Dr.H.MUHAIMIN, SH.,M.Hum
SEMESTER II
Oleh :
SLAMET SURYANTO
I2B022062
1
A. IMPLIKASI YURIDIS PENERAPAN METODE BASIS AKRUAL DALAM
PENETAPAN PAD. APBD KABUPATEN LOMBOK BARAT (STUDI KASUS
KABUPATEN LOMBOK BARAT)
B. Latar Belakang
Bahwa dalam sebuah tata Kelola pemerintahan setiap pencataaan atas akutansi
tata kelola bsinis pemerintahan yang baik dan benar. hal ini sejalan dengan kebijakan
hukum pada Undang- undang Nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan negara vide
Pasal 32 (1) (2) Undang undang a quo pada pokoknya menentukan atau
APBD disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan yang
undnag a quo . sehingga pada akhirnya tanggal 22 oktober tahun 2010 pemerintah
pemerintahan di Indonesia.
1
Lihat Pasal 32 UU 17 2003
2
anggaran negara.2 Bentuk pertanggungjawaban anggaran terdahulu hanya dilakukan
dalam bentuk penyajian Perhitungan Anggaran Negara (PAN) dimana informasi yang
terkandung didalamnya hanya mengenai pendapatan dan belanja negara. wajah baru
17 tahun 2003 yang dilakukan pada tanggal 17 Mei 2003 sehingga dapatlah dikatakan
Belanja Negara dilakukan dalam bentuk pelaporan keuangan dimana penyusunan dan
meliputi: Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus Kas (LAK) dan
Dalam dunia akuntansi pemerintahan dikenal 2 (dua) jenis basis akuntansi, yaitu
basis kas dan basis akrual.4 Perbedaan utama dalam kedua basis ini terdapat pada
saat pengakuan (time for recognition). Dalam akuntansi berbasis kas, secara
sederhana dapat diartikan bahwa pendapatan dicatat atau diakui ketika terjadi arus
kas masuk dan pengeluaran dicatat atau diakui ketika terjadi arus kas keluar.
Sedangkan dalam akuntansi berbasis akrual, persitiwa akuntansi diakui, dicatat, dan
disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa
2
Majalah Treasury, Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual, Jakarta, Majalah Treasury, 2014,
Hal.3
3 Ibid
4 Ibid
5 Ibid
3
Pada sistem ini pendapatan akan diakui pada saat suatu hak muncul dan tidak
hanya pada saat terjadinya arus kas masuk ke kas negara. Belanja akan diakui pada
saat suatu kewajiban muncul dan tidak hanya pada saat terjadinya arus kas keluar
dari kas negara. Untuk aset, akan diakui pada saat potensi ekonomi masa depan
diperoleh dan mempunyai nilai yang dapat diukur dengan andal. 6 kebijakan ini sejalan
dengan salah satu prinsip akuntansi yaitu bahwa biaya yang dikeluarkan sebanding
dari basis kas menuju Basis akrual menjadi akrual, Pernyataan Standar Akutansi
KSAP tetap harus melalui proses baku penyusunan SAP dan mendapat pertimbangan
Secara sederhana perbedaan yang sangat mendasar antara cash toward accrual
(Basis kas menuju Basis Akrual) dengan basis akrual adalah mengenai pengakuan
Laporan Perubahan Saldo Anggaran. Laporan keuangan yang selama ini disusun,
6 Ibid
77
Lihat penjelasan PP No 71 Tahun 2010
4
3. Kurang memberikan jejak atas perubahan nilai ekuitas (hak dari pemilik
modal/pemerintah), karena setiap transaksi yang terkait aset dan kewajiban akan
langsung membebani ekuitas;
Berdasarkan uraian diatas maka dapatlah dipahami dalam hal sistem akutansi
pemerintahan Indonesia sejak tahun 2010 mengalami perubahan yakni dari basis kas
menuju basis akrual dengan perbedaan mendasar yakni dalam akutansi berbasis kas,
secara sederhana dapat diartikan bahwa pendapatan dicatat atau diakui ketika terjadi
arus kas masuk dan pengeluaran dicatat atau diakui ketika terjadi arus kas keluar.
