Anda di halaman 1dari 11

PENGGUNAAN AYAT-AYAT AL-QUR’AN SEBAGAI PENOLAK

BALA’ DAN PENYEMBUH SAKIT PADA MASYARAKAT DESA


PAKUSAMBEN, CIREBON, JAWA BARAT

Oleh: Fadiah Qothrun Nada

fadiahqn.2400@gmail.com

Mahasiswa Program Studi Al-Qur’an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin dan Humaniora

Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Jl. Walisongo 3-5, Tambakaji, Kec.
Ngaliyan, Kota Semarang, Jawa Tengah 50185

ABSTRAK

Penggunaan ayat-ayat Al-Qur’an dalam upaya manusia untuk memohon


perlindungan kepada Sang Pencipta agar terhindar dari bala’dan ikhtiar penyembuhan
atas sakit yang menimpanya. Penelitian ini dilakukan pada masyarakat Desa
Pakusamben, Babakan Cirebon. Pokok permasalahan pembahasan artikel ini adalah
membahas kebiasaan (tradisi) masyarakat setempat dalam menaplikasikan ayat-ayat al-
Qur’an untuk menangkal bala’ dan menyembuhkan sakit.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode
resepsi fungsional dengan pendekatan fenomenologis dan teologis. Data penelitian ini
menggunakan data primer yaitu dengan memperoleh data dari hasil penelitian lapangan
dan data ini di peroleh dari berbagai kalangan masyarakat. Metode mengumpulan data ini
menggunakan metode observasi dan wawancara langsung terhadap masyarakat. Teknik
analisis data ini melalui verifikasi data, penyuntingan atau editing dan penarikan
kesimpulan.
Motivasi masyarakat sekitar dalam mengaplikasikan ayat-ayat Al-Qur’an sebagai penolak
bala’dan penyembuhan dari sakit adalah wujud keimanan masyarakat bahwa segala
sesuatu yang ada dalam diri manusia adalah dalam genggaman kuasa Allah sehingga
perlu ikhtiar prefentif dan solutif terhadap segala sesuatu baik dirinya, propertinya
maupun lingkungannya.
Kata Kuci: Tradisi, Bala’, Diri, Properti, Lingkungan, Do’a

1
PENDAHULUAN

Allah sebagai Maha Penguasa telah menciptakan segala sesuatu yang ada di alam
raya dengan kun fayakun-Nya. Dan penjelasan penciptaan seluruh alam raya beserta
isinya itu terangkum di dalam Al-Qur’an yang merupakan mukjizat Rasulullah sekaligus
nikmat terbesar bagi umat manusia karena di dalamnya juga banyak sekali terkandung
hikmah yang salah satunya adalah sebagai penolak bala’dan sebagai Asyifa.

Manusia sebagai makhluk Allah dalam kodratnya akan mengalami berbagai


cobaan (bala’) baik sebagai individu maupun masyarakat (kaum). Bala’ dalam
pandangan manusia sendiri bisa berbentuk sakit, bencana, serta sihir. Baik yang akan
mengenai manusia secara langsung terhadap tubuh, properti maupun terhadap
lingkungan. Oleh karena manusia mengimani bahwa segala bala’ itu hakikatnya datang
dari Allah dan pelindung serta penyembuhnya adalah Allah, maka manusia menggunakan
Al-Qur’an yang merupakan firman-Nya sebagai penangkal dan obatnya sebagai bentuk
permohonan perlindungan terhadap Allah. Karena di dalam Al-Qur’an banyak terdapat
ayat yang digunakan untuk menangkal bala’ dan penyembuan baik yang bersandar
langsung kepada hadits, atsar maupun pendapat para ulama, yang pengaplikasiannya bisa
berbentuk do’a yang langsung dibacakan, do’a dengan wasilah air maupun do’a yang
ditulis.

KAJIAN TEORITIS

1. Teori Resepsi

Penerimaan merupakan salah satu bentuk teori yang dikembangkan untuk


menganalisis teks dalam dunia sastra, namun konsep ini juga dapat digunakan dalam
praktik untuk melakukan penelitian non-sastra. Kata “reception” berasal dari “recipe”
(Latin) dan “reception” (Inggris), yang berarti penerimaan atau resepsi. Endaswara
menyatakan bahwa penerimaan berarti penerimaan atau pengamatan oleh pembaca suatu
teks. Triknya adalah alur menavigasi teks, dimulai dengan pembaca merespons atau
merespons teks. Secara umum, penerimaan atau pengamatan mengacu pada cara
seseorang menerima dan menanggapi sesuatu. Jadi, jika resepsi berkaitan dengan Al-
Qur'an, maka menerima Al-Qur'an adalah gambaran bagaimana seseorang menerima dan

