan juga kalau musim hujan itu airnya keruh
98

ya karena ada pengaruh dari sawah-sawah di sekitarnya jadi air tanahnya masuk

ke sungai

5. Apakah ada upaya dari pemerintah desa maupun masyarakat untuk

menjaga kelestarian Sungai Muncul?

Jawaban: Upaya dari pemerintah itu menghimbau kita masyarakat untuk

bersama sama menjaga dan melestarikan sungai sebagaimana mestinya

jangan buang sampah di sungai.

6. Bagaimana sikap anda dalam upaya menjaga kelestarian Sungai

Muncul?

Jawaban: sikap saya ya seperti tidak membuang sampah di sungai, tidak

buang hajat di sungai, mengurangi pemakaian sabun yang langsung ke sungai.

kalau dulu kan langsung aja tuh ada sampah satu kantong langsung buang ke

sungai tapi kalau sekarang ya sudah nggak boleh jadi ya sudah tidak lagi
99

Lampiran 5
Hasil Uji Laboratorium
a. Titik sampel 1
100
101

b. Titik sampel 2
102
103

c. titik sampel 3
104
105

d. Titik sampel 4
106
107

Lampiran 6 dokumentasi kegiatan wawancara

Wawancara dengan Ibu Susi


(Pedagang di wisata Sungai Muncul)

Wawancara dengan Ibu Anif Faizah


(Pedagang di wisata Sungai Muncul)
108

Wawancara dengan Bapak Zamroni


Wawancara dengan Staff Pemerintah Desa Rowoboni
(Warga Lokal sekitar Sungai Muncul Desa Rowoboni)
109

Wawancara dengan Mas Sofi


(Pengelola wisata Sungai Muncul)

Wawancara dengan Mas Agus


(Pengelola wisata river tubing Sungai Muncul)
110

Lampiran 7 Dokumentasi Pengambilan Sampel

Proses pengambilan sampel air untuk parameter DO Proses pengukuran parameter suhu dan Ph air
dan BOD
111

Proses pengambilan sampel air untuk parameter Proses pengambilan sampel air untuk parameter
Nitrat dan TDS Total Coliform
112

Lampiran 8
Alat Penelitian

Botol steril Botol winkler pH meter

Anda mungkin juga menyukai