Anda di halaman 1dari 127

   

Segala puji bagi Allah Ta’ala Tuhan semesta alam, Sholawat serta salam bagi Rosul paling mulia,
Sayyidina Muhammad Shollallahu ‘alaihi wasallam serta seluruh keluarga dan shohabat beliau.
Amma ba'd : ini adalah beberapa halaman yang membahas tentang aqidah islamiyyah dan sendi-
sendi agama yang dibutuhkan oleh seorang muslim.
Semoga Allah Ta’ala menunjukkan kita pada segala hal yang disukai dan diridloi-Nya.

As Sayyid Muhammad bin Alawi bin Abbas


Al Maliki Al Hasani.

1
TIADA TUHAN SELAIN ALLAH

Sesungguhnya kita yakin, beri'tiqod, beriman dan bersaksi bahwa tiada tuhan yang pantas
disembah kecuali Allah Ta’ala Yang Maha Esa dan tiada sesuatupun yang menyekutui-Nya.

Hal ini memberi arti bahwa tidak ada yang berhak disembah, dan tidak ada hal yang tidak
membutuhkan apapun dari selain diri-Nya, dan tiada sesuatupun yang dibutuhkan oleh segala sesuatu
selain Dia, kecuali Allah Ta’ala Yang Maha Esa dan tiada sesuatupun yang menyekutui-Nya.
Keterangan ini mencakup segala pembahasan aqidah yang berhubungan dengan Allah Ta’ala.

Allah Ta’ala adalah Tuhan Yang Maha Agung, Raja Yang Maha Besar, tiada tuhan selain-Nya dan
tiada Dzat yang pantas disembah kecuali Dia.

Dia adalah Dzat yang awal yang tiada permulaan bagi wujud-Nya, maka tiada permulaan pula bagi
awal-Nya

Dia adalah Dzat yang akhir yang tiada penghabisan bagi wujud-Nya, maka tiada penghabisan
pula bagi ahir-Nya.

Dia adalah Dzat Yang Maha Esa, Tuhan dan Pengatur yang tunggal, tiada sesuatupun yang
menyekutui-Nya.

Dia adalah Dzat yang segala sesuatu bergantung kepada-Nya, yang senantiasa diharapkan untuk
memenuhi segala kebutuhan karena kemampuan-Nya yang sempurna.

              
)4-1 ‫ ( اإلخالص‬  
"Katakanlah : Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadanya segala
sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan. dan tidak ada seorangpun yang setara
dengan Dia". (QS. Al Ikhlash : 1- 4).

Maka tiada sesuatupun yang menyerupai dan menyamai-Nya.

)11 : ‫( الشورى‬       


Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha mendengar dan melihat”. “
.(QS. Asy Syuuro : 11)

TIDAK ADA SESUATUPUN YANG SERUPA DENGAN-NYA

Dan sesungguhnya Allah Ta’ala tersucikan dari waktu dan tempat, tiada waktu yang menyertai-
Nya dan tiada pula tempat yang membatasi-Nya, karena Dialah pencipta waktu dan tempat. Lalu,
bagaimana mungkin Dia membutuhkan kedua hal tersebut?
Dan sesungguhnya Allah Ta’ala tersucikan dari menyerupai suatu makhluk meskipun cuma dalam
salah satu segi saja.
)11 : ‫( الشورى‬       
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat”.
(QS. Asy Syuuro : 11).

2
Allah Ta’ala tidak dikelilingi arah, seperti arah depan, belakang, atas, bawah, kanan dan kiri,
karena arah-arah tersebut timbul dengan terciptanya langit dan bumi, dan Allah Ta’ala tersucikan dari
adanya arah yang mengelilingi-Nya.

Tiada terjadi pada Allah subhanahu wata’ala segala hal yang baru misalnya: sakit, membutuhkan
selain-Nya, bergerak, diam (tidak bergerak), lapar, gejolak syahwat, dan lain sebagainya yang terjadi
pada makhluk serta bertentangan dengan keagungan dan kesempurnaan Tuhan. Maka Allah subhanahu
wata’ala tersucikan dari sifat-sifat makhluk.

Dan kami beriman kepada apa yang termaktub dalam kitab Allah Ta’ala (Alqur'an), yang berupa
sifat-sifat Allah Ta’ala jalla jalaluh, sesuai dengan apa yang dimaksud oleh Allah Ta’ala tanpa
menyerupakan sifat-sifat tersebut dengan makhluk dan tanpa meniadakan sifat-sifat tersebut, juga
tanpa menyamakan sifat-sifat tersebut dengan sifat-sifat makhluk, serta tanpa menentukan cara atau
bentuk dan bagi sifat-sifat tersebut.

BERSEMAYAM DI ATAS ‘ARSY

Dan kami beriman dengan istiwa' (bersemayam) yang telah difirmankan oleh Allah Ta’ala :

)5 : ‫( طه‬    


“(yaitu) Tuhan yang Maha Pemurah. yang bersemayam di atas 'Arsy”. (QS. Thoha : 5 ).
Yaitu yang bersemayam sesuai dengan keluhuran serta kemulyaan dan keagungan-Nya.

Meskipun tidak diketahui apa hakikat 'Arsy dan cara, serta bagaimana Allah Ta’ala bersemayam di
'Arsy, namun wajib bagi kita untuk mengimani istiwa' (bersemayam) tersebut. Istiwa' disini tidak boleh
diartikan "Allah Ta’ala menetap di 'Arsy", tapi harus diartikan dengan arti yang pantas dengan
keagungan Allah Ta’ala. Hal ini karena banyaknya dalil yang kuat yang menunjukkan bahwa Allah
Ta’ala tersucikan dari ruang, tempat dan arah, serta tersucikan dari segala hal yang tidak dapat
dihindari oleh hal-hal yang bersifat hadits (baru).
Dan kami beriman dengan Al Yad (‫ ) اليد‬sebagaimana difirmankan Allah Ta’ala :

)10 : ‫( الفتح‬    


"Tangan Allah berada di atas tangan-tangan mereka". (QS. Al Fath : 10).

Dan kami beriman dengan Al ‘Ain (‫ )العني‬sebagaimana difirmankan oleh Allah Ta’ala :

)48 : ‫ ( الطور‬ 


"Maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami". (QS. Ath Thur : 48).

Serta firman Allah Ta’ala :


)39 : ‫( طه‬   
"Dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku ". (QS. Thoohaa : 39).

Kami beriman dengan segala hal yang datang dari Allah Ta’ala, dalam kitab Allah Ta’ala
(Alqur'an) sesuai dengan apa yang dimaksud Allah Ta’ala.

3
DZAT YANG MAHA DEKAT

Dan sesungguhnya Allah Ta’ala adalah Dzat yang maha dekat dengan segala sesuatu yang ada.
Yaitu Dzat yang lebih dekat kepada setiap manusia dari pada urat lehernya sendiri, dan Dzat yang
mengawasi dan menyaksikan segala sesuatu,

Adapun kedekatan Allah Ta’ala adalah kedekatan yang layak dengan keagungan-Nya, bukan
kedekatan tempat karena hal tersebut mustahil bagi-Nya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala :
)4 : ‫( احلديد‬  
"Dan Dia bersama kamu ". (QS. Al Hadiid : 4 ).
Yakni dengan ilmu Allah Ta’ala yang meliputi segalanya

Dan firman-Nya :
)16 : ‫( ق‬      
"Dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya". (=ٍَQS. Qoof : 16).
Yakni dengan pengetahuan Kami, dengan dalil firman Allah Ta’ala sebelumnya :
)16 : ‫ ( ق‬    
"Dan Kami mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya" . (QS. Qoof : 16).

Dan firman-Nya :
             
) 7 : ‫ ( اجملادلة‬       
"Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah yang keempatnya. Dan tiada
(pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dialah yang keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan
antara (jumlah) yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia ada bersama mereka".
(QS. Al Mujaadalah : 7).
Yakni dengan pengetahuan-Nya yang meliputi segalanya, dengan dalil firman Allah Ta’ala
sebelumnya:
) 7 : ‫( اجملادلة‬       
"Bahwa sesungguhnya Allah Ta’ala mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi ?". (QS. Al Mujaadalah : 7).

DZAT YANG MAHA HIDUP


LAGI TERUS-MENERUS MENGURUS (MAKHLUK-NYA)

Dan sesungguhnya Allah Ta’ala adalah Dzat yang maha hidup yakni bersifat hidup secara kekal,
kehidupan-Nya tidak ada permulaan dan batas akhir. Juga Dzat yang terus menerus mengatur
makhluk-Nya yakni Dzat yang mengurus makhluk-Nya dengan sangat bagus.
(            
) 117 : ‫البقرة‬

4
"Allah Ta’ala pencipta langit dan bumi , dan bila Dia berkehendak ( untuk menciptakan) sesuatu,
maka (cukuplah ) Dia hanya mengatakan kepadanya : "Jadilah" lalu jadilah ia". (QS. Al Baqoroh :
117 ).
Arti" ‫يع‬ ‫" البد‬ adalah Dzat yang menciptakan segala sesuatu dengan tanpa meniru.

DZAT YANG MAHA MEMELIHARA

Dan Allah Ta’ala adalah Dzat yang maha memelihara, yakni mengatur segala sesuatu menurut
kehendak-Nya, atau Dzat yang menjaga atau yang menyaksikan segala sesuatu.
Firman Allah Ta’ala :
)62 : ‫(الزمر‬          
"Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu ". (QS. Az Zumar : 62 ).

DZAT YANG MAHA KUASA

Dan sesungguhnya Allah Ta’ala adalah Dzat yang maha kuasa, yakni Dzat yang mempunyai
kekuasaan yang sempurna.
)20 : ‫(البقرة‬      
"Sesungguhnya Allah Ta’ala berkuasa atas segala sesuatu ". (QS. Al Baqoroh : 20 ).

Maka tidak ada sesuatu hal-hal yang mungkin, yaitu hal-hal yang mungkin wujudnya dan
tiadanya, kecuali berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, dan di bawah wewenang-Nya.

DZAT YANG MAHA MENGETAHUI

Dan sesungguhnya Allah Ta’ala adalah Dzat yang maha mengetahui, yakni bersifat mengetahui.
)29 : ‫(البقرة‬    
" Dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu". (QS. Al Baqoroh : 29).

Dia mengetahui segala sesuatu sejak zaman dahulu (azali), baik sesuatu itu harus terjadi, mungkin
atau mustahil. Dan dia mengetahui hal-hal tersebut dari segala sisi, sesuai dengan keadaannya tanpa
didahului oleh ketidaktahuan.

Sesungguhnya Allah Ta’ala mengetahui hitungan segala sesuatu satu persatu dan Dia
mengetahuinya dari segala sisi.
)28 : ‫ ) اجلن‬   
"Dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu". (QS. Al Jin : 28).

)61 : ‫ (يونس‬           
"Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar dzarroh (Atom) di bumi ataupun di langit".
(QS. Yunus : 61).

5
            
: ‫ (احلديد‬            
)4
"Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar dari padanya dan apa yang
turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu dimana saja kamu berada.
Dan Allah Ta’ala maha melihat apa yang kamu kerjakan ". (QS. Al Hadid : 4).

)7 : ‫ (طه‬   


"Maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi". (QS. Thoha : 7).

            
)59 : ‫ (األنعام‬           
"Dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur
melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak
sesuatu yang basah atau kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)". (QS. Al
An'am : 59).

DZAT YANG MAHA MENGHENDAKI

Dan sesungguhnya Allah Ta’ala adalah Dzat yang menghendaki kepada hal-hal yang ada, maka
Dia bersifat irodah (menghendaki). Adapun kehendak-Nya itu berkaitan dengan pengadaan hal-hal
yang mungkin terjadi dan didalam waktu yang telah di tentukan, sesuai dengan apa yang telah
diketahui oleh-Nya, maka tidak ada sesuatu yang wujud itu terjadi kecuali bersandar pada keinginan-
Nya, dan bersumber pada keinginan-Nya, dan bersumber dari kehendak-Nya. Firman Allah Ta’ala :

)16 : ‫(الربوج‬  


"Maha kuasa berbuat apa yang di kehendaki-Nya". ( QS. Al Buruuj : 16 ).

)31 : ‫(املدثر‬        
Demikianlah Allah Ta’ala menyesatkan orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk "
kepada siapa yang di kehendaki-Nya". (QS. Al Mudatstsir : 31)
.
            
)125 : >‫ (األنعام‬       
“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya dia
melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. dan barangsiapa yang dikehendaki Allah
kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki
langit. ". (QS. Al An'am : 125 )

Dan sesungguhnya Allah Ta’ala itu pengatur segala sesuatu yang bersifat baru.

ِ ‫آء اِلَى اْأل َْر‬


)5: ‫ض (السجدة‬ ِ ‫السم‬ ِ
َ َّ ‫يُ َد ِّب ُر اْأل َْم َر م َن‬
" Dia mengatur urusan dari langit ke bumi ". ( QS. As Sajdah : 5 ).

Dan sesungguhnya tidak ada segala sesuatu, baik berupa kebaikan ataupun kejelekan, atau manfaat
ataupun bahaya kecuali dengan keputusan dan kehendak-Nya, maka apapun yang dikehendaki Allah
Ta’ala pasti ada, dan apapun yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan ada. Seandainya seluruh makhluk

6
berkumpul untuk menggerakkan sesuatu yang sangat kecil atau menghentikannya, maka sungguh
mereka tidak akan mampu apabila tidak dikehendaki oleh Allah Ta’ala.

DZAT YANG MAHA MENDENGAR LAGI MAHA MELIHAT

Dan kami beriman bahwa sesungguhnya Allah Ta’ala adalah Dzat yang maha mendengar lagi
maha melihat - yakni bersifat mendengar dan melihat – kepada segala sesuatu yang ada tanpa
menggunakan indra dan organ, karena Allah Ta’ala tersucikan dari menyerupai makhluk. Maka tidak
samar pada penglihatan Allah Ta’ala segala sesuatu yang terlintas dihati dan segala perasaan serta
pikiran yang tersembunyi, dan tidak akan luput dari pendengaran-Nya suara rayapan seekor semut
hitam dalam gelapnya malam di atas batu yang sangat besar. Firman Allah Ta’ala :

ِ ‫الس ِميع الْب‬


)11: ‫صير (الشورى‬ ِِ ِ
َ ُ َّ ‫س َكمثْله َش ْيىءٌ َو ُه َو‬
َ ‫لَْي‬
"Tidak ada suatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang maha mendengar lagi maha melihat".
(QS. Asy Syuura : 11).

DZAT YANG MAHA BERFIRMAN

Dan kami beriman bahwa sesungguhnya Allah Ta’ala adalah Dzat yang maha berfirman dengan
firman yang tidak menyerupai pembicaraan makhluk, dan tidak benar apabila kami mensifati firman
Allah Ta’ala dengan selain sifat-sifat yang telah datang dari-Nya, karena hal tersebut merupakan
perbuatan lancang terhadap Allah Ta’ala.

Dan sesungguhnya Allah Ta’ala telah menceritakan sendiri bahwa Dia berbicara langsung kepada
Nabi Musa 'Alaihissalam. Dan sesungguhnya Allah Ta’ala besok dihari kiamat tidak akan berbicara
kepada sebagian orang-orang yang mempunyai dosa besar. Karenanya cukup bagi kita untuk hanya
menetapkan sifat kalam bagi Allah Ta’ala dengan mencukupkan pada apa yang ada didalam Alqur'anul
karim.

AL QUR’AN ADALAH KALAM ALLAH TA’ALA

Kami beriman bahwa sesungguhnya Alquran yang agung adalah kalam Allah Ta’ala yang qodim,
dan kitab-Nya yang diturunkan kepada Nabi dan Rosul-Nya yaitu Sayyidina Muhammad Shollallahu
‘alaihi wasallam.

Dan ketahuilah bahwa Alqur’an mempunyai dua arti :


1. Alqur’an adalah kalam Allah Ta’ala yang qodim.
2. Alqur’an adalah suatu rangkaian yang dibaca, didengar, dihafal, ditulis diantara dua sampul
mushaf

7
Al Qur’an adalah kitab Allah Ta’ala yang diturunkan kepada utusan-Nya melalui lisan malaikat
Jibril 'Alaihisallam, yang diriwayatkan secara mutawatir dan tiada seorangpun yang mampu
membuatnya. Alqur’an dengan dua pengertian tersebut adalah kalam Allah Ta’ala.

Penamaan Alqur’an sebagai firman Allah Ta’ala dengan arti yang pertama ( kalam Allah Ta’ala )
adalah dengan pertimbangan bahwa Alqur’an menunjukkan sifat qodim Allah Ta’ala. Sedangkan
penamaan Alqur’an dengan arti yang kedua adalah dengan pertimbangan bahwa Allah Ta’ala
menciptakan Alqur’an dengan tulisan-tulisan-Nya di Lauhul Mahfudz, sesuai firman Allah Ta’ala :

)22 – 21 : ‫(الربوج‬         
"Bahkan yang dusta mereka itu adalah Alquran yang mulia yang (tersimpan) dalam lauh mahfudz".
(QS. Al Buruuj : 21-22).

Dan dengan huruf-huruf yang berada dilisan malaikat Jibril 'Alaihissalam, sebagaimana firman
Allah Ta’ala :
)19 : ‫(التكوير‬    
“ Sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar firman (Allah Ta’ala yang dibawa oleh) utusan yang mulia
(Jibril)”. (QS. At Takwiir : 19).

Al Qur’an menurut pengertian ini (arti yang kedua) adalah sesuatu yang muhdats ( diturunkan )
dari Allah Ta’ala, akan tetapi dalam hal ini tidak boleh diucapkan kata muhdats kecuali dalam forum
belajar mengajar, karena dihawatirkan akan timbul kecenderungan mengartikan Al Qur’an dengan arti
yang pertama (kalam Allah Ta’ala yang qodim).

Seperti halnya bahwa Alqur’an dengan menggunakan definisi yang kedua, menunjukkan hal yang
telah ditunjukkan oleh kalam yang qodim. Maka, ketika kamu mendengar suatu misal ayat yang
berbunyi:
)32 : ‫ (اإلسراء‬  
.Dan janganlah kamu mendekati zina". (QS. Al Isro' : 32)"

yang dapat kamu pahami dari ayat tersebut adalah larangan untuk mendekati zina. Dan seandainya
hijab (penutup) yang menutupi mata batinmu dibuka dan kamu mendengar kalam Allah Ta’ala yang
qodim, maka kamu akan memahami kalam qodim tersebut sesuai dengan makna ayat tadi.
Kesimpulannya, kalam qodim dan Alqur’an adalah satu, meskipun yang menunjukkan berbeda-beda.

Tidak diperkenankan bagi seseorang untuk meyakini bahwa Rosullulloh Shollallahu 'alaihi
wasallam merubah lafadz yang diturunkan kepada beliau atau meyakini bahwa beliau meriwayatkan
dengan makna (dengan merubah lafadznya) seperti meriwayatkan hadits dengan makna bagi orang
yang mengetahui. Karena apabila Rosululloh Shollallahu ‘alaihi wasallam ternyata benar-benar
melakukannya, maka Rosullulloh Shollallahu 'alaihi wasallam akan menjelaskan kepada kita apa yang
beliau pahami, bukan apa yang diturunkan kepada beliau. Allah Ta’ala telah berfrman :

)44 : ‫(النحل‬     


"Agar kamu menerangkan kepada umat manusia yang telah diturunkan kepada mereka".
(QS. An Nahl : 44).

Dan Allah Ta’ala berfirman :


)67 : ‫(املائدة‬        
"Hai Rosul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari tuhanmu". (QS. Al Maidah : 67).

8
DZAT YANG MAHA PENCIPTA
LAGI MAHA PEMBERI RIZQI

Sesungguhnya Allah Ta’ala adalah Dzat yang menciptakan, memberi rizki, dan mengatur segala
sesuatu menurut kehendak-Nya. Tiada seorangpun yang mampu menentang dan menandingi-Nya
didalam kekuasaan-Nya. Dia memberi, mencegah, mengampuni dan menyiksa siapapun yang Dia
kehendaki.
Firman Allah Ta’ala:
)23 : >‫(األنبياء‬      
"Dan tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanya".
(QS. Al Anbiyaa' : 23).

PENGUASA YANG ADIL

Sesungguhnya Allah Ta’ala adalah Dzat yang maha bijaksana didalam tindakan-Nya, adil didalam
keputusan-Nya serta tidak tergambarkan kedzaliman dan ketidak adilan dari-Nya. Tidak ada tuntutan
bagi-Nya untuk memenuhi hak-hak para makhluk, sedangkan para makhluk wajib memenuhi hak-hak
Allah Ta’ala. Karena Allah adalah Dzat yang memberi nikmat dan anugerah dengan menciptakan,
mengatur, memberi petunjuk dan memberi bermacam-macam nikmat kepada semua hamba-hamba-
Nya.
Firman Allah Ta’ala :
)18 : ‫(النحل‬      
"Dan jika kamu menghitung-hitung ni'mat Allah Ta’ala, niscaya kamu tidak dapat menentukan
jumlahnya". (QS. An Nahl : 18).

Seandainya Allah Ta’ala memusnahkan seluruh makhluk-Nya hanya dalam sekejap mata, maka
tidak bisa dikatakan bahwa Allah Ta’ala telah berbuat tidak adil dan dholim terhadap para makhluk,
karena mereka semua adalah milik-Nya dan juga hamba-hamba-Nya. Allah Ta’ala bebas mengerjakan
apa yang ada didalam kekuasaannya menurut kehendak-Nya.
Firman Allah Ta’ala :
)46 : ‫(فصلت‬    
"Dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba-Nya". (QS. Fushilat : 46).

Allah Ta’ala memberi pahala kepada hamba-hamba-Nya yang taat, sebagai anugerah dan
kemurahan-Nya, dan menyiksa hamba-hamba-Nya yang maksiat (durhaka) dengan kebijaksanaan dan
keadilan-Nya.

Sesungguhnya mentaati Allah Ta’ala merupakan kewajiban bagi para hamba-Nya yang
disampaikan-Nya melalui lisan para Nabi dan para utusan-Nya 'Alaihimu sholatu wasallam.

Kami juga beriman kepada semua kitab yang telah diturunkan oleh Allah Ta’ala, semua Rosul
yang diutus oleh-Nya dan semua malaikat-Nya, serta beriman kepada takdir Allah Ta’ala ( takdir yang
baik dan yang buruk )

SAYYIDINA MUHAMMAD
SHOLLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM
ADALAH UTUSAN ALLAH TA’ALA

9
Kami bersaksi sesungguhnya Sayyidina Muhammad Shollallahu ‘alaihi wasallam adalah hamba
Allah Ta’ala dan utusan-Nya. Allah Ta’ala mengutus beliau untuk jin dan manusia, orang arab maupun
selain arab dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, untuk mengalahkan agama-agama
selain islam meskipun orang-orang musyrik membencinya.

Sesungguhnya Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam telah menyampaikan risalah dan


menjalankan amanat, menasehati ummat, menghilangkan kesusahan. Dan beliau mencurahkan segala
kemampuannya untuk memperjuangkan agama Allah Ta’ala. Rosululloh Shollallahu ‘alaihi wasallam
adalah orang yang jujur dan dapat dipercaya, yang didukung dengan bukti-bukti yang kuat, dan
mu'jizat-mu'jizat yang luar biasa. Dan Allah Ta’ala mewajibkan kepada hamba-hamba Nya untuk
membenarkan, taat, dan mengikuti sunnah Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam.

Dan sesungguhnya iman seseorang tidak diterima - meskipun dia telah beriman kepada Allah
Ta’ala - sampai dia beriman kepada Rosullullah Shollallahu ‘alaihi wasallam dan semua hal yang
dibawa dan dikabarkan oleh beliau berupa urusan-urusan dunia dan ahirat serta alam barzakh .

Diantara hal-hal tersebut adalah beriman dengan adanya pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir
terhadap orang yang sudah meninggal tentang tauhid, agama dan kenabian, beriman dengan adanya
nikmat kubur bagi orang yang taat dan siksa kubur bagi orang yang maksiat, beriman dengan adanya
kebangkitan setelah kematian, dikumpulkannya jasad-jasad dan ruh-ruh dan dihadapkan kepada Allah
Ta’ala, beriman akan adanya hisab (perhitungan amal baik atau buruk), dimana sesungguhnya
perhitungan para hamba berbeda-beda ketika dihisab, ada yang di permudah dan ada yang dipersulit
serta ada juga orang yang masuk surga tanpa dihisab, beriman dengan adanya mizan (timbangan) untuk
menimbang amal baik dan buruk, beriman dengan adanya shiroth yaitu jembatan yang terbentang di
tengah-tengah neraka jahannam, dan beriman dengan adanya telaga Rosulullah Shollallahu ‘alaihi
wasallam yang airnya bersumber dari surga dan diminum oleh orang-orang yang beriman sebelum
masuk surga.

Kami beriman dengan syafa’at para Nabi kemudian syafa’at Shiddiqin, Syuhada', Ulama' dan
syafa’at orang-orang yang beriman. Syafa’at yang terbesar (syafa'atul 'udzma) terkhususkan untuk
Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam. Yaitu syafa’at yang digunakan untuk (mempercepat) proses
keputusan Allah Ta’ala (pada hari kiamat). Selain syafa’atul 'udzma, Rosulullah Shollallahu ‘alaihi
wasallam juga memiliki syafa’at-syafa’at yang lain .

Kami juga beriman dengan dikeluarkannya seseorang yang mengesakan Allah Ta’ala dari neraka,
sehingga orang-orang yang didalam hatinya masih terdapat iman walaupun sebesar biji atom, maka
orang tersebut tidak akan kekal abadi berada dalam neraka.
Allah Ta’ala berfirman :
)7 : ‫(الزلزلة‬      
" Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarohpun ( atom ), niscaya dia akan melihat
( balasan ) nya ". (QS. Az Zalzalah : 7 ) .

Dan sesungguhnya orang-orang yang kafir dan orang-orang yang menyekutukan Allah Ta’ala akan
kekal abadi di dalam neraka untuk selama-lamanya. Allah Ta’ala berfirman :

)162 : ‫(البقرة‬       


"Tidak akan diringankan siksa dari mereka dan tidak (pula) mereka diberi tangguh".
(QS. Al Baqoroh : 162 ).

Dan orang-orang yang beriman berada dalam surga kekal selama-lamanya. Allah Ta’ala berfirman :

)48 : ‫(احلجر‬        


" Mereka tidak merasa lelah didalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan padanya ".
(QS. Al Hijr : 48 ) .

10
Sesungguhnya orang-orang yang beriman akan melihat Allah Ta’ala didalam surga dengan kasat
mata sesuai dengan keagungan Allah Ta’ala dan kesucian serta kesempurnaan-Nya.

Suatu kewajiban bagi setiap hamba untuk meyakini keutamaan para sahabat Rosulullah
Shollallahu ‘alaihi wasallam bahwa mereka semua adalah orang-orang yang adil, orang-orang pilihan
dan orang-orang terpercaya. Tidak boleh mencaci dan mencela salah satu dari mereka. Kursi
kekholifahan yang hak setelah Rosulullah Shollallahu ‘alai wasallam adalah Sayyidina Abu Bakar As
Shidiq kemudian Sayyidina Umar Al Faruq, kemudian Sayyidina Utsman Asy Syahid kemudian
Sayyidina Ali Al Murtadlo. Semoga Allah Ta’ala meridhoi mereka dan orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik sampai hari kiamat, serta meridhoi kita semua bersama mereka dengan rahmat-Mu
ya Allah wahai dzat yang Maha pengasih diantara orang-orang yang mengasihi.

********

DUA SYAHADAT

Dua syahadat adalah pusat dari segala inti, yang barang siapa terhalang dari dua syahadat maka
terhalang baginya untuk mendapatkan rahmat dari Allah Ta’ala .
Allah Ta’ala berfirman :
            
)72 : ‫ (املائدة‬  
" Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah Ta’ala, maka pasti Allah
Ta’ala mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang
dzalim itu seorang penolongpun ". (QS. Al Ma'idah : 72).

Adapun arti "La ilaha illallah" (tiada tuhan selain Allah) adalah meniadakan sifat ketuhanan
(uluhiyah) dari selain Allah Ta’ala dan menetapkan sifat ketuhanan tersebut hanya semata kepada
Allah Ta’ala.

11
Ketuhanan (uluhiyah) adalah suatu hal yang pantas memiliki sifat-sifat yang sempurna secara
keseluruhan, maka dari itu tidak ada tuhan yang wajib disembah melainkan hanya Allah Ta’ala semata.
Tidak ada Dzat yang menciptakan dan memberi rizki kecuali Allah Ta’ala semata, tidak ada Dzat yang
memberi dan mencegah kecuali Allah Ta’ala, dan tidak ada Dzat yang memberikan bahaya dan
manfaat kecuali Allah Ta’ala, dan ketetapan ini berlaku diseluruh alam Muluk dan alam Malakut.
Tidak seorangpun mampu menguasai sesuatu dilangit dan bumi walaupun hanya seberat biji atom, dan
tidak ada yang dapat menyekutui-Nya dilangit dan bumi, dan tidak ada seorangpun yang membantu-
Nya, memberi manfaat atau bahaya pada diri-Nya, dan mereka tidak akan bisa memiliki kematian,
kehidupan dan kebangkitan dari kubur.

Seandainya dimungkinkan bagi Allah Ta’ala yang maha suci mempunyai sekutu dalam sifat
ketuhanan-Nya maka sekutu tersebut harus mempunyai sifat-sifat ketuhanan berupa pelaksanaan
kekuasaan (qudroh), dan tersebarnya pengetahuan (ilmu) dan kehendak (iroodah) secara merata. Hal
tersebut menimbulkan perbedaan kehendak yang signifikan, tuhan yang satu menghendaki wujudnya
sesuatu sedangkan tuhan yang lain tidak menghendakinya. Karena mustahil ada dua keinginan yang
berlawanan dapat berkumpul menjadi satu secara bersama-sama, Begitu pula mustahil dihasilkan
sebuah kesimpulan dari dua keinginan tadi, karena hal tersebut dapat menimbulkan kerusakan di alam
semesta. Tidak terciptanya sesuatu di alam semesta merupakan hal yang batil. Hanya ada satu
keputusan tuhan yang tersisa, dan hal ini adalah dalil pelaksanaan kekuasaan dan kepantasan Allah
Ta’ala terhadap sifat ketuhanan. Secara logika, hal tersebut menunjukkan tercegahnya sekutu dalam
ketuhanan menurut akal. Allah Ta’ala berfirman :
)22 : >‫ ( األنبياء‬      
" Sekiranya ada dilangit dan dibumi tuhan-tuhan selain Allah Ta’ala, tentulah keduanya itu telah
rusak binasa ". (QS. Al Anbiya' : 22).

Dan firman Allah Ta’ala :


              
)91 : >‫ ( املؤمنون‬     
" Allah Ta’ala sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada Tuhan (yang lain) beserta-
Nya, kalau ada Tuhan besertaNya, masing-masing Tuhan itu akan membawa makhluk yang
diciptakannya, sebagian dari Tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain ".
(QS. Al Mu'minun : 91).

Arti Sayyidina Muhammad Rosulullah adalah kamu harus meyakini bahwa Allah Ta’ala telah
mengutus Nabi yang ummi ( tidak bisa baca tulis ) berasal dari bangsa arab, bersuku Quraisy, dan
keturunan bani Hasyim, yaitu Sayyidina Muhammad Shollallohu ‘alaihi wasallam. Beliau diutus untuk
seluruh jin dan manusia. Allah Ta’ala meneguhkannya dengan wahyu, dan mewajibkan kepada semua
makhluk untuk mentaati semua perintah dan meninggalkan semua larangan beliau, dan membenarkan
apa yang telah dikabarkan oleh beliau. Syahadat tauhid ( lafadz "La ilaha illallah" ) tidak akan
sempurna jika tanpa disertai dengan persaksian terutusnya Sayyidina Muhammad Shollallahu ‘alaihi
wasallam .

SAYYIDINA MUHAMMAD
SHOLLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM
SEBAGAI PEMIMPIN BANI ADAM

Perlu diketahui sesungguhnya kita yakin dengan mantap, yang mana keyakinan tersebut cocok
dengan kenyataan bahwa Sayyidina Muhammad Shollallahu 'alaihi wasallam adalah pimpinan hamba
Allah Ta’ala secara mutlak, dan perantara yang paling dekat untuk menuju Allah Ta’ala baik dimasa
hidupnya dan kelak dihari kiamat nanti, yang mana akan nampak pada hari kiamat nanti
kepemimpinan beliau atas para Nabi dan semua makhluk, sehingga beliau mempunyai syafa'atul
'udzma dan kedudukan yang dekat kepada Allah Ta’ala, sebagai pembawa bendera pujian yang di
bawahnya terdapat Sayyidina Adam 'Alaihissalam dan keturunannya. Semua nabi mengakui

12
kepemimpinannya atas orang sebelum dan sesudah beliau bahkan seluruh makhluk di dunia ketika
Allah Ta’ala memberikannya dihari kiamat,

Hal itu diterangkan dengan jelas di dalam hadits Imam Al Bukhori dan Imam Muslim yaitu sabda
Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam :
" ‫َّاس َي ْو َم اْ ِلقيَ َام ِ>ة‬
ِ ‫" أَنَا َسيِّ ُد الن‬
"Aku adalah pimpinan manusia di hari kiamat". sampai akhir hadits syafa'at yang di dalamnya
diterangkan ‫ات اْألَنْبِيَ ِ>اء‬
ِ ‫َّاس لِساد‬ ِ
َ َ ِ ‫( إِلْت َجاءُ الن‬berlindungnya manusia pada tokoh-tokoh para Nabi).

satu persatu dari para nabi tidak mampu memberikan syafa’at dan menyarankan kepada Nabi yang
lain, sehingga pada akhirnya Nabi Isa 'Alaihissalam menyarankan manusia agar memohon syafa’at
kepada sang kekasih yang paling mulia yaitu Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam lalu beliau
menerima permohonan mereka dan bersabda :

"‫" أَنَا هَلَا أَنَا هَلَا‬


"Sayalah yang mensyafa'ati mereka, Sayalah yang mensyafa'ati mereka".

Kemudian Rosulullah Shollallahu 'alaihi wasallam mensyafa'ati mereka dan Allah Ta’ala menerima
syafa'at beliau untuk mereka.

Suatu hal yang mungkin, jika Rosulullah Shollallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang pertama
kali didatangi oleh manusia, akan tetapi pertama-tama Allah Ta’ala memberi ilham kepada manusia
untuk pergi meminta syafa’at kepada para Rosul, sehingga Allah Ta’ala menampakkan keutamaan
Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam atas Rosul-rosul yang lain.

Sesungguhnya beliau adalah pemimpin para makhluk secara mutlak dan Rosul yang paling dicintai
Allah Ta’ala Yang Maha Pencipta. Demikian ini, meskipun kebanyakan orang-orang awam tidak
mengetahui hal ini secara terperinci - yang sesuai dengan penjelasan ini -, melainkan mereka
mengetahui dengan yakin bahwa Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam secara umum adalah
pimpinan para makhluk, mutlak di dunia dan akhirat. Syafa'at beliau diterima Allah Ta’ala di dunia
dan akhirat. Para manusia menjadikan Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam sebagai perantara
kepada Allah Ta’ala agar beliau menyampaikan keinginan mereka di dunia dan di akhirat. Di dalam
keyakinan ini orang-orang awam tersebut menyamai para ulama'. Dan sama halnya orang laki-laki dan
perempuan di dalam mengetahui hal tersebut mereka mendidik anak-anaknya menurut iman dan
keyakinan yang benar dan nyata. Maka tidak ada seorang anak yang sampai berumur tamyiz, kecuali
menyamai mereka didalam pengetahuan ini tentang hal-hal yang berkaitan dengan Rosulullah
Shollallahu ‘alaihi wasallam. Ketika mereka bertambah besar, maka pengetahuan mereka akan
bertambah kokoh dihatinya, dan berkembang sesuai petunjuk dan taufiq (kesuksesan) yang telah
ditakdirkan Allah Ta’ala baginya.

KATAKANLAH SESUNGGUHNYA AKU ADALAH MANUSIA

Kita meyakini bahwa Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang manusia yangjuga
merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain seperti sakit, akan tetapi sakit yang tidak menjadikan
kehinaan dan dijauhi manusia, seperti apa yang dikatakan oleh pengarang kitab " Aqidatul awam " :

ِ ‫ص َك َخ ِف‬
ِ ‫يف الْ َمَر‬
‫ض‬ ِ ‫َو َجائٌِز يِف َح ِّق ِه ْم ِم ْن َعَر‬
ٍ ‫ بِغَرْيِ َن ْق‬# ‫ض‬
"Dan boleh bagi para Rosul hal-hal yang terjadi pada manusia biasa, dengan tanpa menjadikan
kehinaan seperti sakit yang ringan”.

13
Dan sesungguhnya Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang hamba yang tidak
kuasa untuk menolak kemadlorotan dan mendatangkan kemanfaatan bagi dirinya, tidak kuasa untuk
memberikan kematian, kehidupan dan bangkit dari kematian tanpa seizin Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman :

              
           
)188 : ‫ (األعرف‬  
" Katakanlah : "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak pula (pula) menolak
kemadlorotan kecuali yang dikehendaki Allah Ta’ala. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghoib ,
tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak timpa kemadlorotan. Aku tidak
lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman".
(QS. Al A'rof : 188 ).

Beliau benar-benar telah menyampaikan risalah dan amanat, menasehati ummat, dan berjihad
dijalan Allah Ta’ala sampai ajal menjemputnya. Kemudian beliau berpindah kesisi Tuhannya dalam
keadaan ridlo dan diridloi. Allah Ta’ala berfirman :

)30 : ‫(الزمر‬    


"Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula)". (QS. Az Zumar : 30)

>‫(األنبياء‬           
)34 :
" Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad
Shollallahu ‘alaihi wasallam), maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal ? ".
(QS. Al Anbiya' : 34).

Adapun penghambaan diri (ubudiyah ) adalah sifat Rosulullah Shollallahu 'alaihi wasallam yang
paling mulia. Beliau membanggakan sifat tersebut didalam dirinya. Beliau bersabda :
" ‫" إمَّنَا أَنَا َعْب ٌد‬
Artinya :"Sesungguhnya aku adalah seorang hamba".

Allah Ta’ala mensifati beliau dengan sifat ubudiyah pada kedudukan yang mulia. Allah Ta’ala
berfirman :
)1 : ‫(اإلسراء‬    
" Maha suci Allah Ta’ala, yang telah memperjalankan hamba-Nya". ( QS. Al Isro' : 1).

) 19 : ‫ ( اجلن‬         
"Dan bahwasanya tatkala hamba Allah Ta’ala (Muhammad ٍShollallahu ‘alaihi wasallam) berdiri
menyembah-Nya (mengerjakan ibadah), hampir saja jin-jin itu berdesak-desakkan mengerumuninya".
(QS. Al Jin : 19).

Sifat basyariyyah ( kemanusiaan ) Rosulullah Shollallahu 'alaihi wasallam adalah hakekat dari
mu’jizat Beliau. Beliau adalah manusia biasa yang diberi keistimewaan dengan hal yang tidak mampu
dicapai oleh siapapun bahkan menyamainya. Sabda Rosulullah Shollallahu 'alaihi wasallam yang
menerangkan keadaan dirinya :

‫ت ِعْن َد َريِّب يُطْعِ ُميِن َويُ ْس ِقييِن‬ ِ


ُ ‫ت َك َهْيئَت ُك ْم إِيَّن أَبِْي‬
ُ ‫إِيِّن لَ ْس‬
"Aku bukanlah seperti kalian semua, aku bermalam disisi Tuhanku, Dia memberiku makan dan
minum".

14
Dengan demikian sudah jelas bahwa ketika kita mensifati Rosulullah Shollallahu 'alaihi wasallam
dengan sifat manusia biasa (basyariyah), maka harus wajib disertai dengan sesuatu yang membedakan
beliau dengan manusia pada umumnya yaitu dengan menyebutkan keistimewaan-keistimewaan dan
keutamaan-keutamaan beliau yang amat berharga dan terpuji. Hal ini tidak dikhususkan hanya kepada
Sayyidina Muhammad Shollallahu 'alaihi wasallam saja, akan tetapi berlaku secara umum bagi semua
utusan Allah Ta’ala, supaya pandangan kita terhadap mereka sesuai dengan kedudukan mereka. Hal
tersebut dikarenakan bahwa memperhatikan segi kemanusiaan para Nabi ( manusia biasa ) yang murni
tanpa memperhatikan adanya keistimewaan dalam diri mereka adalah pandangan jahiliyyah syirkiyyah
( pandangan Abu Jahal beserta teman-temannya ). Di dalam Alqur’an terdapat banyak sekali bukti-
bukti yang menerangkan hal tersebut, seperti ucapan kaum Nabi Nuh 'Alaihissalam tentang beliau
yang telah diceritakan oleh Allah Ta’ala, ketika berfirman :

: ‫ ( ه>>ود‬          
) 27
" Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya : "Kami tidak melihat kamu
melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami". (QS. Hud : 27 ).

Dan seperti ucapan Fira'un dan kelompoknya tentang Nabi Musa dan Nabi Harun 'alaihima
assalam yang telah diceritakan Allah Ta’ala ketika berfirman :

) 47 : ‫ ( املؤمنون‬      


“Dan mereka berkata : "Apakah (patut) kita percaya kepada dua orang manusia seperti kita (juga),
padahal kaum mereka (Bani Israil) adalah orang-orang menghambakan diri kepada kita".
(QS. Al Mu'minun : 47).

Dan juga seperti ucapan kaum Tsamud pada Nabi Sholeh yang telah diceritakan Allah Ta’ala
dengan firman-Nya :
: ‫ ( الشعراء‬          
) 154
"Kamu tidak lain melainkan manusia seperti kami : maka datangkanlah sesuatu mu'jizat, jika kamu
memang termasuk orang-orang yang benar ". (QS. Asy Syua'raa : 154).

Dan juga seperti ucapan penduduk Abkah kepada Nabi Syu'aib yang telah diceritakan Allah Ta’ala
dengan firman-Nya :
           
) 186 - 185: ‫ ( الشعراء‬  
“Mereka berkata : "Sesungguhnya kamu adalah salah seorang dari orang-orang yang kena sihir, dan
kamu tidak lain melainkan seorang manusia seperti kami, dan sesungguhnya kami yakin bahwa kamu
benar-benar termasuk orang-orang yang berdusta". (QS. Asy Syu'araa : 185-186) .

Dan juga seperti ucapan orang-orang musyrik tentang Sayyidina Muhammad Shollallahu ‘alaihi
wasallam bahwa mereka memandang beliau sebagai manusia biasa tanpa ada keistimewaan-
keistimewaan, yang telah diceritakan Allah Ta’ala dengan firman-Nya :

) 7 : ‫( الفرقان‬         
Dan mereka berkata : "Mengapa Rosul ini memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar ?".
(QS. Al Furqon : 7).

Dan sesungguhnya Rosulullah Shollallahu 'alaihi wasallam telah bercerita tentang dirinya dengan
cerita yang benar mengenai apa yang telah dimuliakan Allah Ta’ala kepada beliau, berupa keagungan
sifat-sifat beliau dan kejadian-kejadian di luar akal manusia yang membedakan beliau dengan seluruh
manusia.

15
Diantara hal yang diceritakan adalah keterangan dalam suatu hadits shohih, yaitu sabda Rosulullah
Shollallahu 'alaihi wasallam:
" ‫اي َوالَ َينَ ُام َق ْليِب‬
َ َ‫" َتنَ ُام َعْين‬
"Kedua mataku tertidur, akan tetapi hatiku tidak tertidur ".

Dan sabda Rosulullah Shollallahu 'alaihi wasallam:


"‫"إِيِّن أ ََرا ُك ْم ِم ْن َو َر ِاء ظَ ْه ِري َك َما أ ََرا ُك ْم ِم ْن أ ََم ِامي‬
"Sesungguhnya aku mampu melihat kalian semua dari balik punggungku seperti halnya aku melihat
kalian semua di depanku."

Dan juga di dalam hadits shohih, Rosulullah Shollallahu 'alaihi wasallam bersabda:

ِ ‫يح َخَزائِ ِن اْأل َْر‬


‫ض‬ ِ
َ ‫يت َم َفات‬
ِ
ُ ‫أُوت‬
"Aku diberi kunci-kunci kekayaan yang ada di bumi".

Meskipun Rosulullah Shollallahu 'alaihi wasallam telah meninggal dunia, namun beliau masih
tetap hidup di kehidupan barzakh yang sempurna. Beliau mendengar pembicaraan manusia, menjawab
salam, dan sholawat yang dibaca oleh seseorang, sampai kehadapan beliau. Sesungguhnya Allah
Ta’ala mengharamkan bumi untuk memakan jasad Rosulullah Shollallahu 'alaihi wasallam sehingga
jasad beliau akan terjaga dari segala mara bahaya dan gangguan- gangguan yang ditimbulkan oleh
tanah.

Dan diriwayatkan dari Aus bin Aus Rodhiyallahu 'anhu, beliau berkata : Rosululah Shollallahu
'alaihi wasallam bersabda:

‫الص ْع َقةُ فَأَ ْكثُِروا َعلَ َّي ِم َن‬ ِِ ِ ِ‫فِي ِه خلِق آدم وفِي ِه قُب‬,‫ِمن أَفْض ِل أَيَّ ِام ُكم يوم اْجلمعة‬
َ ‫ض َوفْي ِه‬
َ ‫الن ْف َخةُ َوفْيه‬ َ ْ َ ُ َ َ ُ ْ َ ُْ ُ َْ ْ َ ْ
ِ ِ ِ َّ
‫ك َوقَ ْد‬َ ‫صالَُتنَا َعلَْي‬
َ ‫ض‬ ُ ‫ف ُت ْعَر‬ َ ‫ول اهللَ َو َكْي‬َ ‫ يَ َار ُس‬:‫ قَالُوا‬,‫ضةٌ َعلَ َّي‬ َ ‫ فَِإ َّن‬,‫الصالَة فْيه‬
َ ‫صالَتَ ُك ْم َم ْع ُر ْو‬
‫َج َس ِاد اْألَنْبِيَ ِاء" ( رواه‬ ْ ‫ض أَ ْن تَأْ ُك َل أ‬ ِ ‫ "إِ َّن اهللَ َعَّز َو َج َّل َحَّر َم َعلَى اْأل َْر‬:‫ال‬َ ‫ت؟ َف َق‬ ِ
َ ‫> يعىن بَلْي‬-‫ت‬ َ ‫أَ ِر ْم‬
)‫أمحد وأبو داود وابن ماجه وابن حبان ىف صحيحه‬
"Paling utama hari-hari kalian adalah hari jum'at pada hari jum’atlah Nabi Adam 'alaihissalam
diciptakan , dan meninggal dunia, dan pada hari itu terdapat tiupan sangkala, dan binasanya seluruh
makhluk. Maka perbanyaklah membaca sholawat kepadaku pada hari jum'at, karena sesungguhnya
sholawat kalian diperlihatkan kepadaku". Para shohabat berkata: Wahai Rosulallah bagaimana
sholawat kita diperlihatkan kepada engkau sedangkan engkau telah rusak? Maka beliau
bersabda:"Sesungguhnya Allah Ta’ala yang maha mulia dan maha agung telah mengharamkan bumi
untuk memakan jasad para Nabi". (Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah,dan Ibnu
Hiban didalam kitab shohihnya, dan diriwayatkan oleh Imam Hakim dan hadits ini dihukumi shohih
oleh beliau).

Dan masalah kehidupan para Nabi didalam kubur telah diuraikan secara khusus oleh Al Hafidz Imam
Jalaluddin Ash Shuyuty dan kitabnya yang diberi nama "Inbaul adzkiya' bihayatil anbiya"

Dan diriwayatkan oleh Abu Huroiroh rodliyallahu 'anhu dari Rosulullah Shollallahu 'alaihi
wasallam bersabda :
َّ ‫َح ٍد يُ َسلِّ ُم َعلَ َّي إِالَّ َر َّد اهللُ إِيَلَّ ُر ِو ِح ْي َحىَّت أ َُر َّد َعلَْي ِه‬
)‫السالَ َم (رواه امحد وابو داود‬ ِ
َ ‫َما م ْن أ‬
" Tiada seorangpun yang mengucapkan salam kepadaku kecuali Allah Ta’ala mengembalikan
kekuatan ucapanku sehingga aku mampu menjawab salam tersebut ". (Diriwayatkan oleh Ahmad dan
Abu Dawud).

16
Dan diriwayatkan oleh 'Ammar bin Yasir Rodliyallahu 'anhu dia berkata : Rosulullah Shollallahu
'alaihi wasallam bersabda :

ِِ ِ ِ ِ ِ
ْ ‫َح ٌد إِىَل القيَ َامة إِالَّ أ َْبلَغَيِن ْ بِامْس ه َو‬
‫اس ِم‬ َ ُ‫إِ َّن اهللَ َو َّك َل بَِقرْبِ ْي َملَ ًكا أ َْعطَاهُ اهللُ أَمْسَاء اْخلَالَ ئ ِق؛ فَالَ ي‬
َ ‫صلِّي َعلَ َّي أ‬
ِ
)‫ك (رواه البزار وابو الشيخ وابن حبان‬ َ ‫صلَّى َعلَْي‬ َ ‫أَبِْيه ه َذا فُالَن ب ِن فُالَن قَ ْد‬
" Sesungguhnya Allah Ta’ala menyerahkan urusan kepada seseorang malaikat dikuburku dan Allah
Ta’ala memberinya nama para makhluk, maka tidak ada seorangpun bersholawat kepadaku sampai
nanti hari kiamat kecuali malaikat menyampaikan kepadaku nama orang tersebut dan nama
bapaknya, bahwa fulan bin fulan ini telah bersholawat kepadamu ". (Diriwayatkan oleh Al Bazzar dan
Abusysyaikh dan Ibnu Hibban).

Adapun lafadz Ibnu Hibban adalah : Rosulullah Shollallahu 'alaihi wasallam bersabda :

‫صلِّ ْي َعلَ َّي‬ ِ ‫إِ َّن اهلل تبارك وتعاىل و َّكل ملَ ًكا أ َْعطَاه أَمْس اء اْخلالَ ئِ ِق َفهو قَائِم علَى َق ِ ي إِذَا‬
َ ُ‫َح ٌد ي‬
َ‫سأ‬ َ ‫ي‬
َْ‫ل‬ ‫ف‬
َ ‫ت‬
ُّ ‫م‬ ‫ُ َ ٌ َ رْب‬ َ ََ ُ ََ َ َ
ِ َ َ‫ك فُالَن إِبْ ُن فُالَن؛ ق‬ َ َ‫صالًَة إِالَّ ق‬
‫الر ُج ِل‬
َّ ‫ك‬ َ ‫ب تبارك وتعاىل َعلَى َذل‬ َّ ‫صلِّي‬
ُّ ‫الر‬ َ ُ‫ َفي‬: ‫ال‬ َ ‫صلَّى َعلَْي‬َ ‫ يَا حُمَ َّم ُد‬: ‫ال‬ َ
)‫اح َد ٍة َع َشًرا (رواه الطرباين يف الكبري بنحوه‬ ِ ‫بِ ُك ِّل و‬
َ
" Sesungguhnya Allah Ta’ala Yang Maha Suci dan Maha Luhur telah menyerahkan urusan kepada
seorang malaikat yang telah diberi daftar nama para makhluk. Dia berdiri diatas kuburku, apabila
aku telah wafat maka tidak ada seorangpun yang bersholawat kepadaku kecuali malaikat tersebut
berkata : "Wahai Muhammad" fulan bin fulan telah bersholawat kepadamu. Rosulullah Shollallahu
'alaihi wasallam bersabda :" Tuhan Yang Maha Suci dan Maha Luhur akan memberi rahmat kepada
orang yang telah membaca sholawat, setiap satu sholawat diberi sepuluh rahmat ". ( Diriwayatkan
oleh Ath Thobaroni didalam kitab Al Kabir ).

Meskipun Rosulullah Shollallahu 'alaihi wasallam telah meninggal dunia, akan tetapi keutamaan,
kedudukan dan pangkat beliau disisi Allah Ta’ala masih tetap abadi tanpa ada keragu-raguan lagi.

Tidak ada keragu-raguan bagi orang yang beriman bahwa Rosulullah Shollallahu 'alaihi wasallam
meskipun beliau mempunyai derajat yang agung dan kedudukan yang tinggi, tetapi beliau tetap sebagai
makhluk yang tidak kuasa menolak bahaya dan mendatangkan manfaat tanpa seizin Allah Ta’ala .
Allah Ta’ala berfirman :
          
) 110 : ‫( الكهف‬
“ Katakanlah :" Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan
kepadaku : Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa ". (QS. Alkahfi : 110 ).

KEDUDUKAN AL KHOLIK DAN KEDUDUKAN AL MAKHLUK

Sesungguhnya perbedaan antara kedudukan Al Kholik dan Al Makhluk merupakan batas yang
membedakan antara kufur dan iman, dan kita meyakini bahwa orang yang mencampuradukan antara
kedua kedudukan tersebut, maka dia telah kafir. Semoga Allah Ta’ala melindungi kita.

Tiap-tiap kedudukan mempunyai hak-hak yang khusus. Tetapi ada beberapa masalah yang timbul
dalam pembahasan ini, terlebih yang berkaitan dengan Nabi kita Shollallahu 'alaihi wasallam dan
keistimewaan-keistimewaan yang membedakan dan mengangkat derajat beliau dengan manusia yang
lain.

Masalah ini terasa membingungkan bagi sebagian orang karena lemahnya akal dan terbatasnya
pemikiran serta sempitnya wawasan dan kesalahfahaman mereka. Mereka terburu-buru dalam
mengkafirkan orang-orang yang mempunyai pemikiran dalam masalah-masalah tersebut dan

17
mengusirnya dari negara islam. Mereka berprasangka bahwa menetapkan keistimewaan-keistimewaan
Rosulullah Shollallahu 'alaihi wasallam adalah tindakan mencampuradukan antara kedudukan Al
Kholik dan Al Mahkluk, serta dapat mengangkat kedudukan Rosulullah Shollallahu 'alaihi wasallam
kepada kedudukan sebagai Tuhan. Sesungguhnya kami membebaskan Allah Ta’ala dari hal tersebut.
Dan dengan kemurahan Allah Ta’ala kami mengetahui hal-hal yang wajib bagi Allah Ta’ala dan
Rosulullah Shollallahu 'alahi wasallam tanpa berlebih-lebihan dan keterlaluan yang bisa sampai pada
batas mensifati Rosulullah Shollallahu 'alahi wasallam dengan hal-hal yang merupakan keistimewaan
Tuhan seperti mencegah, memberi, membawa manfaat, membahayakan dengan kemampuan sendiri
(tanpa seizin Allah Ta’ala), kekuasaan yang sempurna dan secara umum, menciptakan dan mengatur,
menyendiri dalam kesempurnaan, keagungan dan kesucian, dan serta menyendiri dan berhak atas
segala macam, bentuk dan tingkatan ibadah.

Adapun melewati batas yang berarti bersungguh-sungguh didalam mencintai Rosulullah


Shollallahu 'alahi wasallam dan taat kepada beliau, maka hal ini adalah hal yang baik dan yang
dianjurkan. Sebagaimana dalam hadist:

ِ
َ ‫الَتُطُْرويِن ْ َك َما أَطَْرت الن‬
َ‫َّص َارى ابْ َن َم ْرمَي‬
"Janganlah kalian semua berlebih-lebihan (mengkultuskan) dalam memujiku seperti halnya orang-
orang nasrani yang berlebih-lebihan dalam memuji Ibnu Maryam".

Maksud hadist diatas adalah berlebih-lebihan dalam memuji Sayyidina Rosulullah shollollahu 'alaihi
wasallam dengan selain pujian yang diberikan orang nasrani kepada Sayyidina Isa 'Alaihissallam
adalah hal yang terpuji. Seandainya yang dimaksud dalam hadits bukanlah seperti keterangan diatas,
maka maksud hadist tersebut adalah larangan sepenuhnya untuk memuji beliau. Orang muslim paling
bodohpun tidak akan mengatakan hal ini, karena Allah Ta’ala didalam Al Qur’an Al 'Adzim telah
mengagungkan Nabi kita Shollallahu' alaihi wasallam dengan keagungan yang tertinggi. Maka
merupakan hal yang wajib bagi kita untuk mengagungkan orang yang telah diagungkan Allah Ta’ala
dan diperintahkan untuk mengagungkannya.

Memang betul, wajib bagi kita agar tidak mensifati Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam
dengan sifat-sifat Tuhan. Semoga Allah Ta’ala merahmati orang yang berkata:

# ‫َّص َارى يِف نَبِيِّ ِه ِم‬


َ ‫ااد َعْتهُ الن‬
َّ ‫َد ْع َم‬
‫احتَ ِك ِم‬ ِِ ِ ‫مِب‬
ْ ‫ت َم ْد ًحا فيه َو‬
َ ‫اح ُك ْم َا شْئ‬
ْ ‫َو‬
“ Tinggalkanlah apa yang diaku-akukan oleh orang orang nasrani kepada nabi mereka, dan
memujilah kepada Rosulullah Shollallahu 'alaihi wasallam dengan apa saja yang engkau kehendaki
dan dengan memakai bahasa yang indah sekali”.

Mengagungkan Rosullullah Shollallahu ‘alaihi wasallam dengan selain sifat-sifat ketuhanan


bukanlah merupakan suatu kekufuran dan kesyirikan, tetapi hal itu merupakan ketaatan dan taqorrub
yang paling agung. Begitu pula semua orang yang diagungkan Allah Ta’ala, seperti para nabi dan para
Rosul Sholawatullah wasalamuhu ‘alaihim ajma’in, malaikat, para shiddiq, orang-orang yang mati
syahid dan orang sholeh. Allah Ta’ala berfirman :
) 32 : ‫( احلج‬         
“ Demikianlah (perintah Allah). dan Barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah Maka
Sesungguhnya itu timbul dari Ketakwaan hati”. (QS. Al Hajj : 32).

Dan Allah Ta’ala berfirman:


) 30 : ‫ ( احلج‬         
“Demikianlah (perintah Allah). dan Barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi
Allah, Maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya”. (QS. Al Hajj : 30).

Dan termasuk hal yang diagungkan Allah adalah Ka’bah yang agung, Hajar Aswad dan Maqom
Ibrahim ‘Alaihissalam. Sesungguhnya semua itu adalah batu, dan Allah Ta’ala memerintahkan kita

18
untuk mengagungkannya dengan melakukan tawaf di Baitullah, menyentuh Rukun Yamani, mencium
Hajar Aswad, sholat dibelakang Maqom Ibrahim, dan berdiri untuk berdoa ketika berada di Mustajaar,
pintu Ka’bah dan di Multazam. Kita tidak menyembah semua itu kecuali hanya kepada Allah Ta’ala,
dan kita tidak mempercayai pengaruh, manfaat dan bahaya dari selain Allah Ta’ala. Dan tidak ada
sesuatu dari hal tersebut bagi seseorang selain Allah Ta’ala.

Kesimpulannya, disini ada dua perkara yang agung serta wajib untuk diperhatikan, yaitu :

1. Kewajiban mengagungkan Nabi Muhammad Shollallahu 'alaihi wasallam dan mengangkat


derajatnya dari makhluk yang lain.

2. Menyendirikan sifat ketuhanan dan berkeyakinan bahwa sesungguhnya Allah Tabaroka


wata’ala adalah individual dengan dzat, sifat-sifat, dan tindakan-tindakan-Nya dari semua
makhluk-Nya. Barang siapa meyakini persekutuan makhluk dengan Dzat Yang Maha Pencipta
Subhanahu wata’ala di dalam sesuatu dari hal tersebut, maka sungguh orang itu telah berbuat
syirik seperti halnya orang-orang musyrik yang meyakini berhala-berhala sebagai Tuhan dan
berhak untuk disembah. Dan barang siapa merendahkan derajat Rosulullah Shollallahu 'alaihi
wasallam, maka sungguh dia telah berbuat maksiat atau bahkan bisa sampai kufur.

Adapun orang yang sungguh-sungguh di dalam mengagungkan Rosulullah Shollallahu 'alaihi


wasallam dengan berbagai macam cara dan dia tidak mensifati pengagungan itu dengan sesuatu yang
termasuk sifat-sifat Pencipta Azza wajalla maka sungguh dia telah mencapai kebenaran dan
memelihara segala sisi ketuhanan dan kerasulan. Hal itu adalah ucapan yang tidak melampaui batas
dan lalai. Ketika di dalam ucapan seorang mukmin ditemukan penyandaran sesuatu kepada selain
Allah Ta’ala, maka wajib mengartikan ucapan tersebut pada majaz ‘aqli dan tidak diperkenankan untuk
mengkafirkan mereka, karena majaz ‘aqli juga digunakan di dalam Alqur’an dan Sunnah.
Yang termasuk penggunaan majaz ‘aqli adalah firman Allah Ta’ala:

) 2 : ‫( األنفال‬      


“ Dan apabila dibacakan ayat-aya-Nya maka bertambahlah iman mereka “. )QS. Al Anfaal : 2 ).

Penyandaran lafadz ‫ زيادة‬kepada ‫اآليات‬adalah majaz ‘aqli. Karena ‫ اآليات‬merupakan sebab didalam
‫ زيادة‬. Dan Dzat yang menambah hakekat keimanan adalah Allah Ta’ala. Firman Allah Ta’ala :
) 17 : ‫(املزمل‬     
“ Kepada hari yang menjadikan anak-anak beruban”. ( QS Al Muzammil : 17 ).

Adapun penyandaran ‫ الجعل‬kepada ‫ اليوم‬adalah majaz ‘aqli karena ‫ اليوم‬adalah tempat menjadikan
anak-anak beruban. Maka ‫ جعل‬tersebut terjadi didalam ‫ اليوم‬. Dan Dzat yang menjadikan hakekat
anak-anak beruban adalah Allah Ta’ala. Firman Allah Ta’ala :

) 24 – 23 : ‫ ( نوح‬       


“ Dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) yaguts, ya’uq, dan nasr. Dan
sesudahnya mereka menyesatkan kebanyakan (manusia)”. (QS. Nuh : 23-24).

Penyandaran ‫ االضالل‬kepada ‫ أصنام‬adalah majaz ‘aqli. Karena ‫ أصنام‬merupakan sebab timbulnya


penyesatan, sedangkan Dzat yang memberi petunjuk dan menyesatkan adalah Allah Ta’ala semata.

Firman Allah Ta’ala ketika menceritakan tentang fir’aun :

) 36 : ‫ ( غافر‬     


“Wahai haman buatkanlah untukku sebuah bangunan “.(QS. Ghoofir : 36).

19
Penyandaran ‫ البناء‬kepada ‫ ها ما ن‬adalah majaz ‘aqli karena sesungguhnya ‫ ها ما ن‬adalah sebab
adanya bangunan maka ‫ ها ما ن‬adalah pemerintah yang memerintah, dan ‫ ها ما ن‬tidak bisa
membangun sendiri, sedangkan orang yang membangun sesungguhnya adalah para pekerja dan buruh.