Sedangkan dalam akuntansi berbasis akrual, pendapatan akan diakui pada saat
suatu hak muncul dan tidak hanya pada saat terjadinya arus kas masuk ke
kas negara. Belanja akan diakui pada saat suatu kewajiban muncul dan
tidak hanya pada saat terjadinya arus kas keluar dari kas negara, dengan
kata lain pendapatan atau pengeluaran telah diakui sebagai sebuah pendapatan atau
pengeluaran pada saat kewajiban itu muncul tanpa melihat fisik atau secara
nyata nominal dari jumlah uang tersebut serta tanpa melihat waktu hal inilah
berbasis akrual yang telah diamanahkan oleh Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003
dan Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004.9 sehingga kewajiban ini mengikat seluruh
8
Lihat Pasal 4 PP 71 tahun 2010
9 Loc. Cit Majalah treasury I Hal 1
5
hukum tersebut dalam Penyusunan APBN maupun APBD dilakukan dalam pencatatan
Kabupaten Lombok Barat Sebagai salah satu organ pemerintahan daerah yang
Dokumen Peraturan Bupati Lombok Barat Nomor 54 Tahun 2019 tentang Pedoman
dalam tahun 2023 khusus terkait atas Pendapatan Asli Daerah, sebagaimana tersebut
Dalam ringkasan APBD Kabupaten Lombok Barat dapat diketahui angka Pedapatan
Asli Daerah Lombok Barat tahun 2023 ditetapkan sejumlah atau senilai
Kemenetrian Keuangan per 23 mei 2023 berada pada posisi Capaian pada angka 24,
penulisan pada tugas penulisan proposal pada mata kuliah Metode Penelitian Hukum
ini mengambil judul untuk penelitian ini yaitu: IMPLIKASI YURIDIS PENERAPAN
10
Perbup Lombok Barat Nomor 54/2019 dalam
https://jdihn.go.id/files/219/PERBUP%20NO.%2054%20TH%202019.pdf
11
RINGKASAN APBD PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN ANGGARAN 2023 dalam
file:///C:/Users/ACER/Downloads/Ringkasan%20APBD.pdf
6
C. Rumusan Masalah
1. Tujuan Penelitian
Daerah.
2. Manfaat Penelitian
7
Asas Umum Pemerintahan yang Baik AAUPB sehingga Tercipta Good
umumnya agar dapat mengambil tindakan yang tepat dan juga sangat
dalam praktiknya dapat menerapkan Formulasi yang tepat pada aktivitas tata
Kelola pemerintahan.
E. Orisinalitas Penelitian
Legal Due Diligence Dalam Penetapan Pendapatan Asli Daerah Berbasis Akrual
Kasus Pemkab Lombok Barat)” belum pernah ditulis sebelumnya, akan tetapi
8
penelitian dalam rumpun ilmu hukum dengan tujuan mengetahui
bekerjanya hukum dalam hal ini adalah akibat atau implikasi dari kebijakan
Hukum atas keberlakuan PP 71 tahun 2010 tentang Standar Akutansi
Pemerintahan, serta dalam penelitian ini menitik beratkan Implikasi Yuridis
dari penetapan PAD kabupaten Lombok Barat berdasarkan Pencatatan Basis
Akrual sebagaimana Ketentuan dalam Standar Akutansi Pemerintahan;
4. Jurnal “ Saprudin” Jurnal Ekuitas- Jurnal Pendidikan Ekonomi, 2017
Universitas Gorontalo,” KESIAPAN PEMERINTAH DAERAH DALAM
PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL
(Studi Kasus Pada Badan Keuangan Provinsi Gorontalo)”
a. Persamaan pada penitian yang dilakukan oleh Saprudin dai Universitas
Gorontalo dan Penelitian Kali Ini memiliki kesamaan yakni sama sama
mengkaji dan menganalisis Basis Akrual yang merupakan salah satu
komponen dari Standar Akutansi Pemerintahan dalam artian penelitian
mengkaji dari Operasional atas keberlakuan Basis Akrual pada Organ
Pemerintah Daerah;
b. Perbedaan Pada Penelitian yang dilakukan oleh Saprudin merupakan
murni Penelitian Rumpun ilmu Akutansi yang menggunakan metode
Populasi dengan titik sentral penelitian memfokuskan pada sumber daya
manusia dan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap
Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual Pada Badan
Keuangan Provinsi Gorontalo sedangkan pada penilitian Kali ini
merupakan penelitian dalam rumpun ilmu hukum dengan tujuan
mengetahui bekerjanya hukum dalam hal ini adalah akibat atau implikasi
dari kebijakan Hukum atas keberlakuan PP 71 tahun 2010 tentang
