Tugas PPL Fadiah Qothrun Nada 1804026114
Tugas PPL Fadiah Qothrun Nada 1804026114
fadiahqn.2400@gmail.com
Mahasiswa Program Studi Al-Qur’an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Jl. Walisongo 3-5, Tambakaji, Kec.
Ngaliyan, Kota Semarang, Jawa Tengah 50185
ABSTRAK
1
PENDAHULUAN
Allah sebagai Maha Penguasa telah menciptakan segala sesuatu yang ada di alam
raya dengan kun fayakun-Nya. Dan penjelasan penciptaan seluruh alam raya beserta
isinya itu terangkum di dalam Al-Qur’an yang merupakan mukjizat Rasulullah sekaligus
nikmat terbesar bagi umat manusia karena di dalamnya juga banyak sekali terkandung
hikmah yang salah satunya adalah sebagai penolak bala’dan sebagai Asyifa.
KAJIAN TEORITIS
1. Teori Resepsi
2
menanggapi Al-Qur'an, yaitu bagaimana menerima, menanggapi, atau menggunakan Al-
Qur'an. Penerimaan Al-Qur'an dapat diekspresikan dalam cara masyarakat menafsirkan
ayat-ayat Al-Qur'an, bagaimana masyarakat menerapkan ajarannya, dan bagaimana
masyarakat membaca ayat-ayat Al-Qur'an. Oleh karena itu, fokus utama penelitian ini
adalah pada interaksi antara pembaca dengan Al-Qur'an, sehingga implikasi penelitian ini
akan memberikan kontribusi terhadap karakteristik dan tipe masyarakat yang terkait
dengan Al-Qur'an.
Dalam hal ini, teori yang digunakan adalah teori resepsi Fungsional. Pada
dasarnya, sebuah fungsi dapat memiliki arti praktis. Jika ini berkaitan dengan penerimaan
Al-Qur'an, yang fungsional adalah penerimaan Al-Qur'an berdasarkan tujuan praktis
pembaca daripada teori. Menurut Horald Coward, penerimaan kitab suci dengan
penekanan kuat pada tradisi lisan seperti Al-Qur'an harus dilengkapi dengan tanggapan
pendengar di samping tanggapan pembaca. Dalam resepsi ini, pembaca melihat Al-kitab
sebagai simbol dari sebuah tanda. Menggunakan Al-Qur'an sebagai simbol, pembaca
menggunakan konsep struktur teks Iser untuk menekankan sudut pandang teks. Dalam
hal ini, pembaca berada dalam tindakan terstruktur, artinya pembaca tidak lepas dari
struktur Al-Qur’an, tetapi dapat melambangkan nilai-nilai pragmatis yang terbentuk dari
sudut pandang Al-Qur’an dalam menerima Al-Qur’an. Penerimaan termasuk fitur-fitur
yang bermanfaat dengan Al-Qur'an. Fungsi ini dilakukan dengan membaca atau menggali
untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Fitur-fitur ini mencakup perilaku dan praktik
tertentu yang konsisten dengan tujuan pembaca atau pendengar. Penerimaan Fungsional
di Zaman Nabi adalah kisah seorang sahabat membaca surat Alfati untuk menyembuhkan
gigitan kalajengking, membaca surat At-Takasur hingga melahirkan, dan membaca
suratnya. Al-Lahab mencegah naiknya air di sungai.