Adapun didalam hadits-hadits terdapat banyak penjalasan yang dapat diketahui oleh orang yang
memahami dan menelaah hadits tersebut, dan termasuk orang yang mampu mengetahui perbedaan
antara isnad haqiqi dan isnad majazi. Maka dari itu diperkenankan untuk memanjangkan perwayatan
hadits-hadits tersebut. Para ulama berkata : Sesungguhnya munculnya penyandaran tersebut dari
orang-orang yang mengesakan Allah Ta’ala telah mencukupi didalam menjadikan sebagai isnad
majazi, karena keyakinan yang benar adalah meyakini bahwa sesungguhnya Dzat yang menciptakan
para hamba dan perbuatan mereka hanyalah Allah Ta’ala semata. Maka Allah Ta’ala adalah Dzat yang
menciptakan para hamba dan perbuatan mereka, tanpa pengaruh selain Allah Ta’la, baik bagi orang
hidup maupun orang mati. Keyakinan ini adalah tauhid yang murni, berbeda dengan orang yang
berkeyakinan selain atas keyakinan ini, maka sesungguhnya dia telah jatuh di dalam kemusyrikan.

*******

MAKNA IMAN KEPADA ALLAH TA’ALA

Iman kepada Allah Ta’ala terbagi menjadi dua bagian : bagian pertama menafikan sifat-sifat yang
cacat ( tidak patut ) bagi Dzat Allah Ta’ala yang suci dan bagian kedua menetapkan sifat-sifat yang
sempurna bagi Dzat Allah Ta’ala.

Bagian pertama, yaitu mensucikan Dzat Allah Ta’ala dari keadaan, masa, tempat, dan sifat-sifat
yang ada di dalam hati, mensucikan-Nya dari persekutuan, anak, orang tua, istri, hal yang bersifat fana,
materi, dan segala sifat yang tak sepantasnya bagi Dzat Allah Ta’ala secara mutlak.

Imam Al Ghozali Rohimahullahu Ta’ala menjelaskan di dalam kitab Al Jami’ Al ‘Awwam ‘Anil
Khaudzi fi ‘Ilmil Kalam tentang mensucikan Dzat Pencipta Yang Luhur :

“Setiap orang yang terlintas didalam pikirannya bahwasanya Allah Ta’ala adalah jisim (materi) yang
tersusun maka dia termasuk orang yang menyembah berhala. Karena sesungguhnya setiap jisim
merupakan perkara yang baru dalam penciptaannya. Dan menyembah perkara yang baru adalah
suatu kekufuran. Menyembah berhala adalah suatu kekufuran karena berhala merupakan makhluk
(merupakan jisim). Barang siapa menyembah jisim maka dia adalah kafir sesuai dengan kesepakatan
para ulama, baik jisim tersebut kecil bentuknya seperti molekul maupun besar bentuknya seperti kuda,
baik berupa benda mati seperti batu maupun benda hidup seperti manusia, baik berupa benda yang
lembut sifatnya seperti udara dan air maupun benda padat seperti debu, baik berupa benda yang
bercahaya seperti matahari dan bintang maupun benda yang tidak bercahaya seperti bumi”.

Imam Al Ghozali Rohimahullahu Ta’ala berkata : “Adapun lafadz yang termaktub didalam Al
Qur’an dan Hadits berupa lafadz-lafadz musykilat yang secara dhohir memberikan kerancuan arti

20
dalam mensifati Allah Ta’ala, merupakan sifat-sifat huduts (baru) dan jismiyyah (materi) seperti al
Istiwa’ (bersemayam), al Maji’ (datang), an Nuzul (turun), al Yad (tangan), al Qodam (kaki), as
Suuroh (bentuk) dan yang lainnya. Maka merupakan sebuah kewajiban untuk melakukan beberapa hal
ketika mendengar sifat-sifat tersebut”:

o Pertama : Mensucikan Allah Ta’ala dari hal yang bersifat jasmani dan yang mengikutinya.

o Kedua : Membenarkannya yaitu meyakini dengan pasti bahwa yang dikehendaki dalam
lafadz-lafadz ini adalah makna yang sesuai dengan kemuliaan dan keagungan-Nya.
Dan bahwasanya apa yang telah disifati oleh Allah Ta’ala untuk diri-Nya sendiri
dan apa yang telah disifati oleh Rosul-Nya kepada Allah adalah kebenaran yang
haqiqi yang sesuai dengan firman dan makna yang dikehendaki-Nya.

o Ketiga : Mengakui kelemahan setiap orang yang tidak memahami hakikat dan penafsirannya,
serta meyakini bahwa makna dhohirnya lafadz dan rahasia-rahasia yang tidak
diketahuinya dapat diketahui oleh Rosulullah Sholallah ‘alaihi wasallam, Sayyidina
Abu Bakar As Shidiq, para sahabat yang terkemuka, para wali, dan para ulama
yang berkeilmuwan tinggi. Hanya saja, makna yang tersembunyi dalam lafadz ini,
semata-mata karena kelemahan dan keterbatasan kekuatan orang tersebut, maka
tidak seyogyanya mengqiyaskan orang lain dengan dirinya sendiri.

o Keempat : Tidak mengubah lafadz-lafadz tersebut dengan menafsiri, mengganti atau


mengosonginya sehingga tidak dapat diganti dengan lafadz yang lain, dan tidak
boleh diterjemahkan dengan bahasa lain walaupun sesuai dengan arti lafadz-lafadz
tersebut, akan tetapi cukup hanya dengan mendatangkan lafadz yang ada dengan
bentuk sighotnya seperti lafazd semula.
Oleh karena itu, ulama salaf bersikukuh mempertahankannya dan cukup hanya
dengan mendatangkan lafadz yang mereka dengar saja.

Adapun yang benar adalah sebagaimana perkataan para ulama. Karena tempat yang paling pantas
untuk berhati-hati adalah mengatur dzat dan sifat-sifat Allah Ta’ala. Dan anggota badan yang paling
berhak untuk dijaga dan dikendalikan adalah lisan yang tidak terkontrol didalam mengucapkan hal
yang mempunyai bahaya yang besar bahkan melebihi kekufuran.

Bagian yang kedua, yaitu menetapkan sifat-sifat kesempurnaan bagi Dzat Pencipta Ta’ala seperti
Al Hayah (hidup), Al Ilmu (mengetahui), Al Qudrah (berkuasa), Al Irodah (berkehedak), As Sam’u
(mendengar), Al Bashoru (melihat), Al Kalam ( berfirman) dan sifat-sifat Allah Ta’ala yang lain.
Dengan demikian, telah tetap sifat-sifat kesempurnaan bagi Allah Ta’ala dengan periwayatan yang
mutawatir, sebagaimana Allah Ta’ala mensifati Dzat-Nya dengan sifat-sifat kesempurnaan tersebut
dan rosul-Nya mensifati Allah Ta’ala pula dengan sifat-sifat kesempurnaan tersebut. Allah Ta’ala
berfirman:

) 255 : ‫(البقرة‬        


Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus
mengurus (makhluk-Nya) ( QS Al Baqoroh : 255 )

)58 : ‫( الفرقان‬       


Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati ( QS Al Furqoon : 58 ).

) 29 : ‫(البقرة‬     


Dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu. ( QS Al Baqoroh : 29 )

) 19 : ‫ ( غافر‬     

21
Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati ( QS Ghoofir :
19).
            
) 59 : ‫( األ نعام‬
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia
sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan. ( QS Al An’am : 59 ).

Dan Allah Ta’ala berfirman :

) 164 : ‫ ( النساء‬   


Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung. ( QS An Nisa’ : 164 ).

Ketahuilah bahwa pengetahuan Allah Ta’ala berkaitan dengan semua sifat jaiz, wajib, dan sifat
mustahil baginya, baik berupa apa yang telah wujud adanya atau yang belum wujud adanya dengan
cara penciptaannya, seperti didalam ayat :

) 28 : ‫ ( األنعام‬     


“Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah
dilarang mengerjakannya”. ( QS Al An’am : 28 ).
) 3 : ‫( السباء‬          
“Tidak ada tersembunyi daripada-Nya sebesar zarrahpun yang ada di langit dan yang ada di bumi”.
( QS. As Saba’ : 3).

Pendengaran dan penglihatan Allah Ta’ala keduanya berkaitan dengan semua perkara yang wujud,
baik dari segi suara, obyek pandang dan yang lainnya sehingga tidak ada sesuatu apapun yang dapat
tersembunyi dari pendengaran dan penglihatan Allah Ta’ala. Hal ini tidak dapat difahami seperti
halnya memahami sifat-sifat makhluk, akan tetapi difahami bahwa Allah Ta’ala adalah Dzat yang
berbuat tanpa anggota badan, Maha Mengetahui tanpa hati, Maha Melihat tanpa bola mata dan kelopak
mata, Maha Mendengar tanpa lubang dan daun telinga, karena semua itu merupakan sifat-sifat
makhluk yang dikendalikan oleh Allah Ta’ala sesuai dengan kebiasaannya. Jikalau Allah Ta’ala
menghendaki menjadikan mata untuk mendengar, daun telinga untuk melihat dan sebagainya, maka
pasti Allah Ta’ala mampu melakukannya. Allah Ta’ala Maha Kuasa atas segala sesuatu dan tidak ada
sesuatupun yang menyamainya, Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Begitu juga tidak masuk bagi sifat-sifat Allah Ta’ala hukum at ta’aqub(bergantian) dan at tartib
(berurutan), sehingga tidak bisa diucapkan : Sesungguhnya Allah Ta’ala mengetahui sesuatu setelah
Dia tidak mengetahuinya, Allah Ta’ala melihat sesuatu setelah Dia tidak melihatnya, Allah Ta’ala
Mendengar segala sesuatu setelah Dia tidak mendenganya. Karena semua itu adalah sifat-sifat yang
tidak dapat dielakkan bagi makhluk. Sifat-sifat Allah Ta’ala berbeda dengan makhluk-Nya,
sebagaimana Dzat Allah Ta’ala berbeda dengan ciptaan-Nya.

Kuasa ( Qudroh ) dan kehendak ( Irodah ) Allah Ta’ala berkaitan dengan semua hal yang mungkin,
hanya saja qudroh berpengaruh didalam mewujudkan dan meniadakan sesuatu, sedangkan irodah
mengkhususkan sesuatu dengan waktu dan sifat-sifat yang ditentukan. Qudroh adalah cabang dari
irodah. Ketika Allah Ta’ala menghendaki sesuatu maka Allah Ta’ala akan mewujudkannya dengan
qudroh-Nya. Sedangkan irodah adalah cabangnya ilmu, karena Allah Ta’ala tidak akan menghendaki
kecuali telah didahului oleh pengetahuan-Nya yang qodim dalam mewujudkan dan
meniadakan sesuatu.

IMAN KEPADA MALAIKAT

Iman kepada malaikat ‘Alaihimussalam maksudnya adalah percaya bahwa malaikat adalah
perantara antara Allah Ta’ala dengan utusan-utusan-Nya dan antara rosul-Nya kepada para manusia
didalam menyampaikan kitab-kitab-Nya, larangan dan perintah-Nya.Barang siapa tidak beriman
kepada malaikat maka dia mengkufuri kitab-kitab dan utusan-utusan Allah Ta’ala.
Iman kepada para Malaikat lebih didahulukan penyebutannya dari pada iman kepada kitab dan
rosul, karena hal ini telah diterangkan didalam Al Quran dan hadits .

22
Kewajiban pula meyakini bahwa malaikat adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan, dijaga
dari maksiat dan selalu menjalankan ketaatan.
) 20 : ‫ ( األنبياء‬    
“Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya”. (QS Al Anbiya’ : 20).
) 6 : ‫ ( التحريم‬       
“tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan”. ( QS At Tahrim : 6).

Dan tidak ada yang dapat menghitung jumlah mereka kecuali Allah Ta’ala, Allah Ta’ala berfirman:
) 31 : ‫ ( المدثّر‬     
“Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri “. ( QS Al Mudatsir : 31).

Dan diterangkan dalam kitab shohih muslim pada hadits yang menceritakan isro’ dan mi’rojnya
Rosulullah Sholallahu ‘alaihi wasallaam, bahwa beliau bersabda :
ٍ >‫ت الْمع >م>و ِر فَ >ِإ َذا ه>>و ي > ْد خلُ>>ه ُك‬
ِ ِ ِ ِ ِِ ِ
َ >ْ‫>ل َي> ْ>وم َس >ْبعُو َن أَل‬
ٍ‫>ف َملَك‬ َّ ُ ُ َ َ ُ ُ ْ َ ‫البْي‬ َ ‫فَ >إ َذا أَنَا ب >إْبَراه‬
َ ‫يم ُم ْس >ن ًدا ظَ ْ>ه َ>رهُ إىَل‬
‫ودو َن إِلَْي ِه‬
ُ ُ‫الََيع‬
“Tiba-tiba aku bertemu dengan nabi Ibrahim yang sedang menyandarkan tubuhnya kepada al baitul
ma’mur maka tiba-tiba masuk kedalam al baitul ma’mur setiap hari sebanyak tujuh puluh ribu
malaikat, dan mereka tidak pernah kembali ke al Baitul Ma’mur “.

Imam At Turmudzi meriwayatkan dari Abu Dzar Rodliallahu ‘anhu dari Rosulullah Sholallahu
‘alaihi wasallam bersabda :

‫>ط َما فِ َيها َم ْو ِض >عُ أ َْربَ > ِع‬


َّ >ِ‫ت ال َّس > َماءُ َو ُح> َّ>ق هَلَا أَ ْن تَئ‬
ْ َّ‫إِيِّن أ ََرى َما الَ َت> َ>ر ْو َن َوتَ ْس > َم ُع م >اَالَ تَ ْس > َمعُو َن أَط‬
ِ ‫اضع جبهته س‬
‫اج ًدا‬ ِ ٌ َ‫أَصابِع إِالَّ وفِ ِيه مل‬
َ ُ َ َ ْ َ ٌ ‫ك َو‬ َ َ َ َ
“Sesungguhnya aku melihat apa yang tidak kalian lihat dan mendengar apa yang tidak kalian dengar,
langit bergemuruh dan pantas baginya untuk bergemuruh, di dalamnya tak terdapat tempat sebesar
empat jari tangan kecuali terdapat malaikat yang meletakkan dahinya seraya bersujud di dalamnya.

Imam Al Hadromi berkata : Ketahuilah (semoga Allah Ta’ala memberi rahmat kepadamu)
sesungguhnya iman kepada malaikat wajib hukumnya seperti halnya iman kepada para rosul. Barang
siapa yang tidak beriman kepada malaikat maka dia adalah kafir, imannya tidak diterima oleh Allah
Ta’ala karena dia telah mendustakan kitab-kitab Allah Ta’ala dan para utusan-Nya. Hanya Allah
semata yang mampu menghitungnya, karena seluruh alam mulk ( alam yang terlihat ) dan alam
malakut (alam yang tak terlihat) telah penuh ditempati oleh malaikat. Sebagian dari mereka ada yang
diserahi urusan bumi dan gunung seperti keterangan yang ada dalam hadits shohih:

ِ ِ َ َ‫ك اجلِباَِل نَ َاداهُ ق‬


ْ ‫بق َعلَْي ِه ْم األ‬
ِ ‫َخ َشَبنْي‬ َ ‫ إِ ْن شْئ‬: ‫ال‬
َ ‫ت أَ ْن أُط‬ َّ ‫إ‬
َ َ‫َن َمل‬
“Sesungguhnya malaikat gunung memanggil Rosulullah sholallahu ‘alaihi wasallaam dan dia
berkata: ‘Jika engkau menginginkan supaya aku menangkupkan gunung ahsyabaan diatas mereka’.

Dan sebagian yang lain diserahi urusan bintang-bintang, menyampaikan sholawatnya orang yang
bersholawat kepada Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam, dan ada pula yang bertempat tinggal
dilangit tujuh seperti yang telah disifati Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallaam pada malam isro’
mi’roj. Sebagian yang lain bertugas menjadi penjaga surga dan neraka, pembawa ‘arsy, pengatur awan
dan hujan, sehingga diriwayatkan bahwa Allah Ta’ala tidak akan menurunkan setetespun (air hujan)
dari langit kecuali disertai malaikat. Sebagian dari malaikat ada yang diserahi urusan rahim, penciptaan
air mani, peniupan ruh kedalam jasad, penciptaan tumbuh-tumbuhan, pengaturan angin, tempat
perjalanan bintang-bintang, pencatat-pencatat amal, dan menjaga anak cucu Nabi Adam sesuai
perintah Alloh Ta’ala.

23
Secara umum mereka menghuni seluruh alam mulk, sehingga tidak ada sejengkalpun di dalamnya
kecuali dihuni dan dipenuhi oleh mereka mulai dari bawah sampai atas. Oleh karena itu Rosulullah
Shollallahu ‘alaihi wasallaam memerintahkan agar kita tidak menghadap atau membelakangi kiblat
ketika sedang kencing atau berak, sebagai penghormatan terhadap malaikat-malaikat yang sedang
sholat menghadap kiblat. Iman kepada seluruh malaikat wajib hukumnya. Ketahuilah! Bahwa malaikat
adalah makhluk halus / ghaib yang berbeda-beda jenisnya menurut derajatnya masing-masing. Kita
tidak mampu mengetahui seperti apa bentuk asli malaikat, bahkan mereka tidak bisa dilihat dengan
kasat mata, akan tetapi Allah Ta’ala telah memberi kekuatan kepada malaikat untuk merubah
wujudnya dalam bentuk yang berbeda-beda, seperti ketika Malaikat Jibril ‘Alaihissalam mendatangi
Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallaam dalam bentuk Dihyah Al Kalby pada umumnya. Suatu kali
Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallaam pernah melihat Malaikat Jibril ‘Alaihissalam menutupi
cakrawala dengan kedua sayapnya.
Allah Ta’ala berfirman :

) 17 : ‫ ( مريم‬      

“Lalu Kami mengutus ruh Kami kepadanya, Maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk)
manusia yang sempurna”. ( QS. Maryam : 17).

Para ‘Ulama’ yang ahli tahqiq berkata : Penjelmaan malaikat pada suatu bentuk bukanlah hakekat
bentuk nyata mereka. Sesungguhnya hakikat bentuk asli malaikat adalah ruh yang halus, yang bisa
menyambung kedalam hati, mengalir di dalam aliran darah, masuk ke dalam inti bumi, dan mereka
bisa melihat tetapi tidak bisa dilihat, karena itu Allah Ta’ala berfirman :
) 9 : ‫ ( األ نعام‬    
“Dan kalau Kami jadikan Rasul itu malaikat, tentulah Kami jadikan Dia seorang laki-laki”.(QS Al
An’am : 9).
Yakni karena indera kalian tidak bisa menangkap bentuk malaikat kecuali dengan perubahan wujud
yang bisa ditangkap oleh panca indera. Dan Allah Ta’ala berfirman di dalam ayat yang menceritakan
tentang iblis :
) 27 : ‫ ( األ عراف‬   
“Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu”. (QS Al A’roof : 27).

Maksudnya Pengikut Iblis adalah jin


) 27 : ‫ ( األ عراف‬   
“Dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka”. ( QS Al A’roof : 27).

Maksudnya adalah kalian tidak bisa mengetahui bentuk asli mereka, karena jin juga merupakan
sebuah ruh. Hanya saja, malaikat tercipta dari cahaya dan jin tercipta dari api, Wallohu a’lam.

IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH

Iman kepada kitab-kitab Allah hukumnya wajib, baik secara umum dan secara terperinci .
Adapun iman kepada kitab Allah secara umum sesuai dengan firman Allah Ta’ala :

) 15 : |‫ ( الشورى‬      


“Katakanlah: "Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah”. (QS Asy Syuroo : 15 ).

) 136 : ‫ ( البقرة‬     


“Katakanlah (hai orang-orang mukmin): “Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan
kepada kami”. (QS Al Baqoroh : 136). yaitu Al Qur’an

          
: ‫ ( النساء‬      
) 163

24
“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan
wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula)
kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya ”. ( QS An Nisa’ : 163).
Dzohirnya yang dimaksud ayat ini adalah suhufnya Nabi Ibrohim dan mereka adalah keluarga Nabi
Ibrohim.
) 163 : ‫ ( البقرة‬   
“ Dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa’”.(QS Al baqoroh :136).
Yakni kitab Taurot, Injil dan juga suhufnya Nabi Musa .

Dan Allah Ta’ala berfirman :


) 163 : ‫ ( النساء‬  
“ Dan kami berikan Zabur kepada Daud”. ( QS An Nisa’ : 163).

Dari Abu Dzar Rodliyallohu’anhu berkata :

ٍ ٍ ِ ِ َ >َ‫اهلل َتع>>اىل ؟ ق‬ ِ
َ ‫ أَْن> َ>ز َل اهللُ َع‬,‫ ماَئ>ةَ كتَ>>اب َوأ َْر َب َع>ةَ ُكتُب‬:‫>ال‬
‫لى‬ َ ُ ‫ َك ْم كتَابًا أَْن> َ>ز َل‬,‫ يَا َر ُس> ْو َل اهلل‬: ‫ت‬ ُ ‫ُق ْل‬
‫لى‬ ‫ع‬ ‫و‬ , َ
‫ف‬ ِ‫ وعلى إِب>>ر ِاهيم ع ْش >ر ص >حائ‬,ً‫ وعلى إِ ْد ِريس ثَالَثِ ص > ِحي َفة‬,ً‫ث مَخْ ِس > ص > ِحي َفة‬ َ ‫ي‬ > ‫ش‬ِ
َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ َ ‫نْي‬ َ ْ َ َ َ ْ َ َ ‫نْي‬ ْ
‫ فَ َك ِم‬: ‫ت‬ َّ ‫ َوأَْن> َ>ز َل الت َّْو َرا َة َواْ ِإلجْنِ ْي > َ>ل َو‬.َ‫ص> > َحائِف‬ ِ
ُ ‫ ُق ْل‬.‫الزبُ > ْ>و َ>ر َوالْ ُف ْرقَ >>ا َن‬ َ ‫ُم ْو َس> >ى َقْب > َ>ل الت َّْو َراة> َع ْش> >َر‬
‫ ثَالَمُثِائَ> ٍ>ة‬:‫>ك ؟ ق>>ال‬ ِ
َ > ‫الر ُس> ُل ِم ْن َذل‬ ُّ ‫ َو َك ِم‬: ‫ت‬ ِ
ُ ‫ ُق ْل‬,‫>يب َوأ َْر َب َع>ةُ َوع ْش> ُر ْو َن نَبِيًّا‬
ِ >ْ‫ أَل‬: ‫>ال‬
ٍّ >َ‫>ف ن‬ ُ َ >َ‫اْألَنْبِيَ>>اءُ ؟ ق‬
‫>ال‬َ > >َ‫ف ُم ْوس> > َ>ى ؟ ق‬ ُ ‫ص > > ُح‬
ُ ‫ت‬ ْ َ‫ فَ َما َ>ك >>ان‬: ‫ت‬ ُ ‫ ُق ْل‬,‫آد ُم‬ َ : ‫>ال‬ َ > >َ‫ َم ْن ك > >اَ َن أ ََّوهَلُ ْم ؟ ق‬: ‫ت‬ ُ ‫ ُق ْل‬,‫َوثَاَل ثَ> >ةَ َع َش > >َر‬
‫ت ِمل>َِ ْن أ َْي َق َن بِالنَّا ِر مُثَّ ُه> > > َ>و‬ُ ‫ َع ِجْب‬,‫ت مُثَّ ُه > > َ>و َي ْف> > > َ>ر ُح‬ ِ ‫ ع ِجبت ِمل>َِن أَي َقن بِ> > >>املو‬: ‫َك> >>انَت ِعب > >>را ُكلُّها‬
َْْ َ ْ ْ َ ُ ْ َ َ ً َ ْ
َ
َّ‫ت ِمل ْن َرأَى ال > ُّ>د ْنيَا َوَت َقلَُّب َها بِأ َْهلِ َها مُث‬ ُ ‫ َع ِجْب‬,‫ب‬ > >‫ص‬َ ‫ن‬
ْ ‫ي‬ ‫>و‬ > ‫ه‬
ُ َّ‫مُث‬ ِ
‫ر‬ ‫>د‬
َ > ‫ق‬
َ ‫ل‬
ْ ‫ا‬ِ‫ت ِمل>َِن أ َْي َقن ب‬ ُ ‫ب‬
ْ
ِ ‫ ع‬,‫ض> >حك‬
‫ج‬ َ ُ َ ْ َ‫ي‬
َ ُ ََ َ َْ
ِ ِ ِ ِ
) ‫ ( رواه ابن حبان ىف صحيحه‬.‫هو الَ ي ْعمل‬
ُ َ َ َ ُ َّ‫ت ِملَ ْن أ َْي َق َن باحْل َساب َغ ًدا مُث‬ ُ ‫ َعجْب‬,‫َن إِلَْي َها‬ َّ ‫اِطْ َمأ‬
“Saya berkata : Wahai Rosulullah, berapakah kitab yang telah diturunkan oleh Allah Ta’ala?
Rosulullah bersabda : Seratus empat kitab, Allah Ta’ala telah menurunkan kepada Nabi Syits lima
puluh shohifah, kepada Nabi Idris tiga puluh shohifah, kepada Nabi Ibrohim sepuluh shohifah. Dan
Allah Ta’ala telah menurunkan Taurot, Injil, Zabur dan Al Qur’an. saya berkata : Berapakah jumlah
para nabi? Rosululloh bersabda : Seribu dua puluh empat nabi. Saya berkata : Berapakah jumlah
rosul dari para nabi?, Rosululloh bersabda : Tiga ratus tiga belas. Saya berkata : Siapa yang
pertama? Rosululloh bersabda : Nabi Adam. Saya berkata : Apa isi shuhufnya Nabi Musa? Rosululloh
bersabda : Semuanya berisi peringatan-peringatan yaitu : Saya heran terhadap orang yang meyakini
kematian kemudian dia bergembira, saya heran terhadap orang yang meyakini neraka kemudian dia
tertawa, saya heran terhadap orang yang meyakini takdir kemudian dia berusaha terlalu keras, saya
heran kepada orang yang melihat dunia dan berubah – ubahnya dunia terhadap ahlinya kemudian
dia mempercayainya, saya heran terhadap orang yang meyakini perhitungan dihari esok (kiamat)
kemudian dia tidak beramal” . (Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban didalam shohihnya).

Dan iman kepada Al Qur’an secara terperinci dengan semua surat, ayat, kalimat dan huruf-hurufnya
telah mencukupi pengertian iman kepada semua kitab Allah.

*****

25
IMAN KEPADA PARA ROSUL ‘ALAIHIMUSSALAM

Iman kepada para rosul hukumnya wajib. Allah Ta’ala tidak akan menerima iman seorang hamba
yang mengakui keesaan Allah Ta’ala sampai dia beriman kepada para Rosul dan mengakui bahwa
mereka adalah utusan Allah Ta’ala. Barangsiapa hanya beriman kepada sebagian para Rosul dan tidak
beriman kepada Rosul yang lain maka dia termasuk kafir.
Allah Ta’ala berfirman :
          
         
) 151-150 : ‫ ( النساء‬     
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud
memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: "Kami
beriman kepada yang sebagian dan kami kafir terhadap sebagian (yang lain)", serta bermaksud
(dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir),
Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya”. ( QS An Nisa’ : 150-151).

Secara umum iman kepada para rosul wajib hukumnya, sebagaimana wajib iman terhadap seluruh
rosul–rosul yang telah disebutkan oleh Allah Ta’ala di dalam Al Qur’an secara terperinci seperti Nabi
Adam, Idris, Nuh, Hud, Sholeh, Ibrohim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub, Yusuf, Luth, Ayub, Syu’aib, Musa,
Harun, Yunus, Dawud, Sulaiman, Zakaria, Yahya, Isa, Ilyas, Yasa’, Dzulkifli dan Nabi Muhammad
Shollallahu ’alaihi wasallam wa’alaihim. Allah Ta’ala berfirman :

) 164: ‫ ( النساء‬         
“Dan (Kami Telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah kami kisahkan tentang mereka
kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak kami kisahkan tentang mereka kepadamu”. (QS An
Nisa’ : 164 ).

Barang siapa mendustakan salah satu dari mereka maka dia telah mendustakan semua rosul,
karena itu Allah Ta’ala berfirman :

) 151 : ‫ ( النساء‬   


“Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya” .( QS An Nisa’ : 151).

Dan Allah Ta’ala berfirman :


) 105 : ‫ ( ال ّشعراء‬   
“Kaum Nuh telah mendustakan para rasul”. (QS As Syu’aroo’ : 105).

) 123 : ‫ ( ال ّشعراء‬  


“Kaum 'Aad telah mendustakan para rasul”. (QS As Syua’roo’ : 123).

) 141 : ‫ ( ال ّشعراء‬  


“Kaum Tsamud telah mendustakan rasul-rasul”. (QS Asyu’aroo’ : 141)

) 176 : ‫ ( ال ّشعراء‬   


“ Penduduk Aikah telah mendustakan rasul-rasul”. (As Syu’aroo’ : 176).

Setiap umat tidak mendustakan para rosul kecuali hanya mendustakan rosul yang diutus kepada
mereka saja .Tetapi mendustakan salah satu rosul berarti mendustakan semua rosul karena semua rosul
membenarkan satu sama lain

26
Dan beriman kepada Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wasallam telah mencukupi pengertian
iman kepada semua rosul.

IMAN KEPADA HARI AKHIR

Iman kepada hari akhir maksudnya adalah iman kepada Hari Qiyamat yaitu hari dimana jasad dan
arwah dibangkitkan dari kubur dan dikumpulkan disebuah tempat untuk dihisab, serta ditampakkanya
mizan (timbangan), shirot (jembatan), surga dan neraka.

Tempat persinggahan pertama di akhirat adalah alam kubur dan segala isinya berupa pertanyaan
Malaikat Munkar dan Nakir, fitnah kubur, nikmat dan siksa kubur. Kemudian bangkit dari kematian,
timbangan, jembatan, telaga, surga dan neraka, melihat Alloh Ta’ala di surga bagi golongan abror, dan
syafa’at dengan berbagai macamnya. Semuanya wajib untuk diimani.

FITNAH KUBUR

Adapun tentang kubur maka periwayatan haditsnya telah mutawatir dari Rosulullah Shollallahu
’alaihi wasallam bahwa beliau meminta perlindungan dari siksa dan fitnah kubur .
Dari ‘Aisyah rodliyallahu ‘anha berkata :

‫ول‬ ُ ْ‫ َو َما َرأَي‬,‫اب ال َقرْبِ َح ٌّق‬


َ ‫ت َر ُس‬ ِ ‫اهلل َعلَْي ِه وسََّلَم َعن َع َذ‬
َ ‫اب الَْقرْبِ َف َق‬ ُ ْ‫َسأَل‬
ُ ‫ َن َع ْم َع َذ‬: ‫ال‬ ْ َ ُ ‫صَّلى‬
َ ِ‫ول الله‬
َ ُ‫ت َرس‬
)‫ ( رواه البخارى ومسلم‬. ِ‫اب ال َقرْب‬ ِ ‫استَعاذَ ِمن َع َذ‬ ِ َ ‫صلِّي‬
ْ َ ْ َّ‫صالَةً إال‬ َ ُ‫اهلل بَ ْعدُ ي‬
ِ
“Saya bertanya kepada Rosulullah Shollallahu ’alaihi wasallam tentang siksa kubur, Rosulullah
Shollallahu ’alaihi wasallam bersabda : Ya, siksa kubur itu memang benar keberadaannya. Setelah
kejadian tersebut, saya tidak pernah melihat Rosulullah Shollallahu ’alaihi wasallam sholat kecuali
beliau meminta perlindungan dari siksa kubur”. (Diriwayatkan Al Bukhori dan muslim).

Dari Ibnu Umar Rodliyallahu’anhuma bahwa Rosulullah Shollallahu ’alaihi wasallam bersabda :

‫ إِ ْن َكا َن ِم ْن أَ ْه ِل اْجلَن َِّة فَ ِم ْن أ َْه ِل اجْلَن َِّة َوإِ ْن َكا َن‬: ‫ض َع ْلي ِه َم ْق َع ُدهُ بِِالْغَ َد ِاة َوالْ َع ِش ِّى‬
َ ‫ات عُ ِر‬ َ ‫إِ َّن اَ َح َد ُك ْم إِ َذا َم‬
‫> ( روه البخارى‬.‫القيَ َام ِة‬ ِ ‫اهلل إِلَي ِه يوم‬ ُ ‫ِم ْن أ َْه ِل النَّا ِر فَ ِم ْن أ َْه ِل النَّاِر َفُي َق‬
َ َْ ْ ُ ‫ك‬ َ َ‫ َه َذا َم ْق َع ُد َك َحىَّت َيْب َعث‬: ‫ال‬
.)‫ومسلم‬
“Sesungguhnya kalian semua ketika meninggal diperlihatkan tempat duduknya diwaktu pagi dan sore.
Jika dia termasuk ahli surga, kelak dia termasuk ahli surga, jika dia termasuk ahli neraka maka kelak
dia termasuk ahli neraka. Kemudian dikatakan : Ini adalah tempatmu sampai Allah Ta’ala
membangkitkan kamu untuk menghadap-Nya pada hari kiamat”. (Diriwayatkan oleh Imam Bukhori
dan Muslim).

Dari Anas Rodliallahu ‘anhu bahwa Rosulullah Shollallahu ’alaihi wasallam bersabda :

27
ِ ِ ِ َ >َ‫ إِنَّه لَيسمع َق>رع نِع>>اهِل م ق‬,‫إَّ َّن العب َد إِ َذا و ِضع ىِف َق ِ ِه وَتولَّى عْنه أَصحابه‬
‫ت‬َ ‫ما> ُكْن‬: َ ‫>ال يَأْتْي>>ه َملَك>اَن َفَي ُق>>والَ ِن‬ ْ َ َ َ ْ ُ َ ْ َ ُ ُ ُ َ ْ ُ َ َ َ ‫ُ َ رْب‬ َْ
‫ اُنْظُ>ْ>ر إِىَل َم ْق َع> ِ>د َك ِم َن النَّا ِر‬: ُ‫>ال لَ>>ه‬ ِ ‫ أَ ْش>ه ُد أَنَّه عب> ُ>د‬: ‫>ول‬
ُ >‫اهلل َو ُر ُس>ولُهُ َفُي َق‬ َْ ُ َ ُ >‫الر ُ>ج ِ>ل أ ََّما اْمل >ْ>ؤ ِم ُن َفَي ُق‬
َّ ‫>ول يِف َ>ه َذا‬ ُ >‫َت ُق‬
ُ
‫>ول َما‬ ُ > ُ‫ت أَق‬ُ ‫ الَ أ َْد ِر ْي ُكْن‬: ‫>ول‬ ُ >‫ َوأ َّم > اَ ال َك>>افُِر َواملنُ >اَفِ ُق َفَي ُق‬.‫ك اهللُ بِ > ِ>ه َم ْق َع> ً>دا ِم َن اجْلَن َِّة َفَيَرامُهَا مَجِ ًيع>>ا‬َ َ‫قَ > ْد اَبْ > َ>دل‬
ْ
ٍ ِ ِ ٍ ِ‫ الَ دريت والَ َتلَيت مُثَّ يضر مِب‬: ‫ال لَه‬
ِ ِ
‫ص>ْي َحةً يَ ْس> َمعُ َها‬
َ ‫يح‬ ُ >‫ب طَْرقَة م ْن َحديد َبنْي َ أُذَُنْي>ه َفيَص‬ ُ َ ُ َ ْ َ َ ْ ََ ُ ُ ‫س َفُي َق‬ ُ َ‫ول النّا‬ ُ ‫َي ُق‬
. ‫الث َقلَنْي ِ "رواه البخارى ومسلم‬ َّ ‫َم ْن يَلِ ِيه َغْي ُر‬
“Sesungguhnya seorang hamba ketika diletakkan didalam kuburnya dan teman – temannya telah
meninggalkannya, dia pasti mendengar suara sandal mereka. Rosulullah Shollallohu ‘alaihi wasallam
bersabda: Dua malaikat datang menghampirinya lalu bertanya kepadanya : apa yang kamu ucapkan
pada laki-laki ini? kemudian dia menjawab : Saya bersaksi bahwa sesungguhnya dia adalah hamba
Allah Ta’ala dan rosul Allah Ta’ala, kemudian diucapkan kepadanya: lihatlah tempat tinggalmu dari
neraka sesunguhnya Allah telah menggantinya bagimu dengan tempat tinggal dari surga, kemudian
tempat tinggal dari surga dan neraka semuanya diperlihatkan . Adapun orang kafir dan munafik maka
dia berkata : saya tidak pernah mengucapkan sebagaimana yang diucapkan oleh orang–orang,
kemudian dikatakan padanya : Kamu tidak tahu dan kamu tidak mengikutinya. Kemudian dia dipukul
diantara kedua telinganya dengan palu yang terbuat dari besi, kemudian dia menjerit dengan keras
sehingga didengar oleh makhluk yang ada didekatnya selain manusia dan jin”. (Diriwayatkan oleh
Imam Bukhori dan muslim) .

Dan diriwayatkan Imam Muslim :


ِ ‫ت اهلل أَ ْن يس ِمع ُكم ِمن َع َذ‬
ِ‫اب الْ َقرْب‬ ْ ْ َ ْ ُ َ ُ ‫اف أَالّ َتَ َدا َفنُوا لَ َد َع ْو‬
ُ ‫َخ‬
َ ‫لَ ْوالَ أ‬
“Andaikan aku tidak menghawatirkan kalian semua akan dikubur, niscaya aku akan memohon
kepada Allah supaya Allah memperdengarkan kalian tentang siksa kubur”.

BANGKIT DARI KUBUR

Allah Ta’ala berfirman tentang bangkit dari kubur:


            
)7 : ‫ (التغابن‬      
“Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan.
Katakanlah: Memang, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan
diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”.
(QS At Taghobun : 7).

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Rodliyallahu’anhuma berkata:

ِ ‫اهلل صلَّى اهلل علَي ِه وسلَّم خَي ْطُب علَى الْ ِمْن ِ " يا أَيُّها النَّاس إِنَّ ُكم خُتْ َشرو َن اِىَل‬
ً‫اهلل ُح َفاةً عَُراة‬ ِ ‫ول‬ َ ‫ت َر ُس‬ ِ
ُ ْ ُ َ َ ‫رَب‬ َ ُ َ َ َ َْ ُ َ ُ ‫مَس ْع‬
"ً‫غُ ْرال‬
"Saya mendengar Rosulullah Shollallahu ‘alahi wasallam berhutbah diatas mimbar,beliau bersabda:
Wahai manusia sesungguhnya kalian dikumpulkan kepada Allah tanpa alas kaki, telanjang,dan belum
dikhitan ”.
: ‫ (األنبياء‬           
)104
“Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah
suatu janji yang pasti Kami tepati; Sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya”.
(QS Al Anbiya’ :104).(Diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim).

28
Lafadz ‫ الغرل‬dengan dibaca dlomah huruf ‘Ain nya dan disukun huruf Ro’ nya adalah bentuk jamaknya
lafadz ‫ أغرل‬yaitu orang yang belum dikhitan.

Dari Abu Hurairoh Rodliyallahu ‘anhu bahwa Rosulullah sholallahu’alaihi wasallam bersabda:

‫ (رواه‬. ‫اعا َوأَنَّهُ يُْل ِج ُم ُه ْم َحىَّت َيْبلُ َغ آ َذا َن ُه ْم‬ ِ ِ‫ض سبع‬
َ ْ َ ِ ‫ب َعَر ُق ُه ْم ىِف األ َْر‬
ً ‫ني ذ َر‬
ِ ِ
َ ‫َّاس َي ْو َم الْقيَ َامة َحىَّت يَ ْذ َه‬
ُ ‫َي ْعرُ ُق الن‬
)‫البخاري ومسلم‬
“Pada hari kiamat manusia akan berkeringat hingga keringatnya meresap ke dalam tanah sedalam
tujuh puluh hasta dan keringatnya mengekang mereka hingga mencapai telinga ”. (Diriwayatkan oleh
Imam Bukhori dan Imam Muslim).

******

TIMBANGAN AMAL

Allah Ta’ala berfiman tentang timbangan amal :


           
)47 : ‫ (األنبياء‬         
"Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang
barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan
(pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan”. (QS Al Anbiya’ :47).

Dan Allah Ta’ala berfirman :


          .   
   .       
)103-101 : ‫ (المؤمنون‬  
“Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu,
dan tidak ada pula mereka saling bertanya. Barang siapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka
mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan . Dan barangsiapa yang ringan timbangannya,
maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka
jahannam”. ( QS Al Mukminun : 101-103).

Dari ‘Aisyah Rodliallahu’anha berkata :

:‫أح ً>دا‬
َ ‫َح ٌد‬ >َ ‫ أ ََّما ىِف ثَالَثَ ِ>ة َم َوا ِض> َع فَالَ يَ> ْذ ُك ُر أ‬: ‫>ال‬ َ ‫ه ْل تَ ْذ ُك ُر ْو َن أ َْهلِي ُك ْم َي ْ>و َم الْ ِقيَ َام ِ>ة ؟ َف َق‬, ِ َ ‫ يا رس‬: ‫ُق ْلت‬
َ ‫ول اهلل‬ َُ َ ُ
‫ف َحىَّت َي ْعلَ َم أَيْ َن َي َق ُع كِتَابُ>>هُ ىِف مَيِينِ> ِه أَْو مِش َالِِه‬ ِ ‫الصح‬
ُ ُّ ‫وعْن َد تَطَايُِر‬.
ِ ‫ف ِمزانُه أَم ي ْث ُقل‬ ِ
َ ُ َ ُ َ ُّ ‫عْن َد الْمِ َيزان َحىَّت َي ْعلَ َم أَ خَي‬
ِ ِ
‫ (رواه أبو داود واحلاكم وق> >>ال‬.‫>وز ُه‬ َ > >ُ‫َّم َحىَّت جَي‬ ِ ِ ِ ِّ ‫ و ِعْن> > َ>د ال‬.‫أَو وراء ظَ >ه > ِره‬
َ ‫ص > >َراط إ َذا ُوض > > َع َبنْي َ ظَ ْ>ه > َ>رايَنْ َج َهن‬ َ ْ َ ََ ْ
)‫صحيح على شرطهما‬
“Saya berkata :Wahai Rosulullah, apakah kalian semua mengingat keluarga kalian besok dihari
kiamat? Rosulullah bersabda :Adapun didalam tiga tempat seseorang tidak akan ingat kepada orang
lain:Pertama, ketika berada timbangan amal hingga dia mengetahui apakah timbangannya ringan
atau berat. Kedua, ketika turunnya lembaran-lembaran amal hingga dia mengetahui dimana buku
catatan amalnya jatuh, apakah ditangan kanan atau tangan kiri atau dibelakang punggungnya.
Ketiga, ketika berada dijembatan dan jembatan tersebut diletakkan ditengah tengah neraka jahanam

29
sampai dia melewatinya”. ( diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Al Hakim dan beliau berkata : hadist
ini shohih berdasarkan syarat Al Bukhori dan Muslim ).

JEMBATAN DIATAS NERAKA JAHANNAM

Adapun tentang jembatan, maka Alloh Ta’ala berfirman :


          .     
)72-71 : ‫ (مريم‬.   
“Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. hal itu bagi Tuhanmu
adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang
yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut”.
(Q.S. Maryam : 71-72 )

Dari Jabir Rodliyallohu ‘anhu berkata :

ِ َ‫ الَيب َقى بٌّر والَ ف‬. ‫ول‬


‫اجٌر إِالَّ َد َخلَ َها َفتَ ُكو ُ>ن‬ ُ ‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلََّ َم َي ُق‬ ِ َ ‫مَسِ عت رس‬
َ َ َْ ُ ‫ُّخ‬ ُ ‫ود الد‬
ُ ‫الو ُر‬
ُ : ‫ول‬ َ ‫ول اهلل‬ َُ ُ ْ
>‫الظالِ ِمنْي َ فِْي َها َجثِيًا " (رواه اإلمام أمحد والبيهقى‬ َّ ‫ؤمننْي َ َب ْر ًدا َو َسالًَما مُثَّ يُنَ ِّجى اللَّهُ الَّ ِذيْ َن اَت َق ْوا َويَ َذ ُر‬
ِ ‫علَى امل‬
ُ َ
.)‫بإسناد حسن‬
“Saya mendengar Rosululloh bersabda : Al Wurud artinya adalah masuk. Tidak akan tersisa orang
yang baik dan orang yang hanyut dalam kemaksiatan kecuali mereka masuk ke dalam neraka. Bagi
orang mukmin neraka akan terasa dingin dan keselamatan. Kemudian Allah menyelamatkan orang
orang yang bertaqwa dan membiarkan orang orang yang dholim berada di dalam neraka dalam
keadaan hina” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Baihaqi dengan sanad hasan).

Dari Hudzaifah dan Abu Hurairoh rodliyallohu ‘anhuma, keduanya berkata :

ِ >‫ص‬
‫راط‬ ِّ ‫اس َويُْر ِس > ُل اْأل ََمانَ >ةَ وال> َّ>ر ِحمَ َفَيقُومَ >انِ َعلى َجْنيَب ِ ال‬ َّ ِ
َ َّ‫ص >لَّى اهللُ َعلَْي>>ه َو َس >ل َم جَيْ َ>م ُ>ع اهللُ الن‬
ِ ُ > ‫>ال رس‬
َ ‫ول اهلل‬ ُ َ َ >َ‫ق‬
‫>ال أى َعدْ ِو ِه ْم جَتْ> ِر ي هِبِ ْم أ َْع َ>م اهُلُ ْم‬
ِ ‫الرج‬ ِ ‫الب ْر ِق مُث َك َم ِّ>ر ال ِّ>ر‬ ‫ِ مِش‬
َ ِّ ‫يح مُثَّ َك َم ِّ>ر الطَّرْيِ مُثَّ َكثَ ِّ>د‬ َ ‫مَي يناً َو َاالً َفيَ ُمُّر أ ََّوهُلُ ْم َك‬
‫يع‬ ِ
ُ ‫>ل فَالَ يَ ْس>تَط‬ َّ َ‫ج َ>ز اَ ْع َ>م>الُ ْالعِباَ ِد َحىَّت جَيِ يء‬
ُ ‫الر ُ>ج‬ >َ ‫ب َس>لِّ ْم َس>لِّ ْم َحىَّت َت ْع‬ ِّ ‫>ول يَا َر‬
ُ >‫اط َي ُق‬ ِ ‫ص >ر‬ ِ ِ
َ ِّ ‫َو نَبيُّ ُك ْم قَ>>ائ ٌم َعلَى ال‬
ِ ْ ‫اط َكالَلِيب م َعلَّ َقةٌ مأْمورةٌ منْ اُمِر‬ ِ ‫الصر‬ ِ َ َ‫ ق‬- ‫السير إِالَّ زح ًفا‬
‫وش‬
ٌ ‫وم ْ>ك ُ>د‬ َ ‫>اج‬ ٍ >َ‫وش ن‬
ٌ ‫فم ْخ ُد‬ َ ِ‫ت به‬ َ َ َ َُ ُ ُ َ ِّ ِ‫ َوفي َح َّافيَت‬-‫ال‬ ْ َ َ ْ َّ
)‫ىِف النَّا ِر (رواه مسلم‬
“Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda : Alloh akan mengumpulkan manusia dan
mengirim amanat dan rohim (hubungan persaudaraan), keduanya berdiri disamping jembatan sebelah
kanan dan sebelah kiri, kemudian lewatlah manusia yang pertama seperti kilat, lalu seperti lewatnya
angin, lalu seperti burung, dan kemudian seperti larinya seorang laki-laki. Amal perbuatan mereka
berjalan bersama mereka. Nabi kalian berdiri diatas jembatan seraya berkata : Wahai Tuhanku,
selamatkanlah ! selamatkanlah ! hingga amal perbuatan hamba kewalahan melewatinya sampai
datanglah seorang laki-laki yang tidak berjalan berjalan kecuali dengan merangkak – Rosululloh
bersabda – dan dikedua tepi jembatan terdapat beberapa gancu tergantung yang diperintahkan untuk
menyambar orang-orang yang lewat, adakalanya yang terkoyak namun selamat dan adakalanya yang
tersungkur masuk ke dalam neraka” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim).

Dan dari Ibnu Mas’ud Rodliyallohu ‘anhu berkata :


>ُ ِ‫ض ٍة َم ْزلََق ٍة َعلَْي ِه َكالَل‬
‫ (احلديث‬.‫يب ِم ْن نَا ٍر‬ ِ ‫ف اْمل ْز َه‬
َ ‫ف َم ْد َح‬ َّ ‫َّم ِمثْ َل َح ِّد‬
ِ ‫السْي‬
َ ‫ن‬ ‫ه‬
َ ‫ج‬َ ِ ‫الصرا ُط َعلَى ِج ْس‬
‫ر‬ َ ِّ ‫وض ُع‬
َ ُ‫ي‬
ُ
)‫رواه الطرباىن بإسناد صحيح‬

30
“Shiroth diletakkan diatas jembatan neraka jahannam seperti mata pedang yang sangat tajam yang
sangat lici.Diatasnya terdapat gancu yang didatangkan dari api” (Diriwayatkan oleh At Thobaroni
dengan sanad yang hasan.)

Dhohirnya hadits menunjukkan bahwa orang yang melewati jembatan ini termasuk para nabi, para
wali, orang-orang sholeh dan orang-orang mu’min secara umum. Adapun yang kami yakini bahwa arti
secara umum tersebut ditakhshish (diperinci ) lagi dengan hadist-hadist yang menunjukkan masuknya
As Sabiqin ( para nabi, para wali, orang-orang sholeh dan orang-orang mu’min ) ke dalam surga tanpa
dihisab amal perbuatannya, dan ditakhshish pula dengan firman Allah Ta’ala:

)101:‫ (األنبياء‬        
“Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu
dijauhkan dari neraka”.(Q.S. Al Anbiya’:101)

Tidak diragukan lagi bahwa para nabi merupakan awal para As Sabiqin dan termasuk orang-orang
yang mendapatkan ketetapan yang baik.Dan seperti keterangan di dalam hadist shohih :

‫اع ُد اهللُ َبْينَهُ َو َبْيَن َها َم ِس َريةَ ِمائَِة َع ٍام‬


ِ ‫الصائم الَ يرى النَّار بل يي‬
َُ ْ َ َ ََ َ َّ ‫َن‬ َّ ‫أ‬
“Sesungguhnya orang yang puasa tidak akan melihat neraka bahkan Allah menjauhkan antara dia
dan neraka sejauh perjalanan seratus tahun”.

TELAGA ROSULULLAH

Adapun tentang Telaga Rosulullah, Allah Ta’ala telah berfirman :


)1|:‫ (الكوثر‬  
“ Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu Al-kautsar ( sungai yang mengalir di dalam
surga)”.(Q.S. Al Kautsar:1)

Dari Abdulloh Ibnu Umar Rodliyallohu ‘anhuma, berkata :

ِ ‫ حو ِضي م ِسريةُ َشهرٍ م ُاؤه أََبيض ِمن اللَّ ِ و ِرحيه أَطْيب ِمن الْ ِمس‬: ‫اهلل صلى اهلل عليه وسلم‬
‫ك‬ ِ ‫ول‬ ُ ‫قَ َال َر ُس‬
ْ َ ُ َ ُ ُ َ ‫َ ْ َ َ ْ َ ُ َْ ُ َ نَب‬
).‫( رواه البخارى ومسلم‬.‫ب ِمْنهُ فَالَ يَظْ َمأُ أَبَ ًدا‬ ِ ‫وكِيزانُه َكنُج‬
َ ‫ِ َم ْن َش ِر‬،‫الس َماء‬
َّ ‫وم‬ ُ ُ َ َ
“Telagaku (sebelum masuk ke dalam surga ) adalah seluas perjalanan satu bulan, airnya lebih putih
dari pada susu, baunya lebih wangi dari pada minyak kasturi, dan cangkirnya bagaikan bintang-
bintang dilangit, barang siapa meminum airnya, maka dia tidak akan haus selamanya”.(Diriwayatkan
oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim.)
SURGA DAN NERAKA

Adapun tentang surga dan neraka, maka sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman :

         


         
         
-130 : ‫ (آل عمران‬       
)133

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. Dan peliharalah dirimu dari
api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir. Dan taatilah Allah dan rasul, supaya

31
kamu diberi rahmat. Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”. (QS. Ali ‘Imron :
130-133).

Dari Ibnu Mas'ud Rodliallahu 'anhu berkata : Rosulullah Shollallahu 'alaihi wasallam bersabda :

ٍ َ‫ف مل‬ ٍ ٍ َ ْ‫وي ْؤتَى جِب َهنَّم يومئِ ٍذ هَلَا سْبعو َن أَل‬
)‫ك جَيُُّرو َن َها (رواه مسلم وغريه‬ َ َ ْ‫ف ِز َمام َم َع ُك ِّل ِز َمام َسْبعُو َن أَل‬ َُ َ َْ َ َ َُ
"Dan pada Hari Qiyamat nanti akan didatangkan Neraka Jahannam dengan tujuh puluh ribu tali
kekang (kendali), setiap satu tali kekang (kendali) dipegang oleh tujuh puluh ribu malaikat yang
bertugas menarik neraka jahannam". (Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya).

Dan diriwayatkan dari Abu Hurairoh Rodliallahu 'anhu berkata : Rosullullah Shollallahu 'alaihi
wasallam bersabda :

ِ ِ ِ ِِ
َ ‫ني ُج ْزأَ م ْن َج َهن‬
) ‫َّم (رواه البخاري ومسلم‬ َ ‫نَ ُار ُك ْم َهذه ُج ْزءٌ م ْن َسْبع‬
"Api kalian yang ada di dunia ini adalah salah satu bagian dari tujuh puluh bagian api Neraka
Jahannam". (Diriwayatkan oleh Al Bukhori dan Muslim).

Diriwayatkan pula dari Abu Hurairoh Rodliallahu 'anhu :

:‫"أَ تَ > ْد ُرو َن َما َه> َذا ؟" ُق ْلنَ>>ا‬: ‫ص >لَّى اهللُ َعلَْي> ِ>ه َو َس >لَّ َم‬ َ >‫ص >لَّى اهللُ َعلَْي> ِ>ه َو َس >لَّ َم فَ َس ِـم ْعنَا َو ْجبَ >ةً َف َق‬
َ ‫>ال‬
ِ
َ ّ ‫ُكنَّا عْن> َ>د النَّيِب‬
"‫ني َخ ِري ًفا فَ >اْآل َن ا ْنَت َهى إِىَل َق ْعـ ِر َها‬ ِ ‫يِف‬
َ ‫َّـم ُمْن > ُذ َس >ْبع‬
َ ‫"ه> َذا َح َج> ٌ>ر أ َْر َس >لَهُ اهللُ َج َهن‬ َ : ‫>ال‬ َ > َ‫ ق‬, "‫"اهللُ َو َر ُس >ولُهُ أ َْعلَ ُم‬
.) ‫( رواه مسلم‬
"Suatu hari kami sedang bersama Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam. Kemudian kami mendengar
suara benda jatuh, lantas Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam bertanya : “Apakah kalian mengetahui
suara apakah ini?”. Kami menjawab: “Allah Ta’ala dan Rosul-Nya lebih mengetahui”. Nabi
Shollallahu 'alaihi wasallam bersabda :” ini adalah suara batu yang dijatuhkan Allah Ta’ala di
Neraka Jahannam sejak tujuh puluh tahun lalu, dan sekarang baru sampai kedasarnya".
(Diriwayatkan oleh Muslim).

Diriwayatkan dari Nu'man bin Basyir Rodliyallohu 'anhu bahwa Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam
bersabda :
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ِ
ُ ‫>ل َعلَى أَمْخَص قَ َد َمْي>>ه مَج َْرتَ>>ان َي ْغلي مْن َها د َماغُ>>هُ َك َما َي ْغلي الْم ْر َ>ج‬
‫>ل‬ ٌ >‫إ َّن أَ ْ>ه َ>و َ>ن أ ْ>َه ِ>ل النَّار َع> َذابًا َي> ْ>و َم الْقيَ َام> >>ة َر ُج‬
ِ ‫ "إِ َّن أ ْ>َه>و َن أ ْ>َه ِ>ل النَّا ِر ع> َذابا ي>>وم الْ ِقيام> ِ>ة من لَ>>ه َنعالَ ِن و ِش>را َك‬: ‫ ولفظه‬.) ‫(رواه البخ>>اري و مس>>لم‬
‫ان ِم ْن نَ>>ا ٍر‬ َ َ ْ ُ ْ َ َ َ َ َْ ً َ َ
. "‫ع َذابا‬ ِ ِ
ً َ ‫َش ُّد َع َذابًا مْنهُ َوإنَّهُ َأل َْه َونُ ُه ْم‬
َ ‫َح ًدا أ‬
َ ‫َن أ‬ َّ ‫َي ْغلي ِمْن ُه َما ِد َما َغهُ َك َما َي ْغلي الْ ِم ْر َج ُل َما يَُرى أ‬
"Sesungguhnya penduduk neraka yang paling ringan siksaannya pada hari kiamat adalah seseorang
yang dibawah kedua telapak kakinya diletakkan dua butir bara api, sehingga otaknya mendidih
seperti halnya periuk yang sedang mendidih". (Diriwayatkan oleh Al Bukhori dan Muslim).

Dan hadits yang diriwayatkan Imam Muslim :

“ Sesungguhnya penduduk neraka yang paling ringan siksaannya pada hari kiamat adalah seseorang
yang memakai dua sandal dan talinya yang terbuat dari api neraka, lalu otaknya mendidih seperti
halnya periuk yang sedang mendidih. Dia menyangka bahwa tidak ada orang yang lebih berat
siksaannya daripada dirinya, padahal sesungguhnya dia adalah penghuni neraka yang paling ringan
siksaannya”.

Dari Anas Rodliallahu 'anhu, dari Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam bersabda :

32
ِ ‫ يا ابن آدم ه>ل رأَي‬:‫>ال‬ ِ ِ ِ ُّ ‫ي ْؤتَى بِأَْنع ِم أَه ِل‬
‫يما‬
ً ‫ت نَع‬ َ ْ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ُ ‫ص>ْبغَةً مُثَّ يُ َق‬ َ ‫ص>بَ ُغ يِف النَّا ِر‬ ْ ُ‫الد ْنيَا م ْن أ َْه ِل النَّا ِر َي ْو َم الْقيَ َام>ة َفي‬ ْ َ ُ
ِ ِ ِ ‫ َويُ> ْ>ؤتَى بِأَ َش > ِّد الن‬,‫ب‬ َ >ِ‫>ل َم> َّ>ر ب‬
ْ ُ‫َّاس بُ ْؤ ًس >ا يِف ال> ُّ>د ْنيَا م ْن أ ْ>َه ِ>ل اجْلَنَّة َفي‬
‫ص >بَ ُغ‬ ِّ ‫ الَ يَ> َ>ار‬:‫>ول‬ ُ >‫>ط ؟ َفَي ُق‬ ُّ >َ‫>ك َخْ>ي ٌ>ر ق‬ ُّ
ْ ‫قَ>>ط ؟ َ>ه‬
‫ب‬ ِ ‫>ول الَ و‬
ِّ ‫اهلل يَا َر‬ ُّ >َ‫>ك ِش> َّدةٌ ق‬
َ ِ‫ت ب‬ ُّ َ‫ت بُ ْؤ ًسا ق‬ ُ ‫صْبغَةً يِف اجْلَن َِّة َفُي َق‬
َ ُ ‫>ط ؟ َفَي ُق‬ ْ ‫ط ؟ َه ْل َم> َّ>ر‬ َ ْ‫آد َم َه ْل َرأَي‬ َ ‫ يَا ابْ َن‬:ُ‫ال لَه‬ َ
. ) ‫( رواه مسلم‬
"Pada hari kiamat akan didatangkan seorang penghuni neraka yang semasa hidupnya didunia selalu
diliputi kenikmatan dunia, kemudian dia dicelupkan ke dalam api neraka sebanyak satu kali, lalu
ditanyakan kepadanya: ‘Hai anak Adam, apakah kamu pernah merasakan suatu kenikmatan? Apakah
terlintas kepadamu sebuah kebaikan?’. Dia menjawab : ‘Tidak wahai Tuhanku’. Kemudian
didatangkan lagi seorang penghuni surga yang semasa hidupnya didunia paling sengsara, kemudian
dia dicelupkan ke dalam surga satu kali dan ditanyakan kepadanya : ‘Hai anak Adam, pernahkah
kamu merasakan kesengsaraan? Pernahkah kamu merasakan kesusahan?’. Maka dia menjawab:
‘Demi Allah tidak, ya Tuhanku’. (Diriwayatkan oleh Muslim ).

Dari Abu Huroiroh Rodliallahu 'anhu dia berkata : Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

ٍ >ِ ‫إِ َّن أ ََّو َل زم>>ر ٍة ي > > ْدخلُو َن اجْل نَّةَ علَى ص> >ور ِة الْ َق >م > ِر لَيلَ> >ةَ الْب> > ْد ِر علَى ص> >ور ِة رج> ٍ>ل و‬
َ ‫ور ِة أَبِي ِه ْم‬
‫آد َم‬ َ >‫ص‬ ُ ‫اح> د َعلَى‬ َ َُ َ ُ َ َ ْ َ َ ُ َ َ ُ َ َ ُْ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
‫ب‬ َّ ُ ‫ الَ َيبُولُ> >>و َ>ن َوالَ َيَتغَ َّوطُ> >>و َ>ن َوالَ َيْب‬,‫اعا يِف ال َّس > > َماء‬
ُ ‫ آنيَُت ُه ْم ف َيها ال> >>ذ َه‬,‫ص > > ُقو َ>ن ف َيها َوالَ مَيْتَخطُ> >>و َن‬ ً ‫س > >تُّو َن ذ َر‬
ِ > َ‫اح ٍد ِمْنهم َزوجت‬ ِ ِّ >‫ك ولِ ُك‬ ِ ِ ِ َّ ‫ب والْ ِف‬ ِ ِ
‫>ان يُ > َ>رى َم ُّخ‬ َ ْ ْ ُ > ‫>ل َو‬ َ ُ > ‫ض > >ة َوجَمَ >>ام ُر ُه ْم اْألُلُ > َّ>وةُ َو َر ْش > ُح ُه ْم امل ْس‬ َ ‫َوأ َْم َش >اطُ ُه ْم م َن ال > َّ>ذ َه‬
‫اح ٍد يُ َس >بِّ ُحو َن‬
> ِ ‫ب َر ُج> ٍ>ل َو‬ َ َ‫اختِال‬ ِ ِ ِ ِ
ُ ‫ ُقلُ >>وبُ ُه ْم َق ْل‬.‫ض‬
َ ُ‫ف َبْيَن ُه ْم َوالَ َتبَ >>اغ‬ ْ َ‫ِ ال‬,‫ُس >وق ِه َما م ْن َر َواء اللَّ ْح ِم م َن احْلُ ْس >ن‬
) ‫اهللَ بُكَْرةً َو َع ِشيًّا (رواه البخاري ومسلم‬
"Sesungguhnya golongan yang pertama kali masuk surga adalah laksana bulan pada malam bulan
purnama, mereka berpostur sama yaitu berpostur seperti bapak mereka Nabi Adam 'Alaihissalam
yaitu setinggi enam puluh hasta, mereka tidak kencing, berak, meludah dan membuang ingus di surga,
wadah-wadah mereka di surga terbuat dari emas, sisir-sisir mereka terbuat dari emas dan perak,
tempat untuk menaruh bara api mereka terbuat dari kayu gaharu, keringat mereka berupa minyak
kasturi, setiap satu dari mereka mempunyai dua istri yang tulang sum-sum betis istri mereka terlihat
indah dari bawah daging, diantara mereka tidak ada pertentangan dan tiada saling membenci, hati
mereka seperti hati satu orang, mereka membaca tasbih pada waktu pagi dan sore”. (Diriwayatkan
oleh Al Bukhori dan Muslim).

