Jln. S. K. Lerik Kota Baru Telp. (0380) 832943, 826927. Fax. 831182, 832943
KUPANG – NTT – 85228
I K o r.3 :1 1
E–mail: sinodegmit_kupang@yahoo.com , info@sinodegmit.org Website: www.sinodegmit.org
Pedoman Organisasi GMIT adalah seperangkat ketentuan dan petunjuk yang mengarahkan
fungsi-fungsi/peranan-peranan dalam organisasi GMIT baik dalam rangka penataan atau
pengaturan diri maupun dalam rangka pelaksanaan amanat kerasulan/ amanat pelayanan
GMIT.
Pasal 2
Fungsi Pedoman Organisasi GMIT
Pasal 3
Pokok-pokok pikiran yang mendasari Pedoman Organisasi GMIT
1. GMIT sebagai persekutuan orang percaya yang telah diselamatkan oleh dan di dalam
Kristus terpanggil untuk melaksanakan amanat kerasulan/amanat pelayanan gereja.
Dalam rangka pelaksanaan amanat kerasulannya, semua karunia, talenta, kemampuan,
uang dan harta benda yang dimiliki oleh GMIT, harus diaktualisasi dan diorganisasikan
pemanfaatannya dalam satu sistem pengelolaan pelayanan kebersamaan.
2. Sistim pengelolaan pelayanan kebersamaan GMIT itu dapat direalisasikan melalui fungsi-
fungsi organisasi kerja GMIT. Dalam hubungan ini organisasi GMIT mendapatkan
relevansinya sebagai alat pelayanan kebersamaan. Fungsi-fungsi organisasi kerja GMIT
itu harus mengacu kepada Tata GMIT 2010 yang terdiri dari: Pokok-Pokok Eklesiologis
GMIT, Tata Dasar GMIT, Peraturan Pokok Jemaat, Peraturan Pokok Klasis dan Peraturan
Pokok Sinode.
19
3. Struktur dasar GMIT yang telah dicantumkan dalam Tata Gereja yakni : Jemaat, Klasis
dan Sinode. Susunan mana dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Jemaat adalah persekutuan anggota-anggota GMIT pada tempat dan lingkungan
sosial budaya tertentu di mana firman diberitakan, sakramen dilayankan dan
kemuridan dalam semangat meniru Kristus diwujudnyatakan.
b. Klasis adalah wadah kebersamaan jemaat-jemaat yang dirupakan oleh persidangan
para presbiter dan pelaksanaan program kebersamaan di wilayah tertentu.
c. Sinode adalah wadah kebersamaan jemaat-jemaat GMIT yang dirupakan oleh
persidangan presbiter dan pelaksanaan program kebersamaan pada lingkup terluas.
4. Asas kerja GMIT adalah Presbiterial Sinodal yakni GMIT tidak dipimpin secara hirarkis
oleh satu orang di puncak kepemimpinan gereja melainkan dipimpin secara kolektif oleh
beberapa/banyak orang yang disebut konsistorium/ presbiterium/kemajelisan. Asas ini
harus diberlakukan di semua lingkup pelayanan GMIT melalui fungsi-fungsi organisasi
kerja GMIT.
5. Di dalam organisasi kerja GMIT diberlakukan kesatuan pimpinan (kesatuan perintah) dan
tanggungjawab. Hal ini berarti tidak ada peluang bagi warga GMIT baik yang berjabatan
Pendeta maupun yang bukan berjabatan Pendeta untuk bertindak didalam organisasi
GMIT menurut kehendaknya sendiri. Akan tetapi harus taat kepada kesepakatan berupa
keputusan dan kebijakan-kebijakan oleh Sinode dan Majelis Sinode/MSH di lingkup
pelayanan Sinode. Keputusan-keputusan atau kebijaksanaan-kebijaksanaan oleh Klasis,
Majelis Klasis/Majelis Klasis Harian di lingkup Klasis. Dan keputusan-keputusan atau
kebijakan-kebijakan oleh Majelis Jemaat/Majelis Jemaat Harian di lingkup pelayanan
Jemaat.
Pertanggungjawaban tugas pelayanan diberikan kepada pemangku jabatan yang lebih
luas sesuai dengan jenjang organisasi kerja GMIT.
6. Keseimbangan antara pembagian tugas, wewenang dan tanggungjawab sesuai dengan
besar kecilnya bidang dan lingkup pelayanan setiap fungsi dalam susunan organisasi
GMIT.
7. Struktur organisasi yang sederhana dan relatif permanen yang dapat diberlakukan di
seluruh GMIT serta mempunyai fleksibilitas terhadap perubahan-perubahan yang
disebabkan oleh faktor-faktor di dalam atau dari luar organisasi GMIT.
8. Hubungan perintah dan tanggungjawab organisasi kerja GMIT bukan hubungan antara
atasan dengan bawahan tetapi hubungan perintah dan tanggungjawab berdasarkan
batas-batas wewenang yang dimiliki masing-masing komponen dalam susunan
organisasi GMIT. Saling hormat-menghormati dan ketaatan dengan batas-batas
wewenang harus menyemangati hubungan formal organisasi itu.
9. Kelembagaan GMIT semakin besar dengan bertambahnya jumlah jemaat dan bidang-
bidang pelayanan baru secara terus-menerus. Itu berarti tugas-tugas GMIT semakin
bertambah banyak dan berat. Untuk menjawab kebutuhan ini, dalam pedoman ini
ditetapkan bentuk organisasi lini dan staf. Dalam menerapkan bentuk organisasi lini dan
staf oleh GMIT perlu dipahami hal-hal berikut :
a. Dalam menjiwai hubungan kerja di lingkungan GMIT, maka perlu dihindari
pemahaman bahwa Sinode/Majelis Sinode/ Majelis Sinode Harian sebagai Kepala dan
Klasis/Majelis Klasis/Majelis Klasis Harian serta Jemaat /Majelis Jemaat/Majelis
Jemaat Harian sebagai bawahan. Adanya perbedaan di antara pemimpin dalam tiga
lingkup dasar GMIT bukanlah menunjukkan tinggi –rendahnya jabatan di antara
lingkup tersebut tetapi hal ini mencerminkan besar-kecilnya wewenang yang
diberikan oleh Sinode kepada setiap fungsi dalam organisasi kerja GMIT.
b. Unsur pimpinan dalam setiap lingkup pelayanan dalam susunan organisasi GMIT
adalah unsur yang bertanggungjawab dan yang memimpin pelaksanaan keputusan-
keputusan dari persidangan Sinode/Majelis Sinode/Majelis Sinode Harian di lingkup
sinodal, keputusan Klasis/Majelis Klasis/Majelis Klasis Harian di lingkup klasis serta
keputusan persidangan Jemaat/Majelis Jemaat/Majelis Jemaat Harian di lingkup
Jemaat.
20
c. Unsur lini atau pelaksana adalah unsur yang diserahi tugas oleh pimpinan untuk
melaksanakan putusan/kebijakan pada bidang pelayanan atau lingkup pelayanan
tertentu.
d. Unsur staf adalah unsur yang membantu pimpinan dalam melaksanakan
kepemimpinannya dalam wadah pelayanannya.
10. Pembinaan, pengendalian dan pengawasan fungsi-fungsi organisasi kerja GMIT perlu
dilaksanakan terus-menerus guna menumbuhkan motivasi dalam meningkatkan disiplin
dan bekerja sama.
Pasal 4
Garis Besar Pedoman
BAB II
ORGANISASI GMIT
Pasal 5
Pembentukan Gereja Masehi Injili di Timor sebagai Lembaga Keagamaan didasarkan pada :
1. Staatblad van Nederlandsche Indie tahun 1948 Nomor 203 Erendienst
Kerkgenootschopen Timur.
2. Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Kristen/Protestan nomor 28 tahun
1974.
Pasal 6
Sistem Pemerintahan
Pasal 7
Struktur Dasar GMIT
21
Pasal 8
Prinsip-prinsip Penyelenggaraan Pelayanan
Pasal 9
Badan pelayanan, Badan Pembantu Pelayanan dan Unit Pembantu pelayanan
Pasal 10
Struktur Organisasi GMIT
22
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI
BAB III
ORGANISASI JEMAAT
Pasal 11
Hakikat Jemaat
Jemaat adalah persekutuan anggota-anggota GMIT pada tempat dan lingkungan sosial
budaya tertentu di mana Firman Allah diberitakan, sakramen dilayankan dan dipimpin oleh
Majelis Jemaat.
Pasal 12
Kedudukan Jemaat
1. Jemaat adalah merupakan bagian integral dari GMIT
2. Jemaat adalah basis penyelenggaraan hidup dan pelayanan GMIT.
Pasal 13
Wewenang, Tugas dan Tanggungjawab
Pasal 14
struktur Organisasi Jemaat
Pasal 15
Kedudukan, Tugas dan Wewenang Persidangan Jemaat
23
2. Tugas dan wewenang :
a. Memilih Penatua, Diaken dan Pengajar.
b. Merumuskan dan menetapkan pokok-pokok program pelayanan 4 tahun
c. Mengevaluasi seluruh proses pelayanan lingkup jemaat
d. Menilai, menerima atau menolak laporan pertanggung jawaban pelayanan Majelis
Jemaat. Laporan Pertanggung Jawaban ditolak apabila sidang menilai bahwa
pelaksanaan pelayanan tidak sesuai dengan perencanaan. Penolakan disertai dengan
pemberian rekomendasi, penanggulangan dan/atau pembinaan dengan semangat
pastoral.
Pasal 16
Persidangan Jemaat
Persidangan Jemaat terdiri dari : persidangan jemaat, persidangan jemaat istimewa dan
persidangan mata jemaat.
1. Persidangan Jemaat
a. Persidangan Jemaat adalah wadah pengambilan keputusan yang mengikat seluruh
jemaat.
b. Persidangan jemaat dilakukan empat tahun sekali
c. Persidangan jemaat diadakan oleh Majelis Jemaat
d. Persidangan jemaat diadakan dengan tujuan:
(1) Merumuskan dan menerapkan pokok-pokok program pelayanan empat tahunan
(2) Mengevaluasi seluruh proses pelayanan lingkup jemaat
(3) Menilai, menerima atau menolak laporan pertanggungjawaban pelayanan
Majelis Jemaat.
(4) Memilih Penatua, Diaken dan Pengajar
e. Proses Persidangan Jemaat
(1) Pemanggil persidangan jemaat adalah Majelis Jemaat
(2) Tempat, waktu dan acara persidangan jemaat ditetapkan oleh Majelis Jemaat
dan diumumkan kepada anggota jemaat tiga minggu sebelumnya secara
berturut-turut melalui warta jemaat
(3) Persidangan Jemaat dihadiri oleh anggota sidi, majelis Jemaat, Badan Permbantu
Pelayanan Jemaat dan Unit Pembantu pelayanan Majelis Jemaat.
(4) Persidangan Jemaat dipimpin oleh Majelis Ketua Persidangan yang berjumlah
ganjil, minimal 3 orang termasuk Ketua Majelis Jemaat dengan
mempertimbangkan aspek keseimbangan gender.
(5) Sekretaris Persidangan Jemaat adalah Sekretaris Majelis Jemaat
(6) Pengambilan keputusan dalam persidangan jemaat dilaksanakan melalui
musyawarah mufakat.
(7) Apabila tidak tercapai musyawarah mufakat maka keputusan diambil melalui
voting dan/atau undi yang didahului dengan permohonan doa kepada Tuhan
secara bersama.
(8) Hasil keputusan persidangan jemaat disampaikan oleh Majelis Jemaat kepada
anggota jemaat melalui warta jemaat paling lambat satu bulan setelah
persidangan jemaat.
f. Asas Persidangan:
(1) Asas mengharai dan menggunakan waktu dengan baik dan tepat dalam
menyelenggarakan semua persidangan di lingkup jemaat.
(2) Asas efisien di mana keputusan-keputusan dalam semua persidangan di lingkup
jemaat sungguh-sungguh bermanfaat.
(3) Asas konsekwensi di mana keputusan-keputusan dalam semua persidangan di
lingkup jemaat dapat dilaksanakan oleh Jemaat dan Majelis Jemaat.
24
g. Alat-alat kelengkapan Persidangan
Persidangan dalam jemaat perlu memiliki alat-alat kelengkapan yang terdiri atas ;
(1) Pimpinan persidangan
(2) Pengarah persidangan (kalau dibutuhkan)
(4) Perumus hasil persidangan
(5) Sidang kelompok (bila dibutuhkan)
(6) Sidang komisi
(7) Pleno
Alat-alat ini digunakan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing jemaat.
h. Sifat Persidangan
(1) Persidangan terbuka ialah persidangan yang dapat diikuti oleh semua peserta
persidangan.
(2) Persidangan tertutup ialah persidangan yang karena sifat kerahasiaan
permasalahannya hanya dihadiri oleh peserta tertentu yang dipandang perlu
Persidanagan ini dapat dilaksanakan atas usul pimpinan atau 2/3 dari jumlah
peserta persidangan dan setelah disetujui oleh para peserta persidangan.
i. Pengorganisasian persidangan
Persidangan akan mencapai hasil yang bermanfaat jika diorganisasikan dengan baik.
Untuk itu perlu diperhatikan hal-hal berikut :
(1) Materi/bahan persidangan
(2) Proses persidangan
(3) Sekretariat persidangan
(4) Fasilitas perlengkapam/akomodasi persidangan
j. Tata Tertib persidangan
Tata tertib persidangan dibutuhkan sebagai tuntutan agar persidangan berjalan
lancar, teratur dan tertib, terarah guna mencapai hasil yang diinginkan.
k. Putusan Persidangan
(1) Ukuran tertinggi bagi kebenaran, kewibawaan dan manfaat keputusan
persidangan-persidangan dalam jemaat adalah keputusan-keputusan itu sesuai
dengan dan tidak bertentangan dengan firman dan kehendak Allah. Karena itu
harus dihindari putusan yang bertentangan dengan kehendak Allah.
(2) Putusan persidangan harus merupakan kesepakatan yang diyakini kebenarannya
dan manfaatnya bagi pelayanan jemaat. Karena itu harus dihindari pemaksanaan
kehendak dari seseorang atau sekelompok orang dalam hal pengambilan
keputusan.
(3) Keputusan harus diambil melalui tata cara pengambilan keputusan yang baik
disepakati bersama oleh semua peserta persidangan.
(4) Putusan yang telah diambil dapat dilaksanakan bagi peningkatan mutu kehidupan
dan pelayanan jemaat.
25
- Satu pertiga dari jumlah anggota sidi jemaat atau
- Satu pertiga jumlah rayon dan atau satu pertiga jumlah mata jemaat
(2) Pemanggil persidangan jemaat istimewa adalah Majelis Klasis jika majelis Jemaat
tidak berfungsi
(3) Tempat, waktu, dan cara persidangan jemaat istimewa ditetapkan oleh:
- Majelis Klasis jika Majelis Jemaat tidak berfungsi dan diumumkan kepada
anggota jemaat dua minggu sebelumnya secara berturut-turut melalui warta
jemaat
- Majelis Jemaat sesuai dengan kebutuhan serta diumumkan kepada anggota
jemaat dua minggu sebelumnya secara berturut-turut melalui warta jemaat
(4) Persidangan Jemaat Istimewa dihadiri oleh Majelis Jemaat, Badan Pembantu
Pelayanan Jemaat, Unit pembantu Pelayanan Majelis Jemaat, anggota sidi,
Majelis Klasis dan atau Majelis Sinode
(5) Persidangan Jemaat Istimewa dipimpin oleh:
a. Majelis Ketua Persidangan yang berjumlah ganjil, minimal 3 orang, termasuk
MK/MKH dengan mempertimbangkan aspek keseimbangan gender.
b. Sekretaris Persidangan Jemaat Istimewa adalah Sekretaris Majelis Jemaat
(6) Sekretaris Persidangan Jemaat Istimewa adalah Sekretaris Majelis Jemaat.
(7) Pengambilan keputusan dalam Persidangan Jemaat Istimewa dilaksanakan
melalui musyawarah mufakat.
(8) Apabila tidak tercapai musyawarah mufakat maka persidangan mengusulkan
permasalahan tersebut ke lingkup sinode.
(9) Hasil persidangan jemaat disampaikan oleh Majelis Klasis/Jemaat kepada jemaat
dan Majelis Sinode, paling lambat dua bulan setelah persidangan
Pasal 17
Kedudukan, tugas dan Wewenang Majelis Jemaat
1. Kedudukan Majelis :
a. Majelis Jemaat adalah badan pelayanan yang memimpin Jemaat dan mewakili jemaat
menurut tata Gereja.
b. Mengambil Keputusan Tentang Tata Pengaturan diri dan pelayanan Badan Pembantu
Pelayanan Majelis Jemaat.
2. Wewenang Majelis Jemaat :
a. Memimpin persekutuan jemaat
b. Mengoordinasikan pelaksanaan panca pelayanan di lingkup jemaat
c. Mewakili jemaat menurut Tata GMIT
d. Meminta pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dari BPP Jemaat.
e. Meminta, menerima dan mengesahkan laporan pertanggungjawaban pelayanan
Majelis Jemaat.
3. Majelis Jemaat bertugas untuk:
a. Memimpin, mengoordinasikan, dan mengawasi pelaksanaan pelayanan di bidang
persekutuan dalam semangat dan roh pastoral, kesaksian dan pengajaran, pelayanan
kasih, ibadah dan penatalayanan
b. Memperlengkapi dan memberdayakan anggota jemaat untuk mengembangkan
karunia dan talenta yang dimilikinya dalam mewujudkan jemaat sebagai basis
pelayanan.
c. Menjalankan pengawasan melekat terhadap Unit Pembantu Pelayanan Majelis
Jemaat.
Pasal 18
Susunan Majelis Jemaat
26
1. Ketua merangkap anggota
2. Wakil ketua merangkap anggota
3. Sekretaris merangkap anggota
4. Wakil sekretaris merangkap anggota
5. Bendahara merangkap anggota
6. Wakil bendahara merangkap anggota
7. Anggota-anggota
Pasal 19
Susunan dan Tugas Majelis Jemaat Harian
27
(7) Meminta laporan pertanggung jawaban dari pimpinan Unit Pembantu Pelayanan,
serta melakukan koordinasi dengan Badan Pembantu Pelayanan Jemaat dalam
pembuatan Laporan Pertanggung Jawaban kepada Persidangan Jemaat.
b. Wakil Ketua Majelis Jemaat.
(1) Menjalankan fungsi Ketua apabila Ketua berhalangan termasuk tugas-tugas
Ketua di mata jemaat, kecuali tugas/ wewenang tertentu yang tidak dapat
didelegasikan.
(2) Mengoordinasi, memotivasi, mengendalikan dan mengevaluasi beberapa Unit
Pembantu Pelayanan Majelis Jemaat ,rayon/ mata Jemaat.
(3) Mendampingi Ketua Majelis Jemaat, dalam penyelesaian masalah pelayanan
termasuk masalah disiplin dalam Jemaat.
(4) Melaksanakan tugas-tugas lain sesuai penetapan Majelis Jemaat /Majelis Jemaat
Harian.
(5) Mengelola laporan dari Unit Pembantu Pelayanan Majelis Jemaat yang berada
dalam lingkup koordinasi Wakil Ketua.
(6) Memberikan laporan pelaksanaan tugas kepada MJH melalui Ketua Majelis
Jemaat.
c. Sekretaris.
(1) Memimpin sekretariat Majelis Jemaat.
(2) Bersama Ketua mewakili Jemaat ke dalam dan ke luar Jemaat.