2. Teori Fenomenologi
Pemikiran Alfred Schutz tentang fenomenologi dipengaruhi oleh dua tokoh aksi
sosial, yaitu Edmun Husserl dan Max Weber, yang pemikirannya menelusuri sifat-sifat
manusia yang sangat mendasar hingga pengalaman kognitif dan intersubjektif Alfred
Schutz dalam kehidupan sehari-hari, yang sangat padat teori. Kesadaran menunjukkan
korelasi antara fenomenologi transendental (Edmund Husserl) dan Verstehende
3
Soziologia (Max Weber). Karena Schütz menganggap kehidupan sosial sehari-hari
bersifat intersubjektif. Max Weber (Wirawan, 2012) menyajikan konsep pendekatan
universal untuk memahami makna tindakan sendiri, mengemukakan bahwa orang yang
bertindak tidak hanya melakukan, tetapi menempatkan dirinya dalam lingkungan pikiran
dan tindakan orang lain. Konsep pendekatan ini lebih berorientasi pada motivasi menuju
suatu tujuan yang ingin dicapai, atau perilaku dengan tujuan untuk menginduksi.
Menurut Schütz, tindakan subjektif seorang aktor tidak muncul begitu saja, tetapi
ada melalui proses panjang yang harus dievaluasi menurut norma etika sosial, ekonomi,
budaya dan agama sesuai dengan tingkat pemahaman kemampuan seseorang sebelum
tindakan itu dilakukan. pada. Artinya, menurut Schütz, ada tahap awal karena motivasi.
Schütz juga menarik perhatian pada subjektivitas dari suatu bentuk yang disebut
intersubjektivitas. Konsep ini mewakili dimensi persepsi umum dan khusus dari
kelompok sosial di mana mereka terintegrasi. Intersubjektivitas yang memungkinkan
terjadinya interaksi sosial tergantung pada pengetahuan pribadi tentang peran masing-
masing. Konsep intersubjektivitas ini menyiratkan fakta bahwa kelompok-kelompok
sosial menafsirkan perilaku satu sama lain dan pengalaman mereka diperoleh dengan cara
yang sama seperti dalam interaksi individu.1
Dalam penelitian ini melihat pada realita sosial yaitu fenomena jimat sebagai
salah satu cara obat atau penangkal bala’. Hal ini perlu dikaji lebih mendalam tentang
fenomena sosial dengan membawanya ke ranah kajian living Al-Qur’an yang
dimaksudkan dalam hal ini berarti memberikan pandangan baru dalam ranah kajian Al-
Qur’an serta melibatkan respon dan pandangan masyarakat terhadap pemaknaan ayat-
ayat Al-Qur’an. Secara signifikan respon dan pandangan masyarakat terhadap munculnya
fenomenologi ini dipengaruhi oleh kecenderuungan metode pemahaman agama, tradisi,
adat dan budaya serta ideologi organisasi mayoritas di sekitar lingkungan masyarakat
tersebut.2
1
Stefanus Nindito, Fenomenologi Alfred Schutz: Studi tentang Konstruksi Makna dan Realitas dalam Ilmu
Sosial, 2005
2
Imam Sudarmoko, The Living Qur’an: Studi Kasus Tradisi Semaan Sabtu Legi di Masyarakat Sooko
Ponorogo, 2016
4
PEMBAHASAN
Kata bahasa Arab Bala berasal dari kata “baliya”, yang berarti ujian al-ikhtibar
yang dapat berupa baik atau buruk. Ibnu Manzur mengutip komentar Al-Qutaybi, namun
menjelaskan bahwa ujian itu disebut Ibla jika dilakukan dalam bentuk kebaikan, dan Bala
jika dilakukan dalam bentuk kejahatan. Ibnu Manzur juga menawarkan pendapat lain
yang diterima secara luas bahwa dalam praktiknya tes mekanis (Bala`) tidak ada
perbedaanya, baik dalam bentuk kebaikan maupun dalam bentuk kejahatan.3
Di sisi lain, penduduk setempat sebagian dari mereka hanya menganggap hal ini
sesuatu yang bersifat negatif dan menyebutnya bla-i, yang berarti bencana atau musibah.