Lafadz Al Uluwwah ( ‫ ) األلوّة‬dengan Hamzah yang berharokat fathah atau dlommah serta Lam yang
berharokat dhommah dan Wawu yang berharokat fathah serta bertasydid adalah diantara nama-nama
kayu gaharu yang dipakai sebagai dupa.

Dari Abu Sa'id Al Khudri Rodliallahu 'anhu, bahwa sesungguhnya Rosulullah Shollallahu 'alaihi
wasallam bersabda :

: ‫ض > ِل َما َبْيَن ُه ْم قَ >>الُوا‬ ِ َّ ‫ُّر‬ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ


ُ ‫ي لَت َفا‬ ِّ ‫ب ال >>د‬َ ‫>ل الْغُ > َ>رف م ْن َف> ْ>وقه ْم َك َما َتَت> َ>راءَ ْو َن الْ َك> َ>واك‬ َ >‫إ َّن أ َْه‬
َ >‫>ل اجْلَنَّة لَيََت> َ>راءَ ْو َن أ َْه‬
‫ص > َّدقُوا‬
َ ‫>ال َآمنُ>>وا> َو‬ٌ >‫ َبلَى َوالَّ ِذي َن ْف ِس >ي بِيَ> ِ>د ِه ِر َج‬: ‫>ال‬ >ِ >َ‫>ك َمنَ>>ا ِز ُل اْألَنْبِي‬
َ >َ‫>اء الَ َيْبلُغُ َها َغْي> ُ>ر ُه ْم ؟ ق‬ َ >‫اهلل تِْل‬ِ ‫ول‬ َ > ‫يَا َر ُس‬
)‫ني (رواه البخاري ومسلم‬ ِ
َ ‫الْ ُم ْر َسل‬
"Sesungguhnya para penghuni surga memandang para penghuni kamar yang istimewa di atas mereka
dari kejauhan, seperti halnya kalian memandang bintang yang berkilau karena perbedaan yang
terdapat diantara mereka. Para sahabat berkata : ‘Wahai Rosulullah, apakah kamar-kamar tersebut
adalah tempat para nabi yang mana tiada seorangpun selain mereka yang bisa menjangkaunya ?’.
Nabi menjawab :’ Ya (selain para nabipun bisa menjangkaunya), demi Dzat yang mana nyawaku

33
berada dalam kekuasaan-Nya, mereka adalah orang-orang yang beriman dan membenarkan para
rosul". (Diriwayatkan oleh Al Bukhori dan Muslim).

Dan dari Abu Musa Al Asy'ari Rodliallahu 'anhu, dari Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam beliau
bersabda :
‫ؤمِن ِفيْهَ >ا أَهُْل >ْوَن‬
ِ > ‫ال ِلْل ُم‬
ً ْ‫اء س >ُِّتونَ ِمي‬
ِ ‫جَّوفَ >ٍة ُطْوُلهَ >ا فِي الس >ََّم‬
َ ُ‫خْيمَ >ًة مِْن ُلْؤلُ >َؤةٍ َواحِ >َدٍة م‬ َ ‫إَِّن ِلْل ُم >ْؤِمِن فِي ْال‬
َ ‫جَّنِة َل‬
)‫ال يََرى بَْعضُُهْم بَْعضًا (رواه البخاري ومسلم‬ َ ‫وف َعَلْيِهْم َف‬
ُ ‫يَُط‬
"Sesungguhnya orang mukmin di surga mempunyai kemah yang terbuat dari sebutir mutiara yang
dilubangi, tingginya mencapai enam puluh mil. Dan orang mukmin di surga mempunyai istri yang
banyak, dia mendatangi istri-istrinya, dan istri-istrinya tidak melihat diantara satu dengan yang lain".
(Diriwayatkan oleh Al Bukhori dan Muslim).

Dan dari Anas bin Malik Rodliallahu 'anhu dia berkata : bahwa Rosullulah Shollallahu 'alaihi wasallam
bersabda :
  ( ‫ب يِف ِظلِّ َها ِمائَ>ةَ َع> ٍ>ام الََي ْقطَعُ َها َوإِ ْن ِش>ْئتُ ْم فَ>>ا ْقَرءُوا‬ ِ ِ ِ ‫ِ يِف‬
ُ ‫إ َّن اجْلَنَّة لَ َش> َجَر ًة يَس>ريُ ال> َّ>راك‬
) ‫) (رواه البخاري‬32-31: ‫ (الواقعة‬  
"Sesungguhnya di surga terdapat suatu pohon yang naungannya ditempuh seorang pengendara
selama seratus tahun tetapi naungan tersebut belum terlewati. Dan apabila kalian mau, maka bacalah
firman Allah Ta’ala : QS. Al Waqi'ah : 31-32".(Diriwayatkan oleh Al Bukhori).

Dan dari Abu Huroirah Rodliallahu 'anhu dia berkata : Rosullullah Shollallahu 'alaihi wasallam
bersabda :

ِ ‫ت والَ َخطَ> >>ر َعلَى َق ْل‬


,‫ب بَ َش> > ٍر‬ ِ ِ > >‫ أَع> > َ>ددت لِعِب‬: ‫>ول اهلل َتع> >اىَل‬
ِ‫>ادى ال َّ حِل‬
َ َ ْ ‫ َوالَ أُذُ ٌن مَس َع‬,‫َت‬ ْ ‫ني َما الَ َعنْيٌ َرأ‬ َ ‫ص > >ا‬ َ ُ ْ ْ َ ُ ُ > >‫َي ُق‬
)17: ‫ (الس> >>جدة‬‫ُخ ِف َي هَلُ ْم ِم ْن ُق> > َّ>ر ِة أ َْعنُي ٍ َ>ج > َ>زاءً مِب َا َ>ك >>انُوا َي ْع َملُ> > ْ>و َن‬ ِ ِ
ٌ ‫فَالَ تَعلَ ُم َن ْف‬ ‫َوا ْق> > َ>رءُوا إ ْن ش > >ْئتُ ْم‬
ْ ‫س َما أ‬
) ‫(رواه البخاري ومسلم‬
"Allah Ta’ala berfirman : ‘Aku sediakan untuk hamba-hambaku yang sholih, sesuatu yang tidak
pernah dilihat oleh mata dan tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas dihati
manusia, bacalah firman Allah jika kalian menghendaki : Q.S. As Sajdah : 17 yang Artinya:’ Maka
tidak seorangpun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam
nikmat) yang menyenangkan hati sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan”.
(Diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim).

Dan dari Anas bin Malik Rodliallahu 'anhu, sesungguhnya Rosullullah Shollallahu 'alaihi wasallam
bersabda :
ِ َ‫ت ما بيَنهما ولَن‬
‫ص>ي ُف َها َعلَى‬ َ َ‫َت َما َبْيَن ُه َما ِرحيًا َوأل‬
َ َ ُ َْ َ ْ َ‫ض>اء‬ ِ ‫ت ْ>ام َ>رأَةٌ ِم ْن نِ َس> ِاء أ ْ>َه ِ>ل اجْلَن َِّة إِىَل اْأل َْر‬
ْ ‫ض لَ َمأل‬ ِ ‫لَ>>و طَلَع‬
َ ْ
)‫الد ْنيَا َو َما فِ َيها (رواه البخاري ومسلم‬ ُّ ‫َرأْ ِس َها َخْيٌر ِم َن‬
"Seandainya seorang wanita dari penghuni surga menampakkan dirinya ke bumi, maka baunya akan
memenuhi bumi bagian timur sampai bumi bagian barat, dan dia akan menyinari bumi bagian timur
sampai bumi bagian barat, dan kerudung yang dipakai di atas kepalanya lebih baik dibandingkan
dunia dan isinya". (Diriwayatkan oleh Al Bukhori dan Muslim).

MELIHAT ALLAH TA’ALA PADA HARI QIAMAT

Adapun tentang melihat Allah Ta’ala, maka telah difirmankan oleh-Nya :

34
)26 : ‫ (يونس‬    
"Bagi orang –orang yang berbuat baik ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya
( kenikmatan melihat Allah Ta’ala)". (QS. Yunus : 26) .

Para ulama bidang tafsir berkata : Al Husna maksudnya adalah surga, dan Ziyadah maksudnya adalah
melihat kepada Dzat Allah Ta’ala Yang Mulia. Allah Ta’ala berfirman :

)23-22 : ‫ (القيامة‬       


''Wajah orang mukmin pada hari itu berseri–seri memandang tuhannya". (QS. Al Qiyamah : 22-23 ).

Dari Abu Hurairoh Rodliallahu 'anhu berkata :

َ‫ضـ ُّار ْو َن يِف ْ ُر ْؤيَ>ِ>ة اْل َق َم> ِر لَْيلَ >ة‬


َ ُ‫>ل ت‬ َ >َ‫>ل َن> َ>رى َربَّنَا َي> ْ>و َم اْ ِلقيَ َام> ِ>>ة ؟ ق‬
ْ >‫ َه‬, ‫ َن َع ْم‬: ‫>ال‬
ِ َّ ‫أ‬
ْ >‫ يَا َر ُس > ْو َل اهلل َه‬: ‫َن أُنَا ًس >ا قَ>>الُوا‬
‫ فَ >ِإنَّ ُك ْم‬: ‫>ال‬ َ >َ‫ ق‬. َ‫ ال‬:‫اب ؟ قَ>>الُوا‬ ِ ِ ‫يِف‬ َ >َ‫ ق‬. َ‫ ال‬: ‫اْلبَ > ْد ِر ؟ قَ>>الُوا‬
ٌ ‫س ُد ْو َن َها َس > َح‬
َ ‫ض > ُّار ْو َن ْ ُر ْؤيَ>>ة ال َّش > ْمس لَْي‬ َ ُ‫>ل ت‬
ْ >‫ َه‬: ‫>ال‬
)‫" فذكر احلد يث بطوله (رواه البخاري ومسلم‬.... ‫ك‬ ِ
َ ‫َتَر ْونَهُ َك َذ ل‬
"Sesungguhnya orang-orang bertanya : ‘Wahai Rosulullah, apakah kami pada hari kiamat bisa
melihat Tuhan kami ?’. Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam menjawab : ‘Ya, (Beliau bertanya)
apakah kalian berdesak-desakkan ketika melihat bulan pada malam purnama ?’. mereka menjawab :
‘Tidak’. Rosullullah Shollallahu ‘alaihi wasallam lalu bertanya : ‘Apakah kalian berdesak-desakkan
ketika melihat matahari yang tidak tertutup awan ?’. mereka menjawab :’ Tidak’. lalu beliau
bersabda : ‘Sesungguhnya begitu pula kalian ketika melihat Tuhan kalian (tanpa berdesak-
desakkan)‘. Al Hadist (Diriwayatkan oleh Al Bukhori dan Muslim ) .

Dan diriwayatkan dari Shuhaib Rodliallahu ‘anhu, dia berkata : Rosulullah Shollallahu ‘alaihi
wasallam bersabda :

ِ
ْ‫ض ُو ُج ْـو َهنَا ؟ أَمَل‬ ْ ِّ‫ أَمَلْ ُتَبي‬: ‫ تُِريْ> ُ>د ْو َن َشْيـئًا أَ ِزيْ> ُد ُك ْم ؟ َفَي ُق ْولُ>>و َن‬: ‫إِ َذا َد َخ َل أ َْه ُل اجْلَنَّة اجْلَنَّةَ َي ُق ْو ُل اهللُ عز وجل‬
, ‫ب إِلَْي ِه ْم ِم َن النَّـظَ ِر إِىَل َرهِّبِ ْم‬ ِ >‫ َفي ْك ِش‬: ‫>ال‬ ِ ِ ِ
َّ ‫َح‬
َ ‫ فَ َما أ ُْعطُ>ْ>وا َشْيـئًا أ‬.‫اب‬ َ َ‫ف اْحلجـ‬ ُ َ َ >َ‫تُ> ْدخ ْلنَا اجْلَنَّةَ َو ُتْنجنَا م َن النَّا ِر ؟ ق‬
. )‫) ( رواه مسلم‬26:‫ (يو نس‬.      ‫هذ ِه األية‬ ِ َ‫مُثَّ تَال‬

" Ketika ahli surga telah masuk surga, Allah 'Azza wajalla berfirman : Apakah kalian menginginkan-
Ku menambah sesuatu? mereka berkata : bukankah Engkau telah menjadikan wajah kami bercahaya?
bukankah Engkau telah memasukkan kami kedalam surga dan menyelamatkan kami dari api neraka?
Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Lalu Allah 'azza wajalla membuka hijab
(penutup), kemudian mereka tidak diberi sesuatu yang lebih mereka senangi dari pada melihat Allah
'Azza wajalla .Kemudian Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam membaca QS. Yunus : 26, yang
artinya Bagi orang-orang yang berbuat baik ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya
(kenikmatan melihat Allah Ta’ala) “. (Diriwayatkan oleh Muslim).

SYAFAAT PADA HARI QIAMAT

Syafaat pada hari kiamat ada empat macam :

Pertama : Syafaat untuk terlepas dari ketakutan atau teror dipadang mahsyar dan dipercepatnya
pembagian keputusan. Kedudukan tersebut adalah kedudukan yang terpuji (Al Maqom Al Mahmud)
dan sudah dijanjikan untuk Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wasallam. Allah Ta’ala berfirman :
)79 : ‫ (اإلسراء‬           

35
“Dan pada sebagian malam lakukanlah sholat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu,
mudah-mudahhan tuhanmu mengangkatmu ketempat yang terpuji ”. (Q.S. Al Israa’ : 79)

Kedua : Syafaat kepada kaum yang pantas masuk neraka, kemudian Allah Ta’ala menerima
syafaat orang-orang yang dimuliakan Allah yaitu : para nabi, shiddiqin, ulama, orang-orang yang mati
syahid dan orang-orang sholeh, kemudian mereka masuk surga berkat rohmat Allah Ta’ala.

Ketiga : Syafaat dalam mengeluarkan sebagian kaum yang mengesakan Allah Ta’ala ( yang
mengucapkan Laa Ilaaha Illa Allah ) dari neraka. Kemudian Allah Ta’ala menerima syafaat hamba
yang dikehendaki oleh Allah Ta’ala untuk mereka, sehingga tidak ada seorangpun yang di dalam
hatinya terdapat iman sekecil atom masih tersisa di neraka.

Keempat : Syafaat dalam menambah derajat kaum-kaum yang kurang amalnya dan ingin segera
bertemu dengan keluarganya, kemudian Allah Ta’ala mempertemukan mereka dengan keturunannya
dan keluarga lainnya. Semua itu sudah tercantum dalam nash-nash yang shorih dan hadits yang shohih.
Seperti sabda Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam :

‫ت هَلَا َولَ ِك ْن‬ ِ ِ ِ ِ


ُ >‫ لَ ْس‬: ‫>ول‬
ُ ‫ َفَي ُق‬,‫ك‬ َ ِ‫آد َم َفَي ُقولُ>>و َن ا ْش> َف ْع ل > ُذ ِّريَّت‬ َ ‫ضا َفيَ>أْتُو َ>ن‬ ً ‫ض ُه ْم َب ْع‬ ُ ‫َّاس َب ْع‬
ُ ‫اج الن‬ َ ‫إِذَا َكا َن َي ْو ُم اْلقيَ َامة َم‬
ِ ‫ لَس> >ت هَل ا ولَ ِكن علَي ُكم مِب ُوس> >ى فَِإنَّه َكلِيم‬: ‫>ول‬ ِ ِ ِ ِ ِ ‫علَي ُكم بِ> >ِإبر ِاه‬
, ‫اهلل‬ ُ ُ َ ْ ْ َ ْ َ َ ُ ْ ُ > ‫يم َفَي ُق‬ َ ‫ َفيَ> >أْتُو َ>ن إ ْب > َ>راه‬, ‫يم فَإنَّهُ َخلي > ُ>ل اهلل‬َ َْ ْ ْ َ
: ‫>ول‬ُ >‫ َفَي ُق‬,‫ َفيَ >أْتُو َن ِعي َس >ى‬,ُ‫اهلل َو َكلِ َمتُ>>ه‬
ِ ‫ لَس >ت هَل ا ولَ ِكن علَي ُكم بِعِيس >ى فَِإنَّه روح‬: ‫>ول‬
ُ ُُ َ ْ ْ َ ْ َ َ ُ ْ ُ >‫ َفَي ُق‬, ‫َفيَ >أْتُو َن ُمو َس >ى‬
‫ " احلديث (رواه البخ > > >>اري‬. . ‫ أَنَا هَلَا‬: ‫ول‬ ِ ‫يب‬
ُ ُ‫ َفيَ > > > > >أْتُويِن فَ > > > > >أَق‬, ‫اهلل‬ >ُ ِ‫ت هَلَا َولَ ِك ْن َعلَْي ُك ْم مِب ُ َح َّم ٍد فَِإنَّهُ َحب‬
ُ > > > >‫لَ ْس‬
.)‫ومسلم مطوال‬
“Ketika hari kiamat tiba, manusaia saling bertabrakan satu dengan yang lain. Kemudian mereka
mendatangi Nabi Adam ‘Alaihissalaam sambil berkata : ‘Syafaatilah keturunanmu’. Maka Nabi
Adam berkata : ‘Aku tidak bisa mensyafa’ati, tapi datanglah kepada Nabi Ibrohim ‘Alaihis salam,
karena beliau adalah Kholilullah’. Kemudian mereka mendatangi Nabi Ibrohim ‘Alaihis salam, Nabi
Ibrohim berkata : ‘Aku tidak bisa mensyafa’ati, akan tetapi datanglah kepada Nabi Musa, karena
beliau adalah Kalimullah’. Kemudian mereka mendatangi Nabi Musa, lalu Nabi Musa berkata : ‘Aku
tidak bisa mensyafa’ati, datanglah kepada Nabi Isa, karena beliau adalah Ruh dan Kalimah Allah’.
Kemudian mereka mendatangi Nabi Isa, lalu Nabi Isa berkata : ‘Aku tidak bisa mensyafa’ati, akan
tetapi datanglah kepada Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wasallam karena beliau adalah
Habibullah’. Kemudian mereka mendatangiku (Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wasallam), dan
aku berkata : ‘ Akulah yang akan mensyafa’ati’. (Diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim
dengan lebih panjang).

Diriwayatkan dari Anas Rodiallahu ‘anhu berkata : Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

‫اعةً أل َُّميِت َي> > ْ>و َم اْ ِلقيَ َ>ام > ِ>ة (رواه البخ >>اري‬
َ ‫ت َد ْع> > َ>ويِت َش > > َف‬
ُ ْ‫اختَبَ > >أ‬
ِ ‫هِب‬
َ ‫>ل نَيِب ٍّ َد ْع> > َ>وةٌ قَ > > ْد َد َعا َا فَا ْس > >تُج‬
ْ ‫يب لَ> >>هُ َوأَنَا‬
ِ
ِّ > ‫ل ُك‬
)‫ومسلم‬
“Setiap nabi mempunyai doa yang mana jika Ia berdoa pasti dikabulkan. Sedangkan diriku
menyimpan do’aku sebagai syafa’at untuk umatku pada hari kiamat nanti”.(Diriwayatkan oleh Imam
Bukhori dan Muslim).

Dan diriwayatkan dari Anas Rodliallahu ‘anhu berkata : Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam
bersabda :
)‫اعيِت أل َْه ِل اْل َكبَائِِر ِم ْن أ َُّميِت (رواه أبو داود وابن حبان يف صحيحه‬
َ ‫َش َف‬
“Syafaatku adalah untuk umatku yang mempunyai dosa besar”. (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan
Ibnu Hibban).

36
Dan diriwayatkan dari Sayyidina Ali bin Abi Tholib Rodliallahu ‘anhu berkata : Rosulullah
Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

ِ ِ ِ
‫يت (رواه‬
ُ > ‫ب قَ > ْد َرض‬ ُ ُ‫يت يَا حُمَ َّم ُد؟ فَ> >أَق‬
ِّ ‫ أَي يَا َر‬: ‫ول‬ َ > >‫ قَ> > ْد َرض‬: ‫>ول‬ َ ‫أَ ْش > َف ُع أل َُّميِت َحىَّت يُنَ >>اد‬
ُ >‫ي َريِّب تع >>اىل َفَي ُق‬
.)‫الطرباين و إسناده حسن‬
“Aku akan mensyafa’ati ummatku sampai Allah memanggilku, kemudian Allah bertanya kepadaku :
‘Apakah kamu benar-benar telah ridlo wahai Muhammad ?’. Kemudian aku menjawab : ‘Wahai
Tuhanku, saya benar-benar telah ridlo”. (Diriwayatkan oleh At Thobaroni dan isnadnya hasan).

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Rodliallahu ‘anhu berkata : Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam
bersabda :

‫َجلِس َعلَْي ِه قَائِ ًما َبنْي َ يَ َد ْي َريِّب خَمَافَ >ةً أَ ْن َيْب َعثَيِن‬ ِ ِ ِ ٍ ِ ِ ِِ ِ
ُ ْ ‫وض ُع لأل َنْبياَء َمنَاب ُر م ْن نُور جَيْل ُسو َن َعلَْي َها َو َيْب َقى مْنرَب ي الَ أ‬ َ ُ‫ت‬
‫>ك ؟‬ >َ > ِ‫ص> >نَ َع بِأ َُّمت‬
ْ َ‫ يَا حُمَ َّم ُد َما تُِري > ُ>د أَ ْن أ‬: ‫>ل‬ ُ > ‫ب أ َُّميِت َفَي ُق‬
َّ >‫>ول َع > َّ>ز َو َج‬ ِّ ‫ يَا َر‬: ‫ول‬ ُ ُ‫إِىَل اْجلَن َِّة َوَتْب َقى أ َُّميِت َب ْع > ِ>دي فَ> >أَق‬
‫اهلل َو ِمْن ُه ْم َم ْن‬ ِ ‫ب ع ِّجل ِحس > >ابهم َفي > > ْدعوهم ربُّهم فَيحاَس > >بو َن فَ ِمْنهم من ي > > ْدخل اْجلنَّةَ بِرمْح > > ِ>ة‬
َ َ َ ُُ َ َْ ُْ ُ َ ُ ْ ُ َ ْ ُ ُ َ ْ ُ َ َ ْ َ ِّ ‫ يَا َر‬: ‫ول‬ ُ ُ‫فَ > >أَق‬
‫َن َمالِ ًكا َ>خ>ا ِز َن‬ ٍ ‫ فَما أ ََز ُال أَ ْش > َفع حىَّت أ ُْعطَى ِص >كاَكاً بِ ِر >ج‬، ‫اعيِت‬
َّ ‫>ال قَ > ْد َب َعَث ُه ْم إِىَل النَّا ِر َحىَّت أ‬ َ َ ُ
ِ
َ َ ‫يَ > ْد ُخ ُل اْجلَنَّةَ ب َش > َف‬
‫>ك ِم ْن نِْق َم> > ٍ>ة (رواه الط > >>رباين وال > >>بيهقي بإس> >>ناد غري‬ ِ ‫ يا حُم َّم ُد ما َت> >>ر ْك‬: ‫>ول‬
َ > > ِ‫ك يِف أ َُّمت‬
َ ِّ‫ب َرب‬ِ > > >‫ض‬ َ َ َ َ َ ُ > >‫النَّا ِر لََي ُق‬
َ َ‫ت لغ‬
. )‫مرتوك‬
“Akan ditempatkan beberapa mimbar yang terbuat dari cahaya untuk para nabi, dan para nabi duduk
di atasnya. Sedangkan mimbarku masih utuh tanpa aku duduki. Dan aku berdiri diantara kedua sisi
Tuhanku karena aku takut Allah mendorongku untuk masuk surga sementara umatku masih ada yang
tertinggal setelahku. Kemudian aku memohon : “Wahai Tuhan, umatku”. Lalu Allah menjawab ;
“Apa yang engkau inginkan untuk Aku kerjakan pada umatmu ?” Kemudian aku berkata : “Wahai
Tuhanku, percepatlah hitungan amal mereka, lalu Allah memanggil mereka. Kemudian amal
perbuatan mereka dihisab. Diantara mereka ada yang masuk surga berkat rahmat Allah Ta’ala, dan
ada yang masuk surga berkat syafa’atku. Aku senantiasa mensyafa’ati umatku sampai aku berikan
buku catatan nama-nama umatku yang sudah dimasukkan Allah ke dalam neraka, sampai Malaikat
Malik sang penjaga neraka berkata : “Wahai Muhammad, engkau tidak menjadikan Allah murka
untuk menyiksa umatmu”. (Diriwayatkan oleh Imam At Thobaroni dan Baihaqi dengan sanad yang
tidak matruk / ditinggalkan).

Shikaak ‫ ))صكاك‬adalah jamaknya lafadh Shok (‫ )صك‬yang berarti kitab (buku catatan).

Diriwayatkan dari Anas Rodliallahu ‘anhu berkata : Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

)‫رجلَنْي ِ َو الثَّالَثَِ>ة (رواه الرتمذي برواة الصحيح‬ َّ ‫إِ َّن‬


ُ َّ‫الر ُج َل لَيَ ْش َف ُع يِف ال‬
“ Sesungguhnya satu orang laki-laki mampu mensyafa’ati dua orang laki-laki maupun tiga orang
laki-laki ”. (Diriwayatkan oleh At Tirmidzi dengan perawi-perawi kitab yang shohih).

Diriwayatkan dari Abu Usamah Rodliallahu ‘anhu berkata : “Saya mendengar Rosulullah Shollallahu
‘alaihi wasallam bersabda :

ِ ِ ِ ‫لَي ْدخلُ َّن اْجلنَّةَ بِ َش َف‬


َ ‫اعة َر ُج ٍل م ْن أ َُّميِت مثْ ُل َربِ َيعةَ َو ُم‬
)‫ض ٍر (رواه اإلمام أمحد بإسناد جيد‬ َ َ ُ َ
“Sungguh akan masuk surga orang-orang seperti suku Robi’ah dan Mudlor sebab syafa’at searang
laki-laki dari ummatku”. (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanad yang baik).

37
Diriwayatkan dari Anas Rodliallahu ‘anhu berkata : “Rosulullahu Shollallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:

ِ َ‫>ف و ع ْش>ر ِة آال‬


ٍ >ْ‫ف أَل‬ ٍ ِ ِ ِ ‫ِ ِ يِف‬ ِ ِِ ِ ِ
‫>ف (رواه‬ َ َ َ >ْ‫آد َم َعلَْي>>ه ال َّس>الَ ُم َي> ْ>و َم الْقيَ َام>>ة م ْن مَج ي> ِع ذُِّريَت>>ه مائَ>>ة أَلْ>>ف أَل‬
َ ‫ِّع اهللُ َت َع>>اىَل‬
ُ ‫يُ َش>ف‬
)‫الطرباين‬

“Allah akan menerima syafa’at Nabi Adam untuk seratus sepuluh juta manusia dari semua
keturunannya”. (Diriwayatkan oleh At Thobaroni).

Diriwayatkan dari Hudzaifah Rodliallahu ‘anhu dari Rosulullah shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda :

،,‫ت ذُِّريَيِت بِالنَّار‬ ِ ِ ُ >‫ َفي ُق‬،‫ لََّبي َ>ك>اه‬: ‫ب‬ ُ >‫ َفَي ُق‬،ُ‫ يَا َربَّاه‬: ‫يم َي> ْ>و َم اْ ِلقيَ َام> ِ>ة‬ ِ ِ ُ >‫ي ُق‬
َ ْ‫ب َ>ح َ>رق‬ِّ ‫ يَ> َ>ار‬: ‫يم‬
ُ ‫>ول إ ْب> َ>راه‬ َ ْ ْ ُّ ‫>ول ال> َّ>ر‬ ُ ‫>ول إ ْب> َ>راه‬ َ
‫>ان (رواه ابن حب >>ان يف‬ ِ > َ‫>ال َذ َّر ٍة أَو َش> >عِري ٍة ِمن اْ ِإلمي‬
ُ > ‫َخ ِر ُج>>وا ِم َن النَّا ِر َم ْن يِف َق ْلبِ > ِ>ه ِم ْث َق‬
َ َ ْ ْ ‫ أ‬: ‫ب تع >>اىل‬ ُّ ‫>ول ال > َّ>ر‬
ُ > ‫َفَي ُق‬
)‫صحيحه‬
“Pada hari kamat nanti, Nabi Ibrohim berkata : ‘ًWahai Tuhanku’. Allah Ta’ala menjawab :
‘Labbaikaah (Aku akan mengabulkan permintaanmu)’, Kemudian Nabi Ibrohim berkata : ‘Wahai
Tuhanku, Engkau telah membakar keturunanku dengan api neraka’, Maka Allah Ta’ala berfirman :
‘Keluarkanlah dari neraka orang-orang yang didalam hatinya terdapat iman seberat biji dzarroh
atau gandum”. (Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban di dalam kitab shohihnya).

SHOLAT

Adapun yang dimaksud dengan meyakini sholat adalah yakin bahwa Allah Ta’ala telah
mewajibkan kepada hamba-hamba-Nya sholat lima waktu dalam sehari semalam yaitu : Dzuhur,
Ashar, Maghrib, Isya’ dan Subuh. Allah Ta’ala berfirman :

          
)103 : ‫(النساء‬
“Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”. (Q.S. An Nisa’ : 103).

Yakni, sholat fardlu yang ditentukan pelaksanaannya pada waktu-waktu tertentu.

Dan Allah Ta’ala berfirman :

          
)18-17 : ‫ (الروم‬    
“Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di petang hari dan waktu kamu berada di
waktu subuh. Dan bagi-Nyalah segala puji di langit dan di bumi dan di waktu kamu berada pada
petang hari dan di waktu kamu berada di waktu Zuhur”. (Q.S. Ar Rum : 17-18 ).

Yakni, bertasbihlah kalian di waktu kalian berada di petang hari. Tasbih yang dimaksud disini adalah
sholat, dan petang hari itu mencakup maghrib dan isya’, dan yang dimaksud lafadz (  )
adalah sholat Shubuh, wa’asyiyyan () adalah sholat Ashar, dan (   ) adalah
sholat Dhuhur. Dan Allah Ta’ala berfirman :

          
   
)78 : ‫(اإلسراء‬
“ Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula
shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)”. (Q.S. Al Israa’ : 78 ).

38
Yakni, dirikanlah sholat mulai dari bergesernya matahari dari tengah-tengah langit sampai malam yang
gelap gulita, yakni bahwasanya semua waktu ini adalah waktu mendirikan sholat tanpa adanya
pemisah yang panjang dan semua waktu ini mencakup Dhuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya’. Kemudian
Allah Ta’ala berfirman :
 
“Dan (dirikanlah pula shalat) subuh”.

Sholat fajar dinamakan Qur’an karena kekhususan sholat fajar dengan bacaannya yang panjang, yakni
dirikanlah sholat fajar.

Dari Ibnu Umar Rodliallahu’anhuma bahwasanya Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

َّ ‫ص>الَةَ َويُ ْؤتُ>>وا‬


,َ‫الز َ>ك>اة‬ >ُ ‫اهلل َويُِق‬
َّ ‫يم>وا ال‬ ِ ‫ول‬ َّ ‫>ىت يَ ْش> َه ُدوا أَ ْن الَ إِل>>هَ إِالَّ اهلل َوأ‬
ُ >‫َن حُمَ َّم ًدا َر ُس‬ ِ
َ ‫ت أَ ْن أُقَات > َ>ل الن‬
َّ ‫َّاس َ>ح‬
ِ
ُ ‫أ >ُم ْ>ر‬
)‫اهلل " (رواه البخاري ومسلم‬ ِ ‫ك عصموا ِمين ِدماءهم وأَمواهَل م إِالَّ حِب ِّق اْ ِإلسالَِم و ِحسابهم على‬ ِ‫فَِإذَا َفعلُوا َذل‬
َ َ ْ ُ ُ َ َ ْ َ ْ ُ َ ْ َ ْ ُ َ َ ِّ ُ َ َ َ َ
“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa sesungguhnya tiada
tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah dan hingga mereka mendirikan
sholat dan membayar zakat. Ketika mereka melakukan hal itu maka mereka telah menjaga darah dan
harta mereka dariku kecuali dengan hak Islam dan hisab mereka pada Allah”. (Diriwayatkan oleh
Imam Bukhori dan Muslim).

Dan Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :


ِ ‫ َفلَم أَز ْل أُر ِاجعه وأَسأَلُه الت‬,‫َفرض اهلل على أ َُّميِت لَيلَةَ اْ ِإلسر ِاء مَخْ ِسني صالًَة‬
ِّ ‫>ىت َج َعلَ َها مَخْس>اً يِف ُ>ك‬
‫>ل‬ َّ ‫>ف َح‬
َ >‫َّخفْي‬
ْ ُ ْ َ ُُ َ َ ْ َ َ َْ ْ َ َ ُ َ َ
‫َي ْوٍم َولَْيلَ ٍة‬
“Allah telah mewajibkan lima puluh sholat atas umatku di malam Isro’ dan Mi’roj. Maka tidak henti-
hentinya aku menawar dan memohon keringanan kepada Allah hingga Allah menjadikan lima puluh
sholat menjadi lima (sholat) dalam sehari semalam”.

Dan Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Mu’adz ketika Rosulullah Shollallahu
‘alaihi wasallam mengutusnya ke Yaman :
.)‫ات يِف ُك ِّل َي ْوٍم َولَْيلَ ٍة "(روامها البخارى ومسلم‬
ٍ ‫َن اهلل تعاىل َفرض علَي ِهم مَخْس صلَو‬
ََ َ ْ َْ َ َ
‫أ ْ رِب‬
َ َّ ‫َخ ْ ُه ْم أ‬
“Kabarilah mereka bahwasannya Allah Ta’ala telah mewajibkan atas mereka lima sholat dalam
sehari semalam”. (Kedua hadist ini diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim) .

KEDUDUKAN SHOLAT DALAM AGAMA

Ketahuilah ! sesungguhnya sholat merupakan tiang agama dan dasar yang paling agung diantara
lima dasar islam setelah dua kalimat syahadat. Posisi sholat di dalam agama seperti halnya kepala dari
suatu jasad dan seperti halnya orang yang tidak bisa hidup tanpa kepala, maka begitu juga tidak ada
agama bagi orang yang tidak sholat. hal itu telah diriwayatkan dalam beberapa hadist. Semoga Allah
Ta’ala menjadikan kita termasuk orang-orang yang selalu melanggengkan sholat, mendirikannya,
khusyu’ di dalamnya dan senantiasa menjalankannya. Dengan hal-hal tersebut, di dalam Al Qur’an
Allah Ta’ala memerintahkan kepada para hamba-Nya yang beriman, dan dengan hal-hal tersebut Allah
Ta’ala mensifati mereka. Allah Ta’ala berfirman :

: ‫(البقرة‬         


)238
“Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa berdirilah untuk Allah (dalam
shalatmu) dengan khusyu'”. (QS. Al Baqoroh : 238 ).

39
Sholat-sholat yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah lima sholat yang diwajibkan yaitu dhuhur,
ashar, maghrib, isya’ dan shubuh, itu semua adalah sholat-sholat yang mana orang-orang muslim tidak
boleh meninggalkannya dalam keadaan bagaimanapun selama dia masih mempunyai akal, walaupun
dalam keadaan lemah dan sakit yang dideritanya telah mencapai puncaknya.
Sholat wustho adalah sholat ashar sebagaimana yang telah diriwayatkan di dalam hadist shohih
yang mana Allah Ta’ala menyebutkannya secara khusus karena adanya keutamaan dan kemuliaan pada
sholat ashar. Hal itu telah masyhur dan diketahui di dalam islam, sehingga sampailah kepada kita
sebab-sebab turunnya kemurahan di dalam sholat khouf (sholat dalam keadaan takut) yaitu
bahwasanya orang-orang muslim ketika itu sedang menunaikan sholat dhuhur secara berjamaah
bersama Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah peperangan, sementara itu orang-orang
musyrik berada didekat mereka dan melihat Rosulullah bersama orang-orang muslim sedang
melakukan sholat. Ketika orang muslim selesai melaksanakan sholat, sebagian orang musyrik
berkata : “Jikalau kalian menyerang mereka (orang-orang muslim), sementara mereka dalam keadaan
sholat, niscaya kalian pasti dapat mengalahkan mereka“. Lalu orang-orang musyrik yang lain berkata :
“Sesungguhnya setelah sholat ini, mereka akan melakukan sholat lagi yaitu sholat yang paling mereka
cintai meebihi bapak dan anak-anak mereka (yang dimaksud oleh orang musyrik adalah sholat ashar)”.
Kemudian Malaikat Jibril ‘Alaihissalaam turun menemui Rosulullah Shollallah ‘alaihi wasallam
dengan membawa kabar tentang sholat khouf. Maka renungkanlah! bagaimana fadlilah sholat ini
( sholat ashar) telah diketahui bahkan oleh orang-orang musyrik sekalipun.

Allah Ta’ala berfirman :

        


)31 : |‫(ألروم‬
“Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan
janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah“. (QS. Ar Rum : 31)

Adapun yang dimaksud kembali bertaubat adalah kembali kepada Allah Ta’ala, sedangkan bertakwa
adalah takut kepada Allah Ta’ala. Mendirikan sholat adalah menjalankan sholat sesuai dengan cara
yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala.

Allah Ta’ala berfirman :

)2-1 : ‫ (ألمؤمنون‬        
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam
sembahyangnya“. ( QS.Al Mukminuun : 1-2)

sampai firman Allah Ta’ala :


)9 : ‫ (ألمؤمنون‬    
“Dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya“. (QS. Al Mukminuun : 9).

Allah Ta’ala berfirman :


)23-22 : ‫ (ألمعارج‬        
“Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, Yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya“.
(QS. Al Ma’ariij :22-23).

Maka Allah Ta’ala menjaga orang-orang yang sholat dari jenis manusia yang diciptakan dalam
keadaan mengeluh dan putus asa ketika tertimpa musibah, dan kikir ketika mendapat kenikmatan.
Seakan-akan Allah Subhanahu wata’ala berfirman : “Sesungguhnya orang-orang yang sholat pada
hakikatnya bukanlah termasuk orang-orang yang mengeluh, putus asa dan kikir ( saya berkata ) :
“Karena sesungguhnya sifat-sifat ini adalah hal-hal yang mungkar”, dan Allah Ta’ala telah berfirman
:

           
)45: ‫ (ألعنكبوت‬ 

40
“Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan
mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-
ibadat yang lain)”. (QS. Al Ankabut : 45 ).

Orang yang mendirikan sholat sebagaimana yang telah diperintahkan Allah Ta’ala dan Rosul-Nya,
maka sholatnya dapat mencegah dirinya mengerjakan hal yang dibenci oleh Allah Ta’ala seperti sifat-
sifat yang telah disebutkan dan sifat lainnya yang merupakan hal-hal yang dibenci Allah Ta’ala.
Dan Rosulullah Sholallhu ‘alaihi wasallam bersabda :

َ ‫صلُّوا َك َما َرأ َْيتُ ُمويِن أ‬


‫ُصلِّي‬ َ
“Sholatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku sholat”.

Orang yang sholat dengan mengikuti seperti sholatnya Rosulullah Sholallohu ‘alaihi wasallam menurut
cara yang diriwayatkan oleh para ulama yaitu ulama salaf (dahulu) dan ulama kholaf (akhir)
Rodliyallohu ‘anhum, adalah orang yang termasuk dikategorikan Allah Ta’ala sebagai orang-orang
yang mendirikan dan menjaga sholat.

SHOLAT MEMILIKI BENTUK DHOHIR


DAN HAKEKAT YANG TERSEMBUNYI

Sesungguhnya sholat mempunyai bentuk yang dhohir (kelihatan) dan hakikat yang batin
(tersembunyi). Tidak ada kesempurnaan bagi sholat kecuali dengan menjalankan keduanya.
Adapun bentuk sholat yang dhohir yaitu berdiri, membaca, rukuk, sujud, dan semisalnya yang
termasuk pekerjaan-pekerjaan sholat yang dhohir. Hakikat sholat yang batin yaitu khusyuk, hadirnya
hati, ikhlas yang sempurna, mengangan-angan dan memahami makna–makna bacaan, mensucikan
Allah Ta’ala dan semisalnya yaitu termasuk pekerjaan-pekerjaan sholat yang batin.
Maka pengertian sholat secara dhohir yaitu menjaga tubuh dan anggota badan. Sedangkan
pengertian sholat secara batin yaitu menjaga hati. Karena menjaga hati adalah tempat yang dilihat
Allah Ta’ala Dzat yang haq dari seorang hamba.
Imam Ghozali Rohimahullah Ta’ala berkata : “Perumpamaan orang yang menjalankan bentuk
sholat yang dhohir dan melalaikan hakikat sholat yang batin bagaikan orang yang memberikan
hadiah kepada raja yang agung berupa pelayan mati yang tak bernyawa”.
Dan perumpamaan orang yang ceroboh dalam menjalankan dhohirnya sholat seperti halnya orang
yang memberikan hadiah kepada sang raja berupa pelayan yang dipotong tangan dan kakinya, serta
dicongkel matanya. Orang ini dan orang yang sebelumnya akan menghadapi siksa yang pedih dari
sang raja sebagai akibat dari hadiah mereka, karena telah meremehkan wibawa dan kehormatan sang
raja.
Kemudian Imam Ghozali berkata : “Engkaupun menghadiahkan sholatmu kepada Tuhanmu, maka
takutlah kamu jika menghadiahkan sholatmu dengan disertai sifat-sifat ini, sehingga kamu berhak
mendapatkan siksa”. Telah selesai kalam Imam Ghozali sesuai dengan maknanya.

KEADAAN ORANG SALAF


KETIKA KHUSYU’ MELAKSANAKAN SHOLAT

Derajat kekhusyu’an dalam menjalankan sholat telah dicapai orang-orang sholeh dengan kadar
derajat yang menakjubkan. Diantaranya adalah suatu hari ada orang sholeh yang sedang melakukan
sholat dihinggapi seekor burung yang menyangka bahwa orang sholeh tersebut adalah sebuah tembok
karena ketenangannya serta lamanya dalam berdiri dan sujud.
Dan contoh yang lain yaitu suatu hari tiang penyangga di Kota Basrah runtuh, sehingga membuat
panik penduduk Basrah yang berada di pasar. Namun, sebagian orang-orang sholeh yang sedang sholat
di masjid tidak merasakan kepanikan akibat kejadian tersebut, dikarenakan mereka telah tenggeam
dalam kenikmatan sholat.

41
Dan contoh yang lain yaitu suatu hari orang-orang sholeh berkata kepada keluarga dan anak-
anaknya : “Ketika aku dalam keadaan sholat, maka kerjakanlah apa yang terlintas di dalam pikiran
kalian semua –yaitu berupa mengeraskan suara dan membuat banyak kegaduhan- maka,
sesungguhnya aku tidak akan merasakan apa yang kalian perbuat”. Dan kadang-kadang anak-anak
mereka memukul kendang di sampingnya, dia pun tak merasakannya.
Contoh yang lain : ketika rumah Sayyidina Ali bin Husain Rodliallahu ‘anhuma ( cucu Rosulullah
dari Sayyidina Husain Rodliallahu ‘anhu ) terbakar api dan beliau masih dalam keadaan sujud, seluruh
penduduk berteriak kepadanya : “ Api … api ….. wahai cucu Rosulullah”. Akan tetapi beliau tidak
mengangkat kepalanya sedikitpun. Ketika beliau telah selesai melaksanakan sholat, diceritakan hal itu
kepadanya. Beliau berkata : “Api akhirat telah mengalihkan perhatianku dari api dunia”.
Ditanyakan kepada sebagian orang-orang sholeh : “Apakah engkau merasakan bisikan-bisikan
dunia didalam sholatmu sebagaimana kami merasakannya? Dia menjawab : “Aku lebih suka dihujami
tombak dari segala arah daripada merasakan bisikan-bisikan dunia tersebut”.
Dikatakan lagi kepada yang lainnya : “Apakah kamu membisikkan sesuatu di dalam hatimu ketika
sedang sholat ?” Dia menjawab : “Adakah sesuatu yang lebih aku senangi dibandingkan sholat,
sehingga aku membisikkan sesuatu di dalam hatiku ketika sedang sholat?“.
Pernah ada seorang pencuri yang sedang mencuri kuda milik Robi’ bin Khoitsam pada waktu ia
sedang sholat. Kemudian orang-orang mencemoohnya. Lalu Robi’ berkata : “Sebenarnya saya tahu
ketika Pencuri itu melepaskan kudaku”. Orang-orang bertanya : “Kenapa kamu tidak mengejar
pencuri tersebut supaya kau bisa mendapatkan kudamu kembali?". Lalu ia menjawab : “Saya lebih
menyukai sholatku dibandingkan kudaku. Dan kuda itu sudah halal untuk si pencuri”.
Sebagian Shohabat Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam sedang melaksanakan sholat di kebun
kurmanya masing-masing. Tiba-tiba ada seekor burung terbang dari satu pohon kepohon yang lain dan
dia memandang kearah burung tersebut, sehingga pemandangan tersebut telah melalaikan perhatiannya
terhadap sholatnya. Ketika dia menyadari kejadian tersebut, maka hal tersebut membuat hatinya
menjadi susah dan dia mewaqofkan semua kebunnya dijalan Allah karena kebun tersebut telah
melalaikan perhatiannya terhadap sholatnya.

HUKUMAN BAGI ORANG YANG MENINGGALKAN SHOLAT

Ketahuilah sesungguhnya kemungkaran yang paling mungkar, dosa besar yang paling besar
dosanya, dan paling tercelanya sesuatu yang diharamkan adalah kaum muslimin yang meninggalkan
sholat fardlu.
Diriwayatkan dari Abu Darda’ Rodliallahu ‘anhu berkata : Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam
bersabda :

ِ ‫الصالَةَ متع ِّم ًدا َف َق ْد ب ِرئَت ِمْنه‬


)‫الذ َّمةُ (رواه ابن ماجه والبيهقي‬ ُ ْ َ َ َُ َّ ‫َم ْن َتَر َك‬
“Barang siapa meninggalkan sholat dengan sengaja, maka dia terbebaskan dari perlindungan”.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Baihaqi).

Dan dari Ibnu Abbas Rodliallahu ‘anhuma berkata : Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam
bersabda :

ْ ‫الصالَةَ ُمَت َع ِّم ًدا لَِق َي اهللَ َو ُه َو َعلَْي ِه َغ‬


)‫ضبَا ُن (رواه الطرباين وإسناده حسن‬ َّ ‫َم ْن َتَر َك‬
“Barang siapa meninggalkan sholat dengan sengaja, maka dia akan menemui Allah dalam keadaan
murka”. (Diriwayatkan oleh At Thobaroni dan sanadnya hasan).

Dan dalam salah satu riwayat At Thobaroni, dari Anas bin Malik Rodliallahu ‘anhu :

. ‫ِج َهارا‬ ‫الصالََة ُمَت َع ِّم ًدا َف َق ْد َك َفَر‬


َّ ‫َم ْن َتَر َك‬
ً

42
“Barang siapa meninggalkan sholat dengan sengaja, maka dia mengkufuri agamanya secara terang-
terangan”.

Dan dari Abdullah bin Umar Rodliallahu ‘anhuma : Sesungguhnya pada suatu hari Rosulullah
Shollallahu ‘alaihi wasallam pernah menyinggung tentang masalah sholat kemudian beliau bersabda :

‫> َو َم ْن مَلْ حُيَافِ> ْظ َعلَْي َها مَلْ تَ ُك ْن لَ>>هُ نُ> ْ>و ًرا َوالَ بُْر َهانًا‬,‫ت لَهُ نُ> ْ>و ًرا َوبُْر َهانًا َوجَنَ>>اةً َي> ْ>و َم اْ ِلقيَ َام> ِ>ة‬ْ َ‫َم ْن َحافَ َظ َعلَْي َها َكان‬
ِ ِ
‫>ف لَ َعَن ُه ُم اهللُ (رواه اإلم >>ام أمحد وابن‬ ْ > َ‫َوالَ جَنَ >>ا ًة َو َك>>ا َن َي > ْ>و َم اْلقيَ َام> ِ>>ة َم> َ>ع ف ْر َع> ْ>و َن َو َه َام>>ا َن َوقَ > ُ>ار ْو َن َوأُيَبِّ بْ ِن َخل‬
)‫حبان يف صحيحه‬
“Barang siapa menjaga sholatnya maka akan menjadi cahaya, bukti dan keselamatan baginya pada
hari kiamat. Dan barang siapa tidak menjaga sholat maka dia tidak akan memperoleh cahaya, bukti
dan keselamatan. Dan besok pada hari kiamat dia akan bersama-sama dengan Fir’aun, Haman,
Qorun dan Ubay bin Kholaf. Semoga Allah melaknati mereka”. ( Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan
Ibnu Hibban dalam kitab shohihnya ).

Dan dari Buraidah Rodliallahu ‘anhu berkata : Rosulullahu Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

)‫الصالَِة> (رواه مسلم وغريه‬


َّ ‫الر ُج ِل َو َبنْي َ اْل ُك ْف ِر َت ْر ُك‬
َّ َ ‫َبنْي‬
“Diantara seorang laki-laki dan kekufuran adalah meninggalkan sholat”. ( Diriwayatkan oleh Imam
Muslim dan lainnya )

Dan Imam At Tirmidzi meriwayatkan :

َّ ‫اب حُمَ َّم ٍد صلى اهلل عليه وسلم الَ َيَر ْو َن َشْيئًا ِم َن اْأل َْع َم ِال َت ْر ُكهُ ُك ْفٌر َغْيَر‬
.‫الصالَِة‬ ُ ‫َص َح‬
ْ ‫َكا َن أ‬
“Para shohabat Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah melihat suatu amal yang
apabila meninggalkannya bisa menjadikan kufur selain sholat”.

Dari Hammad bin Zaid, dari Ayyub berkata :


.‫ف فِْي ِه‬ ِ َّ ‫َتر ُك‬
ُ َ‫الصالَة ُك ْفٌر الَ خُيَْتل‬ ْ
“Meninggalkan sholat adalah kekufuran ( pasti masuk ke dalam neraka ) yang tidak perlu
diperselisihkan lagi”.

Menurut Ishaq : “Sesungguhnya itu adalah pendapat ahli ilmu mulai dari zaman Nabi Shollallahu
‘alaihi wasallam”.

Di dalam kitab At Targhib wa At Tarhib karangan Imam Mundziri, dari Ibnu Hazm sesungguhnya
telah datang keterangan dari Sayyidina Umar bin Khottob, Abdur rohman bin Auf, Muadz bin Jabal,
Abu Huroiroh, dan sahabat yang lain Rodliallahu ‘anhum : “Sesungguhnya orang yang meninggalkan
sholat wajib (dengan sengaja) hingga keluar waktunya maka orang tersebut adalah kafir dan murtad”.
Dan saya tidak mengetahui seorang sahabatpun yang pendapatnya berbeda dengan mereka”.

Imam Mundziri berkata : “Para sahabat dan orang setelahnya berpendapat mengkafirkan orang
yang sengaja meninggalkan sholat hingga keluar waktunya. Para sahabat tersebut diantaranya adalah
Umar bin Khottob, Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Mu’adz, Jabir dan Abu Darda’. Dan dari selain para
sahabat diantaranya adalah Imam Ahmad bin Hambal, Ishak, Ibnul Mubarok, An Nakho’i, Al Hakam
bin Utaibah dan yang lainnya”.

43
Sebagian ulama’ salaf berkata : orang yang meninggalkan sholat dilaknat di dalam Kitab Taurot,
Injil, Zabur dan Al Qur’an.. Setiap hari dan malam akan diturunkan seribu laknat dan seribu
kemurkaan baginya, sedangkan malaikat melaknatinya dari atas langit ke tujuh”.

Orang yang meninggalkan sholat tidak akan mendapatkan bagian tempat di telaga dan di dalam
syafaat Rosulullah. Ketika sakit dia tidak dijenguk, jenazahnya tidak ada yang mengantar dan tidak
diperkenankan mengucapkan salam kepadanya, tidak ada orang yang mau makan dan minum
bersamanya, tak ada teman untuk diajak bicara, tidak ada agama baginya, tidak ada kepercayaan
baginya dan dia tidak mendapatkan rahmat dari Allah. Dia akan bersama orang-orang munafik di
dalam neraka yang paling dasar.

Orang yang meninggalkan sholat akan dilipat gandakan siksanya. Pada hari kiamat nanti dia
datang dalam keadaan kedua tangannya terbelenggu dileher dan dipukuli malaikat. Neraka jahannam
dibuka untuknya kemudian dia masuk ke dalam neraka secepat anak panah, lalu tersungkur disamping
Qorun, Fir’aun, dan Haman di dasar neraka.

Ketika makanan diangkat kemulut orang yang meninggalkan sholat, maka makanan tersebut
berkata kepadanya : “Semoga Allah melaknatimu wahai musuh Allah, engkau makan rizki yang telah
diberikan oleh Allah, akan tetapi engkau tidak mau melaksanakan kewajibannya”.

Orang yang memutus sholat, pakaian yang menempel di badannya akan cuci tangan dari orang
tersebut dan berkata kepadanya : “Seandainya tuhanku tidak memaksaku untukmu, maka aku akan lari
darimu”.

Ketika dia keluar dari rumahnya, maka rumahnya berkata : “Semoga Allah tidak menemanimu
dalam perjalananmu, dan tidak mengganti apa yang kamu tinggalkan dan tidak mengembalikanmu
kepada keluargamu dengan selamat”.

Orang yang memutus sholat akan dilaknat semasa hidup dan matinya, dan akan mati dalam
keadaan yahudi dan akan dibangkitkan dari kubur dalam keadaan nasroni.

Kebanyakan siksa–siksa ini diberikan kepada orang yang meninggalkan sholat karena
mendustakan sholat dan menentangnya..

ZAKAT

Zakat merupakan salah satu dari lima dasar agama islam dan Allah Ta’ala telah mengumpulkan
antara zakat dan sholat dalam kitab-Nya yang mulia. Allah Ta’ala berfirman :

         


         
“Dan laksanakan sholat dan tunaikan zakat, dan segala kebaikan yang kamu kerjakan untuk dirimu,
kamu akan mendapatkan (pahala) di sisi Allah, sungguh Allah melihat apa yang kamu kerjakan”.
(QS. Al Baqoroh : 110).

Dan Allah Ta’ala berfirman dalam mensifati hamba-hamba-Nya yang beriman :

        


          
)4-3 : ‫( األنفال‬
“(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami
berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan
memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rizki (nikmat) yang
mulia”. (QS. Al Anfal : 3-4)

Dan Allah Ta’ala berfirman :

44
       
        
)71 : ‫ (التوبة‬          
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi
penolong bagi sebagian yang lain.Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang
munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu
akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
(QS. At Taubah : 71) dan juga selain ayat-ayat tersebut.

Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

ِ ْ‫اهلل واْليوِم ا‬
‫آلخ ِر َف ْلُي َؤ ِّد َز َكا َة َمالِِه‬ ِ ِ ِ
ْ َ َ ‫َم ْن َكا َن يُ ْؤم ُن ب‬
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka agar dia membayar zakat hartanya”. Nabi
‘ِAlaihissholatu wassallam memberi pemahaman dalam hadits ini bahwasanya orang yang tidak mau
membayar zakat bukanlah seorang mukmin.

Ketahuilah, sesungguhnya orang yang melakukan sholat, mengerjakan puasa, melaksanakan haji,
sedangkan dirinya tidak mau membayar zakat, maka Allah Ta’ala tidak akan menerima sholat, puasa
dan hajinya sampai dia bersedia untuk membayar zakat. Hal itu disebabkan karena antara hal yang satu
dengan yang lain saling berhubungan, yang mana Allah tidak akan menerima amal seseorang yang
hanya mengerjakan sebagian amalannya sampai dia bersedia mengerjakan seluruh amalannya. Seperti
keterangan yang sudah tercantum dalam sebagian atsar ( keterangan yang dinukil ) dari Ibnu Mas’ud
Rodliallahu ‘anhu berkata :

ِ َّ ‫الصالَِة وإِيت ِاء‬


َ َ‫الز َكاة َو َم ْن مَلْ يَُز ِّك فَال‬
)‫صالََة لَهُ (رواه الطرباين و األصبهاين‬ َْ َ َّ ‫أ ُِم ْرنَا بِِإقَ َام ِة‬
“Kami diperintahkan untuk melaksanakan sholat dan membayar zakat. Maka barang siapa tidak mau
membayar zakat maka tidak ada sholat baginya”. (Diriwayatkan oleh At Thobaroni dan Al
Ashbahani)

Dan dalam satu riwayat Al Ashbahani, Nabi ‘Alahissholatu wassallam bersabda :

ِ ‫الصالَةَ> ومَل يز ِّك َفلَي مِب‬


ُ‫س ُ ْسل ٍم َيْن َفعُهُ َع َملُه‬
َ ْ َُ ْ َ َّ ‫َم ْن أَقَ َام‬
“Barang siapa mendirikan sholat akan tetapi dia tidak mau membayar zakat, maka dia bukanlah
seorang muslim yang amalnya (pekerjaannya) dapat memberikan kemanfaatan kepadanya”.

KEUTAMAAN ZAKAT

Bagi orang yang mengeluarkan zakat maka dirinya akan mendapatkan pahala yang besar dan
mulia, dan akan mendapatkan manfaat dan faedah-faedah yang bersifat keagamaan dan duniawi. Di
dalam harta yang banyak terdapat bencana, fitnah dan bahaya yang mana orang yang selalu
mengeluarkan zakat akan terselamatkan dari hal-hal tersebut Insya Allah. Rosulullah Shollalloh alaihi
wasallam bersabda :

ِ
ُ‫ك َشَّره‬
َ ‫ت َعْن‬ َ ‫ك طَيِّبَةً هِبَا َن ْف ُس‬
َ ‫ك َف َق ْد أَ ْذ َهْب‬ َ ْ‫إِذَا أ ََّدي‬
َ ‫ت َز َكاةَ َمال‬

“Ketika engkau membayar zakat dari hartamu dengan hati yang lapang, maka sungguh engkau telah
menghilangkan kejelekan harta itu dari dirimu”.

Begitu pula kehancuran dan kerusakan tidak akan menimpa pada harta yang telah dizakati karena
sesuai sabda Rosulullah Shollallah ‘alahi wasallam :

45
‫الز َك ِاة‬
َّ ‫س‬ِ ‫ال يِف ْ حَبْ ٍر َوالَ َبٍّر إِالَّ حِب َْب‬
ٌ ‫ك َم‬
َ َ‫َو َما َهل‬

“Tidak akan hancur harta yang berada dilaut dan didarat kecuali disebabkan tidak mau
mengeluarkan zakat”.
Dan Rosulullah Shollallah ‘alahi wasallam bersabda :
‫الص َدقَِة‬
َّ ِ‫ضا ُك ْم ب‬ ِ َّ ِ‫صُنوا أَموالَ ُك >م ب‬
َ ‫الز َكاة َو َد ُاو ْوا َم ْر‬ ْ َ ْ ْ ِّ ‫َح‬
“ Lindungilah harta kalian dengan membayar zakat dan obatilah orang-orang sakit dari kalian
dengan sedekah”.

Harta yang dizakati akan berada dalam lindungan Allah karena harta tersebut adalah harta yang
baik dan diberkahi. Dan harta yang tidak dizakati akan habis tersia-sia karena merupakan harta yang
jelek serta tidak diberkahi.
Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

ُ‫الز َكاةُ َماالً إِالَّ حَمَ َقْته‬


َّ ‫ت‬ْ َ‫َما َحلَط‬
“Harta yang dizakati tidak akan bercampur dengan harta yang lain kecuali terhapus oleh zakat”.
Maksudnya, setiap kebaikan dan kemanfaatan berada di dalam harta yang dihapus, yaitu harta yang
telah dihapus berkahnya, dan kejelekan serta fitnahnya masih tetap.

Terhapus secara dzohir yaitu hilangnya bentuk harta dan kembalinya manusia menjadi fakir yang
mengeluh serta risau hatinya dan putus asa dengan keputusan Allah Ta’ala setelah dirinya merasakan
kekayaan. Sungguh semua itu telah terjadi pada kebanyakan makhluk yang menyepelekan masalah
zakat. Dan termasuk terhapus adalah terhapus secara batin yaitu harta terlihat wujud adanya dan
melimpah ruah, akan tetapi tidak memberi kemanfaatan pada pemiliknya dan agamanya dengan
membelanjakan dan menyerahkan di dalam kebaikan, dan tidak memberi kemanfaatan pada diri dan
kehormatannya sebab hartanya disimpan. Dengan demikian dia akan tertimpa bahaya yang sangat
besar sebab tidak mau memenuhi kewajibannya membayar zakat dan membelanjakan harta tersebut
bukan pada tempatnya, adakalanya dibelanjakan pada kemaksiatan, semoga Allah Ta’ala melindungi
kita dari hal tersbut, dan adakalanya dibelanjakan didalam nafsu hewani yang tidak ada manfaat dan
hasilnya.

MENCEGAH ZAKAT TERMASUK DOSA BESAR.

Mencegah zakat merupakan salah satu diantara dosa-dosa yang paling besar. Dalam hal tersebut
sudah ada larangan atau ancaman yang sangat keras dari Allah Ta’ala dan Rosul-Nya. Dihawatirkan
bagi orang yang tidak mau mengeluarkan zakat akan mati alam keadaan su’ul khotimah dan keluar dari
agama Islam. Dan terkadang disiksa sebelum mati seperti apa yang terjadi pada Qorun yang berasal
dari Bani Israil ketika dia tidak mau membayar zakat, Allah Ta’ala berfirman :

(81 : >‫)القصص‬ 




"Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi". (QS. Al Qoshosh : 81 ).

Diterangkan dalam Al qur’an bahwa harta yang tidak dizakati kelak di pemberhentian pada hari
kiamat akan berubah menjadi ular yang besar bagi pemiliknya, lalu ular tersebut dikalungkan
dilehernya. Allah Ta’ala berfirman :

)180 : ‫( آل عمران‬      


“Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat”. (QS. Ali
‘Imron : 180 ).

