Laporan Praktikum Peledakan
Laporan Praktikum Peledakan
Laporan Praktikum Peledakan
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Latar belakang penyusunan laporan praktikum Teknik Peledakan adalah
sebagai sarana untuk mengaplikasikan atau mempraktekan dilapangan semua cara
kerja yang telah diberi dalam perkuliahan, dan untuk bekal suatu hari kelak, maka
dari itu bagi setiap praktikan diharuskan menguasai dan memahami semua teknik
kerja dari peledakan (Blasting).
Latar belakang penyusunan laporan ini ialah sebagai bentuk pertanggung
jawaban kepada pihak pengajar khususnya pada asisten dosen yang selama ini
membimbing kegiatan praktikum Teknik Peledakan yang kami laksanakan
dilaboratorium Teknik Peledakan. Agar pihak pengajar dapat mengevaluasi
kegiatan yang telah para mahasiswa laksanakan dan sejauh mana kemampuan para
mahasiswa.
Juga sebagai syarat keluklusan matam kuliah Teknik Peledakan, juga
sebagai bahan pelajaran, bacaan dan reperensi untu mata kuliah Berikutnya.
1
1.3.Kesampaian Daerah Lokasi Penelitian
Daerah telitian berada pada areal PIT PT. Alamjaya Bara Pratama, di Desa
Jembayan Kecamatn Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan
Timur. Perjalanan yang di tempuh dari fakultas teknik universitas kutai
kartanegara + 34 menit, dan untuk menuju lokasi peledakan, jarak yang harus di
tempuh sekitar 1 jam dari kantor PT. Alamjaya Bara Pratama.
1. Rock Drillability yaitu Kecepatan penetrasi dari mata bor ke dalam batuan.
Rock drillability adalah fungsi dari beberapa sifat batuan, seperti: komposisi
mineral, tekstur, ukuran butiran, derajat pelapukan dan lain sebagainya.
2. Rock Blastability yaitu Tahanan batuan terhadap peledakan dan ini sangat
dipengaruhi oleh keadaan batuan. Dalam batuan yang keras dan padat
peledakan dapat dikontrol dengan baik. Sedangkan dalam batuan yang banyak
celahnya sebagian energi dari bahan peledak hilang ke dalam rekahan dan
peledakan susah untuk dikontrol. Sebelum sampai pada rancang bangun
peledakan, banyak hal yang harus diketahui terlebih dahulu, yaitu yang
berkaitan dengan :
a. Parameter batuan.
b. Parameter bahan peledak.
c. Parameter pengisian.
d. Sasaran produksi.
e. Fragmentasi yang dikehendaki.
f. Kondisi lapangan (curah hujan, bangunan sekitar, kebisingan, dll).
Suatu operasi peledakan batuan akan mencapai hasil optimal apabila perlengkapan
dan peralatan yang dipakai sesuai dengan metode peledakan yang diterapkan.
2.1.1. Metode Peledakan
Metode sumbu api (cap dan fuse method)
Metode sumbu ledak
Metode listrik
Metode non listrik
1. Work Energy
Terdapat dua jenis produk energi terpakai, yaitu energi kejut dan energi
gas. Ditinjau dari aspek pemanfaatannya, bahan peledak yang memiliki energi
kejut yang tinggi dapat diterapkan dalam proses peledakan bongkah batu
(boulder) dengan metode mud capping boulders yang disebut juga plaster
shooting atau untuk proses peruntuhan bangunan (demolition). Dengan demikian
energi kejut secara efektif akan terlihat pada peledakan dengan menggunakan
metode external charge atau muatan di luar lubang tembak. Sedangkan pada
kolom lubang ledak dengan bahan peledak di dalamnya disumbat atau dikurung
rapat oleh material penyumbat (stemming), maka digunakan bahan peledak yang
memiliki energi gas yang tinggi.
Ditinjau dari aspek reaksinya, dapat dilihati dari sifat reaksi bahan peledak
lemah (low explosives) dan bahan peledak kuat (high explosives). Reaksi bahan
peledak lemah adalah deflagrasi atau rambatan pembakaran secara cepat dengan
kecepatan rambat antara 600 - 1200 m/s (2000 - 4000 f/s). Bahan peledak ini tidak
menghasilkan energi kejut, tetapi hanya menghasilkan tenaga dari rambatan
ekspansi gas, contohnya adalah black powder yang merupakan campuran antara
potasium nitrat atau sodium bitrat, sulfur, dan charcoal. Sementara reaksi bahan
peledak kuat adalah detonasi atau meledak dan menghasilkan tenaga dalam bentuk
tekanan kejut maupun tekanan dari ekspansi gas.