Sedangkan sakit adalah perasaan tidak nyaman pada tubuh atau bagian tubuh seperti
menderita sakit demam atau nyeri perut, dan penyakit lainnya. Namun, artikel ini
menjelaskan sakit yang disebabkan oleh penyebab non-medis. Contoh seperti sakit
demam pada anak-anak dan tidak sadarkan diri (kesurupan) pada orang dewasa ataupun
penyakit-penyakit lain seperti yang berhubungan dengan jin.
1. Penolak bala
Penyembuh sakit.
3
Hamdi Prasetya Muhammad, Bala’ Dalam Al-Qur’an Menurut Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka, Medan
2018
5
Berdasarkan wawancara dengan warga apabila ada anak kecil yang rewel dan
mengalami demam dan sudah berobat secara medis namun tidak kunjung mengalami
perubahan maka, warga sekitar sudah pasti akan menemui seorang ustad atau kyai untuk
meminta air do’a baik itu untuk diminum atau diusapkan ke badan, dikarenakan
keyakinan masyarakat sekitar yang sangat kuat maka melalui washilah air do’a itu anak
tersebut sembuh.
Jika ada orang dewasa yang kesurupan maka, warga sekitar pun melakukan hal
yang sama seperti kasus pertama yaitu dengan menemui seorang ustad atau kyai untuk
meminta air do’a. Dalam hal tradisi membangun rumah masyarakat setempat akan
menemui ustadz atau kyai ataupun orang yang tuakan untuk meminta nasihat dan do’a
agar pada pelaksanakan pembangunan rumah tersebut diberikan keselamatan sampai
dengan selesai. Berdasarkan pengakuan masyarakat maka, mereka biasanya akan
diberikan nasihat tentang waktu yang baik di mulainya pengerjaan pembangunan rumah
dengan detail dan do’a, baik berbentuk air untuk disiramkan di area lahan yang akan di
bangun rumah ataupun tulisan ayat-ayat Al-Qur’an yang di bungkus dalam kain putih
yang kemudian di letakkan di setiap sudut galian pondasi.
Sedangkan menempati rumah atau pindahan rumah, mereka juga melakukan hal
yang sama tentang kapan waktu yang baik untuk menempati rumah yang akan di huni
dan akan mendapatkan ayat al-qur’an yang di tulis dan di bungkus kain puti untuk di
letakkan di atas pintu depan.
Sedangkan jimat untuk anak bayi yang disebut dengan di suwuk, di pasangkannya
dimulai pada saat lepasnya tali pusar bayi atau yang masyarakat setempat menyembutnya
dengan puputan yang lamanya waktu puputan tersebut beragam, antara empat sampai
tujuh hari. Berdasarkan penelusuran ayat yang dibaca pada air yang digunakan untuk
menyiram area lahan pembangunan rumah yaitu:
a. Surat Al-Fatihah
b. Surat Al-Ikhlas
c. Surat Al-Falaq
d. Surat An-Nas
e. Surat Al-Baqarah ayat 286
6
ۚ َاخ ْذنَٓا إِن نَّ ِسينَٓا أَوْ أَ ْخطَأْنَا
ِ ت ۗ َربَّنَا اَل تُؤ ْ َت َو َعلَ ْيهَا َما ٱ ْكتَ َسب ْ َاَل يُ َكلِّفُ ٱهَّلل ُ نَ ْفسًا إِاَّل ُو ْس َعهَا ۚ لَهَا َما َك َسب
َُربَّنَا َواَل تَحْ ِملْ َعلَ ْينَٓا إِصْ رًا َك َما َح َم ْلتَهۥُ َعلَى ٱلَّ ِذينَ ِمن قَ ْبلِنَا ۚ َربَّنَا َواَل تُ َح ِّم ْلنَا َما اَل طَاقَةَ لَنَا بِِۦه ۖ َوٱعْف
ََعنَّا َوٱ ْغفِرْ لَنَا َوٱرْ َح ْمنَٓا ۚ أَنتَ َموْ لَ ٰىنَا فَٱنصُرْ نَا َعلَى ْٱلقَوْ ِم ْٱل ٰ َكفِ ِرين
Begitupula jika kita ingin menempati suatu tempat tinggal dengan menuliskan
ayat-ayat Al-Qur’an di kertas atau kain yang di letakkan di atas pintu depan, yaitu seperti
gambar dibawah ini yang di prediksi terdiri dari bacaan Surat An-Naml ayat 30 yang di
pecah.
