Anda di halaman 1dari 18

MENTERI KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

SURAT EDARAN
NOMOR SE-22/MK.1/2020

TENTANG
SISTEM KERJA KEMENTERIAN KEUANGAN
PADA MASA TRANSISI DALAM TATANAN NORMAL BARU

Yth. 1. Para Pimpinan Unit Organisasi Eselon I/Pimpinan Unit Organisasi Non-
Eselon yang bertanggung jawab langsung kepada Menteri Keuangan
2. Para Pengelola Kepegawaian
3. Para Pegawai
di lingkungan Kementerian Keuangan

A. Umum
Dalam rangka menindaklanjuti Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 58 Tahun 2020 tentang Sistem Kerja Pegawai Aparatur
Sipil Negara dalam Tatanan Normal Baru, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/MENKES/328/2020 tentang Panduan Pencegahan dan Pengendalian Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19) di Tempat Kerja Perkantoran dan Industri dalam
Mendukung Keberlangsungan Usaha pada Situasi Pandemi, dan Surat Edaran Menteri
Kesehatan Nomor HK.02.01/MENKES/335/2020 tentang Protokol Pencegahan Penularan
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di Tempat Kerja Sektor Jasa dan Perdagangan
(Area Publik) dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha, perlu diterbitkan Surat Edaran
mengenai Sistem Kerja Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Pada Masa Transisi dalam
Tatanan Normal Baru.

B. Maksud dan Tujuan


Maksud dan Tujuan Surat Edaran ini memberikan panduan bagi pegawai, pengelola
kepegawaian, dan pimpinan unit di lingkungan Kemenkeu dalam melaksanakan adaptasi
perubahan pola hidup dan sistem kerja pada masa transisi dalam tatanan normal baru
yang produktif dan aman dari COVID-19.

C. Ruang Lingkup
1. Surat Edaran ini ditujukan untuk seluruh pegawai, pengelola kepegawaian, dan
pimpinan unit di lingkungan Kemenkeu dalam melaksanakan adaptasi perubahan pola
hidup dan sistem kerja pada masa transisi dalam tatanan normal baru yang produktif
dan aman dari COVID-19.

2. Surat
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-2-

2. Surat Edaran ini memuat pengaturan sistem kerja pada masa transisi dalam tatanan
normal baru yang produktif dan aman dari COVID-19 yang meliputi panduan umum,
panduan pelaksanaan Work From Office (WFO), panduan pelaksanaan Flexible
Working Space (FWS) melalui mekanisme Work From Home (WFH), panduan
presensi dan pelaporan tugas, panduan peningkatan keamanan Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK), panduan beribadah di tempat umum/kantor, dan panduan
lainnya.

D. Dasar Hukum
1. Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam
Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19) sebagai Bencana Nasional;
2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 539/KMK.01/2019 tentang Pelimpahan
Kewenangan Menteri Keuangan dalam Bentuk Mandat kepada Pejabat di Lingkungan
Sekretariat Jenderal;
3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 942/KMK.01/2019 tentang Pengelolaan
Keamanan Informasi di Lingkungan Kementerian Keuangan;
4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 119/KMK.01/2020 tentang Pedoman
Pelaksanaan Rencana Keberlangsungan Layanan (Business Continuity Plan) terkait
Dampak Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di Lingkungan Kementerian
Keuangan;
5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 223/KMK.01/2020 tentang Implementasi
Fleksibilitas Tempat Bekerja (Flexible Working Space) di Lingkungan Kementerian
Keuangan;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/328/2020 tentang Panduan
Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease (COVID-19) di Tempat Kerja
Perkantoran dan Industri dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha pada Situasi
Pandemi.

E. Ketentuan
1. Dalam rangka melaksanakan masa transisi dalam tatanan normal baru yang produktif
dan aman dari COVID-19 di lingkungan Kemenkeu serta dalam upaya mencegah
terjadinya gelombang selanjutnya atas COVID-19, pelaksanaan sistem kerja di
lingkungan Kemenkeu dapat dilaksanakan melalui fleksibilitas dalam pengaturan
lokasi bekerja, yang meliputi:
a. pelaksanaan tugas kedinasan di kantor (WFO); dan/atau
b. pelaksanaan tugas kedinasan dengan menerapkan mekanisme fleksibilitas tempat
bekerja (FWS).