Energi Kejut
Kelompok energi tidak terpakai terbentuk oleh adanya deformasi elastis dan
plastis batuan dari energi peledakan. Energi peledakan yang mengakibatkan
terjadinya deformasi elastis akan menghasilkan gelombang regangan, disebut juga
stress waves atau body waves, yang bergerak melalui massa batuan dan dapat
menyebabkan retakan lanjutan akibat pantulan energi dari bidang diskontinuitas.
Deformasi elastis juga menyebabkan gelombang seismik yang cukup
mengganggu, karena gelombang seismik ini pada tingkatan tertentu akan dapat
merusak bangunan dan mengganggu manusia.
Suara peledakan mewakili energi tak terpakai yang mirip dengan energi seismik
karena energi ini tidak dapat memecah batuan. Dari bentuk fisiknya, atmosfer
merupakan fluida yang tetap bertahan pada perubahan volume, namun tidak tahan
pada perubahan bentuk. Gelombang suara mempunyai elastisitas volume tetapi
tidak mempunyai elastisitas memotong. Karena itu semua jenis fluida, termasuk
udara, merupakan media transmisi untuk gelombang datar atau tekan
(compressional waves) dan tidak untuk gelombang tegak (shear waves) yang
bersifat naik turun.
2) Gelombang Love (Q-waves), yaitu gerakan partikel tegak lurus dengan arah
perambatan gelombang
Ketika timbul rekahan akibat pecahnya batuan, aliran/ ekspansi gas dari
bahan peledak mendorong batuan ke segala arah sehingga batuan terlempar
2.2.3.
Bahan peledak nuklir
Bahan peledak nuklir umumnya terbuat dari plutonium, uranium- 235,
atau bahan-bahan sejenis yang mempunyai sifat atom - aktif.
Reaksi atom dapat dikontrol sampai pada tingkat kritis tertentu. Jika
titik kritis ini terlampaui maka dekomposisi atom akan menjadi sedemikian cepat
sehingga terjadi ledakan yang sangat dasyat.
Kekuatan ledak (strength) detonator ditentukan oleh jumlah isian dasarnya. Jenis-
jenis detonator :
1. Detonator biasa (plain detonator)
2. Detonator listrik (electric detonator)
3. Detonator nonel (nonel detonator)
4. Detonator elektronik (electronic detonator)
Yang dimaksud dengan sumbu peledakan disini adalah sumbu api dan
sumbu ledak. Sumbu api adalah sumbu yang disambung ke detonator biasa pada
peledakan dengan menggunakan detonator biasa. Dapat dikatakan bahwa sumbu
api merupakan pasangan detonator biasa, karena detonator biasa tidak dapat
digunakan tanpa sumbu. Fungsi sumbu api adalah untuk merambatkan
api dengan kecepatan tetap pada detonator biasa. Sedangkan sumbu ledak adalah
sumbu yng pada bagian intinya terdapat bahan peledak PETN. Fungsi sumbu
ledak adalah untuk merangkai suatu sistem peledakan tanpa menggunakan
detonator didalam lubang ledak. Sumbu ledak mempunyai sifat tidak sensitive
terhadap gesekan, benturan, arus liar, dan listrik statis.
PERALATAN PELEDAKAN
Peralatan peledakan adalah perangkat pembantu peledakan yang nantinya
dapat dipakai berulang kali. Peralatan peledakan dapat dikelompokan menjadi :
1. Peralatan yang langsung berhubungan dengan teknik peledakan
2. Peralatan pendukung peledakan
Peralatan yang berhubungan langsung dengan peledakan adalah ;
Alat Pemicu ledak
v Pada peledakan listrik ( Blasting Machine)
v Pada peledakan nonel (shot gun / short fire)
Alat Bantu ledak listrik
v Blasting Ohmmeter (BOM)
v Pengukur kebocoran arus listrik
v Multimeter peledakan
v Pengukur kekuatan blasting machine
v Pelacak kilat (lightning detector)
Alat Bantu peledakan lain
v Kabel listrik utama (lead wire) atau sumbu nonel utama (lead in line)
v Cramper (penjepit sambungan sumbu api dengan detonator biasa )
v Meteran (50 ml) dan tongkat bambu ( ± 7 m) diberi skala
Alat pencampur dan pengisi
Peralatan pendukung peledakan antara lain :
a. Alat pendukung utama, berhubungan dengan aspek keselamatan dan
keamanan kerja, serta lingkungan, misalnya alat mengangkut dan alat pengaman
b. Alat pendukung tambahan terfokus pada penelitian peledakan yang tidak
selalu dipakai pada peledakan rutin, misalnya alat pengukur kecepatan detonasi,
pengukur getaran dan pengukur kebisingan
2.4 Pemboran (Drilling)
Terdapat tiga pola pengeboran yang ada pada tambang terbuka, yaitu :
1. Pola bujur sangkar (square pattern), yaitu jarak burden dan spasi sama
Free face
Keuntungan:
Untuk menentukan lubang yang akan dibor lebih mudah karena ukuran
burden sama dengan ukuran spasing ( B = S ). Pada`baris yang sama dan
baris yang berlainan dibuat sejajar dengan lubang yang akan dibor
sehingga waktu untuk menempatkan alat bor lebih cepat.