Standar Akutansi Pemerintahan, serta dalam penelitian ini menitik
beratkan Implikasi Yuridis dari penetapan PAD kabupaten Lombok Barat
berdasarkan Pencatatan Basis Akrual sebagaimana Ketentuan dalam
Standar Akutansi Pemerintahan
perlunya ada batasan - batasan terhadap materi penelitian maupun obyek yang
dalam memahami apa inti dari permasalahan yang ada. Adapun ruang lingkup
dalam penelitian ini yaitu kajian pokok penelitian adalah memfokuskan pada
Implikasi yuridis atas keberlakuan dan daya ikat dari Pencatatan dan Penetapan
9
F. Landasan Teori dan Konseptual
5. Landasan Teori
pasti, ketentuan atau ketetapan hukum secara hakiki yang harus bersifat pasti
dan adil.12 Ketentuan Pasti berperan sebagai pedoman kelakukan dan adil
karena pedoman kelakuan itu harus menunjang suatu tatanan yang dinilai
wajar. Hanya karena bersifat adil dan dilaksanakan dengan pasti hukum dapat
Dalam ranah praktik kepastian hukum ini menurut kelsen dapat berlaku
bila sebuah kebijakan itu dituangkan dalam norma hukum positif yang tersusun
tentang apa yang harus dilakukan. Norma-norma adalah produk dan aksi
manusia yang deliberatif.15 Aturan-aturan atau noram norma hukum positif itu
berperan menjadi batasan atau sebagai control sosial bagi masyarakat dalam
12
Dominikus Rato, Filsafat Hukum Mencari: Memahami dan Memahami Hukum, Laksbang
Pressindo, Yogyakarta, 2010, hlm.59
13
Ibid
14
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta, 2008, hlm.158.
15
Ibid
10
itu dan pelaksanaan aturan tersebut menimbulkan kepastian hukum dalam
sebuah kebijakan.16
dan mandiri, karena menurut kaum positifis hukum tidak lebih dari
ini lahir dari ranah praktik dimana pada realitasnya, keadilan hukum sering
16
Ibid
17
Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Penerbit Citra Aditya Bakti,Bandung, 1999,
hlm.23.
18
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), Toko Gunung Agung,
Jakarta, 2002, hlm. 82-83
11
begitupun sebaliknya sebagaimana telah diketahui secara umum keadilan
yang berlaku secara rigit atau formal semata tanpa menghitung keadilan
substantif. menurut gustav dalam praktik terkait atas tiga nilai dasar tujuan
hukum tersebut, pada saat terjadi benturan, maka mesti ada yang
dikorbankan. Untuk itu, asas prioritas yang digunakan oleh Gustav Radbruch
1. Keadilan Hukum;
2. Kemanfaatan Hukum;
3. Kepastian Hukum.
yang mana salah satu menjadi pilihan dan yang lain dapat disimpangi.19
Radbruch telah usang karena Kepastian hukum yang terjadi bersifat rigit
dan kepastian ketiga fondasi ini harus terpenuhi secara utuh demi
19
onny Pungus, Teori Tujuan Hukum, dalam http://sonny-tobelo.com/2010/10/teori-tujuanhukum-gustav-
radbruch-dan.html
20
Hayanuul Haq dalam Konsepsi Restorative Justice (Part 1): Keutuhan sebagai Basis Sustainabilitas
Kehidupan Bersama https://youtu.be/GpuqTCXZ0Tc
12
kepastian hukum ini sudah seharusnya memenuhi nilai nilai Keadilan,
G. Teori Kewenangan
dengan perintah Hukum dasar Pasal 1 Angka 3 UUD 45, berbicara kewenangan
akibat hukum, namun juga untuk dapat berbuat atau melakukan sesuatu,
13
2. Delegasi yaitu pelimpahan wewenang dari satu pemangku jabatan ke
pihak lain (pejabat lain, organ lain) pelimpahan tersebut juga diatur
dalam Undang-undang, dimana kewenangan yang telah diserahkan
mengakibatkan pemberi kewenangan tidak mempunyai lagi
wewenangnya, serta tanggung jawab gugat dan tanggung jawab hukum
beralih kepada pejabat penerima delegasi;
3. Mandat, penugasan yang dilakukan oleh atasan (yang memperoleh
wewenangnya dari atribusi atau delegasi) kepada bawahan, dan
tanggung jawab hukum maupun tanggung jawab gugat tetap berada
pada pemberi mandat vide Pasal 1 ayat (2) Undang-undang No.5 Tahun
1986 Juncto Undang-undang No.9 Tahun 2004, Undang-undang No.51
Tahun 2009 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
Berbasis Akrual.