2. Pelaksanaan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-3-

2. Pelaksanaan FWS sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf b merupakan


pelaksanaan FWS dalam keadaan bencana nonalam sebagaimana diatur dalam
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 223/KMK.01/2020 tentang Implementasi
Fleksibilitas Tempat Bekerja (Flexible Working Space) di Lingkungan Kemenkeu
dengan lokasi pelaksanaan FWS dibatasi pada tempat tinggal/domisili pegawai (WFH)
baik pada lokasi pegawai ditugaskan/ditempatkan atau pada homebase.
3. Pejabat yang berwenang untuk melakukan pengaturan penyesuaian sistem kerja yang
akuntabel dan selektif bagi pejabat/pegawai di lingkungan unit kerjanya yang dapat
melaksanakan tugas kedinasan secara WFO dan/atau WFH sebagai berikut:
a. Menteri Keuangan untuk Pejabat Pimpinan Tinggi Madya/pimpinan setingkat pada
Unit Organisasi Non-Eselon;
b. Pejabat Pimpinan Tinggi Madya/pimpinan setingkat pada Unit Organisasi Non-
Eselon, untuk Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama/pimpinan setingkat pada Unit
Organisasi Non- Eselon, dan pegawai lain di unit yang bersangkutan;
c. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama/pimpinan setingkat pada Unit Organisasi Non-
Eselon, untuk Pejabat Administrator, Pejabat Pengawas, pelaksana/pejabat
setingkat pada unit organisasi non eselon, dan pegawai lain di unit yang
bersangkutan;
d. Kepala Satuan Kerja (satker) setingkat Eselon III, untuk Pejabat Pengawas,
pelaksana, dan pegawai lain di unit yang bersangkutan; dan
e. Pimpinan unit/satuan kerja dimana Pejabat Fungsional ditempatkan/ditugaskan,
untuk Pejabat Fungsional.
4. Pengaturan penyesuaian sistem kerja sebagaimana dimaksud dalam angka 3
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Dilakukan kebijakan/pengaturan penahapan oleh pejabat yang berwenang dari
jumlah pejabat/pegawai aktif di lingkungannya sebagaimana dimaksud pada
angka 3, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Tahap I: dilaksanakan selama 28 hari sejak Surat Edaran ini berlaku,
maksimal pegawai yang melaksanakan WFO yaitu 15%;
2) Tahap II: dilaksanakan dalam hal selama Tahap I tidak terjadi penambahan
kasus (terutama ODP, PDP dan Positif COVID-19) di lokasi unit/satker berada,
selama periode 28 hari berikutnya sejak selesainya Tahap I, maksimal
pegawai yang melaksanakan WFO yaitu 30%;
3) Tahap III: dilaksanakan dalam hal selama Tahap II tidak terjadi penambahan
kasus (terutama ODP, PDP dan Positif COVID-19) di lokasi unit/satker berada,
selama periode 28 hari berikutnya dan seterusnya sejak selesainya Tahap II,
maksimal pegawai yang melaksanakan WFO yaitu 50%.

b. Pengaturan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-4-

b. Pengaturan penahapan sebagaimana dimaksud pada huruf a harus


memperhatikan:
1) kondisi perkembangan kasus paling kurang di unit eselon II untuk kantor pusat
dan satker setingkat eselon III untuk kantor vertikal;
2) dalam hal terjadi penambahan kasus ODP/PDP/Positif COVID-19 di
unit/satker, maka unit/satker tidak diperkenankan maju ke tahap berikutnya
dan harus melaporkan kondisi/hasil evaluasi kepada pimpinan unit eselon
I/setingkat masing-masing untuk kemudian dilaporkan kepada Tim Gugus
Tugas Penangangan COVID-19 Kemenkeu;
3) business continuity plan (BCP);
4) fasilitas ruang kerja/physical distancing di kantor; dan/atau
5) kebijakan lebih lanjut dari Pimpinan Kemenkeu.
c. Dalam hal terdapat kebutuhan organisasi dan untuk terlaksananya BCP, pegawai
harus siap sedia dipanggil sewaktu-waktu untuk melaksanakan WFO di luar
ketentuan penahapan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dengan tetap
memperhatikan protokol kesehatan dan keselamatan di masa COVID-19.
5. Pengaturan pejabat/pegawai yang dapat menjalankan tugas kedinasan secara WFH
dan/atau WFO sebagaimana dimaksud dalam angka 4 dengan mempertimbangkan:
a. jenis pekerjaan pegawai;
b. hasil penilaian kinerja pegawai;
c. kompetensi dalam mengoperasikan sistem dan TIK;
d. laporan disiplin pegawai;
e. hasil self assessment pegawai;
f. kondisi kesehatan/faktor komorbiditas pegawai (seperti: potensi pada usia yang
lebih tua, adanya penyakit penyerta, adanya kondisi
immunocompromised/penyakit autoimun, ibu hamil, ibu yang baru melahirkan
atau sedang menyusui);
g. tempat tinggal dan/atau kantor pegawai berada/tidak berada di wilayah dengan
penetapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB);
h. kondisi kesehatan keluarga/orang-orang yang tinggal satu atap dengan pegawai
(apabila terdapat yang berstatus Orang Tanpa Gejala (OTG), Orang Dalam
Pemantauan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP), dan/atau
konfirmasi/positif COVID-19);
i. riwayat perjalanan dalam negeri/luar negeri pegawai dalam 14 (empat belas) hari
kalender terakhir;
j. riwayat interaksi pegawai dengan penderita terkonfirmasi positif COVID-19 dalam
14 (empat belas) hari kalender terakhir;
k. efektivitas pelaksanaan tugas dan pelayanan unit organisasi; dan

l. khusus
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-5-

l. khusus untuk pegawai yang hendak ditugaskan melakukan WFH pada homebase,
pejabat yang berwenang menugaskan harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1) penugasan tidak bersifat permanen dan hanya untuk jenis pekerjaan yang
dapat dilakukan WFH pada homebase (mengacu pada keputusan Menteri
Keuangan Nomor 223/KMK.01/2020);
2) kepada pegawai yang melaksanakan WFH pada homebase tidak diberikan
biaya perjalanan dinas;
3) pegawai yang hendak ditugaskan harus dalam kondisi sehat dan memenuhi
ketentuan perjalanan dinas dalam kondisi COVID-19;
4) baik kantor maupun lokasi tujuan penugasan tidak dalam kondisi PSBB;
5) penugasan WFH pada homebase tidak lebih dari 10 hari kerja;
6) lamanya WFH pada homebase ditentukan oleh masing-masing unit eselon I
dengan mempertimbangkan jarak dan tingkat kesulitan transportasi serta
kepentingan organisasi;
7) penugasan WFH pada homebase hanya diperuntukkan bagi pegawai yang
sudah lebih dari 3 (tiga) bulan berturut-turut tidak pulang ke
homebase/bertemu keluarga inti;
8) maksimum jumlah pegawai yang melaksanakan WFH pada homebase untuk
setiap unit/satker dalam waktu yang bersamaan tidak melebihi dari 20%;
9) setelah jangka waktu penugasan WFH pada homebase selesai, pegawai harus
kembali ke kota/lokasi tempat pegawai ditugaskan/ditempatkan, kecuali kota
tujuan atau asal pegawai kemudian ditetapkan PSBB;
10) bagi pegawai yang saat ini tengah melaksanakan WFH di homebase, agar
mempersiapkan diri untuk kembali ke wilayah/kota/lokasi kantor pegawai
ditempatkan/ditugaskan sesuai kebijakan/instruksi masing-masing pimpinan
unit eselon I.
6. Dalam hal unit kerja berlokasi di wilayah dengan penetapan PSBB:
a. pelaksanaan tugas dan fungsi (tusi) dilakukan melalui WFH secara penuh dengan
tetap memperhatikan sasaran kinerja dan target kerja organisasi serta pegawai
yang bersangkutan; dan
b. untuk unit yang memiliki tusi bersifat strategis bagi masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam ketentuan pemerintah mengenai PSBB, dapat memberlakukan
WFO dengan prinsip seminimal mungkin pegawai serta tetap mengutamakan
protokol kesehatan dan keselamatan yang berlaku.
7. Pegawai yang melaksanakan WFH tetap mendapat hak keuangan sebagaimana
pegawai yang bekerja di kantor (WFO) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