Pengaturan waktu tunda (delay) peledakan pada pola ini adalah berbentuk
V, sehingga hasil peledakannya terkumpul pada tempat tertentu.
Kerugian:
Volume batuan yang tak terkena pengaruh penyebaran energi bahan
peledak lebih banyak sehingga memungkinkan terjadinya bongkahan
( boulder ) pada batuan hasil peledakan.
Secara teoritis, makin banyak lubang ledak yang dibuat makin banyak pula
nomor delay.
2. Pola persegi panjang (rectangular system), yaitu jarak spasi dalam satu baris
lebih besar dibanding burden
Free face
3. Pola zig-zag (staggered pattern), yaitu antara lubang bor dibuat zig zag
yang berasal dari pola bujur sangkar maupun persegi panjang
Free face
Keuntungan:
1. Dapat memberikan keseimbangan tekanan yang baik, sehingga volume
batuan yang tak terkena pengaruh penyebaran energi bahan peledak lebih
kecil
2. Secara teoritis, delay yang digunakan pada pola ini tidak terlalu banyak,
karena dalam satu baris lubang ledak nomor delay yang digunakan sama.
Kerugian:
1. Waktu untuk menempatkan alat bor pada titik yang akan dibor lebih lama,
karena ukuran burden tidak sama dengan ukuran spacing dan lubang bor
yang akan dibuat tidak sejajar dengan baris yang berlainan.
2. Batuan hasil peledakan akan menyebar karena peledakannya serentak pada
baris yang sama dan beruntun pada baris berikutnya
2. Wedge cut atau V- cut, angled cut yaitu pembuatan lubang tembak yang
membentuksudut ± 60° terhadap bidang bebas (free face).
3. Fan Cut, yaitu pola pemboran yang merupakan setengah dari wedge
cut.Pola ini sangat baik digunakan pada vein yang tipis.
4. Burn cut disebut juga cylinder cut, yaitu pola peledakan dimana lubang
ledak tegak lurus terhadap bidang vertikal atau pada free face. Pola ini
sangat cocok untuk batu yang keras dan regas seperti batu pasir (sandstone)
atau batuan beku dan tidak cocok untuk struktur berlapis.
2.4.3 GEOMETRI PEMBORAN
Geometri Pemboran dan pola pemboran dirancang secara terpadu
dalam rancangan peledakan. Geometri pemboran meliputi : diameter lubang
bor, burden, spasi, kedalaman lubang bor dan kemiringan.
Geometri pemboran juga meliputi arah pemboran. Arah pemboran ada dua
yaitu : arah pemboran tegak dan arah pemboran miring. Lubang tembak yang
dibuat tegak, maka pada bagian lantai jenjang akan menerima gelombang
tekan yang besar, sehingga menimbulkan tonjolan (toe) pada lantai jenjang,
hal ini dikarenakan gelombang tekan sebagian akan dipantulkan pada bidang
bebas dan sebagian lagi akan diteruskan pada bagian bawah lantai jenjang.
Dan energi pada peledakan ini juga tidak cukup untuk memberikan dorongan
untuk melepas batuan dari batuan induknya. Sedangkan dalam pemakaian
lubang tembak miring akan membentuk bidang bebas yang lebih luas,
sehingga akan mempermudah proses pecahnya batuan karena gelombang
tekan yang dipantulkan lebih besar dan gelombang tekan yang diteruskan pada
lantai jenjang lebih kecil. Kemiringan lobang tembak sebenarnya tergantung
pada lokasi peledakan dilapangan.
Gambar 2. Arah Pemboran
ARAH PEMBORAN
Arah lubang bor vertical :
Keuntungan:
1. Pada ketinggian jenjang yang sama, maka kedalaman lubang bor vertical
lebih pendek dari pada lubang bor miring, sehingga waktu pemboran yang
diperoleh lebih cepat.
2. Untuk menempatkan alat pada titik atau posisi batuan yang akan dibor
tidak memerlukan ketelitian yang cermat sehingga waktu untuk melakukan
manuver lebih cepat.