(3) Bersama Ketua memelihara hubungan koordinasi/konsultatif/ dan fungsional
dengan Badan Pembantu Pelayanan Jemaat, Unit Pembantu Pelayanan Majelis
Jemaat, Majelis Klasis dan Majelis Sinode.
(4) Mengoordinasi, memotivasi, mengendalikan dan mengevaluasi Unit Pembantu
Pelayanan Majelis Jemaat, khususnya Unit Pembantu Pelayanan Tata Usaha.
(5) Mengolah laporan periodik Unit Pembantu Pelayanan Tata Usaha.
(6) Melaksanakan tugas lain berdasarkan penetapan Majelis Jemaat/ Majelis Jemaat
Harian.
(7) Memberikan laporan pelaksanaan tugas secara periodik kepada Majelis Jemaat
Harian melalui Ketua Majelis Jemaat.
d. Wakil Sekretaris
(1) Menjalankan fungsi Sekretaris apabila Sekretaris berhalangan termasuk tugas-
tugas sekretaris di mata jemaat, kecuali kewenangan yang tidak dapat di
delegasikan.
(2) Mengelola dokumentasi, informasi, notulen, daftar hadir dan perpustakaan
Jemaat.
(3) Mengatur urusan kerumahtanggaan MJ.
(4) Melaksanakan tugas lain atas penetapan Majelis Jemaat/Majelis Jemaat Harian.
(5) Mengelola laporan dari Unit Pembantu Pelayanan Majelis Jemaat yang berada
dalam koordinasinya.
(6) Memberikan laporan pelaksanaan tugas secara periodik kepada Majelis Jemaat
Harian melalui Ketua Majelis Jemaat.
e. Bendahara
(1) Bersama Ketua melaksanakan tugas sehari-hari Majelis Jemaat Harian berkaitan
dengan pengelolaan perbendaharaan, termasuk menjadi pelaksana harian tugas-
tugas otorisator dan ordonatur.
(2) Menyiapkan Rencana Anggaran Pendapat dan Belanja Jemaat untuk ditetapkan
oleh persidangan Majelis Jemaat.
(3) Memimpin, membina, menyelenggarakan tata usaha perbendaharaan secara
tertib dan teratur.
(4) Mengelola penyimpanan dan pengamanan keuangan Jemaat.
28
(5) Bersama Ketua/Wakil Ketua menandatangani surat berharga, cek atau slip
penarikan uang Jemaat di Bank.
(6) Melaksanakan tugas-tugas lain berdasarkan penetapan Majelis Jemaat/Majelis
Jemaat Harian.
(7) Meyampaikan laporan periodik keadaan keuangan dan harta milik/inventaris
GMIT di Jemaat kepada Jemaat/Majelis Jemaat, Majelis Klasis dan Majelis Sinode.
f. Wakil Bendahara
(1) Melaksanakan fungsi Bendahara apabila Bendahara berhalangan termasuk tugas-
tugas bendahara di mata jemaat, kecuali kewenangan yang tidak bisa
didelegasikan.
(2) Membantu Bendahara dalam melaksanakan tugas-tugas berkaitan dengan tata
usaha perbendaharaan, dan penyimpanan/ pengamanan keuangan GMIT di
Jemaat.
(3) Mengadministrasikan, memelihara dan mengatur pemanfaatan inventaris GMIT
di Jemaat termasuk mengurus bukti kepemilikan tanah GMIT di Jemaat.
(4) Membantu Bendahara menyiapkan laporan perbendaharaan secara periodik,
khususnya inventaris GMIT di Jemaat untuk disampaikan kepada Jemaat/MaJelis
Jemaat/Majelis Klasis/Majelis Sinode.
(5) Menyampaikan laporan pelaksanaan tugas secara periodik kepada Majelis
Jemaat/Majelis Jemaat Harian melalui Ketua Majelis Jemaat.
Pasal 20
Persidangan Majelis Jemaat
29
f. Menyiapkan ruangan dan alat-alat perlengkapan persidangan seperti meja, kursi,
bangku, alat tulis menulis, dll.
g. Mempersiapkan dana yang diperlukan bagi penyelenggaraan persidangan.
h. Mempersiapkan warga jemaat untuk menunjang pelaksanaan persidangan tersebut.
6. Proses Persidangan Majelis Jemaat :
a. Yang mengikuti persidangan Majelis jemaat adalah anggota MJ-Mata jemaat, angota
UPP dan anggota BPP
b. Persidangan harus dimulai dan ditutup tepat pada waktunya seperti yang disebutkan
di dalam jadwal persidangan.
c. Sebelum persidangan daftar hadir ditandatangani agar dapat ditentukan persidangan
memenuhi quorum atau tidak. Quorum tercapai jika sidang dihadiri 2/3 dari jumlah
anggota sidi. Bila tidak memenuhi quorum sidang ditunda dan baru akan
dilaksanakan kemudian.
d. Ketua Majelis Jemaat sebagai pimpinan persidangan :
(1) memimpin persidangan. Apabila berhalangan, persidangan dipimpin oleh wakil
ketua atau Anggota Majelis Jemaat yang mendapat wewenang dari Ketua Majelis
Jemaat;
(2) membaca tata tertib persidangan jemaat, kemudian ditanggapi dan disyahkan
oleh peserta persidangan;
(3) memimpin dan mengarahkan percakapan dengan berpengang pada agenda dan
tata tertib persidangan agar dapat tercapai hasil yang diinginkan.
e. Sekretaris Majelis Jemaat sebagai Sekretaris Persidangan:
(1) membacakan laporan dan informasi tertulis menyangkut keadaan perkembangan
pelayanan jemaat;
(2) membuat pencatatan yang meliputi notulen/risalah, keputusan, usul/saran dan
catatan lainnya tentang persidangan.
f. Bendahara Majelis Jemaat:
(1) memberikan informasi tentang keadaan perbendaharaan GMIT yang dikelola
oleh Majelis Jemaat
(2) membuat pencatatan tentang keuangan dan harta milik jemaat
g. Para peserta dalam hal ini anggota sidi harus berpartisipasi aktif untuk menyukseskan
persidangan tersebut.
h. Pengambilan keputusan harus memperhatikan hal-hal berikut :
(1). Semua putusan persidangan jemaat harus sesuai dan tidak boleh bertentangan
dengan firman dan kehendak Allah.
(2). Putusan itu harus merupakan hasil musyawarah yang sehat dan diyakini
kebenarannya serta manfaatnya bagi pelayanan jemaat. Bukan oleh pemaksaan
kehedak seseorang atau sekelompok orang dalam persidangan itu.
i. Pengambilan keputusan harus melalui tata cara yang baik yang disepakati bersama
oleh semua peserta persidangan yakni musyawarah mufakat:
(1). apabila tidak berhasil dipakai pemungutan suara yakni 2/3 tambah 1 dari jumlah
peserta;
(2). apabila seimbang dua kali digunakan undi yang didahului dengan doa.
J. Mengakhiri persidangan maka Ketua Majelis Jemaat :
(1). membacakan rumusan keputusan yang telah diambil agar mengingatkan peserta
untuk selalu bertanggungjawab atas pelaksanaannya di bawah pimpinan Majelis
Jemaat;
(2). mengakhiri persidangan sesuai dengan persidangan yang telah disepakati.
7. Tahap seusai Persidangan majelis Jemaat:
a. Ketua Majelis Jemaat bertanggungjawab dan bertugas memimpin Majelis Jemaat
dan warga Jemaat dalam melaksanakan putusan-putusan majelis jemaat.
b. Sekretaris Majelis Jemaat dalam waktu yang relative singkat yakni 1 bulan sesudah
persidangan menyelesaikan hasil persidangan berupa notulen/risalah, putusan-
putusan dan rekomendasi dalam bentuk final.
30
c. Hasil Persidangan Majelis Jemaat itu dijemaatkan melalui warta pelayanan.
Pasal 21
Rapat Majelis Jemaat Harian
Pasal 22
Persidangan Mata Jemaat
1. Persidangan Mata Jemaat adalah wadah pengambilan keputusan yang mengikat seluruh
anggota jemaat mata jemaat.
2. Persidangan Mata Jemaat diadakan oleh Majelis Mata Jemaat
3. Persidangan Mata Jemaat diadakan dengan tujuan:
a. merumuskan dan menetapkan program pelayanan tahunan;
b. mengevaluasi seluruh proses pelayanan tahunan;
c. menilai, menerima atau menolak laporan pertanggungjawaban pelayanan tahunan
Majelis Mata Jemaat;
d. persidangan mata jemaat tahun keempat selain bertujuan sebagaimana
dimaksudkan pada butir 1-3 di atas, dilaksanakan juga untuk pemilihan penatua,
diaken dan pengajar.
4. Proses Persidangan Mata Jemaat:
a. pemanggil Persidangan Mata Jemaat adalah Majelis Mata Jemaat,
b. Tempat, waktu, dan cara persidangan jemaat istimewa ditetapkan oleh Majelis
Mata Jemaat dan diumumkan kepada anggota mata jemaat tiga minggu
sebelumnya secara berturut-turut melalui warta jemaat
c. Persidangan Mata Jemaat dihadiri oleh anggota sidi, anggota Majelis Mata Jemaat,
Badan Pembantu Pelayanan Jemaat dan Unit Pembantu Pelayanan Majelis Mata
Jemaat
31
d. Persidangan Mata Jemaat dipimpin oleh Majelis Ketua Persidangan yang berjumlah
ganjil minimal 3 orang termasuk Ketua Majelis Jemaat dengan mempertimbangkan
aspek keseimbangan gender.
e. Sekretaris Persidangan Mata Jemaat adalah Sekretaris Majelis Mata Jemaat
f. Pengambilan keputusan dalam persidangan mata jemaat dilaksanakan melalui
musyawarah mufakat.
g. Apabila tidak tercapai musyawarah mufakat maka keputusan dapat diambil melalui
voting dan/atau undi yang didahului dengan permohonan doa kepada Tuhan secara
bersama.
h. Hasil keputusan persidangan mata jemaat disampaikan oleh Majelis mata jemaat
kepada anggota mata jemaat melalui warta jemaat paling lambat satu bulan
setelah persidangan mata jemaat berakhir.
Pasal 23
Persidangan Majelis Mata Jemaat
Pasal 24
Badan Pembantu Pelayanan Jemaat
a. Badan Pembantu Pelayanan Jemaat dibentuk oleh Majelis Jemaat sesuai dengan
kebutuhan pelayanan jemaat.
32
b. Dalam pelaksanaan tugasnya Badan pembantu Pelayanan Jemaat berkoordinasi dengan
Majelis Jemaat Harian.
c. Badan Pembantu Pelayanan Jemaat dapat terdiri atas Badan Pertimbangan dan
Pengawasan Pelayanan Jemaat, Panitia-Panitia, Yayasan, Perseroan Terbatas (PT) serta
badan hukum lainnya.
d. Badan Pembantu Pelayanan Jemaat bertanggung jawab kepada Jemaat melalui Majelis
Jemaat.
e. Ketentuan lebih lanjut tentang Badan Pembantu Pelayanan Jemaat akan diatur tersendiri
dalam Peraturan Pelaksana Peraturan Pokok.
Pasal 25
Unit Pembantu Pelayanan Majelis Jemaat
a. Unit Pembantu Pelayanan Majelis Jemaat dibentuk oleh Majelis Jemaat untuk
membantu Majelis Jemaat Harian dalam menjalankan Panca Pelayanan.
b. Unit Pembantu pelayanan Majelis Jemaat adalah unit kategorial, fungsional dan
professional yang membantu Majelis Jemaat Harian dalam menjalankan panca
pelayanan.
c. Pimpinan Unit Pembantu Pelayanan Majelis Jemaat diangkat dan diberhentikan oleh
Majelis Jemaat Harian.
d. Pimpinan Unit Pembantu Pelayanan Majelis Jemaat bertanggungjawab kepada Majelis
Jemaat Harian.
e. Pembagian tugas masing-masing Unit Pembantu Pelayanan Majelis Jemaat ditetapkan
oleh Majelis Jemaat Harian. Namun secara umum tugas Unit Pembantu Pelayanan
Majelis Jemaat adalah:
(1) Menjadi penghubung antara Badan Pengurus Kategorial, Fungsional dan Profesional
dengan Majelis Jemaat.
(2) Menyiapkan konsep program Kategorial, Fungsional dan Profesional.
(3) Mendampingi Badan Pengurus Kategorial, Fungsional dan Profesional,
melaksanakan program yang ditetapkan oleh Majelis Jemaat.
(4) Menghimpun dan mengolah laporan dari Badan Pengurus Kategorial, Fungsional
dan Profesional untuk disampaikan kepada Majelis Jemaat melalui koordinator Unit
Pembantu Pelayanan Majelis Jemaat.
(5) Menyampaikan laporan periodik pelaksanaan tugas Unit Pembantu Pelayanan,
untuk disampaikan kepada Majelis Jemaat melalui koordinator Unit Pembantu
Pelayanan Majelis Jemaat.
BAB IV
ORGANISASI KLASIS
Pasal 26
Hakikat
Klasis adalah wadah kebersamaan jemaat-jemaat GMIT yang dirupakan oleh persidangan
para presbiter dan pelaksanaan program kebersamaan di wilayah tertentu.
Pasal 27
Tujuan
33
2. memperlengkapi jemaat-jemaat untuk saling menopang dalam melaksanakan amanat
kerasulan;
3. menyampaikankan suara dan kepentingan jemaat di sinode;
4. memperlancar pelaksanaan keputusan dan program yang ditetapkan di lingkup sinode.
Pasal 28
Wewenang , tugas dan tanggung jawab Klasis
1. Klasis menerima kewenangan untuk terlibat dalam misi Allah di tengah-tengah dunia.
2. Klasis bertugas untuk:
a. Melaksanakan program pelayanan kebersamaan jemaat-jemaat di lingkup klasis.
b. Menggumuli pelayanan di lingkup klasis yang mencakup:
(1) pelaksanaan panca pelayanan lintas jemaat yang mengacu pada Rencana Induk
Pelayanan (RIP) dan Haluan Kebijakan Umum Pelayanan (HKUP);
(2) memfasilitasi kebersamaan untuk saling menopang dalam pelaksanaan panca
pelayanan;
(3) penjabaran program pelayanan kebersamaan yang dihasilkan oleh sinode ke
dalam program kebersamaan lingkup klasis;
(4) pengelolaan perbendaharaan lingkup klasis;
(5) pelaksanaan program yang telah ditetapkan dalam lingkup sinode.
c. Membentuk badan pelayanan Klasis
3. Klasis mempertanggungjawabkan pelayanan kepada Tuhan yang dilaksanakan dalam
persidangan klasis dan sinode.
Pasal 29
Struktur Organisasi Klasis
Pasal 30
Persidangan Lingkup Klasis
Pasal 31
Persidangan Klasis
34
d. Memilih anggota Majelis Klasis termasuk Majelis Klasis Harian
5. Proses Persidangan Klasis:
a. Pemanggil Persidangan Klasis adalah Majelis Klasis
b. Tempat, waktu dan acara persidangan klasis disampaikan kepada jemaat di lingkup
klasis paling lambat satu bulan sebelum persidangan klasis dilaksanakan.
c. Pesidangan klasis dihadiri oleh unsur jemaat dalam lingkup klasis yang bersangkutan
dan Majelis Klasis yakni:
(1) Anggota Majelis Klasis, Badan Pembantu Pelayanan Klasis dan Unit Pembantu
pelayanan Majelis Klasis, badan pengurus kategorial, fungsional dan professional
majelis Klasis.
(2) Pendeta yang bukan ketua Majelis Jemaat.
(3) Seorang anggota Majelis Jemaat dari tiap mata jemaat
(4) Undangan lain yang dianggap perlu
6. Persidangan Klasis dipimpin oleh Majelis Ketua Persidangan yang berasal dari utusan
jemaat bukan anggota Majelis Klasis yang berjumlah ganjil, minimal 3 orang termasuk
Ketua Majelis Klasis dengan mempertimbang kan aspek keseimbangan gender.
7. Sekretaris persidangan adalah sekretaris Majelis Klasis
8. Pengambilan keputusan dalam persidangan klasis dilaksanakan melalui musyawarah
mufakat.
9. Apabila tidak tecapai musyawarah mufakat maka keputusan dapat diambil melalui
voting dan/atau undi yang didahului dengan permohonan doa kepada Tuhan secara
bersama.
10. Hasil keputusan persidangan klasis disampaikan oleh Majelis Klasis kepada jemaat-
jemaat di lingkup klasis paling lambat satu bulan setelah persidangan klasis.
Pasal 32
Persidangan Klasis Istimewa
35
aspek keseimbangan gender. Bila Majelis Sinode Harian menjadi pemanggil maka
seorang anggota Majelis Sinode Harian menjadi anggota Majelis Ketua Persidangan.
f. Sekretaris persidangan Klasis istimewa adalah Sekretaris Majelis Klasis, dan bila
Majelis Sinode Harian menjadi pemanggil, sekretaris persidangan adalah sekretaris
Majelis Sinode.
g. Pengambilan keputusan dalam persidangan Klasis Istimewa dilaksanakan melalui
musyawarah mufakat.
h. Apabila tidak tercapai musyawarah mufakat maka persidangan mengusulkan
permasalahan tersebut ke lingkup sinode.
i. Hasil persidangan klasis istimewa disampaikan oleh Majelis Klasis atau Majelis Sinode
Harian kepada jemaat dan Majelis Sinode paling lambat satu bulan setelah sidang
berakhir.
Pasal 33
Persidangan Majelis Klasis
Pasal 34
Majelis Klasis
36
a. Sebagai badan keorganisasian yang memimpin dan mengkoordinir pelayanan
kebersamaan jemaat-jemaat dalam lingkup klasis, majelis klasis memiliki kewenangan
untuk:
(1) mengoordinir kegiatan-kegiatan kebersamaan pada lingkup klasis;
(2) memanggil jemaat-jemaat untuk menghadiri persidangan klasis;
(3) mendampingi Majelis Jemaat dalam penyelesaian masalah-masalah lingkup
Jemaat;
(4) mendampingi jemaat-jemaat dalam rangka pembangunan jemaat untuk
perwujudan jemaat misioner;
(5) menjadi penghubung jemaat-jemaat dengan pemerintah, dan lembaga sosial
kemasyarakatan lainnya dalam lingkup Klasis;
b. Sebagai badan keorganisasian yang memimpin dan mengordinir pelayanan jemaat,
Majelis Klasis bertugas untuk:
(1) mendampingi dan memberdayakan jemaat-jemaat dalam penyelesaian masalah-
masalah pelayanan di lingkup klasis;
(2) meneruskan masalah-masalah pelayanan jemaat yang tidak dapat diselesaikan
pada lingkup klasis kepada Majelis Sinode untuk penanganan selanjutnya;
(3) membantu Majelis Sinode dalam rangka sosialisasi dan pelaksanaan keputusan-
keputusan Sinode GMIT di jemaat-jemaat dalam lingkup Klasis;
(4) membantu Majelis Sinode dalam rangka penentuan untuk pemekaran jemaat,
penempatan dan mutasi pendeta;
(5) membantu Majelis Jemaat dan Majelis Sinode secara timbal balik dalam
pengelolaan perbendaharaan GMIT;
c. memperlancar arus komunikasi dan informasi antara Majelis Jemaat dan Majelis
Sinode secara timbal-balik;
d. mewakili MS berdasarkan koordinasi Majelis Sinode dalam hubungan dengan jemaat-
jemaat GMIT, pemerintah, dan lembaga sosial kemasyarakatan lainnya dalam lingkup
klasis.