8. Penyelenggaraan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-6-

8. Penyelenggaraan rapat, kegiatan tatap muka dan perjalanan dinas pada masa transisi
tatanan normal baru yang produktif dan aman dari COVID-19 dilaksanakan dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. seluruh penyelenggaraan rapat dan/atau kegiatan tatap muka agar memanfaatkan
TIK atau melalui media elektronik lainnya yang tersedia;
b. apabila berdasarkan urgensi yang sangat tinggi harus diselenggarakan rapat
dan/atau kegiatan pertemuan fisik lainnya, agar memperhatikan jarak aman antar
peserta rapat (physical distancing) dan jumlah maksimum peserta mengacu pada
ketentuan yang berlaku;
c. perjalanan dinas dilakukan secara selektif dan sesuai dengan tingkat prioritas dan
urgensi yang harus dilaksanakan, serta memperhatikan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan protokol
kesehatan.
9. Panduan Pelaksanaan WFO
a. Bagi Pegawai, agar:
1) Saat perjalanan ke/dari tempat kerja:
a) memastikan kondisi tubuh dalam keadaan sehat;
b) menggunakan masker selama di perjalanan; dan
c) menghindari transportasi umum, namun apabila terpaksa maka:
(1) tetap menjaga jarak/physical distancing minimal 1 (satu) meter dengan
penumpang lain;
(2) upayakan tidak menyentuh fasilitas umum dan gunakan hand sanitizer;
(3) gunakan helm sendiri jika menggunakan kendaraan roda dua;
(4) hindari pembayaran dengan uang kertas/logam atau pembayaran tunai,
jika terpaksa memegang uang gunakan hand sanitizer setelahnya;
(5) tidak menyentuh wajah khususnya mata, hidung, dan mulut; dan
(6) segera mandi dan berganti pakaian sebelum melakukan kontak fisik
dengan rekan kerja.
2) Selama di lokasi/tempat kerja:
a) melakukan presensi dan melaporkan kondisi kesehatan pegawai;
b) menyusun, melaksanakan, dan melaporkan pelaksanaan tugas harian;
c) menggunakan masker;
d) segera mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir saat tiba;
e) gunakan siku untuk membuka pintu dan menekan tombol lift;
f) senantiasa menjaga jumlah orang dan jarak di dalam lift dengan posisi
saling membelakangi;

g) secara
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-7-

g) secara rutin membersihkan meja/area kerja dengan disinfektan;


h) memperhatikan jaga jarak/physical distancing minimal sekitar 1 (satu)
meter saat berhadapan dengan rekan kerja dan/atau stakeholder saat
bertugas, maupun saat rapat fisik;
i) tidak menghadiri/mengadakan kegiatan yang mengumpulkan massa
secara fisik, contoh: workshop/sosialisasi secara fisik, dan lain sebagainya
yang sejenis;
j) biasakan tidak berjabat tangan (baik dalam kondisi biasa maupun pada
saat rapat atau pertemuan fisik lainnya);
k) apabila melaksanakan rapat fisik, pastikan pintu ruang rapat selalu terbuka.
Dalam hal pintu harus tertutup, maka segera mencuci tangan dengan hand
sanitizer setelah membuka/menutup pintu;
l) usahakan sirkulasi udara dan sinar matahari yang lancar ke ruang kerja;
m) upayakan tidak menggunakan fasilitas/peralatan bersama di tempat kerja
(seperti: alat makan/minum, pakaian, dan alat ibadah);
n) upayakan makan di area makan yang disediakan masing-masing unit kerja
dan membersihkan bungkus makanan terlebih dahulu dengan disinfektan;
o) saat makan di kantin/tempat makan lainnya:
(1) mencuci tangan dengan benar menggunakan sabun dan air mengalir
atau hand sanitizer sebelum dan sesudah makan di kantin;
(2) tetap menggunakan masker, kecuali pada saat makan dan minum;
(3) disarankan untuk melakukan take away saat membeli makanan;
(4) menjaga jarak fisik saat antre dan saat duduk di tempat makan;
(5) memastikan makanan yang dibeli, disajikan, dan diolah dengan
higienis, misalnya menggunakan sarung tangan, masker dan
menggunakan peralatan makan yang bersih;
(6) hindari menggunakan fasilitas refill minuman;
(7) disarankan membayar dengan uang pas atau QR Code/non tunai; dan
(8) disarankan membawa tumbler masing-masing.
3) Saat tiba di rumah:
a) segera mandi dan berganti pakaian sebelum melakukan kontak fisik
dengan anggota keluarga;
b) cuci pakaian dan perlengkapan lain yang digunakan dengan deterjen.
Apabila menggunakan masker sekali pakai, harap dibuang robek dan
lakukan disinfeksi agar tidak mencemari petugas pengelola sampah;
c) membersihkan handphone, kaca mata, tas, dan barang lainnya dengan
cairan disinfektan; dan
d) istirahat yang cukup.

