Anda di halaman 1dari 10

TUGAS SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN

SEKTOR PUBLIK

Kajian Urgensi Implementasi Basis Akrual atas Penyusunan Laporan Keuangan


Pemerintah

Disusun Oleh:
Nama Mahasiswa : Frenky Samuel Takalamingan

NIM / Angkatan : 123012011042

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TRISAKTI
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................... i


A. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
B. TINJAUAN LITERATUR ................................................................... 3
C. PEMBAHASAN .................................................................................. 4
D. KESIMPULAN .................................................................................... 8
REFERENSI .................................................................................................... 8

i
A. PENDAHULUAN

Reformasi di bidang keuangan negara telah dilaksanakan melalui paket


Undang-Undang yang terdiri dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
keuangan negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara dan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggungjawab Keuangan Negara. Ketiganya merupakan landasan dan pedoman
agar keuangan negara dapat dikelola secara tertib, ekonomis, efisien, efektif, transparan
dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Sejalan
dengan tujuan tersebut, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 mengamanatkan untuk
mewujudkan penyelenggaraan negara yang bebas dan bersih dari korupsi, kolusi dan
nepotisme..

Berdasarkan pasal 36, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Pemerintah


harus melakukan pengakuan dan pnegukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 13, 14, 15, dan 16 dan dilaksanakan
selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun, yaitu Tahun 2008. Dalam rangka pengakuan
dan pengukuran berbasis kas tersebut, Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
(KSAP) menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005 yang mengatur
Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis kas menuju akrual. PP Nomor 24 Tahun
2005 tersebut merupakan peraturan pemerintah transisi karena pemerintah memandang
sumber daya manusia dan teknologi informasi yang ada belum siap untuk mendukung
pelaksanaan akuntansi berbasis akrual.

Pada Tahun 2015, pemerintah telah menerapkan Standar Akuntansi Berbasis


Akrual. Hal ini membuat pemerintah pusat dan daerah tidak ada pilihan lagi untuk
menunda implementasi SAP tersebut. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun
2010 menjadi dasar untuk menyusun laporan keuangan Pemerintah. Tujuan pemerintah
menerapkan standar berbasis akrual tentunya ingin melakukan perbaikan kualitas
penyajian informasi keuangan dari pemerintah. Perbaikan ini salah satunya adalah dari

1
sisi transparansi dan akuntabilitas informasi laporan keuangan. Permasalahan inilah
yang menjadi kendala dimana sumber daya manuasia yang dimiliki belum sesuai yang
diharapkan. Sehingga pelaksanaan standar akuntansi berbasis akrual ini dianggap
terlalu dipaksakan. Berdasarkan amanat dari Undang-Undang 17 tahun 2013 serta
meilihat kondisi penurunan opini WTP yang diterima oleh KL dari tahun 2011 s.d 2014
maka perubahan sistem akuntansi sepertinya memang harus dilakukan untuk
meningkatkan akuntabilitas keuangan.

2
B. TINJAUAN LITERATUR

1) Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual


Pengertian akuntansi berbasis akrual dalam PP No 71 Tahun 2010 adalah
basis akuntansi dimana transaksi ekonomi atau peristiwa akuntansi diakui, dicatat
dan disajikan dalam laporan keuangan tersebut pada saat terjadinya transaksi,
tanpa memperhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau dibayarkan. Satrio
et al, (2016). Untuk mewujudkan akuntansi berbasis akrual, dibutuhkan aparat
pemerintah yang mampu menerapkannya dalam praktik. Harus diakui, bukanlah
hal yang mudah untuk melakukan perubahan sebuah sistem akuntansi. Setiap
perubahan memerlukan proses yang panjang dan melelahkan, peraturan yang
mendukung, penyediaan prasarana fisik, sumber daya manusia yang kompeten,
sistem informasi, dan yang paling penting adanya kemauan, komitmen dan
dukungan pimpinan dalam mengawal proses perubahan ini. Irsan (2018).
2) Pengertian Basis Akrual
Sebagaimana disimpulkan oleh KSAP (2006), basis akuntansi akrual, adalah
suatu basis akuntansi dimana transaksi ekonomi dan peristiwa lainnya diakui,
dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi
tersebut, tanpa memerhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau dibayarkan.
Basri et al, (2016) dalam Irsan (2018) menyimpulkan tujuan pelaporan yang tidak
dapat dipenuhi oleh basis kas mampu dipenuhi oleh basis akrual. Tujuan
pelaporan yang dimaksud adalah tujuan manajerial dan pengawasan.
3) Manfaat Basis Akrual
Penggunaan basis akrual bermanfaat untuk: (a) menyediakan gambaran yang
utuh atas posisi keuangan pemerintah; (b) menyajikan informasi yang lebih
komprehensif dan lebih familiar bagi lebih banyak orang; (c) informasi yang
akurat tentang kewajiban pemerintah; (d) memperkuat pengelolaan dan
pengembangan anggaran, secara khusus melalui pengakuan dan pengendalian
aset dan kewajiban pemerintah; (e) standar yang dapat diterima umum; (f) sesuai
Statistik Keuangan Pemerintah (GFS) yang dipraktekkan secara internasional
Margareta et al (2015) dalam Irsan (2018)