46
Rosullullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

‫ص > َفائِ ُح ِم ْن نَ >>ا ٍر‬ ِ ِ ِ ٍ َّ ِ‫ب والَ ف‬


ٍ ِ ِ َ ‫َما ِم ْن‬
َ ُ‫ت لَ >>ه‬ْ ‫ِّح‬ ُ ‫َّها إِالَّ إِ َذا َك>>ا َن َي > ْ>و َم اْلقيَ َام>>ة‬
َ ‫ص> >ف‬ َ ‫ض> >ة الَيُ > َ>ؤ ِّدي مْن َها َحق‬ َ ‫ص> >احب َذ َه‬
ِ ِ ِ ‫ُمحي علَيها ِمن نَ>>ا ِر جهنَّم َفي ْ>ك>وى هِب ا جْنب>>ه وجبِينُ>>ه وظَ >ه>ره ُكلَّما ب>>رد‬ ِ
ُ‫ت لَ>>هُ يِف َي> ْ>وم َ>ك>ا َن م ْ>ق َ>د ُاره‬
ْ ‫ت أُعي> َ>د‬
ْ ََُ َ ُُ ْ َ ُ َ َ ُُ َ َ َ ُ َ ََ ْ َ ْ َ َ ‫فَ >أ‬
( ‫) احلديث بطوله‬. ‫ف َسنَ ٍة‬ َ ْ‫ني أَل‬
ِ
َ ‫مَخْس‬
“Tiada seorangpun pemilik emas dan perak yang tidak mau membayar haknya (zakat emas dan perak)
kecuali ketika tiba hari kiamat akan dibentangkan baginya lempengan-lempengan logam neraka yang
telah dipanaskan dengan api Neraka Jahannam. Kemudian lambung, dahi dan punggungnya
diseterika dengan lempengan tersebut. Ketika lempengan tersebut sudah dingin maka akan
dikembalikan lagi seperti semula selama satu hari yang mana perkiraan lamanya dalam satu hari
adalah lima puluh ribu tahun”. Al Hadits ( melanjutkan ke hadits selanjutnya karena panjangnya
hadits ).

Dalam hadits ini terdapat keterangan bahwa sesungguhnya pemilik ternak yang tidak mau
mengeluarkan zakatnya, besok dihari kiamat akan didatangi ternak yang besarnya melebihi ternaknya
ketika didunia, lalu ternak itu menginjak-nginjaknya dengan kaki depan dan belakang serta menggigit
dan menanduknya dengan mulut dan tanduknya.

RAHASIA-RAHASIA DIBALIK ZAKAT.

Imam Al Ghozali Rohimahullah berkata : “Ketahuilah bahwa sesungguhnya menginfaqkan harta


di jalan kebaikan merupakan salah satu rukun islam. Dan sesungguhnya rahasia dipaksakannya
seseorang untuk menginfaqkan hartanya dijalan kebaikan setelah sesuatu yang mengikatnya berupa
terpenuhi kebutuhan pokoknya adalah bahwa sesungguhnya hartanya dicintai oleh manusia. Orang
yang mukmin diperintahkan untuk mencintai Allah Ta’ala, dan mengakui cinta kepada Allah Ta’ala
dengan hakikat iman, sehingga Allah Ta’ala menjadikan harta yang diserahkan kepada orang mukmin
sebagai ukuran kecintaan mereka dan sebagai ujian atas kejujuran mereka di dalam pengakuan mereka.
Karena sesungguhnya semua harta yang dicintai, diserahkan dengan tujuan Dzat yang dicintai melebihi
apa yang dicintai oleh hatinya.

Hati terbagi menjadi tiga sifat didalam menginfaqkan harta :

Pertama : Hati orang-orang yang kuat. Mereka adalah orang-orang yang menginfaqkan seluruh
hartanya tanpa menyimpan sedikitpun untuk diri mereka. Mereka adalah adalah orang-orang yang
menepati janji mereka kepada Allah Ta’ala yaitu berupa cinta kepada-Nya. Seperti apa yang dilakukan
oleh Sayyidina Abu Bakar As Shiddiq rodliyallahu’anhu ketika datang membawa seluruh hartanya lalu
Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepadanya : “Apa yang kau sisakan untuk dirimu ?,
Sayyidina Abu Bakar As Shiddiq Rodliallahu’anhu menjawab : “Allah dan Rosul-Nya”.

Kedua : Hati orang-orang yang tengah-tengah. Mereka adalah orang-orang yang sesekali tidak
mampu mengosongkan tangan mereka, akan tetapi mereka menyimpannya untuk sewaktu-waktu
diinfaqkan ketika muncul orang yang membutuhkannya. Maka ketika tampak orang yang
membutuhkan nafkah maka mereka bergegas untuk memenuhi kebutuhannya tanpa merasa puas
dengan batasan-batasan kewajiban membayar zakat.

Ketiga : Hati orang-orang yang lemah. Mereka adalah orang-orang yang merasa puas telah
melaksanakan kewajiban zakat. Adapun derajat dan derma setiap orang dari mereka sesuai dengan
kadar cinta kepada Allah Ta’ala. Saya tidak melihat kalian mampu mencapai derajat yang pertama dan
kedua, maka berusahalah agar tidak mencapai derajat yang ketiga, karena sesungguhnya melaksanakan
kewajiban semata adalah batasan orang-orang yang bahil. Berusahalah agar tidak terlewatkan satu hari
pun tanpa menginfaqkan sesuatu, sehingga dirimu terangkat dari derajat orang-orang bakhil.

47
Jagalah selalu zakat dan shodaqohmu berdasarkan lima perkara :

1. Merahasiakan sedekah
sesuai keterangan didalam sebuah hadits :
‫ب‬
ِّ ‫الر‬
َّ ‫ب‬ ِ ِّ ُ‫ص َدقَة‬
َ‫ض‬
َ ‫السِّر تُطْف ُئ َغ‬ َ
“Sedekah sirri (secara rahasia) dapat meredam murka Tuhan “.

Oleh sebab itu hindar sifat riya’, karena riya’ mampu menguasai hati dan merusak serta melebur
pahala.

2. Takutlah untuk mengungkit-ungkit


Hakekat mengungkit-ungkit shodaqoh adalah kamu melihat dirimu sendiri berbuat kebaikan
(bersedekah) kepada orang fakir. Tanda-tanda mengungkit-ungkit shodaqoh adalah kamu
mengharapkan ungkapan terima kasih dari si faqir dan merasakan berat atas kelalaian si faqir
terhadap hakmu.

Obatnya adalah pemahamanmu bahwa orang faqir lah yang telah berbuat baik kepadamu dengan
menerima hak Allah Ta’ala darimu dan mensucikanmu dari sifat hina (bakhil), karena hakekat
zaka adalah bagaikan mensucikan kotoran–kotoran manusia. Oleh karena itu Rosulullah
Shollallahu ’alaihi wasallam dan ahlul bait menjauhkan diri dari zakat (tidak menerima zakat ).

3. Keluarkanlah zakat dengan harta yang paling baik dan bagu


Allah Ta’ala berfirman :

)‫ (آل عمران‬      


“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan
sebagian harta yang kamu cintai”. (QS. Ali Imron : 92 ).

Dan Allah Ta’ala berfirman :


)267 : ‫ (البقرة‬    
“Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya”. (QS.Al
Baqoroh : 267 ).

Dan Allah Ta’ala berfirman :


)62 : ‫ (النحل‬   
“Dan mereka menetapkan bagi Allah apa yang mereka sendiri membencinya”. (QS. An Nahl :
62).

Dan Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :


‫ب الََي ْقبَ ُل إِالَّ طَيِّـبًا‬
>ٌ ِّ‫إِ َّن اهللَ طَي‬
“Sesungguhnya Allah adalah Thoyyib (baik). Dia tidak akan menerima kecuali hal yang thoyyib".

4. Berikanlah dengan wajah berseri-seri


Memberikan satu dirham disertai dengan senang hati lebih unggul daripada memberikan seratus
dirham yang disertai dengan kebencian.

5. Pilihlah tempat yang pantas untuk sedekah agar dapat berkembang di tempat tersebut
Yaitu orang alim yang bertaqwa, yang mana dengan sedekah tersebut dapat membantunya dalam
taat dan bertaqwa kepada Allah Ta’ala, dan orang sholeh yang memiliki keluarga dan kerabat.
Maka ketika sifat-sifat ini (orang alim dan orang sholeh) tidak dapat ditemukan bersama-sama.
maka cukup bersedekah dengan salah satunya.
Menjaga ketaqwaan adalah pokok, Rosulullah Shollallahu’alaihi wasallam :

‫ك إِالَّ تَِق ٌّي َوالَ تَأْ ُك ْل إِالَّ طَ َع َام تَِق ٍّي " انتهى‬
َ ‫الَيَأْ ُك ُل طَ َع َام‬

48
“ Hanya orang yang bertaqwa yang akan memakan makananmu dan janganlah engkau makan
kecuali makanan orang yang bertaqwa”.

Dan sungguh kamu telah mengetahui bahwa Imam Al Ghozali menjadikan kelalaian dalam
membayar zakat sebagai batasan atau tolak ukur orang orang yang batil. Dari keterangan itu dapat
disimpulkan bahwa sesungguhnya mencegah menunaikan kewajiban membayar zakat adalah tolak
ukur yang celaka.

Allah Ta’ala berfirman :


)11 : ‫ ( التوبة‬        
“Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka (mereka itu) adalah
saudara-saudaramu seagama”. (QS. At Taubah : 11 ).

Dzohirnya ayat adalah bahwa seseorang yang tidak mau melakukan sholat dan membayar zakat maka
dia tidak termasuk saudara–saudara kaum muslim dalam Islam. Dalam hal tersebut ada larangan keras
bagi orang yang dikehendaki Allah Ta’ala kebaikan.
)41 : ‫ (المائدة‬         
“Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, Maka sekali-kali kamu tidak akan mampu
menolak sesuatupun (yang datang) daripada Allah”. (QS. Al Maidah : 41).

Di dalam kitab shohih bukhori muslim dari Abu Hurairoh Rodliallahu ‘anhu berkata :

‫ص َفائِ ُح ِم ْن نَا ٍر‬ ِ ِ ِ ٍ ِ ِ ‫ما ِمن ص‬


َ ُ‫ت لَه‬ْ ‫ِّح‬
َ ‫صف‬ ُ ‫َّها إِالَّ إِ َذا َكا َن َي ْو َم اْلقيَ َامة‬ َ ‫ب َوالَ فضَّة الَيُ َؤ ِّدي مْن َها َحق‬ ٍ ‫ب َذ َه‬
ِ ‫اح‬ َ ْ َ
ِ ِ ‫هِب‬
ُ‫ت لَهُ يِف َي ْوم َكا َن م ْق َد ُاره‬ ْ ‫يد‬ َ ‫ت أ ُِع‬ْ ‫َّم َفيُك َْوى َا َجْنبُهُ َو َجبِْينُهُ َوظَ ْه ُرهُ ُكلَّ َما َب ُر َد‬ ِ ِ ِ
َ ‫فَأُمح َي َعلَْي َها م ْن نَار َج َهن‬
‫ض َي اهللُ َبنْي َ اْلعِبَ ِاد َفَيَرى َسبِيلَهُ إِ َّما إِىَل اجْلَن َِّة إِ َّما إِىَل النَّا ِر‬
ِ ‫ف سنَةً حىت ي ْق‬
َ َّ َ َ ْ‫ني أَل‬
ِ َ ‫مَخْ ِس‬
“Tiada seorangpun pemilik emas dan perak yang tidak mau membayar haknya (zakat emas dan perak)
kecuali ketika tiba hari kiamat akan dibentangkan baginya lempengan-lempengan logam neraka yang
telah dipanaskan dengan api Neraka Jahannam. Kemudian lambung, dahi dan punggungnya
diseterika dengan lempengan tersebut. Ketika lempengan tersebut sudah dingin maka akan
dikembalikan lagi seperti semula selama satu hari yang mana perkiraan lamanya dalam satu hari
adalah lima puluh ribu tahun sampai Allah Ta’ala memutuskan diantara hamba-hamba-Nya,
kemudian Allah memperlihatkan jalan orang tersebut adakalanya kesurga dan adakalanya ke
neraka”.

Kebenaran tersebut terdapat dalam firman Allah Ta’ala :

: ‫( التوبة‬           
)35
“Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi
mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan)”. (QS. At Taubah : 35 ).

Dari Ibnu Mas’ud Rodliallohu ‘anhu dari Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

‫ع َحىَّت يُطََّو َق بِِه يِف عُنُِق ِه‬


َ ‫اعا أَْقَر‬
ِ ِ ِ ِِ ٍ ‫ما ِمن أ‬
َ ‫َحد الَيُ َؤ ِّدي َز َكا َة َماله إالَّ ُمث‬
ً ‫ِّل لَهُ َي ْو َم اْلقيَ َامة ُش َج‬ َ ْ َ
“Tiada seorangpun yang tidak mau mengeluarkan zakat hartanya kecuali kelak di hari kiamat harta
tersebut akan diumpamakan baginya seperti ular yang botak hingga lehernya dikalungi dengan ular
tersebut”

Kemudian Rosulullah Shollallahu’alaihi wasallam membacakan kebenaran tersebut kepada kita dari
kitab Allah Ta’ala :

49
             
)180 : ‫ (آل عمران‬         
. ‫ وإبن خزمية يف صحيحه‬،‫رواه إبن حبان والنساءي بإسناد صحيح‬
“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari
karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. sebenarnya kebakhilan itu adalah
buruk bagi mereka. harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari
kiamat”. ( QS.Ali Imron : 180 )”. Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan Nasa’i dengan sanad shohih,
serta Ibnu Khuzaimah di dalam shohihnya).

Lafadz As Suja’(‫ ) السجاع‬artinya adalah ular dan lafadz Al Aqro’ ( |‫ ) األقرع‬artinya adalah yang hilang
rambut kepalanya ( botak ) sebab beracun.

PUASA ROMADLON

Puasa romadlon merupakan salah satu dasar agama islam. Allah Ta’ala berfirman :

          
           
           
              
          
    
"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas

50
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barang siapa
diantara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak
hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya,
wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi barang siapa dengan kerelaan
hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika
kamu mengetahui. Bulan Romadlon adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al Qur'an, sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang
benar dan yang bathil)". (QS. Al Baqoroh : 183-185).

Dan dari Abu Hurairoh Rodliallahu 'anhu : Sungguh telah datang kepada Rosulullah Shollallohu
'alaihi wasallam seorang badui, lalu si badui itu berkata :

ِ ِِ ِ ِ
>‫الصالََة‬
َّ ‫يم‬ ُ ‫ َوتُق‬,‫ " َت ْعبُ ُد اهللَ َوالَ تُ ْشر ُك به َشْيئًا‬: ‫ت اجلَنَّةَ ؟ فقال‬ ُ ‫ ُدلَّيِن َعلَى َع َم ٍل إِذَا َعم ْلتُهُ َد َخ ْل‬،‫يَ َار ُس ْو َل اهلل‬
َ‫ك بِاحْلَ ِّق نَبِيًّا ال‬ ِ >َ ‫ت إِ ْن اِ ْستَطَ ْع‬
َ َ‫ َوالَّذي َب َعث‬: ‫ قال‬،"ً‫ت إِلَْي ِه َسبِيال‬ َ ‫ َوحَتُ َّج اْ َلبْي‬،‫ضا َن‬
َ ‫وم َر َم‬
>َ ‫ص‬ َّ ‫َو ُت ْؤيِت‬
ُ َ‫ َوت‬،‫الز َكا َة‬
‫" َم ْن َسَّرهُ أَ ْن َيْنظَُر إِىَل َر ُج ٍل ِم ْن أ َْه ِل‬: ‫ َفلَ َّما َوىَّل قال النّيب صلى اهلل عليه وسلم‬،‫ص‬ ِ ُ ‫اَ ِز‬
ُ ‫لى َهذه َوالَ أَْن ُق‬ َ ‫يد َع‬
.) ‫اجْلَن َِّة َف ْلَيْنظُْر إِىَل َه َذا " ( رواه البخاري و املسلم‬
"Wahai Rosulullah, tunjukkanlah padaku suatu amal yang jika aku menjalankannya, maka aku masuk
surga.’ Maka Rosulullah Shollallahu 'alaihi wasallam menjawab : "Sembahlah Allah Ta’ala,
janganlah kamu menyekutukan-Nya dengan sesuatu, dirikanlah sholat, dan bayarkanlah zakat,
berpuasalah di bulan Romadlon, dan berhajilah ke Baitullah jika kamu mampu menunaikannya." Si
badui tersebut berkata : ‘Demi Dzat yang mengutusmu menjadi Nabi dengan membawa kebenaran,
aku tidak akan menambahi amal-amal tersebut dan tidak akan menguranginya’. Maka ketika si badui
tersebut menjauh, Rosulullah Shollallahu 'alaihi wasallam bersabda : "Barang siapa yang senang
melihat ahli surga, maka lihatlah pada lelaki ini". (Diriwayatkan oleh Al Bukhori dan Muslim).

Banyak hadits yang datang dari Rosulullah Shollallohu 'alaihi wasallam dalam hal keutamaan puasa,
diantaranya sabda Rosulullah shollallohu 'alaihi wasallam:

) ‫َّم ِم ْن َذنْبِ ِه ( رواه البخاري ومسلم‬ ِ ِ ‫من صام رمضا َن إِيـمانًا و‬


َ ‫احت َسابًا غُفَر لَهُ َما َت َقد‬
ْ َ َ َ ََ َ َ ْ َ
"Barang siapa berpuasa Romadlon dengan iman dan semata-mata karena Allah Ta’ala, maka
diampunilah semua dosanya yang telah lalu". (Diriwayatkan oleh Al Bukhori dan Muslim).

Rosulullah Shollallohu 'alaihi wasallam bersabda:

) ‫ني ( رواه البخارى ومسلم‬ ِ ِ َ ‫إِ َذا جاء رمضا ُن ُفتِّحت أَبواب اجْل ن َِّة وغُلِّ َقت أَبواب النَّا ِر وصف‬
ُ ‫ِّدت الشَّيَاط‬ ُ َ ُ َْ ْ َ َ ُ َْ ْ َ َ ََ َ َ
"Ketika datang bulan Romadlon maka dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu-pintu neraka, dan
para syetan dibelenggu". (Diriwayatkan oleh Al Bukhori dan Muslim).

Dan sabda Rosulullah Shollallahu 'alaihi wasallam :

ِ ‫ وال‬.‫ص >ي >ام فَِإنَّه يِل وأَنَا أُج> ِزي بِ> ِ>ه‬
‫ص >يَ ُام ُجنَّةٌ فَ >ِإذَا َ>ك>ا َن َي> ْ>و ُم‬ َ ْ َ ُ َ َ ِّ ‫آد َم لَ>>هُ إِالَّ ال‬ َ ‫>ل َع َ>م ِ>ل ابْ ِن‬
ُّ >‫ ُك‬: ‫>ل‬ َّ ‫>ال اهللُ َع> َّ>ز َو َ>ج‬
َ >َ‫ق‬
‫ص >ائِ ِم‬ ُ > ُ‫س حُمَ َّم ٍد بِيَ > ِ>د ِه خَلَل‬
َّ ‫>وف فَ ِم ال‬ ِ َّ ِ ‫ إِيِّن‬: ‫ث فَ >ِإ ْن ش >امَتَه أَح> ٌد َف ْلي ُق>>ل‬ ْ ُ‫َح> ِ>د ُك ْم فَالَ َي > ْ>رف‬ ِ
ُ ‫ َوالذ ْي َن ْف‬,‫ص >ائ ٌم‬
َ ْ ْ َ َ ُ َ َ ‫ص > ْوم أ‬
َ
‫ص ْو ِم ِه‬ ِ ِ ِ ِِ ‫ إِ َذا أَفْطَر فَر‬: ‫ان ي ْفرحهما‬ ِ ِ َّ ِ‫ ل‬,‫ك‬ ِ ‫يح اْملِس‬ ِ ِ ِ ِ َ‫أَطْي‬
َ ِ‫ِح ب‬ َ ‫ َوإ َذا لَق َي َربَّهُ فَر‬,‫ِح بفطْ ِره‬ َ َ َ ُ ُ َ َ َ‫لصائ ِم َف ْر َحت‬ ْ ِ ‫ب عْن َد اهلل م ْن ر‬ ُ
) ‫( رواه البخاري ومسلم‬
"Allah 'Azza wajalla berfirman : Setiap amal anak Adam adalah kembali bagi dirinya kecuali puasa,
maka sesungguhnya puasa adalah untuk-Ku dan Aku akan membalasnya. "Puasa adalah perisai (dari
api neraka), maka ketika suatu hari salah satu dari kalian melaksanakan puasa, janganlah berbicara
kotor, dan ketika ada seseorang mencacinya maka hendaknya ia berkata : "Sungguh aku sedang

51
berpuasa. "Demi Dzat yang nyawa Nabi Muhammad dalam kekuasaan-Nya, sungguh bau tidak sedap
dari mulut orang yang berpuasa bagi Allah Ta’ala lebih wangi daripada bau minyak kasturi. Bagi
orang yang memperbanyak berpuasa memiliki dua kebahagiaan : ketika waktu berbuka puasa dia
bahagia karena buka puasa tersebut, dan ketika bertemu dengan Allah Ta’ala, dia bahagia karena
puasa yang dia lakukan”. (Diriwayatkan oleh Al Bukhori dan Muslim).

Dan dalam sebuah riwayat dari Imam Muslim :

ٍ ‫اَحْل سنَةُ بِع ْش ِر أ َْمثَاهِلَا إِىَل سْبعِ ِمائَِة ِض ْع‬، ُ‫ف لَه‬
ِ ِّ َّ‫ إِال‬: ‫ قَ َال اهللُ َت َعاىَل‬،‫ف‬
ْ ‫الصيَ َام فَإنَّهُ يِل‬ َ َ ََ ُ ‫اع‬ َ‫ض‬ َ ‫ُك ُّل َع َم ِل ابْ ِن‬
َ ُ‫آد َم ي‬
.‫َجلِي‬ ِ ِ
ْ ‫َج ِزي بِه َيْت ُر ُك َش ْه َوتَهُ َوطَ َع َامهُ م ْن أ‬ْ ‫َوأَنَا أ‬
"Setiap amal anak Adam akan dilipatgandakan, satu kebaikan dilipatgandakan sepuluh kali sampai
dengan tujuh ratus kali. Allah Ta’ala berfirman : Kecuali puasa, sesungguhnya puasa adalah untuk-
Ku dan Aku akan membalasnya, karena orang yang berpuasa meninggalkan syahwat dan
makanannya karena Aku."

Dan Rosulullah Shollallahu 'alaihi wasallam memperingatkan agar tidak membatalkan puasa di bulan
Romadlon dengan sabdanya :

ِ ٍ ‫ص> ٍة َوالَ َم> َ>ر‬ ِ ِ


َ ‫َّه ِر ُكلِّه َوإِ ْن‬
‫ص> َامهُ ( رواه أبو‬ ْ ‫ص> ْو ُم ال>>د‬
َ ُ‫ض َعْن>>ه‬ِ ‫ض مَل َي ْق‬ َ ‫ض>ا َن م ْن َغرْيِ ُر ْخ‬
َ ‫َم ْن أَفْطَ>َ>ر َي ْو ًما م ْن َر َم‬
.) ‫ وابن خزمية يف صحيحه‬,‫داود والرّت مذي والنّسائي وابن ماجه‬
"Barangsiapa membatalkan puasa sehari di bulan Romadlon bukan karena kemurahan (rukhshoh)
dan sakit, maka puasa satu tahun penuh belum dapat membayar puasa satu hari yang ditinggalkannya
walaupun dia melaksanakan puasa satu tahun”. (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, At Tirmidzi, An
Nasa'i, Ibnu Majjah & Ibnu Huzaimah di dalam kitab shohih mereka).

RAHASIA-RAHASIA PUASA

Dalam hal rahasia-rahasia puasa, Imam Al Ghozali berkata : "Ketahuilah sesungguhnya setiap
sesuatu itu mempunyai pintu, dan pintu ibadah adalah puasa, karena puasa mampu menundukkan
musuh Allah Ta’ala". Diterangkan dalam suatu hadits :

ِ
‫وع‬ َ َ‫آد َم جَمَْرى الدَِّم ف‬
ِ ُ‫ضِّي ُق ْوا جَمَا ِريَهُ بِاجْل‬ َ ‫إِ َّن الشَّْيطَا َن لَيَ ْج ِري م ِن ابْ ِن‬
“Sesungguhnya syetan mengalir pada diri anak Adam seperti mengalirnya darah, maka persempitlah
tempat mengalirnya syetan dengan lapar”.

Kemudian, puasa menurut ukurannya terbagi menjadi tiga tingkatan. Dan menurut rahasianya juga
terdiri atas tiga tingkatan.

Tingkat ukuran puasa yang paling rendah adalah mencukupkan diri dengan puasa Romadlon, dan
tingkat ukuran puasa yang paling tinggi adalah puasa Nabi Dawud 'Alaihissalam yaitu berpuasa satu
hari dan tidak berpuasa satu hari pada hari berikutnya. Maka dari itu itu puasa Dawud lebih utama
tingkatannya daripada puasa tahunan (terus-menerus).

Rahasia keutamaan puasa Dawud 'Alaihissalam dibandingkan puasa secara terus-menerus adalah
bahwasanya orang yang berpuasa secara terus-menerus, menyebabkan puasa tersebut menjadi
kebiasaan baginya sehingga dia tidak bisa merasakan pengaruh puasa yang berarti, berupa lemahnya
hawa nafsu, jernihnya hati dan berkurangnya syahwat. Padahal nafsu seseorang akan terpengaruh oleh
hal-hal baru yang mendatanginya dan tidak terpengaruh oleh hal-hal yang sudah terbiasa dengannya.
Ini bukanlah hal yang aneh, sebab para dokter melarang seseorang agar tidak minum suatu obat ketika
tanpa adanya hajat. Para dokter berkata : barang siapa membiasakan diri minum obat tanpa ada hajat,

52
maka obat tersebut tidak akan berkhasiat ketika dia sakit karena suhu badannya sudah terbiasa dengan
obat itu, sehingga obat tidak berkhasiat lagi.

Adapun tingkat puasa yang tengah adalah jika kamu melaksanakan puasa sepertiga tahun. Ketika
kamu melaksanakan puasa senin kamis, maka ketika dijumlahkan dengan puasa Romadlon menjadi
sepertiga tahun. Maka tidak layak puasanya seorang ahli ibadah kurang dari puasa ini, karena puasa ini
ringan (dilakukan) dan pahalanya berlimpah.

Adapun puasa berdasarkan tingkat rahasia-rahasianya, maka ada 3 tingkatan:


- Tingkatan terendah, yaitu jika (melaksanakan puasa) cukup hanya mencegah dari hal yang
membatalkan puasa tanpa mencegah anggota tubuh dari hal yang dilarang. Dan ini adalah
puasa orang awam yang cukup puas dengan hanya sekedar berpuasa
- Tingkatan kedua, yaitu dengan meningkatkan pelaksanaan puasa diatas dengan mencegah
anggota tubuh dari hal-hal yang dilarang, sehingga dia akan mencegah lisannya dari ghibah dan
yang lainnya, mencegah matanya dari melihat pemandangan yang dilarang, dan mencegah
anggota organ tubuh yang lain. Dan ini adalah puasanya orang yang ‫خواص‬
- Tingkatan ketiga, yaitu meningkatkan pencegahan terhadap hati dari pikiran jelek, was-was dan
menjadikan hati hanya untuk selalu berdzikir kepada Allah Ta’ala. Dan ini adalah puasanya
orang yang ‫ خواص الخواص‬yaitu puasa yang paling sampurna.

Kemudian puasa mempunyai penutup yang menyempurnakan yaitu berbuka dengan makanan yang
halal dan tidak makan terlalu banyak yaitu tidak mengganti makan siang yang ia lewatkan ( memakan
dua porsi makanan dalam sekali makan) sehingga dapat membuat perut kekenyangan, syahwat menjadi
kuat dan hikmah puasa menjadi rusak, mendatangkan kemalasan dalam melaksanakan sholat tahajjud
dan terkadang malah menghalangi bangun sebelum shubuh. Dan itu semua merupakan kerugian yang
tidak dapat ditambal oleh faedahnya puasa.

KEUTAMAAN DAN KEMULIAAN


ORANG YANG BERPUASA

Allah Ta’ala memberi keistimewaan kepada orang yang berpuasa dengan (menyediakan) sebuah
pintu di surga yang akan dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa pada hari kiamat. Dan untuk
memperjelas keutamaan dan kemulian orang yang berpuasa, maka pada hari kiamat nanti ada orang
yang memanggil di depan orang-orang yang menyaksikan: “Di mana orang-orang yang berpuasa?”
maka orang-orang yang berada di kejauhan maupun yang berada dekat suara, melihat orang-orang
yang berpuasa, semua mata tertuju pada orang-orang yang berpuasa, leher-leherpun dijulurkan dan ada
yang berharap untuk dapat bersama orang-orang yang berpuasa dan berada dalam rombongan mereka
yang diberkahi oleh Allah Ta’ala, dan ada pula orang yang menyesali atas apa yang mereka tinggalkan
di dunia berupa kesempatan bersungguh-sungguh dalam beramal dan menyia-nyiakan saat-saat yang
berharga dan waktu luang yang banyak.

Rosulullah Shollallohu 'alaihi wasallam menggambarkan kejadian ini. Dalam sabda Beliau :

‫ أَيْ َن‬: ‫>ال‬


ُ >‫َح> ٌد َغْ>ي ُ>ر ُه ْم يُ َق‬ ِ ِ ِ ِ َّ ‫الري >اَّ ُن ي > ْدخل ِمْن>>ه ال‬ ُ >‫إِ َّن يِف اجْلَن َِّة بَاب >اً يُ َق‬
َ ‫ص >ائ ُمو َن َي> ْ>و َم الْقيَ َام>>ة الَ يَ > ْد ُخ ُل مْن>>هُ أ‬ ُ ُ ُ َ َّ : ُ‫>ال لَ>>ه‬
ِ ِ ِ ِ َّ ‫ال‬
‫ ( أخرجه أمحد والش>>يخان‬.‫َح> ٌد‬ َ ‫ فَ>إ َذا َد َخلُ> ْ>وا أُ ْغل> َ>ق َعلَْي ِه ْم َفلَ ْم يَ> ْد ُخ ْل مْن>>هُ أ‬،‫وم>>و َ>ن َفيَ> ْد ُخلُو َن‬
ُ ‫ص>ائ ُمو َن ؟ َفَي ُق‬
) ‫عن سهل بن سعد‬
“ Sesungguhnya di surga terdapat sebuah pintu yang disebut sebagai pintu “Rayyan” yang mana
orang-orang yang berpuasa akan masuk dari pintu tersebut ketika hari kiamat dan tak seorangpun
masuk dari pintu tersebut kecuali orang-orang yang berpuasa. Dikatakan : “Di mana orang-orang

53
yang berpuasa? maka orang-orang yang berpuasa berdiri kemudian mereka masuk dari pintu itu, dan
ketika mereka sudah masuk, lalu pintu itu ditutup sehingga tidak ada seorangpun yang masuk melalui
pintu tersebut “.
( Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam Al Bukhori dam Imam Muslim dari Sahl Ibnu Sa’d ).

Allah Ta’ala memberi keutamaan kepada orang-orang yang berpuasa dengan menjadikan puasa
mereka sebagai benteng yang kokoh dari api neraka dan sebagai pelindung yang menjaga orang yang
berpuasa dari syahwat yang dapat merugikan dirinya. Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda
:
) ‫صْينَةٌ ِم َن النَّا ِر ( رواه أمحد والبيهقي> يف الشعب‬
ِ ‫الصيام جنَّةٌ ح‬
َ ُ ُ َ ِّ
“Puasa merupakan pelindung yang kokoh dari api neraka “. ( Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan
Imam Al Baihaqi dalam kitab Syu’abul Iman )

Kemudian Rosulullah Shollallahu 'alaihi wasallam menjelaskan kepada kita hakikat puasa yang
berfungsi sebagai pelindung dari api neraka bagi orang yang melaksanakan puasa. Rosulullah
Shollallahu 'alaihi wasallam bersabda :

‫َح ِد ُك ْم ِم َن الْ ِقتَ ِال َما مَلْ خَي ْ ِر ْق َها بِ ِك ْذ ٍب أ َْو ِغيبَ ٍة ( رواه أمحد والنّسائي> وابن‬ ِ ِ
َ ‫لصيَ ُام ُجنَّةٌ م َن النَّا ِر َك ُجنَّة أ‬
َّ َ‫ا‬
.) ‫ماجه‬
“Puasa merupakan perisai dari api neraka sebagai mana perisai salah satu dari kalian dalam
peperangan, selama dia tidak merusak perisai itu dengan kebohongan dan ghibah“. ( Diriwayatkan
oleh Imam Ahmad, Imam An Nasa’i dan Imam Ibnu Majah ).

Dan seakan-akan Rosulullah Shollallahu 'alaihi wasallam bersabda bahwa sesungguhnya yang
dimaksud dengan puasa berdasarkan hadits tersebut adalah puasanya seseorang yang mana puasanya
tersebut selamat dari maksiat, baik yang berupa ucapan maupun perbuatan. Oleh sebab itu, Rosulullah
Shollallahu 'alaihi wasallam menganjurkan kepada orang yang berpuasa untuk tetap berada di jalan
budi luhur dan menjauhkan diri dari hal-hal yang mendorong kepada kebejatan moral, sehingga
terwujudlah puasa sebagai pelindung dari api neraka. Maka Rosulullah Shollallahu 'alaihi wasallam
bersabda :

َ‫صائِماً فَالَ جَيْ َه ُل َي ْو َمئِ ٍذ َوإِنِ ْام ُر ٌؤ َج ِه َل َعلَْي ِه فَالَ يَ ْشتُ ُمهُ َوال‬ ِ
ْ ‫لصيَ ُام ُجنَّةٌ م َن النَّا ِر فَ َم ْن أ‬
َ ‫َصبَ َح‬ ِّ َ‫ا‬
.)‫صائِ ٌم (رواه النسائي‬ َ ‫ إِيِّن‬: ‫يَ ُسبُّهُ َولَْي ُق ْل‬
“ Puasa merupakan perisai dari api neraka, dan barang siapa berpuasa, maka janganlah ia
melaksanakan perbuatan bodoh. Dan apabila ada seseorang melakukan perbuatan bodoh
terhadapnya, maka janganlah ia memarahi dan memaki orang tersebut, dan sebaiknya ia berkata :
“Sungguh aku sedang berpuasa”. (Diriwayatkan oleh Imam An Nasa’i ).

Allah Ta’ala memberi keutamaan lagi kepada orang yang berpuasa, dengan menjadikan bau mulut
orang yang berpuasa lebih wangi menurut Allah Ta’ala dari pada bau wangi minyak kasturi.
Rosulullah Shollallahu 'alaihi wasallam bersabda :

‫يح اْملِ ْسك‬


ِ ‫اهلل ِم ْن ِر‬
ِ ‫الصائِ ِ>م أَطْيب ِعْن َد‬
َُ َّ ِ‫وف فَم‬
ُ ُ‫َوخَلَل‬
ِ
“ Dan sungguh bau tidak sedap dari mulut orang yang berpuasa itu lebih wangi menurut Allah dari
pada bau wangi minyak kasturi “.
Bau mulut yang tidak sedap yaitu perubahan kondisi mulut yang disebabkan oleh puasa.

Dan Allah Ta’ala memberi keutamaan kepada orang yang berpuasa dengan menjadikan dua
kebahagiaan dalam puasa yang ia kerjakan. Maka ketika ia berbuka, ia bahagia dan ketika ia bertemu
dengan Allah Ta’ala ia bahagia. Kebahagiaan karena berbuka merupakan ungkapan sungguh-sungguh

54
atas rasa syukur (yang sempurna) kepada Tuhannya yang telah memberinya taufiq untuk
menyempurnakan puasa pada hari itu, dan telah memberinya kemampuan melalui kekuatan dan
kesehatan yang sempurna sehingga ia dapat beribadah dengan sempurna pada hari itu tanpa adanya
kekurangan. Maka, kebahagiaannya orang ini berada dalam beribadah, karena sesungguhnya syukur
adalah termasuk ibadah dan dzikir.

Adapun kebahagiaan orang yang berpuasa sebab bertemu dengan Allah Ta’ala adalah ketenangan
hati terhadap janji Allah Ta’ala dan keyakinan yang pasti atas diterimanya amal dengan melihat pahala
berlimpah atas dirinya.

Berkaitan dengan hal tersebut Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

ِ ِ ‫ إِذَا أَفْطَر فَر‬, ِ ‫لصائِ ِم َفرحت‬ِ


) ‫الصحيح‬
ّ ‫ِح ( رواه مسلم يف‬
َ ‫ِح َوإذَا لَق َي اهللُ فَر‬
َ َ ‫َوإِ َّن ل َّ َ َ َ نْي‬
“ Dan sesungguhnya orang yang berpuasa mempunyai dua kebahagiaan, ketika dia berbuka dia
bahagia dan ketika bertemu dengan Allah dia berbahagia “. (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam
kitab Shohihnya).

Dan Allah Ta’ala memberi keutamaan kepada orang yang berpuasa dengan menjadikan puasa
sebagai kesehatan dan obat dari berbagai penyakit. Dalam suatu hadits diterangkan:

ِ َ‫صوموا ت‬
) ‫ص ُّح ْوا ( رواه ابن السين وأبو نعيم‬ ُْ ُ
“ Berpuasalah kalian semua, maka kalian semua akan sehat “ ( Diriwayatkan oleh Ibnu Sunni dan
Abu Nu’aim ).

Dan diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dari Sayyidina Ali Karromallahu wajhah, Bahwa Rosulullah
Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

ِ ِ ِ ِ
‫ت‬ ْ ‫وم َي ْو ًما إِبْتغَاءَ َو ْج ِهي إِالَّ أ‬
ُ ‫َص َح ْح‬ ُ ‫ص‬ َ ‫ك أَنَّهُ لَْي‬
ُ َ‫س َعْب ٌد ي‬ َ ‫يل أَ ْن أَ ْخِبْر َق ْو َم‬ ِ ِ
َ ‫إ َّن اهللَ أ َْو َحى إىَل نَيِب ٍّ م ْن بَيِن إ ْسَرائ‬
.ُ‫َجَره‬ ِ
ْ ‫ت لَهُ أ‬ُ ‫لَهُ ج ْس َمهُ َوأ َْعظَ ْم‬
“ Sesungguhnya Allah telah memberikan wahyu kepada Nabi dari Bani Isroil : “ Kabarkanlah kepada
kaummu !, sesungguhnya tiada seorangpun yang berpuasa selama sehari dengan mengharap ridlo-
Ku, kecuali Aku akan menyehatkan badannya dan memperbanyak pahalanya “.

Rahasia semua itu karena bahwa sesungguhnya puasa mempunyai pengaruh yang sangat
mengagumkan dalam hal dapat menjaga organ tubuh yang dzohir dan menjaga kekuatan organ tubuh
yang batin, dan melindungi organ tubuh dari memakan makanan berbahaya yang dapat medatangkan
unsur-unsur yang merusak dan menghilangkan unsur-unsur yang jelek. Hal ini merupakan penolong
yang besar untuk bertakwa. Sebagaimana firman Allah Ta’ala :

)183: ‫ (البقرة‬          
“Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar
kamu bertakwa”. (QS. Al Baqoroh : 183).

Dan Allah Ta’ala memberi keutamaan kepada orang yang berpuasa berupa menjauhkan wajah
orang yang berpuasa dari api neraka, sehingga mata orang tersebut tidak akan melihat pemandangan-
pemandangan neraka. Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

ِ ِ
َ ‫ص َام َي ْو ًما يِف َسبِ ِيل اهلل َب َّع َد اهللُ َو ْج َههُ َع ِن النَّا ِر َسْبع‬
‫ني َخ ِري ًفا‬ َ ‫َم ْن‬

55
“Barang siapa yang pada suatu hari melaksanakan puasa di jalan Allah, maka Allah akan
menjauhkan wajahnya dari neraka sejauh perjalanan tujuh puluh tahun “ (Diriwayatkan oleh Imam
Ahmad, Al Bukhori, Muslim dan An Anasai dari Abu Said Al Khudri dan diriwayatkan oleh Ibnu
Majah dari Abu Hurairah)

Dalam suatu riwayat Imam Nasai meriwayatkan dari Uqbah bin Amir :
‫َّم َم ِس َري َة ِمائَِة َع ٍام‬ ِ
َ ‫اع َد اهللُ مْنهُ َج َهن‬
َ َ‫ب‬
“Allah menjauhkan neraka Jahanam dari orang yang berpuasa sejauh perjalanan seratus tahun”

Dan termasuk keutamaan yang diberikan Allah Ta’ala kepada orang yang berpuasa yaitu
keutamaan-keutamaan yang tercantum dalam Al Qur’an, yang difatwakan oleh banyak ulama dalam
keutamaan (fadlilah) tadi : Bahwa yang dimaksud orang yang mendapatkan fadlilah tersebut adalah
orang–orang yang berpuasa.

Diantaranya adalah firman Allah Ta’ala:

)112: >‫ (التوبة‬


“Orang-orang yang berkelana”. (QS. At Taubah : 112 ).

Ulama menafsirkan firman Allah Ta’ala tersebut dengn orang yang berpuasa, karena mereka
berkelana menuju Allah Ta’ala. Maksudnya, mereka sampai kepada Allah Ta’ala sebab mereka keluar
dari kebiasaan mereka, dan mampu menahan dari beratnya menahan rasa lapar dan dahaga.

Dan termasuk keutamaan orang yang berpuasa adalah fiman Allah Ta’ala :
)10 : ‫ (الزمار‬     
“Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas “. (QS. Az
Zumar :10 ).

Dikatakan bahwa orang-orang yang bersabar adalah orang-orang yang berpuasa, karena sabar
merupakan salah satu nama dari nama-nama puasa. Oleh karena itu, maka dituangkanlah dari gudang
keutamaan, kedermawanan, dan kemuliaan bagi orang yang berpuasa, sesuatu yang tidak mampu
dihitung oleh ahli hitung Sang Penguasa dari segala penguasa.

Dan yang temasuk keutamaan orang yang berpuasa adalah fiman Allah Ta’ala:
)             
)17 : ‫السجدة‬
“Maka tidak seorangpun mengetahui apa yang disembunyakan untuk mereka yaitu ( bermacam-
macam nikmat ) yang menyenangkan hati sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan “.
(QS . As Sajdah : 17)

Dikatakan bahwa : Amalan orang-orang yang dibalas tanpa bisa dilihat oleh mata, tanpa bisa didengar
oleh telinga dan tidak terlintas di hati manusia adalah puasa.

Dan Allah Ta’ala memberi keutamaan bagi orang yang berpuasa dengan menjadikan semua
keadaan mereka merupakan suatu ibadah dan ketaatan kepada Allah Ta’ala. Maka ketika orang yang
berpuasa sedang diam meninggalkan pembicaraan yangtidak berfaedah maka itu merupakan sebuah
ketaataan, dan begitu juga ketika dia tidur dengan tujuan agar kuat untuk sholat malam, maka
merupakan sebuah ketaatan juga. Diriwayatkan dari Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam :

‫ف ( رواه الديلمى> عن‬


ٌ ‫اع‬
َ‫ض‬ َ ‫جابٌ َوَعمَُلُه ُم‬
َ ‫اؤُه ُمسَْت‬
ُ ‫ادٌة وَُدَع‬
َ ‫يح وَ َنْوُمُه ِعَب‬
ٌ ‫صُْمتُ الصَِّائِم َتسِْب‬
) ‫ابن عمر‬
“Diamnya orang yang berpuasa adalah tasbih, tidurnya adalah ibadah, doanya dikabulkan dan
amalnya di lipat gandakan “. ( Diriwayatkan oleh Ad Dailamy dari Ibnu Umar )

56
Dan di dalam waktu berbuka,terdapat kebahagiaan syukur berupa beribadah dan didalam waktu itu
pula doanya dikanulkan. Sebagaimana yang terdapat didalam hadits

)‫سَتجََابٌة (أخرجه ابن ماجه واحلاكم و أبو داود الطيالسي والبيهقي‬


ْ ‫لصِائِم ِعْندَ ِإفَْطارِِه َدْعَوٌة ُم‬
َّ ِ‫ل‬

“ketika tiba waktu berbuka, do’a orang yang berpuasa dikabulkan“. (Diriwayatkan oleh Ibnu
Majah, Al Hakim, Abu Dawud At Thoyalisy dan Al Baihaqi).

Dan besar kemungkinan pada waktu berbuka, orang yang berpuasa termasuk golongan orang-
orang yang beruntung yang ditetapkan oleh Allah Ta’ala sebagai orang-orang yang terbebas dari api
neraka, sebagaimana terdapat di dalam hadits :

‫ك فِي كُ>ِّل لَْيَل>ٍة (رواه ابن ماجه وأمحد والط>>ربان>ي‬


َ >ِ‫ار وََذل‬
ِ َّ‫اهلل َتعَ>الَى ِعنْ>َد كُ>ِّل فِ ْط>ٍر ُعَتقَاَء ِمَن الن‬
َ ‫ِإَّن‬
)‫والبيهقى‬
“Sesungguhnya Allah Ta’ala, pada tiap waktu berbuka puasa mempunyai orang-orang yang
dibebaskan dari api neraka, dan hal itu terjadi setiap malam “. (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah,
Ahmad, At Thobaroni dan Al Baihaqi).

Dan sahurnya orang yang bepuasa merupakan barokah, sebagaimana tercantum dalam al hadits
as syarif. Dan puasanya setelah itu (barokah) adalah mendapat balasan berupa surga.

Dan Allah Ta’ala mengutamakan orang yang berpuasa dengan memberikn yang melimpah bagi
orang yang memberikan makanan untuk berbuka puasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa.
Dan dalam rangka memuliakan orang yang memuliakan orang yang berpuasa, maka Allah Ta’ala
memberikan pahala tersebut walaupun hanya atas sesuap roti atau seteguk air.
Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

ِ ِ ٍ ِ ِ ‫"من فَطَّر‬
ُ‫ص>افَ َحه‬َ ‫ض>ا َن ُكلَّ َها َو‬ َ ‫ت َعلَْيه الْ َمالَئ َكةُ لَيَ>ايِل َ َر َم‬ ْ َّ‫صل‬
َ ‫ضا َن م ْن َك ْسبٍ َحالَل‬ َ ‫صائ ًما يِف َر َم‬ َ َ َْ
،ِ ‫ول اهلل‬ َ >‫ يَا َر ُس‬: ‫>ل‬ َ >‫ َف َق‬،ُ‫ص>افَ َحهُ ِجرْبِ ي> ُ>ل تَ ْك ُث> ُ>ر ُد ُموعُ>>هُ َو يَ>ِر ُّق َق ْلبُ>>ه‬
ٌ >‫>ال َر ُج‬
ِ
َ ‫ َو َم ْن‬،‫جرْبِ ي> ُ>ل لَْيلَ>ةَ اْل َق> ْد ِر‬
: ‫>ال‬َ > َ‫ت َم ْن مَلْ يَ ُك ْن ذَ َاك ِعْن > َ>دهُ ؟ ق‬ َ ْ‫ أ ََرأَي‬: ‫>ال‬َ > َ‫ ق‬.‫ َفلُ ْق َم> ةُ ُخْب > ٍز‬: ‫>ال‬ َ > َ‫ت َم ْن مَلْ يَ ُك ْن ذَ َاك ِعْن > َ>دهُ؟ ق‬ َ ْ‫أ ََرأَي‬
‫ت‬ َ >َ‫ ق‬. ٍ ‫ فَ َم ْذقَ >ةٌ> ِم ْن لَنَب‬: ‫>ال‬
َ ْ‫ أََف> َ>رأَي‬: ‫>ال‬ َ >َ‫ت َم ْن مَلْ يَ ُك ْن َذ َاك ِعْن> َ>دهُ ؟ ق‬ َ ْ‫ أََف> َ>رأَي‬: ‫>ال‬َ >َ‫ ق‬.‫ض >ةٌ ِم ْن طَ َع> ٍ>ام‬ َ ‫َف َقْب‬
‫( أخرجه أبو يعلى وأص>>حاب الس>>نن األربعة وابن‬. ‫>اء‬ ٍ >‫ فَش>َربةٌ ِمن م‬: ‫>ال‬ َ >َ‫َم ْن مَلْ يَ ُك ْن ذَ َاك ِعْن> َ>دهُ ؟ ق‬
َ ْ َْ
.) ‫حبان ىف الضعفاء‬
“ Barang siapa memberi makanan untuk berbuka kepada orang yang berpuasa di bulan Romadlon
dari usaha yang halal, maka malaikat akan mendoakannya pada malam-malam bulan Romadlon
sebulan penuh, dan pada malam lailatul qodar malaikat Jibril akan menjabat tangannya. Dan barang
siapa yang berjabat tangan dengan Jibril, maka air matanya menjadi banyak dan hatinya akan
menjadi lembut. Lalu seorang laki-laki bertanya : “Beritahukanlah kepada saya, tentang orang yang
tidak mempunyai makanan untuk orang yang berbuka puasa?”. Rosulullah menjawab : “Maka cukup
dengan sesuap roti”. Laki-laki tersebut bertanya lagi : “Bagaimana jika orang tersebut tidak
mempunyai sesuap roti?”. Rosulullah menjawab : “Maka cukup dengan segenggam makanan apa
saja”. Laki-laki tersebut bertanya lagi? “Bagaimana jika orang tersebut tidak mempunyai segenggam
makanan apapun?”. Rosulullah menjawab : “Maka cukup dengan seteguk susu yang di campur
dengan air”. Laki-laki tersebut masih bertanya : “Bagaimana jika orang tersebut tidak mempunyai
susu yang di campur dengan air?”. Rosulullah menjawab : “Maka cukup dengan seteguk air”.
( Diriwayatkan oleh Abu Ya’la, Imam Empat dan Ibnu Hibban di dalam kitab Ad Dhu’afaa’ ).

57
Dan Allah Ta’ala memberikan keutamaan kepada orang yang berpuasa, ketika bersamanya ada
sekelompok orang yang tidak berpuasa sedang makan, padahal dia melihat hal itu dan tidak ada hal
yang bisa mencegah untuk makan bersama mereka kecuali karena menjaga kemuliaan puasa, maka
sesungguhnya para malaikat berdoa untuknya.

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan At Tirmidzi :

"‫غ ِم ْن طَ َع ِام ِه‬


َ ‫صلِّ ْي َعلَْي ِه املالَئِ َكةُ> َحىَّت يُ ْفَر‬
َ ُ‫الصائِ َم إِ َذا أُكِ َل ِعْندَ ُه مَلْ َتَز ْل ت‬
َّ ‫"إِ َّن‬
َ
“Sesungguhnya orang yang berpuasa ketika ada orang yang menyantap makanan di sampingnya,
maka para malaikat senantiasa mendoakannya, sampai orang tersebut selesai dari makannya”.

Secara umum, puasa mempunyai keutamaan yang banyak sekali, diantaranya yaitu : bahwa
sesungguhnya Allah Ta’ala menyandarkan pahala ibadah puasa kepada-Nya, bukan ibadah yang lain.
Allah Ta’ala berfirman :

" ‫َج ِزي بِِه‬


ْ ‫لص ْو ُم يِل َوأَنَا أ‬
َّ َ‫" ا‬

“ Puasa adalah untukku, dan Aku akan membalasnya karena puasa tersebut “. Ini adalah hadits
shohih dan kuat.

Maka ibadah puasa menjadi utama dibanding ibadah yang lain sebab disandarkannya puasa kepada
Allah Ta’ala dengan kemuliaan ibadah tersebut untuk memberitahukan bahwa pahala puasa tidak dapat
di jangkau oleh akal manusia, dan juga karena puasa tidak digunakan untuk mendekatkan diri kepada
selain Allah Ta’ala.

Adapun puasanya para pendeta kuil dan ahli nujum sejatinya bukanlah untuk berhala dan bintang,
karena mereka tidak menyakini bahwa berhala mampu mengerjakan sendiri. Puasa yang mereka
laksanakan pada hakekatnya adalah untuk Tuhannya berhala dan bintang-bintang tersebut, dan juga
karena puasa merupakan isyarat terhadap rahasia sifat ketergantungan kepada Allah Ta’ala, dan hal itu
tidak terdapat pada ibadah-ibadah yang lain. Dan juga sesungguhnya tidak membutuhkan makan,
minum dan seluruh keinginan yang lain merupakan sifat Allah Ta’ala. Puasa merupakan suatu bentuk
ibadah yang sesuai dengan sifat-sifat Allah Ta’ala tersebut. Oleh karena itu, Allah Ta’ala
menyandarkan ibadah puasa kepada-Nya. Dan karena itu Imam Al Qurtubi berkata : “Artinya,
sesungguhnya amal-amal para hamba Allah Ta’ala adalah sesuai dengan keadaan mereka, kecuali
puasa”. Sesungguhnya puasa itu sesuai dengan salah satu sifat dari sifat-sifat Allah Ta’ala, seakan-
akan Allah Ta’ala berfirman : “Sesungguhnya orang yang berpuasa itu mendekatkan diri kepada-Ku
dengan suatu hal yang merupakan sebagian dari sifat-sifat-Ku”.

Dan juga sesungguhnya didalam puasa terdapat keadaan meninggalkan semua kesenangan dan
keinginan nafsu yang asli karena Allah Ta’ala, yang mana nafsu tersebut diciptakan untuk condong
pada kesenangan-kesenangan. Dan hal itu tidak dapat ditemukan di dalam ibadah yang lain.

Apakah kamu tidak melihat sesungguhnya ihram dalam haji dan umroh itu, walaupun
mengharamkan banyak hal yang diperbolehkan, tetapi tidak mengharamkan makan dan minum.

******

58
HAJI ADALAH
SALAH SATU RUKUN ISLAM

Haji merupakan salah satu dasar dari lima dasar agama Islam, yang wajib diketahui oleh semua
orang dan telah disepakati ulama bahwa hukumnya wajib.

Terdapat perbedaan pendapat dalam penentuan waktu awal diwajibkan ibadah haji. Ada golongan
yang berkata bahwa ibadah haji diwajibkan pada tahun kelima hijriyah, dan pendapat ini dinyatakan
oleh sebagian besar ulama, karena pada tahun tersebut turun firman Allah Ta’ala :

)196 : ‫ (البقرة‬   


“ Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah” . (QS. Al Baqoroh :196)

Sesuai dengan maksud ayat ini yaitu : Dan laksanakanlah haji secara sempurna. Sedangkan segolongan
ulama berkata bahwa sesungguhnya ibadah haji diwajibkan pada tahun kesembilan Hijriyah.

Haji secara syara’ adalah ibadah yang wajib melaksanakan thowaf, sa’i, dan wuquf di Arafah pada
malam tanggal 10 Dzulhijjah dengan cara tertentu. Dan haji wajib dilakukan sekali seumur hidup,dan

59
hukumnya fardlu kifayah atas umat muslim setiap tahunnya sebagai perayaan tahunan agama Islam.
Maka dari itu, seyogyanya bagi orang yang pernah melaksanakan haji, apabila ingin melaksanakan
kembali hendaknya berniat melaksanakan perayaan agama ia memperoleh pahala fardlu kifayah.
Allah Ta’ala berfirman :

           
             
)96-96 : ‫ (ال عمران‬   
.“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah
yang di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia Padanya
terdapat tanda-tanda yang nyata, (diantaranya) Maqam Ibrahim, Barang siapa memasukinya
(Baitullah itu) menjadi amanlan dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah,
Yaitu ( bagi ) orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah”. (QS. Ali Imron : 96-97).

Pertama-tama dalam ayat ini, Allah Ta’ala menerangkan tentang kemuliaan Baitul Haram (Ka’bah).

Kemudian Allah Ta’ala mengajak segenap manusia untuk melaksanakan ibadah haji sebagai
“salah satu rukun islam” berdasarkan ayat-ayat, hadist-hadist, serta kesepakatan ulama, kemudian
dikuatkan lagi oleh pada akhir ayat ini dengan memberikan panggilan kepada orang yang
meninggalkan ibadah haji dengan sebutan orang kafir.
      
“Barang siapa mengingkari (kewajiban haji) maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu ) dari alam semesta”

Banyak sekali hadist dari Nabi Muhammad Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam yang
menerangkan tentang keutamaan ibadah haji. Diantaranya yaitu hadist dari Abu Hurairah Rodliallahu
‘anhu sesungguhnya Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

)‫س لَهُ َجَزاءٌ إِالَّ اجْلَنَّةُ" (رواه البخاري ومسلم‬ ِ ‫"العمرةُ إِىَل اْلعمر ِة َكف‬
َ ‫َّارةٌ ل َما َبْيَن ُه َما َواحْلَ ُّج املَْب ُر ْو ُر لَْي‬
َ َُْ َُْ
“(Dari) umrah satu ke umrah yang lain itu terdapat kafarat (pelebur) terhadap dosa diantara kedua
umrah tersebut dan tidak ada pahala haji mabrur baginya kecuali surga ”. ( Diriwayatkan oleh Al
Bhukori dan Muslim ).
Juga dari Abu Hurairah rodliallahu ‘anhu berkata:

َ > َ‫مُثَّ َم>>ا َذا ؟ ق‬:‫ قِي > َ>ل‬,‫اهلل َو َر ُس >ولِِه‬


: ‫>ال‬ ِ ِ‫>ال إِيـما ٌن ب‬
َ ْ‫َي َع َم> ٍ>ل أَف‬
َ َ > َ‫ض > ُل ؟ ق‬ ُّ ‫أ‬:‫اهلل ص >>لى اهلل عليه وس >>لم‬ ِ ‫ول‬ ُ > ‫ُس >ئِ َل َر ُس‬
)‫ور (رواه البخارى ومسلم‬ ِ‫ ق‬،‫اهلل‬
ِ ‫اجْلِهاد يِف سبِ ِيل‬
ٌ ‫ َح ٌّج َمْب ُر‬: ‫ال‬ َ َ‫ مُثَّ َماذَا ؟ ق‬: ‫يل‬
َ َ َُ
“Rosulullah Shollallahu ‘alahi wasallam ditanyai: “Amal apa yang paling utama ?” Beliau menjawab
:”Iman kepada Allah”. Lalu ditanyakan lagi : ”Kemudian apa ?” Beliau menjawab : ”Jihad di jalan
Allah”. Ditanyakan lagi ?“ Kemudian apa ?” Beliau menjawab : “Haji yang mabrur”. (Diriwayatkan
oleh Imam Al Bukhori dan Muslim ).

Haji yang mabrur adalah suatu ibadah yang didalamnya tidak terdapat dosa.

Dan dari Abu Hurairah Rodliallohu ’anhu juga beliau berkata : “saya mendengar Rosulullah
Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

)‫ث َومَلْ َي ْف ُس ْق َر َج َع ِم ْن ذُنُوبِِه َكَي ْوِم َولَ َدتْهُ أ ُُّمهُ" (رواه البخارى واملسلم‬
ْ ُ‫َم ْن َح َّج َفلَ ْم َي ْرف‬

“Barang siapa menunaikan ibadah haji kemudian dia tidak melakukan segala sesuatu yang
berhubungan dengan syahwat, dan tidak berbuat dosa, maka dosa-dosanya akan keluar, kembali
dalam keadaan sebagaimana ia dilahirkan oleh ibunya”. (Diriwayatkan oleh Imam Al-bukhori dan
Muslim).

60
Lafald “‫” الرفث‬mempunyai arti bersetubuh dan kegiatan-kegiatan sebelumnya (pemanasanya).

Adapun arti “>‫(” االستطعة‬mampu) secara bahasa yang terdapat pada firman Allah Ta’ala (

ً‫اع َعلَْي> ِ>ه َس >بِيال‬


َ َ‫ ) َم ِن ا ْس >تَط‬adalah mudah dan mampu untuk melaksanakan ibadah haji. Sedangkan arti
‫ االس>>تطعة‬secara istilah adalah kemauan yang mengarah pada kemampuan. Adapun yang dimaksud
dengan kemampuan ada kalanya mampu dari segi jasmani atau dari segi hartanya bahkan mampu
kedua-duanya.

Menurut pendapat yang pertama (wajib berhaji bagi orang yang mampu secara jasmani), maka
Imam Malik berpendapat : “Haji hukumnya wajib bagi orang yang mampu menempuh perjalanan dan
mempunyai materi selama dalam perjalanan ke Baitullah”. Sedangkan menurut pendapat yang kedua
(wajib berhaji bagi orang yang mampu dari segi materi), maka Imam Syafi’i berpendapat : “Bagi orang
yang lumpuh wajib menggantikan (mewakilkan) kepada orang lain untuk menunaikan ibadah haji jika
ia mampu membayar upah orang tersebut”. Dan menurut pendapat yang ketiga (wajib berhaji bagi
orang yang mampu dari segi jasmani dan materi) adalah pendapat Imam Abu Hanifah
.
Imam At Turmudzi meriwayatkan didalam kitabnya dari Sayyidina Ali Rodliallahu ‘anhu beliau
berkata : Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
.‫صَرانِيًّا‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ُ‫ك َز ًادا َو َراحلَةً حَتْملُهُ إِىَل َبْيت اهلل اْحلََر ِام َومَلْ حَيُ َّج فَالَ َعلَْيه أَ ْن مَي‬
ْ َ‫وت َي ُهوديًّا أ َْون‬ َ َ‫َم ْن َمل‬
“Barang siapa memiliki bekal dan kendaraan yang dapat membawanya ke Baitullah Al Haram dan
dia tidak mau melaksanakan haji, maka biarlah dia mati sebagai seorang Yahudi atau seorang
Nasrani“.

Hal tersebut karena sesungguhnya Allah Ta’ala telah berfirman :


)97: ‫ (ال عمران‬        
“Mengerjakan haji adalah kewajiban bagi manusia terhadap Allah Ta’ala yaitu ( bagi ) orang yang
mampu mengadakan perjalanan haji ke Baitullah“. (QS. Ali Imron : 97)

Dan yang dimaksud dengan memiliki kendaraan bukan berarti harus membeli kendaraan, tetapi
pengertiannya lebih luas dari itu. Seperti mampu untuk menyewa unta atau kendaraan yang lain, yang
bisa membawanya sampai ke Baitullah seperti pesawat, mobil, atau kapal.

Imam Abu Abdillah Al Qurthubi, di dalam kitab “ ‫الق >>رآن‬ ‫“"اجلمع ألحك >>ام‬ berkata : Orang-orang
menuturkan dari Sayyidina Umar Ibnu Khattab Rodliallahu ‘anhu sesungguhnya beliau berkata : Saya
benar-benar menghendaki untuk mengutus beberapa orang ke kota-kota, lalu mereka menemukan
orang-orang yang memiliki harta benda tidak mau menunaikan ibadah haji. Kemudian mereka
menetapkan pajak terhadap orang tersebut sesuai dengan firman Allah Ta’ala :

)97: ‫(ال عمران‬       
“Dan barang siapa mengingkari (kewajiban haji) maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak
membutuhkan sesuatu ) dari alam semesta“. (QS. Ali Imron : 97).

Dari Hasan Basri Rodliallahu ‘anhu berkata : “Sesungguhnya barang siapa yang tidak
menunaikan haji padahal dia mampu, maka dia adalah kafir“.