4) Menerapkan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-8-

4) Menerapkan panduan peningkatan keamanan TIK yang berlaku.


5) Menerapkan protokol/etika/ketentuan di tempat kerja dalam masa COVID-19
yang ditetapkan oleh pemerintah pusat/daerah c.q. kementerian/dinas
setempat yang memiliki tusi/kewenangan terkait.
b. Bagi Pimpinan Unit/Satker agar:
1) Dalam menentukan/menugaskan pegawai yang akan WFO, pimpinan
unit/satker menginstruksikan pegawai untuk mengisi self assessment test
COVID-19 pada laman https://forms.kemenkeu.go.id yang telah disiapkan oleh
Tim Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Kemenkeu dan memperhatikan
hasil dari self assessment test COVID-19 tersebut, yakni:
a) pegawai dengan hasil self assessment test Risiko Kecil dan Risiko
Sedang, dapat ditugaskan WFO; dan
b) pegawai dengan hasil self assessment test Risiko Besar dan/atau
berstatus OTG/ODP/PDP/Positif COVID-19, tidak diperkenankan untuk
WFO, diarahkan untuk melakukan karantina diri dan dipantau kondisi
kesehatannya.
2) Menerapkan kebijakan pembatasan jarak/physical distancing minimal sekitar 1
(satu) meter di lingkungan kerja, melalui:
a) mengatur jumlah pegawai yang masuk agar memudahkan penerapan
physical distancing;
b) pada pintu masuk, agar pegawai tidak berkerumun dengan mengatur jarak
antrean dengan memberi tanda di lantai atau banner untuk mengingatkan;
c) mengatur penggunaan lift: batasi jumlah orang dalam lift (maksimal
penggunaan lift 50% dari kapasitas normal) buat penanda pada lantai lift di
mana penumpang lift harus berdiri dan posisi saling membelakangi;
d) mengatur penggunaan tangga: jika hanya terdapat 1 (satu) jalur tangga,
bagi lajur untuk naik dan untuk turun, usahakan agar tidak ada pegawai
yang berpapasan ketika naik dan turun tangga. Jika terdapat 2 (dua) jalur
tangga, pisahkan jalur tangga untuk naik dan jalur tangga untuk turun;
e) mengatur tempat duduk agar berjarak paling kurang sekitar 1 (satu) meter
pada meja/area kerja, saat melakukaan rapat, di kantin, saat istirahat, dan
lain-lain; dan/atau
f) mengatur ketentuan jumlah dan/atau jarak peserta rapat/pertemuan fisik.
3) Mengharuskan semua pegawai untuk menggunakan masker selama di tempat
kerja, selama perjalanan ke dan dari tempat kerja serta di ruang-ruang publik.

4) Menerapkan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-9-

4) Menerapkan pelaksanaan pengukuran suhu tubuh (screening) di setiap titik


masuk tempat kerja maupun tempat-tempat ibadah yang terdapat di
lingkungan kantor, khususnya pada saat akan diselenggarakan ibadah yang
bersifat massal.
5) Menyediakan area/ruangan tersendiri untuk observasi pegawai yang
ditemukan gejala saat dilakukan screening.
6) Memfasilitasi tempat kerja yang aman dan sehat guna meningkatkan hygiene
dan sanitasi lingkungan kerja:
a) selalu memastikan seluruh area kerja bersih dan higienis dengan
melakukan pembersihan dan disinfeksi secara berkala di area kerja dan
area publik (melakukan disinfeksi fasilitas umum setiap 4 jam sekali),
terutama gagang pintu dan tangga, tombol lift, serta peralatan kantor yang
digunakan bersama;
b) menjaga kualitas udara di tempat kerja dengan mengoptimalkan sirkulasi
udara dan sinar matahari; dan
c) menyediakan fasilitas cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
7) Memasang media informasi untuk meningkatkan awareness pegawai serta
kedisiplinan dalam menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
8) Apabila memungkinkan, menyediakan transportasi khusus pegawai untuk
perjalanan pulang pergi sehingga pegawai tidak menggunakan transportasi
publik.
9) Minimalisasi penugasan lembur serta dalam hal terdapat waktu kerja shift,
upayakan untuk meniadakan penugasan pada waktu malam hingga pagi hari,
dalam rangka memperhatikan waktu istirahat dan imunitas pegawai.
10) Bagi unit yang menyelenggarakan layanan bagi masyarakat/publik agar:
a) melakukan upaya minimalisasi kontak fisik pegawai dengan stakeholder
seperti menerapkan pembatas/partisi (tabir kaca/flexy glass) di meja
pelayanan; dan
b) mencegah terjadinya kerumunan stakeholder, seperti menerapkan sistem
antrean, menjaga jarak minimal 1 (satu) meter dengan memberi tanda pada
lantai, dan/atau upaya lainnya.
11) Menerapkan larangan masuk ke area/tempat kerja bagi pegawai/stakeholders
yang berstatus OTG maupun sakit, baik yang sakitnya terkait COVID-19
ataupun sakit lainnya.
12) Mengoptimalisasikan penggunaan TIK dalam pelaksanaan kegiatan layanan,
rapat, pelatihan dan kegiatan lainnya.
13) Menerapkan protokol/etika/ketentuan di tempat kerja dalam masa COVID-19
yang ditetapkan oleh pemerintah pusat/daerah c.q. kementerian/dinas
setempat yang memiliki tusi/kewenangan terkait.

c. Bagi
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-10-

c. Bagi Pengelola Kepegawaian dan Atasan Langsung agar:


1) Memantau dan memperbaharui perkembangan informasi terkait protokol/etika
WFO dalam masa COVID-19.
2) Melakukan sosialisasi, edukasi, dan pengawasan kepada pegawai terkait
pelaksanaan panduan pelaksanaan WFO dalam masa COVID-19.
3) Melaporkan kepada pimpinan unit/satker sesuai hierarki organisasi apabila
terdapat pegawai OTG, ODP, PDP dan/atau Positif COVID-19.
4) Menerapkan protokol/etika/ketentuan WFO dalam masa COVID-19 lainnya
yang ditetapkan oleh pemerintah pusat/daerah c.q. kementerian/dinas
setempat yang memiliki tusi/kewenangan terkait.
10. Panduan Pelaksanaan WFH
a. Bagi Pegawai agar:
1) Melakukan presensi dan melaporkan kondisi kesehatan pegawai.
2) Menyusun, melaksanakan, dan melaporkan pelaksanaan penugasan harian.
3) Memastikan ketersediaan sarana pendukung pada lokasi WFH seperti kursi,
meja, dan jaringan internet.
4) Dalam hal dimungkinkan, menyediakan ruangan/area khusus yang dapat
digunakan dalam pelaksanaan WFH.
5) Melaksanakan ketentuan/panduan lainnya yang berlaku dalam masa COVID-
19.
6) Mengaktifkan alat komunikasi dan responsif terhadap stakeholder atau atasan
langsung utamanya, khususnya pada saat jam kerja dan/atau pada kondisi
urgent lainnya.
7) Melaporkan kepada atasan langsung dalam hal terjadi kondisi urgent baik yang
terkait dengan pekerjaan/layanan maupun kesehatan pegawai.
8) Apabila terdapat alasan/kebutuhan penting dari organisasi, bersedia sewaktu-
waktu dipanggil untuk melaksanakan WFO.
9) Memanfaatkan aplikasi pendukung untuk pelaksanaan tugas kedinasan
melalui e-Kemenkeu dan memanfaatkan aplikasi pendukung lainnya yang
diperlukan sesuai ketentuan.
10) Menerapkan panduan peningkatan keamanan TIK yang berlaku.
11) Menerapkan protokol/etika/ketentuan pelaksanaan WFH masa COVID-19 yang
ditetapkan oleh pemerintah pusat/daerah c.q. kementerian/dinas setempat
yang memiliki tusi/kewenangan terkait.
b. Bagi Pimpinan Unit/Satker agar:
1) Menerbitkan Surat Tugas bagi pegawai yang disetujui untuk melaksanakan
WFH, sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan mengenai COVID-19
yang diterbitkan oleh instansi/pemerintah pusat/daerah setempat.

2) Tetap
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-11-
2) Tetap mengutamakan keselamatan pegawai, dan memperhatikan BCP serta
target kinerja unit/satkernya.
3) Dalam hal terdapat alasan penting/kebutuhan organisasi, dapat sewaktu-waktu
menugaskan pegawai yang WFH untuk melakukan WFO.
4) Melakukan sosialisasi, pengawasan dan pengendalian pelaksanaan WFH di
unit/satkernya.
5) Menetapkan jenis dan prosedur dalam rangka pemberian izin peminjaman
barang milik negara (BMN) dengan tetap mempertimbangkan tertib
administrasi dalam pengelolaan BMN.
6) Menerapkan protokol/etika/ketentuan pelaksanaan WFH masa COVID-19 yang
ditetapkan oleh pemerintah pusat/daerah c.q. kementerian/dinas setempat
yang memiliki tusi/kewenangan terkait.
c. Bagi Pengelola Kepegawaian dan Atasan Langsung agar:
1) Memantau dan memperbaharui perkembangan informasi terkait protokol/etika
WFH dalam masa COVID-19.
2) Melakukan sosialisasi, edukasi, dan pengawasan kepada pegawai terkait
pelaksanaan etika WFH dalam masa COVID-19.
3) Melaporkan secara berkala kepada pimpinan unit/satker sesuai hierarki
organisasi apabila terdapat pegawai OTG, ODP, PDP dan/atau Positif COVID-
19.
4) Menerapkan protokol/etika/ketentuan pelaksanaan WFH masa COVID-19 yang
ditetapkan oleh pemerintah pusat/daerah c.q. kementerian/dinas setempat
yang memiliki tusi/kewenangan terkait.
11. Panduan Presensi, Pelaporan Tugas, dan Pelaporan Kesehatan
a. Baik pegawai yang melakukan WFO dan/atau WFH, melakukan presensi sesuai
ketentuan jam kerja yang berlaku di lingkungan Kemenkeu dan melaporkan kondisi
kesehatan melalui aplikasi e-Kemenkeu yang dapat diunduh melalui
Playstore/Appstore atau melalui laman https://office.kemenkeu.go.id.
b. Selanjutnya, pegawai menyampaikan laporan kinerja/ tugas harian melalui fitur
Tugas Saya yang terdapat dalam modul Nadine pada aplikasi e-Kemenkeu atau
laman https://office.kemenkeu.go.id.
c. Ketentuan presensi sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b dikecualikan bagi
pegawai non-aktif, pegawai yang sedang ditugaskan di luar instansi, pegawai tugas
belajar, dan pegawai yang tengah melaksanakan penugasan lain yang dikecualikan
dari melakukan presensi sesuai ketentuan yang berlaku.
12. Panduan Peningkatan Keamanan TIK serta dalam melakukan rapat virtual, kaitannya
dengan pelaksanaan WFH dan/atau WFO, pegawai agar:
a. Menghindari penggunaan free internet (free wifi) yang tidak terjamin keamanannya.