2
menanggapi Al-Qur'an, yaitu bagaimana menerima, menanggapi, atau menggunakan Al-
Qur'an. Penerimaan Al-Qur'an dapat diekspresikan dalam cara masyarakat menafsirkan
ayat-ayat Al-Qur'an, bagaimana masyarakat menerapkan ajarannya, dan bagaimana
masyarakat membaca ayat-ayat Al-Qur'an. Oleh karena itu, fokus utama penelitian ini
adalah pada interaksi antara pembaca dengan Al-Qur'an, sehingga implikasi penelitian ini
akan memberikan kontribusi terhadap karakteristik dan tipe masyarakat yang terkait
dengan Al-Qur'an.

Dalam hal ini, teori yang digunakan adalah teori resepsi Fungsional. Pada
dasarnya, sebuah fungsi dapat memiliki arti praktis. Jika ini berkaitan dengan penerimaan
Al-Qur'an, yang fungsional adalah penerimaan Al-Qur'an berdasarkan tujuan praktis
pembaca daripada teori. Menurut Horald Coward, penerimaan kitab suci dengan
penekanan kuat pada tradisi lisan seperti Al-Qur'an harus dilengkapi dengan tanggapan
pendengar di samping tanggapan pembaca. Dalam resepsi ini, pembaca melihat Al-kitab
sebagai simbol dari sebuah tanda. Menggunakan Al-Qur'an sebagai simbol, pembaca
menggunakan konsep struktur teks Iser untuk menekankan sudut pandang teks. Dalam
hal ini, pembaca berada dalam tindakan terstruktur, artinya pembaca tidak lepas dari
struktur Al-Qur’an, tetapi dapat melambangkan nilai-nilai pragmatis yang terbentuk dari
sudut pandang Al-Qur’an dalam menerima Al-Qur’an. Penerimaan termasuk fitur-fitur
yang bermanfaat dengan Al-Qur'an. Fungsi ini dilakukan dengan membaca atau menggali
untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Fitur-fitur ini mencakup perilaku dan praktik
tertentu yang konsisten dengan tujuan pembaca atau pendengar. Penerimaan Fungsional
di Zaman Nabi adalah kisah seorang sahabat membaca surat Alfati untuk menyembuhkan
gigitan kalajengking, membaca surat At-Takasur hingga melahirkan, dan membaca
suratnya. Al-Lahab mencegah naiknya air di sungai.

2. Teori Fenomenologi

Pemikiran Alfred Schutz tentang fenomenologi dipengaruhi oleh dua tokoh aksi
sosial, yaitu Edmun Husserl dan Max Weber, yang pemikirannya menelusuri sifat-sifat
manusia yang sangat mendasar hingga pengalaman kognitif dan intersubjektif Alfred
Schutz dalam kehidupan sehari-hari, yang sangat padat teori. Kesadaran menunjukkan
korelasi antara fenomenologi transendental (Edmund Husserl) dan Verstehende

3
Soziologia (Max Weber). Karena Schütz menganggap kehidupan sosial sehari-hari
bersifat intersubjektif. Max Weber (Wirawan, 2012) menyajikan konsep pendekatan
universal untuk memahami makna tindakan sendiri, mengemukakan bahwa orang yang
bertindak tidak hanya melakukan, tetapi menempatkan dirinya dalam lingkungan pikiran
dan tindakan orang lain. Konsep pendekatan ini lebih berorientasi pada motivasi menuju
suatu tujuan yang ingin dicapai, atau perilaku dengan tujuan untuk menginduksi.

Menurut Schütz, tindakan subjektif seorang aktor tidak muncul begitu saja, tetapi
ada melalui proses panjang yang harus dievaluasi menurut norma etika sosial, ekonomi,
budaya dan agama sesuai dengan tingkat pemahaman kemampuan seseorang sebelum
tindakan itu dilakukan. pada. Artinya, menurut Schütz, ada tahap awal karena motivasi.
Schütz juga menarik perhatian pada subjektivitas dari suatu bentuk yang disebut
intersubjektivitas. Konsep ini mewakili dimensi persepsi umum dan khusus dari
kelompok sosial di mana mereka terintegrasi. Intersubjektivitas yang memungkinkan
terjadinya interaksi sosial tergantung pada pengetahuan pribadi tentang peran masing-
masing. Konsep intersubjektivitas ini menyiratkan fakta bahwa kelompok-kelompok
sosial menafsirkan perilaku satu sama lain dan pengalaman mereka diperoleh dengan cara
yang sama seperti dalam interaksi individu.1

