Anda di halaman 1dari 6

PALSI SEREBRAL

(ICD G80.9)
1. Pengertian (Definisi)
1.1 Palsi Serebral atau Cerebral Palsy (CP) adalah kelainan yang tidak progresif
dari gerakan dan sikap tubuh karena kerusakan otak yang terjadi pada periode
awal pertumbuhan otak, yang pada umumnya di bawah 3 tahun.
1.2 Berdasarkan aspek klinis dan anatomis, CP dapat diklasifikasikan menjadi
(Gilroy & Meyer, 1975) :
1.2.1 CP Diplegia Spastik
Kelumpuhan 2 anggota gerak, kerusakan traktus kortikospinalis. 50% kasus.
1.2.2 CP Hemiplegik
Kelumpuhan 2 anggota gerak sepihak, anggota gerak atas lebih berat,
kerusakan traktus kortikospinalis unilateral. 30% kasus.
1.2.3 CP Kuadriplegi Spastik/Diplegi Kompleks
Disertai koreoatetosis, kerusakan traktus kortikospinalis dan sistem lainnya.
1.2.4 CP Atetotik/Koreoatetotik
Kerusakan sistem ekstrapiramidal, gerakan abnormal.
1.2.5 CP Ataksia
Kelainan pada serebelum dan serabut asosiasinya, ataksia merupakan gejala
utama. Gejala lainnya :
1.2.5.1 Mata : gangguan visus, gerakan bola mata, strabismus, dan
nistagmus
1.2.5.2 THT : ketulian (audiometri)
1.2.5.3 Psikologik : test IQ (juga penting untuk terapi dan rehabilitasi)
1.2.5.4 Psikomotorik : gangguan tingkah laku dan lain-lainnya
1.2.5.5 Test perkembangan : gangguan bicara (90% kasus)
1.2.5.6 Laboratorik : mencari kausa seperti toxoplasmosis dll.

2. Anamnesis
Anamnesis ibu merupakan hal yang penting (yang mendorong ibu minta pertolongan
pengobatan) :
2.1 Anak belum dapat berjalan;
2.2 Belum dapat duduk;
2.3 Terlambat bicara;
2.4 Kaki gemetar;
2.5 Gerakan kurang pada sisi badan;
2.6 Mata juling.

Riwayat kehamilan dan persalinan


2.1 Penyebab Prenatal
2.1.1 Trimester I : malformasi kongenital, kelainan genetik, infeksi
intrauterin (rubella, sifilis, sitomegalovirus, toksoplasma). Percobaan
pengguguran.
2.1.2 Trimester II dan III : percobaan pengguguran, ibu dengan penyakit
kronis, toksemia, IUGR, infeksi intrauterin, trauma.
2.1.3 Lain-lain : sinar X, usia ibu < 17 tahun atau > 35 tahun, asfiksia in
utero (abrupsio plasenta, plasenta previa).
2.2 Penyebab Perinatal
2.2.1 Toksemia
2.2.2 Perdarahan antepartum
2.2.3 Kelainan plasenta/umbilikus yang menyebabkan hipoksia/iskemia
2.2.4 Trauma persalinan, persalinan macet/lama
2.2.5 Asfiksia berat
2.2.6 Infeksi
2.2.7 Prematuritas dan atau BBLR
2.2.8 Hipoglikemia
2.2.9 Hiperbilirubinemia/Kern Ikterus
2.2.10 Syok
2.3 Penyebab Postnatal
2.3.1 Infeksi
2.3.2 Trauma
2.3.3 Gangguan pembuluh darah otak
2.3.4 Epilepsi
2.3.5 Keracunan obat, bahan kimia dan logam berat

3 Pemeriksaan Fisik
3.1 Paralisis spastik (paraparesis, diplegia, kuadriparesis, hemiparesis,
monoparesis);
3.2 Atetosis;
3.3 Koreoatetosis;
3.4 Distonia/atonia;
3.5 Tremor;
3.5 Rigiditas;
3.6 Ataksia;
3.7 Kelainan bahasa;
3.8 Hiperkinesis/hipokinesis.