b. Selektif
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-12-

b. Selektif dalam melakukan akses/unduh informasi pada situs internet yang


tepercaya (internet sehat dan aman).
c. Melakukan backup data penting secara berkala dan pastikan update sistem
operasi, antivirus dan aplikasi pendukung secara teratur.
d. Memastikan hanya orang yang dipercaya yang bisa terhubung dengan jaringan
yang digunakan dalam bekerja.
e. Memastikan perangkat yang digunakan dalam bekerja aman dan memastikan
perangkat hanya digunakan oleh pengguna yang memiliki kewenangan.
f. Selektif ketika melakukan akses/unduh informasi tentang COVID-19.
g. Waspada saat mengakses email (surat elektronik), khususnya terhadap serangan
email phishing.
h. Membatasi kegiatan pada media sosial untuk mengurangi risiko serangan
keamanan siber.
i. Memperhatikan ketentuan penggunaan surat elektronik pada Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 942/KMK.01/2019 tentang Pengelolaan Keamanan Informasi di
Lingkungan Kementerian Keuangan, antara lain:
1) menggunakan Surat Elektronik Kemenkeu dalam melakukan korespondensi
kedinasan yang menggunakan surat elektronik, secara bijak sesuai tugas,
fungsi dan wewenang;
2) korespondensi kedinasan dinyatakan sah apabila dikirimkan dan diterima
pegawai Kemenkeu melalui Surat Elektronik Kemenkeu;
3) tidak membuka tautan dan/atau lampiran dalam surat elektronik yang
terindikasi dapat mengancam keamanan informasi Kemenkeu;
4) selama pelaksanaan WFH, harus melakukan perubahan kata sandi Surat
Elektronik Kemenkeu secara berkala paling lama dalam jangka waktu 90
(sembilan puluh) hari kalender;
5) kriteria kata sandi Surat Elektronik Kemenkeu terdiri dari minimal 6 (enam)
karakter dengan kombinasi huruf besar, huruf kecil, angka, special characters
atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
6) dalam hal Pegawai tidak melakukan perubahan kata sandi sebagaimana
dimaksud pada angka 4), maka Surat Elektronik milik pegawai secara otomatis
tidak dapat digunakan dan harus diaktifkan kembali serta mengganti kata sandi
dengan cara menghubungi Contact Center Kemenkeu atau Service Desk
Pusintek; dan
7) kapasitas storage Surat Elektronik Kemenkeu untuk masing-masing pegawai
adalah 3 (tiga) gigabytes (GB). Pegawai dapat mengajukan penambahan
kapasitas storage Surat Elektronik Kemenkeu melalui Contact Center
Kemenkeu atau Service Desk Pusintek sesuai dengan ketentuan dan prosedur
layanan yang berlaku.

j. Dalam
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-13-

j. Dalam hal diperlukan, dapat menggunakan media penyimpanan file, aplikasi


kolaborasi dan video conference dengan ketentuan sebagai berikut:
1) pegawai menggunakan e-dropbox Kemenkeu (https://e-
dropbox.kemenkeu.go.id) sebagai media penyimpanan file dan aplikasi
kolaborasi Kemenkeu (https://kolaborasi.kemenkeu.go.id) sebagai media untuk
bekerja secara bersama-sama;
2) e-dropbox Kemenkeu hanya digunakan untuk menyimpan file kedinasan
secara bijak sesuai dengan tugas, fungsi, dan wewenangnya;
3) e-dropbox Kemenkeu diberikan secara otomatis kepada seluruh Pegawai
menggunakan akun Kemenkeu dengan kapasitas 1 (satu) gigabytes (GB); dan
dapat ditingkatkan sesuai kebutuhan;
4) fasilitas video conference dapat menggunakan Cisco Meeting pada laman
https://join.kemenkeu.go.id, Cisco Webex pada laman
https://kemenkeu.webex.com, atau Zoom dengan license yang dimiliki
Kemenkeu.
k. Terkait penggunaan dan pemanfaatan layanan di atas sebagaimana dimaksud
pada huruf i dan huruf j, pegawai dapat menghubungi Contact Center Kemenkeu
(134) atau Service Desk Pusintek (alamat surat elektronik:
servicedesk@kemenkeu.go.id atau whatsapp: 0811-9910-340).
l. Dalam rangka menjaga keamanan informasi, bagi pegawai yang menggunakan
perangkat pribadi masing-masing diimbau agar:
1) mendapatkan izin persetujuan dari pejabat yang berwenang minimal pejabat
eselon III pada unit masing-masing dan perangkat tersebut didaftarkan melalui
Service Desk Pusintek;
2) dilengkapi sistem operasi berlisensi dan ter-update;
3) menggunakan antivirus berlisensi dan memastikan antivirus di-update secara
berkala;
4) mengaktifkan fitur firewall; dan
5) khusus untuk Pengelola Teknis TIK mengacu pada ketentuan teknis yang
berlaku.
m. Saat melakukan rapat virtual, diimbau agar:
1) memastikan jaringan internet tersedia dan memiliki koneksi yang baik;
2) menggunakan fasilitas laptop/personal computer/tablet yang memadai,
dianjurkan tidak menggunakan handphone;
3) melakukan login lebih awal dan melalui verifikasi host;
4) disiplin dalam mematikan microphone saat pimpinan/narasumber
menyampaikan materi;
5) menggunakan pakaian sesuai dengan ketentuan pakaian kerja Kemenkeu atau
pakaian yang sopan atau pakaian yg ditentukan/dresscode;
6) hindari menggunakan wifi publik (kecuali wifi kantor) saat rapat;

7) berada
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-14-

7) berada di ruangan yang kondusif saat pelaksanaan rapat;