3. Struktur Majelis Klasis terdiri atas:
a. Majelis Klasis;
b. Majelis Klasis Harian;
c. Badan Pembantu Pelayanan Klasis (BPPK)
d. Unit Pembantu Pelayanan Majelis Klasis (UPPMK).
e. Badan pengurus kategorial, fungsional profesional Majelis klasis.
Pasal 35
Susunan Majelis Klasis
Pasal 36
Majelis Klasis Harian
37
Pasal 37
Tugas Majelis Klasis Harian
38
Pasal 38
Badan Pembantu Pelayanan Klasis
1. Badan pembantu Pelayanan Klasis merupakan badan yang dibentuk oleh persidangan
klasis sesuai kebutuhan pelayanan klasis.
2. Dalam melaksanakan tugasnya Badan pembantu Pelayanan Klasis berkoordinasi dengan
Majelis Klasis Harian.
3. Badan Pembantu pelayanan Klasis terdiri atas Badan Pertimbangan dan Pengawasan
Pelayanan Klasis, Panitia-Panitia, Persero (PT) Yayasan dan Badan Hukum lainnya.
4. Badan Pembantu Pelayanan Klasis bertangung jawab kepada Persidangan Klasis melalui
Majelis Klasis
Pasal 39
Unit Pembantu Pelayanan Klasis
1. Unit pembantu pelayanan Klasis adalah unit-unit Kategorial, fungsional dan professional
yang membantu Majelis Klasis Harian dalam menjalankan Panca pelayanan.
2. Pengurus UPP Majelis Klasis diangkat dan diberhentikan oleh Majelis Klasis harian.
3. Pembagian dan uraian tugas , wewenang dan tanggungjawab UPP Majelis Klasis
ditetapkan oleh Majelis Klasis Harian.
4. UPP Majelis Klasis merupakan unit yang menghubungkan Badan Pengurus Kategorial,
fungsional dan professional dengan Majelis Klasis Harian.
BAB V
ORGANISASI SINODE
Pasal 40
Hakikat Sinode
Sinode adalah wadah kebersamaan jemaat-jemaat GMIT yang dirupakan oleh persidangan
para presbiter dan pelaksanaan program kebersamaan pada lingkup terluas.
Pasal 41
Tujuan
Pasal 42
Wewenang, tugas dan tanggungjawab
1. Sinode menerima kewenangan untuk terlibat dalam misi Allah di tengah- tengah dunia.
2. Sinode bertugas untuk melaksanakan program pelayanan kebersamaan jemaat-jemaat
GMIT, membentuk badan pelayanan, dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan
program pelayanan.
3. Sinode mempertanggungjawabkan pelayanannya kepada Tuhan yang dilaksanakan
dalam persidangan sinode.
39
Pasal 43
Struktur Organisasi Sinode
Pasal 44
Persidangan sinode
Pasal 45
Proses Persidangan Sinode
40
8. Pengambilan keputusan dalam persidangan Sinode dilaksanakan melalui musyawarah
mufakat.
9. Apabila tidak tercapai musyawarah mufakat maka keputusan dapat diambil melalui
voting dan/atau undi yang didahului dengan permohonan doa kepada Tuhan secara
bersama.
10. Hasil keputusan persidangan Sinode disampaikan oleh Majelis Sinode kepada jemaat-
jemaat paling lambat tiga bulan setelah persidangan Sinode.
Pasal 46
Persidangan Sinode Istimewa
Pasal 47
Proses Persidangan Sinode Istimewa
Pasal 48
Persidangan Majelis Sinode
41
a. Mengevaluasi dan mengesahkan pelaksanaan program pelayanan
MS, BPP Sinode dan UPP MS. mengevaluasi dan mengesahkan pelaksanaan tugas
pelayanan Majelis Sinode, BPP Sinode, UPP Majelis Sinode, badan pengurus
kategorial, fungsional dan profesional sinode
b. Mengevaluasi APB Majelis Sinode sebelumnya.
c. Menetapkan dan mengesahkan Program Pelayanan MS.
d. Menetapkan dan mengesahkan RAPB Majelis Sinode;
e. persidangan Majelis Sinode tahun ke-empat dilaksanakan dengan
tujuan mempersiapkan pertanggungjawaban akhir periode pelayanan kemajelisan
dan membahas agenda Sinode.
f. memberhentikan anggota Majelis Sinode yang berhenti karena permohonan sendiri,
meninggal dunia, atau karena melakukan perbuatan terlarang menurut peraturan
GMIT mengenai penilikan dan disiplin;
g. mengangkat anggota Majelis Sinode antar waktu untuk mengisi lowongan yang
terjadi;
h. Ketentuan lebih lanjut mengenai butir f dan g di atas akan diatur dalam Peraturan
Pelaksana Peraturan Pokok.
Pasal 49
Proses Persidangan Majelis Sinode
Pasal 50
Rapat Majelis Sinode Harian
1. Rapat Majelis Sinode Harian terdiri dari rapat harian dan rapat bulanan.
2. Rapat harian MSH diselenggarakan dengan tujuan mengoordinasikan penyelenggarakan
administrasi dan pelaksanaan program pelayanan Majelis Sinode
3. Rapat bulanan MSH diselenggarakan dengan tujuan untuk membuat evaluasi bulanan
pelaksanaan program pelayanan Majelis Sinode.
4. peserta rapat MSH terdiri atas MSH.
termasuk 4 anggota MS terpilih dan undangan yang di anggap perlu.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai rapat-rapat MSH sebagaimana dimaksud di atas akan
diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pelaksana Peraturan Pokok.
Pasal 51
Majelis Sinode
42
Majelis Sinode adalah badan pelayanan yang memimpin dan menyelenggarakan pelayanan
GMIT.
Pasal 52
Wewenang dan Tugas Majelis Sinode
Pasal 53
Struktur Majelis Sinode
Pasal 54
Susunan Majelis Sinode
43
Susunan Majelis Sinode terdiri atas:
1. Majelis Sinode Harian
a. Ketua merangkap anggota
a. Wakil Ketua merangkap anggota
b. Sekretaris merangkap anggota;
c. Wakil Sekretaris merangkap anggota,
d. Bendahara merangkap anggota;
e. Anggota-anggota yang terdiri dari Empat orang presbiter terpilih, berdasarkan
profesionalitas dan kepakaran.
2. Para Ketua Majelis Klasis sebagai anggota ex-officio.
Pasal 55
Majelis Sinode Harian
1. Majelis Sinode Harian terdiri atas Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris,
Bendahara dan Empat orang presbiter terpilih, berdasarkan profesionalitas dan
kepakaran.
2. Majelis Sinode Harian memiliki wewenang untuk:
a. memimpin pelaksanaan pelayanan majelis sinode sehari-hari;
b. menampung dan atau menyelesaikan masalah yang timbul antara dua persidangan
majelis sinode dan atau dua rapat bulanan MSH;
c. mengawasi, dan membina BPP, UPP Majelis Sinode, badan pengurus kategorial,
fungsional dan profesional sinode
3 Majelis Sinode Harian bertugas untuk:
a. memperlancar pelaksanaan tugas kepemimpinan Majelis Sinode;
b. mengadministrasikan notulen persidangan lingkup Sinode yang disusun oleh
sekretaris Majelis Sinode;
c. memanggil dan menyelenggarakan persidangan majelis sinode;
d. merencanakan dan mempersiapkan materi persidangan majelis sinode;
4 Majelis Sinode Harian dapat melaksanakan rapat-rapat demi kelancaran pelaksanaan
tugasnya;
5 Majelis Sinode Harian bertanggungjawab kepada Majelis Sinode dalam persidangan
Majelis Sinode.
Pasal 56
Uraian Tugas MS/MSH
1.KETUA
1.1.Memimpin, mengordinasikan, memotivasi, menggerakkan, mengawasi dan
mengendalikan semua Unit Pembantu Pelayanan dan Administrasi pelayanan dalam
rangka melaksanakan RIP, HKUP, Program Pelayanan Tahunan serta ketetapan dan
keputusan persidangan sinode dan majelis sinode.
1.2. Bersama anggota Majelis Sinode lainnya menyiapkan usul kebijakan operasional,
pedoman dan petunjuk pelaksanaan bagi semua Unit pembantu Pelayanan dan
Jemaat untuk ditetapkan dalam persidangan Majelis Sinode.
1.3. Bersama sekretaris Majelis Sinode memelihara komunikasi dengan dan antar Unit-
unit Pembantu Pelayanan sehingga masing-masing unit dapat melaksanakan tugas
dan fungsinya sesuai dengan Tata GMIT,rencana dan program pelayanan serta
uraian tugas yang ditetapkan oleh Majelis Sinode serta antara Majelis Sinode
dengan Jemaat-jemaat pada umumnya.
1.4. Bersama sekretaris memelihara hubungan fungsional antara MS dengan BPPPS
demi terlaksananya pengawasan secara berkesinambungan dan teratur terhadap
Majelis Sinode dan UPP,BPP Majelis Sinode, serta tindak lanjut laporan hasil
pengawasan pelayanan.
44
1.5. Bersama dengan Sekretaris Majelis Sinode mewakili GMIT ke dalam dan ke luar
GMIT.
1.6. Bersama-sama dengan Bendahara Majelis Sinode mengelola perbendaharaan GMIT.
1.7. Mendampingi Majelis Ketua Persidangan Sinode, Memimpin Persidangan Majelis
Sinode, dan Rapat-rapat Majelis Sinode.
1.8. Melaksanakan rapat koordinasi dengan para pimpinan UPP dan Sekretaris bidang
dibawah koordinasinya.
1.9. Melaksanakan tugas lain sesuai keputusan Majelis Sinode.
1.10. Meminta laporan pertanggungjawaban pelayanan dari semua Unit Pembantu
Pelayanan.
1.11. Memberikan laporan pertanggungjawaban kepada persidangan Majelis Sinode.
2. WAKIL KETUA
2.1. Menjalankan fungsi ketua apabila ketua berhalangan. Kecuali untuk kewenangan
tertentu yang tidak dapat diwakilkan.
2.2. Mengoordinasikan, memotivasi, mengendalikan dan membina UPP tertentu
dalam rangka menjalankan tugas dengan baik
2.3. Mendampingi ketua dalam menyelesaikan masalah pelayanan.
2.4. Bersama Ketua menatakembangkan persekutuan pada semua UPP kategorial
pelayanan.
2.5. Memimpin persidangan dan rapat-rapat Majelis Sinode
2.6. Melaksanakan tugas lain sesuai keputusan Majelis Sinode.
2.7. Memimpin rapat koordinasi dengan para pimpinan UPP dan para Sekretaris
bidang dibawah koordinasinya.
2.8. Memberikan laporan pertanggungjawaban kepada Persidangan Majelis Sinode.
3. SEKRETARIS
45
3.13. Memimpin rapat koordinasi dengan para pimpinan UPP dan para Sekretaris Bidang
dibawah koordinasinya.
3.14. Memberikan laporan pertanggungjawaban kepada persidangan Majelis Sinode.
4. WAKIL SEKRETARIS
5. BENDAHARA
5.1. Bersama-sama ketua atau wakil ketua Melaksanakan tugas, wewenang dan
tanggungjawab sebagai otorisator dan ordonator.
5.2. Bertanggungjawab atas perbendaharaan milik GMIT yang dikelolah oleh MS,
Majelis Jemaat dan Unit Pembantu Pelayanan GMIT.
5.3. Menyusun RAPB MS dengan mengacu pada Program Pelayanan Tahunan yang
dijabarkan dari HKUP 2011-2015, untuk dijabarkan pada persidangan tahunan MS.
5.4. Memberikan pembinaan kepada semua UPP dan Jemaat GMIT menyangkut
pengelolaan dan penyelenggaraan administrasi perbendaharaan.
5.5. Bersama-sama ketua atau wakil ketua apabila ketua berhalangan menandatangani
surat-surat berharga, wesel, check dan surat lainnya yang berhubungan dengan
perbendaharaan GMIT.
5.6. Menghimpun dan mengolah laporan pertanggungjawaban dari UPP dibawah
koordinasinya.
5.7. Melaksanakan tugas lain sesuai keputusan majelis sinode.
5.8. Memimpin rapat koordinasi dengan para pimpinan UPP dan para sekretaris bidang
yang ada dibawah koordinasinya.
5.9. Memberikan laporan pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan kepada
Majelis Sinode.
6. ANGGOTA-ANGGOTA
Yang terdiri dari empat orang presbiter terpilih, berdasarkan profesionalitas dan
kepakaran:
6.1. Bersama MSH Memimpin,mengordinasikan,memotivasi, menggerakkan, mengawasi
dan mengendalikan semua Unit Pembantu Pelayanan dan Administrasi pelayanan
dalam rangka melaksanakan RIP, HKUP, Program Pelayanan Tahunan serta
ketetapan dan keputusan persidangan sinode dan majelis sinode.
6.2. Bersama MSH mengordinir mengawasi dan mengendalikan semua BPP, UPP dan BP
Kategorial fungsional-profesional.
6.3. Melaksanakan tugas lain sesuai keputusan Majelis Sinode
46
6.4. Bersama MSH memberikan laporan pertanggungjawaban kepada persidangan
Majelis Sinode
Pasal 57
Badan-Badan Pembantu Pelayanan Sinode
(1) Badan-Badan Pembantu Pelayanan Sinode merupakan badan yang dibentuk oleh
persidangan sinode sesuai dengan kebutuhan pelayanan sinode.
(2) Dalam pelaksanaan tugasnya badan-badan pembantu pelayanan sinode ini berkoordinasi
dengan Majelis Sinode Harian
(3) Badan-badan Pembantu Pelayanan Sinode dapat terdiri atas Badan Pertimbangan dan
Pengawasan Pelayanan Sinode, Badan Diakonia Karyawan Gereja dan Panitia, Perseroan
Terbatas (PT), Yayasan dan Badan Hukum lainnya.
(4) Badan-Badan Pembantu Pelayanan Sinode bertanggungjawab kepada Persidangan Sinode
melalui Majelis Sinode.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan-Badan Pembantu Pelayanan Sinode akan diatur
dalam Peraturan Pelaksana Peraturan Pokok.
Pasal 58
Unit Pembantu Pelayanan Majelis Sinode
(1) UPP Majelis Sinode adalah unit-unit kategorial dan fungsional yang
membantu Majelis Sinode/ Harian dalam menjalankan panca pelayanan.
(2) UPP Majelis Sinode dapat terdiri atas:
a. unit pelayanan kategorial
b. unit pelayanan fungsional
c. unit pelayanan Kerjasama Oikumenes
d. Unit Pelayanan Pengembangan Teologi
e. Unit pelayanan Personil
f. Unit Pelayanan tata Usaha
g. Unit pelayanan Perbendaharaan
(3) Pengurus UPP Majelis Sinode diangkat dan diberhentikan oleh Majelis Sinode
Sinode Harian
(4) Pengurus UPP Majelis Sinode bertanggungjawab kepada Majelis Sinode
melalui Majelis Sinode Harian.
1. UPP Kategorial
a. UPP Kategorial dibagi dalam tiga bidang yakni : Bidang Pemuda dan Kaum Bapa,
Bidang Pelayanan Anak dan Remaja, dan Bidang Perempuan GMIT.
b. UPP Kategorial dipimpin oleh seorang Ketua UPP dan setiap bidang dipimpin oleh
sekretaris bidang.
Tugas Ketua UPP kategorial adalah:
1) Merencanakan, melaksanakan, mengembangkan pelayanan kategorial Kaum
Bapak, Pemuda dan Perempuan serta Pelayanan Anak dan Remaja sesuai HKUP dan
kebutuhan riil jemaat.
2) Bersama dengan para Sekretaris Bidang menyusun pedoman pelaksanaan
pelayanan kategorial anak dan remaja, pemuda, perempuan dan bapak.
3) Bersama-sama Balitbang mengadakan data dasar anak,remaja, pemuda,
perempuan dan bapak.
4) Bersama-sama Badan Pengurus Bapak dan Pemuda dan Perempuan, anak
Remaja menyusun program, RAB tahunan dan periodik sesuai HKUP.
47
5) Menghimpun dan mengelola laporan pertanggungjawaban dari para
sekretaris bidang UPP kategorial.
6) Bersama-sama UPP Pengembangan teologi Menyusun kurikulum pembinaan
keluarga, pra nikah, pasca nikah, PAR dan Katekisasi sesuai HKUP dan ajaran GMIT.
7) Melaksanakan tugas lain yang diserahkan oleh Majelis Sinode Harian.
8) Memberikan Laporan pertanggungjawaban pelayanan kepada MSH melalui
anggota MSH yang mengoordinir UPP Kategorial.
2. UPP Perbendaharaan.
b. UPP Perbendaharaan dipimpin oleh seorag ketua dan setiap bidang dipimpin oleh
seorang sekretaris bidang.
48
Tugas Ketua UPP Perbendaharaan:
Memimpin dan mengembangkan UPP Perbendaharaan
1. Mengoordinasikan semua bidang yang berada di UPP Perbendaharaan yaitu: bidang
Keuangan, bidang Penggajian, bidang Harta Milik dan Bidang Kolportase/Toko Buku.
2. Bersama-sama dengan para Sekretaris Bidang yang ada dibawah koordinasinya
membuat konsep program pelayanan UPP Perbendaharaan untuk diajukan dalam
Persidangan Majelis Sinode
3. Menerima dan mengolah laporan dari para sekretaris bidang yang ada dibawah
koordinasi UPP Perbendaharaan.
4. menyampaikan laporan pertanggungjawaban pelayanan UPP Perbendaharaan kepada
MSH melalui anggota MSH yang mengoordinasi UPP Perbendaharaan.
5. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh MSH.
49
g. Menyiapkan laporan tentang harta milik GMIT untuk keperluan persidangan Majelis
Sinode dan Sinode melalui Ketua UPP perbendaharaan
2.4. Tugas Sekretaris bidang kolportase/toko buku:
1. Mengelola toko buku yang mencakup, menyusun rencana pengembangan dan
melaksanakan kegiatan pemasaran.
2. Pengadaan dan distribusi surat-surat gerejawi, buku-buku administrasi
pelayanan dan perbendaharaan
3. Penyediaan ATK dan berbagai keperluan pelayanan dan ibadah untuk keperluan
Majelis Sinode, Majelis Klasis dan Majelis jemaat
4. Memberikan kontribusi dari penghasilan tutup buku
5. Melaksanakan tugas lain yang ditetapkan Majelis Sinode Harian
6. Membuat laporan berkala untuk keperluan persidangan Majelis Sinode dan
Sinode melalui UPP Perbendaharaan
50
1. Merencanakan, mengembangkan dan menjemaatkan berbagai Teologi GMIT
tentang Panca Pelayanan (Koinonia, Marturia, Diakonia, Liturgia dan Oikonomia).
2. Menyusun dan menjemaatkan Pokok-Pokok Ajaran Sosial GMIT sesuai dengan
kebutuhan dan tantangan yang dihadapi GMIT.
3. Bersama UPP Kategorial merencanakan dan mengadakan materi Katekesasi Sidi,
katekesasi Nikah untuk dipergunakan di semua lingkup pelayanan GMIT.
4. Bersama dengan Sekbid PWG dan ketua UPP Pengembangan Teologi membuat
Perencanaan Program Pelayanan dan RAPB untuk diajukan dalam Persidangan
Majelis Sinode.
5. Menyampaikan laporan Pertanggungjawaban Pelayanan kepada ketua UPP
Pengembangan Teologi.
6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh MSH.