3. Kecepatan penetrasi alat bor akan lebih cepat karena kurangnya gesekan
yang timbul dari dinding lubang bor terhadap batang bor.
4. Pelemparan batuan hasil peledakan lebih dekat.
Kerugian:
1. Mudah terjadi kelongsoran pada jenjang
2. Kemungkinan adanya bongkahan yang besar
3. Kemungkinan terjadi tonjolan pada lantai jenjang.
Kerugian :
1. Kemungkinan terjadinya pelemparan batuan yang lebih jauh.
2. Pada ketinggian jenjang yang sama maka kedalaman lubang bor yang
dibuat lebih panjang dari pada lubang bor vertikal, sehingga membutuhkan
waktu pemboran yang lebih lama.
3. Membutuhkan ketelitian yang cermat untuk menempatkan alat bor pada
titik atau posisi dengan kemiringan tertentu, sehingga membutuhkan waktu
manuver yang agak lama.
Keterangan :
N =jumlah batu yang dibongkar (m3)
Y1 =hasil batu per meter pemboran (M3/drm)
Ab =Umur layanan bit (drm)
Ar =Umur layanan batang bor (drm)
Ac =Umur layanan kopling (drm)
As =Umur layanan adaptor (drm)
3. Corner Cut , yaitu pola peledakkan yang arah runtuhan batuannya kesalah
satu sudut dari bidang bebasnya.
Kondisi batuan dari suatu tempat ketempat yang lain akan berada
walaupun mungkin jenisnya sama. Hal ini disebabkan oleh proses genesa batuan
yang akan mempengaruhi karakteristik massa batuan secara fisik maupun
mekanik. perlu diamati pula kenampakan struktur geologi (retakan, rekahan,
sisipan, bidang diskontinuitas dan sebagainya. Kondisi geologi seperti itu
mempengaruhi kemampu-ledakan. Tentunya pada batuan yang relatif kompak dan
tanpa di dominasi struktur geologi, jumlah bahan peledak yang diperlukan akan
lebih banyak, untuk jumlah produksi tertentu dibanding batuan yang sudah
terdapat rekahannya. Jumlah bahan peledak tersebut dinamakan Specific Charge
atau Powder Factor (PF) yaitu jumlah bahan peledak yang dipakai per m3 atau ton
produksi batuan (kg/m3 atau kg/ton). Dengan demikian makin keras suatu batuan
pada daerah tertentu memerlukan PF yang tinggi agar tegangan batuan terlampaui
oleh kekuatan (strength) bahan peledak.
c) Bila peledakan dilakukan serentak antar baris, maka rasio spasi dan burden
(S/B) dirancang seperti pada gambar 4 dan 5 dengan pola bujur sangkar (square
pattern)
d) Bila peledakan dilakukan pada bidang bebas yang memanjang, maka sistem
penyalaan dan S/B dapat diatur seperti pada Gambar 6 dan 7.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pemboran
Geometri Peledakan
S
FF
H PC L
Floor
Keterangan :
- Burden
- Spacing (S)
,5
- Steaming (T)
,5
- FF = Free face
Keterangan :
Jarak minimal untuk alat (shelter) adalah 300 meter dari area peledakan.
Jarak manusia dari area peledakan yaitu 500 meter. Jarak flying rocks maksimal
100 – 200 ms.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
Kami berharap agar materi Teknik Peledakan dapat lebih dikembangkan baik
mengenai teori, praktikum maupun tingkat profesionalitas dari para pengajar
sendiri.karena Teknik Peledakan adalah salah satu ilmu yang berperan penting
bagi mahasiswa tambang setelah lulus dari bangku perkuliahan nantinya. Selain
itu mereka tidak akan kaku jika berkerja sehubungan dengan Teknik Peledakan
tidak terlepas bahwa mereka adalah calon-calon geologis maupun superfeor.
Sebelum melakukan kegiatan sebaiknya lokasi yang akan di ledakan terlebih
dilakukan orentasi lapangan sehingga sehingga mempercepat proses peledakan
pada lapangan serta dapat diperoleh hasil yang lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
1. Inmarlianto & Singgih Saptono (2003). “Praktikum Teknik Peledakan”,
buku petunjuk, Laboratorium Pemboran & Peledakan, jurusan Teknik
Pertambangan, FTM-UPN “Veteran” Yogyakarta.
2. Peel, (1946), “Minning Engineer,s Handbook”, Vol.I Wiley
3. Peurifoy, RL, (1979), “Construction planning, equipment, and Methods”
Third Edition, McGraw Hill International Book Company
4. Sweet, (1984), “Quarrying”, Technical Pulications Tour, Peart, First
Published.
5. ,(1987), “Explosive and Rock Blasting” Atlas Copco Power
Company.