Dalam penelitian ini melihat pada realita sosial yaitu fenomena jimat sebagai
salah satu cara obat atau penangkal bala’. Hal ini perlu dikaji lebih mendalam tentang
fenomena sosial dengan membawanya ke ranah kajian living Al-Qur’an yang
dimaksudkan dalam hal ini berarti memberikan pandangan baru dalam ranah kajian Al-
Qur’an serta melibatkan respon dan pandangan masyarakat terhadap pemaknaan ayat-
ayat Al-Qur’an. Secara signifikan respon dan pandangan masyarakat terhadap munculnya
fenomenologi ini dipengaruhi oleh kecenderuungan metode pemahaman agama, tradisi,
adat dan budaya serta ideologi organisasi mayoritas di sekitar lingkungan masyarakat
tersebut.2

1
Stefanus Nindito, Fenomenologi Alfred Schutz: Studi tentang Konstruksi Makna dan Realitas dalam Ilmu
Sosial, 2005
2
Imam Sudarmoko, The Living Qur’an: Studi Kasus Tradisi Semaan Sabtu Legi di Masyarakat Sooko
Ponorogo, 2016

4
PEMBAHASAN

Kata bahasa Arab Bala berasal dari kata “baliya”, yang berarti ujian al-ikhtibar
yang dapat berupa baik atau buruk. Ibnu Manzur mengutip komentar Al-Qutaybi, namun
menjelaskan bahwa ujian itu disebut Ibla jika dilakukan dalam bentuk kebaikan, dan Bala
jika dilakukan dalam bentuk kejahatan. Ibnu Manzur juga menawarkan pendapat lain
yang diterima secara luas bahwa dalam praktiknya tes mekanis (Bala`) tidak ada
perbedaanya, baik dalam bentuk kebaikan maupun dalam bentuk kejahatan.3

Di sisi lain, penduduk setempat sebagian dari mereka hanya menganggap hal ini
sesuatu yang bersifat negatif dan menyebutnya bla-i, yang berarti bencana atau musibah.
Sedangkan sakit adalah perasaan tidak nyaman pada tubuh atau bagian tubuh seperti
menderita sakit demam atau nyeri perut, dan penyakit lainnya. Namun, artikel ini
menjelaskan sakit yang disebabkan oleh penyebab non-medis. Contoh seperti sakit
demam pada anak-anak dan tidak sadarkan diri (kesurupan) pada orang dewasa ataupun
penyakit-penyakit lain seperti yang berhubungan dengan jin.

Dari pengertian di atas masyarakat setempat dengan keyakinannya terhadap


khasiat atau kekuataan ayat-ayat Al-Qur’an mereka mengaplikasikannya dalam
kehidupan seperti:

1. Penolak bala

Masyarakat setempat mengaplikasikan ayat-ayat Al-Qur’an untuk menolak bala’


adalah pada tradisi membangun rumah dan menempati rumah baik rumah yang baru
dibangun maupun pindah rumah yang pernah ditinggali oleh orang lain sebelumnya. Dan
pemberian jimat pada anak bayi sampai balita yang berisikan ayat Al-Qur’an atau asmaul
husna yang di tulis di kertas/kain yang di kalungkan di leher atau di sematkan
menggunakan peniti di baju yang masyarakat setempat menyebutnya dengan istilah
disuwuk dan di tulis menggunakan celak di bagian dahi yang mirip dengan tradisi
masyarakat Tarim.

Penyembuh sakit.

3
Hamdi Prasetya Muhammad, Bala’ Dalam Al-Qur’an Menurut Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka, Medan
2018

5
Berdasarkan wawancara dengan warga apabila ada anak kecil yang rewel dan
mengalami demam dan sudah berobat secara medis namun tidak kunjung mengalami
perubahan maka, warga sekitar sudah pasti akan menemui seorang ustad atau kyai untuk
meminta air do’a baik itu untuk diminum atau diusapkan ke badan, dikarenakan
keyakinan masyarakat sekitar yang sangat kuat maka melalui washilah air do’a itu anak
tersebut sembuh.