3
C. PEMBAHASAN
1) Perkembangan dan Dasar Hukum Sistem Akuntansi berbasis Akrual
a) Berdasarkan Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
1) Pasal (1) Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang
dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun
berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut, Pendapatan negara/daerah dalah hak
pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
Belanja negara/daerah adalah kewajiban pemerintah pusat/daerah yang diakui
sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.
2) Pasal 36 ayat (1) bahwa Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran
pendapatan dan belanja berbasis akrual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
angka 13, 14, 15, dan 16 undang-undang ini dilaksanakan selambat-lambatnya
dalam 5 (lima) tahun, yaitu Tahun 2008. Selama pengakuan dan pengukuran
pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan
pengakuan dan pengukuran berbasis kas.
b) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 mensyaratkan bahwa pemerintah harus
melakukan pengakuan dan pengukuran atas pendapatan dan belanja berbasis akrual
dilaksanakan selambat-lambatnya pada tahun anggaran 2008 dan selama
pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum
dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas.
c) Pemerintah menetapkan PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) yang menganut basis kas menuju akrual (cash toward
accrual/CTA) Sesuai amanat pasal 36 ayat (1) UU 17 tahun 2003 dan UU No. 1
tahun 2004. Komite Standar Akuntansi Pemerintah (KSAP) memandang bahwa
sumber daya manusia dan teknologi informasi yang ada belum siap untuk
mendukung pelaksanaan akuntansi berbasis akrual, Rianto, (2016).
d) Pada tanggal 24 September 2008, Ketua BPK menyampaikan surat kepada Presiden
melalui Surat Nomor:90/S/I/09/2008 perihal perubahan ketentuan jadwal waktu
penerapan basis akrual paket tuga UU tentang keuangan Negara Tahun 2003-2004.

4
Pada intinnya BPK meminta agar Presiden mengambil langkah-langkah yang
diperlukan untuk merubah jadwal waktu penerapan akuntansi berbasis akrual.
e) Selanjutnya, Pemerintah yang diwakili Menteri Keuangan didampingi oleh Komite
Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) pada tanggal 25 September 2008
berkonsultasi dengan pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Pemerintah dan
DPR sepenuhnya menyadari bahwa penerapan akuntansi berbasis akrual belum
dapat diterapkan sepenuhnya dalam tahun 2008 sehingga menyepakati untuk
mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual secara bertahap, terhitung mulai
tahun 2009 sesuai dengan kondisi dan kemampuan Indonesia. Penerapan akuntansi
secara bertahap tersebut selanjutnya diatur setiap tahun dalam pasal-pasal yang
berkaitan dengan pelaporan keuangan dalam undang-undang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN). Pemerintah menyadari belum diterapkannya SAP
Berbasis Akrual juga dikarenakan belum siapnya Sumber Daya Manusia (SDM).
Sitem, aturan dan masa transisi.
f) Pemerintah melalui KSAP baru menetapkan Sistem Akuntansi Pemerinta berbasis
akrual pada Tahun 2010 melalui PP Nomor 71 Tahun 2010. PP tersebut
menetapkan bahwa Pemerintah harus menerapkan SAP berbasis akrual paling
lambat pada Tahun 2015.
g) Dalam rangka penerapan akuntansi berbasis akrual, Menteri Keuangan melakukan
penyempurnaan atas Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) melalui Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 213/PMK.05/2013 tentang Sistem Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat. Sesuai PMK Nomor 213/PMK.05/2013,
tujuan ditetapkannya SAPP adalah sebagai berikut.
1) Menjaga aset Pemerintah Pusat dan instansi-instansinya melalui pencatatan,
pemrosesan, dan pelaporan transaksi keuangan yang konsisten sesuai dengan
standar dan praktek akuntansi yang diterima umum;
2) Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran dan
kegiatan keuangan Pemerintah Pusat, baik secara nasional maupun instansi
yang berguna sebagai dasar penilaian kinerja, untuk menentukan ketaatan
terhadap otorisasi anggaran dan untuk tujuan akuntabilitas;
3) Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan suatu
instansi dan Pemerintah Pusat secara keseluruhan; dan

5
4) Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan,
pengelolaan, dan pengendalian kegiatan dan keuangan Pemerintah secara
efisien.

Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) diselenggarakan untuk menghasilkan


Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) yang merupakan hasil konsolidasi
dari Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara (LKBUN) yang dihasilkan
melalui Sistem Akuntansi BUN (SA-BUN) dan Laporan Keuangan Kementerian
Lembaga (LKKL) yang dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Instansi (SAI).

