SEKTOR PUBLIK
Disusun Oleh:
Nama Mahasiswa : Frenky Samuel Takalamingan
i
A. PENDAHULUAN
1
sisi transparansi dan akuntabilitas informasi laporan keuangan. Permasalahan inilah
yang menjadi kendala dimana sumber daya manuasia yang dimiliki belum sesuai yang
diharapkan. Sehingga pelaksanaan standar akuntansi berbasis akrual ini dianggap
terlalu dipaksakan. Berdasarkan amanat dari Undang-Undang 17 tahun 2013 serta
meilihat kondisi penurunan opini WTP yang diterima oleh KL dari tahun 2011 s.d 2014
maka perubahan sistem akuntansi sepertinya memang harus dilakukan untuk
meningkatkan akuntabilitas keuangan.
2
B. TINJAUAN LITERATUR
3
C. PEMBAHASAN
1) Perkembangan dan Dasar Hukum Sistem Akuntansi berbasis Akrual
a) Berdasarkan Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
1) Pasal (1) Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang
dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun
berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut, Pendapatan negara/daerah dalah hak
pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
Belanja negara/daerah adalah kewajiban pemerintah pusat/daerah yang diakui
sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.
2) Pasal 36 ayat (1) bahwa Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran
pendapatan dan belanja berbasis akrual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
angka 13, 14, 15, dan 16 undang-undang ini dilaksanakan selambat-lambatnya
dalam 5 (lima) tahun, yaitu Tahun 2008. Selama pengakuan dan pengukuran
pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan
pengakuan dan pengukuran berbasis kas.
b) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 mensyaratkan bahwa pemerintah harus
melakukan pengakuan dan pengukuran atas pendapatan dan belanja berbasis akrual
dilaksanakan selambat-lambatnya pada tahun anggaran 2008 dan selama
pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum
dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas.
c) Pemerintah menetapkan PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) yang menganut basis kas menuju akrual (cash toward
accrual/CTA) Sesuai amanat pasal 36 ayat (1) UU 17 tahun 2003 dan UU No. 1
tahun 2004. Komite Standar Akuntansi Pemerintah (KSAP) memandang bahwa
sumber daya manusia dan teknologi informasi yang ada belum siap untuk
mendukung pelaksanaan akuntansi berbasis akrual, Rianto, (2016).
d) Pada tanggal 24 September 2008, Ketua BPK menyampaikan surat kepada Presiden
melalui Surat Nomor:90/S/I/09/2008 perihal perubahan ketentuan jadwal waktu
penerapan basis akrual paket tuga UU tentang keuangan Negara Tahun 2003-2004.
4
Pada intinnya BPK meminta agar Presiden mengambil langkah-langkah yang
diperlukan untuk merubah jadwal waktu penerapan akuntansi berbasis akrual.
e) Selanjutnya, Pemerintah yang diwakili Menteri Keuangan didampingi oleh Komite
Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) pada tanggal 25 September 2008
berkonsultasi dengan pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Pemerintah dan
DPR sepenuhnya menyadari bahwa penerapan akuntansi berbasis akrual belum
dapat diterapkan sepenuhnya dalam tahun 2008 sehingga menyepakati untuk
mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual secara bertahap, terhitung mulai
tahun 2009 sesuai dengan kondisi dan kemampuan Indonesia. Penerapan akuntansi
secara bertahap tersebut selanjutnya diatur setiap tahun dalam pasal-pasal yang
berkaitan dengan pelaporan keuangan dalam undang-undang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN). Pemerintah menyadari belum diterapkannya SAP
Berbasis Akrual juga dikarenakan belum siapnya Sumber Daya Manusia (SDM).