Jika ada orang dewasa yang kesurupan maka, warga sekitar pun melakukan hal
yang sama seperti kasus pertama yaitu dengan menemui seorang ustad atau kyai untuk
meminta air do’a. Dalam hal tradisi membangun rumah masyarakat setempat akan
menemui ustadz atau kyai ataupun orang yang tuakan untuk meminta nasihat dan do’a
agar pada pelaksanakan pembangunan rumah tersebut diberikan keselamatan sampai
dengan selesai. Berdasarkan pengakuan masyarakat maka, mereka biasanya akan
diberikan nasihat tentang waktu yang baik di mulainya pengerjaan pembangunan rumah
dengan detail dan do’a, baik berbentuk air untuk disiramkan di area lahan yang akan di
bangun rumah ataupun tulisan ayat-ayat Al-Qur’an yang di bungkus dalam kain putih
yang kemudian di letakkan di setiap sudut galian pondasi.

Sedangkan menempati rumah atau pindahan rumah, mereka juga melakukan hal
yang sama tentang kapan waktu yang baik untuk menempati rumah yang akan di huni
dan akan mendapatkan ayat al-qur’an yang di tulis dan di bungkus kain puti untuk di
letakkan di atas pintu depan.

Sedangkan jimat untuk anak bayi yang disebut dengan di suwuk, di pasangkannya
dimulai pada saat lepasnya tali pusar bayi atau yang masyarakat setempat menyembutnya
dengan puputan yang lamanya waktu puputan tersebut beragam, antara empat sampai
tujuh hari. Berdasarkan penelusuran ayat yang dibaca pada air yang digunakan untuk
menyiram area lahan pembangunan rumah yaitu:

a. Surat Al-Fatihah
b. Surat Al-Ikhlas
c. Surat Al-Falaq
d. Surat An-Nas
e. Surat Al-Baqarah ayat 286

6
ۚ ‫َاخ ْذنَٓا إِن نَّ ِسينَٓا أَوْ أَ ْخطَأْنَا‬
ِ ‫ت ۗ َربَّنَا اَل تُؤ‬ ْ َ‫ت َو َعلَ ْيهَا َما ٱ ْكتَ َسب‬ ْ َ‫اَل يُ َكلِّفُ ٱهَّلل ُ نَ ْفسًا إِاَّل ُو ْس َعهَا ۚ لَهَا َما َك َسب‬
ُ‫َربَّنَا َواَل تَحْ ِملْ َعلَ ْينَٓا إِصْ رًا َك َما َح َم ْلتَهۥُ َعلَى ٱلَّ ِذينَ ِمن قَ ْبلِنَا ۚ َربَّنَا َواَل تُ َح ِّم ْلنَا َما اَل طَاقَةَ لَنَا بِِۦه ۖ َوٱعْف‬
َ‫َعنَّا َوٱ ْغفِرْ لَنَا َوٱرْ َح ْمنَٓا ۚ أَنتَ َموْ لَ ٰىنَا فَٱنصُرْ نَا َعلَى ْٱلقَوْ ِم ْٱل ٰ َكفِ ِرين‬

Artinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan


kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia
mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami,
janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami,
janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau
bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami;
ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami
terhadap kaum yang kafir".

f. Surat Al-Mu’minun ayat 29

ِ ‫نز ْلنِى ُمنزَ اًل ُّمبَا َر ًكا َوأَنتَ َخ ْي ُر ْٱل ُم‬


َ‫نزلِين‬ ِ َ‫َوقُل رَّبِّ أ‬
Artinya: Dan berdoalah: Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang
diberkati, dan Engkau adalah sebaik-baik Yang memberi tempat".

Begitupula jika kita ingin menempati suatu tempat tinggal dengan menuliskan
ayat-ayat Al-Qur’an di kertas atau kain yang di letakkan di atas pintu depan, yaitu seperti
gambar dibawah ini yang di prediksi terdiri dari bacaan Surat An-Naml ayat 30 yang di
pecah.

‫إِنَّ ۥهُ ِمن ُسلَ ْي ٰ َمنَ َوإِنَّهۥُ بِس ِْم ٱهَّلل ِ ٱلرَّحْ ٰ َم ِن ٱل َّر ِح ِيم‬

Artinya: Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sesungguhnya (isi)nya:


"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Dan berisi huruf hijaiyah dan simbol-simbol tertentu yang tidak dapat dimengerti.

