Disusun Oleh:
Teluk Pelabuhan Ratu memiliki luas perairan sekitar 210 km2. Teluk ini
merupakan teluk terbesar dan menjadi pusat kegiatan perikanan laut untuk Jawa
Barat. Banyak sungai bermuara di Teluk Pelabuhan Ratu. Sebagian besar muara
sungai tersebut membawa bahan – bahan angkutan berupa buangan dari kegiatan
pertanian dan pemukiman, serta hasil proses erosi seperti pasir dan tanah sebagai
hasil kegiatan penambangan pasir dan pembukaan hutan di daerah aliran sungai.
Bahan – bahan angkutan dalam bentuk padatan tersuspensi, seperti debu dan tanah
liat menyebabkan perairan di sekitar muara sungai menjadi keruh dan bewarna
coklat (Mony 2004). Salah satu organisme air yang terdapat pada muara sungai
adalah makrozoobentos. Makrozoobentos adalah organisme yang hidup di dasar
perairan, hidup sesil, merayap, atau menggali lubang. Kelimpahan dan
keanekaragamannya sangat dipengaruhi oleh toleransi dan sensitivitasnya
terhadap perubahan lingkungan. Kisaran toleransi dari makrozoobentos terhadap
lingkungan berbeda-beda (Yeanny 2007).
Menurut Sastrawijaya dalam Yeanny (2007) banyak faktor yang dapat
mempengaruhi kelimpahan makrozoobentos. Salah satunya ialah suhu
berpengaruh nyata terhadap keanekaragaman makrozoobentos. Hal ini disebabkan
makrozoobentos memiliki kisaran toleransi sehingga dapat hidup baik di tempat
tersebut. Selanjutnya oksigen terlarut salah satu faktor penting dalam perairan
untuk kelangsungan hidup makrozoobentos. Kandungan organik substrat memberi
pengaruh karena habitat dari makrozoobentos terdapat di substrat dasar perairan.
Keanekaragaman makrozoobentos di perairan juga dipengaruhi oleh jenis substrat
dan kandungan organik substrat. Derajat Keasaman (pH) sangat penting
mendukung kelangsungan hidup organisme akuatik karena pH dapat
mempengaruhi jenis dan susunan zat dalam lingkungan perairan dan tersedianya
unsur hara serta toksisitas unsur renik. Kondisi perairan yang sangat asam atau
basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan
menyebabkan terganggunya metabolisme dan respirasi, ketika pH yang rendah
akan menyebabkan mobilitas kelangsungan hidup organisme perairan. Sejauh ini
keanekaragaman Makrozoobentos di Muara Sungai Sukawayana belum diketahui
sehingga perlu dilakukan penelitian.
METODE
Metode
Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah pengamatan secara
langsung seperti parameter fisika yang berupa warna perairan, suhu, kedalaman,
kekeruhan, dan tipe substrat serta pengamatan tidak langsung pada parameter
kimia dan biologi yang berupa pH, salinitas, dan makrozoobentos.
Prosedur pengukuran praktikum lapangan Ekologi Perairan Pesisir dan
Laut Tropis yaitu data diperoleh pada pengukuran parameter fisika, kimia dan
biologi yang dilakukan pagi hari pukul 08.00 WIB di tiga stasiun yang berbeda
dengan jarak 5-10 meter. Setiap stasiun terdiri dari 5 sub stasiun yang berjarak 3-5
meter. Data dan sampel yang diperoleh kemudian di catat dan didokumentasikan.
Sampel terlebih dahulu diawetkan untuk dilakukan analisis lanjutan. Begitu juga
dengan data yang diperoleh perlu dilakukan analisis lanjutan pula.