51
a. Meneliti administrasi mengenai penempatan, penugasan dan lamanya seorang
karyawan melaksanakan tugas di satu Jemaat/UPP/BPP dalam kaitan dengan
kebijakan mutasi/penempatan baru bagi karyawan bersangkutan.
b. Memberikan informasi dan data mengenai karyawan yang masa tugasnya di
satu Jemaat/Klasis/UPP/BPP telah berakhir kepada Ketua UPP dalam rangka
pengaturan formasi mutasi dan penempatan karyawan atau perpanjangan
masa tugas karyawan bersangkutan.
c. Membuat atau menerima dan mengolah konsep mutasi dan penempatan
karyawan dari Majelis Klasis untuk disampaikan kepada Majelis Sinode Harian
untuk urusan mutasi/penempatan.
d. Melaksanakan tugas lain yang ditetapkan MSH
e. Memberikan laporan pertanggungjawaban kepada Majelis Sinode/Majelis
Sinode Harian melalui Ketua UPP
52
1. Merencanakan, melaksanakan dan mengembangkan pelayanan UPP Tata Usaha
berhubungan dengan Tata Usaha Umum, Kerumahtanggaan dan Informasi
Komunikasi dan Dokuentasi GMIT.
2. Mengoordinasikan semua bidang yang berada di UPP Tata Usaha yaitu Bidang Tata
Usaha Umum dan Kerumahtanggaan dan Bidang Infomasi Komunikasi dan
Dokumentasi.
3. Mengembangkan berbagai media Komunikasi dan Informasi GMIT khususnya Website
dan Berita GMIT.
4. Bersama dengan Ketua UPP Kemitraan menyebarkan informasi tentang GMIT kepada
para mitra.
5. Menerima dan mengelola laporan dari para sekretaris bidang yang ada dibawah
koordinasi UPP tata Usaha.
6. Membuat dan menyampaikan laporan Pelayanan kepada MSH khususnya melalui
anggota MSH yang mengoordinirnya.
7. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh MSH.
UPP Tata Usaha dipimpin oleh seorang Ketua UPP dan dibagi dalam dua bidang yang
masing-masing dipimpin oleh seorang sekretaris bidang yakni: Bidang Tata Usaha Umum
dan Kerumahtanggaan dan Bidang Informasi Komunikasi dan Dokumentasi.
53
c. Melayani tamu-tamu/pengunjung kantor sinode.
d. Memelihara kebersihan, keamanan, ketertiban, keindahan gedung dan
halaman kantor sinode.
e. Melayani konsumsi pada persidangan dan tamu-tamu resmi kantor sinode.
7. UPP Fungsional (PD, Penginjilan dan Pengembangan Muger) dipimpin oleh seorang
ketua UPP merangkap sekretaris bidang.
Tugas Ketua UPP Fungsional:
1. Merencanakan, melaksanakan dan mengembangkan pelayanan UPP Fungsional
yaitu: Persekutuan Doa, penginjilan dan Pengembangan Musik gereja.
2. Mengupayakan terbentuknya Badan pengurus Persekutuan Doa di lingkup Sinode.
3. Bersama BP Persekutuan Doa menyusun Pedoman Pelaksanakan pelayanan
Persekutuan untuk digunakan di semua lingkup GMIT.
4. Bersama UPP Pengembangan Teologi khusus Sekbi PWG, merencanakan Materi
Pembinaan bagi anggota Persekutuan Doa GMIT.
5. Membuat dan menyampaikan laporan Pelayanan kepada MSH khususnya melalui
anggota MSH yang mengoordinirnya.
6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh MSH.
54
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI JEMAAT
A. JEMAAT TUNGGAL.
Persidangan Jemaat
Majelis Jemaat
Unit Pembantu
Pelayanan
Majelis Jemaat
Keterangan :
Garis Koordinasi
55
B. JEMAAT BER MATA JEMAAT.
Persidangan Jemaat
Persidangan Persidangan Persidangan
Mata Jemaat Mata Jemaat Mata Jemaat
Majelis Jemaat
Majelis Mata Majelis Mata Majelis Mata
Jemaat Jemaat Jemaat
Keterangan :
Garis Koordinasi
56
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI KLASIS
Persidangan Klasis
Majelis Klasis
Unit Pembantu
Pelayanan
Majelis Klasis
Keterangan :
Garis Koordinasi
57
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI SINODE
Persidangan Sinode
Majelis Sinode
Badan Pembantu
Pelayanan Sinode Majelis Sinode
Harian
Unit Pembantu
Pelayanan
Majelis Sinode
Keterangan :
Garis Koordinasi
58
REKOMENDASI-REKOMENDASI PEDOMAN ORGANISASI
1. Perlu dicantumkan pasal tentang pedoman pembentukan dan badan pengurus, badan
pengurus kategorial fungsional dan professional dan relasi badan pengurus dengan UPP
di semua lingkup.
2. Segera membentuk badan pengurus pemuda tingkat klasis demi menyukseskan
pertemuan raya GMIT di Sabu.
3. Dalam rangka konsistensi soal asas kerja kemajelisan maka perlu dikaji kedudukan wakil
ketua dalam pasal tentang Tugas Majelis Klasis.
4. Rekomendasi untuk UPP :
- Ketua UPP yang membidangi beberapa bidang dapat merangkap salah satu sekretaris
bidang.
- Jabatan ketua dan sekertaris bidang adalah presbiter.
- Kolportase menjadi UPP sendiri. Pengelolaannya berada dibawah pengaturan oleh
MSH.
59
BAGIAN KEDUA
PEDOMAN ADMINSTRASI
Dasar Teologis Pengelolaan Administrasi GMIT
60
PEDOMAN PENGELOLAAN ADMINISTRASI JEMAAT
Bab I
PENDAHULUAN
Pasal 1
Pengertian Pedoman Pengelolaan Administrasi GMIT
Pedoman Pengelolaan Administrasi GMIT adalah seperangkat ketentuan dan petunjuk yang
mengarahkan peranan administrasi guna menunjang fungsi-fungsi/peranan-peranan dalam
organisasi kerja GMIT baik dalam rangka penataan atau pengaturan diri maupun dalam
rangka pelaksanaan amanat kerasulan/amanat pelayanan GMIT.
Pasal 2
Fungsi Pedoman Pengelolaan Administrasi
1. Memberikan keterangan dan petunjuk yang jelas kepada para pemegang jabatan
pelayanan keorganisasian dan para pelaksana pelayanan GMIT terhadap fungsi
penunjang dari administrasi dalam hal ini ketatausahaan di semua lingkup pelayanan
GMIT
2. Menjadi patokan atau ukuran bagi para pemegang jabatan pelayanan GMIT dalam
melaksanakan pengawasan dan penilaian terhadap pelaksanaan fungsi penunjang dari
administrasi/ketatausahaan GMIT bagi terlaksananya peranan organisasi kerja GMIT
guna pencapaian tujuan amanat kerasulan/pelayanan GMIT yang telah tertuang dalam
Tata Gereja Masehi Injili di Timor.
Yang dimaskud dengan fungsi penunjang dari administrasi GMIT terhadap pelaksanaan
fungsi-fungsi organisasi kerja GMIT mencakup kegiatan penataan :
- Pengumpulan
- Pencatatan
- Pengetikan
- Pengolahan
- Penggandaan
- Pengiriman
- Penyimpanan
- Pemeliharaan
- Pengusutan
- Dan pemusnahan informasi
Kegiatan penataan ini akan memungkinkan komunikasi yang aktif dan pengambilan
keputusan yang tepat oleh pemegang jabatan pelayanan keorganisasian di semua
lingkup pelayanan GMIT yakni Jemaat, Klasis dan Sinode.
Pasal 3
Ruang Lingkup Adminstrasi GMIT
61
Pasal 4
BAB II
Pasal 5
Fungsi Pokok Administrasi Jemaat
Pasal 6
Penanggung jawab Pengelolaan Administrasi Jemaat
Pasal 7
Pimpinan/pengelolaan Administrasi Jemaat
Pasal 8
Tempat Pengelolaan Administrasi Jemaat
Pasal 9
Tugas/Wewenang dan Tanggung Jawab Pengelolaan Administrasi Jemaat
62
1. Pengelola administrasi/tata usaha jemaat adalah sekretaris untuk administrasi umum
dan bendahara untuk tata usaha perbendaharaan. Bila kondisi keuangan memungkinkan
dapat diangkat tenaga lokal untuk melaksanakan tugas tersebut.
2. Ketua majelis jemaat melaksanakan tugas pembinaan, pengawasan terhadap
keseluruhan kegiatan administrasi jemaat.
3. Untuk melaksanakan tugas tersebut maka ketua majelis jemaat harus memiliki
pengetahuan, ketrampilan administrasi
4. Khususnya pelaksanaan administrasi jemaat, perlu memperhatikan hal-hal berikut :
a. Pengelolaan administrasi jemaat terpusat di kantor/sekretariat jemaat.
b. Wakil Ketua menjadi pembantu/pelaksana kegiatan administrasi khusus mata jemaat.
Surat yang ditanda tangani oleh penanggung jawab/wakil ketua untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan mata jemaat harus dengan formulasi :
Pasal 10
Pembiayaan dan Perlengkapan Administrasi Jemaat
1. Sumber pembiayaan dan pengadaan pelengkapan administrasi tata usaha jemaat adalah
perbendaharaan GMIT yang dikelola oleh majelis jemaat sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dalam peraturan perbendaharaan GMIT.
2. Pembiayaan dan pengadaan pelengkapan administrasi jemaat dilaksanakan berdasarkan
keputusan majelis jemaat sesudah mempertimbangkan volume kegiatan pengelolaan
administrasi/tatausaha jemaat dan RAPBJ.
3. Perlengkapan administrasi jemaat adalah :
- Kertas dan alat tulis menulis lainnya
- Mesin ketik
- Komputer
- Mesin stensil
- Lemari
- Meja, bangku, kursi
- Stempel dan bantal stempel
- Buku-buku yang diperlukan
- Tempat penyimpanan arsip
- Perlengkapan Tata Usaha Keuangan
- Dan lain-lain
4. Seluruh perlengkapan administrasi jemaat harus disimpan di kantor/sekretariat jemaat.
Hal ini akan memudahkan kelancaran adminstrasi/tata usaha dan memudahkan serah
terima tanggung jawab pelayanan jemaat bila terjadi pergantian pendeta/ketua majelis
jemaat.
5. Seluruh perlengkapan administrasi jemaat harus dicatat dalam daftar inventaris yang
disiapkan di kantor/sekretariat jemaat.
63
Pasal 11
Waktu Pelaksanaan Administrasi Jemaat
Kegiatan adminstrasi/tata usaha jemaat dilaksanakan pada setiap hari kerja kecuali
mendesak.
Pasal 12
Surat dan pengelolaannya
1. Fungsi surat
2. Tata Aliran surat masuk
3. Tata Aliran Surat Keluar
4. Tata Aliran Pengiriman Surat
5. Tata Aliran Pengarsipan
6. Bagian Surat dan Fungsinya
7. Tata Pengetikan Surat
1. FUNGSI SURAT
- Wakil/duta organisasi
- Alat bukti tertulis
- Pedoman kerja
- Alat pengukur kegiatan organisasi
- Sarana memperpendek jarak
- Alat komunikasi
- Alat bukti historis
Wujud Surat
1. Kartu pos
2. Warkat pos
3. Surat bersampul
4. Memo
5. Nota
6. Telegram
7. Sms sebagai alternatif
8. Email
9. Fax
Syarat surat
1. Obyektif
2. Sistematis susunan isi surat
3. Singkat tidak bertele-tele
4. Jelas, kepada siapa, dari mana, tentang apa
5. Lengkap isinya
6. Sopan
7. Rapih, bersih
8. Wujud fisik yang menarik (kwalitas kertas, bentuk surat, ketikan,)
Bahasa surat
1. Bahasa baku yaitu bahasa yang diakui benar menurut kaidah yang sudah dilazimkan
atau tata bahasa yang berlaku mencakupi ejaan, pemakaian kata, bentuk kata,
kalimat.
64
2. Bahasa efektif adalah bahasa yang secara tepat dan dapat mencapai sasaran, yang
dikenali dalam pemakaian bahasa yang sederhana/wajar, ringkas, jelas, sopan dan
menarik
3. Bahasa resmi
Jenis surat
1. Surat pribadi
2. Surat resmi
Surat resmi :
1. Pengumuman
2. Surat edaran
3. Surat permohonan
4. Surat pengantar
5. Surat keputusan
6. Surat perintah
7. Surat tugas
8. Surat Atestasi
9. Surat rekomendasi
10. Surat keterangan
11. Surat kredensi
12. Surat kuasa
13. Surat gembala
14. Surat perjanjian
15. Surat undangan
16. Surat pemberitahuan
65
- Sekretaris mengirim surat ini dengan segera
- Copy/salinan surat itu disimpan pada map arsip
- Sesudah 2 (dua) hari surat yang belum dilayani oleh Sekretaris atau pimpinan UPP
atas perintah Ketua Majelis Jemaat, pimpinan UPP atau Sekretaris Majelis Jemaat
segera melayani surat tersebut.
66
- Tempat penyimpanan arsip surat keluar atau surat masuk harus
nyata dalam catatan pada kartu/buku kendali
- Lembaran arsip dimaksud di atas disimpan dalam lemari arsip
- Melaksanakan penyimpanan arsip dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. Menggunakan kartu pinjaman yang terdiri atas 2 (dua) lembar
b. Lembaran pertama dipegang oleh pemimjam, sedangkan lembaran kedua
disimpan pada tempat benda arsip yang dipinjam itu disimpan
c. Lamanya pinjaman 3 (tiga) hari dilingkungan kantor dan 1 (satu) minggu di luar
lingkungan kantor. Pada saat pengembalian pinjaman benda arsip tersebut
disimpan pada tempatnya dan lembaran kartu pinjaman dirobek
d. Setiap pinjaman dicatat pada kartu pinjaman
e. Sekretaris atau petugas arsip berhak meminta kembali benda arsip pinjaman
dari sipeminjam bila waktu pinjaman sudah berakhir
- Menggolongkan arsip kedalam kelompok arsip aktif dan in aktif menurut kode V, P, B
dan T
- Lembaran arsip yang diklasifikasikan ke dalam kelompok aktif dan in aktif menurut
kode-kode di atas masing-masing disimpan pada tempatnya sendiri
- Batas waktu penyederhanaan/penyusutan dan pemusnahan lembaran arsip in
aktif/pasif sebagai berikut :
1. Kode V (vital = abadi
2. Kode P (penting) = 7 tahun
3. Kode B (bermanfaat) = 2 tahun
4. KodeT (tidak penting) = 3-6 bulan
Klasifikasi arsip
67
- Kegiatan penyederhanaan/penyusutan dan pemusnahan dan pemindahan benda
arsip/berkas dilakukan dengan BERITA ACARA oleh Majelis Jemaat
7. TANGGAL SURAT
LAMPIRAN/LAMPIRAN
PERIHAL
i. Referensi
ii. Petunjuk tentang intisari dari surat secara keseluruhan
iii. Petunjuk bagi petugas filing
ALAMAT DALAM
SALAM PEMBUKA
Sebagai ungkapan rasa hormat
ISI SURAT
Memberikan uraian tentang pokok surat sesuai jenis surat
SALAM PENUTUP
Sebagai ungkapan rasa hormat
TEMBUSAN
Digunakan apabila ada pihak lain yang dianggap perlu mengetahui isi surat
INISIAL
68
Adalah kode nama (singkatan nama) pembuat konsep dan pengetik surat, untuk
memudahkan pemeriksaan kembali apabila terjadi kekeliruan
a. Ukuran Kertas
b. Model Surat
c. Blanko Surat
1. Nama organisasi induk yakni Gereja Masehi Injili di Timor GBM, GPI dan Anggota
PGI
2. Nama satuan organisasi pengirim surat yakni Majelis Jemaat
3. Kata telepon disingkat “Telp” dan angkanya
4. Kata “Kepada”
5. Kata ‘Hal”
6. Kata Nomor yang disingkat “No”
7. Kata Lampiran yang disingkat “Lamp”
8. Kata jalan disingkat “Jl” dan nomornya serta nama kota
9. Garis pembatas yang tebal pada akhir kop surat
1. Nama organisasi induk yakni GMIT dicetak dengan huruf yang berukuran lebih
kecil di atas nama satuan organisasi pengirim surat dalam hal ini Majelis Jemaat.
2. Nama satuan organisasi pengirim surat (MJ) dicetak dibawah nama induk
Organisasi GMIT dengan huruf yang berukuran lebih besar dan menonjol.
3. Alamat organisasi pengirim (MJ) diletakan disebelah kiri bawah nama
Badan/Lembaga pengirim surat.
4. Nomor telepon diletakan disebelah kanan sejajar mendatar dengan alamat
Badan/Lembaga pengirim (MJ).
5. Kata Cabel dari Badan/Lembaga pengirim surat diletakan sejajar mendatar
dengan nomor telepon tetapi disebelah pinggir kanan.
6. Garis batas kop surat diletakan pada jarak 2 spasi dibawah alamat.
7. Kata nomor dengan singkatan “No” diletakan pada jarak 3 spasi dibawah garis
besar pada posisi kiri.
8. Kata lampiran dengan singkatan “Lamp” diletakan pada jarak 2 spasi dibawah
kata “No” huruf L diletakan sejajar vertikal dengan huruf “N” dari kata “No”.
9. Kata “Hal” diletakan pada jarak 2 spasi di bawah kata “Lamp”. Dan huruf “H” dari
kata “Hal” diletakan sejajar vertikal dengan huruf “L” dari kata “Lamp”.
10.Kata “Kepada” diletakan pada jarak 4 spasi di bawah kata “Hal”
11.Tanda “titik dua” diletakan sejajar vertikal di sebelah kanan kata “No”, “Lamp”,
“Hal” dan “Kepada”
69
e. Cara Pengetikan isi surat
1. Tanggal surat diletakan sejajar mendatar dengan kata “No” pada posisi pinggir
kanan.
2. Pengetikan isi untuk masing-masing nomor surat, lampiran dan hal surat tidak
perlu dibubuh tanda titik pada bagian akhir sebab bukan akhir kalimat. Huruf
pertama untuk isi dari masing-masing nomor, lampiran dan hal surat diletakan
sesudah 1 entakan dari tanda “titik dua”
3. Banyaknya lampiran cukup dipergunakan tanda angka dan tidak perlu dengan
huruf dalam tanda kurung.
4. Isi hal surat harus singkat tetapi jelas dan tidak perlu digaris bawahi. Dalam
menjawab surat masuk penentuan hal jangan hanya menyalin hal/pokok surat
masuk.
5. Nama jabatan serta alamat yang dituju diketik sejajar mendatar dengan kata
“Kepada” yang telah dicetak berjarak 1 entakan dari tanda titik dua. Nama
pejabat yang dituju tidak perlu diketik.
6. Kalau sebuah jabatan pimpinan dari Badan/Lembaga yang dituju tidak diketahui
dengan pasti dapat digunakan sebutan “Pimpinan”.
7. Alamat surat cukup nama kota saja dengan ketikan huruf besar dan tidak perlu
dibubuh garis bawah dan tanda titik sesudah nama kota sedangkan alamat
lengkap secara terinci diketik pada amplop surat.