7
‫‪Sedangkan untuk jimat atau suwuk, berdasarkan penelusuran, ayat-ayat Al-Qur’an yang‬‬
‫‪di tulis di kertas atau kain yaitu:‬‬

‫‪a. Basmalah‬‬
‫‪b. Surat Al-Fatihah‬‬
‫‪c. Ayat Kursi‬‬
‫‪d. Surat Al-Ikhlas‬‬
‫‪e. Surat Al-Falaq‬‬
‫‪f. Surat An-Nas‬‬
‫‪g. Ismul a’dzhom‬‬
‫‪h. Shalawat Nabi‬‬
‫‪i. Surat Al-Fatah ayat 1-4‬‬

‫ك فَ ْتحًا ُّمبِينًا‬
‫إِنَّا فَتَحْ نَا لَ َ‬

‫ص ٰ َرطً̃ا ُّم ْستَقِي ًما‬ ‫ك َو َما تَأ َ َّخ َر َويُتِ َّم نِ ْع َمتَهۥُ َعلَ ْي َ‬
‫ك َويَ ْه ِديَكَ ِ‬ ‫لِّيَ ْغفِ َر لَكَ ٱهَّلل ُ َما تَقَ َّد َم ِمن َذ ۢنبِ َ‬

‫ك ٱهَّلل ُ نَصْ رًا ع ِ‬


‫َزي ًزا‬ ‫َويَنص َُر َ˜‬

‫ضۚ‬ ‫ب ْٱل ُم ْؤ ِمنِينَ لِيَ ْزدَاد ُٓو۟˜ا إِي ٰ َمنًا َّم َع إِي ٰ َمنِ ِه ْم ۗ َوهَّلِل ِ ُجنُو ُد ٱل َّس ٰ َم ٰ َو ِ‬
‫ت َوٱأْل َرْ ِ‬ ‫ى أَنزَ َل ٱل َّس ِكينَةَ فِى قُلُو ِ‬
‫هُ َو ٱلَّ ِذ ٓ‬
‫َو َكانَ ٱهَّلل ُ َعلِي ًما َح ِكي ًما‬

‫ض َواَل فِي ال َّس َما ِء َوه َُو ال َّس ِمي ُع ْال َعلِي ُم‬
‫بِس ِْم هَّللا ِ الَّ ِذي اَل يَضُرُّ َم َع ا ْس ِم ِه َش ْي ٌء فِي اأْل َرْ ِ‬

‫‪8‬‬
Sedangkan berdasarkan penelusuran ayat-ayat yang dibacakan untuk penyembuhan sakit
biasanya sama dengan ayat-ayat yang digunakan untuk meqruqyah seperti membacakan
ayat kursi, mu’awidzatain, Al-Baqarah ayat 285-286, dan hizib.

9
KESIMPULAN

Manusia sebagai makhluk Allah dalam kodratnya akan mengalami berbagai


cobaan (bala’) baik sebagai individu maupun masyarakat (kaum). Bala’ dalam
pandangan manusia sendiri bisa berbentuk sakit, bencana, serta sihir. Baik yang akan
mengenai manusia secara langsung terhadap tubuh, properti maupun terhadap
lingkungan.

Manusia juga mengimani bahwa segala bala’ itu hakikatnya datang dari Allah dan
pelindung serta penyembuhnya adalah Allah, maka manusia menggunakan ayat-ayat Al-
Qur’an yang merupakan firman-Nya sebagai penangkal dan obatnya sebagai bentuk
permohonan perlindungan terhadap Allah dengan berwasilah kepada ustad maupun kyai
atau orang yang dituakan. Setelah di telaah terhadap isi jimat ternyata merupakan ayat-
ayat Al-Qur’an yang di tulis dan penulis meyakini bahwa symbol-simbol yang tertera
dalam jimat tersebut walaupun tidak di mengerti tetapi penulis berkeyakinan masih dalam
koridor syari’at.

10
DAFTAR PUSTAKA

Hamdi Prasetya, Muhammad: Bala’ Dalam Al-Qur’an Menurut Tafsir Al-Azhar


karya Buya Hamka, Medan 2018

Syarifudin, Tradisi Do’a Dana (Tolak Bala), Makassar 2018.

Effendi, Rizky: Ayat Al-Qur’an dalam Praktik Ruqyah di Pondok Sehat Al-
Wahida di Kota Banjarmasin Timur (study living qur’an), 2018

Yunus, MB: Resepsi Fungsional Al-Qur’an sebagai Syifa’ di Pondok pesantren


Roudhotut Thalabah Ki Ageng Serang Purwodadi, 2019

Nindito, Stefanus: Fenomenologi Alfred Schutz: Studi tentang Konstruksi Makna


dan Realitas dalam Ilmu Sosial, 2005
Sudarmoko, Imam: The Living Qur’an: Studi Kasus Tradisi Semaan Sabtu Legi
di Masyarakat Sooko Ponorogo, 2016

11

Anda mungkin juga menyukai