Semua perintah dan dalil tadi bertujuan untuk memberi peringatan keras, larangan dan menakut-
nakuti bagi orang yang meninggalkan ibadah wajib. Maka hal ini dapat mendorongnya untuk
melaksanakan ibadah, atau hal tersebut diartikan sebagai pencegah terhadap orang yang ingkar atas
disyariatkannya ibadah haji, atau sebagai pencegah terhadap orang yang menghalalkan meninggalkan

61
ibadah haji, padahal ia mampu. Oleh karena itu ulama Malikiyyah dan orang-orang yang sependapat
dengan mereka berkata : “Ayat ini mengandung arti bahwa sesungguhnya orang yang meninggal
dunia, sedangkan dia belum melaksanakan haji padahal ia mampu, maka dia akan mendapat
ancaman baginya, dan tidak boleh dihajikan oleh orang lain atas namanya, karena sesungguhnya jika
hajinya orang lain itu dapat menggugurkan kewajibannya, niscaya gugurlah ancaman baginya”.

Said bin Jabir berkata : “Seandainya tetenggaku meninggal dunia dan dia mampu untuk
melaksanakan haji namun tidak mau melaksanakannya, maka aku tidak akan mensholatinya”.

Banyak sekali hadits yang shohih dan sunnah yang banyak, menerangkan tentang ancaman bagi
orang yang mengakhirkan kewajiban melaksanakan ibadah haji, padahal ia mampu untuk
menunaikannya, akan tetapi ia tidak mau menunaikan ibadah haji sekali dalam seumur hidup.

Wahai orang-orang mukalaf ! jika kamu adalah termasuk orang yang mempunyai kekayaan dan
termasuk orang yang dihatinya bersinar cahaya iman dan disisinya menyala cahaya kerinduan pada
rumah suci, negara dan rumah Allah Ta’ala Al Haram ( Ka’bah ), dan kamu cinta untuk menyaksikan
pasir-pasir berkerikil di tanah haram dan menyaksikan pemandangan Makkah dan Madinah yang
diberkahi yang menjadi mulia sebab terangnya cahaya nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wasallam,
maka tiada bagimu kecuali niat yang mantap dan bergegas melaksanakan kewajiban agama ini (haji).
Dan tampakkan niatmu yang mantap dan semangatmu yang menggebu-gebu dengan sesuatu yang
dapat membuktikan bahwa sesungguhnya kamu adalah termasuk hamba Allah Ta’ala yang
bersungguh-sungguh, yang memenuhi panggilan Allah Ta’ala dan Rosul-Nya, dan ikhlas atas
panggilan Allah Ta’ala dan Rosul-Nya. Takutlah kamu untuk mencari-cari alasan, menunda-nunda,
dan membuat alasan yang dapat melemahkan niat menunaikan haji. Karena sesungguhnya yang paling
utama dalam masalah mengakhirkan ibadah haji adalah malapetaka.

‫َفعُ ْقىَب ُك ِّل َعاِص َف ٍ>ٍِة ُس ُكو ٌ>ن‬


‫ك فَا ْغتَنِِ ْم َها‬
َ ‫اح‬
ُ َ‫ت ِِري‬
ْ َّ‫إِذَا َهب‬
ٍٍٍٍٍِ ِِ sebaik-baiknya, karena akhir dari angin
“Ketika anginmu berhembus, maka manfaatkanlah dengan
yang kencang adalah tenang ( tidak ada angin )”.
Semoga Allah Ta’ala menolong diriku dan dirimu dengan taufiqnya.

Sekarang ini dunia telah penuh dengan penemuan-penemuan modern, baik untuk kenyamanan
maupun transpotasi. Di seluruh penjuru tanah–tanah suci sudah terdapat banyak mobil dan sebab
kemurahan Allah Ta’ala, dunia ini telah terhubung antara satu dengan yang lain dan terhubung dengan
kotanya Allah Ta’ala dan Nabinya Shollallohu ‘alaihi wasallam. Jalan-jalan sudah diratakan, jarak
yang jauh terasa dekat dan ibadah haji dapat dilakukan dalam beberapa hari saja. Adapun ketenangan
dan keamanan jiwa dan harta di negara ini, maka ceritakanlah sepuasmu. Keamanan benar-benar
tercipta sepajang hari, khususnya pada pekan raya haji. Penuh sesaknya kota-kota oleh jamaah haji di
Baitullah Al Haram menjadi kata-kata kiasan bahwa hanya untuk Allah Ta’ala semata segala puji dan
syukur atas segala nikmat-Nya dan semoga Allah Ta’ala memberikan keutamaan kepada kita untuk
mensyukuri terhadap nikmat-Nya, maka menghadaplah !, bergegaslah!, berangkatlah ! dan hinalah
syetan yang merugi, dengan menegakkan syiar-syiar islam di tempat ibadah haji. Janganlah kamu
melupakanku dari doamu baik di dalam tempat sepimu,perkumpulanmu maupun di dalam
kesungguhanmu menghadap Allah Ta’ala.

YANG TERMASUK RAHASIA-RAHASIANYA HAJI

Ketahuilah! Sesungguhnya rahasia-rahasia ibadah haji yang tersembunyi sangatlah banyak. Kami
akan menjelaskan dua poin dari rahasia-rahasia tersebut.

Pertama : Kamu harus mengetahui bahwa sesungguhnya ibadah haji itu di letakkan sebagai
pengganti atas kerahiban (kependetaan) yang terdapat pada agama-agama lain, sebagaimana terdapat
didalam hadits, maka Allah Ta’ala menjadikan ibadah haji sebagai kerahiban bagi umat ini. Allah

62
Ta’ala memuliakan Baitul ‘Atiq (Ka’bah), menyandarkan Baitul ‘Atiq kepada Dzat-Nya, menegakkan
Baitul ‘Atiq sebagai tempat tujuan bagi hamba-hamba-Nya dan menjadikan apa yang ada disekitar
Baitul ‘Atiq sebagai pelindung bagi Baitullah karena untuk mengagungkan Baitul ‘Atiq tersebut. Allah
Ta’ala menjadikan ‘Arafah seperti talang yang berada diatas hamparan telaga-Nya, serta mengukuhkan
kesakralan tempat tersebut dengan mengharamkan binatang buruan dan tumbuhannya. meletakkan
Baitul ‘Atiq seperti halnya berada dihadapan para raja yang menjadi tujuan bagi setiap peziarah
(pengunjung) dari segala penjuru yang berambut kusut, berdebu serta merendah kapada Allah Ta’ala
Tuhan alam semesta, dengan tunduk terhadap keagungan-Nya serta mengakui kesucian Dzat Allah
Ta’ala dari terikat oleh ruang, supaya hal-hal tersebut lebih meningkatkan penghambaannya (kepada
Allah Ta’ala). Oleh karena itu, Allah Ta’ala mewajibkan kepada mereka amal-amal asing yang tidak
biasa dilakukan oleh tabiat dan tidak dapat dinalar oleh akal agar mereka melaksanakannya dengan
kemurnian untuk beribadah dan melaksanakan perintah tanpa ada faktor lain yang mendorong. Ini
adalah sebuah rahasia yang agung dalam hal penghambaan diri (kepada Allah Ta’ala).

Kedua : Kamu harus mengetahui bahwa sesungguhnya perjalanan haji dijadikan perumpamaan
sebagai perjalanan akhirat, maka hendaknya orang-orang yang ingin menunaikan ibadah haji
mengingat urusan akhirat dengan seluruh amal perbuatannya. Maka sesungguhnya didalam setiap amal
perbuatan terdapat peringatan bagi orang-orang yang ingat dan pelajaran bagi orang-orang yang
mengambil pelajaran. Maka ingatlah dari mulai awal perjalananmu ketika kamu berpamitan dengan
keluarga dan sanak saudaramumu, kamu bagaikan berada dalam sakarotul maut. Ketika kamu
meninggalkan tanah airmu, maka ingatlah bahwa kamu bagaikan keluar dari dunia (meninggal dunia).
Ketika naik kendaraan, ingatlah bahwa kamu sedang naik di atas keranda. Ketika kamu memakai
pakaian ihrom , ingatlah bahwa kamu bagaikan diletakkan di dalam lipatan-lipatan kain kafan. Ketika
kamu memasuki padang gurun menuju tempat Miqot, maka ingatlah bahwa kamu bagaikan keluar dari
dunia menuju miqot akhirat. Ketika kamu takut akan ancaman perampok diperjalanan, maka ingatlah
bahwa kamu bagaikan takut dengan pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir. Ketika kamu takut dengan
bahaya binatang buas padang gurun, maka ingatlah bahwa binatang buas itu bagaikan ular dan
kalajengking yang ada dalam kubur. Ketika kamu sedang sendirian dari keluargamu, maka ingatlah
bahwa kamu bagaikan sendirian di dalam kubur yang gersang. Ketika kamu membaca talbiyah (ucapan
untuk mengungkapkan pemenuhan terhadap panggilan Allah Ta’ala), maka ingatlah bahwa kamu
bagaikan memenuhi panggilan malaikat isrofil pada waktu hari kebangkitan. Demikian juga
perumpamaan tersebut berlaku untuk amal-amal ibadah yang lain, karena sesungguhnya setiap amal
perbuatan itu terdapat rahasia yang dapat mengingatkan setiap hamba atas kadar persiapan seorang
hamba dan kejernihan hatinya serta terbatasnya pemikirannya tentang masalah-masalah agama yang
penting.

KEUTAMAAN DAN KEMULIAAN ORANG YANG HAJI

Termasuk kemuliaan yang disimpan oleh Allah Ta’ala untuk umat ini adalah keutamaan-
keutamaan yang agung yang terkhusus hanya untuk orang yang melaksanakan haji dari setiap individu
umat ini, dan kami telah kumpulkan menjadi sekumpulan yang bagus dan sekaligus kami sebutkan
keutamaan yang paling penting beserta dalilnya.

Pertama : sesungguhnya orang yang berhaji, ibadah hajinya dapat melebur dosa yang ada sebelum
berhaji. Diriwayatkan dari Amru bin Ash Rodliallahu ‘anhu beliau berkata :

َ >‫ اُبْ ُس> ْط يَ> َ>د َك فَألُباَيِ ْع‬: ‫ت‬ ِ ‫ول اهلل ِص>لَّى اهلل‬
: ‫>ال‬
َ >َ‫ ق‬.‫>ك‬ ُ ‫ُعلَْي>>ه َو َس>لَّ َم َف ُق ْل‬
َ َ َ >‫ت َر ُس‬ ُ ‫"ملَ>اَّ َج َع> َ>ل اهلل ُاْ ِإل ْس>اَل َم ىِف َق ْليِب أََتْي‬
. ‫ أَ ْن َي ْغ ِفَر يِل‬: ‫ت‬ ُ ‫ تَ ْشرَتِ ُط ماَ َذا ؟ ُق ْل‬: ‫ أَ ْشرَتِ ُط ؟ قاَ َل‬: ‫ت‬ ُ ‫ك ياَ َع ْم ُرو ؟ ُق ْل‬ َ َ‫ َما ل‬: ‫ال‬ َ ‫ت يَ ِدي َف َق‬ >ُ ‫ض‬ ْ ِ‫َفبَ َس َط َف َقب‬
‫َن احْلَ َّج َي ْه> ِ>د ُم َما َقْبلَ >>هُ " (رواه‬ َّ ‫َن اهْلِ ْج> َ>ر َة َت ْه> ِ>د ُم َما َقْبلَ َها َوأ‬
َّ ‫ َوأ‬،ُ‫الم َي ْه> ِ>د ُم َما َقْبلَ >>ه‬
َ > >‫َن ا ِإل ْس‬
َّ ‫ت أ‬ ِ
َ ‫ أ ََّما َعل ْم‬: ‫ق >اَ َل‬
) ‫مسلم‬

63
“Ketika Allah Ta’ala menjadikan islam barada dalam hatiku, saya mendatangi Rosulullah Shollallahu
‘alaihi wasallam, sembari bekata : “Mohon engkau membentangkan tanganmu”, maka saya akan
berjanji setia kepadamu”. Amr berkata : “Kemudian Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam
membentangkan tangannya, maka saya genggam tanganku”. Kemudian Rosulullah Shollallahu ‘alaihi
wasallam bertanya : “Apa yang terjadi padamu wahai Amr ?”. Amr berkata :”saya ingin membuat
persyaratan. Rosulullah shollalahu ‘alaihi wasallam bertanya : “Apa yang engkau syaratkan ?”. saya
menjawab : “Agar saya diampuni”. Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Apakah
kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya islam itu melebur dosa yang sebelumnya, sesungguhnya
hijrah itu melebur dosa yang sebelumnya, dan sesungguhnya haji tu melebur dosa yang sebelumnya”.
( Diriwayatkan oleh Imam Al Muslim ).

Kedua : Sesungguhnya orang yang haji ditulis sebagai orang yang berjihad. Diriwayatkan dari Abu
Hurairoh Rodliallahu ‘anhu dari Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda :

)‫الصغِ ِري َوالْ َم ْرأ َِة احْلَ ُّج َوالْعُ ْمَرةُ (أخرجه النسائ‬
َّ ‫اد اْل َكبِ ِ>ري َو‬ ِ
ُ ‫ج َه‬
“Jihadnya orang tua, anak-anak dan wanita adalah haji dan umroh“ (Diriwayatkan oleh An Nasa’i).

Diriwayatkan dari Utsman bin Sulaiman dari neneknya ( ibu dari bapaknya ) berkata :

‫ك َعلَى ِج َه ٍاد‬
َ ُّ‫ أَالَ أ َُدل‬: ‫ال‬ ِ ‫يد اجْلِهاد يِف سبِ ِيل‬
َ ‫ َف َق‬، ‫اهلل‬ ِ َ ‫جاء رجل إِىَل النَّيِب ِّ صلى اهلل عليه وسلم َف َق‬
َ َ َ ُ ‫ إيِّن أُِر‬: ‫ال‬ ٌُ ََ َ
) ‫ ( أخرجه سعيد ابن منصور‬. ‫ت‬ >ِ ‫ ِح ُّج الَْبْي‬: ‫ال‬ ِ
َ ‫ َف َق‬،‫الَ َش ْو َكةَ ف ِيه ؟‬
َ ‫ َف َق‬، ‫ َبلَى‬: ‫ال‬
“Seorang laki-laki datang kepada Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam lalu ia berkata :
“Sesungguhnya aku ingin berjihad dijalan Allah Ta’ala”, kemudian Rosulullah Shollallahu ‘alaihi
wasallam bertanya : “Maukah engkau aku tunjukkan pada jihad yang tidak terdapat kekuatan di
dalamnya?”. Laki-laki tersebut menjawab : “Ya, saya mau”. Lantas Rosululloh Shollallahu ‘alaihi
wasallam bersabda : “Haji ke Baitullah”. (Diriwayatkan oleh Sa’id bin Mansyur).

Diriwayatkan dari Sayyidina Umar Rodliyallahu ’anhu sesungguhnya beliau bersabda :

ِ ِ ِ َ ‫الرح‬
(
َ ‫ال ل ْل َح ِّج َوالْعُ ْمَر ِة فَإنَّ ُه َما أ‬
ّ ‫(أخرجه أبو‬. ‫َح ُد اجْل َه َاديْ ِن‬
‫ذر اهلروي‬ َ ِّ >‫وج فَ ُشدُّوا‬
>َ ‫الس ُر‬ َ ‫إِذَا َو‬
ُّ ‫ض ْعتُ ُم‬
“Ketika kalian meletakkan pelana, maka ikatlah pelanan tersebut untuk melaksanakan haji dan
umroh. Karena sesungguhnya haji dan umrah adalah termasuk salah satu dari dua jihad “.
(Diriwayatkan oleh Abu Dzar Al Harawy).

Ketiga : Sesungguhnya orang yang haji termasuk tamu Allah Ta’ala. Diriwayatkan dari Abu
Hurairah Rodlialllahu ‘anhu, belaiu berkata : Rosulullah Sholallahu ‘alahi wasallam bersabda :

‫ (خرجه النس > >>ائي وخرجه ابن حب > >>ان يف التقاس > >>يم‬.‫>اج َوالْ ُم ْعتَ ِم> > ُ>ر‬ ِ ‫وفْ > > ُ>د‬
ُّ > > َ‫ اَلْغَ > >>ا ِزي> َواحْل‬: ٌ‫اهلل ثَالَثَ > >ة‬ َ
)‫واألنواع‬

“Tamu Allah Ta’ala ada tiga : orang yang berperang, orang yang haji dan orang yang umrah”.
Diriwayatkan oleh An Nasa’i dan juga oleh Ibnu Hibban dalam kitab “ ‫واألن >>واع‬ >‫ التقاس >>يم‬dengan
mendahulukan sebagian lafad dan menambah dalam sebagian riwayat dengan :
"‫َجبُوا‬
َ ‫اه ْم فَأ‬
ُ ‫"د َع‬
َ
“Allah Ta’ala mengundang mereka kemudian mereka memenuhi undangan tersebut”. (Diriwayatkan
dari Hammad bin Salamah dari hadistnya Ibnu Umar).
Beliau juga menerangkan tambahan tersebut dan menambah lafadz :

64
ُ َ‫"فَ َسأَلُوهُ فَأ َْعط‬
" ‫اه ْم‬
(“Maka mereka minta kepada Allah Ta’ala, kemudian Allah Ta’ala memberikan kepada mereka”).
(Diriwayatkan Ibnu Hibban dalam kitabnya).

Diriwayatkan dari Ibnu Umar, beliau berkata: Rosululllah Sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

‫س‬ ‫ف‬
ْ ‫ن‬
َ >
‫ي‬ ِ َّ‫اهلل إِ ْن سأَلُوا أُعطُوا وإِ ْن دعوا أ ُِجيبوا وإِ ْن أَْن َف ُق>>وا أُخلِ>>ف علَي ِهم وال‬
‫ذ‬ ِ ‫اَحْل َّجاج والْع َّمار وفْ ُد‬
ُ َ ْ ْ َ َ ْ َ ُ ْ َ َ َ ْ َ َُ ُ َُ ُ
‫>ل َما َبنْي َ يَ َديْ > ِ>ه‬ ِ ‫ف ِمن اْألَ ْش> >ر‬
َّ >‫ف إِالَّ أ ََه‬ ٍ ‫>ل م ِه>>لٌّ والَ َكَّبر م َكِّبر علَى َش> >ر‬
َّ > ‫َه‬‫أ‬ ‫ا‬ ‫م‬ : ِ ‫أَيِب الْ َقا ِس> > >م بِي > ِ>د‬
‫ه‬
َ َ َ َ ٌ ُ َ َ ُ َ َ َ ْ
)‫اب"(خرجه متام الرازى> ىف فوائده‬ ِ ‫و َكَّبر بِتَ ْكبِ ِري ِه حىَّت يْن َق ِطع مْبلَ ُغ التُّر‬
َ ََ َ َ َ َ
“Orang-orang yang haji dan orang-orang yang umrah adalah tamu Allah Ta’ala, jika mereka
meminta maka akan diberi, jika mereka berdo’a maka akan dikabulkan do’anya, jika mereka berinfaq
maka akan diganti hartanya. Demi Dzat yang nyawa bapaknya Qosim (Rosulullah) berada dalam
kekuasaan-Nya : Tidak ada orang yang bertalbiah dan bertakbir diatas tanah yang paling tinggi
kecuali apa yang ada dihadapannya itu bertalbiah dan bertakbir sampai dengan debu yang paling
halus”. (Diriwayatkan oleh Tamam Ar Rozi dala kitab fawaidnya).

Dan Ibnu Al Jauzi juga meriwayatkan hadist dalam kitab Mutsiirul Ghirom As Saakin "dari
riwayat Amr bin Syu’aib dan dari ayahnya dan dari kakeknya, dan beliau berkata dalam akhir hadist :
“ sampai batas terakhir”.

Keempat : Sesungguhnya orang yang haji adalah orang yang doanya dikabulkan. Diriwayatkan
dari Ibnu Abbas Rodliallahu ‘anhu, beliau berkata: Rosulullah sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ِ >ُ‫ دع>>وةُ احْل ِّج حىَّت يص >در ودع>>وةُ الْغ>>ا ِزي> حىَّت ير ِ >ج ع ودع>>وة الْمظْل‬: ‫ات الَ ت>>ر ُّد‬
‫>وم َحىَّت‬ َ َ ْ َ َ َ َْ َ َ َ ْ َ َ َ ُ ْ َ َ َ َ ْ َ َ ُ ٍ ‫س َد َع> َ>و‬ ُ ْ‫مَخ‬
ِّ ‫ أَ ْس >َرعُ َه> ُ>ؤالَِء إِ َجابَ >ةً َد ْع> َ>وةُ اْأل‬،‫ب‬
‫َخ‬ ِ ‫َخي > ِ>ه بِ >اْلغَْي‬
ِ ‫َخ أل‬ ِ ‫ص >َر َو َد ْع> َ>وةُ الْ َم> ِر‬
ِّ ‫يض َحىَّت َيْب> َ>رأَ َو َد ْع> َ>وةٌُ اْأل‬ َ ‫يُْن‬
)‫ب"(حديث صحيح من حديث سعيد ابن جبري عن إبن عباس‬ ِ ‫َخ ِيه بِاْلغَْي‬ ِ ‫أل‬
“Ada lima doa yang tidak akan ditolak : doanya orang yang haji sampai dia pulang, doanya orang
yang berperang sampai ia kembali, doanya orang yang didzolimi sampai ia ditolong, doanya orang
yang sakit sampai ia sembuh dan doanya seorang saudara untuk saudaranya yang lain yang berada di
tempat yang jauh. Adapun do’a yang paling cepat dikabulkan diantara doa-doa tersebut adalah doa
seorang saudara untuk saudaranya yang lain yang berada di tempat yang jauh”. (Hadist ini shohih,
diriwayatkan dari Sa’id bin Jabar dari Ibnu Abbas Rodliallaohu ‘anhu).

Oleh karena keterangan hadits tersebut, maka termasuk kesunatan adalah meminta doa kepada orang
haji. Kesunatan yang dianjurkan ini adalah sebagaimana yang dikerjakan Rosulullah sholallahu ‘alaihi
wasallam terhadap Sayyidina Umar Rodliallahu ‘anhu. Sesungguhnya Sayyidina Umar meminta izin
kepada Rosulullah sholallahu ‘alahi wasallam untuk melaksanakan umrah, kemudian Rosulullah
Shollallahu ‘alahi wasallam memberi izin, lantas Rosulullah sholallahu ‘alahi wasallam berpesan
kepadanya :

َ ِ‫ك أ َْو أَ ْش ِر ْكنَا يِف ُد َعائ‬


)‫ك (رواه أبو ذر اهلروي‬ َ ِ‫الََتْن َسنَا ِم ْن ُد َعائ‬
“Janganlah kamu melupakanku dalam doamu atau sertakanlah aku dalam doamu”. ( Diriwayatkan
oleh Abu Dzar Al Harawi).

Kelima : Sesungguhnya orang yang haji itu infaq hartanya (harta yang dibelanjakan) dijalan Allah
Ta’ala. Diriwayatkan dari Buraidah, beliau berkata: “Rosulullah Sholallahu ‘alahi wasallam bersabda:

65
ٍ ‫ اَل>>دِّر َه >م بِس>ْب ِع ِمائَ>ِ>ة ِض> ْع‬،‫هلل‬
‫ف" (خرجه ابن أيب ش>>يبة وأمحد يف‬ ِ ‫الن َف َق> ِ>ة يِف س>بِ ِيل‬
َّ ‫"اَ َّلن َف َق> ةُ يِف احْلَ ِّج َك‬
َ ُ ْ َ
)‫مسنديهما‬
“Membelanjakan harta didalam ibadah haji adalah seperti membelanjakan harta dijalan Allah
Ta’ala, satu dirham akan digandakan tujuh ratus kali”. (Diriwayatkan oleh Abu Syaibah dan Imam
Ahmad dalam kitab musnad mereka berdua).

Keenam : Sesungguhnya satu dirhamnya orang yang haji bagaikan empat puluh juta dirham.
Diriwayatkan dari Sayyidah ‘Aisyah Rodliallahu ‘anha beliau berkata: “Rosulullah Sholallahu ‘alahi
wasallam bersabda :

ِ ‫َج>ره علَى‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ُّ > ‫إِ َذا >خ>رج احْل‬


‫اهلل‬ َ >‫>اج م ْن َبْيت>>ه َ>ك>ا َن فىي >ح ْر ِز اهلل فَ >ِإ ْن َم‬
َ ُ ُ >ْ ‫>ات َقْب> َ>ل أَ ْن َي ْقض > َي نُ ُس > َكهُ َوقَ> َ>ع أ‬ َ َ ََ
ِ ِ >ِ ‫>اق ال>>دِّره ِم اَلْو‬ ِ‫َخر وإ‬ ِ >ِ‫ض>ي نُس> َكه غُ ِف>>ر لَ>>ه ما َت َق>>دَّم ِمن ذَنْب‬ ِ ‫وإِ ْن ب ِقي حىَّت ي ْق‬
َ > ‫اح د يِف ذَل‬
‫>ك‬ َ َ ْ ُ >
‫ف‬َ ‫ن‬
ْ ََ َّ ‫أ‬ > ‫ت‬
َ ‫ا‬ ‫م‬
َ ‫و‬
َ ‫>ه‬ ْ َ َ ُ َ ُ ُ َ َ َ َ َ َ
ِ ِ‫ف ف‬ ٍ ْ‫ف أَل‬ ِ ِ ِ
ُ‫يما س َواه‬
َ َ ْ‫ني أَل‬
َ ‫اْ َلو ْجه َي ْعد ُل أ َْربَع‬
“Ketika orang yang haji keluar dari rumahnya, maka ia berada didalam perlindungan Allah Ta’ala,
jika ia meninggal dunia sebelum melaksanakan ibadahnya, maka pahalanya diserahkan kepada Allah
Ta’ala dan jika ia masih hidup sampai ia dapat melaksanakan ibadahnya maka diampunilah dosanya
dimasa lalu dan di masa yang akan datang, dan membelanjakan satu dirham di dalam pelaksanaan
ibadah haji sama halnya membelanjakan empat puluh juta dirham diselain ibadah haji”.
(Diriwayatkan oleh At Thobaroni didalam kitab “ Al Qiro “).

Ketujuh : Sesungguhnya pembelanjaan harta yang dilakukan oleh orang yang haji akan diganti.
Diriwayatkan dalam sebuah hadits:

‫>ف َعلَْي ِه ْم (خرجه متام‬ِ ‫اهلل إِ ْن س>أَلُوا أُعطُ>>وا وإِ ْن دع>وا أ ُِجيب>>وا وإِ ْن أَْن َف ُق>>وا أ‬
ِ ‫اَحْل َّجاج والْع َّمار وفْ ُد‬
َ ‫ُخل‬
ْ َ ُ َْ َ َ ْ َ َُ ُ َُ ُ
)‫الرازي‬
“Sesungguhnya orang-orang yang haji dan orang-orang yang umrah adalah tamu Allah, jika mereka
meminta maka akan diberikan, jika mereka berdo’a maka akan dikabulkan, jika mereka
membelanjakan hartanya, maka akan diganti”. (Diriwayatkan oleh Tamam Ar Rozi ).

Di dalam sebuah riwayat :


>‫اخلِ ُفوا هَلُ ْم َما أَْن َف ُقوا‬ ِ ِ ِ ِ ُ ‫إِ َّن اهلل َتعاىَل ي ُق‬
ْ ‫ َو‬: ‫ول ل َمالَئ َكته‬ َ َ َ
“Sungguh Allah Ta’ala berfirman kepada malaikat-malaikatnya :”Dan gantilah apa yang telah
mereka belanjakan”.

Kedelapan : Sesungguhnya orang yang haji adalah orang yang ditolong. Diriwayatkan dari
Umamah dan Watsilah bin Asqo’, mereka berkata:” Rosulullah sholallahu ‘alahi wasallam bersabda :

‫اج‬
َّ َ‫ب َواحْل‬ ِ ‫أَربعةٌ ح ٌّق علَى‬
>َ ‫ َع ْونُ ُه ُم الْغَا ِز‬: ‫اهلل َعَّز َو َج َّل‬
َ َ‫ي َوالْ ُمَتَز ٍّو َج َوالْ ُم َكات‬ َ َ ََ ْ
“Empat orang yang pertolongannya menjadi hak Allah Ta’ala yaitu orang yang berperang, orang
yang menikah, budak mukatab, dan orang yang haji.”

Kesembilan : Sesungguhnya orang yang haji dapat memberikan syafa’at. Diriwayatkan dari Abi
Musa Al Asy’ary, beliau berkata:

66
)‫اَحْلَ ُّج يُ َش َّف ُع يِف أ َْربَ ِع ِمائٍَة ِم ْن أ َْه ِل َبْيتِ ِه" (خرجه عبد الرزاق يف مسنده‬

“orang yang berhaji diterima syafa’atnya terhadap empat ratus anggota keluarganya”.
(Diriwayatkan oleh Abdur Rozaq di dalam kitab musnadnya )

Dan diriwayatkan Al Mundziry :


ِ ‫ غُ ِفر لَه وشف‬،‫يد وجه اهلل‬
ُ‫يم ْن َد َعا لَه‬
َ ‫ِّع ف‬
َ َُُ َ َ ْ َ ُ ‫اجا يُِر‬
ًّ ‫َم ْن َجاءَ َح‬

“ Barang siapa datang ke mekkah dalam keadaan haji seraya mengharapkan ridlo Allah Ta’ala, maka
ia akan diampuni dan ia dapat mensyafa’ati orang yang didoakannya.”

Kesepuluh : Sesungguhnya orang yang haji adalah orang yang diampuni (dosanya). Diriwayatkan
dari Jabir yang berupa hadits marfu’ :

ِ ِ ‫ما ِمن حُمْ> ِرٍم يض> ِّخي‬


ِ‫هلل يلَيِّب حىَّت تَغ‬
َ >‫ت بِ ُذنُوبِ>>ه َف َع‬
‫>اد َك َما َولَ َدتْ>>هُ أ ُُّمهُ (رواه ابن‬ ْ َ‫س إِالَّ َغ>>اب‬ ‫م‬>
ُ ْ َ‫ش‬
َّ ‫ال‬ ‫يب‬ َ ُ َُ ْ َ
)‫ماجه‬

“Tiada seorang pun yang berpakaian ihrom yang menyembelih (kurban) karena Allah Ta’ala sambil
bertalbiyah sampai dengan terbenamnya matahari kecuali dosa-dosanya akan hilang, maka ia akan
kembali sebagai mana ia dilahirkan oleh ibunya”. (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah).

Diriwayatkan dari Jabir :


‫ اِ ْش > َه ُدوا‬,‫ اُنْظُُروا إِىَل ِعبَ ِادي ُش ْعثًا غُْبًرا‬: ‫ول‬ ُّ ‫الس َم ِاء‬
ُ ‫الد ْنيَا َفَي ُق‬ َّ ‫إِ َذا َكا َن َي ْو ُم َعَرفَةَ فَِإ َّن اهللَ َيْن ِز ُل إِىَل‬
َ >‫ب فُالَ ٌن يُْر ِه> ُ>ق – َي ْعيِن يَ >أْيِت اَلْ َم َح>>ا ِر َم – َف َق‬
: ‫>ال‬ ِّ ‫ يَا َر‬: ُ‫>ول الْ َمالَئِ َك> ة‬
ُ >‫>وب ُه ْم َفَت ُق‬ ُ ‫أَيِّن َغ َف> ْ>ر‬
َ > ُ‫ت هَلُ ْم ذُن‬
)‫ت هَلُ ْم (أخرجه يف شرح السنة البغوي‬ ُ ‫ َف َق ْد َغ َف ْر‬: ‫ول اهللُ َعَّز َو َج َّل‬ ُ ‫َي ُق‬
“Ketika hari Arafah, sesungguhnya Allah Ta’ala menurunkan para malaikat kelangit yang paling
dekat, lalu Allah Ta’ala berfirman: “Lihatlah kalian semua! kepada hamba-hambaku yang berambut
kusut serta berdebu, saksikanlah kalian semua ! sesungguhnya aku telah mengampuni dosa-dosa
mereka”. Kemudian para malaikat bertanya :” Wahai Tuhanku, orang ini banyak berbuat dosa (yakni
ia telah mengerjakan perkara yang diharamkan )”. Lalu Jabir berkata :”Allah Ta’ala berfirman :
“Aku benar-benar telah mengampuni (dosa) mereka”. (Diriwayatkan Al Baghowi di dalam kitab
Syarh As Sunnah)

Ampunan ini bersifat umum, mencakup dosa-dosa hak adami. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas
bin Mirdas :

ِ ِ ِ ِ ِ ِِ
َ‫ت هَلُ ْم َما َخال‬ ُ ‫ إِيِّن َغ َف> ْ>ر‬: ‫يب‬ ُ ‫أ ََّن النَّيِب َّ ص >>لى اهلل عليه وس >>لم َد َعا إلَُّمت >>ه َعش >يَّةَ َعَرفَ >ةَ ب >>الْ َم ْغفَرة فَ >أُج‬
ِ‫ت لِلظَّامِل‬ ِ ُ‫ب إِ ْن ِش>ْئت أ َْعطَيت اَلْمظْل‬
َ ‫>وم م َن اخْلَرْيِ َو َغ َف ْ>ر‬َ َ َْ َ ِّ ‫َي َر‬ ‫أ‬ : ‫>ال‬
َ ‫ق‬
َ ‫>ه‬>‫ن‬
ْ ِ ‫>وم‬
‫م‬ ِ ُ‫الظَّامِل فَ>ِإيِّن آخ> ُذ لِْلمظْل‬
ْ ُ َ ُ َ
ِ ‫ول‬ ِ ِِ
‫اهلل ص>>لى‬ ُ >‫ك َر ُس‬ َ ‫ض> ِح‬ َ َ‫ ف‬: ‫>ال‬َ >َ‫يب إِىَل َما َس>أ ََل ق‬ َ ‫ُّعاءَ فَ>أُج‬ َ ‫>اد ال>>د‬ َ ‫َصبَ َح بِالْ ُم ْز َدل َفة أ‬
َ >‫َع‬ ْ ‫ب َفلَ َّما أ‬
ْ َ‫َفلَ ْم جُي‬
‫ إِ َّن َه> ِ>ذ ِه‬,‫اهلل‬
ِ ‫ول‬ َ > ‫ت َوأ ُِّمي يَا َر ُس‬ َ ْ‫ بِ >أَيِب أَن‬: ‫>ال لَ >>هُ أَبُو بَ ْك> ٍر ُوعُ َم> ُ>ر‬
َ >‫>ال َتبَ َّس > َم َف َق‬
َ > َ‫اهلل عليه وس >>لم أ َْو ق‬
ِ ‫ "إِ َّن ع > ُ>د َّو‬: ‫>ال‬ ِ ِ ‫ض> >ح‬
‫اهلل‬ َ َ > َ‫ق‬. ‫َّك‬َ ‫ك اهللُ ِس> >ن‬ َ ‫ض> > َح‬ ْ َ‫ك ؟ أ‬ َ ‫ض> > َح َك‬ْ َ‫ فَ َما الَّذي أ‬،‫ك ف َيه>>ا‬ ُ َ ْ َ‫ت ت‬ َ ‫اعةٌ َما ُكْن‬
َ > >‫لَ َس‬

67
ِ ِ َّ ‫إِبْلِيس لَ َّما َعلِ َم أ‬
‫اب فَ َج َع> َ>ل حَيْثُ>>وهُ َعلَى‬ َ ‫اب ُد َع>>ائي َو َغ َف> َ>ر أل َُّميِت أ‬
َ ‫َخ> َذ التَُّر‬ َ ‫>ل قَ > ْد ا ْس >تَ َج‬
َّ ‫َن اهللَ َع> َّ>ز َو َ>ج‬ َ
"‫ت ِم ْن َجَز ِع ِه‬ ُ ْ‫َض َح َكيِن َما َرأَي‬ْ ‫َرأْ ِس ِه َويَ ْدعُو بِاْ َلويْ ِل َوالثُّبُو ِ>ر فَأ‬
“Sesungguhnya Rosulullah Shollallahu ‘alahi wasallam pada suatu sore di Arafah berdoa untuk
umatnya, agar mendapatkan ampunan, kemudian doa Beliau dikabulkan : “Sesungguhnya Aku telah
mengampuni dosa mereka, kecuali hak adami. Maka sesungguhnya aku akan menghukum mereka
(orang-orang yang berbuar dholim. Rosulullah sholallahu ‘alahi wasallam bersabda :” Wahai
Tuhanku jika engkau menghendaki, maka engkau akan memberikan kebaikan kepada orang yang
didholimi dan memberi ampunan kepada orang yang dholim”, tapi doa tersebut tidak dikabulkan.
Pada ketika berada di Mudzdalifah Rosulullah mengulangi doa tersebut, kemudian doa tersebut
dikabulkan sesuai dengan permintaan Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam. Ibnu Abbas bin
Mirdas berkata : “Kemudian Rosulullah sholallahu ‘alahi wasallam tertawa”, atau Ibnu Abbas bin
Mirdas berkata :”Beliau tersenyum”. Lalu Abu Bakar dan Umar berkata kepada beliau :”demi ayah
dan ibuku wahai Rosulullah, sesungguhnya saat ini adalah waktu yang tidak dapat membuat engkau
tertawa, maka apakah yang membuat engkau tertawa ? semoga Allah Ta’ala membuat engkau tertawa
(membahagiakanmu) sepanjang usiamu”. Rosulullah Shollallahu ‘alahi wasallam menjawab:
Sesungguhnya musuh Allah Ta’ala yaitu iblis ketika mengetahui bahwa sesungguhnya Allah ‘Azza
wajalla telah benar-benar mengabulkan doaku dan mengampuni umatku, maka iblis mengambil debu
lalu menumpahkan diatas kepalanya, sembari berkata :”Sial! celaka! maka keputus asaannya iblis
itulah yang membuatku tertawa “. (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah)

Kesebelas : Sesungguhnya orang yang haji diampuni dosanya dan orang yang dimintakan
ampunan olehnya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Rodliallahu ‘anhu beliau berkata: Rosulullah
Sholallahu ‘alahi wasallam bersabda :

ِ ِّ ‫اَللَّه َّم ا ْغ ِفر لِْلح‬


) ‫اج (رواه البيهقي و صححه احلاكم‬ ْ ‫اج َول َم ِن‬
ُّ َ‫اسَت ْغ َفَرلَهُ احْل‬ َ ْ ُ
“Ya Allah ampunilah dosa orang yang berhaji dan dosa orang yang dimintakan ampunan oleh orang
yang haji”. (Diriwayatkan oleh Al Baihaqi , dan Al Hakim menghukumi shohih pada hadist tersebut).

Diriwayatkan dari Mujahid, beliau berkata : Sayyidina Umar Rodliallahu ‘anhu berkata:

‫ص> > َفَر َو َع ْش> > ٍر ِم ْن َربِي> > ِع اْأل ََّو ِل‬ ‫و‬ ِ‫يغف >>ر لِْلح>>اج ولِم ِن اس> >تغفر لَ >>ه احْل >>اج ب ِقي> >ة ِذي احْلِ َّج ِة والْمح>>ر‬
‫م‬
>
َ َ َّ َ ُ َ َ َ َ ُّ َ ُ َ َ ْ َ ْ َ َ ِّ َ ُ َ ْ ُ
)"‫(رواه ابن أيب شيبة "ىف مصنفيه‬

“Orang yang berhaji diampuni dosanya dan orang yang dimintakan ampunan oleh orang yang
berhaji selama bulan dzulhijjah, muharram, shafar dan sepuluh hari dari bulan robiul awwal”.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah didalam kitabnya)

Dan Al Hadrowi meriwayatkan hadist ini di dalam kitab Al ‘Iqdus Tsamin yang berbunyi :
Ibnu Umar Rodliyallahu ‘anhuma berkata:

‫>ك َقْب> َ>ل أََ ْن يَ> ْد ُخ َل َبْيتَ>>هُ ( رواه أمحد يف‬ ِ ِ ‫>اج فَس>لِّم علَي> ِ>ه و‬ ِ ِ
َ >َ‫ص>اف ْحهُ َو ُم> ْ>رهُ أَ ْن يَ ْس>َت ْغفَر ل‬
َ َ ْ َ ْ َ َّ >َ‫يت اْحل‬َ ‫إ َذا لَق‬
)"‫"مسنده‬

”Ketika kalian bertemu dengan orang yang berhaji maka ucapkanlah salam kepadanya, jabatlah
tangannya dan mintalah kepadanya agar ia memohon ampunan bagimu sebelum dia masuk ke dalam
rumahnya ”. (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam musnadnya).
Maka mereka cinta termasuk dalam keutamaan ini.

68
Kedua belas : Sesungguhnya Allah Ta’ala membanggakan orang yang berhaji kepada para
Malaikat.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Rodliallahu ‘anhu berupa hadist marfu’:

)‫الس َم ِ>اء (رواه ابن حبان وأمحد‬


َّ َ‫ات َمالَئِ َكة‬ ََ ْ
ِ ‫ِن اهلل يب‬
ٍ َ‫اهي بِأَه ِل عرف‬
َُ َ َّ ‫إ‬
“Sesungguhnya Allah Ta’ala membanggaakn ahli arafah (orang-orang yang wukuf diarafah) kepada
para malaikat langit ”. (Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan Imam Ahmad ).

Ketiga belas : Sesungguhnya orang yang berhaji adalah termasuk ahli surga
) ‫السالَِم ( رواه أمحد‬ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ُ‫س لَهُ َجَزاءٌ إالَّ اجْلَنَّةُ َوبُّر احْلَ ِّج إطْ َع ُام الطَ َعام َو إفْ َشاء‬
َ ‫ور لَْي‬
>ُ ‫اج الْ َمْب ُر‬
ُّ َ‫اَحْل‬
“ Haji yang mabrur adalah tiada balasan baginya kecuali surga, tanda-tanda haji mabrur adalah
memberikan makanan dan menebarkan salam”. (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad).

Artinya bahwa sesungguhnya balasan di dalam haji itu tidak hanya berupa penebusan dosa tetapi lebih
dari itu yaitu wajib masuk surga.

Tidak heran, keutamaan dan kemuliaan ini terkhusus hanya untuk orang yang berhaji agar supaya
seorang muslim penuh berambisi, sangat cinta, berkemauan kuat dan bersungguh-sungguh dalam
mengunjungi tempat-tempat yang agung dan mendapatkan keutamaan-keutamaan ini walaupun ia
termasuk orang yang pernah melaksanakan haji, dan perbanyaklah menjalankan kesunahan-kesunahan
didalam pelaksanaan ibadah haji. Sebagian ulama berkata : Ketika tawaf saya melihat orang yang tua
renta serta susah payah dalam beribadah, ditangannya terdapat tongkat dan dia bertawaf dengan
berpegangan tongkat tersebut, kemudian dia berkata kepadaku : “Berapa lama kamu menempuh
perjalanan ini (haji)”. Saya menjawab : “Dua bulan”. Lalu ia bertanya : “Apakah kalian berhaji setiap
tahun ?”. Aku terdiam kemudian bertanya kepadanya : “Berapa jarak rumahmu dengan baitullah ?”.
Dia menjawab : “perjalanan selama lima tahun”. Lalu saya berkata : “Ini adalah keutamaan yang nyata
dan rasa cinta yang tulus”. Kemudian laki-laki tersebut tertawa seraya bersenandung :
ِِ ِ َ ‫وح‬ َ ِ‫ت ب‬
‫َستَ ُار‬
ْ ‫ب َوأ‬ ٌ ‫ال م ْن ُدونه ُح ُج‬ ََ ‫َّار‬
ُ ‫ك الد‬ ْ َّ‫يت َوإِ ْن َشط‬ >َ ‫ُز ْر َم ْن َه ِو‬
ِ َّ ‫إِ َّن الْ ُم ِح‬
‫ب ل َم ْن َي ْه َواهُ َز َّو ُار‬ ‫َّك بُ ْع ٌد َع ْن ِزيَ َارتِِه‬
َ ‫ال َمَيَْن َعن‬

“ Kunjungilah orang yang kamu cintai walaupun rumahnya jauh darimu, meskipun terdapat penutup
dan penghalang, jarak yang jauh takkan menjadi penghalang bagimu untuk mengunjunginya,
sesungguhnya orang yang cinta terhadap orang yang dicintai adalah sering-sering berkunjung”.

Dari Syaqiq Al Balkhy Rohimahullohu Ta’ala, beliau berkata : “saya melihat disebuah jalan di
Makkah ada orang lumpuh yang merangkak di atas tanah, lalu aku bertanya kepadanya :
“Darimanakah engkau datang ?”. Ia menjawab : ”Syamarqand “. Saya bertanya : ”Dan berapa lama
engkau menempuh perjalanan ?”. Ia menjawab : ”lebih dari sepuluh tahun”. Kemudian mataku
terbelalak kagum melihatnya, lalu ia bertanya : “Wahai saudaraku! Apa yang membuatmu kagum
melihat padaku?, saya menjawab : ”Saya kagum pada dirimu yang lemah dan perjalananmu yang
jauh”. Kemudian ia berkata :” Wahai saudaraku, kerinduan telah menguatkan perjalananku. Adapun
kelemahan diriku, maka Dzat Yang Maha Menguasai dirikulah yang menanggungnya. Wahai
saudaraku! apakah kamu kagum terhadap hamba yang di tanggung oleh Allah Dzat Yang Maha
Mengatur lagi Maha Lembut? “. Dan laki-laki tersebut berkata :

ِ ُ ‫والشَّو ُق حَي ِمل واْألم ـ‬ ِ


ُ‫ـال تُ ْسع ُده‬ َ َُ ْ ْ َ ُ‫ب َم َســال ُكه‬
ٌ ‫ص ْع‬َ ‫ور ُك ْم َواهْلََوى‬
ُ ‫أ َُز‬
ِ ِ ِ ُّ ‫لَيس الْم ِح‬
ُ‫َس َف ــا ِر ُتْبعِ ُـده‬
ْ ‫َكالَّ َوالَ ش َّدةُ اْأل‬ ُ‫ب الَّذي خَي ْ َشى َم َهـال َكه‬ ُ َ ْ

69
“ aku mengunjungi kalian meskipun sulit perjalanannya, kerinduan dan harapan akan mendorong
serta memberikan kebahagiaan. Bukanlah seorang pecinta jika ia takut akan kematiannya, janganlah
begitu, perjalanan yang berat tidaklah menjadikannya jauh “.

TANGGUNG JAWAB IMAN

Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ِ ِِ ِ ِِ ٍ ْ‫>ىت يُ ْس>أ ََل َع ْن مَخ‬ ِ ِ ٍ


َ ‫ َو َع ْن َش>بَابه ف‬،ُ‫يم أَْفنَ>اه‬
،ُ‫يم أَبْالَه‬ َ ‫س َع ْن عُ ُ>م ره ف‬ َّ ‫ول قَ َ>د َما َعْب>د َي ْ>و َم اْلقيَ َام>ة َح‬
ُ ‫الَ َت ُ>ز‬
‫ ح>>ديث‬: ‫" (رواه الرتمذي> قال‬.‫ َو َع ْن ِع ْل ِم ِه َماذَا َع ِم َل فِ ِيه‬،ُ‫يم أَْن َف َقه‬ ِ‫ وف‬،‫وعن مالِِه ِمن أَين اِ ْكتسبه‬
َ َ ُ ََ َ َ ْ ْ َ ْ َ َ
)‫حسن صحيح‬
“pada hari kiamat kedua telapak kaki seseorang itu tidak akan bergeser sehingga dia ditanya tentang
lima perkara, tentang umurnya untuk apa dia menghabiskannya, dan tentang masa mudanya untuk
apa dia merusakkannya, dan tentang hartanya dari mana dia mendapatkannya dan untuk apa dia
menggunakannya, dan tentang ilmunya apa saja yang telah dia amalkannya”. (Diriwayatkan oleh
Imam At Tirmidzi, Beliau berkata hadist ini hasan serta shohih).

Adapun umur itu mencakup usia muda maupun selain usia muda. Di dalam hadits, seorang
pemuda dikhususkan untuk berdzikir karena usia muda merupakan usia yang paling kuat. Usia muda
adalah paling utama-utamanya usia untuk bersungguh-sungguh di dalam ketaatan. Maksudnya adalah
mendorong pemuda agar mencurahkan seluruh umurnya untuk melakukan ketaatan kepada Allah
Ta’ala dan bersabardalam taat kepada Allah Ta’ala sampai kematian menjemputnya.
Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

      .    
)99-98 ‫ ( احلجر‬
"Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud
(shalat), Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)”.( QS. Al Hijr : 98-
99).

70
Dan Allah Ta’ala berfirman:
            
)20 : ‫( املزمل‬
“Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan) nya di
sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya”.
( QS. Al Muzammil : 20 ).

Dan Allah Ta’ala berfirman:


      .    
)8-6 : ‫ (الزلزلة‬  .      
“Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya
diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka,. Barang siapa yang mengerjakan kebaikan
seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan Barang siapa yang mengerjakan
kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula”. ( QS. Al Zalzalah : 6-8 -
).

Dan diriwayatkan oleh Abu Huroiroh Rodiallahu ‘anhu. Beliau berkata : Rosulullah Shollallahu
‘alaihi wasallam bersabda :

‫>ل‬ َّ ‫>ل ُم ْؤ ِمنًا َومُيْ ِس> ْي َ>ك>افًِرا َومُيْ ِس> ْي‬


ُ >‫الر ُج‬ َّ ‫صبِ ُح‬
ُ >‫الر ُج‬
ِ ِ ِ ِ ‫ب ِادروا بِاْألَعم ِال َّ حِل‬
ْ ُ‫الصا َة فَتنًا َكقطَ ِع اللَّْي ِل املُظْل ِم ي‬ َْ ُ َ
) ‫الد ْنيَا ( روه مسلم‬ ُّ ‫ض ِم َن‬ ٍ ‫ يَبِْي ُع ِد ْينَهُ بِ َعَر‬,‫صبِ ُح َكافًِرا‬ ِ
ْ ُ‫ُم ْؤمنًا َوي‬
“Bergegaslah kalian semua dalam melakukan amal kebaikan, daripada melakukan fitnah-fitnah.
Seperti sekumpulan malam yang gelap , pagi harinya seseorang beriman, sorenya sudah kafir, pada
sorenya beriman pagi harinya kafir. Dia menjual agamanya dengan harta dunia yang sedikit“
(Diriwayatkan oleh Imam Muslim ).

Dan dari Anas Rodiallahu ‘anhu, dari Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam, Beliau
meriwayatkan dari Allah ‘Azza Wajalla :

‫ وإِ َذا أَتَ>ايِن‬،‫اع>>ا‬ ‫ب‬ ِ >‫ وإِ َذا َت َقَّرب إِيَلَّ ِذراعا َت َق> َّ>ربت إِلَي‬، ‫إِ َذا َت َقَّرب اْلعب ُ>د إِيَلَّ ِشبرا َت َقَّربت إِلَي ِه ِذراعا‬
‫>ه‬
َ َ ْ ُْ ً َ
ً َ َ ً َ ْ ُ ْ ًْ َْ َ
)‫مَيْ ِشي أََتْيتُهُ َه ْر َولَةً (رواه البخاري‬
“Ketika hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sejengkal, maka Aku akan mendekatinya dengan satu
dziro’, ketika hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan satu dziro’, maka Aku akan mendekatinya
dengan satu depa, dan ketika dia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan datang
kepadanya dengan berlari“. (Diriwayatkan oleh Imam Al Bukhori).

Dan diriwayatkan oleh Abu Huroiroh Rodiallahu ‘anhu, beliau berkata : Rosulullah Shollallahu
‘alaihi wasallam bersabda :

ِ ِ ِ‫ض >ع‬ َّ ‫اهلل ِم َن اْمل >ْ>ؤ ِم ِن ال‬


ِ ‫ب إِىَل‬ ُّ ‫اَلْ ُم> ْ>ؤ ِم ُن اْل َق > ِو‬
‫>ك‬
َ > ُ‫ص َعلَى َما َيْن َفع‬ ٍّ >‫يف َويِف ُك‬
ْ ‫ ا ْح> ِر‬.‫>ل َخْي> ٌ>ر‬ ُّ ‫َح‬
َ ‫ي َخْي> ٌ>ر َوأ‬
ِ ُ ِ ‫اهلل والَ َتع‬
ِ ِ
ُ ‫ك َش>ْي ٌئ فَالَ َت ُق> ْ>ل لَ> ْ>و أَيِّن َف َع ْل‬
‫ت َك> َذا لَ َ>ك>ا َن َك> َذا َو َك> َذا> َولَك ْن‬ َ َ‫ص>اب‬
َ ََ
‫أ‬ ‫ن‬
ْ ِ
‫إ‬ ‫و‬ ، ‫ز‬
ْ ‫ج‬
> ْ َ ِ‫َوا ْس>تَع ْن ب‬
)‫ (رواه مسلم‬.‫ان‬ ِ َ‫ فَِإ َّن"لو" َت ْفتَح باب عم ِل الشَّيط‬،‫قُل قَدَّر اهلل وما َشاء َفعل‬
ْ ََ َ َ ُ ْ َ َ ََ ُ َ ْ
“Seorang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah Ta’ala dari pada seorang
mukmin yang lemah, dan bagi tiap-tiap mukmin (baik yang kuat maupun yang lemah) itu mempunyai
kebaikan. Berambisilah pada sesuatu yang bisa memberi manfaat kepadamu, dan mintalah
pertolongan kepada Allah Ta’ala dan jangan menjadi orang yang lemah (pasif). Ketika ada sesuatu
yang menimpamu janganlah kamu berkata : ‘Andai saja saya melakukan begini, maka akan terjadi
begini dan begini’. Tapi katakanlah : ‘Allah Ta’ala telah menakdirkan, dan setiap sesuatu yang Dia

71
kehendaki pasti dilakukan-Nya. Karena sesungguhnya kata-kata “seandainya” itu membukakan pintu
bagi pekerjaan syetan“. (Diriwayatkan oleh Imam Muslim).

Dan diriwayatkan dari Abdullah bin Busr Rodliallahu ‘anhu, beliau berkata : Rosulullah
Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

ِ ‫َخْي ُرالن‬
)‫ حديث حسن‬: ‫َّاس َم ْن طَ َال عُ ُم ُرهُ َو َح ُس َن َع َملُهُ (رواه الرتمذي وقال‬
“Sebaik-baik manusia yaitu orang yang panjang umurnya dan baik amalnya”.(Diriwayatkan oleh
Imam At Tirmidzi). Beliau berkata hadits ini hasan.

TANGGUNG JAWAB HARTA

Adapun harta, maka kita dituntut untuk mencarinya secara halal, dan menginfaqkannya dijalan
kebaikan. Allah Ta’ala berfirman :

           
)100 :‫ ( املا ئدة‬   
Katakanlah : "tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik
hatimu. Maka bertakwalah kepada Allah, hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat
keberuntungan". ( QS. Al Maidah : 100)

Dan diriwayatkan dari Abu Huroiroh dia berkata : Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
ِ ِ ‫ِ ِ مِب‬
 : ‫>ال َت َع>اىَل‬ َ ‫ب الَ َي ْقبَ> ُ>ل إِالَّ طَيِّبًا َوإِ َّن اهللَ أ ََم> َ>ر اْملُ>ْ>ؤمننْي َ َا أ ََم> َ>ر بِ>>ه اْملُْر َس >ل‬
َ >‫ َف َق‬,‫ني‬ ِ
ٌ ِّ‫إ َّن اهللَ طَي‬
.           
       : ‫>ال َت َع > >اىَل‬
َ > > َ‫ َوق‬,)51 : ‫(املؤمن > >>ون‬
ِّ ‫ث أَ ْغَبَر مَيُُّد يَ َديْ ِه إِىَل ال َّس> َم ِ>اء يَا َر‬
‫ب‬ َّ ‫الر ُج َل يُ ِطْي ُل‬
َ ‫الس َفَر أَ ْش َع‬ َّ ‫ مُثَّ ذَ َكَر‬,)172 : ‫ (البقرة‬
ِ ِ ‫ ومطْعمهُ حر ٌام وم ْشربهُ حر ٌام وغُ ِّذ‬.‫ب‬
)‫اب لَهُ (رواه مسلم‬ ُ ‫ي باْحلََرام فَأَىَّن يُ ْستَ َج‬َ َ َ َ ُ َ َ َ َ َ ُ َ َ َ ِّ ‫يَا َر‬
“Sesungguhnya Allah Ta’ala itu Dzat yang suci dan tidak akan menerima sesuatu kecuali
yang suci pula, dan sesungguhnya Allah Ta’ala memerintahkan kepada orang-orang mukmin
dengan sesuatu yang dia perintahkan kepada para Rosul, maka Allah Ta’ala berfirman :
“Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh.
Sesungguhnya Aku Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al Mu’minun : 51)
Dan Allah Ta’ala berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rizki yang baik-baik yang Kami berikan
kepadamu“. (QS. Albaqoroh : 172)
Kemudian Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam menceritakan seorang laki-laki yang
menempuh perjalanan jauh yang kusut rambutnya, berdebu badannya, sedang
menengadahkan kedua telapak tangannya kelangit, dan berkata :”wahai Tuhanku, wahai
Tuhanku, sedangkan makanannya haram, minumannya haram, dan dia tumbuh dewasa
dengan memakan barang haram, maka bagaimana doanya bisa dikabulkan ?“. (Diriwayatkan
oleh Imam Muslim).

Dan diriwayatkan oleh Abu Huroiroh Rodiallahu ‘anhu berkata : Rosulullah Shollallahu
‘alaihi wasallam bersabda :

72
‫ص > ُرهُ َعلَْي> ِ>ه (رواه ابن خزمية وابن‬ > ْ ‫َّق بِ > ِ>ه مَلْ يَ ُك ْن فِي > ِ>ه أ‬
ْ ِ‫َج ٌ>ر َو َك>>ا َن إ‬ َ ‫ص >د‬ ٍ ِ
َ َ‫َم ْن مَجَ > َ>ع َم>>االً م ْن َح> َ>رام مُثَّ ت‬
)‫حبان يف صحيحهما‬
“Barang siapa yang mengumpulkan harta dari barang haram kemudian dia bersedekah dengan harta
tersebut maka sedekah tersebut tidak mendapatkan pahala sedangkan dosanya menjadi
tanggungannya “ (Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban di dalam kitab Shohih
mereka).

Dan dari Ibnu Mas’ud Rodliallahu ’anhu berkata : Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam
bersabda :

ِ ِ ِ ِ ُ ‫والَّ ِذي> َن ْف ِس>ي بِي ِ>د ِه الَ ي ْكتَ ِس>ب عب> ٌد م>>االً حراما َفيتَص>د‬
ُ‫ َوالَ يُْنف ُ>ق مْن>هُ َفيُبَ> َ>ار ُك لَ>>ه‬،ُ‫َّق بِ>ه َفُي ْقبَ ُ>ل مْن>>ه‬ َ َ ً َ َ َ َْ ُ َ َ َ
‫ إِ َّن اهللَ الَ مَيْ ُحو ال َّس> ِّيءَ بِال َّس> ِّي ِء َولَ ِك ْن مَيْ ُحو ال َّس> ِّي َء‬،‫ َوالَ َيْت ُر ُك>>هُ َخ ْل َف>هُ إِالَّ َ>ك>ا َن َز َادهُ إِىَل النَّا ِر‬،‫فِ ِيه‬
ِ
)‫ ( رواه اإلمام أمحد بإسناد حسن‬. ‫يث‬ َ ِ‫يث الَمَيْ ُحو اخْلَب‬ َ ِ‫ إِ َّن اخْلَب‬،‫باحْلَ َس ِن‬
“Dan demi Dzat yang mana diriku berada di dalam kekuasaanNya, seorang hamba tidaklah mencari
uang dengan jalan haram sehingga ia sedekahkan lalu diterima sedekahnya, dan tidaklah dia
menafkahkan harta tersebut sehingga nafkahnya diberkahi, dan tidaklah dia meninggalkannya kecuali
akan menjadi bekalnya ke neraka, sesungguhnya Allah Ta’ala tidak akan menghapus kejelekan
dengan kejelekan, tapi Allah Ta’ala akan menghapus kejelekan dengan kebaikan, sesungguhnya
kejelekan tidak bisa menghapus kejelekan”. (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanad yang
hasan).

Dan dari Jabir rodliallahu ‘anhu, beliau berkata: Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

ٍ ‫الَ ي ْدخل اجْل نَّةَ حَل م َنبت ِمن سح‬


)‫ت (رواه ابن حبّان يف صحيحه‬ ْ ُ ْ َ َ ٌْ َ ُ ُ َ
“Tidak akan masuk surga daging yang tumbuh dari barang haram“. (Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban
di dalam kitab shohihnya ).

Dan diriwayatkan oleh Abdulloh bin Umar Rodliallahu ‘anhuma :


‫>ل‬‫خ‬
> ‫َد‬
ْ ‫أ‬ َّ‫مُث‬ ، ِ >‫م ِن ا ْش>َترى ثَوبا بِع ْش>ر ِة در ِاهم وفِي> ِ>ه ِدرهم ِمن >ح>ر ٍام مَل ي ْقب> ِ>ل اهلل لَ>>ه ص>الَةً ما دام علَي‬
‫>ه‬
َ َ ْ َ َ َ َ َ ُ ُ َ َ ْ َ َ ْ ٌ َ ْ َ َ ََ َ َ ً ْ َ َ
‫ (رواه اإلم>>ام‬.ُ‫ص >لَّى اهللُ َعلَْي> ِ>ه َو َس >لَّ َم َي ُقولُ>>ه‬ ِ
ُ ‫ص > َّمتَا إِ ْن مَلْ أَ ُك ْن مَس ْع‬
َ َّ ‫ت النَّيِب‬ َ >َ‫ص >ُب َعْي ِه يِف ْ أُذُنَي> ِ>ه َوق‬
ُ :‫>ال‬ ْ ُ‫أ‬
)‫أمحد‬
“Barang siapa yang membeli pakaian dengan harga sepuluh dirham dan di dalam sepuluh dirham
tersebut terdapat satu dirham dari uang yang haram, maka Allah Ta’ala tidak akan menerima sholat
orang tersebut selagi baju itu dipakainya, kemudian Abdulloh bin Umar Rodliallahu’anhuma
berkata : semoga kedua telinga saya tuli apabila saya tidak mendengar Rosulullah Shollallahu ‘alaihi
wasallam bersabda seperti itu“. (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad).