5) Kondisi Opini Laporan Keuangan Sebelum Penerapan Akuntansi Pemerintah


Berbasis Akrual.
Untuk memberikan keyakinan kepada pengguna para laporan keuangan yang
disajikan oleh pemerintah, maka diterbitkan Undang-undang (UU) No. 15
Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara. Pada UU tersebut disebutkan bahwa BPK melaksanakan pemeriksaan
atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Salah satu bentuk
pemeriksaan adalah pemeriksaan keuangan yang merupakan pemeriksaan atas
laporan keuangan yang menghasilkan laporan hasil pemeriksaan yang memuat
opini yang merupakan pernyataan profesional sebagai kesimpulan pemeriksa
mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.
Berdasarkan Opini yang dikeluarkan oleh BPK RI tahun 2011 s.d 2015,
diketahui terdapat penurunan jumlah Kementerian Lembaga (K/L) yang
memperoleh opini WTP, dengan rincian pada tabel berikut.

Tabel 1. Daftar Opini LK K/L tahun 2011 s.d 2014


Opini 2011 2012 2013 2014 2015

WTP 76,25% 71,26% 74,71% 71,26% 65,12%

WDP 21,25% 25,29% 21.84% 20,69% 30,23%

TMP 2,5% 3,45% 3,45% 8,05% 4,65%

(Suumber: BPK RI, 2015)

6
Tahun 2015 merupakan masa transisi dalam pergantian basis akuntansi yang digunakan
oleh pemerintah pusat dari sebelumnya menggunakan basis kas menuju akrual (cash
toward accrual/CTA) menjadi basis akrual. Hal ini tentunya disertai dengan adanya
perubahan pada sistem akuntansi pemerintah pusat yang sedikit banyak dapat
berpengaruh terhadap Kualitas Laporan Keuangan terutama pada masa-masa awal
penerapan basis akrual. Pada masa transisi ini tentunya masalah kualitas sumber daya
manusia dan ketersediaan sistem informasi yang dijadikan alasan pemerintah sebagai
alasan penundaan penerapan sistem akuntansi pemerintahan berbasis akrual
diharapakan sudah tidak ada lagi. Namun demikian, secara kasat mata, tahun 2015 yang
merupakan tahun peralihan basis akuntansi, menjadi tahun dengan nilai persentase
perolehan opini WTP terendah yang diperoleh oleh Kementerian/Lembaga selama lima
tahun terakhir. Hal ini bias saja terjadi karena masalah yang sebelumnya dihadapi oleh
pemerintah masih terjadi karena dalam proses transisi perubahan basis akuntansi kas
menuju akrual menjadi basis akrual, pemerintah perlu mempertimbangkan kapabilitas
entitas terkait sistem akuntansi dan kemampuan staf penyusun laporan keuangan agar
kualitas laporan keuangan dapat tetap terjaga IFAC Public Sector Committee, (2002)
dalam Rianto (2016). Selanjutnya hasil pemeriksaan LKPP tahun 2016, pemerintah
akhirnya mendapatkan opini WTP pertama kali. Pada LKPP tahun 2016, LKKL yang
memperoleh opini WTP menjadi sebanyak 84%, WDP sebanyak 9% dan TMP
sebanyak 7%. Keberhasilan yang diraih oleh pemerintah tidak lepas dari penerapan
akuntansi berbasis akrual yang mampu meningkatkan akuntabilitas keuangan
pemerintah.

7
D. KESIMPULAN
Penerapan Sistem Akuntansi berbasis Akrual yang tidak tepat waktu sesuai dengan
yang diharapkan memang tidak dapat dihindari, hal tersebut dikarenkan
ketidaksiapan SDM, sistem aplikasi teknologi yang terpadu, aturan dan transisi
sistem akuntansi. Amanat UU No 17 tahun 2003 dan UU No. 1 tahun 2004 tetap
dapat dilaksanakan meskipun penerapannya baru dapat dilakukan di tahun 2015,
dengan harapan akuntanbilitas keuangan yang dihasilkan dapat menjadi lebih
berkualitas.

E. REFERENSI

1. Undang –Undang Nomo1 17 Tahun 2003 tentang keuangan Negara.


2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara.
4. Nasution, Irsan. 2018. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dan
Internal Audit Terhadap Pencegahan Korupsi yang Dimediasi Oleh Implementasi
Akuntansi Berbasis Akrual (Studi pada Pemerintah Propinsi Sumatra Utara) Tesis :
Trisakti
5. Rianto, Laskar. 2016. Analisis Perbedaan Kualitas Laporan Keuangan
Kementerian/Lembaga Sebelum Dan Setelah Perubahan Basis Akuntansi Dan
Pengaruh Nilai Persediaan, Pendapatan, Dan Belanja Terhadap Kualitas Laporan
Keuangan.
6. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Sitem Akuntansi Pemerintah
7. Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2010 tentang Sistem Akuntansi Pemerintah

Anda mungkin juga menyukai