Sitem, aturan dan masa transisi.
f) Pemerintah melalui KSAP baru menetapkan Sistem Akuntansi Pemerinta berbasis
akrual pada Tahun 2010 melalui PP Nomor 71 Tahun 2010. PP tersebut
menetapkan bahwa Pemerintah harus menerapkan SAP berbasis akrual paling
lambat pada Tahun 2015.
g) Dalam rangka penerapan akuntansi berbasis akrual, Menteri Keuangan melakukan
penyempurnaan atas Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) melalui Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 213/PMK.05/2013 tentang Sistem Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat. Sesuai PMK Nomor 213/PMK.05/2013,
tujuan ditetapkannya SAPP adalah sebagai berikut.
1) Menjaga aset Pemerintah Pusat dan instansi-instansinya melalui pencatatan,
pemrosesan, dan pelaporan transaksi keuangan yang konsisten sesuai dengan
standar dan praktek akuntansi yang diterima umum;
2) Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran dan
kegiatan keuangan Pemerintah Pusat, baik secara nasional maupun instansi
yang berguna sebagai dasar penilaian kinerja, untuk menentukan ketaatan
terhadap otorisasi anggaran dan untuk tujuan akuntabilitas;
3) Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan suatu
instansi dan Pemerintah Pusat secara keseluruhan; dan
5
4) Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan,
pengelolaan, dan pengendalian kegiatan dan keuangan Pemerintah secara
efisien.
6
Tahun 2015 merupakan masa transisi dalam pergantian basis akuntansi yang digunakan
oleh pemerintah pusat dari sebelumnya menggunakan basis kas menuju akrual (cash
toward accrual/CTA) menjadi basis akrual. Hal ini tentunya disertai dengan adanya
perubahan pada sistem akuntansi pemerintah pusat yang sedikit banyak dapat
berpengaruh terhadap Kualitas Laporan Keuangan terutama pada masa-masa awal
penerapan basis akrual. Pada masa transisi ini tentunya masalah kualitas sumber daya
manusia dan ketersediaan sistem informasi yang dijadikan alasan pemerintah sebagai
alasan penundaan penerapan sistem akuntansi pemerintahan berbasis akrual
diharapakan sudah tidak ada lagi. Namun demikian, secara kasat mata, tahun 2015 yang
merupakan tahun peralihan basis akuntansi, menjadi tahun dengan nilai persentase
perolehan opini WTP terendah yang diperoleh oleh Kementerian/Lembaga selama lima
tahun terakhir. Hal ini bias saja terjadi karena masalah yang sebelumnya dihadapi oleh
pemerintah masih terjadi karena dalam proses transisi perubahan basis akuntansi kas
menuju akrual menjadi basis akrual, pemerintah perlu mempertimbangkan kapabilitas
entitas terkait sistem akuntansi dan kemampuan staf penyusun laporan keuangan agar
kualitas laporan keuangan dapat tetap terjaga IFAC Public Sector Committee, (2002)
dalam Rianto (2016). Selanjutnya hasil pemeriksaan LKPP tahun 2016, pemerintah
akhirnya mendapatkan opini WTP pertama kali. Pada LKPP tahun 2016, LKKL yang
memperoleh opini WTP menjadi sebanyak 84%, WDP sebanyak 9% dan TMP
sebanyak 7%. Keberhasilan yang diraih oleh pemerintah tidak lepas dari penerapan
akuntansi berbasis akrual yang mampu meningkatkan akuntabilitas keuangan
pemerintah.
7
D. KESIMPULAN
Penerapan Sistem Akuntansi berbasis Akrual yang tidak tepat waktu sesuai dengan
yang diharapkan memang tidak dapat dihindari, hal tersebut dikarenkan
ketidaksiapan SDM, sistem aplikasi teknologi yang terpadu, aturan dan transisi
sistem akuntansi. Amanat UU No 17 tahun 2003 dan UU No. 1 tahun 2004 tetap
dapat dilaksanakan meskipun penerapannya baru dapat dilakukan di tahun 2015,
dengan harapan akuntanbilitas keuangan yang dihasilkan dapat menjadi lebih
berkualitas.
E. REFERENSI