8. Pengetikan obyek surat ke kanan paling ½ lebar kertas surat
Hal surat diketik sejajar dengan kata “Hal” yang telah dicetak berjarak 1 entakan
dari tanda titik dua
- Hal surat hendaknya singkat tetapi lengkap dan jelas
- Pada akhir hal surat tidak perlu dibubuh tanda titik karena itu bukan akhir
suatu kalimat
9. Nomor surat keluar terdiri dari :
- Nomor urut
- Kode Organisasi Induk
- Kode Satuan Organisasi
- Kode Hal Surat
- Tahun
10. Lampiran Surat
- Isi lampiran diketik sejajar dengan kata “Lamp” yang telah dicetak berjarak 1
entakan dari tanda titik dua
- Macam dan jumlah lampiran hendaknya singkat dan jelas
- Angka lampiran tidak perlu diperjelas dengan huruf dalam tanda kurung
- Pada akhir jumlah dan macam lampiran tidak perlu dibubuh dengan tanda titik
karena bukan akhir suatu kalimat
11. Tanggal Surat
- Diketik sejajar dengan nomor surat pada posisi pinggir kanan surat
- Tidak perlu dibubuhi nama kota/tempat pengirim
12. Isi Surat
- Isi pada dasarnya hanya memuat satu pokok soal saja
- Pengetikannya mulai pada baris ke 4 sesudah isi alamat surat
- Huruf pertama isi surat lurus menegak dengan huruf pertama isi alamat surat
- Kalau isi surat singkat pengetikannya pada baris ke 6 atau menurut
kepantasan
- Diketik dengan ukuran 1 spasi
- Tiap alinea baru dimulai lurus seperti alinea pertama
- Perpindahan alinea diberi jarak 1 baris
70
- Surat yang isinya panjang sehingga perlu disambung dengan lembaran
berikutnya di sebelah kanan bawah kertas surat dicantumkan kata pertama
dari kalimat atau bagian kalimat yang akan diketik pada lembaran berikutnya
- Sesudah kata pertama dimaksud dibubuh 3 tanda titik
- Kertas yang dipakai untuk lembaran berikutnya tidak memakai blanko surat
melainkan cukup dengan kertas biasa yang sejenis
- Singkatan yang dipakai dalam surat tidak perlu dibubuhi tanda titik
- Pengetikan surat harus bersih dan rapi
- Kalau terjadi kesalahan pengetikan huruf yang salah dihapus terlebih dahulu
sebelum pembetulan, tidak boleh langsung ditindih dengan huruf yang benar
- Surat yang mempunyai lebih dari 5 salah ketik, walaupun telah dibetulkan
harus diulang mengetik keseluruhannya
13. Akhir isi surat
Tidak perlu memakai kata-kata panjang yang berlebih-lebihan. Bila dipandang
perlu cukup dipakai kata-kata seperti “Harap maklum” atau “Terima kasih atas
bantuan Saudara”, kalau isi surat berisi permintaan
14. Penutup surat
- Surat ditutup dengan sebutan jabatan pimpinan (misalnya Ketua dan
Sekretaris) yang berlaku pada organisasi pengirim surat
- Pengetikannya jarak 3 baris dari kalimat terakhir isi surat dan tidak perlu
dibubuhi tanda titik karena itu bukan akhir suatu kalimat
- Tempatnya di bawah sebelah kanan, bila sebuatan jabatan pimpinan hanya
Ketua dan Sekretaris. Tetapi bila dua jabatan pimpinan yang akan
menandatangani surat, maka susunan kedua jabatan di maksud diketik sejajar
secara horisontal.
Contoh :
Ketua, Sekretaris,
71
- Bila 2 pejabat yakni Ketua dan Sekretaris yang menandatangi surat, cap
dibubuhi diantara tanda tangan keduanya
17. Sampul surat
- Pada sampul surat dibubuh dengan lengkap jabatan dan alamat penerima
surat
- Pada sudut kiri atas bagian depan sampul surat dibubuhi nomor surat keluar
selengkapnya
- Pada sudut kiri bawah bagian depan sampul surat dibubuhi cap Instansi
pengirim surat
Pasal 12
Pengelolaan Dokumen Non Surat Menyurat
1. Ketua dan Sekretaris majelis jemaat, wakil ketua dan wakil sekretaris di mata jemaat
bertugas dalam hal pengadaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan-bahan tertulis
yang bukan surat menyurat
2. Bahan-bahan tertulis dimaksud mencakup :
a. Daftar-daftar pelayanan seperti : daftar baptisan, sidi, nikah, daftar induk jemaat
b. Surat-surat gerejawi seperti : surat baptisan, sidi, nikah, atestasi, dll
c. Tata Gereja, Peraturan-peraturan GMIT, Keputusan-keputusan Sinode, Majelis
Sinode, Klasis dan Majelis Jemaat, Notulen dan hasil-hasil persidangan-persidangan,
laporan-laporan dan stastistik Bahan-bahan berisi program seperti : HKUP, RIP GMIT,
Program Pelayanan Majelis Sinode, Klasis dan Majelis Jemaat
d. Bahan-bahan Pembinaan Warga Gereja, Bahan-bahan Perlengkapan Majelis Jemaat
e. Buku-buku pelayanan kebaktian umum, kebaktian rumah tangga, buku khotbah, dll
f. Bahan tertulis lain yang mempunyai nilai sejarah, kebudayaan, hukum, politik,
ekonomis, penelitian, organisatoris, dll
3. Pengelolaan dokumen sesuai sistem dokumentasi yang berlaku, yaitu pengkodean,
administrasi dan penyimpanan serta penggunaannya.
Pasal 13
Pengelolaan Personil
Pasal 14
Pengelolaan Urusan Rumah Tangga
1. Ketua dan Sekretaris majelis jemaat, wakil ketua dan wakil sekretaris mata jemaat
melaksanakan pengelolaan urusan rumah tangga jemaat yang mencakup hal-hal berikut :
72
a. Perlengkapan :
c. Kegiatan Protokoler
d. Perjalanan pelayanan
- Merencanakan/memprogramkan perjalanan pelayanan yang membutuhkan
biaya
- Mengajukan rencana pembiayaan kepada Majelis Jemaat Harian
- Majelis Jemaat Harian mengadakan rapat untuk menilai perencanaan tersebut
dan menetapkan jumlah biaya yang diambil dari perbendaharaan GMIT yang
dikelolah oleh Majelis Jemaat
Bab III
Pedoman Pengelolaan Administrasi /Tata Usaha Klasis
Pasal 15
Fungsi Pokok Administrasi/Tata Usaha Klasis
73
3. Untuk melaksanakan tugas tersebut maka sekretariat Klasis memiliki fungsi:
a. Koordinasi dalam arti mengatur, membina kerjasama, mengintegrasikan dan
mengsinkroni-sasikan keseluruhan fungsi administrasi/tatausaha di lingkup klasis.
b. Pelayanan dalam arti memberikan pelayanan teknis dan administratif bagi
seluruh satuan pelaku pelayanan di Klasis.
c. Perencanaan dalam arti mempersiapkan rencana, menyusun program dan
menilai pelaksanaannya berdasarkan kebijaksanaan dan ketentuan yang ditetapkan
oleh MS.
d. Pembinaan Administrasi dalam arti membina urusan tatausaha, mengelola
keuangan dan perlengkapan serta mengadakan hubungan dengan jemaat-jemaat dan
pemerintah di wilayah pelayanan Klasis sesuai dengan ketentuan di dalam peraturan
yang berlaku.
Pasal 16
Penanggung jawab pengelolaan administrasi/Tata usaha Klasis adalah Majelis Klasis Harian
Pasal 17
Pasal 18
Tempat Pengelolaan Administrasi/Tatausaha Klasis
Tempat berlangsungnya pengelolaan administrasi/Tatausaha Klasis adalah kantor klasis.
Pasal 19
Pengelolaan Administrasi/Tatausaha Klasis
Pasal 20
Pembiayaan dan Perlengkapan Administrasi/Tata Usaha Klasis
74
usaha/administrasi Klasis dan memudahkan serah terima pimpinan dan tanggung jawab
pelayanan KPWK bila terjadi pergantian KPWK.
5. Seluruh perlengkapan administrasi/tata usaha Klasis harus dicatat dalam daftar
inventaris yang disiapkan di Kantor/Sekretariat Klasis.
Pasal 21
Waktu Pelaksanaan Administrasi/Tata Usaha Klasis
Pasal 22
Pengelolaan Surat-Menyurat
75
3. TATA ALIRAN PENGIRIMAN SURAT
- Petugas pengiriman menulis alamat yang dituju secara lengkap pada amplop
surat
- Membubuhkan nomor urut pada bagian kiri atas dari amplop surat itu
- Membubuhi cap pada bagian kiri bawah dari surat tersebut
- Memasukan surat tersebut ke dalam amplop dengan terlebih dahulu meneliti
ketepatan alamat yang dituju.
- Surat tersebut dicatat pada buku/kartu ekspedisi.
- Selanjutnya diantar ke alamat yang dituju
- Penerima surat diminta membubuhkan tanda tangannya dan nama lengkap pada
buku/kartu ekspedisi.
- Surat yang dikirim melalui pos harus dimintakan bukti pengiriman pos
- Setelah menyelesaikan pengiriman, buku/kartu ekspedisi harus disimpan kembali
ke tempatnya.
- Pengiriman surat selambat-lambatnya jam 11.00 pada setiap hari kerja.
- Sekretaris MKH atau tenaga tata usaha Klasis menerima dan mencatat pada buku
arsip surat masuk dan lembaran arsip surat keluar yang sudah dilayani.
- Membubuhkan kode V atau P atau B atau T pada sebelah kanan atas lembaran
arsip surat keluar.
- Menyimpan lembaran arsip tersebut pada map dan dosir sesuai dengan system
pengarsipan yang berlaku.
- Arsip surat masuk dan keluar pokok soal yang sama harus disatukan
- Tempat penyimpanan arsip surat keluar atau surat masuk harus nyata dalam
catatan pada kartu/buku kendali.
- Lembaran arsip dimaksud di atas disimpan dalam lemari arsip.
- Melaksanakan penyimpanan arsip dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Menggunakan kartu pinjaman yang terdiri atas 2 (dua) lembar
b. Lembaran pertama dipegang oleh peminjam sedangkan lembaran kedua
disimpan pada tempat benda arsip yang dipinjam itu disimpan.
c. Lamanya pinjaman 3 (tiga) hari dilingkungan kantor dan 1 (satu) minggu di luar
lingkungan kantor. Pada saat pengembalian pinjaman benda arsip tersebut
disimpan pada tempatnya dan lembaran kartu pinjaman dirobek.
d. Setiap pinjaman dicatat pada kartu pinjaman.
e. KPWK atau petugas tatausaha Klasis berhak meminta kembali benda arsip
pinjaman dari sipeminjam bila waktu pinjaman sudah berakhir.
- Menggolongkan arsip kedalam kelompok arsip aktif in aktif menurut kode V, P, B
dan T
- Lembaran arsip yang diklasifikasikan kedalam kelompok aktif dan in aktif menurut
kode-kode diatas masing-masing disimpan pada tempatnya sendiri.
- Batas waktu penyederhanaa/penyusutan dan pemusnahan lembaran arsip in
aktif/pasif sebagai berikut:
1. Kode V (vital) = abadi
Klasifikasi arsip
76
Pengelompokan Pengertian Contoh Saran Pengamanan
Vital Arsip yang vital, penting Sertifikat tanah Disimpan pada lemari
sekali bagi kelanjutan Notulen sidang tahan api dan air
Keputusan –
lembaga/ organisasi. Arsip
ini tidak dapat diganti Keputusan sidang
dengan arsip lain karena Surat-surat berharga
merupakan bukti Surat Perjanjian
kepemilikan, status (MoU)
hukum, status keuangan Akte Notaris
Dokumen Hukum
Penting Arsip yang diperlukan Laporan-laporan Lemari besi
untuk kelangsungan hidup Hasil penelitian
lembaga, walaupun dapat Kontrak
diganti tetapi butuh Daftar gaji
waktu yang lama dan Pedoman kerja
biaya yang besar
b. Model surat
Model surat yang dipergunakan adalah model lurus dari atas kebawah
c. Blanko surat
Blanko surat berisi:
1. Nama Organisasi Induk yakni Gereja Masehi Injili di Timor (GBM PGI dan
Anggota PGI )
2. Nama Majelis Klasis
3. Kata telepon disingkat; ”Telp” dan angkanya
4. Kata ”Kepada”
5. Kata ”Hal”
6. Kata Nomor yang disingkat ”No”
7. Kata Lampiran yang disingkat ”Lamp”
8. ”Jl” dan nomornya serta nama kota
9. Garis pembatas yang tebal pada akhir kop surat
77
I
o
GEREJA MASEHI INJILI DI TIMOR
( GBM GPI dan Anggota PGI)
O R
G E
1. Tanggal surat diletakkan sejajar mendatar dengan kata ”No” pada posisi pinggir
kanan.
2. Pengetikan isi untuk masing-masing; nomor surat, lampiran dan hal surat tidak perlu
dibubuh tanda titik pada bagian akhir sebab bukan akhir kalimat. Huruf pertama
untuk isi dari masing-masing; nomor, lampiran dan hal surat diletakkan sesudah 1
entakan dari tanda ”titik dua”.
3. Banyaknya lampiran cukup dipergunakan tanda angka dan tidak perlu dengan huruf
dalam tanda kurung.
4. Isi hal surat harus singkat tetapi jelas dan tidak perlu digaris bawahi. Dalam
menjawab surat masuk, penentuan jangan hanya menyalin hal/pokok surat masuk.
5. Nama jabatan serta alamat yang dituju diketik sejajar mendatar dengan kata
”kepada” yang telah dicetak berjarak 1 entakan dari tanda titik dua. Nama pejabat
yang dituju tidak perlu diketik.
78
6. Kalau sebuah jabatan pimpinan dari Badan/Lembaga yang dituju tidak diketahui
dengan pasti dapat digunakan sebutan ”Pimpinan”.
7. Alamat surat cukup nama kota saja dengan ketikan huruf besar dan tidak perlu
diubah garis bawah dan tanda titik sesudah nama kota sedangkan alamat lengkap
secara terinci diketik pada amplop surat.
8. Pengetikan obyek surat ke kanan paling panjang ½ lebar kertas surat.
9. Hal surat diketik sejajar dengan kata ”Hal” yang telah dicetak berjarak 1 entakan dari
tanda titik dua.
10. Hal surat hendaknya singkat tetapi lengkap dan jelas.
11. Pada akhir hal surat tidak perlu diubah tanda titik karena itu bukan akhir suatu
kalimat.
12. Nomor surat keluar terdiri atas:
a. Nomor urut;
b. Kode organisasi induk
c. Kode satuan organisasi
d. Kode hal surat
e. Bulan
f. Tahun
13. Lampian surat:
a. Isi lampiran diketik sejajar dengan kata ”Lamp” yang telah dicetak berjarak 1
entakan dari tanda titik dua;
b. Macam dan jumlah hendaknya singkat dan jelas
c. Angka lampiran tidak perlu diperjelas dengan huruf dalam tanda kurung
d. Pada akhir jumlah dan macam lampiran tidak perlu dibubuh dengan tanda titik
karena bukan akhir suatu kalimat
14. Tanggal surat:
a. Diketik sejajar dengan nomor surat pada posisi pinggir kanan surat
b. Tidak perlu dibubuhi nama kota/tempat pengirim (karna sudah ada dalam kop
surat)
15. Isi surat:
a. Isi pada dasarnya hanya memuat satu pokok soal saja;
b. Pengetikannya mulai pada baris ke 4 sesudah alamat surat;
c. Huruf pertama isi surat menegak dengan huruf pertama alamat surat;
d. Kalau isi surat singkat pengetikannya pada baris ke 6 atau menurut kepantasan;
e. Diketik dengan ukuran 1 spasi;
f. Tiap alinea baru dimuali lurus seperti alinea pertama;
g. Perpindahan alinea diberi jarak 1 baris;
h. Surat yang isinya panjang sehingga perlu disambung dengan lembaran
berikutnya disebelah kanan bawah kertas surat dicantumkan kata pertama dari
kalimat atau bagian kalimat yang akan diketik pada lembaran berikutnya;
i. Sesudah kata pertama dimaksud dibubuh 3 tanda titik;
j. Kertas yang dipakai untuk lembaran berikutnya tidak memakai blanko surat
melainkan cukup dengan kertas biasa yang sejenis;
k. Singkatan yang dipakai dalam surat tak perlu dibubuhi tanda titik
l. Pengetikan surat harus bersih dan rapi;
m. Kalau terjadi kesalahan pengetikan huruf yang salah dihapus terlebih dahulu
sebelum pembetulan, tidak boleh langsung ditindih dengan huruf yang benar
(jika masih memakai mesin tik);
n. Surat yang mempunyai lebih dari 5 salah ketik, walaupun telah dibetulkan harus
diulang mengetik keseluruhan.
16. Akhir isi surat:
Tidak perlu memakai kata-kata yang berlebih-lebihan.
Bila dipandang perlu cukup dipakai kata-kata seperti ”Harap maklum” atau
”Terimakasih atas bantuan saudara”, kalau isi surat berisi permintaan.
79
17. Penutup surat:
a. Surat ditutup dengan sebutan jabatan pimpinan (contoh: Ketua Majelis Klasis
Harian) yang berlaku pada satuan organisasi pengirim surat;
b. Pengetikannya jarak 3 baris dari kalimat terakhir isi surat dan tidak perlu
dibubuhi tanda titik karena itu bukan akhir suatu kalimat;
c. Tempatnya dibawah sebelah kanan tempat pengirim
Contoh:
Majelis Klasis Harian
Ketua, Sekretaris,
Pasal 23
Pengelolaan Bahan-bahan tertulis yang bukan surat menyurat
80
e. Bahan-bahan berisi program: RIP GMIT, HKUP, Program Pelayanan Majelis Sinode, Klasis
dan Jemaat-jemaat.
f. Laporan-laporan dan statistik
g. Bahan-bahan Pembinaan Warga Gereja (PWG)
h. Bahan-bahan keterangan tertulis lain yang mengandung nilai sejarah, kebudayaan,
hukum, penilaian organisasi dan lain-lain.
Pasal 24
Pengelolaan Personil
Pasal 25
Pengelolaan Urusan Rumah Tangga
1. MKH melaksanakan pengelolaan urusan rumah tangga klasis yang mencakup hal-hal
berikut:
a. Perlengkapan:
- Merencanakan jenis dan jumlah alat-alat perlengkapan yang dibutuhkan
- Mengusahakan pengadaannya
- Mengusahakan pemeliharaan dan penyimpanannya
- Menginventarisasi
- Mengadakan penghapusan
- Mengusahakan pemeliharaan bangunan/gedung milik klasis
- Dan lain-lain
b. Urusan Gaji/Jaminan Hidup Personil:
- Menghimpun data tentang jaminan hidup/gaji setiap personil
- Mengusahakan agar gaji/jaminan hidup dibayar sesuai dengan ketentuan
penggajian karyawan dengan memperhatikan kemampuan pembiayaan jemaat
- Mengusahakan pembayaran gaji/jaminan hidup personil dengan menggunakan
daftar gaji atau bukti pembayaran yang sah.
c. Kegiatan Protokoler
- Merencanakan dan mempersiapkan kegiatan protokoler dengan matang,
- Melaksanakan kegiatan protokoler dalam klasis dengan teratur dan tertib
- Dalam pelaksanaannya harus menghindari pengeluaran/pembiayaan yang
bersifat pemborosan uang dan harta milik GMIT yang dikelola oleh MK
- Kegiatan protokoler misalnya penahbisan gedung kebaktian jemaat, peletakan
batu pertama pembangunan gedung kebaktian jemaat dll yang melibatkan
81
pimpinan GMIT dan pihak-pihak lain harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan oleh Majelis Sinode
d. Perjalanan dinas
- Merencanakan/memprogramkan perjalanan pelayanan yang membutuhkan
biaya
- Mengajukan rencana pembiayaan kepada MS
- MK mengadakan rapat untuk menilai perencanaan tersebut dan menetapkan
jumlah biaya yang diambil dari perbendaharaan GMIT yang dikelola oleh MK.