diartikan sebagai sebuah catatan informasi atas segala kegiatan ekonomi yang
berfngsi sebagai sebuah media informasi dalam rangka control atas lahirnya
bersumber dari ranah praktik amaupun akademik berisi laporan, catatan atas
25
Hamonangan Siallagan, Teori AKutnasi Edisi Pertama, (Medan, Sumatera Utara LPPM Press),2020
hal. 7
14
control dalam rangka melahirkan kebijakan ekonomi yang tepat sesuai dengan
laporan keuangan suatu perusahaan bisa dimengerti oleh siapa pun dengan
latar belakang apapun. Dalam hal ini, dinamakan Standar Akuntansi Keuangan
lembaga lainnya, dan masyarakat. Jika tidak ada PABU, maka sebuah entitas
kompertemen Akuntan Sektor Publik di IAI pada tanggal 8 Mei 2000 yang salah
Draft Standar Akuntansi Sektor publik yang dikeluarkan oleh Dewan Standar
26 Ibid hal. 30
27
Nuramalia Hasanah Dan Achmad Fauzi, AKutansi Pemerintahan, (Bogor, In Media), 2017, Hal. 23
28 Ibid
29 Ibid hal 27
15
Akuntansi Sektor Publik- IAI. Ada enam Exiposure Draft yang dikeluarkan
antara lain :
Tanggal 13 Juni 2002 tentang komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan
2004. Komite ini bekerja dengan melibatkan banyak unsur yang secara formal
Standar Akuntansi Pemerntah pada tanggal 5 Oktober 2004, yang telah diubah
16
menyajikan laporan keuangan pemerintah pusat dan / atau pemerintah
daerah.30
strategi yang ditawarkan oleh KSAP salah satunya adalah proses transisi
menekankan pada :
a. Pemerintah pusat;
b. Pemerintah daerah;
c. Masing-masing kementerian negara/lembaga di lingkungan pemerintah
pusat;
d. Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau;
e. Organisasi lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan
satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.
30 ibid
31 Ibid
32 Ibid
17
berdasarkan uraian diatas terhadap standar akutansi pemerintahan
dari teori akuntasi dasar yang sesuai dengan doktrin dalam ilmu akutansi,
yang utuh atas segala aktivitas maupun perlakuan akutansi dari setiap ensitas
dilakukan berdasarkan basis akrual yakni dalam basis ini tidak suatu hak atau
2. Landasan Konseptual
and its actual independence. Jadi ada 2 ciri hakikat dari otonomi
18
self government atau the condition of living under one’s own laws.
Jadi otonomi daerah adalah daerah yang memiliki legal self sufficiency
yang bersifat self government yang diatur dan diurus oleh own laws.
33
I Nyoman S. Efektifitas Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah, (Jakarta.Citra Utama). 2005 hal.
39.
34
Ibid
35
Sondang P.S. Administrasi Pembangunan; Konsep Dimensi dan Strateginya, (Jakarta. Bumi Aksara).
2007.hal.10
36 Opcit. I Nyoman. Hal 41
19
Otonomi daerah, menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
undangan.