8) recording pelaksanaan rapat harus melalui persetujuan host;
9) menggunakan fasilitas chat dengan sopan dan bijaksana.
13. Panduan Beribadah di Tempat Umum/Kantor
a. Menggunakan fasilitas toilet/tempat wudhu di ruangan masing-masing apabila di kantor.
b. Tidak berdekatan saat melepas sepatu untuk mengambil wudhu.
c. Mencuci tangan dengan benar menggunakan sabun dan air mengalir sebelum
berwudhu.
d. Menghindari kontak fisik, seperti kegiatan bersalaman pada saat sebelum dan sesudah
melaksanakan ibadah.
e. Untuk pegawai yang kurang sehat, sebaiknya beribadah secara mandiri.
f. Mengikuti ketentuan tata cara peribadatan yang ditetapkan oleh pengurus tempat
ibadah.
g. Membawa dan menggunakan alat ibadah masing-masing (contoh: mukena, sajadah).
h. Pada kegiatan ceramah umum untuk memperhatikan jarak antar audience.
i. Sebelum membaca kitab suci, dianjurkan dalam kondisi suci/bersih seperti mencuci
tangan dengan sabun hingga bersih, dan setelah membaca gunakan hand sanitizer.
j. Senantiasa memperhatikan physical distancing, penggunaan masker, dan penyediaan
ventilasi/sirkulasi udara ruangan ibadah yang baik, dalam pelaksanaan kegiatan ibadah
lainnya.
14. Panduan Lainnya
a. Dalam hal pegawai ditetapkan berstatus OTG, ODP, PDP atau Positif COVID-19, maka:
1) pegawai segera menginformasikan dan melaporkan kondisi kesehatan/hasil
pemeriksaan fasilitas kesehatan kepada atasan langsung untuk kemudian
diteruskan kepada pengelola kepegawaian di unit kerja masing-masing; dan
2) pegawai menjalankan prosedur/protokol kesehatan dan keselamatan yang
dikeluarkan oleh pemerintah dengan menjalani perawatan hingga dinyatakan telah
selesai masa karantina atau sembuh oleh petugas medis/pihak yang berwenang.
b. Pegawai dapat melaksanakan perjalanan dinas dalam rangka penugasan dari
organisasi dengan ketentuan sebagai berikut:
1) terdapat surat tugas yang ditandatangani pejabat yang berwenang minimal
pimpinan unit organisasi eselon II/setingkat untuk Kantor Pusat atau pimpinan
satker/kepala kantor untuk kantor vertikal yang diterbitkan dengan ketentuan
sebagaimana tercantum dalam Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE-
19/MK.1/2020;
2) memiliki hasil negatif COVID-19 berdasarkan PCR test/rapid test atau surat
keterangan sehat dari dinas kesehatan/rumah sakit/puskesmas/klinik kesehatan;

3) memiliki
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-15-

3) memiliki identitas diri (KTP atau tanda pengenal lainnya yang sah); dan
4) tetap memperhatikan dan melakukan prosedur/protokol kesehatan dan
keselamatan yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam rangka pencegahan
penyebaran COVID-19, seperti physical distancing, menggunakan masker ketika
berada di area publik, menerapkan etika batuk, sering mencuci tangan dengan
sabun dan air mengalir.
c. Pegawai dapat melaksanakan perjalanan ke luar negeri/kota dalam rangka keperluan
pribadi dengan ketentuan sebagai berikut:
1) pelaksanaan perjalanan atau bepergian ke luar negeri/kota hanya diperuntukkan
untuk memenuhi kondisi mendesak antara lain berkaitan dengan keselamatan
jiwa/kesehatan pegawai, keluarga inti pegawai meninggal dunia/sakit keras, istri
pegawai melahirkan, atau kondisi lainnya, atas izin Pimpinan Unit Eselon
I/setingkat serta sesuai dengan ketentuan protokol kesehatan terkait COVID-19
yang berlaku;
2) mengajukan izin dari pejabat yang berwenang yaitu paling kurang Pejabat Eselon
I/setingkat masing-masing atau sesuai ketentuan selanjutnya dari instansi/pihak
yang berwenang;
3) memenuhi syarat kondisi kesehatan untuk melakukan perjalanan; dan
4) melaksanakan prosedur/protokol kesehatan dan keselamatan yang dikeluarkan
oleh baik pemerintah pusat maupun daerah dalam rangka pencegahan penyebaran
COVID-19, seperti menerapkan physical distancing dan menggunakan masker
ketika di perjalanan, dan syarat-syarat lainnya apabila ada (contoh: surat izin keluar
masuk bagi yang akan keluar/masuk DKI Jakarta).
d. Pegawai yang baru kembali dari penugasan/tugas belajar/perjalanan dari luar
negeri/daerah zona merah/daerah transmisi lokal, dan/atau sempat terdapat kontak fisik
dengan PDP atau pasien Positif COVID-19, agar melakukan karantina atau isolasi diri
paling kurang 14 (empat belas) hari kalender terhitung sejak hari kepulangan,
mengukur temperatur badan 2 (dua) kali/hari (mencatat apabila lebih dari 37,3 derajat
celcius), serta mengurangi interaksi dengan orang lain dan melaporkan keadaan
tersebut kepada atasan langsung, yang kemudian diteruskan kepada pengelola
kepegawaian di unit kerja masing-masing.
e. Dalam hal pegawai pada sebagaimana dimaksud pada huruf d kemudian dalam masa
karantina dirinya muncul gejala (batuk, pilek, demam, dan atau gejala sakit lainnya),
agar melakukan pengecekan kesehatan di fasilitas kesehatan terdekat/yang ditunjuk
oleh Pemerintah atau melakukan konsultasi dokter secara online seperti melalui aplikasi
konsultasi kesehatan, serta melaporkan hasil pengecekan tersebut kepada atasan
langsung dan/atau pengelola kepegawaian serta mengikuti prosedur selanjutnya terkait
kesehatan dan keselamatan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