Pasal 26
Fungsi Pokok Administrasi/Tata Usaha Sinode
Pasal 27
Pasal 28
Pasal 29
Tempat Pengelolaan Administrasi/Tatausaha Sinode
82
Tempat berlangsungnya pengelolaan administrasi/Tatausaha Sinode adalah kantor Sinode.
Pasal 30
Pengelolaan Administrasi/Tatausaha Sinode
Pasal 31
Pembiayaan dan Perlengkapan Administrasi/Tata Usaha Sinode
Pasal 32
Waktu Pelaksanaan Administrasi/Tata Usaha Sinode
Pasal 33
Pengelolaan Surat-Menyurat
83
5. Tata pengetikan surat
- Petugas pengiriman menulis alamat yang dituju secara lengkap pada amplop surat
- Membubuhkan nomor urut pada bagian kiri atas dari amplop surat itu.
- Membubuhi cap pada bagian kiri bawah dari surat
- Memasukan surat ke dalam amplop dengan terlebih dahulu meneliti ketepatan
alamat yang dituju.
- Surat tersebut dicatat pada buku/kartu ekspedisi.
- Selanjutnya diantar ke alamat yang dituju
- Penerima surat diminta membubuhkan tanda tangannya dan nama lengkap pada
buku/kartu ekspedisi.
- Surat yang dikirim melalui pos harus dimintakan bukti pengiriman pos
- Setelah menyelesaikan pengiriman, buku/kartu ekspedisi harus disimpan kembali
ketempatnya.
- Pengiriman surat selambat-lambatnya jam 11.00 pada setiap hari kerja.
- Sekretariat atau tenaga tata usaha Sinode menerima dan mencatat pada buku arsip
surat masuk dan lembaran arsip surat keluar yang sudah dilayani.
84
- Membubuhkan kode V atau P atau B atau T pada sebelah kanan atas lembaran arsip
surat keluar.
- Menyimpan lembaran arsip tersebut pada map dan dosir sesuai dengan system
pengarsipan yang berlaku.
- Arsip surat masuk dan keluar pokok soal yang sama harus disatukan
- Tempat penyimpanan arsip surat keluar atau surat masuk harus nyata dalam catatan
pada kartu/buku kendali.
- Lembaran arsip dimaksud di atas disimpan dalam lemari arsip.
- Melaksanakan penyimpanan arsip dengan ketentuan sebagai berikut:
- Menggunakan kartu pinjaman yang terdiri atas 2 (dua) lembar
- Lembaran pertama dipegang oleh peminjam sedangkan lembaran kedua disimpan
pada tempat benda arsip yang dipinjam itu disimpan.
- Lamanya pinjaman 3 (tiga) hari dilingkungan kantor dan 1 (satu) minggu di luar
lingkungan kantor. Pada saat pengembalian pinjaman benda arsip tersebut disimpan
pada tempatnya dan lembaran kartu pinjaman dirobek.
- Setiap pinjaman dicatat pada kartu pinjaman.
- MS atau petugas tatausaha Sinode berhak meminta kembali benda arsip pinjaman
dari sipeminjam bila waktu pinjaman sudah berakhir.
- Menggolongkan arsip kedalam kelompok arsip aktif in aktif menurut kode V, P, B
dan T
- Lembaran arsip yang diklasifikasikan ke dalam kelompok aktif dan in aktif menurut
kode-kode diatas masing-masing disimpan pada tempatnya sendiri.
- Batas waktu penyederhanaa/penyusutan dan pemusnahan lembaran arsip in
aktif/pasif sebagai berikut:
1. Kode V (vital) = abadi
Klasifikasi arsip
85
lembaga/ organisasi arsip
ini dapat diganti tapi
dapat memacetkan
pekerjaan
-
Kegiatan penyederhanaan/penyusutan dan pemusnahan dan pemindahan benda
arsip/berkas dilakukan dengan BERITA ACARA oleh MSH.
5. TATA PENGETIKAN SURAT
a. Ukuran kertas
Kertas yang digunakan untuk mengetik surat adalah kertas kwarto
b. Model surat
Model surat yang dipergunakan adalah model lurus dari atas kebawah
c. Blanko surat
Blanko surat berisi:
1. Nama Organisasi Induk yakni Gereja Masehi Injili di Timor (GBM PGI dan
Anggota PGI )
2. Nama Sinode
3. Kata telepon disingkat; ”Telp” dan angkanya
4. Kata ”Kepada”
5. Kata ”Hal”
6. Kata Nomor yang disingkat ”No”
7. Kata Lampiran yang disingkat ”Lamp”
8. ”Jl” dan nomornya serta nama kota
9. Garis pembatas yang tebal pada akhir kop surat
o
I
GEREJA MASEHI INJILI DI TIMOR
(GBM GPI dan Anggota PGI)
MAJELIS SINODE
O R
G E
Jln. S. K. Lerik Kota Baru Telp. (0380) 832943, 826927. Fax. 831182, 832943
KUPANG – NTT – 85228
I K o r.3 :1 1
E–mail: sinodegmit_kupang@yahoo.com , info@sinodegmit.org Website: www.sinodegmit.org
86
5. Garis batas kop surat diletakkan pada jarak 2 spasi dibawah alamat;
6. Kata Nomor dengan singkatan ”No” diletakkan pada jarak 3 spasi
dibawah garis besar pada posisi kiri;
7. Kata Lampiran dengan singkatan ”Lamp” diletakkan pada jarak 2 spasi
dibawah garis besar pada posisi kiri;
8. Kata Lampiran dengan singkatan ”Lamp” diletakkan pada jarak 2 spasi
dibawah kata ”No”, huruf L diletakkan sejajar vertikal dengan huruf ”N” dari kata
”No”;
9. Kata ”Hal” diletakkan pada jarak 2 spasi di bawah kata ”Lamp”. Dan
huruf ”H” dari kata ”Hal” diletakkan sejajar vertikal dengan huruf ”L” dari kata
”Lamp”;
10. Kata ”Kepada” diletakkan pada jarak 4 spasi di bawah kata ”Hal”; Dan
huruf ”K” dari kata ”Kepada” diletakkan sejajar vertikal dengan huruf ”H” dari kata
”Hal”;
11. Tanda ”titik dua” diletakkan sejajar vertikal di sebelah kanan kata
”No”, ”Lamp”, ”Hal” dan ”Kepada”.
87
- Macam dan jumlah hendaknya singkat dan jelas
- Angka lampiran tidak perlu diperjelas dengan huruf dalam tanda kurung
- Pada akhir jumlah dan macam lampiran tidak perlu dibubuh dengan tanda titik
karena bukan akhir suatu kalimat
12. Tanggal surat:
- Diketik sejajar dengan nomor surat pada posisi pinggir kanan surat
- Tidak perlu dibubuhi nama kota/tempat pengirim (karna sudah ada dalam kop
surat)
13. Isi surat:
- Isi pada dasarnya hanya memuat satu pokok soal saja;
- Pengetikannya mulai pada baris ke 4 sesudah alamat surat;
- Huruf pertama isi surat menegak dengan huruf pertama alamat surat;
- Kalau isi surat singkat pengetikannya pada baris ke 6 atau menurut kepantasan;
- Diketik dengan ukuran 1 spasi;
- Tiap alinea baru dimuali lurus seperti alinea pertama;
- Perpindahan alinea diberi jarak 1 baris;
- Surat yang isinya panjang sehingga perlu disambung dengan lembaran
berikutnya di sebelah kanan bawah kertas surat dicantumkan kata pertama dari
kalimat atau bagian kalimat yang akan diketik pada lembaran berikutnya;
- Sesudah kata pertama dimaksud dibubuh 3 tanda titik;
- Kertas yang dipakai untuk lembaran berikutnya tidak memakai blanko surat
melainkan cukup dengan kertas biasa yang sejenis;
- Singkatan yang dipakai dalam surat tak perlu dibubuhi tanda titik
- Pengetikan surat harus bersih dan rapi;
- Kalau terjadi kesalahan pengetikan huruf yang salah dihapus terlebih dahulu
sebelum pembetulan, tidak boleh langsung ditindih dengan huruf yang benar
(jika masih memakai mesin tik);
- Surat yang mempunyai lebih dari 5 salah ketik, walaupun telah dibetulkan harus
diulang mengetik keseluruhan.
14. Akhir isi surat:
Tidak perlu memakai kata-kata yang berlebih-lebihan
Bila dipandang perlu cukup dipakai kata-kata seperti ”Harap maklum” atau
”Terimakasih atas bantuan saudara”, kalau isi surat berisi permintaan.
Ketua, Sekretaris,
88
16. Tembusan surat:
- Kata “Tembusan” diketik dengan huruf besar semua;
- Huruf ”T” lurus menegak dengan isi surat;
- Kata Tembusan diakhiri dengan titik dua
- Apabila lebih dari satu hendaknya diberi nomor urut;
- Posisi nomor urut harus menegak dengan huruf ”T” dari kata Tembusan;
- Untuk tembusan pejabat yang dituju cukup disebut jabatan dan
kota/tempatnya;
- Urutan tembusan pada asasnya menurut urutan tinggi rendahnya kedudukan
pejabat atau luasnya wewenang dan tanggungjawab yang diberi tembusan;
- Kertas tembusan sama dengan surat aslinya yaitu memakai blanko surat. Dan
hendaknya kertas dorslag.
- Kata ”arsip” tidak perlu dibubuhi dalam urutan tembusan.
Pasal 34
Pengelolaan Bahan-bahan tertulis yang bukan surat menyurat
1. MSH bertugas dalam hal: pengadaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan-bahan tertulis
yang bukan surat-menyurat.
2. Bahan-bahan tertulis dimaksud dalam ayat 1 mencakup:
a. Daftar-daftar
b. Format-format
c. Tata Gereja, Peraturan-peraturan GMIT, Keputusan-keputusan Sinode, Majelis Sinode,
Majelis Sinode Harian.
d. Notulen dan hasil-hasil persidangan
e. Bahan-bahan berisi program: RIP GMIT, HKUP, Program Pelayanan Majelis Sinode,
Sinode dan Jemaat-jemaat.
f. Laporan-laporan dan statistik
g. Bahan-bahan Pembinaan Warga Gereja (PWG)
h. Bahan-bahan keterangan tertulis lain yang mengandung nilai sejarah, kebudayaan,
hukum, penilaian organisasi dan lain-lain.
Pasal 35
Pengelolaan Personil
89
2. Data/informasi dimaksud pada ayat 1 di atas mencakup data identitas diri, surat keputusan
menyangkut keangkatan, kepangkatan/gaji, cuti, mutasi/pemindahan tempat kerja,
pemberhentian dan lain-lain.
3. Catatan relevan tentang tiap personil dalam jemaat/mata jemaat di lingkungannya seperti
terdapat pada butir 1. Catatan tersebut menyangkut kasus dan prestasi yang dicapai,
perkembangan dan kemundurannya, latihan, kursus, sidang-sidang yang diikutinya, fungsi-
fungsinya dalam masyarakat dan lain-lain.
4. Semua data/informasi pada ayat 2 dan 3 disimpan dan dipelihara dalam map dari masing-
masing personil.
5. Membina, mendorong, memberi teguran/peringatan, mengawasi setiap personil dalam
jemaat/jemaat wilayah dan Sinode agar melaksanakan tugasnya dengan baik dan
melaksanakan keteladanannya serta menjaga citra GMIT dalam keseluruhan hidup dan
pelayanannya.
Pasal 36
1. MSH melaksanakan pengelolaan urusan rumah tangga Sinode yang mencakup hal-hal
berikut:
a. Perlengkapan:
e. Merencanakan jenis dan jumlah alat-alat perlengkapan yang dibutuhkan
f. Mengusahakan pengadaannya
g. Mengusahakan pemeliharaan dan penyimpanannya
h. Menginventarisasi
i. Mengadakan penghapusan
j. Mengusahakan pemeliharaan bangunan/gedung milik Sinode
k. Dan lain-lain
b. Urusan Gaji/Jaminan Hidup Personil:
l. Menghimpun data tentang jaminan hidup/gaji setiap personil
m. Mengusahakan agar gaji/jaminan hidup dibayar sesuai dengan ketentuan
penggajian karyawan dengan memperhatikan kemampuan pembiayaan jemaat
dan UMP
n. Mengusahakan pembayaran gaji/jaminan hidup personil dengan menggunakan
daftar gaji atau bukti pembayaran yang sah.
c. Kegiatan Protokoler
o. Merencanakan dan mempersiapkan kegiatan protokoler dengan matang
p. Melaksanakan kegiatan protokoler dalam Sinode dengan teratur dan tertib
q. Dalam pelaksanaannya harus menghindari pengeluaran/pembiayaan yang
bersifat pemborosan uang dan harta milik GMIT yang dikelola oleh MS
r. Kegiatan protokoler misalnya penahbisan gedung kebaktian jemaat, peletakan
batu pertama pembangunan gedung kebaktian jemaat dll yang melibatkan
pimpinan GMIT dan pihak-pihak lain harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan oleh Majelis Sinode
d. Perjalanan dinas MS, BPP, UPP
- Merencanakan/memprogramkan perjalanan pelayanan yang membutuhkan
biaya
- Mengajukan rencana pembiayaan kepada MSH.
- MK mengadakan rapat untuk menilai perencanaan tersebut dan menetapkan
jumlah biaya yang diambil dari perbendaharaan GMIT yang dikelola oleh MS.
90
KODE SURAT-SURAT DARI GEREJA MASEHI INJILI DI TIMOR
I. PENGERTIAN:
Pengkodean adalah tanda pengenal tertulis yang menunjukkan penggolongan subyek,
urusan/ masalah yang terkandung dalam surat.
91
- Majelis Sinode = I
- BPPS = II
- Klasis = III
- BPPK = IV
- Majelis Jemaat = V
- BPPJ = VI
- Yayasan-yayasan = VII
- BP Katefu-profesional = VIII
- Yayasan/Badan baru yang diadakan sesuai dengan kebutuhan pelayanan, akan
menggunakan kode surat yang diatur dengan Edaran MS GMIT.
92
- Hal-hal lain yang menurut bobot dan urgensinya termasuk dalam pokok
masalah pelayanan jemaat.
2.3. PERSEKUTUAN/KEESAAN = C
Adapun Pokok Masalah PERSEKTUAN/KEESAAN dengan kode C
mencakup/meliuputi :
2.4. DIAKONIA = D
Adapun Pokok Masalah DIAKONIA dengan kode D mencakup/meliuputi :
93
- Diakonia reformatif (kesehatan, pendidikan, ekonomi, pertanian,
peternakan, perikanan, bencana alam) di lingkungan GMIT.
- Diakonia reformatif (kesehatan, pendidikan, ekonomi, pertanian,
peternakan, perikanan, bencana alam) bagi dan dari gereja-gereja lain di
dalam negeri
- Diakonia reformatif (kesehatan, pendidikan, ekonomi, pertanian,
peternakan, perikanan, bencana alam) bagi dan dari gereja-gereja lain di luar
negeri
- Diakonia reformatif (kesehatan, pendidikan, ekonomi, pertanian,
peternakan, perikanan, bencana alam) bagi dan dari Badan/Yayasan Sosial
Kristen non gerejawi di dalam negeri
- Diakonia reformatif (kesehatan, pendidikan, ekonomi, pertanian,
peternakan, perikanan, bencana alam) bagi dan dari Badan/Yayasan Sosial
Kristen non gerejawi di luar negeri
- Diakonia reformatif (kesehatan, pendidikan, ekonomi, pertanian,
peternakan, perikanan, bencana alam) dalam dan terhadap masyarakat
- Diakonia Transformatif (advokasi hukum, politik, HAM, bencana alam) di
lingkungan jemaat lokal
- Diakonia Transformatif (advokasi hukum, politik, HAM, bencana alam) di
lingkungan GMIT
- Diakonia Transformatif (advokasi hukum, politik, HAM, bencana alam) bagi
dan dari gereja-gereja lain di dalam negeri.
- Diakonia Transformatif (advokasi hukum, politik, HAM, bencana alam) bagi
dan dari gereja-gereja lain di luar negeri.
- Diakonia Transformatif (advokasi hukum, politik, HAM, bencana alam) bagi
dan dari Badan/Yayasan Sosial Kristen non gerejawi di dalam negeri
- Diakonia Transformatif (advokasi hukum, politik, HAM, bencana alam) bagi
dan dari Badan/Yayasan Sosial Kristen non gerejawi di luar negeri
- Diakonia Transformatif (advokasi hukum, politik, HAM, bencana alam) di
dalam dan terhadap masyarakat
- Pengadaan/Penyebaran bahan tertulis tentang diakonia.
- Musyawaraha Belajar, Konsultasi, Lokakarya, Kursus. Latihan, Penataran,
Seminar, Konperensi yang berhubungan dengan Diakonoa.
- Hal-hal lain yang menurut bobot dan urgensinya termasuk dalam pokok
masalah Diakonia.
2.5. ORGANISASI = E
Adapun Pokok Masalah ORGANISASI dengan kode G mencakup/meliputi :
- Tata Gereja.
- Peraturan-peraturan GMIT
- Keputusan Sinode, Majelis Sinode, BPPH, BPK, Majelis Jemaat, Majelis
Jemaat Wilayah, Yayasan, Panitia.
- Struktur Organisasi
- Pedoman Organisasi
- Tata Kerja dalam Organisasi GMIT
- Tata Hubungan dalam Organisasi GMIT
- Pembinaan Organisasi
- Pengembangan Organisasi (Pemekaran Jemaat, Mata Jemaat, Klasis dan
Unit-unit pelaanan)
- Penyempurnaan Organisasi
- Pengawasan
- Penilaian/Evaluasi
94
- Kepemimpinan/Jabatan
- Perencanaan/Program
- Laporan-laporan
- Persidangan-persidangan
- Serah Terima
- Pengadaan, penyebaran bahan-bahan tertulis tentang Organisasi.
- Musyawaraha Belajar, Konsultasi, Lokakarya, Kursus. Latihan, Penataran,
Seminar, Konperensi yang berhubungan dengan Organisasi.
- Hal-hal lain yang menurut bobot dan urgensinya termasuk dalam pokok
masalah Organisasi.
2.7. PERSONIL = G
Adapun Pokok Masalah PERSONIL dengan kode I mencakup/meliputi :
95
- Keluhan
- Tuduhan/Dakwaan
- Tindakan Disiplin : Teguran, peringatan, pemberhentian sementara,
pemberhentian tidak atas permintaan sendiri.
- Pemberhentian dengan hormat atas permintaan sendiri,
- Pemberhentian karena meninggal dunia
- Pemberhentian karena Pensiun
- Surat pemberitahuan bagi karyawan yang akan pensiun
- Pemensiunan
- Urusan tenaga perbantuan gereja-gereja sahabat
- Studi lanjutan
- Vikaris
- Calon Karyawan
- Arsip Personil
- Pengadaan, penyebaran bahan-bahan tertulis tentang Personil.
- Musyawaraha Belajar, Konsultasi, Lokakarya, Kursus. Latihan, Penataran,
Seminar, Konperensi yang berhubungan dengan Personil.
- Hal-hal lain yang menurut bobot dan urgensinya termasuk dalam Personil.