Dan diriwayatkan dari Sayyidina Ali bin Abi Tholib Rodiallahu ‘anhu :

‫ت‬ >ْ َّ‫ َو َرق‬،ُ‫ت َس > ِر َيرتُه‬ ِ


ْ َ‫ َو َعل‬،ُ‫ت َد ْم َعتُ>>ه‬ ْ َ‫ َو َح ُس >ن‬،ُ‫ت ُم ُروءَتُ>>ه‬ْ َ‫ َو َك ُمل‬،ُ‫ت َد ْع َوتُ>>ه‬
ْ َ‫َم ْن َج َع> َ>ل احْلَالَ َل قُوتًا أُجيب‬
‫ َوقَ> َّ>ل‬،ُ‫ت ِح ْك َمتُ>>ه‬ ِ ‫ وطَاب‬،‫ وحصلَت أُمنِيَّتُه‬،‫َكلِمتُه‬
ْ ‫ َوظَ َ>ه َ>ر‬،ُ‫ت نُطْ َفتُ>>ه‬
ْ ‫ َوَتَن َّو َر‬،ُ‫ت ذُِّريَّتُه‬
ْ ‫ َوطَ ُهَر‬،ُ‫ت َمنيَّتُه‬ َْ َ ُ ْ ْ َ ََ َُ
ٍ َ‫اهلل ِمن أَربع ِة آال‬ ِ ‫ ور ُّد ِدره ٍم حر ٍام أَفْضل ِعْن َد‬،‫ف َذ ْنبه‬
.ً‫ف َح َّجةً َم ْقُب ْولَة‬ ََ ْ ْ َُ َ َ َ ْ َ َ ُ ُ َّ ‫ َو َخ‬،ُ‫ َو َر َّق َق ْلبُه‬،ُ‫ضبُه‬ َ ‫َغ‬
“Barang siapa yang menjadikan sesuatu yang halal sebagai makanan pokoknya, maka doanya
dikabulkan, harga dirinya sempurna, suci hatinya, mudah menangis, harum namanya, tercapai cita-

73
citanya, mati dalam keadaan khusnul khotimah, suci keturunannya, spermanya bercahaya,
kebijaksanaannya terlihat, jarang marah, lembut hatinya, ringan dosanya. Adapun mengembalikan
satu dirham harta haram lebih utama di sisi Allah Ta’ala dari pada empat ribu kali haji yang
diterima”.

TINGKATAN-TINGKATAN WIRA’I

Imam Ghozali Rohimahullah berkata : Ketahuilah sesungguhnya makanan yang halal itu
mempunyai khasiat yang besar di dalam membersihkan hati dan menyinarinya, serta menjadikan hati
siap menerima cahaya-cahaya kema’rifatan. Dan di dalam makanan yang halal tersebut terdapat
rahasia yang besar yang tidak mungkin disebutkan didalam kitab, akan tetapi sebaiknya kamu
mengetahui bahwa tingkatan-tingkatan wira’i itu ada empat :
1. Menjauhkan diri dari segala sesuatu yang diyakini bisa menjadikan fasik apabila mengambil hal
tersebut, dan bisa menghilangkan sifat adil seseorang akibat menerjangnya, yaitu sesuatu yang
diharamkan oleh fatwa para ahli fiqih.
2. Wira’inya orang-orang sholeh, yaitu menjauhkan diri dari segala hal yang bisa menjerumuskan diri
ke dalam sesuatu yang dimungkinkan haram, walaupun ada ahli fiqih yang berfatwa bahwa hal itu
halal, dengan melihat dzohirnya. Wira’i yang semacam itu seperti yang disabdakan Rosulullah
Shollallahu ‘alaihi wasallam :

َ ُ‫ك إِىَل َماالَ يَِريب‬


‫ك‬ َ ُ‫َد ْع َما يَِريب‬
“Tinggalkanlah sesuatu yang masih membuatmu ragu menuju sesuatu yang tidak membuatmu
ragu".

3. Wira’inya orang-orang yang bertaqwa, Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :


‫س‬ ْ
‫أ‬ ‫ب‬ ِِ‫الَ يبلُ ُغ اْلعب ُد درجةَ اْملت َِّقني حىَّت يْتر َك ما الَ بأْس بِِه ح َذرا مِم َّا ب‬
‫ه‬
ٌ َ ً َ َ َ َ ُ َ َ َ ُ َ َ َ ْ َ َْ
“Seseorang tidak akan sampai pada derajat orang-orang yang bertakwa sampai dia
meninggalkan sesuatu yang tidak membahayakan dirinya karena waspada pada sesuatu yang
dapat membahayakan dirinya“.

4. Wira’inya para shiddiqin, yaitu takut mengambil segala sesuatu yang mampu dilakukannya karena
taat kepada Allah Ta’ala, atau menjauhi dari hal-hal yang terdapat unsur maksiat dalam sebagian
cara memperolehnya Oleh karena itu Syekh Bisyr Al Hafi tidak mau meminum air dari sungai
yang dibuat oleh pemerintah.

Adapun derajat wira’i ini adalah derajat suatu kaum yang menganggap segala sesuatu yang bukan
karena Allah Ta’ala adalah haram. Maka berusahalah untuk menjadi golongan yang pertama, yaitu
wira’inya orang-orang yang adil dan sesuai apa yang difatwakan oleh para ahli fiqih, akan tetapi
dengan memenuhi dua syarat :

Pertama : mewaspadai tempat-tempat tipuan (ghurur) terhadap apa yang telah difatwakan oleh
para ahli fiqih dengan cara melihat dhohirnya saja, seperti pendapat para ahli fiqih tentang orang yang
berbuat tidak baik karena ingin menyenangkan istrinya, sehingga istrinya membebaskannya dari mahar
yang menjadi tanggungan orang tersebut, yaitu : “Membebaskan mahar tersebut sah, karena
pandangan seorang ahli fiqih adalah dari dhohirnya pekara”.

Adapun orang yang mengharapkan sesuatu agar dapat membebaskan tanggungannya nanti dihari
kiamat (dihadapan Allah) menurut orang yang mengetahui cacat-cacatnya, dan mengharapkan apa
yang disamarkan oleh dada, lalu orang tersebut tidak memperhatikan dhohirnya, karena sesungguhnya
Allah Ta’ala berfirman :

74
)4 : ‫ ( النساء‬         
“kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati,
maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya”.
( QS. An Nisa’ : 4).

Sedangkan wanita tersebut melakukannya dengan tanpa hati yang ikhlas, namun agar bisa tebebas dari
kejelekan suaminya, maka mahar antara si suami dan Allah tidak halal bagi orang tersebut.

Adapun pembahasan ini merupakan pembahasan yang panjang. Pokok masalahnya adalah
janganlah kamu menghalalkan harta orang lain kecuali betul-betul dengan ridlo. Begitu juga sebaiknya
janganlah kamu makan dari hasil meminta-minta. Jika kamu meminta, janganlah meminta dihadapan
banyak orang karena mungkin saja orang yang kamu minta, memberi sesuatu kepadamu hanya karena
malu. Maka tidak ada bedanya antara kamu mengambil harta orang lain dengan memukul badannya
atau sambil menyakiti hatinya, dan semua itu haram menurut orang-orang yang terbuka mata batinnya,
meskipun ada ahli fiqih yang menghalalkan menurut dhohirnya.

Yang kedua : bertanyalah pada hatimu sendiri, karena sesungguhnya dosa adalah sesuatu yang
membuat hati menjadi tidak nyaman. Sesuatu yang dapat dirimu adalah sesuatu yang berkecamuk
dihatimu. Oleh karena itu Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

" ‫َّاس َوأَْفَت ْو َك‬ َ َ‫ك َوإِ ْن أَْفت‬ ِ ‫" اِسَت ْف‬
ُ ‫اك الن‬ َ َ‫ت َق ْلب‬ ْ
“Mintalah fatwa pada hatimu walaupun para manusia betul-betul memberimu fatwa”

Masalah ini panjang pembahasannya, akan tetapi ketahuilah secara umum bahwa sesungguhnya
yang perlu ditakuti dari barang haram adalah yang mampu membuat hati menjadi gelap, dan yang
dicari dari barang yang halal adalah membuat hati menjadi terang. Semua itu terjadi dari keyakinanmu,
bukan dari sesuatu yang diyakini.

Barang siapa menyetubuhi seorang wanita yang di sangka sebagai orang lain, ternyata wanita itu
adalah orang yang telah dinikahi, maka hal tersebut membuat hatinya menjadi gelap. Berbeda dengan
sebaliknya, merasakan merupakan hal yang mempengaruhi dalam membuat hati menjadi terang dan
membuat hati menjadi gelap, walaupun tidak cocok dengan kenyataannya. Maka, sekarang engkau
dituntut untuk mengerjakan hal yang membuat hatimu tenang, bukan pada sesuatu yang difatwakan
oleh seorang ahli fatwa, maka mintalah fatwa pada hatimu sendiri.

Takutlah kamu dalam memberatkan dirimu, maka katakanlah : “semua harta dunia adalah haram
karena banyak tercemari oleh tangan-tangan yang memaksa dan pekerjaan-pekerjaan yang jelek”.
Tetapi ketahuilah secara pasti bahwa sesungguhnya sesuatu yang halal dan sesuatu yang haram sudah
jelas, dan diantara keduanya terdapat kesamaran. Hal seperti itu juga terjadi pada masa Rosulullah
Shollallahu ‘alaihi wasallam, dan juga terjadi disepanjang masa. Maka simpulkanlah dari apa yang
telah kami jelaskan bahwa sesungguhnya kamu tidak dituntut dengan sesuatu yang halal pada
dhohirnya, akan tetapi sesungguhnya kamu dituntut mencari sesuatu yang kau yakini bahwa hal itu
adalah halal, janganlah kamu hanya mengetahui sebab dhohir yang dapat menjadikannya haram.

Permasalahan ini membutuhkan penjelasan yang panjang dan jika kamu senang dengan penjelasan
yang lebih detil, maka bacalah kitab “Al Halaal wal Haram“ dari kitab “Ihya’ Uluumiddiin “, agar
kamu mendapatkan faidah ketika menelaahnya, insya Allah. Sesungguhnya belum ada karangan
seperti kitab Ihya’ Uluumiddiin dalam bab halal baik dari segi penjelasan, kesimpulan dan detail
permasalahan .

TANGGUNG JAWAB ILMU

75
Adapun tanggung jawab ilmu seseorang atas apa saja yang telah dia amalkan, maka ada ancaman
yang berat bagi orang yang tidak mengamalkan ilmunya, dan bagi orang yang ucapannya bertentangan
dengan perilakunya.
Allah Ta’ala berfirman :

         


) 44 ‫( البقرة‬ 
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)
mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?”.( QS. Al
Baqoroh : 44).

Dan Allah Ta’ala berfirman :

         
)68 : ‫ ( املائدة‬     
“Katakanlah : "Hai ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan
ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan Al Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu” ( QS. Al
Maidah : 68 ).

Dan Allah Ta’ala berfirman :


)2 : ‫(الصف‬        
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu
kerjakan?” . ( QS. Ash Shaff : 2 ).

Dan diriwayatkan dari Usamah bin Zaid Rodliallahu ‘anhuma, beliau berkata : Saya mendengar
Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

‫>ار ب >>اِ َّلر َحى‬ ِ ‫هِب‬ ِ ِ ِ َّ ِ‫جُيَ >>اءُ ب‬


ُ >‫الر ُج> ِ>ل َي > ْ>و َم اْلقيَ َام >>ة َفُي ْل َقى يِف النَّا ِر َفَتْن > َ>دل ُق أَْقتَابُ >>هُ َفيَ > ُ>د ْو ُ>ر َا َك َما يَ > ُ>د ْو ُر اْحل َم‬
‫ف َو َتْن َهى َع ِن اْملْن َك> ِر؟‬ ِ ‫ ما َش>أْنُك؟ أَلَس>ت ُكْنت تَ>أْمر بِ>اْملعرو‬: ‫ َفي ُقولُ>>و َن‬.‫َفيجت ِ>م>ع أ >َه>ل النَّا ِ>ر علَي> ِ>ه‬
ُ ْ ُ َْ ُ ُ َ َ ْ َ َ ْ ْ َ َ ُ ْ ُ َْ َ
" ‫ف َو الَ آتِْي ِه َوأَْن َها ُك ْم َع ِن اْملْن َك ِر َو آتِ ِيه‬ ِ ‫ ُكْنت آمر ُكم بِاْملعرو‬:‫َفي ُقو ُل‬
ُ ْ ُ َْ ْ ُ ُ ُ ْ َ
“Pada hari kiamat nanti akan didatangkan seorang laki-laki lalu dia dilemparkan kedalam api
neraka, sehingga keluarlah usus-ususnya, kemudian dia berputar bersama dengan usus-ususnya
seperti halnya seekor keledai yang berputar dengan penggilingan, kemudian ahli neraka
mengerumuninya, dan bertanya kepadanya: “Kenapa dirimu? bukankah kamu adalah orang yang
memerintahkan berbuat kebaikan dan melarang kemungkaran?”, lalu dia menjawab : “Saya memang
memerintahkan kepada kalian kebaikan dan saya tidak melakukannya, dan saya melarang kepada
kalian kemungkaran dan saya melakukannya“ .

Usamah Rodliallahu ‘anhu berkata : Saya mendengar Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda
:

‫ َم ْن َ>ه ُ>ؤالَِء يَا ِجرْبِ ي> ُ>ل؟‬: ‫ت‬ ِ ‫" مررت لَيلَةَ أُس ِري يِب بِأَ ْقو ٍام ُت ْقرض ِش> َفاههم مِب ََق>>ا ِر‬
ُ ‫ َف ُق ْل‬،‫يض م ْن نَ>>ا ٍر‬
َ ْ ُُ ُ َ َ َ ْ ْ ُ ْ ََ
) ‫ " (رواه البخاري ومسلم‬. ‫ن‬ َ ‫ك الَّ ِذيْ َن َي ُقولُو َن َما الَ َي ْف َعلُو‬
َ ِ‫ ُخطَباَءُ أ َُّمت‬:‫ال‬
َ َ‫ق‬
“Pada malam aku di isro’kan, aku bertemu kaum yang bibirnya digunting menggunakan gunting yang
berasal dari neraka , kemudian aku bertanya : “ Siapakah mereka wahai Jibril?“, Malaikat Jibril
menjawab : “Orang-orang yang suka berkhotbah diantara umatmu yang berkata namun tidak mau
mengerjakannya“ (Diriwayatkan oleh imam Al Bukhori dan Imam Muslim).

76
Dan diriwayatkan dari Abu Hurairah Rodiallahu ‘anhu, beliau berkata : Rosulullah Shollallahu ‘alaihi
wasallam bersabda :
) ‫َّاس َع َذابًا َعامِلٌ مَلْ َيْن َف ْعهُ اهللُ بِعِْل ِم ِه " (رواه الطرباين‬
ِ ‫َش ُّد الن‬
َ‫" أ‬
“Orang-orang yang paling berat siksanya adalah orang alim yang ilmunya tidak diberi
manfaat oleh Allah Ta’ala“. (Diriwayatkan oleh At Thobaroni).

Dan dari Zaid bin Arqom Rodiallahu ‘anhu , sesungguhnya Rosulullah Shollallahu ‘alaihi
wasallam bersabda :

َ‫ َو ِم ْن َد ْع> َ>و ٍة ال‬،‫س الَ تَ ْش>بَ ُع‬


ٍ ‫ َو ِم ْن َن ْف‬،‫ب الَ خَي ْ َش> ُع‬
ٍ ‫ و ِم ْن َق ْل‬،‫>ك ِم ْن ِع ْل ٍم الَ َيْن َف> ُ>ع‬
َ َ >ِ‫الله َّم إِيِّنْ أَعُ> ْ>وذُ ب‬
ُ "
)‫اب هَلَا " (رواه مسلم‬ ُ ‫يُ ْستَ َج‬
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon perlindungan kepadamu dari ilmu yang tidak bemanfaat, dari
hati yang tidak khusyu’, dari jiwa yang tidak merasa puas, dan dari doa yang tidak dikabulkan“.
(Diriwayatkan oleh Imam Muslim ).

KEUTAMAAN ILMU DAN IBADAH

Imam Ghozali Rohimahullahu Ta’ala berkata : ketahuilah sesungguhnya ilmu dan ibadah adalah
dua permata, yang karena keduanya kita dapat melihat dan mendengar sesuatu berupa karangan-
karangan para pengarang, ajaran para pengajar, nasehat-nasehat orang yang menasehati dan pemikiran-
pemikiran cendekiawan. Bahkan karena ilmu dan ibadah, diturunkanlah kitab-kitab dan diutuslah para
Rosul, bahkan diciptakannya langit dan bumi seisinya.

Dan renungkanlah dua ayat yang ada di dalam Al-Quran, salah satunya adalah firman Allah
Ta’ala:

          
             
)12 : ‫(الطالق‬
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. perintah Allah berlaku padanya,
agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah
ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu”. ( QS. At Tholaaq : 12).

Ayat ini telah cukup sebagai dalil tentang keutamaan ilmu, lebih – lebih ilmu tauhid.

Ayat yang kedua adalah firman Allah Ta’ala :


)56 : ‫(الذاريات‬      
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. ) QS.
Adz Dzariyaat : 56).

Dan ayat ini sudah cukup sebagai dalil tentang keutamaan dan kewajiban beribadah. Betapa besar
dua perkara ini (ilmu dan ibadah) sebagai maksud dari ciptaan Allah Ta’ala. Maka sepatutnya bagi
seorang hamba agar tidak mensibukkan diri kecuali dengan keduanya dan tidak berangan-angan
kecuali dalam dua hal tersebut.

Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya segala sesuatu selain ilmu dan ibadah tiada kebaikan di
dalamnya, dan tidak menghasilkan apa-apa didalamnya. Ketika engkau sudah mengetahui hal tersebut
maka ketahuilah bahwa sesungguhnya ilmu adalah yang paling mulia dan lebih utama dari keduanya.
Dengan demikian, maka ilmu wajib untuk diamalkan. Jika tidak, maka ilmu hanyalah seperti debu
yang berhamburan. Sesungguhnya ilmu laksana pohon dan ibadah laksana buahnya. Pohon lebih mulia
karena dia adalah pangkalnya, akan tetapi yang menghasilkan manfaat adalah buahnya..

Dengan demikian, maka sudah seharusnya dirimu mempunyai bagian dari kedua hal tersebut.
Bahkan wajib bagi seorang hamba untuk memiliki empat perkara yaitu: ilmu, amal, ikhlas dan takut.

77
Pertama dia mengetahui jalannya. Jika tidak, maka dia adalah orang buta. Kedua, lalu dia
mengamalkan ilmunya. Jika tidak, maka dia adalah orang yang terhalang mata hatinya. Ketiga,
kemudian dia ikhlas dalam mengamalkannya. Jika tidak, maka dia termasuk orang yang rugi. Keempat
dia terus menerus merasa takut dan waspada dari setiap hal-hal yang berbahaya. Jika tidak, maka ia
merupakan orang yang tertipu, karena sesungguhnya amal-amal itu diperhitungkan dengan hasil
akhirnya, sedangkan dia tidak mengetahui apa akhir dari amalnya.

KEJELEKAN MAKSIAT

Allah Ta’ala berfirman :

          
)120: ‫ (األنعام‬ 
Dan tinggalkanlah dosa yang nampak dan yang tersembunyi. Sesungguhnya orang yang
mengerjakan dosa, kelak akan diberi pembalasan (pada hari kiamat), disebabkan apa yang
mereka telah kerjakan ( QS. Al-An’am : 120)

Diriwayatkan oleh Abu Tsa’labah Al- Khusyani Rodiallahu ‘anhu, dia berkata: “Rosululloh
Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

ِ
>َ ‫ َو َ>ح َّ>ر َم أَ ْش>يَاءَ فَالَ َتْنتَ ِه ُك‬،‫وها‬
،‫وه>ا‬ ً ‫ َو َ>ح َّ>د ُح> ُ>د‬،‫وها‬
َ ‫ودا فَالَ َت ْعتَ> ُ>د‬ َ ُ‫ض>ِّيع‬
َ ُ‫ض فَالَ ت‬ َ ‫ض َف> َ>رائ‬ َ ‫" إِ َّن اهللَ َف> َ>ر‬
ٍ ِ
" ‫حثُوا َعْن َها‬َ ‫ت َع ْن أَ ْشيَاءَ َرمْح َةً لَ ُك ْم َغْي ُر ن ْسيَان فَالَ َتْب‬ َ ‫َو َس َك‬
“Sesungguhnya Allah Ta’ala telah menetapkan beberapa kewajiban, maka janganlah kalian
mengabaikannya, dan membatasi dengan batasan-batasan, maka janganlah kalian melewatinya, dan
mengharamkan beberapa perkara, maka janganlah kalian melanggarnya, dan Allah diam atas
beberapa perkara sebagai rahmat bagi kalian bukan karena lupa, maka janganlah kalian
membahasnya.”

Syeh Muhyiddin An-Nawawi Rohimahullohu Ta’ala berkata : hadits ini adalah hasan lagi sohih
yang diriwayatkan oleh Ad Daaruquthni dan yang lainnya.

Diriwayatkan dari Abu Hurairoh Rodiallahu ‘anhu berkata: Rosululloh Shollallahu ‘alaihi
wasallam bersabda :

‫َح ِس > ْن إِىَل َ>ج>ا ِر َك‬ ِ


َ >َ‫ض مِب َا قَ َس > َم اهللُ ل‬
ِ ‫>ك تَ ُك ْن أَ ْغىَن الن‬
ْ ‫ َوأ‬،‫َّاس‬ َ ‫ َو ْار‬،‫َّاس‬ َ ْ‫" ات َِّق ال‬
ِ ‫مح> اَ ِر َم تَ ُك ْن أ َْعبَ> َ>د الن‬
ِ ‫َّح‬ِ >‫ك فَ>ِإ َّن َك ْث>>ر َة الض‬ ِ >‫ والَ تُ ْكثِ> ِر الض‬،‫ك تَ ُكن مس>لِما‬ ِ ِ ُّ ِ‫َّاس ما حُت‬ ِ َّ ‫َح‬ ِ ‫ وأ‬،‫تَ ُكن م ْؤ ِمنً>>ا‬
‫ك‬ َ َ ‫َّح‬ َ ً ْ ُ ْ َ >‫ب لَن ْفس‬ َ ِ ‫ب للن‬ َ ُ ْ
)‫ب " (رواه الرتمذي‬ ِ
َ ‫يت اْل َق ْل‬
ُ ‫مُت‬
“ Jauhilah perkara- perkara yang diharamkan, maka kamu akan menjadi orang yang paling
beribadah diantara manusia. Dan ridlolah dengan apa yang telah dibagikan oleh Allah
Ta’ala kepadamu, maka kamu akan menjadi orang yang paling kaya. Dan berbuat baiklah

78
terhadap tetanggamu, maka kamu akan menjadi orang yang beriman. Dan cintailah manusia
sebagaimana kamu mencintai dirimu sendir, maka kamu akan menjadi seorang muslim. Dan
janganlah kamu memperbanyak tertawa, karena banyak tertawa akan membuat hati menjadi
mati “. (Diriwayatkan oleh imam At-Tirmidzi )

Dan diriwayatkan dari Ibnu Umar Rodliallahu ‘anhuma berkata : Rosululloh Shollallahu
‘alaihi wasallam bersabda :

‫ت فِي ِه ُم اْأل َْو َج>اعُ الَّيِت‬ ٍ ِ ِ ِ "


ْ >‫ مَلْ تَظْ َ>ه ِر اْل َفاح َش>ةُ يِف َق ْ>وم إِالَّ فَ َش‬: >‫وها‬ َ ‫س أَعُوذُ بِاهلل أَ ْن تُ> ْد ِر ُك‬ ٌ ْ‫مَخ‬ ‫ال‬
ٌ ‫ص‬
َ ‫خ‬
ِ ‫ُخ ُذوا بِال ِّس>نِني و ِش>د‬
‫َّة الْ َمئُونَ>ِ>ة َو َ>ج ْ>و ِر‬ >ِ ‫>يزا َ>ن إِالَّ أ‬ ِ َ >‫ ومَل يْن ُقص>وا اَلْ ِم ْكي‬، ‫مَل تَ ُكن يِف أَس>الَفِ ِهم‬
ََ َ ‫>ال َوالْ >م‬ َ ُ َ ْ َ ْ ْ ْ ْ
َ‫ َوال‬،‫ َولَ> ْ>والَ> اْ َلب َ>ه>ائِ ُم مَلْ مُيْطَ>ُ>روا‬،‫ َومَلْ مَيَْنعُ>>وا َز َ>ك>اةَ أ ْ>َم َ>واهِلِ ْم إِالَّ ُمنِعُ>>وا اَلْ َقطْ> َ>ر ِم َن ال َّس> َم ِاء‬،‫ان‬
ِ َ‫ال ُّس> ْلط‬
،‫ض َما يِف أَيْ> ِ>دي ِه ْم‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫ذ‬ >‫خ‬ ْ
‫أ‬ ‫ي‬ ‫ف‬ ‫م‬‫ه‬ِ ِ ‫ط اهلل علَي ِهم ع> ُ>د ًّوا ِمن َغ‬ َّ
‫ل‬ > ‫س‬ َّ
‫ال‬ ِ
‫إ‬ ِِ‫اهلل وع >ه َ>د رس >ول‬
‫ه‬ ِ
ْ
َ َ َ ْ ُ ُ َ ‫رْي‬ ْ َ ْ ْ َ ُ َ َ ُ َ ْ َ َ ‫ض > ْوا َع ْ>ه َ>د‬ ُ ‫َن َق‬
)‫اهلل إِالَّ َج َع َل بَأْ َس ُه ْم َبْيَن ُه ْم " (رواه ابن ماجه والبيهقي والبزار‬ ِ ‫اب‬ ِ َ‫وما مَل حَيْ ُكم أَئِ َّمُتهم بِ ِكت‬
ْ ُ ْ ْ ََ
“Lima perkara yang mana aku memohon perlindungan kepada Allah Ta’ala agar kalian
tidak menemuinya: Pertama, perbuatan zina tidak tampak pada suatu kaum, kecuali tersebar
dalam kaum tersebut penyakit-penyakit yang tidak terdapat pada kaum terdahulu. Kedua,
kaum yang tidak mengurangi jumlah takaran dan timbangan kecuali mereka ditimpa paceklik
yang berkepanjangan, harga melambung tinggi, dan pemerintah yang dzalim. Ketiga, kaum
yang tidak mencegah zakat harta bendanya kecuali hujan tidak akan diturunkan dari langit,
jikalau tidak ada binatang maka hujan tidak akan diturunkan. keempat, kaum yang tidak
merusak janji mereka kepada Allah Ta’ala dan Rosulnya, kecuali Allah Ta’ala menguasakan
musuh kepada mereka dari selain kaum mereka, kemudian musuh tersebut mengambil
sebagian yang mereka punyai. Kelima, selama para pemimpin mereka tidak menghukumi
dengan kitab Allah Ta’ala kecuali Allah Ta’ala menjadikan peperangan diantara mereka .”
(Diriwayatkan oleh Ibnu majah, Imam Al Baihaqi dan Imam Al Bazzar )

Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya adanya pengaruh jelek kemaksiatan, adalah dengan
mempertimbangkan kadar sifat-sifat baik dalam taqwa.

Secara global, maka seperti halnya tidak ada kebaikan didunia dan akhirat kecuali sebabnya adalah
taqwa. Begitu juga tidak ada kejelekan, bala’, cobaan, kecuali sebabnya adalah kemaksiatan, karena
kemaksiatan adalah sebab munculnya setiap kerusakan didaratan dan dilautan, yaitu berupa rusaknya
agama dan badan, timbulnya penyakit-penyakit, rusaknya pertanian dan buah-buahan, timbulnya
paceklik, ketakutan, tenggelam dilautan, rusaknya harta, jiwa dan lain-lain. Allah Ta’ala berfirman:

tygsß ßŠ$|¡xÿø9$# ’Îû ÎhŽy9ø9$# ̍óst7ø9$#ur $yJÎ/ ôMt6|¡x. “ω÷ƒr& Ĩ$¨Z9$# Nßgs)ƒÉ‹ã‹Ï9
)41 : ‫ƒ (الروم‬uÙ÷èt/ “Ï%©!$# (#qè=ÏHxå öNßg¯=yès9 tbqãèÅ_öt
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya
Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali
(ke jalan yang benar).” ( QS. Ar-Ruum : 41 )

Kemaksiatan adalah sebab hilangnya nikmat-nikmat, turunnya siksa-siksa dan munculnya


penyesalan yang tidak dapat memberikan manfaat .
Allah Ta’ala berfirman :

žcÎ) ©!$# Ÿw çŽÉitóム$tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçŽÉitóム$tB öNÍkŦàÿRr'Î/ 3 !#sŒÎ)ur yŠ#u‘r& ª!
)11 : ‫ (الرعد‬. $# 5Qöqs)Î/ #[äþqߙ Ÿxsù ¨ŠttB ¼çms9 4 $tBur Oßgs9 `ÏiB ¾ÏmÏRrߊ `ÏB @A#ur
“Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum,

79
Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.
( QS. Ar-Ro’d : 11)

Dan kemaksiatan juga merupakan sebab hilangnya iman, turunnya laknat dan murka Allah Ta’ala
serta timbulnya kehinaan dan kenistaan.
Allah Ta’ala berfirman :

)61 : ‫(البقرة‬ .       
“Lalu ditimpakanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari
Allah Ta’ala”. ( QS. Al-Baqoroh : 61)
Kemudian Allah Ta’ala berfirman:
)61 : ‫(البقرة‬     

" demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas." ( QS. Al-
Baqoroh : 61)

Kemaksiatan juga merupakan sebab dilaknatnya Ahlul kitab dan diuji dengan pembunuhan,
penawanan, dan penguasa yang dholim.
Firman Allah Ta’ala:

      


)49 : ‫(البقرة‬
“mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu
yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan". (QS. Al-Baqoroh : 49)

Dan ujian yang lain, berupa hancurnya kampung-kampung mereka dan dijarahnya harta-harta
mereka, seperti firman Allah Ta’ala :
          
)5 : ‫ (اإلسراء‬  
“Kami datangkan kepadamu hamba-hamba kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka
merajalela dikampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana” ( QS. Al-Isro’ : 5 )

Dan diuji lagi dengan dirubahnya wajah mereka menjadi wajah monyet dan babi, seperti firman
Allah Ta’ala :

: ‫(األعراف‬           
)166
“Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang dilarang mereka mengerjakannya, kami
katakan kepadanya : Jadilah kamu kera yang hina “. ( QS. Al- A’raaf : 166 )

Bahkan kemaksiatan juga menjadi penyebab rusaknya umat-umat terdahulu, dan masa-masa yang
lalu, karena firman Allah Ta’ala :

          
           
)40 >‫ (العنكبوت‬      
“ Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, Maka di antara mereka ada
yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara
keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di
antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka,
akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri “ ( QS. Al-Ankabuut : 40 )

80
Kemudian Allah Ta’ala memperingatkan kepada kita, akan menurunkan siksa bagi kita seperti
yang pernah diturunkan atas umat terdahulu. Firman Allah Ta’ala :
           
          
) 16 : ‫ ( احلديد‬     
“ Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat
Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-
orang yang sebelumnya telah diturunkan Al kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang
panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-
orang yang fasik” ( QS. Al-Hadiid : 16 ).

Dan Allah Ta’ala berfirman :


)83 : ‫(هود‬     

“ Dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim” (QS. Huud : 83 ).

Dan Allah Ta’ala memperingatkan dengan firman-Nya :

         
)63 : ‫ (النور‬ 

“ Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau
ditimpa azab yang pedih” ( QS. An Nur : 63 ).

Dan dengan firmanNya :

            
)82-81 : ‫ (طاه‬.         
“dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu. dan
Barangsiapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku, Maka Sesungguhnya binasalah ia. Dan Sesungguhnya aku
Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang
benar” ( QS. Thohaa : 81-82 ).

َّ ‫َو َخالَ بِ َذ َاك‬


>ِ ْ‫الذن‬ ِ ْ ‫عظُم‬
ُ‫ب َو ُه َو َيَراه‬ ُ‫صى َم ْوالَه‬ َ ‫ت ُمصيبَةُ َم ْن َع‬ َ َ
ِ ‫َكي‬
ُ‫ف الَ جَتْ ِري َد ًما َعْينَاه‬َ ‫أ َْم َكْي‬ ‫صى‬ َ ‫ف ا ْسَت َقَّر َقَر ُارهُ ملَاَّ َع‬ َ ْ
ِ ِ ِ
ُ‫َس ًفا َعلَى َما َكا َن م ْن َب ْل َواه‬ َ‫أ‬ ُ‫يَا ُم ْذنبًا مَلْ جَتْ ِر مْنهُ ُد ُموعُه‬
ِ ‫ُّك ُمْبَتلًى بَِق َس َاو ٍة‬
ُ‫ياَ َم ْن يَق ُّل ُد ُموعُهُ َوبُ َكاه‬ َ ‫إِيِّن أَظُن‬
Sungguh besar musibah orang yang durhaka kepada Tuhannya, akan tetapi dia asyik melakukan dosa,
padahal Tuhannya melihat.
Bagaimana bisa hatinya tenang ketika dia bermaksiat, atau ketika kedua matanya tidak mengalirkan
darah.
Hai orang yang berdosa yang matanya tidak mengalirkan air mata, karena menyesali musibah yang
menimpanya.
Sungguh aku mengira engkau adalah orang yang diberi cobaan berupa kekerasan hati, hai orang
yang sedikit air matanya dan tangisannya.

81
KEUTAMAAN DZIKIR

Banyak sekali ayat-ayat dan hadits yang menerangkan keutamaan dzikir secara umum dan
keutamaan kalimah-kalimah thoyyibah secara khusus. Allah Ta’ala berfirman :

         
)42-41 : ‫ (األحزاب‬ 

“ Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-
banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang” ( QS. Al-Ahzaab : 41-42 ).

Dan Allah Ta’ala berfirman :

)45 : ‫(األنفال‬ .     


“Dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung” (QS. Al Anfaal : 45 ).

Dan Allah Ta’ala berfirman :


)191 : >‫(العمران‬       
“ (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan
berbaring” (QS : Ali Imron : 191 ).

Dan dari Abi Darda’ Rodiallahu ‘anhu, beliau berkata : Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam
bersabda :
ِ > > >‫يك ُكم وأَرفَعِها يِف در >ج > >>اتِ ُكم وخ ٍ لَ ُكم ِمن إِ ْن َف‬
‫>اق‬ ِ ِ ِ ‫أَالَ أَُنبِّئُ ُكم خِب َ ِ أ َْع >م> >>الِ ُكم وأ َْز َك‬
ْ ْ ‫اها عْن> > > َ>د َمل ْ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َرْي‬ َ َ ْ َ ‫ْ رْي‬
: >‫ض > ِربُوا أ َْعنَ>>اقَ ُك ْم ؟ قَ>>الُوا‬ ْ َ‫ب َواْل> َ>و َر ِق َوخَرْيٍ لَ ُك ْم ِم ْن أَ ْن َت ْل َق> ْ>وا َع> ُ>د َّو ُك ْ>م َفت‬
ْ َ‫ض > ِربُوا أ َْعنَ>>ا َق ُه ْم َوي‬ >ِ ‫ال> َّ>ذ َه‬
) ‫ صحيح اإلسناد‬: ‫ (رواه الرتمذي وابن ماجه واحلاكم وقال‬. ‫اهلل‬ ِ ‫ ِذ ْكر‬: ‫ال‬ ِ ‫ول‬
َ َ‫ ق‬،‫اهلل‬ َ ‫َبلَى ياَ َر ُس‬
ُ
“ Maukah kalian aku beritahu, tentang paling baiknya amal-amal kalian dan paling baik disisi Tuhan
kalian dan paling tinggi didalam mengangkat derajat-derajat kalian, dan lebih baik bagi kalian dari
pada menginfakkan emas dan perak, dan lebih baik bagi kalian dari pada kalian menemui musuh-
musuh kalian, lalu kalian (berusaha) memotong leher-leher mereka dan mereka memotong leher
kalian ?. Para Sahabat menjawab : “ ya, kami mau, wahai Rosulullah “. Rosulullah Shollallahu
‘alaihi wasallam bersabda : Berdzikir kepada Allah Ta’ala “.( Diriwayatkan oleh Imam At Tirmidzi
dan Ibnu Majah dan Al Hakim dan dia berkata : sanadnya shohih ).

Dan dari Abu Said Al-Khudri Rodiallahu ‘anhu, sesungguhnya Rosulullah Shollallahu ‘alaihi
wasallam ditanya :

َ >‫ يَا َر ُس‬: ‫ قِي> َ>ل‬،‫ اَل> َّ>ذاكُِرو َن اهللَ َكثِ> ً>ريا‬: ‫>ال‬
‫ول‬ َ >َ‫اهلل َي ْو َم اْ ِلقيَ َام> ِ>ة ؟ ق‬
ِ ‫َي اْلعِب ِاد أَفْضل وأَرفَع درجةً ِعْن َد‬
َ ََ ُ ْ َ ُ َ َ ُّ ‫أ‬
‫ب َد ًما لَ َ>ك >>ا َن‬ > >‫ض‬ِ َ‫ض > >رب بِس > >ي ِف ِه حىَّت يْن َك ِس > >ر وخَي ْت‬ ِ ‫ و ِمن اْلغَ> >>ا ِزي> يِف س > >بِ ِيل‬،‫اهلل‬
ِ
َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ ‫ َولَ> > ْ>و‬: ‫>ال‬ َ > >َ‫ ق‬،‫اهلل ؟‬ َ َ َ
.) >‫ض َل ِمْنهُ َوأ َْرفَ َع َد َر َجةً ( رواه الرتمذي‬ ِ
َ ْ‫اَ َّلذاك ُ>ر أَف‬
“ Siapakah hamba Allah Ta’ala yang paling utama dan paling tinggi derajatnya disisi Allah Ta’ala
dihari kiamat ? Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Orang-orang yang banyak
berdzikir kepada Allah Ta’ala”. Dikatakan : “ wahai Rosulullah”, dan apakah mereka lebih utama
dari pada orang yang berperang dijalan Allah Ta’ala ?, Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam
menjawab : “Walaupun orang yang berperang tersebut memukul musuhnya dengan pedangnya
hingga patah dan berlumuran darah maka orang yang berdzikir kepada Allah Ta’ala lebih utama dan
lebih tinggi derajatnya dari pada orang tersebut “ ( Diriwayatkan oleh Imam At-tirmidzi ).

82
Dari Ibnu Mas’ud Rodliyallahu’anhu berkata : Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

ِ >‫ب إِيَلَّ مِم َّا طَلَعت علَي‬ ِ ِ ِ ِ


‫س‬ ‫م‬
ُ ْ > ‫ش‬
َّ ‫ال‬ ‫>ه‬ َْ ْ َ َ ‫>ول ُس >ْب َحا َن اهلل َواحْلَ ْ>م ُ>د هلل َوالَ إل>>هَ إالّ اهللُ َواهللُ أَ ْكَب> ُ>ر أ‬
ُّ ‫َح‬ َ >ُ‫ألَ ْن أَق‬
) ‫( رواه مسلم‬
“ Sesungguhnya ucapanku ‘Subhanallah walhamdulillah wala ilaaha illa allahu wallahu akbar’ lebih
aku cintai dari pada dunia seisinya “ ( Diriwayatkan oleh Imam Muslim ).

Dan dari Ibnu Mas’ud Rodiallahu ‘anhu berkata : Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

َّ ‫َخرِب ْ ُه ْم أ‬ ِ ِ ‫لَِق‬
‫َن‬ ْ ‫>ك ال َّس >الَ َم َو أ‬ ْ ‫ يَا حُمَ َّم ُ>د أَقْ > ِر‬: ‫>ال‬
َ > َ‫ىء أ َُّمت‬ َ ‫يم عليه الس >>الم لَْيلَ >ةَ أُ ْس > ِر‬
َ >‫ي يِب َف َق‬ َ ‫يت إ ْب> َ>راه‬ُ
ِ ِ ِ َّ ‫>اء وأَنَّها قِيع>>ا ٌن وأ‬ ِ ‫اجْل نَّةَ طَيِّبةُ التُّرب ِة ع ْذب >ةُ الْ >م‬
ُ‫َن غَرا َس> َها ُس>ْب َحا َن اهلل َواحْلَ ْ>م ُ>د هلل َوالَ إِلَ>>هَ إِالَّ اهللُ َواهلل‬ َ َ َ َ َ َ َ َْ َ َ
.)‫ حديث حسن‬: ‫أَ ْكَب ُر ( رواه الرّت مذى و قال‬
“ Saya bertemu Nabi Ibrohim dimalam saya diisro’kan, Nabi Ibrohim bersabda : "Wahai Muhammad,
bacakanlah umatmu salam dan kabarkanlah bahwa sesungguhnya surga itu tanahnya bagus dan
airnya segar dan sesungguhnya surga itu adalah berupa lembah-lembah dan sesungguhnya
tanamannya adalah lafadz : ‘Subhanallah walhamdulillah wala ilaaha illa allahu wallahu akbar’
(Diriwayatkan oleh Imam At Tirmidzi dan beliau berkata hadits ini hasan)

Dan juga dari Ibnu Mas’ud Rodliallahu ‘anhu berkata : Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam
bersabda :

ِ ِ
‫ض > َّم ُه َّن‬
َ َ‫>ك ف‬ٌ >َ‫ض َعلَْي ِه َّن َمل‬َ َ‫>ال ُس >ْب َحا َن اهلل َو احْلَ ْ>م ُ>د هلل َو الَ إِل>>هَ إِالَّ اهللُ َو اهللُ أَ ْكَب> ُ>ر َقب‬
َ >َ‫إِ َّن اْ َلعْب> َ>>د إِ ْذ ق‬
ِ‫هِب‬ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ‫اح ِه و ِ هِب‬ ِ
َ‫ص>ع َد َّن فَالَ مَيُ>ُّ>ر َعلَى مَجْ> ٍع م َن اْملَالئ َ>ك>ة إِالَّ ا ْس>َت ْغ َف ُروا ل َق>>ائل ِه َّن َحىَّت جَيِ يءَ َّن َو ْ>ج>ه‬ َ َ > َ‫ت َجن‬ َ ْ‫حَت‬
: ‫ص>الِ ُح َيْر َفعُ>>هُ (ف>>اطر‬ َّ ‫>ل ال‬
ُ ‫م‬>َ ‫ع‬
َ ‫ل‬
ْ ‫ا‬‫و‬َ ‫ب‬ ُ ‫ي‬َّ
ِّ‫ط‬ ‫ال‬ ‫م‬
ُ
ِ‫ إِلَي> ِ>ه يص>ع ُد اَلْ َكل‬: ‫ وذَلِ>>ك َقولُ>>ه تع>>اىل‬،َ‫>ل وعال‬
ُْ َ ْ ُ ْ َ َ َ َ َّ ‫ال>>رَّمْح َ ِن َ>ج‬
.)‫) ( رواه احلاكم وقال صحيح اإلسناد‬10
“ Sesungguhnya seorang hamba ketika mengucap ‘Subhanallah walhamdulillah wala ilaaha illa
allahu wallahu akbar’ maka seorang malaikat akan memegang dan mendekatkan kalimat-kalimat itu
dibawah sayapnya dan dia naik dengan membawa kalimat-kalimat itu, sampai dia tidak akan
melewati segolongan malaikat kecuali mereka memintakan ampunan bagi hamba yang mengucapkan
kalimat-kalimat itu. Sehingga dia datang menghadap kepada Dzat yang Maha Mengasihi Jalla
Wa’alaa dengan membawa kalimat-kalimat tersebut. Hal itu adalah firman Allah Ta’ala : “kepada-
Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya (QS. Al Fathir : 10)
(Diriwayatkan oleh Imam Al Hakim, beliau berkata : Isnadnya shohih).

Dan dari Nu’man bin Basyir Rodiallahu ‘anhu berkata : Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam
bersabda :

‫َّهلِْي > ِ>ل َيْن َع ِط ْف َن َح> ْ>و َل اْ َلع > ْ>ر ِش هَلُ َّن‬ ِ ِ ‫اهلل التَّس> >بِي ِح والت‬ ِ ‫إِ َّن مِم َّا تَ> > ْذ ُكرو َن ِمن جالَ ِل‬
ْ ‫َّحمْي >>د َوالتَّ ْكبِرْيِ> َوالت‬
ْ َ ْ ْ َ ْ ُْ
‫َح ُد ُك ْ>م أَ ْن يَ ُك ْو َن لَهُ َم ْن يُ َذ ِّك ُر بِِه ( رواه إبن ماجه‬ َ‫بأ‬ُّ ِ‫ أ ََما حُي‬,‫احبِ َها‬
ِ ‫ي النَّح ِل تُ َذ ِّكر بِص‬
َ ُ ْ ِّ ‫ي َك َد ِو‬ ٌّ ‫َد ِو‬
.(‫ صحيح على شرط مسلم‬: ‫واحلكم وقال‬
“ Sesungguhnya kalimah-kalimah tasbih, tahmid, takbir yang kalian ucapkan sebagaian keagungan
Allah Ta’ala yang mengelilingi merupakanyaitu dari keagungan Alldan tahlil meh Ta’ala yang berupa
tasbih, tahmid, takbir, dan’Arsy dan mempunyai suara seperti suara lebah yang mengingatkan
pemiliknya. Apakah kalian tidak senang jika ada orang yang mengingatkan tentang kalian “

83
( Diriwayatkan oleh Ibnu Majjah dan Alhakim dan beliau berkata : hadits ini shohih dengan syarat
Imam Muslim.)

Dan dari Abdullah Ibnu Umar Rodiallahu ‘anhuma berkata : Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam
bersabda :

ِ ‫اهلل و احْل م> > ُ>د‬


َّ‫هلل َو الَ إِل > >>هَ إِالَّ اهللُ َو اهللُ أَ ْكَب> > ُ>ر إِال‬ ِ >ِ ‫َما َعلَى َو ْج> > ِ>ه اْأل َْر‬
ْ َ َ ‫ ُس > >ْب َحا َن‬: ‫>ول‬
ُ > >‫َح> > ٌد َي ُق‬
َ‫ضأ‬
.) ‫ت ِمثْ َل َزبَ ِد اْلبَ ْح ِر ( رواه احلاكم وصححه‬ ْ َ‫ت َعْنهُ َخطَايَاهُ َولَ ْو َكان‬ ْ ‫ُكفَِّر‬
“ Tiada seorangpun dimuka bumi yang mengucapkan lafadz ‘Subhanallah walhamdulillah wala
ilaaha illa allahu wallahu akbar’ kecuali dihapuskan dosa-dosanya walaupun dosa-dosanya sebanyak
buih dilaut “ ( Diriwayatkan oleh Alhakim beliau menshohihkan hadits ini).

Dan dari Al Hafidz Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah Rohimahullah berkata : bahwa Allah Subhanahu
wata’ala didalam firman-Nya :
)45 : ‫ ( األنفال‬  
“Dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya” ( QS. Al Anfaal : 45 ).

menentukan dzikir dengan ukuran yang banyak karena seorang hamba sangat membutuhkannya dan
tidak bisa mengabaikan berdzikir walaupun hanya dalam sekejap mata. Maka, setiap detik dimana
seorang hamba terlepas dari berdzikir kepada Allah Ta’ala, maka akan menjadi penyesalan baginya
dihari kaimat.

Dan didalam riwayat Imam Baihaqi dari Sayyidatina ‘Aisyah Rodliyallahu ‘anha bahwasanya
Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

‫آد َم مَلْ يَ ْذ ُك ِر اهللَ فِْي َها إِالَّ حَتَ َّسَر َعلَْي َها َي ْو َم اْ ِلقيَ َام ِة‬ ٍ ‫م ِامن س‬
َ ‫اعة مَتُُّر بِابْ ِن‬
َ َ ْ َ
“ Tiada satu detik pun yang terlewatkan pada anak adam tanpa bedzikir kepada Allah Ta’ala kecuali
dia akan menyesalinya dihari kiamat “ .

Dan dari Mu’adz yang merafa’kan haditsnya :

‫ت هِبِ ْم مَلْ يَ ْذ ُك ُروا> اهللَ فِ َيها‬ ٍ ‫لَيس يتَح َّسر أَهل اْجلن َِّة إِالَّ علَى س‬
ْ ‫اعة َمَّر‬
َ َ َ َ ُْ ُ َ ََ ْ
“ Ahli surga tidak akan menyesal kecuali mereka akan menyesali waktu yang terlewatkan oleh mereka
tanpa berdzikir kepada Allah Ta’ala didalamnya“.

Dan Abu Darda’ berkata :

ِ ُ‫لِ ُك ِّل َشي ٍء جالَء وجالَء اْل ُقل‬


ِ ‫وب ِذ ْكر‬
.‫اهلل‬ ُ ُ ٌََ َ ْ
“ Setiap sesuatu mempunyai hal yang dapat menjadikannya mengkilap, dan yang mengkilapkan hati
adalah dzikir kepada Allah Ta’ala “

Dan di dalam riwayat Imam Baihaqi yang berupa hadits marfu’ :

ِ ‫ب ِذ ْكر‬ ٍ ِ
. ‫اهلل‬ ُ َ ‫ص َّقالَةٌ َوإِ َّن‬
ِ ‫ص َّقالَةَ اْل َق ْل‬ َ ‫ل ُك ِّل َش ْيء‬
“ Setiap sesuatu mempunyai hal yang dapat menjadikannya mengkilap, dan yang mengkilapkan hati
adalah dzikir kepada Allah Ta’ala “

84
Dan tidak ada keraguan lagi bahwa sesungguhnya hati bisa berkarat seperti berkaratnya tembaga
dan lainnya. dan yang membuat hati mengkilap adalah dzikir kepada Allah Ta’ala karena
sesungguhnya dzikir kepada Allah Ta’ala bisa membuat hati menjadi mengkilap bahkan sampai
menjadikan hati laksana cermin yang putih.

Ketika dzikir ditinggalkan, maka hati menjadi berkarat, dan yang membuat hati berkarat ada dua
perkara, yaitu : melupakan Allah Ta’ala dan dosa, sedangkan yang membuat hati mengkilap itu ada
dua perkara, yaitu : berdzikir kepada Allah Ta’ala dan beristighfar.

Barang siapa sifat lupa berdzikir kepada Allah Ta’ala telah menguasai waktu-waktunya, maka
karat akan bertumpuk di hatinya. Ketika hati berkarat, maka gambaran hal-hal yang pada hakekatnya
bisa diketahui maka tidak akan tercetak dihatinya. sehingg dia akan melihat kebatilan dalam bentuk
kebenaran dan melihat kebenaran dalam bentuk kebatilan. Maka, jikalau karat dihati semakin
menumpuk, maka hati menjadi gelap dan hitam, serta dinaiki oleh ‫ الرّان‬, yang mana Allah Ta’ala telah
berfirman :

)14 : ‫(املطففني‬          
“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati
mereka” (Q.S. Al Muthoffifin : 14).

Ketika kemampuan hati untuk berpikir telah rusak, maka hati tidak mau menerima kebenaran dan
tidak mau mengingkari kebatilan. Dan hal itu adalah siksa hati yang terbesar.

‫( احلج‬           
)46 :
“ Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada” (Q.S.
Al Hajj : 46).

Sumber semua itu adalah lupa dari mengingat kepada Allah Ta’ala dan mengikuti hawa nafsu di
dalam kemurkaan Allah Ta’ala, karena sesungguhnya keduanya itu dapat menghilangkan cahaya hati.
Allah Ta’ala berfirman :
           
)28 : ‫ (الكهف‬
“Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta
menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas” (QS. Al kahfi : 28).

Ketika kamu ingin mengikuti seseorang, maka lihatlah apakah pada umumnya dia lupa atau ingat
kepada Allah Ta’ala ? dan apakah dia menghukumi dengan mengikuti hawa nafsu atau sunnah
Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam ? Jika dia termasuk orang yang melupakan Allah Ta’ala dan
mengikuti hawa nafsu, maka janganlah kamu mengikutinya karena keadaannya telah melewati batas.
Artinya dia menyia-nyiakan urusannya, yaitu urusan yang wajib dia kerjakan dan selalu dijalankannya.
Dan dengan keadaan tersebut, kebenaran dan keberuntungan akan tersia-sia, karena dia telah berbuat
sembrono dalam urusannya dan Allah Ta’ala betul-betul telah melarang untuk mentaati orang tersebut.

FAEDAH - FAEDAH DZIKIR.

Dzikir mempunyai lebih dari 100 faedah, diantaranya adalah:

85
1. Bahwasanya dzikir mampu mengusir dan menumpas syetan, sehingga seorang hamba dapat terjaga
dirinya dari syetan. Seandainya di dalam dzikir tidak ada faedah kecuali hal tersebut, maka
layaklah bagi seorang hamba untuk menghentikan lisannya dari berdzikir. Sesungguhnya syetan
tidak mampu masuk kedalam jiwa seorang hamba kecuali disebabkan lalai dari berdzikir, karena
syatan mencari sesuatu di dalam hati manusia. Maka, apabila manusia lalai berdzikir, maka syetan
akan menghasutnya, dan apabila manusia berdzikir kepada Allah, maka syetan akan menjauh dan
menjadi hina bagaikan lalat. Oleh karena itu syetan dinamakan sebagai sang penghasut yang
tersembunyi,

2. Sesungguhnya dzikir dapat membuat Allah Ta’ala menjadi ridho, dapat menghilangkan kesusahan
dan kesedihan, mendatangkan kebahagiaan, menguatkan hati dan badan, menyinari hati dan wajah,
mendatangkan rizki, dan memberikan kewibawaan serta ketenangan kepada orang yang berdzikir.

3. Sesungguhnya dzikir dapat menempatkan seorang hamba pada maqom-maqom (kedudukan) yang
tinggi, seperti kedudukan cinta yang menjadi pusat perputaran agama dan kebahagiaan.
Sesungguhnya Allah Ta’ala telah menjadikan segala sesuatu dengan adanya sebab akibat, dan
sebabnya mahabbah (cinta) adalah selalu berdzikir, seperti halnya belajar dan mudzakarah
merupakan pintunya ilmu, maka dzikir juga merupakan pintunya kecintaan dan yang menyebabkan
kecintaan yang agung. Dan juga seperti kedudukan muroqobah (takut dan merasa diawasi) dan
ihsan, maka seorang hamba yang menyembah Allah Ta’ala merasa seakan-akan dia melihat Allah
Ta’ala. Dan juga seperti maqom inabah (kembali atau taubat) kepada Allah Ta’ala, ketika seorang
hamba selalu berdzikir kepada Allah Ta’ala, maka Allah akan menjadikan hatinya kembali kepada
Allah Ta’ala disetiap keadaannya, sehingga hanya Allah Ta’ala lah tempat dia berlindung ketika
tertimpa musibah. Dan juga seperti maqom ma’rifat, maka sesungguhnya ketika seorang hamba
memperbanyak dzikir kepada Allah Ta’ala, maka Allah Ta’ala akan membuka pintu ma’rifat yang
agung baginya. Dan juga seperti halnya maqom mendekat kepada Allah Ta’ala, maka
sesungguhnya seorang hamba menurut kadar dzikirnya kepada Allah Ta’ala, akan menjadi dekat
dengan Allah Ta’ala. Di dalam suatu hadits diterangkan :

‫أنَا َجلِيس َم ْن ذَ َكريِن‬


َ ٌ
Aku duduk bersama orang yang berdzikir kepada-Ku

Dan juga seperti halnya maqom takut kepada Allah Ta’ala, maka sesungguhnya seorang hamba
menurut kadar dzikirnya kepada Allah Ta’ala dan sepenuh hati ketika berdzikir, membuat seorang
hamba merasa takut kepada-Nya. Berbeda dengan orang yang lupa, maka sesungguhnya
ketakutan kepada Allah Ta’ala di dalam hatinya adalah tipis.

2. Dzikir dapat menyebabkan Allah Ta’ala ingat kepada hamba-Nya, seperti firman Allah Ta’ala :

)152 : ‫ (البقرة‬ 


Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu (QS. Al Baqoroh : 152)

seandainya di dalam dzikir tidak ada faedah kecuali hanya faedah ini, maka cukuplah faedah ini
menjadi sebuah kemuliaan.

3. Dzikir dapat menyelamatkan seorang hamba dari lupa kepada Allah Ta’ala , yang menjadi sebab
jauhnya seorang hamba dari Allah Ta’ala baik di dunia maupun di akherat. Maka sesungguhnya
barang siapa melupakan Allah Ta’ala maka Allah Ta’ala akan melupakannya. Dan barang siapa
dilupakan oleh Allah Ta’ala, maka Allah Ta’ala menjadikan dia lupa pada dirinya dan pada
kemaslahatan-kemaslahatan dirinya. Allah Ta’ala berfirman :

          

. “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan
mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik”. (QS. Al Hasyr : 19).

86
Ketika seorang hamba melupakan dirinya, maka dirinya akan berpaling dari kemaslahatan-
kemaslahatan sehingga dirinya akan binasa, urusannya menjadi kacau, dan kegagalan, nasib buruk
serta kehancuran akan selalu menyertainya didalam kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat.
Seperti halnya orang yang lupa dengan kebun dan ladangnya maka dia tidak dapat berdiri
diatasnya dan tidak dapat mengurusi kebun dan sawahnya, sehingga kebun dan ladangnya
menjadi terlantar dan rusak. Namun apakah rusaknya agama menjadi penyebab rusaknya harta?.
Maka sesungguhnya dengan rusaknya agama, tidak ada kebaikan dan keselamatan setelahnya.
Semoga Allah Ta’ala selalu melindungi hamba-Nya. Seandainya di dalam dzikir tidak terdapat
faedah kecuali faedah ini, maka faedah ini sudah mencukupinya.

Barang siapa melupakan Allah Ta’ala maka Allah Ta’ala akan melupakannya.dan
kemaslahatan-kemaslahatan dirinya di dunia, dan melupakannya ketika dia disiksa di dalam kubur
dan di akherat. Allah Ta’ala berfirman :

)124: ‫ ( طه‬       


“Dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan
yang sempit”.(QS. Thoha : 124)

Sampai firman Allah Ta’ala :


)126: ‫ ( طه‬  
“dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan".(ََQS. Thoha : 126) .Yakni, dilupakan dalam
adzab-.

Sehingga seorang hamba tidak akan selamat dari hal-hal yang telah disebutkan diatas kecuali
dengan berdzikir kepada Allah Ta’ala.

4. Dzikir mudah dilakukan bagi seorang hamba, walaupun dia berada di atas tempat tidur atau di
dalam pasar, sehingga dapat menyalip atau mengalahkan orang yang berpuasa yang selalu sholat
malam akan tetapi lupa berdzikir kepaa Allah Ta’ala. Hal itu merupakan anugerah Allah Ta’ala
yang diberikan kepada orang yang dikehendaki-Nya .

Anugerah yang ditetapkan di dalam dzikir itu tidak ditetapkan diselain dzikir, karena dzikir adalah
ibadah yang paling mudah dilaksanakan
.
Dalam suatu hadits qudsi diterangkan :

‫ني‬ِِ َّ ‫من شغَلَه ِذ ْك ِري عن مسأَلَيِت أُع ِطيته أَفْضل ما أُع ِطي‬
َ ‫السائل‬ ْ َ َ َ ُُ ْ ْ َ َْ ُ َ َْ
Barang siapa dzikir kepada-Ku telah menyibukkannya dari meminta kepada-Ku, maka Aku akan
memberikan sesuatu melebihi apa yang Aku berikan kepada orang yang meminta kepada-Ku.

Dan dalam shohih Al Bukhori dan Muslim disebutkan :

‫>ل َش> ْي ٍء قَ> ِ>دي ٍر " يِف ْ َي ْو ِ>م ِ>ه‬ِّ >‫لى ُك‬ ‫ع‬
َ ‫>و‬ >
‫ه‬ُ ‫و‬
َ ‫>د‬
ُ ‫م‬>ْ َ‫حْل‬ ‫ا‬ ‫>ه‬
ُ >َ‫ل‬ ‫و‬
َ ‫>ك‬
ُ >‫ل‬
ْ ‫م‬
ُ ‫ل‬
ْ ‫ا‬ ‫>ه‬
ُ >َ‫ل‬ ‫>ه‬
ُ >َ‫ل‬ ‫يك‬
َ ِ >‫ " الَ اِل>>هَ إِالَّاهللَ َو ْ>ح َ>دهُ الَ َش‬: ‫>ال‬
‫ر‬ َ >َ‫َم ْن ق‬
َ َ
‫ت لَ>هُ ِ>ح ْر ًزا ِم َن‬ ٍ ِ
ْ َ‫ت َعْن>هُ مائ>ةُ َس>يِّئَة َو َ>ك>ان‬
ِ ٍ ِ
ْ َ‫ب لَ>هُ مائ>ةُ َح َس>نَة َوحُم ي‬
ِ ٍ ِ
َ ‫ت لَهُ ع ْد ُل َع ْش> ِر رقَ>اب َو ُكت‬
ِ ِ ِ
ْ َ‫مائَة َمَّر ٍة َكان‬
.ُ‫ض َل مِم َّا َجاءَ بِِه إِالَّ َر ُج ٌل َع ِم َل أَ ْكَثَر ِمْنه‬ َ ْ‫َح ٌد بِأَف‬
ِ
َ ‫ك َومَلْ يَأْت أ‬
ِ ِ َ‫الشَّيط‬
َ ‫ان َي ْو َمهُ َذل‬ ْ
Barang siapa mengucapkan “Laa Ilaaha Illa Allah Wahdaahu Laa Syariika Lahu, Lahul Mulku
wa Lahul Hamdu wa Huwa ‘ala Kulli Syai-in Qodiir” setiap hari sebanyak 100 kali, maka kalimah
tersebut kedudukannya sama dengan memerdekakan sepuluh budak hamba sahaya dan ditulis
baginya seratus kebaikan dan dihapus darinya seratus kejelekan. Dan kalimah tersebut akan
menjadi benteng dari syetan pada hari dia mengucapkannya. Sehingga tiada seseorang yang datang
melebihi apa yang diucapkannya kecuali orang tersebut berbuat amal melebihi kalimah yang
diucapkannya.

Dan didalam shohih Al Bukhori dan Muslim juga disebutkan:

87
‫ت ِمثْ ُل َزبَ ِد الْبَ ْح ِر‬
ْ َ‫ت َخطَايَاهُ َوإِ ْن َكان‬
ِ ِ ِ ِ ‫ِ حِب‬
ْ َّ‫ ُسْب َحا َن اهلل َو َ ْمده مائة َمَّر ٍة ُحط‬: ‫َم ْن قَ َال‬
Barang siapa mengucapkan “ Subhanallah wa Bihamdihi “ sebanyak 100 kali, maka dosa-
dosanyaakan dihapus walaupun dosanya sebanyak buih dilaut.