f. Pegawai
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-16-

f. Pegawai yang sedang menjalankan tugas di luar instansi atau tugas belajar, diimbau
untuk:
1) tetap berada pada tempat/kedudukan saat ini dan tidak melakukan
perjalanan/bepergian kecuali karena penugasan dari instansi/lembaga pendidikan
tempatnya ditugaskan atau kebutuhan mendesak lainnya;
2) mengikuti prosedur/protokol keselamatan yang dikeluarkan oleh pemerintah
setempat; dan
3) senantiasa melakukan pemantauan perkembangan informasi terkait COVID-19.
g. Pelaksanaan cuti pegawai dilaksanakan sesuai ketentuan/kebijakan sebagaimana
tercantum dalam SE-18/MK.1/2020 serta kebijakan yang diterbitkan oleh pemerintah
pusat c.q. Kementerian PAN-RB dan/atau Badan Kepegawaian Negara.
h. Dalam hal pelaksanaan WFH membutuhkan sarana penunjang berupa BMN, pegawai
dalam mengajukan permohonan peminjaman BMN sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan oleh pimpinan unit/satker.
i. Dalam hal terjadi dugaan pelanggaran terhadap pelaksanaan pembatasan bepergian,
pembatasan cuti, dan/atau ketentuan lainnya yang masih berlaku berdasarkan temuan
atasan langsung/pengaduan maupun hasil pelaksanaan pemantauan Inspektorat
Jenderal/unit yang menangani kepatuhan internal, maka atasan langsung dapat
melakukan prosedur pemeriksaan sesuai ketentuan dan kebijakan yang berlaku dengan
tetap memperhatikan kondisi dan upaya pencegahan penyebaran COVID-19.
15. Dalam melaksanakan WFO, FWS serta prosedur kesehatan/keselamatan, baik dalam
masa transisi maupun dalam masa tatanan normal baru, seluruh pegawai agar terus
beradaptasi dan melaksanakan budaya (corporate culture) yang berlandaskan pada Nilai-
Nilai Kemenkeu, yaitu:
a. Integritas, yang berarti seluruh pegawai harus berpikir, berkata, berperilaku, dan
bertindak baik dan benar serta selalu memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip
moral (contoh: jujur dalam menggunakan/melaporkan waktu bekerja, jujur dalam
melaporkan kondisi kesehatan, konsisten menerapkan panduan masa transisi maupun
masa tatanan normal baru yang telah ditetapkan instansi dalam perilaku sehari-hari,
tidak menyebarkan hoax, dsb.);
b. Profesionalisme, yang berarti seluruh pegawai harus bekerja dengan tuntas dan akurat
berdasarkan kompetensi terbaik dan penuh tanggung jawab serta komitmen tinggi
(contoh: meskipun WFH tugas/layanan tetap dapat dituntaskan tepat waktu, mampu
menyelesaikan tugas yang diberikan atasan secara mandiri dan bertanggung jawab,
dsb.);

c. Sinergi
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-17-

c. Sinergi, yang berarti seluruh pegawai harus berkomitmen untuk membangun dan
memastikan hubungan kerjasama internal yang produktif serta kemitraan yang
harmonis dengan para pemangku kepentingan, untuk menghasilkan karya yang
bermanfaat dan berkualitas (contoh: meskipun tidak ada tatap muka namun koordinasi
dan kerja sama antar rekan kerja/unit dalam rangka penyelesaian tugas tetap
dilaksanakan sebaik-baiknya, saling bersinergi untuk menjaga komitmen dalam
menjalankan panduan WFH/WFO serta prosedur kesehatan/keselamatan yang telah
ditetapkan instansi, tidak membangun opini dan/atau menyebarkan informasi yang
dapat memecah belah, dsb.);
d. Pelayanan, yang berarti seluruh pegawai harus memberikan pelayanan untuk
memenuhi kepuasan para pemangku kepentingan dan dilaksanakan dengan sepenuh
hati, transparan, cepat, akurat, dan aman (contoh: tidak menggunakan alasan WFH
sebagai alasan untuk tidak melayani kepentingan masyarakat/stakeholders dan
berupaya mencari berbagai alternatif dalam rangka mengoptimalkan pelayanan,
menerapkan prosedur kesehatan/keselamatan dalam pelayanan, dsb.);
e. Kesempurnaan, yang berarti seluruh pegawai harus senantiasa melakukan upaya
perbaikan di segala bidang untuk menjadi dan memberikan yang terbaik (contoh:
memberikan integritas yang terbaik, menunjukkan profesionalisme yang terbaik,
melakukan sinergi yang terbaik, memberikan pelayanan yang terbaik, berupaya
mengintegrasikan/mengharmonisasikan tanggung jawab terhadap kantor dan
tanggung terhadap keluarga/pribadi dengan baik/work-life harmony, dsb.).

F. Penutup
1. Seluruh pegawai harus mematuhi protokol/kebijakan mengenai pencegahan/penanganan
COVID-19, baik yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat/daerah maupun Kemenkeu.
2. Seluruh pegawai agar melaksanakan Surat Edaran ini dengan penuh iktikad baik, serta
seluruh pimpinan unit dan atasan langsung agar mensosialisasikan, melaksanakan, dan
melakukan pengawasan atas pelaksanaan Surat Edaran ini.

3. Ketentuan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-18-

3. Ketentuan pada Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE-19/MK.1/2020 dan surat
edaran Menteri Keuangan lainnya terkait pencegahan COVID-19 yang tidak bertentangan
dengan Surat Edaran ini, tetap berlaku.
4. Surat Edaran ini berlaku sejak tanggal 5 Juni 2020 sampai dengan terbitnya kebijakan
lebih lanjut dari Pimpinan Kemenkeu.

Demikian disampaikan, untuk diketahui dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 04 Juni 2020
a.n. MENTERI KEUANGAN
SEKRETARIS JENDERAL,

Ditandatangani secara elektronik


HADIYANTO

Tembusan:
1. Menteri Keuangan
2. Wakil Menteri Keuangan

Kp.:SJ.5/SJ.55/2020

Anda mungkin juga menyukai