2.8. PERBENDAHARAAN (KUHA) = H
Adapun Pokok Masalah PERBENDAHARAAN (KUHA) dengan kode Y
mencakup/meliputi :
96
- Penghapusan barang
- Pengadaan, penyebaran bahan-bahan tertulis tentang perbendaharaan
(Kuha)
- Musyawaraha Belajar, Konsultasi, Lokakarya, Kursus. Latihan, Penataran,
Seminar, Konperensi yang berhubungan dengan Perbendaharaan/Kuha
- Hal-hal lain yang menurut bobot dan urgensinya termasuk dalam
Perbendaharaan/Kuha
Kode bulan penulisan surat adalah tiga huruf pertama dari nama bulan, yaitu: Jan; Peb;
Mar; Apr; Mei; Jun; Jul; Agu; Sep; Okt; Nop; Des.
- Nomor Urut
- Kode Ketetapan = TAP
- Kode Sinode GMIT = SIN-GMIT
- Bulan Penerbitan Surat Ketetapan
- Tahun Penerbitan Surat Ketetapan
- Nomor Urut
- Kode Keputusan = SK
- Kode Majelis Sinode GMIT = MS-GMIT
- Bulan Penerbitan Surat Keputusan
- Tahun Penerbitan Surat Keputusan.
97
- Nomor Urut
- Kode Keputusan = SK
- Kode BPPPS GMIT = BPPPS-GMIT
- Tahun Penerbitan Surat Keputusan.
- Nomor Urut
- Kode Keputusan = SK
- Kode Klasis = K-GMIT
- Bulan Penerbitan Surat Keputusan
- Tahun Penerbitan Surat Keputusan.
- Nomor Urut
- Kode Keputusan = SK
- Kode Majelis Jemaat = MJ-GMIT
- Bulan Penerbitan Surat Keputusan
- Tahun Penerbitan Surat Keputusan.
- Nomor Urut
- Kode Keputusan = SK
- Kode Yupenkris GMIT = YUP-GMIT
- Bulan Penerbitan Surat Keputusan
- Tahun Penerbitan Surat Keputusan.
6.2.6. Kode Surat Keputusan Yayasan Alfa Omega GMIT sebagai berikut:
- Nomor Urut
- Kode Keputusan = SK
- Kode Yayasan Alfa Omega GMIT = YAO-GMIT
- Bulan Penerbitan Surat Keputusan
- Tahun Penerbitan Surat Keputusan.
6.2.7. Kode Surat Keputusan Yayasan Tanaoba Lais manekat GMIT sebagai berikut:
- Nomor Urut
- Kode Keputusan = SK
- Kode Yayasan = TLM-GMIT
- Bulan Penerbitan Surat Keputusan
- Tahun Penerbitan Surat Keputusan.
- Nomor Urut
- Kode Keputusan = SK
- Kode Yayasan = Tln-GMIT
- Bulan Penerbitan Surat Keputusan
- Tahun Penerbitan Surat Keputusan.
6.2.9. Kode Surat Keputusan Yayasan Alfa Omega GMIT sebagai berikut:
- Nomor Urut
98
- Kode Keputusan = SK
- Kode Yayasan = CHS-GMIT
- Bulan Penerbitan Surat Keputusan
- Tahun Penerbitan Surat Keputusan.
- Nomor Urut
- Kode Surat Edaran = SE
- Kode Majelis Sinode GMIT = MS-GMIT
- Bulan Penerbitan Surrat Edaran
- Tahun Penerbitan Surat Edaran.
- Nomor Urut
- Kode Surat Edaran = SE
- Kode BPPPS = BPPPS-GMIT
- Bulan Penerbitan Surat Edaran
- Tahun Penerbitan Surat Edaran.
- Nomor Urut
- Kode Surat Edaran = SE
- Kode Klasis = K-GMIT
- Bulan Penerbitan Surat Edaran
- Tahun Penerbitan Surat Edaran.
- Nomor Urut
- Kode Surat Edaran = SE
- Kode Majelis Jemaat = MJ-GMIT
- Bulan Penerbitan Surat Edaran
- Tahun Penerbitan Surat Edaran.
- Nomor Urut
- Kode Surat Edaran = SE
- Kode Yupenkris = YUP-GMIT
- Bulan Penerbitan Surat Edaran
- Tahun Penerbitan Surat Edaran.
6.3.6. Kode Surat Edaran Yayasan Alfa Omega GMIT sebagai berikut:
- Nomor Urut
- Kode Surat Edaran = SE
- Kode Yayasan Alfa Omega GMIT = YAO-GMIT
- Bulan Penerbitan Surat Edaran
- Tahun Penerbitan Surat Edaran.
99
6.3.7. Kode Surat Edaran Yayasan Tanaoba Lais Manekat GMIT sebagai berikut:
- Nomor Urut
- Kode Surat Edaran = SE
- Kode Yayasan = TLM-GMIT
- Bulan Penerbitan Surat Edaran
- Tahun Penerbitan Surat Edaran.
- Nomor Urut
- Kode Surat Edaran = SE
- Kode Yayasan = Tln-GMIT
- Bulan Penerbitan Surat Edaran
- Tahun Penerbitan Surat Edaran.
6.3.9. Kode Surat Edaran Yayasan Citra Husada GMIT sebagai berikut:
- Nomor Urut
- Kode Surat Edaran = SE
- Kode Yayasan = CHS-GMIT
- Bulan Penerbitan Surrat Edaran
- Tahun Penerbitan Surat Edaran.
- Nomor Urut
- Kode Surat Tugas = ST
- Kode Majelis Sinode GMIT = MS-GMIT
- Bulan Penerbitan Surat Tugas
- Tahun Penerbitan Surat Tugas.
- Nomor Urut
- Kode Surat Tugas = ST
- Kode BPPPS GMIT = BPPPS-GMIT
- Bulan Penerbitan Surat Tugas
- Tahun Penerbitan Surat Tugas.
- Nomor Urut
- Kode Surat Tugas = ST
- Kode Klasis = K-GMIT
- Bulan Penerbitan Surat Tugas
- Tahun Penerbitan Surat Tugas.
- Nomor Urut
- Kode Surat Tugas = ST
- Kode Majelis Jemaat = MJ-GMIT
100
- Bulan Penerbitan Surat Tugas
- Tahun Penerbitan Surat Tugas.
- Nomor Urut
- Kode Surat Tugas = ST
- Kode BPPPJ = BPPPJ-GMIT
- Bulan Penerbitan Surat Tugas
- Tahun Penerbitan Surat Tugas.
- Nomor Urut
- Kode Surat Tugas = ST
- Kode Yupenkris GMIT = YUP-GMIT
- Bulan Penerbitan Surat Tugas
- Tahun Penerbitan Surat Tugas
6.4.7. Kode Surat Tugas Yayasan Alfa Omega GMIT sebagai berikut:
- Nomor Urut
- Kode Surat Tugas = ST
- Kode Yayasan Alfa Omega GMIT = YAO-GMIT
- Bulan Penerbitan Surat Tugas
- Tahun Penerbitan Surat Tugas
6.4.8. Kode Surat Tugas Yayasan Tanaoba Lais manekat GMIT sebagai berikut:
- Nomor Urut
- Kode Surat Tugas = ST
- Kode Yayasan = TLM-GMIT
- Bulan Penerbitan Surat Tugas
- Tahun Penerbitan Surat Tugas
- Nomor Urut
- Kode Surat Tugas = ST
- Kode Yayasan = Tln-GMIT
- Bulan Penerbitan Surat Tugas
- Tahun Penerbitan Surat Tugas
- Nomor Urut
- Kode Surat Tugas = ST
- Kode Yayasan = CHS-GMIT
- Bulan Penerbitan Surat Tugas
- Tahun Penerbitan Surat Tugas
101
- Nomor Urut
- Kode Surat Rekomendasi/Keterangan = SRK
- Kode Majelis Sinode GMIT = MS-GMIT
- Bulan Penerbitan Surat Rekomendasi
- Tahun Penerbitan Surat Rekomendasi/Keterangan.
- Nomor Urut
- Kode Surat Rekomendasi/Keterangan = SRK
- Kode BPPPS = BPPPS GMIT
- Bulan Penerbitan Surat Rekomendasi
- Tahun Penerbitan Surat Rekomendasi/Keterangan
- Nomor Urut
- Kode Surat Rekomendasi/Keterangan = SRK
- Kode Badan Pekerja Klasis GMIT = MJ-GMIT
- Bulan Penerbitan Surat Rekomendasi
- Tahun Penerbitan Surat Rekomendasi/Keterangan
- Nomor Urut
- Kode Surat Rekomendasi/Keterangan = SRK
- Kode Yupenkris GMIT = YUP-GMIT
- Bulan Penerbitan Surat Rekomendasi
- Tahun Penerbitan Surat Rekomendasi/Keterangan
- Nomor Urut
- Kode Surat Rekomendasi/Keterangan = SRK
- Kode Yayasan Alfa Omega GMIT = YAO-GMIT
- Bulan Penerbitan Surat Rekomendasi
- Tahun Penerbitan Surat Rekomendasi/Keterangan
102
6.5.8. Kode Surat Rekomendasi/Keterangan Yayasan Tanaoba Lais Manekat GMIT
sebagai berikut:
- Nomor Urut
- Kode Surat Rekomendasi/Keterangan = SRK
- Kode Yayasan = TLM-GMIT
- Bulan Penerbitan Surat Rekomendasi
- Tahun Penerbitan Surat Rekomendasi/Keterangan
- Nomor Urut
- Kode Surat Rekomendasi/Keterangan = SRK
- Kode Yayasan = Tln-GMIT
- Bulan Penerbitan Surat Rekomendasi
- Tahun Penerbitan Surat Rekomendasi/Keterangan
6.5.10. Kode Surat Rekomendasi/Keterangan Yayasan Citra Husada GMIT sebagai
berikut:
- Nomor Urut
- Kode Surat Rekomendasi/Keterangan = SRK
- Kode Yayasan = CHS-GMIT
- Bulan Penerbitan Surat Rekomendasi
- Tahun Penerbitan Surat Rekomendasi/Keterangan
- Nomor Urut
- Kode Pemberian Kuasa = SKA
- Kode Majelis Sinode GMIT = MS-GMIT
- Bulan Penerbitan Surat Kuasa/Pelimpahan Wewenang
- Tahun Penerbitan Surat Kuasa/Pelimpahan Wewenang.
- Nomor Urut
- Kode Pemberian Kuasa = SKA
- Kode Majelis Jemaat = MJ-GMIT
103
- Bulan Penerbitan Surat Kuasa/Pelimpahan Wewenang
- Tahun Penerbitan Surat Kuasa/Pelimpahan Wewenang
- Nomor Urut
- Kode Pemberian Kuasa = SKA
- Kode Yayasan Alfa Omega GMIT = YAO-GMIT
- Bulan Penerbitan Surat Kuasa/Pelimpahan Wewenang
- Tahun Penerbitan Surat Kuasa/Pelimpahan Wewenang
- Nomor Urut
- Kode Atestasi = SA
- Kode Majelis Jemaat = MJ-GMIT
- Bulan Penerbitan Surat Atestasi
- Tahun Penerbitan Surat Atestasi.
104
6.8. KODE SURAT KREDENSI
- Nomor Urut
- Kode Kredensi = SKR
- Kode Majelis Sinode = MS-GMIT
- Bulan Penerbitan Surat Kredensi
- Tahun Penerbitan Surat Kredensi.
- Nomor Urut
- Kode Kredensi = SKR
- Kode Klasis = K-GMIT
- Bulan Penerbitan Surat Kredensi
- Tahun Penerbitan Surat Kredensi.
- Nomor Urut
- Kode Kredensi = SKR
- Kode Majelis Jemaat = MJ-GMIT
- Bulan Penerbitan Surat Kredensi
- Tahun Penerbitan Surat Kredensi.
6.8.4. Kode Surat Kredensi Majelis Mata Jemaat GMIT sebagai berikut:
- Nomor Urut
- Kode Kredensi = SKR
- Kode Majelis Jemaat = MMJ-GMIT
- Bulan Penerbitan Surat Kredensi
- Tahun Penerbitan Surat Kredensi
Lampiran:
I
o
GEREJA MASEHI INJILI DI TIMOR
( GBM GPI dan Anggota PGI)
O R
G E
105
o
I
GEREJA MASEHI INJILI DI TIMOR
( GBM GPI dan Anggota PGI)
O R
Klasis Kota Kupang
G E
I K o r.3 :1 1
JEMAAT GMIT EBENHAEZER OEBA
Jl. A. Yani No.27
Kupang – NTT – 8326 – Telp. 0380.88888
I
GEREJA MASEHI INJILI DI TIMOR
o
( GBM GPI dan Anggota PGI)
Klasis Mollo Utara
O R
G E
I K o r.3 :1 1
106
BP PEREMPUAN
Jl. A. Yani No.27
Kupang – NTT – 8326 – Telp. 0380.88888
o
I I
GEREJA MASEHI INJILI DI TIMOR
(GBM GPI dan Anggota PGI)
MAJELIS SINODE
O R
G E
Jln. S. K. Lerik Kota Baru Telp. (0380) 832943, 826927. Fax. 831182, 832943
KUPANG – NTT – 85228
I K o r.3 :1 1
E–mail: sinodegmit_kupang@yahoo.com , info@sinodegmit.org Website: www.sinodegmit.org
1/GMIT/III / A / Mar/2012
1/GMIT/ IV / A / Agu/2012
1/TAP/SIN-GMIT/Okt/2012
107
2.2. CONTOH KODE SURAT KEPUTUSAN :
2.2.1.KEPUTUSAN SINODE :
1/SK/SIN-GMIT/Sep/2012
1/SK/K-GMIT/Okt/2012
Nomor urut
Kode Surat Keputusan
Kode Klasis
Bulan pembuatan/penerbitan
Tahun pembuatan/penerbitan
1/SK/MJ-GMIT/Okt/2012
Nomor urut
Kode Surat Keputusan
Kode Majelis Jemaat/Majelis Jemaat Wilayah
Bulan pembuatan keputusan
Tahun pembuatan keputusan
1/SE/K-GMIT/Jul/2012
Nomor urut
Kode Surat Edaran
Kode untuk Klasis
Bulan penerbitan Surat Edaran Klasis
Tahun penerbitan Surat Edaran Klasis
108
1/SE/MJ-GMIT/Jul/2012
Nomor urut
Kode Surat Edaran
Kode untuk Majelis Jemaat/Majelis Jemaat Wilayah
Bulan penerbitan Surat Edaran
Tahun penerbitan Surat Edaran
1/ST/K-GMIT/Nop/2012
Nomor urut
Kode Surat Tugas
Kode untuk Klasis
Bulan penerbitan Surat Tugas
Tahun penerbitan Surat Tugas
1/ST/MJ-GMIT/Jan/2012
Nomor urut
Kode Surat Tugas
Kode untuk Majelis Jemaat/Majelis Jemaat Wilayah
Bulan penulisan Surat Tugas
Tahun penulisan Surat Tugas
1/SRK/K-GMIT/Feb/2012
Nomor urut
Kode Surat Rekomendasi/Keterangan
Kode untuk Klasis
Bulan penulisan Surat Rekomendasi/Keterangan
Tahun penulisan Surat Rekomendasi/Keterangan
109
2.5.2. SURAT REKOMENDASI/KETERANGAN MAJ.JEM./MAJ. JEM. WIL. :
1/SRK/MJ-GMIT/Feb/2012
Nomor urut
Kode Surat Rekomendasi/Keterangan
Kode untuk Majelis Jemaat/Majelis Jemaat Wilayah
Bulan penulisan Surat Rekomendasi/Keterangan
Tahun penulisan Surat Rekomendasi/Keterangan
1/SKA/K-GMIT/Feb/2012
Nomor urut
Kode Surat Kuasa/Pelimpahan
Kode untuk Klasis
Bulan penulisan Surat Kuasa/Pelimpahan
Tahun penulisan Surat Kuasa/Pelimpahan
1/SKA/MJ-GMIT/Feb/2012
Nomor urut
Kode Surat Kuasa/Pelimpahan
Kode untuk Majelis Jemaat/Majelis Jemaat Wilayah
Bulan penulisan Surat Kuasa/Pelimpahan
Tahun penulisan Surat Kuasa/Pelimpahan
1/SA/MJ-GMIT/Feb/2012
Nomor urut
Kode Surat Atestasi
Kode untuk Majelis Jemaat
Bulan penulisan Surat Atestasi
Tahun penulisan Surat Atestasi
110
1/SKR/MS-GMIT/Feb/2012
Nomor urut
Kode Surat Kredensi
Kode untuk Majelis Sinode
Bulan penulisan Surat Kredensi
Tahun penulisan Surat Kredensi
DAFTAR KEARSIPAN
Untuk mengelola kearsipan di semua jenjang dan bidang pelayanan GMIT sesuai dengan
petunjuk yang terencana dalam Pedoman Administrasi GMIT, maka kami meminta perhatian
saudara-saudara atas hal berikut :
I. Kode Kearsipan Surat Menyurat dan dokumen lainnya menurut Wilayah Klasis GMIT
1. KK : Kota Kupang
2. KBar : Kupang Barat
3. KTeng : Kupang Tengah
4. KTim : Kupang Timur
5. Semau : Semau
6. SaTim : Sabu Timur
7. SaBar : Sabu Barat
8. Ambar : Amarasi Barat
9. AmTim : Amarasi Timur
10. FatBar : Fatule’u Barat
11. FatTim : Fatule’u Timur
12. AmfSel : Amfoang Selatan
13. AmfUt : Amfoang Utara
14. SoE : SoE
15. AmSel : Amanuban Selatan
16. Kfu : Kuanfatu
17. AmTU : Amanuban Tengah Utara
18. AmTS : Amanuban Tengah Selatan
19. AmTim : Amanuban Timur
20. AmTimS : Amanuban Timurr Selatan
21. Atun U : Amanatun Utara
22. Atun S : Amanatun Selatan
23. Atun T : Amanatun Timur
24. MolUt : Mollo Utara
25. MolBar : Mollo Barat
26. MolTim : Mollo Timur
27. TTU : Timur Tengah Utara
28. Belu : Belu
29. Flrs : Flores
30. Sbw : Sumbawa
111
31. RoTi : Rote Timur
32. PanBar : Pantai Baru
33. RoTeng : Rote Tengah
34. Lobln : Lobalain
35. RoBad : Rote Barat Daya
36. RoBal : Rote Barat laut
37. ATim : Alor Timur
38. ATL : Alor Timur Laut
39. ATS : Alor Tengah Selatan
40. ALTAR : Alor Tengah Utara
41. ABAD : Alor Barat Daya
42. ABAL : Alor Barat Laut
43. PanTim : Pantar Timur
44. PanBar : Pantar Barat
II. Kode Kerasipan Surat Menyurat dan dokumen lainnya menurut Wilayah Jemaat dalam
Klasis, Pokok Masalah, Bulan dan Tahun
Sistim pengarsipan adalah: nama jemaat, kode pokok masalah, kode bulan dan tahun,
urutran waktu
Paulus – A – Jan-12= Map arsip untuk Jemaat Paulus – pokok masalah tentang
pelayanan jemaat – bulan Januari tahun 2012
Netpala – D – Des-12 = Map arsip untuk Jemaat Netpala – pokok masalah Diakonia –
bulan Desember tahun 2012.
III. Kode kearsipan surat menyurat dari dokumen lainnya menurut Mata Jemaat dalam
Jemaat.
Sistem pengarsipan adalah perpaduan wilayah mata jemaat dan pokok masalah serta
menurut waktu.