4 Kriteria Diagnosis
4.1 Kelainan yang tidak progresif dari gerakan dan sikap tubuh
4.2 Umumnya di bawah 3 tahun.

5 Diagnosis Kerja
Palsi Serebral

6 Diagnosis Banding
Tidak ada

7 Pemeriksaan Penunjang
Sesai dengan kecurigaan penyebabnya

8 Terapi

Komprehensif (teoritis) Optimal (yang ada di RSSA/disepakati)

Penderita CP memerlukan tatalaksana Benzodiasepin


terpadu/multi disipliner mengingat Baclofe (tidak masuk dalam fornas)
masalah yang dihadapi sangat Dantrolene (tidak masuk dalam fornas)
kompleks, yaitu : Botox (tidak masuk dalam fornas)
8.1 Gangguan motorik
8.2 Retardasi mental
8.3 Kejang
8.4 Gangguan pendengaran
8.5 Gangguan rasa raba
8.6 Gangguan bahasa dan bicara
8.7 Makan/gizi
8.8 Gangguan mengontrol miksi
(ngompol)
8.9 Gangguan konsentrasi
8.10 Gangguan emosi Tim Ahli
8.11 Gangguan belajar

Tim diagnostik dan penatalaksanaan


CP ini meliputi :
8.1 Tim Inti :
8.1.1 Neuropediatri
8.1.2 Dokter Gigi
Tim Konsultan
8.1.3 Psikolog
8.1.4 Perawat
8.1.5 Fisioterapi (terapi
kerja, terapi bicara)
8.1.6 Pekerja Sosial
(pengunjung rumah)
8.2 Tim Konsultasi :
8.2.1 Tim Tumbuh
Kembang Anak dan Obat soastisitas
Remaja
8.1.2 Dokter Bedah (Ortopedi)
8.1.3 Dokter Mata
8.1.4 Dokter THT
8.1.5 Psikiater Anak
8.1.6 Guru SLB (cacat tubuh,
tunanetra, tunarungu)

Penatalaksanaan CP meliputi :
8.2 Medikamentosa, untuk
mengatasi spastisitas :
8.3 Benzodiazepin :
8.3.1 Usia < 6 bulan tidak
direkomendasi
8.3.2 Usia > 6 bulan:
0,12-0,8
mg/KgBB/hari PO
dibagi 6-8 jam
(tidak lebih 10
mg/dosis)
8.4 Baclofen (Lioresal) : 3 x 10 mg
PO (dapat dinaikkan sampai
40-80 mg/hari)
8.5 Dantrolene (Dantrium): dimulai Rehabilitasi medik
dari 25 mg/hari, dapat
dinaikkan sampai 40 mg/hari
8.6 Haloperidol : 0,03
mg/KgBB/hari PO dosis
tunggal (untuk mengurangi
gerakan involusi)
8.7 Botox :
8.7.1 Usia < 12 tahun
belum
direkomendasikan
8.7.2 Usia > 12 tahun :
1,25-2,5 ml (0,05-
0,1 ml tiap 3-4
bulan)
8.7.3 Apabila belum
berhasil dosis
berikutnya dinaikkan
2x/tidak lebih 25 ml
perkali atau 200 ml
perbulan
8.8 Terapi Perkembangan Fisik
(Rehabilitasi Medik)
8.9 Lain-lain :
8.9.1 Pendidikan khusus
8.9.2 Penyuluhan
psikologis
8.9.3 Rekreasi
9 Edukasi
9.1 Tentang penyakit
9.2 Edukasi pentingnya kontrol dan latihan gerak badan

10 Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam / malam
Ad sanationam : dubia ad bonam / malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam / malam

11 Tingkat Evidens : I / II / III / IV

12 Tingkat Rekomendasi : A / B / C

13 Penelaah Kritis
a) 1.
b) 2.
c) 3.

14 Indikator Medis
Perbaikan klinis dan gerak penderita

15 Kepustakaan
a) Saharso D. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Edisi ketiga. Buku Dua. 2008

Anda mungkin juga menyukai