Prosedur Kerja
1. Parameter fisika
a. Suhu
Suhu perairan diukur menggunakan thermometer air raksa dengan satuan
0
C. Thermometer dimasukkan kedalam air dan dilihat kenaikan atau penurunan
suhu air.
b. Kekeruhan
Kekeruhan perairan diukur dengan menggunakan TDS meter. Pengukuran
yang dilakukan menggunakan metoda Electrical Conductivity, cara kerjanya
adalah dengan mencelupkan dua buah probe kedalam larutan yang akan diukur,
kemudian dengan rangkaian pemprosesan sinyal akan mengeluarkan output
yang menunjukkan besar konduktifitas larutan tersebut. Jika dikalikan dengan
faktor konversi maka akan kita dapatkan nilai kualitas air tersebut dalam TDS
c. Kedalaman
Kedalaman diamati dengan menggunakan tongkat berskala 2 meter.
Pengukuran dilakukan dengan menurunkan tongkat skala ke dalam perairan
dan dicatat kedalamannya. Pengukuran kedalaman di muara sungai dapat
dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah dengan menggunakan
papan skala, pipa/paralon berskala, tali yang diberi pemberat, dll. Alat yang
akan digunakan dalam pengukuran kedalaman pada paraktikum ini
menggunakan pipa/paralon kecil yang digunakan sebagai transek ukuran 1 x 1
m, pipa-pipa kecil tersebut disambung dengan menggunakan sambungan pipa
agar membentuk sebuah pipa yang panjang sehingga dapat digunakan dalam
mengukur kedalaman. Selanjutnya pipa sambungan dimasukan kedalam air
hingga menyentuh dasar perairan. Kemudian panjang dari bagian pipa yang
terendam dihitung sebagai angka kedalaman perairan.
2. Parameter kimia
a. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman ditentukan menggunakan indikator pH stik. Cara kerja
pH stik yaitu dengan cara kertas pH dicelupkan pada perairan dan dicocokkan
dengan trayek pH. Setelah itu, pH perairan dapat diketahui. Penggunaan
dengan pH stik sangat membantu menetukan pH di lapang.
b. Salinitas
Salinitas dapat dapat diukur menggunakan alat yang disebut refraktometer.
Penggunaan ala ini yaitu dengan cara meletakan sampel air yang sudah
diambil menggunakan pipet ke dalam refraktometer. Kemudian dilihat skala
salinitasnya pada lubang di refraktometer seperti meneropong.
3. Parameter Biologi
a. Makrozoobenthos
Penentuan kandungan bentos dapat digunakan alat yang dinamakan
surber. Alat ini diletakkan pada perairan dengan bukaan mulutnya melawan
arus muara sungai. Substrat pada dasar perairan diambil, lalu digosok-
gosokkan di permukaan air ke dalam mulut surber sehingga bentos apapun
yang menempel pada substrat tersebut akan mengalir ke dalam dan disaring
oleh saringan surber. Semua bentos yang tersaring dalam surber akan
dimasukkan ke dalam jar kaca dan nantinya akan diawetkan dengan formalin.
Lalu akan disimpan dan dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi.
LANDASAN TEORI
PEMBAHASAN
1. Parameter fisika
a. Kekeruhan
Hasil pengukuran kekeruhan pada muara sungan menunjukkan kisaran
rata-rata 19 - 197 ppm. Semakin kearah bibir sungai nilai kekeruhan semakin
tinggi. Hal ini disebabkan karena bibir sungai berhadapan langsung dengan
laut. Laut didekat muara sungai juga memiliki gelombang yang sangat cukup
kuat dan tinggi, sehingga menyebabkan turbulensi disekitar bibir sungai dan
menyebabkan paritikel di dasar ikut hanyut dengan gelombang. Hal ini
menyebebkan tingkat kekeruhannya semaikin tinggi. Menurut Bariguna Dipo
(2008), kekeruhan air sungai sangat dipengaruhi oleh erosi yang meliputi
prosespelepasan, penghanyutan (meningkatkan tingkat kekeruhan air) serta
pengendapan. Hal ini akan membuat turunnya produktivitas lahan pertanian
dan kualitas air serta mengurangi kapasitas sungai.