Visi otonomi daerah itu sendiri dapat dirumuskan dalam tiga ruang
program pembangunan.38
Taliziduhu Ndraha. Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru), (Jakarta .Rineka Cipta). 2003
37
hal 42-43
38 Ibid
20
Sehingga berdasarkan urain diatas dapatlah dipahami otonomi daerah
APBD.39
BPK RI, Dokumen Laporan Hasil Reviu Atas Kemandirian FiSkal Pemeritah Daerah Tahun Anggaran
39
21
Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana
dikelompokkan atas : 41
atau kegiatan, maka belanja terdiri dari atas 2 (dua) kelompok, yaitu:
22
1. Belanja tidak langsung, terdiri dari: Belanja pegawai (gaji dan
tunjangan), belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja
bantuan social, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja
tidak terduga;
2. Belanja langsung terdiri dari belanja pegawai (honorarium/upah),
belanja barang dan jasa serta belanja modal.
42 Ibid
43 Ibid
23
c) Tim Panitia Angaran Eksekutif (Bapeda, Bagian
Keuangan/BPKD, Bagian Adpem); menyusun RKPD, KUA, Draft
APBD;
d) Organisasi Perangkat Daerah (OPD)/Dinas Instansi; sebagai
pengguna anggaran bertugas untuk menyusun dan
melaksanakan kegiatan berikut anggarannya;
e) Badan Perencanaan daerah (BAPEDA, sebagai
penanggungjawab proses perencanaan daerah dan sekaligus
menyiapkan dan menyusun berbagai dokumen rencana;
f) Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD)/Bagian Keuangan;
sebagai penanggungjawab proses penganggaran
Merujuk Pasal 308 sampai dengan Pasal 315 Undang – Undang Nomor
24
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan “Menteri
tersebut Menteri dalam hal ini Menteri Dalam Negeri telah menerbitkan
25
dan jadwal yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan.
26
c. Konsepsi Standar Akutansi Pemerintahan berbasis Akrual
27
Peraturan Pemerintah Nomor 71 2010 Pasal 1 ayat (8) menyebutkan
bahwa yang dimaksud dengan SAP Berbasis Akrual, yaitu SAP yang
untuk neraca berarti bahwa asset, kewajiban dan ekuitas dana diakui
dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian
tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas di terima atau di bayar
28
Nomor 71 Tahun 2010. Penerapan SAP Berbasis Akrual secara
2010. Secara rinci pengakuan atas item-item yang ada dalam neraca
29
telah selesai dikerjakan; dan b. Dapat memberikan
manfaat/jasa sesuai dengan tujuan perolehan.
5) Kewajiban, suatu kewajiban yang diakui jika besar kemungkinan
bahwa pengeluaran sumber daya ekonomi akan dilakukan atau
telah dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai
saat ini, dan perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai
penyelesaian yang dapat diukur dengan andal
Berdasarkan uraian diatas dapatlah dipahami secara konsepsi
dari aktivtas bisnis organ tersebut yang mana dalam konsep ini
ditentukan dianggap ada atau nyata pada saat klaim hak itu muncul,
di Indonesia.
Dr. Faizal Kurniawan, S.H., M.H., LL.M. selaku Dosen Fakultas Hukum
30
rangka verifikasi obyektif, sistematis dan logis berdasarkan hukum
untuk tindakan dari aktivitas due diligence ini yakni : Legal Opinion
44 Ibid
31
karena itu, legal opinion harus dibuat secara obyektif sehingga akan
kontrak.
Dalam legal opinion, secara umum sistematika yang harus ada terdiri
dari fakta hukum, isu hukum, bahan hukum, analisis, serta kesimpulan
atau draft kontrak yang akan di review. Analisis sendiri terdiri dari dua
bagian:
32
Ketika ditemukan bahwa ada bagian yang perlu diperbaiki, maka
mutlak didukung oleh Legal Audit dan legal Opinion yang kedua
konsep ini adalah sebagai alat ukur dalam proses penetapan APBD
berbasis Akrual.