إِنَّ ۥهُ ِمن ُسلَ ْي ٰ َمنَ َوإِنَّهۥُ بِس ِْم ٱهَّلل ِ ٱلرَّحْ ٰ َم ِن ٱل َّر ِح ِيم
Dan berisi huruf hijaiyah dan simbol-simbol tertentu yang tidak dapat dimengerti.
7
Sedangkan untuk jimat atau suwuk, berdasarkan penelusuran, ayat-ayat Al-Qur’an yang
di tulis di kertas atau kain yaitu:
a. Basmalah
b. Surat Al-Fatihah
c. Ayat Kursi
d. Surat Al-Ikhlas
e. Surat Al-Falaq
f. Surat An-Nas
g. Ismul a’dzhom
h. Shalawat Nabi
i. Surat Al-Fatah ayat 1-4
ك فَ ْتحًا ُّمبِينًا
إِنَّا فَتَحْ نَا لَ َ
ص ٰ َرطً̃ا ُّم ْستَقِي ًما ك َو َما تَأ َ َّخ َر َويُتِ َّم نِ ْع َمتَهۥُ َعلَ ْي َ
ك َويَ ْه ِديَكَ ِ لِّيَ ْغفِ َر لَكَ ٱهَّلل ُ َما تَقَ َّد َم ِمن َذ ۢنبِ َ
ضۚ ب ْٱل ُم ْؤ ِمنِينَ لِيَ ْزدَاد ُٓو۟˜ا إِي ٰ َمنًا َّم َع إِي ٰ َمنِ ِه ْم ۗ َوهَّلِل ِ ُجنُو ُد ٱل َّس ٰ َم ٰ َو ِ
ت َوٱأْل َرْ ِ ى أَنزَ َل ٱل َّس ِكينَةَ فِى قُلُو ِ
هُ َو ٱلَّ ِذ ٓ
َو َكانَ ٱهَّلل ُ َعلِي ًما َح ِكي ًما
ض َواَل فِي ال َّس َما ِء َوه َُو ال َّس ِمي ُع ْال َعلِي ُم
بِس ِْم هَّللا ِ الَّ ِذي اَل يَضُرُّ َم َع ا ْس ِم ِه َش ْي ٌء فِي اأْل َرْ ِ
8
Sedangkan berdasarkan penelusuran ayat-ayat yang dibacakan untuk penyembuhan sakit
biasanya sama dengan ayat-ayat yang digunakan untuk meqruqyah seperti membacakan
ayat kursi, mu’awidzatain, Al-Baqarah ayat 285-286, dan hizib.
9
KESIMPULAN
Manusia juga mengimani bahwa segala bala’ itu hakikatnya datang dari Allah dan
pelindung serta penyembuhnya adalah Allah, maka manusia menggunakan ayat-ayat Al-
Qur’an yang merupakan firman-Nya sebagai penangkal dan obatnya sebagai bentuk
permohonan perlindungan terhadap Allah dengan berwasilah kepada ustad maupun kyai
atau orang yang dituakan. Setelah di telaah terhadap isi jimat ternyata merupakan ayat-
ayat Al-Qur’an yang di tulis dan penulis meyakini bahwa symbol-simbol yang tertera
dalam jimat tersebut walaupun tidak di mengerti tetapi penulis berkeyakinan masih dalam
koridor syari’at.
10
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Rizky: Ayat Al-Qur’an dalam Praktik Ruqyah di Pondok Sehat Al-
Wahida di Kota Banjarmasin Timur (study living qur’an), 2018
11