Dan di dalam riwayat At Tirmidzi disebutkan :

ِ ِ َ > ‫وق َفق‬


ُ ‫>ك َولَ >>هُ احْلَ ْم> ُ>د حُيْيِي َومُي‬
‫يت‬ َ ‫>ال الَ الَ >>هَ إِالَّ اهللَ َو ْح> َ>دهُ الَ َش> > ِر‬
ُ > ‫يك لَ >>هُ الْ ُم ْل‬ َ َ > >‫>ل ال ُّس‬
َ >‫َم ْن َد َخ‬
‫ َوحَمَا‬،‫>ف َح َس>نَ ٍة‬
ِ ْ‫>ف أَل‬ ٍ ِ َ‫وهوحي الَ مَي >>وت بِي> ِ>د ِه اخْل ي>ر وه>و علَى ُك>>ل ش>ي ٍء ق‬
َ ْ‫ب اهللُ لَ>>هُ أَل‬ َ ‫ت‬
َ ‫ك‬َ . ‫ر‬ ‫ي‬ ‫>د‬ ْ َ ِّ َ َ ُ َ ُ َْ َ ُ ُ ٌّ َ َ ُ َ
.‫ف َد َر َج ٍة‬
ِ ْ‫ف أَل‬ ٍ ِ ْ‫عْنه أَلْف أَل‬
َ ْ‫ َو َرفَ َع لَهُ أَل‬، ‫ف َسيِّئَة‬ َ َُ
Barang siapa masuk ke dalam pasar, lalu mengucapkan “ Laa Ilaaha Illa Allah Wahdahu Laa
Syariika Lahul Mulku wa Lahul Hamdu Yuhyii wa Yumiitu wa Huwa Hayyun Laa Yamuutu bi
Yadihil Khoiru wa Huwa ‘Ala Kulli Syai-in Qodiir” maka Allah akan mencatat satu juta
kebaikan bagi dirinya dan amenghapus satu juta kejelekan dari dirinya, dan Allah akan
menaikkan derajatnya setinggi satu juta tingkatan.

Maka dzikir menyamai memerdekakan budak, membelanjakan harta, berjihad di jalan Allah
Ta’ala, puasa, qiyaamul lail, haji, umroh, dan juga sebagai pengganti semua ibadah sunnah, baik
ibadah yang dilakukan dengan badan atau ibadah yang dilakukan dengan harta atau kedua-duanya
dilakukan secara bersamaan seperti haji sunnah .
Semua faedah tadi telah dijelaskankan dalam hadits yang shohih.

5. Dzikir adalah jalannya golongan para pencinta Allah Ta’ala dan panji kehormatan para Waliyullah.
Sehingga dzikir merupakan pintu masuk menuju Allah Ta’ala. Dzikir pada jalannya kaum, seperti
halnya bersuci untuk melaksanakan sholat. Maka, barang siapa bersuci, dia akan menemukan
Tuhannya dan bermunajat kepada Tuhannya. Barang siapa menemukan Tuhannya, maka dia akan
menemukan segala sesuatu di sisi-Nya. Begitu pula sebaliknya orang yang tidak menemukan
Tuhannya, maka dia tidak akan menemukan segala sesuatu.

Dzikir adalah pangkal dicintai oleh Allah Ta’ala, begitu juga sebaliknya lupa kepada Allah Ta’ala
adalah pangkal dimusuhi oleh Allah Ta’ala. Barang siapa memperbanyak dzikir kepada Allah
Ta’ala, maka Allah Ta’ala akan mencintainya. Dan barang siapa dicintai oleh Allah Ta’ala maka
pendengarannya yang digunakan untuk mendengar, penglihatannya yang digunakan untuk melihat,
dan lisan yang digunakan untuk berbicara, dapat mendengar , melihat, dan berbicara kepada-Nya
dengan seizing Allah Ta’ala. Barang siapa lupa kepada Allah Ta’ala dan berpaling dari berdzikir
kepada-Nya, maka hal itu bisa menyebabkan dia benci berdzikir kepada-Nya, dan menyebabkan
jiwanya malas untuk duduk berdzikir dan duduk bersama orang-orang yang berdzikir. Itu semua
adalah tanda permusuhannya kepada Allah Ta’ala walaupun dia tidak merasa. Semoga Allah
Ta’ala melindungi.

6. Majelis-majelis dzikir adalah pertamanan surga. Maka barang siapa ingin menikmati taman-taman
surga, maka hendaknya bedzikir kepada Allah Ta’ala. Dan majelis dzikir juga adalah majelis-
majelisnya para malaikat ‘Alaihis salam yang mulia .
Dalam shohihnya imam Muslim :

>ُ‫ت َعلَْي ِه ُم ال َّس > > ِكينَة‬ ِ ِ


ْ َ‫الَ َي ْقعُ> > ُ>د َق> > ْ>و ٌم يَ> > > ْذ ُكُرو َن اهللَ َت َع> >>اىل إِالَّ َحفَّْت ُه ُم اْملالَئ َ>ك > > ةُ َو َغش> > >يَْت ُه ُم الرَّمْح َ> > >ةُ َو َن > > َ>زل‬
َ ِ
.ُ‫يم ْن ِعْن َده‬ َ ‫َوذَ َكَر ُه ُم اهللُ ف‬
Kaum yang berdzikir kepada Allah Ta’ala tidak akan duduk kecuali para malaikat
mengerumuninya dan diselubungi oleh rahmat Allah, ketenangan selalu berada dalam dirinya
dan Allah mengingatnya disamping kekasih-Nya

Dan dalam shohih imam Bukhori dan Muslim :

88
‫>اجتِ ُك ْم‬ ِ َ > >َ‫>ل ال > > ّذ ْك ِر فَ> >ِإذَا َو َج> ُ>دوا َق ْو ًما يَ> > ْذ ُك ُرو َن اهللَ َتن‬
َ >‫>اد ْوا َهلُّ ُم >>وا إىَل َح‬ َ > ‫َه‬
>ْ ‫أ‬ ‫ن‬
َ ‫و‬> >‫س‬ُ ‫م‬ِ َ‫هلل مالَئِ َ>ك > ةٌ> ي ْلت‬
َ َ
ِ ‫إِ َّن‬
ِ
ُّ ‫َجنِ َحتِ َها إِىَل مَسَاء‬ ِ
‫ احلديث‬.‫الد ْنيَا‬ ْ ‫ُّه ُم الْ َمالَئ َكةُ> بِأ‬ُ ‫َفتَ ُحف‬
Sesungguhnya Allah Ta’ala memiliki malaikat yang tugasnya mencari orang-orang yang ahli
berdzikir. Ketika mereka menemukan kaum yang berdzikir kepada Allah Ta’ala maka mereka
akan memanggilnya “kemarilah, penuhi hajat-hajat kalian” lalu para malaikat
mengelilinginya dengan sayap-sayap mereka, membawanya ke langit dunia

7. Sesungguhnya semua amal dilaksanakan hanya untuk melakukan dzikir kepada Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman:
)14: ‫ (طه‬  
Dan dirikanlah sholat untuk mengingat-Ku (QS. Thoha : 14) -yakni dengan tujuan mengingat-
Ku-.

Dan Allah Ta’ala juga berfirman:

)45 : >‫(العنكبوت‬    


Dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-
ibadat yang lain). (QS. Al Ankabut : 45) -yakni lebih besar dari semua amal-

Dan ketahuilah bahwa dalil-dalil mengenai keutamaan dzikir dari ayat-ayat Al Quran, hadist, dan
atsar, tidaklah terhitung. Tetapi betul-betul telah tampak bagi orang-oranag yang mempunyai
ketajaman hati bahwa sesungguhnya dzikir kepada Allah Ta’ala dengan syarat-syarat dan adab-
adabnya adalah amal yang paling utama.

Jika engkau berkata: “Kenapa dzikir meskipun ringan di lisan dan tidak begitu sulit
pelaksanaannya, lebih utama dan lebih bermanfaat daripada sejumlah ibadah yang mengandung
banyak kesulitan didalamnya?. Maka ketahuilah bahwa hakikat menelitinya adalah tidak layak kecuali
dengan ilmu mata hati. Adapun kadar yang diperkenankan bagimu untuk menyebutkannya didalam
ilmu mu’amalah adalah agar engkau mengetahui bahwa faktor yang mendorong terhadap hati adalah
dzikir secara terus-menerus disertai dengan hadirnya hati bersama Allah Ta’ala. Adapun dzikir dengan
lisan, sedangkan hati dalam keadaan lupa adalah sedikit faedahnya. Dan banyak hadist yang
menerangkan tentang faktor yang mendorong hati berdzikir.

Hadirnya hati bersama Allah Ta’ala secara terus-menerus merupakan hal yang didahulukan dari
pada ibadah-ibadah yang lain. Bahkan dzikir dengan hadirnya hati bersama Allah dapat menjadikan
ibadah-ibadah yang lain menjadi mulia, dan dzikir dengan disertai hadirnya hati bersama Allah
merupakan buahnya amal ibadah.

Dzikir mempunyai awal dan akhir. Awal dzikir bisa mendatangkan rasa tentram dengan Allah
Ta’ala, dan akhir dzikir bisa mendatangkan rasa cinta kepada Allah Ta’ala. Dan hal yang dikehendaki
adalah supaya orang tidak berdzikir kecuali disertai rasa tentram dengan Allah Ta’ala.

Pertama, orang yang berdzikir harus memaksakan diri untuk menjauhkan hatinya dari bisikan-
bisikan jahat dan menjauhkan lisannya dari berbicara yang tanpa ada faedahnya untuk menuju dzikir
kepada Allah Ta’ala, sehingga dia akan merasa tentram ketika berdzikir kepada Allah Ta’ala, dan
tertanam dalam hatinya rasa cinta kepada Allah Ta’ala sehingga membuat dirinya selalu
memperbanyak dzikir kepada Allah Ta’ala karena sesungguhnya orang yang mencintai sesuatu maka
dia akan senang menyebut hal tersebut dan tidak bisa berpisah darinya.

Hal-Hal yang Merusak dan yang Menyelamatkan.

89
Ketahuilah bahwa akhlak yang tercela dan tingkah laku yang dibenci itu banyak jumlahnya. Dan
begitu juga akhlak yang terpuji dan tingkah laku yang dicintai yang mana bagi seorang muslim
hendaknya menghiasi dirinya dengan akhlak dan tingkah laku tersebut, juga banyak jumlahnya.

Dan sungguh Al Imam Hujjatul Islam (Imam Al Ghozali) telah membahas secara sempurna
semua hal tersebut didalam pertengahan yang kedua dari kitab “Ihya’ Ulumuddin” dalam menerangkan
akhlak yang merusak dan yang menyelamatkan. Perkataan Imam Al Ghozali dalam hal ini adalah
sesuatu yang dijadikan pegangan dan referensi, karena kesempurnaan beliau di dalam ilmu ibadah,
zuhud, dan ma’rifat. Dan karena sesungguhnya beliau dalam hal ini telah mengumpulkan perkataan
orang-orang sholeh dan guru-guru thoriqoh.

Orang-orang sepeninggal Imam Al Ghozali mengikuti jejak-jejak beliau dan mengambil cahaya-
cahaya keilmuan beliau. Yaitu orang-orang yang menekuni ilmu dibidang ini, yang terdiri dari ulama
dan orang-orang sholeh dari berbagai daerah dan Negara seperti Syaikhul Islam Al Imam Abdullah bin
‘Alawy Al Haddad pengarang kitab An Nashooih Ad Diniyyah. Seperti halnya orang yang mengikuti
jejak-jejak beliau dan mengambil cahaya-cahaya keilmuan beliau yaitu orang yang memiliki sisi
keilmuan yang kuat dibidang ini serta mampu menyelami dan melihat rahasia-rahasia di jalan Allah.

HAL-HAL YANG MERUSAK

Adapun hal-hal yang dapat merusak hati, yang menjadi kewajiban bagi seseorang untuk
membersihkan dan menghindarkan hatinya dari hal-hal tersebut jumlahnya banyak. Dan saya akan
menyebutkan hal-hal yang pokok dan paling penting. Diantaranya adalah:

1. Ragu-ragu terhadap Agama.

Diantara penyakit hati yang paling besar adalah ragu-ragu terhadap agama. Langkah pertama
dalam membersihkan hati dari penyakit ragu terhadap agama yaitu sesungguhnya wajib bagi manusia
untuk membersihkan dan mensucikan hatinya dari hinanya sifat ragu kepada Allah Ta’ala, Rosul-Nya
dan akhirat. Maka sesungguhnya keraguan tersebut termasuk penyakit hati yang paling besar yang
dapat merusak di akhirat.

Langkah kedua yaitu membersihkan hati dari keraguan yang secara khusus dapat membahayakan
ketika sakaratul maut, dan terkadang mengantarkan (semoga Allah Ta’ala melindungi kita) pada
meninggal dalam keadaan su’ul khotimah. Terkadang sebagian manusia diuji dengan keraguan ini.
Maka tidak diperbolehkan bagi seseorang yang mendapati keraguan ini untuk menyimpan didalam hati
dan jiwanya sehingga menyebabkan dirinya bertemu dengan Allah dalam keadaan ragu. bahkan wajib
baginya untuk bersungguh-sungguh dalam menghilangkan dan menyingkirkan keraguan itu dari
dirinya dengan kadar kemampuannya.

Dan termasuk ragu-ragu kepada Allah Ta’ala adalah meyakini Allah Ta’ala dengan sesuatu yang
tidak sepantasnya. Berupa hal-hal yang melawan kesucian Allah Ta’ala.

Dan termasuk ragu-ragu terhadap Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam adalah meyakini hal-hal
yang tidak pantas bagi Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam, yaitu hal-hal yang meniadakan
kesempurnaan sifat ma’sumnya Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam. Hal itu seperti meyakini
sesuatu yang mengeluarkan Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam dari batas kemanusiaan kepada
batas ketuhanan, atau meyakini sesuatu yang menyamakan Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam
dengan manusia biasa disetiap hal tanpa adanya sesuatu keistimewaan. Kedua-duanya adalah
keyakinan yang sesat.

Adapun hal yang paling bermanfaatnya dalam menghilangkan sifat ragu adalah bertanya kepada
ulama yang mengerti tentang Allah Ta’ala dan agama-Nya, yaitu orang-orang yang mempunyai
keyakinan dan takut kepada Allah Ta’ala, serta zuhud kepada dunia.

90
Jika tidak menemukan salah satu diantara mereka maka kajilah kitab-kitab karangan mereka
tentang ilmu tauhid dan keyakinan. Dan saya tidak mengartikan keraguan manusia terhadap pikiran-
pikiran dan bisikan-bisikan hati didalam masalah-masalah keimanan, dengan sesuatu yang telah
diketahui kesesatannya. Dan manusia itu menemukan hatinya tetap teguh berlawanan dengan pikiran-
pikiran tersebut, serta hatinya benci dan berpaling dari hal-hal itu. Maka sesungguhnya hal itu adalah
bisikan-bisikan hati. Cukup bagi seseorang untuk membenci, berpaling, dan minta perlindungan Allah
Ta’ala dari bisikan-bisikan tersebut.

2. Congkak dan sombong

Dan termasuk penyakit hati yang paling besar dan bersifat merusak adalah sombong. Adapun
sombong termasuk sifat-sifat syetan. Allah Ta’ala berfirman tentang iblis yang dilaknat :

         
)34 : ‫(البقرة‬   .
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: "Sujudlah[36] kamu kepada Adam,"
Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia Termasuk golongan orang-
orang yang kafir. (QS. Al Baqoroh : 34).

Dan orang sombong yang dibenci Allah Ta’ala, seperti firman Allah Ta’ala :

)23 : ‫(النحل‬    


Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong. (QS. An Nahl : 23)

)18 : ‫( لقمان‬       


Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS.
Luqman : 18).

Sombong dan membanggakan diri termasuk sifat-sifat orang yang takabbur. Dan orang yang takabbur
adalah orang yang tertutup hatinya, karena Allah telah mengunci hatinya. Seperti firman Allah Ta’ala :

)35 : ‫(املؤمن‬        
Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang. (QS. Al
Mu’min : 35)

Dan orang yang takabbur dipalingkan dari tanda-tanda kekuasaan Allah Ta’ala. Seperti firman Allah
Ta’ala :
: ‫( األع >>راف‬         

)146
aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang
benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku (QS. Al A’rof : 146).

Dan Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam hadits qudsi :


‫اح ًدا ِمْن ُه َما أَلْ َقْيتُ>>هُ> يِف النَّا ِر (رواه مس>>لم‬
>ِ ‫ فَ َم ْن نَ> َ>از َعيِن َو‬،‫ “ اَلْ ِكرْبِ يَ>>اءُ ِر َدائِي َواْ َلعظَ َم> ةُ إَِزا ِري‬: ‫>ول اهللُ َت َع>اىَل‬
ُ >‫َي ُق‬
)‫وابن حبان ىف صحيحيهما وابن ماجه واللفظ له‬
Allah Ta’ala Berfirman : sombong adalah selendang-Ku dan keagungan adalah sarung-Ku, maka
barang siapa yang merebut salah satunya, Aku akan memasukkannya ke dalam neraka (Diriwayatkan
oleh Imam Muslim dan Ibnu Hibban didalam kitab shohih mereka dan Ibnu Majjah, dan lafadl hadits
darinya).

91
Dan Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

‫>ل فِ َيها إِىَل َي ْ>وِم اْ ِلقيَ َام ِ>>ة‬‫ج‬ ‫ل‬


ْ ‫ج‬ ‫ت‬ ‫ي‬ ‫>و‬‫ه‬ ‫ف‬
َ ، ‫ض‬ ‫َر‬‫أل‬ْ‫ا‬ ِِ‫بينَما رجل مِم َّن َكا َن َقبلَ ُكم جَي ُّر إِزاره ِمن اْخليالَِء فَخسف اهلل ب‬
‫ه‬
ُ َ َ َ َ َ ُ َ ْ ُ َ ََ َُ َ ُ َ َ ُ ْ ْ ْ ٌ ُ َ َ َْ
)‫(رواه الشيخان والنسائي وغريهم‬

Ketika ada seorang yang sombong dari umat sebelum kalian yang menyeret sarungnya, maka Allah
membenamkamnya ke dasar bumi sehingga orang tersebut bergejolak didalamnya sampai hari
Qiyamat (Diriwayatkan oleh Al Bukhori dan Muslim, An Nasa’i dan lainnya ).

Dan Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

‫ب أَ ْن‬ ُّ ِ‫ اَ َّلر ُج ُل حُي‬،‫اهلل‬


ِ ‫ول‬ َ ‫ يَا َر ُس‬: ‫ال َر ُج ٌل‬ َ ‫ َف َق‬، ٍ‫ال َذ َّر ٍة ِم ْن كِرْب‬
ُ ‫الَ يَ ْد ُخ ُل اجْلَنَّةَ َم ْن َكا َن يِف َق ْلبِ ِه ِم ْث َق‬
ِ ،‫>ال‬
‫الكْ>ب ُ>ر‬ َ ‫ب اجلَ َ>م‬ ُّ ِ‫ إِ َّن اهللَ مَجِ ي> ٌ>ل حُي‬: ‫>ال عليه الص>>الة والس>>الم‬ َ >‫ َف َق‬،ً‫يَ ُك>>و َن ثَ ْوبُ>>هُ َح َس>نًا َو َن ْعلُ>>هُ َح َس>نَة‬
)‫َّاس (رواه املسلم‬ ِ ‫ط الن‬ َ ُ‫ َي ْعىِن َر ُّده‬- ‫بَطُْر احلَ ِّق‬
ُ ‫و َغ ْم‬-
Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya masih terdapat sifat sombong sebesar
biji atom, lalu seorang laki-laki bertanya : “ Wahai Rosulullah, orang tersebut senang memakai
pakaian dan sandal yang bagus”. Rosulullah menjawab : “ Sesungguhnya Allah adalah Dzat yang
Indah dan senang dengan keindahan, sombong adalah menolak sesuatu yang benar dan menghina
manusia (Diriwayatkan oleh Imam Muslim).
Yakni memandang rendah mereka dan meremehkan mereka. Maka barang siapa merasa sombong di
dalam hatinya dan dia kagum dengan dirinya sendiri serta memandang rendah dan meremehkan
manusia, maka orang itu termasuk orang yang takabur yang dibenci Allah Ta’ala.

Sifat sombong hanya terdapat di dalam hati, namun tanda-tanda yang menunjukkan sifat sombong
dapat terlihat disisi bagian luar, antara lain : senang duduk di muka orang-orang, menampakkan
kesombongan didepan para manusia, senang maju kedepan dalam majelis-majelis, berjalan dengan
angkuh dan sombong, gengsi jika pendapatnya ditolak meskipun pendapatnya sesat, dan tidak mau
menerima pendapat orang lain (meskipun benar), serta meremehkan orang-orang muslim yang lemah
dan miskin.

Termasuk tanda-tanda dhohir yang menunjukan kesombongan antara lain: menilai dirinya baik dan
senang memujinya, membanggakan dirinya dengan bapak-bapaknya yang menjadi orang-orang sholeh
dan mulia, membanggakan dirinya dengan nasab. Semua itu dicela dan dipandang sangat buruk. Dan
sungguh sebagian dari anak-anak orang-orang yang baik (para ulama’) diuji dengan sifat-sifat tersebut
yaitu orang-orang yang tidak mempunyai pemikiran dan pengetahuan tentang hakikat-hakikat agama.

Barang siapa membanggakan diri atas manusia dengan nasab dan bapak-bapaknya, maka hilanglah
barokah bapak-bapaknya darinya. Karena bapak-bapaknya tidak membanggakan diri dan sombong atas
manusia. Jika bapak-bapaknya melakukan kesombongan dan membanggakan diri, maka pastilah
keutamaan mereka sia-sia. Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

)‫ِع بِِه نَ َسبُهُ (رواه املسلم‬


ْ ‫َم ْن بَطَّأَ بِِه َع َملَهُ مَلْ يُ ْسر‬
Barang siapa memperlambat amalnya (bermalas-malasan), maka nasabnya tidak akan
mempercepatnya (Diriwayatkan oleh Imam Muslim).

Dan Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ِ ‫اهلل ص >>لى اهلل عليه وس >لّم الَ أُ ْغيِن عْن ُكم ِمن‬
ِ ‫ول‬ ِ > ‫ ويا ص > ِفيَّةُ َع َّمةَ رس‬،‫ت حُمَ َّم ٍد‬ ِ
ً‫اهلل َش >ْيأ‬ َ ْ َ َُ َ ََ َ ‫يَا فَط َم> ةُ بِْن‬
)‫إِ ْشَت ُر ْوا أَْن ُف َس ُك ْم ِم َن النَّا ِر (رواه مسلم‬

92
Wahai Fatimah putrid Muhammad, wahai Shofiyyah bibi Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam,
aku tidak kuasa menolak dari Allah, siksa neraka atas kalian. Maka belilah diri kalian sendiri dari
neraka (Diriwayatkan oleh Imam Muslim)

Dan Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ٍ ‫آدم ِمن ُت >>ر‬ ِ ِ ِ ِ ‫ض> >ل‬


‫اب (رواه‬ َ ‫ أَْنتُ ْم م ْن‬،‫ َوالَ ل َع> > َ>ريِب ٍّ َعلَى َع َجم ٍّي إِالَّ بَِت ْ>ق > َ>وى اهلل‬،‫لى أَ ْس > > َو َد‬
َ ْ ُ َ ‫آد َم َو‬ َ ‫ع‬
َ ‫>ر‬
َ > >َ ‫مْح‬ َ ‫أل‬ َ ْ َ‫الَ ف‬
) ‫الرتمذي وأبو داود‬

Tidak ada keutamaan bagi orang kulit putih melebihi orang kulit hitam, dan tidak ada keutamaan bagi
orang arab melebihi orang ‘ajam ( selain arab) kecuali hanya dengan taqwa kepada Allah Ta’ala,
kalian semua berasal dari Adam, dan Adam berasal dari debu (Diriwayatkan oleh Imam Attirmidzi
dan Abu Dawud)

Dan Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

ِ ‫لِيْنتَ ِه َّ أَْق>>وام ع ِن اْل َف >خ> ِر بِآب >>ائِ ِهم أَو لِي ُك>>ونَ َّن أَه>>وا َن علَى‬
‫اهلل تع >>اىل ِم َن اْجلُ ْعالَ ِن ( رواه أبو داود‬ َ َْ َ ْ ْ َ ْ َ ٌ َ ‫َ نَي‬
) ‫والرتمذي‬
Sungguh telah berakhir kesombongan kaum-kaum atas bapak-bapak-nya atau sungguh mereka lebih
hina menurut Allah Ta’ala daripada kecoa (Diriwayatkan oleh Imam Abu dawud dan At Tirmidzi )

Keutamaan dan kemuliaan disebabkan oleh taqwa bukan disebabkan oleh nasab. Seperti firman Allah
Ta’ala :

)13 : ‫ ( احلجرات‬     


Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu.( QS. Al Hujarat : 13 )

Jika ada seseorang yang paling bertaqwa, paling alim, dan paling banyak ibadahnya diantara
manusia, kemudian dia menyombongkan diri atas para manusia, maka Allah Ta’ala akan menyia-
nyiakan ketaqwaannya dan menghilangkan pahala ibadah-ibadahnya. Lalu bagaimana dengan orang
bodoh yang banyak berbuat dosa serta menyombongkan diri dengan memakai ketaqwaan dan
kebaikan orang lain, yaitu bapak-bapak dan kakek-kakeknya. Apakah ini bukan merupakan
kebodohan yang besar dan ketololan yang menakutkan?. Dan sesungguhnya semua kebaikan
itu berada di dalam tawadlu’, khusyu’ dan tunduk atau merendahkan diri kepada Allah Ta’ala.

Rosululah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

) ‫ض َعهُ اهللُ (رواه الطرباين‬


َ ‫ َو َم ْن تَ َكَّبَر َو‬،ُ‫اض َع هللَ َر َف َعهُ اهلل‬
َ ‫َم ْن َت َو‬
Barang siapa merendahkan diri kepada orang-orang mukmin karena Allah, maka Allah akan
mengangkat derajatnya. Dan barang siapa sombong kepada orang-orang mukmin, maka Allah akan
menjatuhkannya ( Diriwayatkan oleh At Thobaroni ).

Dan sesungguhnya cinta agar dirinya tidak dikenal, serta benci kemasyhuran adalah
termasuk akhlak orang-orang mukmin yang sholeh. Dan ridlo dengan hal-hal yang rendah dari
suatu majlis, pakaian, makanan dan seluruh harta dunia itu juga termasuk akhlak orang-orang
mukmin yang soleh. Maka berpeganglah pada akhlak-akhlak tersebut wahai orang mukmin.

3. Riya’.

93
Diantara penyakit-penyakit besar yang merusak adalah riya’. Rosulullah Shollallahu ‘alaihi
wasallam menamakan riya’ dengan syirik kecil atau syirik yang samar.

Adapun makna riya’ adalah mencari kedudukan dan kemuliaan disisi manusia dengan amal
akhirat. Seperti orang yang sholat, berpuasa, bershodaqoh, berhaji, jihad, dan membaca Al Qur’an
dengan harapan supaya manusia mengagungkannya dan memuliakannya karena hal tersebut atau
memberikan harta mereka kepadanya. Maka orang yang demikian itu adalah orang yang berbuat riya’,
amalnya ditolak, ikhtiarnya mengalami kegagalan, baik ketika para manusia melakukan hal-hal yang
diharapkannya atau tidak melakukannya.

Allah Ta’ala telah berfirman :

          
)110 : ‫ ( الكهف‬  
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang
saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (QS. Al
Kahfi : 110).

Dan Allah Ta’ala berfirman :


             
        
barang siapa yang menghendaki Keuntungan di akhirat akan Kami tambah Keuntungan itu baginya
dan barang siapa yang menghendaki Keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari
Keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat. (QS. As Syuuro : 20).
Dan Allah Ta’ala berfirman :
           
   

Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang berguna (QS. Al Maa’un : 4 -
7)

Dan Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

ِ ِ ِ ِ ِ ِ >ِ ‫ أَنَا أَ ْغيِن ْ األَ ْغنِيَ> >>اءَ> َع ِن ال ِّش > > ْر ِك فَ َم ْن‬:‫َي ُق > ْ>و ُل اهللُ تع> >>اىل‬
ْ ‫>ل َع َمالً أش> >>رك فْي> >>ه َغرْي ْي فَأَنَّا مْن> >>هُ بَ> >ر ْيءٌ َونَص> >ْييِب‬
َ >‫عم‬
)‫لِ َش ِريْ ِك ْ>ي (رواه مسام وابن ماجه ومالك ىف املوطاء‬
Allah Ta’ala berfirman : Aku adalah Dzat yang tidak membutuhkan sekutu, maka barang siapa yang
mengerjakan suatu syirik dengan selain Allah, maka Aku akan memutuskan hubungan dengannya dan
bagian-Ku untuk sekutu-Ku (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Ibnu Majah dan Imam Malik
didalam kitab Muwatto’).

Dan Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

‫َّق يُ َ>رائِي َف َق> ْد أَ ْش>َر َك (رواه اإلم>ام امحد‬ ِ


َ َ‫ َو َم ْن ت‬،‫ص>لَّى يُ َ>رائي َف َق> ْد أَ ْش>َر َك‬
َ ‫ص>د‬ ِ
َ ‫ َو َم ْن‬،‫ص> َام يُ َ>رائي َف َق> ْد أَ ْش>َر َك‬
َ ‫َم ْن‬
)‫بتقدمي من صلى‬

Barang siapa berpuasa karena riya’ maka dia telah berbuat syirik, barang siapa sholat karena siya’
maka dia telah berbuat syirik, dan barang siapa yang bershodaqoh karena riya’ maka dia telah
berbuat syirik (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan mendahulukan lafadl ‫) من صلى‬

Dan Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

94
‫ت إِمْسَهُ ىِف النَّا ِر (رواه ال>>ديلمي والط>>رباين‬ ِ ِ > ِ ‫َم ْن طَلَب ال> ُّ>د ْنيَا بِ َع >م ِ>ل‬
َ َ‫ َوحَمَ> َ>ق ذ ْ>ك َ>رهُ َوأَْثب‬،ُ‫س اهللُ َو ْج َ>ه>ه‬
َ ‫اآلخ َرة طَ َم‬ َ َ
)‫وأبو نعيم‬
Barang siapa mencari dunia dengan amal akhirat, maka Allah akan menghapus wajahnya,
menghilangkan nama baiknya, dan menetapkan namanya dineraka ( Diriwayatkan oleh Imam Ad
Dailami, At Thobaroni, dan Abu Nu’aim )

Dan Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

‫>ك اِ ْس >تِ َهانَةٌ اِ ْس >َت َها َ>ن هِبَا َربُّهُ تب>>ارك وتع>>اىل‬
َ >‫ث خَي ْلُو فَتِْل‬ َّ ‫َّاس َوأَ َس >اءَ ال‬
ُ ‫ص >الََة َحْي‬ ُ ‫ني َي> َ>راهُ الن‬
ِ َّ ‫من أَحس >ن ال‬
َ ‫ص >الََة> ح‬ َ َ ْ َْ
)‫(رواه أبو يعلى وعبد الرزاق يف اجلامع والبيهقي> يف الشعب‬
Barang siapa memperbagus sholatnya ketika orang lain melihatnya dan memperjelek sholatnya ketika
orang lain tidak melihatnya, maka hal itu merupakan pelecehan terhadap tuhannya Yang Maha Suci
dan Maha Luhur (Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dan Abdur Rozzaq di dalam kitab Al Jaami’ dan Imam
Al Baihaqi di dalam kitab “syi’ib”).

Riya’ adalah penghancur, dan bahayanya besar sekali. Menjaga diri darinya merupakan suatu
kewajiban yang penting.

Adapun macam-macam riya’ yang paling berat yaitu apabila seseorang mengerjakan ibadah
dengan tujuan utamanya hanya semata-mata adalah manusia, dan orang itu menjadi gemar dengan
perhatian dan pandangan manusia kepadanya, dan orang itu sama sekali tidak menemukan pendorong
bagi amalnya selain hal-hal tersebut. Adapun riya’ yang paling ringan adalah apabila seseorang
menghendaki amalnya untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dan mencari pahala akhirat serta
pamer diri, mencari pujian dari para manusia dan untuk mencari kedudukan. Riya’ yang semacam ini
merupakan hal yang buruk dan dapat menghilangkan pahala. Riya’ yang sebelumnya lebih buruk
daripada riya’ ini, lebih lebih berbahaya. Orang yang mengerjakannya tidak akan lepas dari dosa dan
siksa.

Maka sebuah kewajiban bagi seorang mukmin harus bersungguh-sungguh dalam menolak sifat
riya’ dari dirinya. Sebaiknya seorang mukmin tidak mempunyai niat dan tujuan dalam seluruh
ketaqwaan dan ibadahnya kecuali hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dan mencari
pahala akhirat, sehingga dia akan terbebas dari riya’. Maka seyogyanya bagi seorang mukmin untuk
menyembunyikan dan mengerjakan amal-amalnya secara rahasia, sekiranya tidak diketahui manusia.
Hal tersebut adalah lebih berhati-hati, lebih menyelamatkan, dan lebih utama secara mutlak, maksud
saya adalah beramal secara rahasia meskipun bagi orang yang tidak menghawatirkan dirinya untuk
berbuat riya’, kecuali bagi orang yang ikhlas secara sempurna, yaitu orang-orang yang ketika amalnya
tampak dia mengharapkan manusia untuk mengikuti amalnya .

Memang benar, diantara beberapa amal diatas terdapat amal yang tidak mampu dilaksanakan
manusia kecuali dalam keadaan terang-terangan. Seperti belajar dan mengajarkan suatu ilmu, sholat
berjama’ah, haji, jihad, dan lain-lainnya. Maka barang siapa khawatir terhadap riya’, ketika
mengerjakan perbuatan yang dilakukan secara terang-terangan, maka tidak sepantasnya dia
meninggalkan amal tersebut, melainkan wajib baginya untuk mengerjakan dan berusaha dengan
sungguh-sungguh menolak riya’ dari dirinya, dan meminta pertolongan kepada Allah Ta’ala. Dan
Allah Ta’ala adalah sebaik-baiknya pemberi nikmat dan sebaik-baiknya penolong.

4. Dengki, Dendam, Dan Tipu Daya

Termasuk perkara yang merusak adalah dengki terhadap orang muslim, suka melakukan
keburukan terhadap salah satu dari orang muslim, suka menyimpan rasa permusuhan, tipu daya dan
dendam, sedikit rasa belas kasihan dan kasih sayang serta berburuk sangka terhadap mereka. Maka
semua itu adalah termasuk sifat-sifat yang merusak.

95
Adapun sifat dengki maka sudah cukuplah bagimu keburukan sifat tersebut, bahwa Allah Ta’ala
memerintahkan Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam untuk meminta perlindungan dari keburukan
orang yang dengki, seperti halnya Allah Ta’ala memerintahkan kepada beliau untuk meminta
perlindungan dari keburukan syetan. Allah Ta’ala berfirman :

)5: ‫( الفلق‬     


dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki." (QS. Al Falaq : 5).

Dan Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

ِ ِ ِ
)‫ب (رواه أبو داود‬ ُ ‫ فَإ َّن احْلَ َس َد يَأْ ُك ُل احْلَ َسنَات َك َما تَأْ ُك ُل الن‬,‫إيَّا ُك ْم َو احْلَ َس َد‬
َ َ‫َّار احْلَط‬
Takutlah kalian terhadap dengki, karena dengki dapat memakan kebaikan, seperti halnya api
memakan (membakar) kayu bakar (Diriwayatkan oleh Abu Dawud).

Dan Rosulullah Ta’ala bersabda:

)‫ف َعْب ِد نِا ِإلمْيَا ُن َواحْلَ َس ُد (رواه ابن حبان يف صحيحه وهوطرف من روايته‬
ِ ‫الَجَي ت ِمع يِف جو‬
ْ َ ُ َْ
Tidak berkumpul iman dan dengki dalam hati seorang hamba (Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban di
dalam shohihnya dan merupakan ujung dari periwayatannya).

Dan Rosulullah Ta’ala bersabda:

(‫) متفق عليه‬......‫ضوا َوالَ تَ َد َاب ُروا‬


ُ ‫اس ُدوا َوالَ َتبَا َغ‬
َ َ‫الَحَت‬
Janganlah kalian saling dengki, saling benci, dan saling bermusuhan…..(Muttafaq ‘alaih)

Dan makna hasud (dengki) adalah : apabila seseorang menemukan di dalam dada dan hatinya rasa
sesak, sempit, dan benci terhadap nikmat yang telah diberikan Allah Ta’ala kepada seorang hamba-
Nya dalam urusan agama maupun urusan dunianya. Sehingga dia senang bila nikmat itu hilang dari
hamba tersebut, dan terkadang dia mengharapkan hilangnya kenikmatan itu walaupun dia tidak
mendapatkannya. Dan hal itu adalah puncak kebusukan hati.

Barang siapa menemukan kedengkian kepada seorang muslim di dalam dirinya, maka wajib
baginya untuk membenci kedengkian tersebut dan menyembunyikannya di dalam dirinya, dan tidak
boleh menampakkannya dengan ucapan maupun perbuatan. Semoga dengan sebab itu dia selamat dari
keburukan rasa dengki.

Adapun ghibthoh (menginginkan sesuatu) maka tidaklah berbahaya. Yaitu apabila kamu
menginginkan untuk dirimu seperti halnya nikmat yang kamu lihat pada saudaramu, berupa pemberian
atau kemurahan Allah Ta’ala. Kemudian jika nikmat itu termasuk nikmat-nikmat agama seperti ilmu
dan ibadah, maka keinginan itu merupakan hal yang terpuji. Dan jika nikmat-nikmat itu termasuk
nikmat-nikmat duniawi seperti harta dan pangkat, maka hal tersebut merupakan hal yang boleh dan
mubah.

Adapun cinta akan keburukan yang menimpa seorang muslim, menyimpan tipu daya, permusuhan
dan dendam, maka cukuplah bagimu untuk mencegahnya dari keburukan tersebut. Sabda Rosulullah
Ta’ala :

‫ب لَِن ْف ِس ِه‬
ُّ ِ‫َخ ِيه َما حُي‬
ِ ‫ب ِأل‬
ُّ ِ‫َح ُد ُك ْم َحىَّت حُي‬ ِ
َ ‫الَ يُ ْؤم ُن أ‬
Tidaklah iman salah satu dari kalian sampai dia cinta terhadap saudaranya seprti halnya dia cinta
kepada dirinya sendiri.

96
Dan Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

)‫س ِمْن ُه ْم (رواه الطرباين يف الكبري‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ف‬ ‫ني‬


> ِ ِ‫ش الْمسل‬
‫م‬
َ ْ َ َ َ ْ ُ َّ ‫َم ْن َغ‬
Barang siapa menipu orang-orang muslim, maka dia tidak termasuk golongan mereka (diriwayatkan
oleh Imam At Thobaroni dalam kitab “Al Kabiir”)

Dan Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

>)‫ك ِم ْن ُسنَّيِت (رواه الرتمذي‬ ِ ٍ ‫ش ِأل‬ ِ ْ‫إِ ْن قَ َدرت أَ ْن تُصبِح ومُت‬


َ ‫َحد فَا ْف َع ْل َو َذل‬ َ ِ‫س يِف ْ َق ْلب‬
َ ٌّ ‫ك َغ‬ َ ‫ي‬
َْ‫ل‬‫و‬َ ‫ي‬ ‫س‬ ََ ْ َ ْ
Jika kamu mampu tiap pagi dan sore dihatimu tidak ada penipuan terhadap seseorang, maka
lakukanlah, karena itu termasuk sunnahku ( diriwayatkan oleh Imam At Turmudzi)

Dendam adalah : menyimpan rasa permusuhan dan menanti kesempatan untuk memusuhi.

5. Kurang Belas Kasihan Terhadap Orang-orang Muslim dan Buruk Sangka Terhadap Mereka.

Adapun kurang belas kasihan terhadap orang-orang muslim, maka hal itu menunjukkan kerasnya
hati, kasar dalam tutur kata dan kejam. Semua itu adalah perbuatan tercela dan buruk. Rosulullah
Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

)‫الس َم ِاء (رواه أبو داود والرّت مذي‬


َّ ‫ض َي ْرمَح ْ ُك ْم َم ْن يِف‬
ِ ‫اِ ْرمَحُوا َم ْن يِف األ َْر‬

Berbelas kasihlah terhadap orang-orang yang ada di bumi, maka kalian akan dikasihi orang-orang
yang ada dilangit (Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan Imam At Tirmidzi).

Dan Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

)‫َم ْن الَ َي ْر َح ُم الَ يُْر َح ُم (رواه الشيخان‬


Barang siapa yang tidak mempunyai belas kasih, maka dia tidak akan dikasihani (Diriwayatkan oleh
Al Bukhori dan Muslim)

Dan Rosulullah Ta’ala bersabda:

)‫الَُتْنَزعُ الرَّمْح َةُ إِالَّ ِم ْن َش ِق ٍّي (رواه أبو داود والرتمذي‬


Tidaklah dicabut rasa belas kasihan kecuali dari orang yang celaka (Diriwayatkan oleh Imam Abu
dawud dan Imam At Tirmidzi).

Barang siapa di dalam hatinya tidak ditemukan rasa belas kasih terhadap semua orang muslim,
lebih-lebih kepada orang yang tertimpa musibah, cobaan, orang-orang yang lemah dan miskin, maka
hal itu dikarenakan hatinya telah menjadi keras, lemah imannya dan jauh dari tuhannya.

Adapun buruk sangka terhadap orang-orang muslim maka merupakan suatu hal yang tercela dan
buruk. Dan sungguh Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
ِ ‫إِيَّا ُكم والظَّ َّن فَِإ َّن الظَّ َّن أَ ْك َذب اْحل ِد‬
)‫يث (متّفق عليه‬ َ ُ َْ
Takutlah kalian semua terhadap berprasangka buruk, karene sesungguhnya berprasangka buruk
adalah perkataan yang paling bohong (Muttafaq ‘alaih)

Pengertian buruk sangka terhadap orang-orang muslim adalah berburuk sangka terhadap
perkataan-perkataan dan perbuatan mereka yang mana secara dhohirnya adalah baik, dan menyangka

97
mereka berlawanan dengan perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan yang mereka lakukan. Ini
adalah puncaknya dari berburuk sangka.

Dan termasuk berburuk sangka adalah menganggap perbuatan-perbuatan dan perkataan-perkataan


orang-orang muslim yang kemungkinan mengandung kebaikan dan keburukan dianggap sebagai sisi
yang buruk, meskipun ada kemungkinan untuk menganggap perbuatan-perbuatan dan perkataan-
perkataan mereka sebagai sisi yang baik. Hal tersebut juga termasuk berburuk sangka, tetapi berburuk
sangka seperti ini derajatnya di bawah berburuk sangka yang pertama.

Adapun berprasangka baik terhadap orang-orang muslim adalah kebalikan dari semua hal di atas.
Pada dasarnya perbuatan dan perkataan orang-orang muslim adalah baik, apakah kamu
mengartikannya baik atau menyangkanya baik. maka kamu anggap baik. dan perkataan serta perbuatan
yang kamu anggap baik, kemungkinannya mengandung kebaikan dan kejelekan.

Kerjakanlah hal tersebut sekuat tenagamu dan mintalah pertolongan kepada Allah Ta’ala Dzat
yang memberi taufiq.

6. Cinta Dunia.

Dan termasuk hal-hal yang merusak yang besar bahayanya adalah cinta dunia dan ingin
memilikinya, sangat rakus dan senang terhadap dunia, cinta dan sangat rakus terhadap pangkat dan
harta, kikir dan bakhil. Semua hal tersebut termasuk sifat–sifat yang merusak, dan termasuk tingkah
laku dan tabiat yang tercela

Barang siapa yang mencintai dan menginginkan dunia, sangat berambisi untuk mendapatkannya,
dan sangat besar kecintaannya terhadap dunia, maka sungguh dia berhadapan dengan bahaya yang
besar dan berhadapan dengan ancaman dari Allah Ta’ala yang berat.

Allah Ta’ala berfirman :

         
           
          
)16-15: ‫(طه‬
Segungguhnya hari kiamat itu akan datang aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri
itu dibalas dengan apa yang ia usahakan. Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan daripadanya
oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang
menyebabkan kamu Jadi binasa". (QS. Hud : 15-16)

Dan Allah Ta’ala berfirman :

             
)18: ‫ (اإلسراء‬    
Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), Maka Kami segerakan baginya di dunia itu
apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka
Jahannam; ia akan memasukinya dalam Keadaan tercela dan terusir. (QS. Al Isro’: 18)

Dan Allah Ta’ala berfirman seraya mendorong hamba-hamba-Nya untuk zuhud meninggalkan
dunia dan memperingatkan hamba-hamba-Nya tentang kepergian dan kerusakan dunia :

         
            
)45 : ‫ (الكهف‬
Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air hujan yang Kami
turunkan dari langit, Maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian

98
tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. dan adalah Allah, Maha Kuasa
atas segala sesuatu. (QS. Alkahfi : 45)

Dan Allah Ta’ala berfirman :

        


          
           
)20 : ‫ ( احلديد‬         
Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang
melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang
banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan Para petani;
kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu Lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur.
dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan
kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS. Al Hadid : 20).
Dan Allah Ta’ala berfirman :

          
)14 : ‫ (النازعات‬ 
Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, Maka
Sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). (QS. An Naazi’at : 37-39).

PENJELASAN MAKSUD DUNIA DALAM KONTEKS TERCELA

Sesungguhnya dunia ibarat segala sesuatu yang berada di atas muka bumi, yaitu berupa
kenikmatan-kenikmatan, kesenangan-kesenangan dan macam-macam harta benda yang menjadikan
nafsu untuk senang, condong dan tamak kepadanya.

Dan sungguh Allah Ta’ala telah mengumpulkan pokok-pokok semua hal tersebut di dalam firman-
Nya:

        


         
      
)14 : ‫( آل عمران‬
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-
wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak
dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga). (QS. Ali Imron : 14 ).

Barang siapa mencintai hal-hal tersebut, senang dan sangat rakus terhadapnya, dan tidak ada
tujuan lain dalam hal tersebut kecuali hanya semata-mata untuk kesenangan, kenikmatan, dan
bermewah-mewahan, maka dengan sebab hal itu dia termasuk golongan orang-orang yang cinta dan
senang terhadap dunia.

Maka apabila dia melampaui batas dan dikalahkan oleh kesenangan-kesenangan itu, sehingga dia
tidak memperhatikan dari mana dia memperoleh dunia, apakah dari yang halal atau dari yang haram,
dan sehingga dia tersibukkan dari hal yang diwajibkan oleh Allah Ta’ala yaitu taat kepada-Nya, dan
dengan sebab rakusnya itu dia terjatuh di dalam hal yang diharamkan oleh Allah Ta’ala yaitu maksiat
terhadap-Nya, maka sungguh ancaman Allah Ta’ala bagi orang-orang yang cinta dan mengharapkan
dunia, dan orang-orang yang senang terhadap dunia tanpa adanya keragu-raguan menjadi kenyataan
bagi orang tersebut. Urusannya berada di dalam puncak bahaya, kecuali jika Allah menerima taubatnya
sebelum dia meninggal dan keluar dari dunia ini.

99
7. Cinta Kedudukan dan Harta

Cinta kedudukan dan harta, serta mendapatkan keduanya merupakan hal yang sangat tercela. Allah
Ta'ala berfirman :
            
) 83: ‫ (القصص‬ 
"Negeri akhirat itu, kami jadikan untuk orang-orang yang ingin menyombongkan diri dan berbuat
kerusakan di ( muka ) bumi. Dan kesudahan ( yang baik ) itu adalah bagi orang-orang yang
bertaqwa". (QS. Al َQoshos : 83 ).

Dan Allah ta'ala berfirman :

           
) 9 : >‫ ( املنافقون‬     
"Hai orang orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari
mengingat Allah ta'ala. Barang siapa yang membuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang
rugi". (QS. Al Munaafiquun : 9 ).

Dan Allah ta’ala berfirman :


) 15 : >‫(التاغبون‬         
"Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), disisi Allahlah pahala yang
besar". (QS. At Taghaabun : 15).

Orang yang sangat berambisi terhadap jabatan serta mencari kedudukan dan penghormatan di hati
manusia, maka orang tersebut betul-betul akan menghadapi banyak bencana seperti sombong, riya,
berpura-pura baik dan meninggalkan rasa tawadlu' kepada kebenaran dan ahli kebenaran, dan benci
terhadap ketidakmasyhuran (cenderung untuk menampakkan diri), serta bencana-bencana yang lain.

Dan barang siapa yang berambisi terhadap harta akan menghadapi bermacam-macam bahaya serta
bencana-bencana yang besar apabila orang tersebut tidak dilindungi oleh Allah ta'ala dan ditolong oleh
rahmat-Nya.

Yang tercela dari cinta kedudukan dan harta adalah cinta yang berlebihan dan melewati batas,
sehingga orang tersebut menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keduanya, baik yang
diperbolehkan maupun yang dilarang, dan orang tersebut menjadi tersibukkan dengan urusan itu
sehingga meninggalkan ibadah dan berdzikir kepada Allah ta'ala, sebagaimana yang banyak terjadi
pada sebagian orang yang cinta dunia dan melupakan Allah ta'ala.

Adapun seseorang yang mencari jabatan dan harta dengan niat yang baik, yaitu untuk membantu
menuju akhirat serta menjaga agama dan diri dari gangguan orang-orang dzalim dan dari
membutuhkan bantuan orang lain, akan tetapi hal tersebut tidak menyebabkan dia lupa beribadah dan
berdzikir kepada Allah ta'ala, dan orang tersebut senantiasa taqwa dan takut kepada Allah ta'ala, maka
hal tersebut diperbolehkan dan tidak mengakibatkan dosa, Insya Allah.

Dan bagaimanapun juga, sedikit berambisi terhadap kedudukan dan harta dan meninggalkan
kecintaan terhadap keduanya merupakan sikap yang lebih berhati-hati, menjadikan selamat dan lebih
mendekatkan pada ketakwaan dan lebih menyerupai tuntunan orang-orang sholeh yang terdahulu.

8. Kikir dan Bakhil

Kikir dan bakhil adalah dua sifat buruk yang mencelakakan. Allah ta’ala berfirman :
         .
) 16 : ‫ (التاغبون‬       

100
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan
nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimudan Barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya,
Maka mereka Itulah orang-orang yang beruntung. (QS. At Taghobun : 16 ).

Dan Allah ta’ala berfirman :

             
) 180 : ‫ ( آل عمران‬          
”Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari
karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. sebenarnya kebakhilan itu adalah
buruk bagi mereka. harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari
kiamat”. (QS. Al Imron :180 ).

Asy Syuhhu (kikir) adalah kebakhilan yang sangat melampui batas. Sebagaimana dikatakan oleh
sebagaian ulama Rohimahumullah : adalah ketamakan seseorang untuk mengambil apa yang ada
ditangan orang lain.

Adapun bakhil adalah kekikiran seseorang pada apa yang dimilikinya. Puncaknya adalah
seseorang kikir dalam mengeluarkan hak-hak yang wajib baginya atas hartanya, seperti zakat dan
sesuatu yang masih dalam kategori dengan arti zakat.

Barang siapa memiliki sifat seperti itu maka dia adalah orang yang betul-betul kikir yang akan
menghadapi celaan dan ancaman untuk orang kikir.

Adapun kikir untuk berinfaq pada jalan-jalan kebaikan dan mendekatkan diri kepada Allah ta’ala
padahal dia mampu untuk mengerjakannya, maka hal itu lebih ringan akibatnya, dari pada keadaan
orang sebelumnya. Dia juga dinamakan orang yang kikir karena dia lebih mendahulukan harta, senang
menahan harta dan bakhil mentasyarufkan hartanya pada perkara yang lebih luhur dan bermanfaat
baginya disisi Allah ta’ala. Yaitu berupa derajat yang luhur dan kebaikan–kebaikan yang abadi di
akhirat. Selama seseorang lebih memilih menyimpan hartanya daripada menyerahkan hartanya
didalam hal-hal yang dicintai dan diridloi Allah ta’ala, maka dia tidak terlepas dari sifat kikir.
Seseorang tidak dikatakan dermawan dan murah hati, sampai dia mau memberikan hartanya dalam hal-
hal yang dicintai Allah ta’ala adalah merupakan sesuatu yang lebih unggul dan lebih dicintai olehnya
dari pada menyimpan hartanya.

Maka ketahuilah keterangan diatas dan kerjakanlah, semoga Allah ta’ala memberikan petunjuk
bagimu.

9. Al Ghurur

Diantara perkara yang dapat merusakkan adalah al ghurur yaitu seseorang yang menyamarkan atas
dirinya dan memperlihatkan pada dirinya segala sesuatu yang berlawanan dengan kenyataan. Dan hal
itu dikarenakan lemah mata batinnya dalam masalah agama serta sedikit pengetahuannya terhadap
hakekat – hakekat agama karena ketidaktahuannya atas bahaya-bahayanya perbuatan tersebut dan tipu
daya syaitan, dan karena menangnya hawa nafsu atas dirinya dan juga dikarenakan kecenderungannya
terhadap keinginan dan tipu daya hawa nafsu. Allah ta’ala berfirman untuk memperingatkan
hambanya dari ghurur :
            
)5 : |‫ ( فاطر‬  
“Hai manusia, Sesungguhnya janji Allah adalah benar, Maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia
memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu
tentang Allah”. (QS. Faathir :5)

Dan Allah ta’ala berfirman didalam menyifati sebagian oang yang tertipu :

          
) 104 – 103 : ‫ ( الكهف‬     

101
“Katakanlah : "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi
perbuatannya?"Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini,
sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya”. (QS. Al Kahfi : 103 –104 ).

       


     
)14 :‫( الحديد‬
“Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang mukmin) seraya berkata: "Bukankah
Kami dahulu bersama-sama dengan kamu?". Mereka menjawab: "Benar, tetapi kamu mencelakakan
dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran Kami) dan kamu ragu- ragu serta ditipu oleh angan-angan
kosong sehingga datanglah ketetapan Allah;dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (syaitan) yang
Amat penipu”. (QS. Al Hadiid : 14).

Nabi ‘Alaihi sholllatu wasallam bersabda :

ِ > > >ِ‫>وت والْع‬


‫>اج ُز َم ْن أَْتبَ> > > َ>ع َن ْف َس > > >هُ َه َو َاها َومَتَىَّن َعلَى اللَّ ِه‬ ِ ِ > >‫اَلْ َكيِّس من دا َن َن ْفس > > >ه وع ِ>م‬
َ > >‫>ل ل َما َب ْ>ع > > َ>د الْ َ>م‬
َ ََُ َ َ َْ ُ
‫ْاأل ََمانِ َي‬
“Orang yang cerdas adalah orang yang memandang / mengoreksi dirinya hina dan melakukan amal
untuk setelah mati dan orang yang lemah adalah orang yang menuruti hawa nafsunya dan berangan –
angan pada Allah ta’ala dengan banyak angan-angan”.

Adapun macam-macamnya ghurur serta golongan orang yang tertipu yang terdiri dari orang -
orang yang berbuat ta’at dan maksiat jumlahnya banyak.

Diantara contoh orang taat yang tertipu adalah :


1. Seseorang yang mencari ilmu dan menunda-nunda untuk mengamalkannya, kemudian dia
membuat alasan untuk dirinya dengan keutamaan ilmu dan keutamaan dalam mencari ilmu,
sementara dia lupa atas dengan celaan dan ancaman yang pedih bagi orang yang tidak mau
mengamalkan ilmunya.

2. Seseorang belajar dan mengajar untuk kesombongan dan tamak kepada orang lain, serta
menganggap bahwa dirinya telah belajar dan mengajar karena Allah ta’ala, sementara dia tidak
mau mengoreksi dirinya dan tidak mau menguji dirinya dengan perbuatan-perbuatan orang yang
ikhlas

3. Seseorang yang memperbanyak sholat, qiyamul lail dan berbuat kebaikan, kemudian dia
mengagumi dirinya dan melihat akan daya dan upayanya, sementara dia lupa akan anugerah Allah
ta’ala pada dirinya atas taufiq dan hidayah-Nya. Adapun sifat ujub (‫ ) العجب‬dapat menghapus amal-
amal kebaikan

4. Seseorang yang riya’ / pamer dalam beribadah dan mencari kedudukan dimata orang lain dengan
ibadah tersebut serta menganggap bahwa dirinya telah berbuat ikhlas dan mengharap untuk
mendekatkan diri kepada Allah ta’ala.

Abu Darda’ rodliallahu ‘anhu telah berkata :

ِ > ‫ ولَ > َذرٌَّة ِمن ص‬، ‫ َكي>>ف ب ْغلِب >>و َن س >هَْر الْحمقَى وص >َْومهم‬، ‫حبَ > َذا نَ >ومُ اْألَ ْكي >>اس وفِطْ >>رهم‬
ِ ‫اح‬
‫ب‬ َ ْ َ ْ َُ َ ْ َ َ َ َ ْ ُُْ َ َ ْ َّ
.‫ين‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ْ‫ني وتَـ ْقوى اَف‬ ِِ
َ ‫ض ُل م ْن أ َْمثَال الْجبَال م ْن أ َْع َمال الُْم ْغرَت‬
َ َ َ ‫اْليَق‬
“Alangkah nikmatnya tidurnya orang pandai yang tidak berpuasa. bagaimana mereka
mengalahkan orang-orang bodoh yang begadang dan berpuasa?. Sungguh sebutir amal dari
orang yang mempunyai keyakinan dan ketaqwaan, lebih utama dibandingkan amal-amal orang
yang tertipu yang menyerupai gunung”.
Diantara contoh ahli maksiat yang tertipu adalah :

102
1. Seseorang yang melakukan maksiat kemudian bertaubat dan meminta ampun dengan lisannya
tanpa mengetahui syarat-syarat dan pelaksanaan taubat, lalu dia menyangka bahwa dirinya
telah bertaubat dan Allah ta’ala telah mengampuninya.

2. Seseorang memperbanyak melakukan kemaksiatan dan melanggengkannya serta melalaikan


amar ma’ruf nahi munkar, kemudian dia membuat alasan untuk dirinya bahwa hal tersebut
merupakan takdir Allah ta’ala, dan sesungguhnya tidak ada ikhtiyar baginya dan tidak ada
kemampuan untuk meninggalkan atas apa yang telah ditetapkan baginya. Ini adalah tipuan
yang besar, dan orang yang mengatakan hal ini adalah orang yang berbuat bid’ah dan tidak
termasuk golongan ahli sunnah.

3. Mengharapkan ampunan padahal dia lalai dalam melaksanakan perintah-perintah Allah ta’ala
dan lalai dalam menjauhi hal-hal yang dilarang Adapun perkataan sebagian ahli maksiat dan
orang-orang yang lalai :

“ Sesungguhnya Allah ta’ala tidak membutuhkan kita dan amal-amal kita, dan dosa tidak
membahayakan-Nya. Begitu juga ketaatan tidak dapat memberikan kemanfaatan bagi-Nya.

Perkataan ini adalah perkataan yang benar - yang dikehendaki adalah hal yang batil - dan
syaitan benar-benar telah membisikkan perkataan ini pada hati orang yang berbuat maksiat
yang berangan-angan seperti ini, dan syaitan menggerakkan lisan mereka untuk mengatakan
perkataan tersebut agar dia terputus dari ampunan dan usaha untuk mendapatkan ampunan.
Sebagaimana yang telah diperintahkan Allah ta’ala.

4. Sebagian ahli maksiat dan orang-orang yang mencampur adukkan ketaatan dan maksiat, yang
bersandar kepada kebaikan bapak dan kakek mereka yang berasal dari golongan ahli ilmu dan
orang-orang sholeh, sementara mereka tidak mau mengikuti akhlaq, perbuatan dan perkataan
mereka yang bagus. Itu semua merupakan sebagian dari tipuan yang tercela dan kebohongan
yang parah.

5. Terperdayanya sebagian ahli maksiat dengan melihat orang-orang yang sholeh, pelayanan
kepada mereka dan berprasangka baik terhadap mereka, sementara ahli maksiat tersebut
berpaling dan menjauh dari apa yang dilakukan oleh orang-orang sholeh yang berupa kebaikan,
kebenaran dan selalu taat kepada Allah ta’ala.

Macam-macamnya ghurur itu banyak sebagaimana keterangan di atas. Seseorang tidak dapat
selamat dari hal-hal tersebut kecuali dengan kembali kepada Allah ta’ala, dan hanya bergantung atas
anugerah dan kemurahan-Nya serta bersikap rasional, berhati-hati dan bergegas didalam taat kepada
Allah ta’ala, bersungguh-sungguh dan berijtihad didalam ibadah kepada Allah ta’ala disertai menjauhi
maksiat, bersyukur kepada Allah ta’ala atas semua itu disertai dengan pengakuan bahwa telah banyak
melakukan kelalaian yaitu dengan sedikit melakukan kewajiban baginya, serta selalu merasa lemah,
merasa sangat butuh kepada Allah ta’ala disertai dengan selalu merasa rendah diri dan berdo’a dan
selalu beristighfar pada waktu malam dan siang. Tiada taufiq kecuali dari Allah ta’ala, hanya kepada-
Nya saya bertawakal dan hanya kepada-Nya pula saya bertaubat.

HAL-HAL YANG MENYELAMATKAN

103
Adapun hal-hal yang dapat menyelamatkan yang wajib digunakan untuk menghiasi hati,
jumlahnya banyak. Maka kami akan menyebutkan yang paling pokok dan yang paling penting dari hal-
hal tersebut dan kami akan mengungkapkan secara global dan singkat insya Allah.

1. Taubat

Termasuk paling agungnya hal-hal yang dapat menyelamatkan adalah taubat kepada Allah ta’ala
dari segala dosa. Allah ta’ala betul-betul telah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk bertaubat, dan
Allah ta’ala memberikan semangat kepada hamba-hambanya untuk bertaubat serta berjanji akan
menerima taubat mereka. Allah ta’ala berfirman :
) 13 : >‫ ( النور‬       
“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah ta’ala hai orang-orang yang beriman supaya kamu
beruntung “. (QS. An Nur : 13).

Dan Allah ta’ala berfirman :


) 8 : ‫ ( التحرمي‬       
“ Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang
semurni-murninya”. (QS. At Tahrim : 8 )

Dan Allah ta’ala berfirman :

) 222 : ‫ ( البقرة‬     


“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang
mensucikan diri”. (QS. Al Baqoroh : 222 )

Dan Allah ta’ala berfirman :


              
) 39 : ‫ ( املائدة‬
“ Maka Barangsiapa bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu dan
memperbaiki diri, Maka Sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”. ( QS. Al Maidah : 39 )

Dan Allah ta’ala berfirman :

          
) 25 : |‫ ( الشورى‬ 
“Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan
dan mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS.As Syuro : 25 )

Dan Nabi ‘Alaihis sholatu wasallam bersabda :

) ‫ب لَهُ ( رواه ابن ماجه والطرباين يف الكرب والبيهقي> يف الشعب‬ َّ ‫اَلتَّائِب ِم َن‬
>ِ ْ‫الذن‬
َ ْ‫ب َك َم ْن الَ َذن‬ ُ
“ Orang yang bertaubat dari dosa, bagaikan orang yang tidak mempunyai dosa “.( Diriwayatkan
oleh Ibnu Majah dan At Thobaroni di dalam kitab al Kabir dan Imam Al Baihaqi di dalam kitab
Syu’abul Iman )

Dan Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

‫يئ الَّ ْلي> ِ>ل َحىَّت تَطْلُ> َ>ع‬ ِ ِ > ‫ط ي >>دَّه بِالن‬ ِ ِ ِ ُ ‫إِ َّن اهلل يبس‬
َ >ُ‫َّه>ا ِر ليَت‬
ُ >‫>وب ُمس‬ َ ُ َ ُ >‫َّه>ا ِ>ر َو َيْب ُس‬
>َ ‫يئ الن‬ َ ُ‫ط يَدَّهُ بالَّ ْلي ِل ليَت‬
ُ ‫وب ُمس‬ ُ َْ َ
) ‫س ِم ْن َم ْغ ِرهِبَا ( رواه مسلم‬ ُ ‫َّم‬
ْ ‫الش‬

104
“Sesungguhnya Allah ta’ala menerima taubat pada waktu malam hari agar orang yang berbuat
kejelekan pada siang hari bertaubat dan menerima taubat pada siang hari agar orang yang berbuat
kejelekan pada malam hari bertaubat, sehingga matahari terbit dari tempat terbenamnya“.
( Diriwayatkan oleh Imam Muslim )

Dan Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

‫ َو ِص >لُوا‬،‫ص >احِلَِة َقْب> َ>ل أَ ْن تُ ْش >غَلُوا‬ ِ >‫ وب > ِ>ادروا بِاْأل َْعم‬،‫ياأَيُّها النَّاس تُوب >>وا إِىَل ربِّ ُكم َقب>>ل أَ ْن مَتُوتُ >>وا‬
َّ ‫>ال ال‬ َ ُ ََ َْ ْ َ ُ ُ َ َ
) ‫الَّ ِذي َبْينَ ُك ْم َو َبنْي َ َربِِّ ُك ْم بِ َك ْثَر ِة ِذ ْك ِر ُك ْم لَهُ ( رواه ابن ماجة‬
“ Wahai para manusia, bertaubatlah kepada Tuhanmu sebelum kamu mati, segeralah melakukan
amal-amal yang bagus sebelum kamu tersibukkan, dan sambunglah antara kalian dan Tuhanmu
dengan memperbanyak dzikir pada-Nya “. (Diriwayatkan oleh Ibnu Majjah ).