Kekeruhan di perairan alami merupakan salah satu factor penting dalam
mengendalikan produktivitas. Kekeruhan yang tinggi akan menurunkan
kecerahan perairan serta mengurangi penetrasi cahaya matahari kedalam air
sehingga menghambat fotosintesis. Tingkat kekeruhan yang tinggi pada air
sungai akan merugikan pada sektor penyediaan air bersih yang bersumber dari
air permukaan sehingga akan meningkatkan biaya pengolahan. (Aisyah Sitti
2004)
b. Kedalaman
Pada parameter kedalaman pada muara sungai terbagi menjadi 3 stasiun,
untuk stasiun 1 terdapat di bibir sungai yang terdiri dari 3 sub stasiun yang
didapatkan data rata-rata sekitar 110 cm. Hal ini dikarenakan letak bibir sungai
yang lebih menjorok ke laut, substrat didasar perairan cukup rata, dan
tergantung terhadap tingginya pasang surut air. Stasiun 2 terdapat di tengah
muara sungai yang terdiri dari 3 sub stasiun yang didapatkan rata-rata 90 cm.
Hal ini dikarenakan letak dasar perairan yang tidak merata dengan adanya
bebatuan. Stasiun 3 terdapat di ujung muara sungai yang terdiri dari 3 sub
stasiun yang didapatkan rata-rata 50 cm. Hal ini dikarenakan letak dasar
perairan yang dipenuhi dengan bebatuan besar, sehingga membuat lebih
dangkal.
2. Parameter kimia
a. Salinitas
Pada pengamatan di tiga lokasi mengenai kadar salinitas yang ada
didapatkan hasil dari setiap stasiun belakang, tengah , dan depan bibir laut
didapatkan hasil berturut-turut sebesar 0 ppm, 0 ppm, dan 8 ppm. Menurut
Supiyati (2012) menjelaskan bahwa keberadaan salinitas di daerah muara
dapat disebebbkan karena ata dipengaruhi oleh pasang surut dan musim.
Keberadaan salinitas cenderung kearah darat lebih rendah , tetapi akan
meningkat ke arah muara atau dekat dengan bibir laut. Namun apabila selama
musim kemarau pada saat aliran air sungai berkurang maka air laut dapat
masuk lebih jauh ke arah darat .
3. Parameter Biologi
a. Makrozoobenthos
Musculium memiliki nilai kelimpahan yang terbesar terutama pada
ulangan kedua. Lalu, untuk benthos yang memiliki jumlah kelimpahan terkecil
terdiri atas Chama pellucid, Oliva spicata , dan Thais lamellose. Menurut Saru
et al (2005) Salah satu faktor yang cukup besar pengaruhnya terhadap
kelimpahan makrozoobentos adalah sedimen. Perbedaan jenis sedimen
memungkinkan organisme yang hidup di dalamnya berbeda.Selain itu
Menurut(Odum, 1996) dalam Irmawan et al (2010) Arus juga merupakan
faktor yang membatasi penyebaran makrozoobentos, dimana kecepatan arus ini
akan mempengaruhi tipe atau ukuran substrat dasar perairan yang merupakan
tempat hidup bagi hewan bentos.
Menurut Genisa (1997) dalam Zahidin (2008) tingkat keanekaragaman
jenis tinggi dapat dikarenakan banyaknya suatu spesies berada di suatu
komunitas tersebut, dan nilai keanekaragaman akan rendah bila satu atau
beberapa jenis saja yang terdapat di dalamnya dan mendominasi daerah
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
salinitas 8 ppm 8 ppm 8 ppm 0 ppm 0 ppm 0 ppm 0 ppm 0 ppm 0 ppm
Tengah Belakang
Organisme Bibir sungai Kelimpahan
sungai sungai
Thais lamellosa 1 0.3333
Astraea gibberosa 1 1 0.6667
Chama pellucida 1 0.3333
Oliva spicata 1 0.3333
Balcis randolpi 1 1 0.6667
Musculium 3 22 10 11.6667
Neritina luteopasculata 2 4 4 3.3333
Jumlah Spesies 10 26 16 17.3333
Indeks keanekaragaman 1.5314
Indeks Keseragaman 1.9579
Indeks Dominansi 0.4941