33
B. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
Empiris yang memadukan antara bahan dari buku-buku dan Peraturan Perundang-
Undangan. Selain itu juga dalam penelitian ini penulis melakukan observasi
langsung pada responden dan informan yang terkai atas penerapan akutansi
Pemerintahan berbasis akrual serta pada TIM TPAD (Tim Penetapan anggaran
Kabpaten Lombok Barat, serta mengobservasi langsung Dinas atau badan penghasil
PAD (pendapatan asli daerah) atas penerapan kebijakan tersebut guna mengetahui
implikasi dari pernerapan PAD berdasarkan Basis akrual dengan capaian Realisasi
2. Pendekatan Masalah
mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya. Dalam melakukan
memahami permasalahan yang terjadi guna mendapatkan hasil yang sesuai dengan
ini adalah:
1
Mukti Fajar dkk, Dualisme Peneilitan Hukum Normatif & Empiris, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2009 hal.53
34
undangan dan regulasi yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti, dalam
hal ini adalah kesesuaian dari penerapan Sistem Akutansi Pemerintahan berbasis
realisasi Pendapatan Asli Daerah Yang telah ditetapkan dalam APBD tahun 2023.
pandangan dan pendapat para sarjana, buku-buku karya ilmiah yang relevan
ini, maka selain penelitian dilakukan secara normatif, juga akan dilakukan
penelitian empiris yaitu dengan melihat dan meneliti langsung ke lapangan guna
penelitian dan wawancara atau interview langsung orang- orang yang berkaitan
Dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan telaah terhadap kasus-
kasus yang berkaitan dengan isu yang dihadapi terkait atas capaian realisasi
35
Penelaahan serta sumber-sumber lain yang berisi tentang informasi-informasi
mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis, atau dalam kata
36
lain penelitian yang mendeskripsikan gejala tetapi bukan yang terjadi pada saat
Jenis dan sumber bahan hukum yang digunakan guna menunjang penelitian ini
a. Data Primer
Dalam penelitian hukum adalah data yang diperoleh terutama dari hasil
masyarakat 47. Sumber data primer yaitu data yang diambil dari sumbernya
b. Data Sekunder
Terdiri dari 3 bahan hukum yakni bahan hukum Primer, bahan hukum
daerah meliputi:
46
Khoirudin Nasution, Pengantar Studi Islam, (Yogyakarta: Acedemia, 2010), hlm. 190.
47 Loc. Cit. Mukti fajar DKK I Hal 192
48 Ibid
49 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum. Kencana. Jakarta, 2007, hlm. 141.
37
3) Undang-Undang Nomor 30 tahun 2014 tentan Administrasi
Pemerintahan;
4) Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akutansi Pemerintahan
Bahan hukum sekunder, yaitu literatur berupa buku atau karya tulis
antara lain :
materi penelitian.
e. Data Lapangan
Data lapangan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah data dari
diteliti, dimana data tersebut digunakan sebagai alat untuk menguatkan fakta
empiris.
4. Lokasi Penelitian
atau lembaga tertentu yang ada dalam masyarakat, para pihak dimana
38
lokasi/tempat dilakukan penerapan hukum yang diteliti.50 dalam hal ini peneliti
itu penulis juga menggunakan teknik pengumpulan data secara empiris. Adapun
teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah:51
Studi dokumen atau bahan pustaka bagi penelitian hukum meliputi studi
bahan-bahan hukum yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan
tersier. Setiap bahan hukum ini harus diperiksa ulang validitas dan
39
dalam hal ini peneliti akan mewawancarai Dosen Fakultas Hukum
Dari hasil data penelitian baik pustaka maupun lapangan ini dilakukan
terang dan jelas unsur memaksa dalam pidana pungli serta menjawab
permasalahan yang ada dalam penelitian ini sehingga dapat dibuktikan tujuan
dari penelitian.
7. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan dan
Manfaat Penelitian, Landasan Teori dan Landasan Konseptual.
BAB II METODE PENELITIAN
a. Jenis Penelitian
b. Pendekatan Masalah
c. Jenis dan Sumber Data
40
d. Teknik Pengumpulan dan Penelusuran Data
e. Analisis Bahan Hukum/Data
41
BAB III Esensi dari Penerapan Akutansi Berbasis Akrual pada Sistem Akutansi
Pemerintahan Sebagai pedoman Bagi Pemangku Kebijakan dalam Tata Kelola
keuangan Negara
BAB IV Akibat Hukum yang ditimbulkan dari Tidak Tercapainya Capaian Realisasi
Pendapatan Asli Daerah tahun 2023 pada APBD Kabupaten Lombok Barat Tahun
2023 yang telap ditetapkan berdasarkan Pernyataan Akutansi Basis Akrual Sistem
Akutansi Pemerintahan
BAB V PENUTUP Kesimpulan dan Saran
42