Jemaat Netpala
Hoineno – H – Mar – 12 = Map arsip untuk Mata Jemaat Hoineno – pokok masalah
perbendaharaan – bulan Maret tahun 2012.
E.5-F-Jun-12 = Map arsip wilayah 5 pokok masalah administrasi bulan Juni tahun 2012.
V. Kode Pengarsipan menurut pokok masalah dan surat-menyurat dan dokumen GMIT
terdiri atas:
112
- Pelayanan Jemaat =A
- Kesaksian/Pekabaran Injil =B
- Persekutuan/Keesaan = C
- Diakonia =D
- Organisasi =E
- Administrasi =F
- Personil =G
- Perbendaharaan (KUHA) =H
- Hubungan Masyarakat. =I
a. PELAYANAN JEMAAT = A:
b. KESAKSIAN/PEKABARAN INJIL = B :
113
- Kesaksian / Pembinaan Jemaat di dalam Jemaat
- Kesaksian / Pembinaan Jemaat di dalam masyarakat
- Pengadaan/penyebaran bahan-bahan tertulis tentang kesaksian dan pekabaran
Injil
- Kebaktian Penyegaran Iman (KPI)
- Musyawaraha Belajar, Konsultasi, Lokakarya, Kursus, Latihan, Penataran,
Seminar, Konperensi yang berhubungan dengan Kesaksian/Pekabaran Injil
- Hal-hal lain yang menurut bobot dan urgensinya termasuk dalam pokok masalah
Kesaksian/Pekabaran Injil
c. PERSEKUTUAN/KEESAAN = C
d. DIAKONIA = D
114
- Diakonia reformatif (kesehatan, pendidikan, ekonomi, pertanian, peternakan,
perikanan, bencana alam) bagi dan dari Badan/Yayasan Sosial Kristen non
gerejawi di luar negeri
- Diakonia reformatif (kesehatan, pendidikan, ekonomi, pertanian, peternakan,
perikanan, bencana alam) dalam dan terhadap masyarakat
- Diakonia transformatif (advokasi hukum, politik, HAM, bencana alam) di
lingkungan jemaat lokal
- Diakonia transformatif (advokasi hukum, politik, HAM, bencana alam) di
lingkungan GMIT
- Diakonia transformatif (advokasi hukum, politik, HAM, bencana alam) bagi dan
dari gereja-gereja lain di dalam negeri
- Diakonia transformatif (advokasi hukum, politik, HAM, bencana alam) bagi dan
dari gereja-gereja lain di luar negeri
- Diakonia transformatif (advokasi hukum, politik, HAM, bencana alam) bagi dan
dari Badan/Yayasan Sosial Kristen non gerejawi di dalam negeri
- Diakonia transformatif (advokasi hukum, politik, HAM, bencana alam) bagi dan
dari Badan/Yayasan Sosial Kristen non gerejawi di luar negeri
- Diakonia transformatif (advokasi hukum, politik, HAM, bencana alam) di dalam
dan terhadap masyarakat
- Pengadaan penyebaran bahan-bahan tertulis tentang Diakonia karitatif,
reformatif dan transformatif
- Musyawarah Belajar, Konsultasi, Lokakarya, Kursus. Latihan, Penataran, Seminar,
Konperensi yang berhubungan dengan Diakonia
- Hal-hal lain yang menurut bobot dan urgensinya termasuk dalam pokok masalah
Diakonia.
e. ORGANISASI = E:
- Tata Gereja
- Peraturan-Peraturan GMIT
- Keputusan Sinode, Majelis Sinode, BPPPS, Majelis Jemaat, Yayasan, Panitia.
- Struktur Organisasi
- Pedoman Organisasi
- Tata Kerja dalam Organisasi GMIT
- Tata hubungan dalam organisasi GMIT
- Pembinaan Organisasi
- Pengembangan Organisasi (Pemekaran Jemaat, Mata Jemaat, Klasis, dan Unit-
unit Pelayanan)
- Penyempurnaan Organisasi
- Pengawasan
- Penilaian/Evaluasi
- Kepemimpinan/Jabatan
- Perencanaan/Program
- Laporan-laporan
- Persidangan-persidangan
- Serah Terima
- Pengadaan/penyebaran bahan-bahan tertulis tentang Organisasi.
- Musyawarah Belajar, Konsultasi, Lokakarya, Kursus. Latihan, Penataran, Seminar,
Konperensi yang berhubungan dengan Organisasi.
- Hal-hal lain yang menurut bobot dan urgensinya termasuk dalam pokok masalah
Organisasi.
f. ADMINISTRASI/TATA USAHA = F
115
Adapun pokok masalah Administrasi/Tata Usaha dengan kode F mencakup/meliputi:
g. PERSONIL = G :
116
- Pengadaan, penyebaran bahan-bahan tertulis tentang Personil.
- Musyawarah Belajar, Konsultasi, Lokakarya, Kursus. Latihan, Penataran, Seminar,
Konperensi yang berhubungan dengan Personil.
- Hal-hal lain yang menurut bobot dan urgensinya termasuk dalam Personil.
h. PERBENDAHARAAN= H :
- Peraturan Perbendaharaan
- Pedoman pengelolaan perbendaharaan
- RAPB
- Pembukuan
- Pembinaan
- Pembayaran
- Hutang/Piutang
- Penyimpanan
- Pengambilan
- Kwitansi/Tanda terima
- Penjualan
- Pembelian
- Pinjaman
- Laporan
- Pengawasan
- Pemeriksaan
- Tagihan
- Surat Kuasa, Surat Perintah Membayar, Surat Perjanjian
- Arsip Kuha
- Gaji
- Rapel
- Honorarium
- Lembur
- Beasiswa
- Uang perjalanan
- Harta kekayaan bukan uang: tanah/sawah, hewan, tanaman, kendaraan,
rumah/gedung, perabot rumah, peralatan kantor dan lain-lain.
- Pengadaan barang
- Permintaan barang
- Penjualan/pelelangan barang
- Penyewaan barang
- Pembagian barang
- Penghapusan barang
- Pengadaan, penyebaran bahan-bahan tertulis tentang perbendaharaan (Kuha)
- Musyawarah Belajar, Konsultasi, Lokakarya, Kursus. Latihan, Penataran, Seminar,
Konperensi yang berhubungan dengan Perbendaharaan/Kuha
- Hal-hal lain yang menurut bobot dan urgensinya termasuk dalam
Perbendaharaan/Kuha
i. HUBUNGAN MASYARAKAT = I
117
- Hubungan dengan Dinas, Jawatan, Vertikal dan Horisontal.
- Hubungan dengan Dinas, Jawatan, Lembaga Swasta Lokal dan Nasional, Lembaga
Swadaya Masyarakat Lokal, Nasional, Internasional.
- Politik, Pembangunan, Ekonomi, Sosial, Kebudayaan, Pertahanan Keamanan
- Hubungan dengan Agama-agama lain
- Pengadaan, penyebaran bahan-bahan tertulis tentang Hubungan Masyarakat
- Musyawarah Belajar, Konsultasi, Lokakarya, Kursus. Latihan, Penataran, Seminar,
Konperensi yang berhubungan dengan Hubungan Masyarakat
- Hal-hal lain yang menurut bobot dan urgensinya termasuk dalam Hubungan
Masyarakat.
Pada hari ini ...................... tanggal ,.... bulan ..... tahun ..... ., kami yang bertandatangan di
bawah ini:
Satu :N a m a : ........................................................
Jabatan : ........................................................
Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA.
Dua :N a m a : ........................................................
Jabatan : ........................................................
Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.
Pasal 1
Membaca Surat keputusan Majelis Sinode Harian GMIT tanggal ............ No. ........................
tentang pemutasian dan pemberhentian atau purna layan pendeta .....................................
dari jabatan ............. dan Surat Keputusan Majelis Sinode Harian GMIT tanggal ................. No
.................... tentang pengangkatan pendeta ..................................... ke dalam
jabatan ..........................................
Pasal 2
Berdasarkan Surat Keputusan MSH GMIT seperti tercantum dalam pasal 1 PIHAK PERTAMA
menyatakan dengan sebenarnya bahwa telah menyerahkan pimpinan dan tanggungjawab
Pelayanan Jemaat dan seluruh sarana pelayanan dan kekayaaan/perbendaharaan GMIT yang
dikelola oleh Majelis Jemaat......... kepada PIHAK KEDUA.
Pasal 3
PIHAK KEDUA menyatakan dengan sebenarnya bahwa telah menerima pimpinan dan
tanggungjawab pelayanan jemaat dan seluruh sarana pelayanan dan
kekayaan/perbendaharaan GMIT yang dikelola oleh Majelis Jemaat ...... ..... oleh PIHAK
PERTAMA.
Pasal 4
Adapun seluruh sarana pelayanan dan kekayaan/perbendaharaan GMIT sebagaimana
tercantum dalam pasal 3 terdiri atas:
118
1. Organisasi dan administrasi
2. Administrasi keuangan
3. Keuangan
4. Inventaris
5. Perpusatakaan
6. Dan seterusnya
Yang rinciannya terdapat dalam lampiran satu sampai dengan lampiran ... dari berita Acara
Serah terima ini.
Pasal 5
Penyerahterimaan hal-hal seperti yang tercantum dalam pasal 2 -3 akan
dilaksanakan/diselesaikan selambat-lambatnya 3 hari sesudah penandatanganan Berita
Acara Serah Terima ini.
Pasal 6
BERITA ACARA SERAH TERIMA ini disaksikan oleh :
1. .................................................... sebagai saksi pertama
2. ...................................................... sebagai saksi kedua
Dan diketahui oleh ........................................ jabatan ........................................
Demikianlah Berita Acara Serah Terima ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.
......................... 20.....
______________ ______________
_______________ _________________
Mengetahui
________________________
Catatan: BERITA ACARA SERAH TERIMA DIGUNAKAN UNTUK SEMUA LINGKUP PELAYANAN
dan disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan masing-masing lingkup.
119
BAGIAN KETIGA
PEDOMAN SISTEM KOMUNIKASI – INFORMASI GMIT
DASAR PEMIKIRAN
Kondisi geografi provinsi NTT dan NTB merupakan daerah kepulauan. Topografi sebagian
besar wilayahnya merupakan daratan bergunung-gunung dan berbukit dengan derajat
kemiringan yang mencolok. Hanya sedikit luas dataran rendah yang merupakan lahan subur
yang terdapat dipinggiran kota atau desa. Karena itu realitas warga GMIT adalah penduduk
kepulauan dan pedesaan.
Tofografi yang seperti ini menimbulkan isolasi fisik, isolasi ekonomi dan isolasi sosial.
Apalagi kurangnya dukungan infrastruktur seperti jalan dan jembatan di berbagai daerah-
daerah kecamatan. Sementara tranportasi kepulauan seringkali agak mahal karena
rendahnya frekuensi sarana perhubungan ke beberapa pulau, di mana hal ininya juga
mempengaruhi sistim komunikasi dan informasi pelayanan.
Pasal 1
Tujuan
120
5. Melibatkan peran aktif anggota GMIT dalam menggerakkan fungsi komunikasi-
informasi.
PASAL 2
KEBIJAKAN STRATEGI
Pasal 3
Kebijakan Operasional
Untuk melaksanakan Kebijakan strategi seperti yang dimaksud pada pasal 2, maka kebijakan
operasional yang ditempuh sebagai berikut:
1. Menetapkan kantor Sinode sebagai pusat komunikasi-informasi GMIT
2. Menetapkan sentra-sentra atau pusat-pusat komunikasi informasi GMIT di teritori-
teritori atau wilayah Klasis/jemaat :
a. Kupang Daratan (wilayah Kabupaten Kupang dan Kota Kupang)
(1) Uiasa (2) Sikumana (3) Baun (4) Oekabiti (5) Camplong (6) Bokong-Takari
(7) Lelogama (8) Naikliu (9) Babau (10) Tarus (11) Kupang
d. Belu
(1) Atambua* (2) betun (3) Atapupu
e. Rote Ndao
(1) Lidamanu (2) Busalangga (3) Ba’a* (4) Keka
(5) Feapopi (6) Olafuliha’a (7) Eahun
f. Sabu Raijua
(1) Raijua (2) Mehara (3) Seba* (4) Bolou (5) liae
g. Flores
121
(1) Labuanbajo (2) Ruteng (3) Borong (4) Aimere (5) Bajawa (6) Nagekeo (7) Ende*
(8) Maumere (9) Larantuka (10) Lembata
h. Sumbawa
(1) Bima (2) Dompu (3) Sumbawa besar*
(4) Batu hijau (5) Donggo-Nggerukopa
i. Tri Buana
(1) Pura (2) Kalabahi* (3) Mebung (4) Moru (5) Lantoka (6) Apui (7)
Bukapiting (8) Kabir (9) Baranusa (10) Tamalabang
Pelaksana dari penyebaran komunikasi –informasi baik dari kantor sinode, dari sentra-sentra
informasi, klasis dan jemaat adalah:
1. Sekretaris kantor sinode
2. Koordinator sentra-sentra
3. Majelis Klasis ( Ketua Majelis Klasis dan Penanggungjawab Sentra)
4. Majelis Jemaat (Ketua Majelis Jemaat dan Penanggungjawab Sentra)
5. Wakil Ketua di Mata Jemaat
6. Anggota Jemaat yang memiliki sarana dan alat komunikasi-informasi
7. Pelaksanaan, monitoring dan evaluasi digiatkan oleh sekretariat Kantor Sinode, MK, MJ
dan para penanggungjawab sentra.
8. Untuk memperlancar kepentingan monitoring dan penyebaran informasi maka semua
pelaksana perlu membuat E-mail.
Pasal 5
Sarana Komunikasi
Pasal 6
Uraian Tugas
122
1. Sekretariat Kantor Sinode
a. Bertanggungjawab dalam menggerakkan seluruh jaringan komunikasi-informasi dari
Kantor Sinode ke sentra-sentar, klasis dan jemaat.
b. Bertanggungjawab dalam menyebarkan, memantau, mengontrol, mengendalikan,
mengevaluasi, mengembangkan dan menggerakan fungsi komunikasi –informasi dari
sekretariat kantor sinode ke sentra-sentra, klasis dan jemaat setiap hari.
c. Dalam melaksanakan butir a dan b harus memusatkan perhatian kepada kegiatan-
kegiatan harian sebagai berikut:
(1) Pengadaan informasi pada waktunya
(2) Pengiriman informasi kepada sentra-sentra pada kesempatan pertama
(3) Bahan informasi yang sangat penting yang menuntut pelaksanaan pada waktu
singkat dibawa langsung ke sentra-sentra dengan menggunakan jasa angkutan
umum atau kendaraan MSH.
d. Memantau sentra-sentra melalui telepon/hp dan radiogram untuk menyalurkan
bahan informasi ke klasis-klasis dibawah koordinasinya.
e. Mengirimkan radiogram atau telepon kepada klasis dan jemaat untuk menjemput
bahan informasi tersebut dari sentra-sentra informasi.
f. Mengevaluasi sendiri atau dengan sentra-sentra tentang proses dan mekanismenya
untuk segera mengetahui hambatan-hambatan yang ditemui melalui pertemuan
berkala.
g. Memantau melalui telepon/hp ke sentra-sentra untuk mengetahui situasi masyarakat
dan situasi khusus klasis/jemaat yang di dalam koordinasinya setiap hari agar ada
penguasaan terhadap situasi GMIT secara menyeluruh dan dapat memberi tanggapan
terhadap situasi khusus bila ada, dengan terlebih dahulu berkoordinasi dengan MSH.
h. Mengusahakan untuk terus mengupdate berbagai informasi di semua lingkup
pelayanan khususnya di lingkup sinode yang menjadi tanggungjawab.
2. Sentra-sentra Informasi
a. Mendistribusikan /mengirimkan bahan-bahan informasi kepada majelis Klasis /KMK,
dan Jemaat/ KMJ di dalam koordinasinya
b. Mengirimkan kepada MSH bahan/informasi atau surat dari Majelis Klasis dan Majelis
Jemaat
c. Memantau kelancaran pengiriman bahan informasi kepada Majelis Klasis dan Majelis
Jemaat dalam koordinasinya.
d. Mengevaluasi secara sendiri dan atau dengan sekertariat kantor sinode, ketua
Majelis Klasis dan Ketua majelis jemaat di dalam koordinasinya tentang proses dan
mekanismenya untuk segera mengatasi hambatan–hambatan yang ditemui melalui
pertamuan berkala.
e. Memberikan usul-saran kepada Majelis Sinode Harian dan Majelis Klasis Harian dan
Majelis Jemaat Harian di dalam koordinasinya.
3. Majelis Klasis
a. Meneruskan bahan-informasi dari sekertariat kepada ketua MJH/Majelis Jemaat
Harian di dalam wilayah pelayanannya.
b. Menjemput bahan informasi dari sekertariat Kantor sinode yang tersimpan di sentra
setiap minggu sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.
c. Memantau kelancaran pengiriman bahan informasi ke jemaat di dalam wilayah
pelayanannya.
d. Mengevaluasi secara sendiri dan/atau dengan sentra dan dengan ketua Majelis
Jemaat di setiap jemaat tentang proses dan mekanismenya untuk segera mengatasi
hambatan-hambatan yang ditemui melalui pertemuan berkala
e. Memberikan usul-saran kepada sentra dan kantor sinode untuk meningkatkan
pelayanan kepada jemaat dalam wilayah pelayanannya.
123
f. Mengupayakan update data tentang klasis dan jemaat yang ada di bawah
koordinasinya.
4. Majelis Jemaat
a. Mengirimkan/mendistribusikan bahan informasi yang diterima dari sekertariat kantor
sinode dan kantor klasis kepada wakil ketua majelis mata jemaat.
b. Menyampaikan informasi tentang GMIT yang diperoleh dari sekertariat kantor
sinode dan kantor klasis kepada anggota jemaat melalui Warta Jemaat.
c. Melibatkan anggota jemaat dalam kegiatan komunikasi-informasi GMIT.
d. Menjemput bahan informasi yang tersimpan di kantor klasis atau di sentra informasi
pada hari tertentu sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan.
e. Memberikan usul-saran kepada Ketua Majelis Klasis dan sentra untuk meningkatkan
pelayanan kepada jemaat dan mata jemaat di dalam wilayah pelayanannya.
Pasal 7
Penutup
Rekomendasi-rekomendasi
1. Menjadikan radio suara kasih sebagai alat komunikasi di seluruh wilayah pelayanan
GMIT, dalam rangka memperkenalkan produk-produk pelayanan GMIT
2. Menegaskan pada BPP dan UPP untuk memanfaatkan radio suara kasih sebagai media
komunikasi.
3. MSH GMIT mendorong agar manajemen radio GiSKa untuk mandiri.
4. Berita GMIT sebagai salah satu media komunikasi diharapkan dikelola secara profesional
dalam hal penataan manajemen.
5. Sekertaris MS diharapkan membuat contoh surat BPP, UPP dan BP untuk dilampirkan
bersama pedoman ini.
6. Sekertaris MS diharapkan membuat contoh berita acara untuk dilampirkan bersama
pedoman ini.
7. Acara-acara untuk kegiatan protokoler diharapkan di atur sebaik-baiknya karena
berhubungan dengan kegiatan ibadah.
Ditetapkan di : Kupang
Oleh : Majelis Sinode GMIT
Pada : Persidangan Majelis Sinode XXXIV
Tanggal : 18 Mei 2012
Ketua, Sekretaris,
Pdt. Robert St. Litelnoni, S.Th Pdt. Benjamin Nara Lulu, M.Th
124
125