Dan Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

) ‫إِ َّن اهللَ تعاىل َي ْقبَ ُل َت ْوبَةَ اْ َلعْب ِ>د َمامَلْ يُغَْر ِغ ْر ( رواه الرّت مذي> وإبن ماجه‬
“ Sesungguhnya Allah ta’ala menerima taubat seseorang hamba selama belum sekarat yaitu ketika
ruh sampai pangkal tenggorokan “. (Diriwayatkan oleh At Tirmidzi dan Ibnu Majjah ).

Dan Nabi ‘Alaihis sholatu wasallam bersabda :

) ‫اب ( رواه أمحد و الشيخان‬


َ َ‫وب اهللُ َعلَى َم ْن ت‬
ُ ُ‫َو َيت‬
“ Allah ta’ala meneriama taubatnya seseorang yang mau bertaubat “. ( Diriwayatkan oleh Imam
Ahmad dan Imam Al Bukhori dan Muslim ).

Syarat-syarat taubat :

Ketahuilah (semoga Allah ta’ala memberikan rahmat-Nya kepadamu), sesungguhnya taubat


bukanlah ucapan “Astaghfirullah wa atuubu ilaih” dari lisan seorang hamba dengan tanpa ada
penyesalan di dalam hati dan meninggalkan dosa.

Para ulama Rohimallahumullah menyebutkan syarat-syarat taubat yang harus dikerjakan, dan
taubat belum sempurna kecuali dengan memenuhi syarat-syarat tersebut.
Syarat-syarat tersebut ada tiga :

1. Penyesalan dalam hati atas dosa-dosa yang telah lalu

2. Melepaskan diri dari dosa artinya : seseorang tidak bertaubat dari suatu dosa ketika dia masih
mengerjakan dan selalu melakukan dosa itu.

3. Mempunyai tekad untuk tidak mengulangi dosa-dosanya selama masih hidup.

Dan ketiga syarat ini harus dilakukan di dalam bertaubat dari dosa-dosa yang terjadi antara seorang
hamba dengan Tuhannya. Dan ditambahkan lagi syarat keempat atas dosa-dosa yang terjadi antara
seorang hamba dengan hamba yang lain. Yaitu mengembalikan hal-hal yang di ambil secara dzolim
kepada pemiliknya.

Apabila seseorang telah bertaubat dari dosa-dosanya dengan cara-cara yang telah kami sifati, maka
sebaiknya dia berada diantara takut dan berharap. Mengharap kepada Allah Ta’ala akan diterima
taubatnya dengan anugerah dan kemurahan-Nya, dan takut jika tidak di terima taubatnya, karena tidak
melakukan taubat sesuai dengan tata cara yang telah diperintahkan oleh Allah Ta’ala. Maka jadilah dia
orang yang tidak bertaubat disisi Allah Ta’ala.

105
Sebaiknya bagi tiap orang mukmin bahkan sangat diwajibkan baginya untuk menjaga diri dari
segala dosa secara keseluruhan, karena di dalamnya (dosa-dosa) terdapat murka dan siksa Allah ta’ala.
Dosa-dosa tersebut merupakan sebab atas semua musibah dan kerusakan yang terjadi pada manusia
ketika di dunia meupun di akhirat. Maka ketika seseorang tejatuh dalam perbuatan dosa, maka wajib
baginya untuk segera bertaubat kepada Allah ta’ala dari dosa-dosanya dengan tanpa mengerjakan dosa
lagi dan tidak ridlo dengan dosa tersebut.

Dan sebaiknya bagi setiap mukmin agar tidak henti-hentinya bertaubat kepada Allah ta’ala, dan
memperbaharui taubat disetiap kondisi dan waktu. Itu semua karena sesungguhnya dosa jumlahnya
sangat banyak. Diantaranya adalah dosa kecil dan besar, dosa yang tidak kelihatan dan dosa yang
kelihatan, dosa yang diketahui seorang hamba dan dosa yang tidak diketahui. Dan terkadang seseorang
disiksa sebab teledor dalam mencari ilmu karena berdosa, atau sebab dosa-dosa tersebut mempunyai
permulaan-permulaan yang bisa diketahui dan dijauhi.

2. Memperbanyak Istigfar

Termasuk perkara yang sangat penting adalah memperbanyak istigfar, dan Allah ta’ala telah
memerintahkan untuk banyak membaca istigfar dan memberi semangat didalam memperbanyak
istigfar. Allah ta’ala befirman :
) 20 : ‫( املزمل‬       
“ Dan mohonlah ampun pada Allah ta'al Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (QS. Al Muzammil : 20 )

Dan Allah Ta’ala telah berfirman pada Rosul-Nya sholallahu ‘alaihi wassalam :

) 19 : ‫( حممد‬    


“Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan
perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal”.
(QS. Muhammad : 19 )

Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

ُ ‫ َو َر َزقَ> >>هُ ِم ْن َحْي‬،‫>ل ِض> > ٍيق خَمَْر ً>ج>>ا‬


‫ث‬ ِّ > ‫ َو ِم ْن ُ>ك‬،‫>ل َه ٍّم َفَر ً>ج>>ا‬
ِّ > ‫َم ْن لَ> > ِز َم اْ ِال ْس> >تِ ْغ َف َ>ار َج َع> > َ>ل اهللُ لَ >>هُ ِم ْن ُك‬
) ‫ب ( رواه أبو داود والنسائي وابن ماجه واحلاكم‬ ِ
ْ ‫الَ حَيْتَس‬
Barang siapa selalu beristighfar, maka Alah akan memberi kemudahan dalam setiap kesusahan, dan
akan memberikan jalan keluar dalam setiap kesulitan, dan akan memberikan rizqi yang tak terduga
( Diriwayatkan oleh Abu Dawud, An Nasa’i, Ibnu Majah, dan Al Hakim)

Dan Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

) ‫استِ ْغ َف ًارا> َكثِ ًريا ( رواه ابن ماجه والطرباين والبيهقي‬ ِ ِ ِ ‫طُو لِمن وج َد يِف‬
ْ ‫صحي َفته‬
َ َ َ ْ َ ‫ىَب‬
Sungguh beruntung orang yang mendapatkan buku amalnya dipenuhi dengan istighfar yang banyak
( Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, At Thobaroni, dan Al Baihaqi )

Firman Allah Ta’ala dalam menerangkan keutamaan istighfar, manfaat dan faedah-faedahnya :

           
) 33 : ‫ ( األنفال‬ 
Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. dan
tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun ( QS. Al Anfal : 33 )

106
Dan firman Allah Ta’ala seraya menceritakan tentang Nabi Nuh ‘Alihis salam :

         
         
) 12 – 10 : ‫ ( نوح‬ 
Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah
Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan
membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan Mengadakan untukmu kebun-kebun dan Mengadakan
(pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. ( QS. Nuh : 10 – 12 )

Taubat dan istighfar merupakan bagian dari gudang-gudang kebaikan, pintu mendekatkan diri kepada
Allah Ta’ala, dan penghantar yang paling cepat menuju semua kebaikan dunia dan akhirat.

Selalu bertaubatlah dan beristighfar diwaktu siang dan malam. Semoga Allah memberikan rahmat-Nya
kepada kalian semua. Sesungguhnya syetan yang dilaknat oleh Allah, menipu sebagian orang-orang
muslim yang bodoh. Dia berkata kepada orang muslim yang bodoh : “ Bagaimana engkau bertaubat
sedangkan dirimu tidak mengetahui bagaimana engkau selalu bertaubat. Dan berapa kali engkau
kembali berbuat dosa?”. Dan syetan menaruh rasa was-was dari jenis ini di dalam hati orang muslim
yang bodoh. Maka takutlah seorang muslim terhadap syetan, janganlah tertipu, dan jangan mengikuti
kebodohan dan tipu daya syetan.

Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

ِ ِ ِ
َ ‫اسَت ْغ َفَر َولَ ْو َع َاد يِف الَْي ْوم َسْبع‬
) ‫ني َمَّرةً ( رواه أبو داود والرتمذي‬ ْ ‫َما أَصَّر َم ِن‬
Tidaklah berada dalam dosa, orang yang beristighfar, meskipun dia mengulangi berbuat dosa
sebanyak 70 kali dalam sehari ( Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Imam At Turmudzi )

Wajib bagi seorang hamba untuk bertaubat dan memohon pertolongan kepada Allah Ta’ala.
Apabila dirinya kembali lagi berbuat dosa, maka hendaknya dirinya kembali bertaubat kepada Allah
Ta’ala. Semoga taufiq dan pertolongan Allah Ta’ala selalu terlimpahkan kepada kita.

3. Ar Roja’ dan Al Khouf ( Mengharap dan Takut kepada Allah Ta’ala )

Termasuk sebagian dari-hal-hal yang menyelamatkan adalah (mengharap kepada Allah ta’ala
dan takut karena Allah ta’ala). Ar roja’ (mengharap) dan al khouf ( ketakutan ) merupakan sebagian
dari beberapa kedudukan yang mulia. Dan Allah ta’ala telah mensifati para nabi dan rosul-Nya serta
para pengikut mereka yang berbuat kebaikan (orang-orang mukmin yang sholeh) dengan kedua sifat
tersebut. Allah ta’ala berfirman:

        


‫ ( اإلسراء‬         
) 57 :
“ Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka, siapa di
antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-
Nya;Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti”. ( QS. Al Isyro’ : 57 )

Dan Firman Allah ta’ala :

          
)90: ‫ ( األنبياء‬
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-
perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah
orang-orang yang khusyu' kepada kami”. ( QS. Al Anbiya’ : 90 )

107
Dan firman Allah ta’ala :

         
) 218 : ‫ ( البقرة‬      
“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah,
mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
(QS. Al Baqoroh : 218 ).

Dan firman Allah ta’ala :

         
)60 : ‫ (املؤمنون‬
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, ( karena
mereka tahu bahwa ) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka”.
( QS. Al Mu’minuun : 60 )

Ketahuilah bahwa sesungguhnya al khouf adalah pencegah yang dapat mencegah seseorang dari
berbuat maksiat dan melanggar perintah-perintah-Nya. Sedangkan ar roja’ adalah penuntun yang dapat
menuntun seorang hamba pada amal kebaikan dan mengikuti perintah –perintah-Nya. Maka barang
siapa ketakutannya tidak dapat mencegah dirinya berbuat maksiat kepada Allah ‘Azza wajalla dan
roja’nya tidak dapat menuntun dirinya untuk taat kepada Allah Ta’ala, maka ar roja’ dan al khoufnya
hanyalah bisikan hati yang tak ada artinya dan tidak bisa dibuat pegangan, karena tidak adanya hasil
yang dituju dan faidah yang dikehendaki.

Sebagian manusia benar-benar telah salah dalam memahami akan arti ar roja’ kepada Allah ta’ala.
Mereka menganggap bahwa ar roja’ adalah boleh melakukan kemaksiatan secara terus menerus dengan
berpegang atas luasnya rahmat Allah ta’ala, sehingga mereka menjadi rusak dengan tanpa disengaja.
Dan itu semua menimpa terhadap golongan orang-orang awam yang tertipu dengan kemurahan Allah
Ta’ala.

Ar roja’ seperti ini adalah ar roja’ yang bohong yaitu tertipu dengan kemurahan Allah Ta’ala dan
sedikitpun tidak termasuk arroja’ yang terpuji, karena ar roja’ yang terpuji adalah yang dapat
menuntun seseorang untuk melakukan amal ketaatan kepada Allah Ta’ala dan mendorong untuk
berpijak di jalan yang diridloi oleh Allah Ta’ala. Sebaiknya seorang mukmin harus waspada terhadap
ar roja’ yang seperti ini. Karena sesungguhnya roja’ tersebut adalah tipu daya dan kejelekan yang
didatangkan setan dalam bentuk kebaikan.

Dan sebaiknya seorang mukmin agar selalu waspada terhadap rasa aman dari siksa Allah Ta’ala
dan putus asa dari rahmat-Nya.
Allah Ta’ala berfirman:
: ‫(األع>>راف‬           
) 99
“ Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah ( yang tidak terduga-duga )? tiada yang merasa
aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi ”. (QS. Al A’rof : 99).

Dan firman Allah ta’ala :


) 56 : ‫( احلجر‬        
“ Ibrahim berkata: "tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang
yang sesat". (QS. Al Hijr : 56).

Merasa aman dari siksa Allah ta’ala adalah merupakan arti dari roja’ saja tanpa adanya rasa takut
sama sekali kepada Allah Ta’ala, sehingga orang tersebut menganggap bahwa Allah Ta’ala tidak
mungkin menyiksanya.

108
Adapun putus asa adalah merupakan arti dari rasa takut saja tanpa adanya roja’ sama sekali,
sehingga dia menganggap Allah Ta’ala tidak mungkin memberikan rahmat-Nya dan mengampuninya.
Rasa aman dari adzab Allah Ta’ala dan putus asa dari rahmat-Nya termasuk sebagian dari dosa-dosa
yang besar. Maka waspadalah wahai orang mukmin dari keduanya dan tempatkanlah dirimu diantara
ar roja’ dan al khouf, dan janganlah kamu janganlah tertipu dengan kemurahan Allah Ta’ala dan
janganlah lancing kepada-Nya. Karena sesungguhnya Tuhanmu adalah Dzat yang paling cepat
siksanya. Dan sesungguhnya Allah Ta’ala Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

4. Bersabar Atas Cobaan

Diantara hal-hal yang menyelamatkan adalah bersabar atas cobaan Allah Ta’ala, mensyukuri
nikmat-nikmat Allah ta’ala dan zuhud dari kesenangan dunia yang dapat menyibukkan diri dari
mengingat kepada Allah Ta’ala.

Adapun sabar mempunyai beberapa keutamaan yang agung. Kebutuhan seorang mukmin pada
kesabaran dalam segala tingkah lakunya, adalah pendorong dan bersifat umum. Adapun perintah dan
anjuran yang menerangkan tentang kesabaran, baik dari Allah Ta’ala dan Rosulullah Shollallahu
‘alaihi wasallam, banyak tersebar.

Allah Ta’ala berfirman :

         


) 153 : ‫ ( البقرة‬
“ Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang sabar ”. (QS. Al Baqoroh : 153)

Dan firman Allah Ta’ala :


) 155 : ‫( البقرة‬  
“Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”. (Al Baqoroh : 155 )

Dan firman Allah Ta’ala :


) 146 : ‫( آل عمران‬   
“Dan Allah menyukai orang-orang yang sabar”. ( QS. Ali Imron : 146 )

Dan Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya ‘Alaihissholatu wasallam :

) 127 : ‫ ( النحل‬    


“ Bersabarlah ( hai Muhammad ) dan Tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan
Allah”. ( QS. An Nahl : 127 ).

Dan firman Allah ta’ala :


) 48 : ‫ ( الطور‬    
“ Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, Maka Sesungguhnya kamu berada dalam
penglihatan Kami”. ( QS. Ath Thuur : 48 )

Dan firman Allah ta’ala :

) 24 : ‫ ( السجدة‬      


“ Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan
perintah Kami ketika mereka sabar”. ( QS. As Sajdah : 24 )

Dan firman Allah ta’ala :.

109
) 10 :‫( الزمر‬      
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”.
( QS. Az Zumar : 10 )

Maka seorang mukmin sangat membutuhkan kesabaran ketika :


- Datangnya cobaan-cobaan yang berupa kesulitan-kesulitan, musibah-musibah, kemelaratan dan
hal-hal yang menyakitkan, yaitu dengan tidak merasa gelisah ketika datangnya sesuatu dari hal-hal
tersebut. Bahkan bersikap tenang, teguh, tidak jengkel serta marah-marah, tidak mengadu kepada
sesama makhluk, melainkan mengembalikan semuanya kepada Allah Ta’ala dengan khusyu’ dan
rasa rendah diri, berdo’a dan berprasangka baik pada tuhannya dan meyakini bahwa Allah Ta’ala
tidak menurunkan cobaan pada hambanya kecuali dalam ujian terdapat kebaikan yang banyak,
berupa terangkatnya derajat-derajat, bertambahnya kebagusan-kebagusan dan terhapusnya
kejelekan-kejelekan sebagaimana yang telah tercantum dalam hadits-hadits yang masyhur dan
banyak.

- Melakukan ketaatan-ketaatan. Yaitu dengan tidak bermalas-malasan dari ibadah dan mengerjakan
ketaatan seperti yang diperintahkan Allah ta’ala berupa kesempurnaan merasa hadir dihadapan
Allah ta’ala didalam melakukan ketaatan, ikhlas karena Allah ta’ala, tidak riya’ dalam ibadah dan
tidak berpura-pura baik dihadapan makhluk. Termasuk keinginan nafsu adalah merasa berat dan
malas untuk melakukan ketaatan. Maka seseorang butuh untuk memaksa nafsunya agar
melakukan ketaatan-ketaatan dengan kesabaran yang baik.

- Mencegah dirinya dari berbuat maksiat dan hal-hal yang diharamkan, karena nafsu terkadang
mengajak kita pada kemaksiatan dan membisikkan hati untuk mengerjakannya. Maka seseorang
dapat mencegahnya dengan kesabaran yang baik dari melakukan perbuatan maksiat secara dzohir
dan dari bisikan nafsu dan rasa condong terhadap maksiat secara batin.

- Mencegah diri dari syahwat yang mubah, yaitu keinginan hawa nafsu kepada syahwat tersebut
hanya untuk mencari kesenangan saja dan menikmati hal-hal yang bersifat duniawi. Maka
sesungguhnya keasyikan dan mengumbar hawa nafsu yang berlarut-larut pada kesenangan tersebut
dapat mendatangkan perkara-perkara yang syubhat dan haram, memperbanyak rasa cinta terhadap
hal-hal yang bersifat keduniawian, menggerakkan rasa tamak kepadanya, mendorong untuk
mementingkan dunia dan senang kepada dunia, dan mendorong untuk melupakan dan melalaikan
akhirat. Maka, sungguh kamu telah mengetahui kebutuhan seorang mukmin pada kesabaran
didalam semua perilaku dan waktunya. Semoga Allah memberikan rahmatnya kepada kalian semua
atas apa yang telah kami sebutkan. Selalu bersabarlah! maka kamu akan memperoleh semua
kebaikan dan kebahagiaan.

5. Mensyukuri atas Nikmat

Syukur adalah termasuk sebagian dari kedudukan yang mulia dan luhur. Allah ta’ala berfirman :
) 114 : ‫( النحل‬       
"Dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.” (QS. An Nahl : 114 )

Dan firman Allah ta’ala :

) 15 : ‫( سباء‬      


"Makanlah olehmu dari rezeki yang ( dianugerahkan ) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-
Nya”. (QS. Saba’ : 15)

Dan firman Allah ta’ala :

) 13 : ‫( سباء‬         

110
“Bekerjalah Hai keluarga Daud untuk bersyukur ( kepada Allah ). dan sedikit sekali dari hamba-
hambaKu yang berterima kasih.” ( QS. Saba’ : 13 )

Dan firman Allah ta’ala :

)145 : ‫ ( آل عمران‬ 


" Dan Kami akan memberi Balasan kepada orang-orang yang bersyukur". (QS. Ali Imran : 145 )

Orang yang bersyukur termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk dan beriman
besok di hari kiamat, yaitu orang yang pertama kali dipanggil masuk surga. Pokok syukur adalah
seseorang mengetahui bahwa semua nikmat yang dia rasakan baik secara dzohir maupun batin berasal
dari Allah Ta’ala, sebagai anugerah dan pemberian dari-Nya.

Termasuk syukur adalah senang dengan wujudnya nikmat dengan pengertian bahwa nikmat
tersebut merupakan wasilah ( perantara ) untuk melakukan ketaatan kepada Allah Ta’ala dan untuk
memperoleh taqorrub ( kedekatan ) dari Allah Ta’ala, memperbanyak membaca Alhamdulillah, dan
memuji Allah dengan lisannya.

Termasuk syukur adalah melakukan amal ketaatan kepada Allah ta’ala dan memohon pertolongan
dengan menggunakan nikmat-nikmat Allah ta’ala untuk melakukan ketaatan kepada-Nya, dan
menempatkan (membelanjakan) nikmat-nikmat Allah Ta’ala pada tempat yang disukai oleh Allah
Ta’ala ( ibadah kepada Allah Ta’ala ) - Itu semua adalah puncak syukur -, tidak takabbur (sombong)
dan merasa bangga dengan nkmat-nikmat tersebut, tidak semena-mena dan berbuat aniaya pada
hamba-hamba Allah ta’ala yang lain. Barang siapa yang melakukan hal tersebut diatas maka dia
termasuk orang yang mengkufuri dan tidak mensyukuri nikmat Allah Ta’ala.

Mengkufuri nikmat merupakan sebab dihilangkannya nikmat dan digantikan dengan siksa. Allah
Ta’ala berfirman :

            
) 53 : ‫( األنفال‬  
“ ( siksaan ) yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah
sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa-apa
yang ada pada diri mereka sendiri”. (QS. Al Anfal : 53)

Maksudnya adalah mereka meninggalkan atas mensyukuri nikmat. Maka barang siapa yang
meninggalkan syukur pada nikmat, maka dia akan mendekati terampasnya nikmat dari dirinya dan
rusaknya nikmat tersebut. Dan orang yang bersyukur terhadap nikmat, dia akan mendekati kebaikan
dan bertambahnya nikmat. Allah Ta’ala berfirman :

) 7 : ‫( إبراهيم‬      


“ Dan ( ingatlah juga ), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti
Kami akan menambah ( nikmat ) kepadamu”. (QS. Ibrahim : 7 )

Termasuk syukur adalah mengagungkan nikmat walaupun nikmat itu kecil, karena melihat kepada
agungnya Dzat yang memberi nikmat itu. Sesungguhnya Allah Ta’ala telah memberikan nikmat yang
banyak pada hambanya, dan tak terhitung jumlahnya. Dan seseorang tidak mampu untuk
menghitungnya, lebih-lebih mensyukurinya. Allah Ta’ala berfirman :

) 18 : ‫( النحل‬           
“ Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nahl : 18)

Dan sebaiknya seseorang tidak melihat kepada orang lain yang diberikan nikmat melebihi dirinya,
dengan pandangan iri dan beranggapan banyak. Karena sesungguhnya, terkadang dia menyepelekan

111
nikmat Allah Ta’ala dan menganggapnya hina, lalu dia tidak mau mensyukuri nikmat sehingga semua
itu dapat menjadikan sebab dirampasnya nikmat dan dipindahkannya nikmat itu dari dirinya. Maka dia
tidak diberikan nikmat yang banyak, yang membuat dia iri terhadap nikmat saudaranya, disertai
dirampasnya nikmat yang sedikit yang telah diberikan oleh Allah Ta’ala kepadanya, karena dia
meninggalkan syukur kepada-Nya dan tidak mau menjaga adab terhadap tuhannya.

Dan Allah Ta’ala telah mengutamakan sebagian hamba-Nya atas yang lain, karena terdapat
rahasia-rahasia didalam pengutamaan tersebut bagi mereka, dan hikmah-hikmah yang tidak ada
satupun yang dapat mengetahuinya kecuali hanya Allah Ta’ala, dan karena beberapa kemanfaatan
serta kemaslahatan bagi mereka, yang tidak ada yang mampu mengetahuinya kecuali hanya Allah
Ta’ala. Maka sebaiknya seorang hamba ridlo dengan apa yang telah dibagi oleh tuhannya dan
mensyukuri atas nikmat yang telah diberikan Allah Ta’ala kepadanya, serta memohon tambahan dari
anugerah-Nya. Sesungguhnya simpanan-simpanan yang ada di langit dan di bumi berada dalam
genggaman-Nya, dan semua kebaikan ada di dalam kekuasaan-Nya. Dia melakukan sesuatu atas apa
yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Ta’ala Maha Kuasa atas segala sesuatu.

6. Zuhud Dunia

Zuhud terhadap dunia adalah merupakan paling utamanya hal-hal yang menyelamatkan dan paling
utama-utamanya untuk taqorrub kepada Allah Ta’ala.

Allah Ta’ala berfirman untuk mendorong hambanya agar zuhud di dunia :

           
) 8 – 7 : ‫ ( الكهف‬     
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami
menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. Dan Sesungguhnya Kami
benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah rata lagi tandus
” ( QS. Al Kahfi : 7-8 )

Hakikat Zuhud adalah hilangnya rasa cinta terhadap dunia dari hati, dan merasa dunia lebih hina
atas seorang hamba, sehingga berpalingnya dunia dan berkurangnya dunia, lebih disenangi dan dipilih
baginya dari pada berlimpahnya dunia. Ini merupakan zuhud dipandang dari sisi batin. Adapun jika
dipandang dari sisi dhohir, maka orang yang zuhud adalah orang yang menjauhkan diri dari dunia
dengan kehendaknya sendiri padahal mampu untuk mendapatkan dunia, dan memakai barang dunia
secukupnya, baik berupa makanan, pakaian, tempat tinggal dan lainnya dengan memakai yang
seperlunya. Sebagaimana sabda Nabi ‘Alaihi sholatu wasallam :

ِ ِ‫الراك‬
)‫ب (رواه أبو نعيم في احللية وابن ماجة والطرباني‬ ُّ ‫لِيَ ُك ْن بَالَغُ اَ َح ِدكُْم ِم َن‬
َّ ‫الد ْنيَا َكَز ِاد‬
“Sebaiknya bekal kalian semua didunia, seperti bekalnya orang yang berpergian” ( Diriwayatkan oleh
Abu Nuaim di dalam kitab “Al Hilyah”, Ibnu Majah dan At Thobaroni )

Maka apabila seseorang yang mencintai dunia dengan sepenuh hatinya dan berusaha
mengumpulkan dunia dengan maksud untuk bermewah-mewahan dan berfoya-foya dengan hawa
nafsu, maka dia termasuk orang yang mencintai dunia dan sama sekali tidak termasuk orang yang
zuhud. Dan apabila seseorang condong dan senang pada dunia, bukan untuk kenikmatan semata tetapi
untuk diinfaqkan pada jalan-jalan kebaikan dan taqorub kepada Allah Ta’ala, maka dia adalah orang
yang berbuat kebaikan jika memang amalnya sesuai dengan niatnya. Akan tetapi dalam hal ini dia
tidak bisa lepas dari bahaya. Adapun orang yang mencari dunia dan senang pada dunia kemudian
usahanya untuk mencari dunia tidak berjalan lancar dan tidak membuahkan hasil sehingga dia tetap
menjadi fakir yang tidak mempunyai apa-apa, maka dia adalah orang yang fakir dan tidak termasuk
orang yang zuhud. Di dalam kefakirannya tersebut terdapat keutamaan dan pahala yang besar jika dia
mau bersabar dan ridlo akan semua itu.

Adapun seseorang yang bermewah-mewahan dan berfoya-foya pada kesenangan dunia sementara
dia mengakui bahwa dia tidak menyukai dunia dan tidak terlintas dalam hatinya kecintaan terhadap
dunia, maka dia adalah orang yang tertipu dan omong kosong, yang tidak ada realisasi dalam

112
pengakuannya. Dia tidak mempunyai panutan yang bisa dicontoh dalam keadaannya tersebut seperti
imam-imam yang mendapatkan petunjuk, orang-orang solih dan juga tidak mengkuti ulama’ salaf
ataupun ulama’ kholaf.

7. Berserah Diri Kepada Allah Ta’ala

Diantara hal-hal yang dapat menyelamatkan adalah berserah diri ( tawakkul ), cinta, ridlo,
memperbaiki niat kepada Allah Ta’ala serta ikhlas baik dhohir maupun batin karena Allah Ta’ala.

Adapun tawakkal kepada Allah Ta’ala termasuk kedudukan orang-orang yakin yang paling mulia
dan buah keyakinan yang paling agung. Allah Ta’ala berfirman :

) 79 : ‫( النمل‬         


“ Sebab itu bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya kamu berada di atas kebenaran yang nyata”.
(QS. An Naml:79)

Dan firman Allah Ta’ala :


) 159 : ‫( آل عمران‬    
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (QS,Ali Imron:159)

Dan firman Allah Ta’ala :


) 13 : ‫( التغابن‬     
“Dan hendaklah orang-orang mukmin bertawakkal kepada Allah saja” .(QS.Attaghobun: 13).

Dan firman Allah Ta’ala :


) 23 : ‫( املائدة‬       
“Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang
beriman". (QS.Al Maidah : 23)

Dan firman Allah Ta’ala :


) 3 : ‫( األحزاب‬        
“Dan bertawakkallah kepada Allah. dan cukuplah Allah sebagai Pemelihara”. (QS. Al Ahzab : 3)

Dan Nabi ‘Alaihi sholatu wasallam bersabda :

‫وح بِطَانًا (رواه‬‫ر‬


ُ ‫ت‬ ‫و‬ ‫ا‬ > ‫ص‬ ‫ا‬ ‫اهلل ح َّق تو ُّكلِ ِه لَرزقَ ُكم َكما يرز ُق الطَّير تغ> ُذو مِخ‬
ِ ‫ولَو أَنَّ ُكم َتو َّك ْلتُم علَى‬
ُ َ َ ً َ ْ َ َ ْ ُ َ
ْ َ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َْ
)‫أمحد والرتمذي وابن ماجة واحلاكم وأبو نعيم في احللية‬
“Andaikan kalian semua bertawakkal kepada Allah Ta’ala dengan sebenar- benarnya tawakkal, maka
Allah Ta’ala akan memberikan rezeqi pada kalian semua sebagai mana Allah Ta’ala memberikan
rezeqi pada burung yang berangkat di pagi hari dalam keadaan lapar dan pulang dalam keadaan
kenyang” ( Diriwayatkan oleh imam Ahmad, At Turmudzi, Ibnu Majah, Al Hakim, dan Abu Nuaim
dalam kitab Al Hilyah ).

Dan di dalam hadits yang dinukil, Nabi Ibrahim ‘Alaihi sallam ketika di lempar kedalam api
mengucapkan :

‫يل‬ِ‫اهلل ونِعم اْلوك‬


ِ ‫حسبنَا‬
ُ َ َ َ ْ ُْ َ
“Cukuplah Allah Ta’ala menjadi penolong kami dan Allah Ta’ala adalah sebaik- baik pelindung”..

Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam juga mengucapkan kalimat tersebut ketika dikatakan kepada
beliau dan para sahabatnya :

113
          
) 173 : ‫ ( آل عمران‬ 
"Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah
kepada mereka", Maka Perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah
Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung". ( QS. Ali Imron :173 )

Sebagian ulama’ salaf yang sholeh Rohimahumullah berkata : ”Barang siapa ridllo kepada Allah
sebagai wakilnya, maka dia akan menemukan semua jalan kebaikan”.

Pokok tawakal adalah: keyakinan hati bahwa semua urusan dalam kekuasaan dan genggaman-Nya.
Tidak ada yang dapat membahayakan, mendatangkan manfaat, memberi dan mencegah kecuali hanya
Allah Ta’ala, sehingga seorang hamba tidak akan goyah dan bingung ketika datangnya bencana dan
malapetaka, dan dia tidak merasa takut dan tidak mengembalikan segala urusannya ketika menghadapi
beberapa musibah dan bahaya kecuali hanya kepada Allah Ta‘ala. Jikalau dia mengembalikan hal
tersebut kepada sesama makhluk, hal itu hanya dalam keadaan dhohirnya saja, tidak dalam batinnya.
Itu semua sesuai dengan perintah Allah Ta’ala yang disyariatkan.

TAWAKKAL TIDAK MENYEBABKAN


UNTUK MENINGGALKAN USAHA

Bukanlah termasuk syarat orang yang tawakkal, jika dia melepaskan usaha-usaha dunia. Akan
tetapi dia melakukan usaha tersebut disertai dengan tawakkal. Namun dalam bertawakkal, dia tetap
berpegang teguh kepada Allah Ta’ala, bukan terhadap usahanya tersebut.

Tanda orang yang benar-benar tawakkal dalam hal tersebut adalah : dia tidak condong kepada
usahanya dan tidak merasa tentram ketika usahanya terwujud dan tidak merasa susah dan goyah ketika
kehilangan usahanya dan mengalami gangguan dalam usahanya.

Terkadang seseorang yang melepaskan usaha-usaha duniawi, dia bukan orang yang tawakkal
bilamana dia masih bergantung pada usahanya, melihat sesama makhluk serta berharap banyak pada
mereka.

8. Cinta Kepada Allah Ta’ala

Cinta kepada Allah Ta’ala merupakan kedudukan (maqom) yang paling mulia dan paling tinggi.
Allah Ta’ala berfirman :

) 165 : ‫ ( البقرة‬    


"Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah" (QS. Al Baqoroh : 165).

Firman Allah Ta’ala :


) 54 : ‫ ( املائدة‬     
"Maka kelak Allah Ta’ala akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan
merakapun mencintai-Nya". (QS. Al Maidah : 54).

Sabda Rosulullah Shollallahu 'alaihi wasallam :

‫ب إِلَْي> > > > > > > > > ِ>ه‬ ِ ِ‫هِب‬ ِ ِ
َ ‫ أَ ْن يَ ُ>ك> > > > > > > >>و َن اهللُ َو َر ُس> > > > > > > > >ولُهُ أ‬: ‫ث َم ْن ُك َّن في> > > > > > > > >>ه َو َ>ج> > > > > > > > َ>د َّن َحالََوة اْ ِإلميَ> > > > > > > > >>ان‬
َّ ‫َح‬ ٌ َ‫ثَال‬
)‫ (رواه الشيخان‬.‫احلديث‬. ‫مِم َّا ِس َوا مُهَا‬

114
"Tiga perkara apabila seseorang memilikinya maka ia merasakan manisnya iman di antaranya adalah
menjadikan Allah dan Rosul-Nya itu lebih dicintai dibanding dengan yang lain". (Diriwayatkan oleh
Imam Al Bukhori dan Al Muslim).

Sabda Rosulullah Shollallahu 'alaihi wassalam :

ِ ‫ وأ‬،‫َحبُّوا اهللَ لِما ي ْغ ُذو ُكم بِِه ِمن نِعم ِه‬


ِّ ُ ‫َحبُّويِن حِب‬
)‫ب اهلل (رواه الرتميذي و احلاكم‬ ِ‫أ‬
َ ََ ْ ْ َ َ
"Cintailah Allah karena telah memberikan nikmat-nikmatnya kepada kalian. Dan cintailah diriku
karena mencintai Allah ". (Diriwayatkan oleh At Tirmidzi dan Al Hakim)

Adapun makna cinta kepada Allah Ta’ala adalah : rasa kecenderungan, ketergantungan, dan
keinginan berbakti yang dirasakan seorang hamba di dalam hatinya kepada Dzat Yang Maha Suci dan
Maha Agung, disertai dengan benar-benar mensucikan dan mengagungkan Allah Ta’ala serta takut
kepada Allah Ta’ala tanpa mencampur dengan hal-hal yang menyerupai-Nya dan prasangka bahwa
Allah berubah-ubah sesuai dengan keadaan. Allah Ta’ala Maha Agung dari hal-hal yang demikian.

Kemudian, barang siapa yang benar-benar cinta kepada Allah Ta’ala, maka rasa cinta tersebut
akan mendorongnya untuk lebih mengutamakan Allah Ta’ala dibanding yang lain, menjadikannya
lebih bersemangat dalam menempuh jalan untuk mendekatkan diri dan taat kepada Allah Ta’ala,
mencurahkan segala kemampuannya untuk khidmad kepada Allah Ta’ala, dan menjadikan dirinya
untuk meninggalkan perkara yang menyibukkannya dari mengingat Allah Ta’ala serta mengajaknya
untuk senantiasa berhubungan baik dengan Allah Ta’ala dalam segala hal.

Dan termasuk perkara besar yang menunjukkaan cinta kepada Allah Ta’ala adalah mengikuti
dengan baik jejak Rosulullah Shollallahu 'alaihi wasallam.
Allah Ta’ala berfirman :

           
) 31 : ‫ ( آل عمران‬  
"Katakanlah (Muhammad): “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai dan
mengampuni dosa-dosa kamu”. Allah Ta’ala maha pengampun lagi maha penyayang". (QS. Ali Imron
: 31).

9. Ridlo atau Rela Kepada Allah Ta’ala

Ridlo kepada Allah Ta’ala adalah suatu kedudukan (maqom) yang mulia dan luhur. Allah Ta’ala
berfirman :
) 8 : ‫( البينة‬     
"Allah ridlo terhadap mereka dan mereka pun ridlo kepada Nya ". (QS. Al Bayyinah : 8).

Orang yang ridlo terhadap Allah Ta’ala adalah orang yang ridlo terhadap qodho' (ketetapan) Allah
Ta’ala. Apapun keputusan-Nya walaupun itu berupa sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya,
dan tidak diingini oleh nafsu, yang berupa musibah pada dirinya atau hartanya, atau berupa ujian,
kesulitan, ataupun kemelaratan, maka seseorang harus ridlo dengan hal tersebut dan merasa senang,
tidak merasa gelisah terhadap ketentuan Allah Ta’ala, tidak putus asa, dan tidak menggerutu.
Sesungguhnya Allah Ta’ala bebas melakukan segala hal yang dikehendaki-Nya dalam kekuasaan-Nya
dan tidak ada seorangpun yang bisa menentang dan merebut kekuasaan-Nya.

Sebaiknya seorang hamba agar mewaspadai dari mengatakan : ‫( لو‬seandainya), ‫( لِـم‬kenapa), ‫كيف‬
(bagaimana) ?. dan sebaiknya seorang hamba Allah Ta’ala mengetahui bahwa sesungguhnya Allah
Ta’ala adalah Dzat Yang Maha Bijaksana dan Maha Adil dalam segala tindakan dan keputusanNya.
Dan sesungguhnya Allah Ta’ala tidak menetapkan suatu hal kepada hambanya yang mukmin walaupun
hal itu dibenci oleh hawa nafsu hamba-Nya, kecuali di dalamnya terdapat kebaikan dan merupakan
pilihan Allah Ta’ala.

115
Kesimpulan akhir yang baik adalah seorang hamba agar berprasangka baik kepada Tuhannya, ridlo
terhadap keputusan-Nya, dan mengembalikan segala urusannya kepada-Nya dengan merasa hina dan
membutuhkan-Nya, dan sebaiknya berdiri di depan-Nya dengan merasa hina, serta memperbanyak
pujian kepada Allah Ta’ala dikala sedang dalam keadaan mudah, sulit, sempit atau dalam keadaan
sedang makmur. Segala puji bagi Allah Ta’ala Tuhan semesta alam.

10. Berniat Baik dan Ikhlas Karena Allah Ta’ala

Berniat baik dan ikhlas karena Allah Ta’ala termasuk paling besar dan paling pentingnya hal-hal
yang bisa menjadikan selamat. Allah Ta’ala berfirman :

) 152 : ‫( آل عمران‬        
“Diantara kamu ada yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada pula yang menghendaki
akhirat". (QS. Ali Imron : 152 ).

Dan Allah Ta’ala berfirman :

          
) 19 : ‫ ( اإلسراء‬
"Dan barang siapa menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-
sungguh sedangkan dia beriman, maka mereka itulah orang yang usahanya dibalas dengan baik”.
(QS. Al Isro' : 19 ).

Rosulullah Shollallahu 'alaihhi wasallam bersabda :

) >‫ َوإِمَّنَا لِ ُك ِّل ْام ِر ٍئ َما َن َوى ( رواه الشيخان‬،‫ات‬


ِ َّ‫الني‬
ِّ ِ‫ال ب‬
ُ ‫إِمَّنَا اْأل َْع َم‬
"Tiap-tiap amalan berdasarkan niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang mendapatkan apa yang ia
niatkan”. ( Diriwayatkan oleh Al Bukhori dan Muslim ).

Rosulullah Shollallahu 'alaihi wasallam bersabda :


) ‫َّاس َعلَى نِيَّاهِتِ ْم (رواه ابن ماجه‬ ُ ‫إِمَّنَا يُْب َع‬
ُ ‫ث الن‬
"Sesungguhnya manusia dibangkitkan berdasarkan niat-niat mereka ". ( Diriwayatkan oleh Ibnu
Majjah ).

Dan Rosulullah Shollallahu 'alaihi wasallam bersabda :

) ‫َم ْن َغَزا َومَلْ َيْن ِوى إالَّ ِع َقاالً َفلَهُ َما َن َوى ( رواه النسائي‬
"Barangsiapa berperang dan tidak berniat kecuali untuk mendapatkan tali pengikat ('iqol) maka
baginya hanya mendapatkan apa yang ia niati". ( Diriwayatkan oleh An Nasa'i )

‘Iqol adalah tali pengikat unta.

Rosulullah Shollallahu 'alaihi wasallam bersabda :

) ‫نِيَّةُ الْ ُم ْؤ ِم ِن َخْيٌر ِم ْن َع َملِ ِه ( رواه البيهقي الطرباين‬


"Niatnya orang mu'min lebih baik dibanding amalnya". ( Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dan Ath
Thobaroni )

116
Adapun niatnya orang mukmin lebih baik dari amalnya, karena niat itu adalah amalan hati,
sedangkan hati lebih mulia dari anggota badan. Oleh sebab itu amalan hati lebih baik daripada amalan
anggota badan yang lain. Dan juga karena niat itu bermanfaat dengan sendirinya, sedangkan amalan
anggota badan tanpa dibarengi dengan niat, maka tidak bisa bermanfaat. Di dalam hadits dikatakan :

) ‫َو َم ْن َه َّم حِب َ َسنَ ٍة َومَلْ َي ْع َم ْل َها َكتََب َها اهللُ ِعْن َدهُ َح َسنَةً َك ِاملَةً (رواه الشيخان‬
"Barang siapa berkeinginan melakukan kebaikan sedangkan dia tidak melakukannya, maka Allah
akan mencatat baginya suatu kebaikan yang sempurna". ( Diriwayatkan oleh Imam Al Bukhori dan
Muslim ).

Maka tetaplah berniat baik dan memurnikan niat karena Allah Ta’ala, semoga Allah Ta’ala
memberikan rahmat kepadamu. Dan janganlah melakukan sesuatu dari ketaatan kecuali ada niat untuk
mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dan mengharapkan ridlo-Nya, serta mengharapkan pahala
akhirat yang telah dijanjikan oleh Allah Ta’ala atas ketaatan tersebut, sebagai anugerah dan pemberian-
Nya.

Dan janganlah kamu mengerjakan sesuatu yang mubah (diperbolehkan) meskipun berupa makan,
minum, dan tidur, kecuali kamu berniat untuk membantu dalam mengerjakan ketaatan kepada Allah
Ta’ala. Maka dengan niat ini, perkara-perkara mubah bisa menjadi ketaatan. Karena sesungguhnya
hukum wasilah ( perantara ) sesuai dengan hukum tujuan asal dari wasilah tersebut. Dan orang yang
rugi adalah orang yang tidak jeli dalam berniat baik.

Berniatlah dengan niat yang banyak dan baik dalam segala ketaatan dan urusanmu yang bersifat
mubah, maka kamu akan mendapatkan pahala yang sempurna dengan kemurahan Allah Ta’ala pada
tiap-tiap niat tersebut. Dan apabila kamu tidak ada kemampuan untuk melakukan suatu ketaatan dan
kebaikan, dan juga tidak mungkin untuk melakukan ketaatan dan kebaikan tersebut, maka niatilah
dengan bersungguh-sungguh akan melakukan hal tersebut ketika mampu. Dan katakan dengan hati
yang sungguh-sungguh dan keinginan yang kuat serta niat yang baik : "Apabila aku mampu
melakukannya pasti aku akan melakukan". Maka hal demikian ini akan menjadikan kamu
mendapatkan pahala orang yang mengerjakan hal-hal tersebut, seperti keterangan yang telah kami
terima : “ Bahwa seorang laki-laki dari Bani Isra'il lewat di atas bukit pasir pada masa kelaparan,
kemudian laki-laki tersebut berkata dalam hatinya : “Andai bukit pasir ini berupa makanan dan
makanan ini merupakan milik saya, maka saya akan membagikannya pada orang-orang”. Kemudian
Allah Ta’ala memberikan wahyu pada nabi-Nya (katakanlah pada orang tersebut) : “Sesungguhnya
Allah Ta’ala telah menerima shodaqohmu, dan Allah Ta’ala membalas atas niat baikmu”.

Di dalam suatu hadits 'atsar ( nukil ) dikatakan :

>‫ اُ ْكتُبُوا> لَهُ َك َذا‬: ‫ول اهللُ تعاىل هَلُ ْم سبحانه‬


ُ ‫اهلل تعاىل َي ُق‬ ِ ‫إِ َّن الْمالَ ئِ َكةَ إِذَا صعِ ُدوا بِص ِحي َف ِة الْعب ِد إِىَل‬
َْ َ َ َ
ُ‫ إِنَّهُ َن َواه‬: ‫ول تعاىل‬ُ ‫ َفَي ُق‬،ُ‫ إِنَّهُ مَلْ َي ْع َم ْله‬: ‫ َفَي ُقولُو َن‬،‫َو َك َذا‬
" Ketika para malaikat naik dengan membawa lembaran catatan amal seseorang kepada Allah Ta’ala,
Allah Ta’ala berkata kepada para Malaikat : “ Catatlah kebaikan ini dan ini”, maka para malaikat
menjawab : “Sesungguhnya orang tersebut tidak melakukannya”, maka Allah Ta’ala berfirman :
“Sesungguhnya orang tersebut telah berniat melakukannya ".

Allah Ta’ala berfirman dalam masalah ikhlas :

         
) 5 : >‫ ( البينة‬      
" Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah Ta’ala dengan ikhlas, mentaatinya semata-
mata karena (menjalankan) agama dan juga agar melaksanakan sholat dan menunaikan zakat. Dan
yang demikian itulah agama yang lurus (benar) ". (QS. Al Bayyinah : 5)

117
Dan Allah Ta’ala berfirman :

) 3 : ‫( الزمر‬    


" Ingatlah ! hanya milik Allah Ta’ala agama yang murni " (QS. Az Zumar : 3).

Dan Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam bersabda :

‫ك جُيْ ِز َك اْ َلع َم ُل ال َقلِْي ُل‬ ِ ِ‫أَخل‬


َ َ‫ص د ْين‬
ْ ْ
" Ikhlaslah dalam agamamu, maka amal yang sedikit akan mencukupimu ".

Dan Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam ditanya tentang iman, maka beliau bersabda :

ُ َ‫ُه َو اْ ِإل ْخال‬


‫ص هلل‬
" Iman yaitu ikhlas kepada Allah Ta’ala ".

Dan Beliau bersabda :

) ‫ َو ْابتَغِي بِِه َو ْج َههُ ( رواه النسا ئي‬،ُ‫صا لَه‬ ِ ِ ِ


ً ‫الَ َي ْقبَ ُل اهللُ م َن اْألَ ْع َمال إِالَّ َما َكا َن َخال‬
" Allah Ta’ala tidak akan menerima suatu amalan kecuali amalan tersebut murni karena Allah Ta’ala
dan karena mencari ridlo-Nya ". ( Diriwayatkan oleh An Nasa'i )

Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam bersabda :

‫ني َي ْو ًما أَظْ َهَر اهللُ يُنَابِ ُع احْلِ ْك َمةَ ِم ْن َق ْلبِ ِه َعلَى لِ َسانِِه ( رواه أمحد يف الزهد‬ِ ِ َ‫من أَخل‬
َ ‫ص هلل أ َْربَع‬
َ ْ َْ
) ‫وأبو نعيم يف احللية وابن عدي‬
"Barang siapa ikhlas karena Allah Ta’ala selama empat puluh hari, maka Allah Ta’ala akan
menampakkan pada lisannya sumber-sumber hikmah dari hati orang tersebut ". ( Diriwayatkan oleh
Ahmad dalam kitab Az Zuhud dan Abu Nu'aim dalam kitab Al Hilyah dan Ibnu Adiy )

Makna ikhlas adalah : tujuan manusia dalam semua ketaatan dan perbuatannya, semata-mata
hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, dan menghendaki kedekatan Allah Ta’ala serta
ridlo-Nya tanpa ada maksud yang lain seperti agar dilihat orang lain, mencari pujian dan tamak.

Sahal bin Abdillah At Tustari Rohimahullahu ta’ala berkata : “Orang-orang yang cerdik berfikir
tentang tafsiran ikhlas, maka mereka tidak akan menemukan selain hal ini : gerak atau diamnya
seseorang, baik ketika sendirian atau di depan orang banyak, hanya karena Allah Ta’ala bukan
bercampur dengan yang lain, baik berupa hawa nafsu atau perkara-perkara duniawi”.

Orang yang beramal dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, mencari ridlo
dan pahala-Nya adalah orang yang ikhlas. Dan orang-orang yang beramal karena Allah Ta’ala dan
supaya dilihat orang lain adalah orang yang berbuat riya', dan amalannya tidak akan diterima. Dan
orang yang beramal dengan tujuan supaya dilihat orang lain saja, ketika tidak ada orang lain yang
melakukannya, maka orang tersebut dalam keadaan bahaya yang besar dan riya'nya orang tersebut
merupakan riya'nya orang-orang munafik. Semoga Allah Ta’ala memberikan perlindungan kepada kita
dari hal tersebut, serta memberi keselamatan kepada kita dari segala bencana.

11. Bersungguh-sungguh terhadap Allah Ta’ala Dan Mendekatkan Diri Kepada-Nya

118
Diantara hal-hal utama yang menjadikan selamat adalah jujur atau bersungguh-sungguh dengan
Allah Ta’ala dan muroqobah kepada-Nya, berfikiran baik, berangan-angan tidak muluk-muluk, banyak
mengingat kematian dan bersiap-siap untuk kematian.

Allah Ta’ala berfirman :


) 119 : >‫( التوبة‬        
”Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-
orang yang benar”. (QS. At Taubat : 119).

Dan firman Allah Ta’ala :

) 119 : ‫( املائدة‬     


“Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka”.
(QS. Al Maidah : 119).

Dan firman Allah Ta’ala :

) 23 : ‫( األحزاب‬        


”Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan
kepada Allah”. (QS. Al Ahzab : 23).

Dan firman Allah Ta’ala :

) 24 : ‫( األحزاب‬    


“Supaya Allah memberikan Balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya”.
(QS. Al Ahzab : 24).

Dan Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

ِ ِ ِ
‫ص > > ْد َق َحىَّت‬ ِّ ‫ح> َّ>رى ال‬ ْ َ‫ َو َما َي> > َ>ز ُال اْ َلعْب> > ُ>د ي‬،‫ َواْلرِب ُّ َي ْ>ه>>دي إِىَل اجْلَنَّة‬،ِّ ‫ص > > ْد ُق َي ْ>ه>>دي إِىَل اْلرِب‬
>َ َ‫ص > > ُد ُق َو َيت‬ ِّ ‫اَل‬
‫ َو َما َي> َ>ز ُال اْ َلعْب> ُ>>د‬،‫>ور َي ْ>ه ِ>دي إِىَل النَّا ِر‬ُ >
‫ج‬ُ ‫ف‬ُ ‫ل‬‫ا‬
ْ ‫و‬
َ ، ِ
‫ر‬ ‫>و‬>
‫ج‬ُ ‫ف‬
ُ ‫ل‬‫ا‬
ْ ‫ىَل‬ِ‫ب ي ْ>ه ِ>دي إ‬
َ ُ ‫ذ‬
ْ > ِ ْ‫ وا‬،‫اهلل ِص>دِّي ًقا‬
‫لك‬ َ
ِ ‫ي ْكتَب ِعْن> َ>د‬
َ ُ
ِ ِ َ‫لك ْذب حىَّت ي ْكت‬ ِ ِ
ً َّ ‫ب عْن َد اهلل َك‬
.‫ذابا‬
َ ُ َ َ ْ‫ب َو َيتَ َحَّرى ا‬ ُ ‫يَ ْكذ‬
Kejujuran menunjukkan kepada kebaikan, kebaikan menunjukkan kepada surga, seorang hamba tidak
henti-hentinya jujur dan bersungguh-sungguh dalam mencari kejujuran sehingga dia dicatat
disamping Allah sebagai orang yang jujur. Kebohongan menunjukkan kepada kejelekan, kejelekan
menunjukkan kepada neraka, seorang hamba tidak henti-hentinya berbohong dan mencari
kebohongan sehingga sehingga dia dicatat disamping Allah sebagai pembohong.

Awal mula kejujuran atau kesungguhan adalah menjauhi kebohongan dalam semua ucapan.
Karena sesungguhnya kejujuran bisa masuk dalam semua amalan dan niat, keadaan dan kedudukan.

Arti jujur dan bersungguh-sungguh dalam semua amalan adalah berpegang teguh pada amalannya
dan menjalankannya dengan cara yang paling baik, paling sempurna dan paling hati-hati, serta
mengerahkan segenap kemampuan, kesungguhan dan usaha yang keras karena Allah Ta’ala, baik
secara dhohir maupun batin.

Adapun makna muroqobah kepada Allah Ta’ala adalah merasakan kedekatan Allah Ta’ala
terhadap hambanya selamanya, dan bahwa Allah Ta’ala mengelilingi serta bersama-sama dengan
hamba-Nya, mengetahui dan melihat terhadap hamba-Nya.

Allah Ta’ala berfirman :

119
) 52 : ‫( األحزاب‬      
“Dan adalah Allah Maha mengawasi segala sesuatu”. (QS. Al Ahzaaab : 52).

Dan firman Allah Ta’ala :

) 46: ‫( طه‬    


“Sesungguhnya aku beserta kamu berdua, aku mendengar dan melihat". (QS. Thooha : 46).

Dan firman Allah Ta’ala :

           
) 16 : ‫ ( ق‬  
“Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh
hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya”. (QS. Qoof : 16).

Dan firman Allah Ta’ala :


) 4 : ‫( احلديد‬          
“Dan Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. dan Allah Maha melihat apa yang kamu
kerjakan” (QS. Al Hadiid : 4).

Dan sabda Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam :

) ‫ك َتَراهُ فَِإ ْن مَلْ تَ ُك ْن َتَراهُ فَِإنَّهُ َيَر َاك ( رواه مسلم‬


َ َّ‫َاْ ِإل ْح َسا ُن أَ ْن َت ْعبُ َد اهللَ َكأَن‬
“Ihsan yaitu ketika kamu menyembah Allah Ta’ala, maka seakan-akan kamu melihat-Nya. Dan ketika
kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah Ta’ala melihatmu”. (Diriwayatkan oleh Imam
Muslim).

Muroqobah termasuk maqom ihsan. Barang siapa yang betul-betul bermuqorobah, maka akan
berbuah rasa takut dan malu kepada Allah Ta’ala. Malu kepada Allah Ta’ala adalah seorang hamba
malu dilihat Allah Ta’ala ketika sedang melakukan sesuatu yang dilarang-Nya, tidak absen ketika
Allah Ta’ala memerintahnya, dan Allah Ta’ala tidak melihatnya merasa berat hati dalam ketaatan dan
bermalas-malasan dalam beribadah, serta Allah Ta’ala tidak melihatnya sibuk, sehingga meninggalkan
untuk mengabdi kepada-Nya, lupa berdzikir kepada-Nya dan bermuamalah dengan baik kepada-Nya.

12. Berfikiran Baik dan Istiqomah

Berfikiran baik (tafakkur) dan beristiqomah dalam berfikir, memiliki manfaat yang banyak dan faedah-
faedah yang agung.

Allah Ta’ala berfirman :

         
) 220 – 219 : ‫ ( البقرة‬
“Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir, Tentang dunia dan
akhirat”. (QS. Al Baqoroh : 219-220).

Dan firman Allah Ta’ala :

) 21 : ‫( الروم‬      

120
“ Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.
(QS. Ar Ruum : 21).

Dan firman Allah Ta’ala :


) 101 : ‫( ينوس‬      
“ Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi”. (QS. Yunus : 101)

Macam-macam tafakkur ada banyak, yang paling mulia dan paling utama adalah :

 Berfikir di dalam perbuatan Allah Ta’ala, tanda-tanda kebesaran Allah Ta’ala dan keajaiban-
keajaiban ciptaan Allah Ta’ala di langit dan di bumi. Barang siapa berfikir dengan baik dalam hal
tersebut, maka dapat membuahkan bertambahnya ma’rifat kepada Allah Ta’ala, dan tambahan ini
adalah merupakan obat mu’jizat yang besar.

 Berfikir atas nikmat Allah Ta’ala yang telah diberikan kepadamu berupa nikmat-nikmat agama dan
dunia. Berfikir dengan baik dalam hal tersebut dapat membuahkan bertambahnya cinta kepada
Allah Ta’ala dan mendorong agar bersyukur kepada Allah Ta’ala.

 Berfikir tentang kebesaran haknya Allah Ta’ala atas kamu dan banyaknya kecerobohanmu dalam
melaksanakan hak-hak ketuhanan Allah Ta’ala. Berfikir dengan baik dalam hal tersebut dapat
membuahkan takut dan malu terhadap Allah Ta’ala dan dapat membangkitkan kesiapan dan
bersungguh-sungguh di dalam taat kepada Allah Ta’ala dan melaksanakan hak Allah Ta’ala.

 Berfikir tentang dunia dan begitu cepat hilangnya dunia, kesuraman dan kesibukan-kesibukan di
dunia. Adapun berfikir dengan baik dalam hal tersebut dapat membuahkan zuhud, berpaling dari
dunia, dan tidak begitu cinta terhadap dunia.

 Berfikir tentang akhirat dan kekekalannya, dan tentang nikmat akhirat dan langgengnya nikmat-
nikmat serta kebahagiaan di akhirat. Adapun berfikir dengan baik mengenai hal tersebut dapat
membuahkan untuk mengutamakan akhirat dan betul-betul menyukai akhirat, serta bersemangat
di dalam beramal untuk akhirat.

Jalan berfikir itu banyak. Ketika mata hati seseorang hamba semakin tajam, dan amalnya semakin
berlimpah dan semakin luas, maka tafakkurnya semakin besar dan semakin banyak.

13. Sedikit Berangan-angan dan Memperbanyak Mengingat Kematian

Sedikit berangan-angan, memperbanyak dalam mengingat kematian dan bersiap-siap untuk


menjemput kematian, manfaatnya besar dan banyak keutamaannya. Maka barang siapa yang sedikit
berangan-angan, dan banyak mengingat kematian, maka dia akan bersungguh-sungguh dalam beramal
sholeh, dan meninggalkan bermalas-malasan. Dia akan zuhud dari dunia dan cinta dengan akhirat. Dia
akan bergegas-gegas dalam bertaubat dan kembali kepada Allah Ta’ala, dan dia akan menjauhi segala
sesuatu yang menyibukkannya dari taat kepada Allah Ta’ala dan menapak jalan keridloan Allah
Ta’ala. Barang siapa panjang angan-angannya dan sedikit mengingat kematian, maka hal itu adalah
kebalikan dari keterangan di atas.

Imam Al Ghozali Rohimahullah berkata di dalam kitab Al Bidayah : “ Berfikirlah di dalam


pendeknya umurmu, meskipun kamu hidup misalnya seratus tahun, apabila dibandingkan dengan
kehidupanmu di akhirat yang abadi selama-lamanya. Dan berangan-anganlah, bagaimana kamu
mampu menahan kesulitan dan kehinaan dalam mencari dunia selama sebulan atau setahun dengan
harapan untuk beristirahat di dunia selama dua puluh tahun. Maka bagaimana mungkin kamu tidak
menahan kesulitan dan kehinaan dalam beberapa hari yang sebentar, dengan harapan dapat beristirahat
selama-lamanya. Janganlah kamu memanjangkan angan-anganmu, maka amalmu akan menjadi berat.
Berfikirlah bahwa dirimu telah dekat dengan kematian, dan katakanlah dihatimu : “ Saya harus
menahan kesulitan pada hari ini, karena bisa jadi saya akan mati nanti malam, dan saya bersabar
pada malam hari ini, karena bisa jadi saya akan mati besok pagi ”.

121
Sesungguhnya kematian itu tidak datang secara mendadak diwaktu tertentu, keadaan tertentu, dan
umur tertentu. Namun kematian pasti akan datang. Maka, persiapan untuk menghadapi kematian, lebih
utama dibandingkan persiapan untuk dunia. Ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak akantinggal
di dunia kecuali dalam waktu yang singkat, dan mungkin ajalmu tidak akan tersisa kecuali hanya satu
tarikan nafas atau satu hari saja. Maka ulangilah perkataan ini dihatimu setiap hari, dan paksalah
dirimu untuk bersabar dalam taat kepada Allah Ta’ala dari hari ke hari. Karena sesungguhya jika kamu
ditakdirkan hidup sampai lima puluh tahun dan kamu bersabar dalam taat kepada Allah Ta’ala, maka
nafsumu akan senantiasa memberontak dan membangkang terhadap dirimu. Apabila kamu melakukan
hal tersebut maka ketika mati, kamu akan merasakan kebahagiaan yang tiada batasnya. Dan jika kamu
menunda-nunda dan menganggap remeh, maka kematian akan datang kepadamu pada waktu yang
tidak dapat kamu prediksikan dan kamu akan menyesal dengan penyesalan yang tiada akhirnya.

Dan pada waktu pagi hari orang-orang memuji perjalanan di waktu malam hari, dan ketika mati
akan datang kepadamu berita yang jelas. Sungguh, sebentar lagi kamu pasti akan mengetahui
kebenaran berita dalam Al qur’an.

******

PENUTUP TENTANG JIHAD


HUKUM JIHAD DAN KEUTAMAANNYA

Jihad adalah kewajiban yang diperintahkan bagi orang muslim seperti halnya puasa, sholat dan
kewajiban jihad ini berlangsung sampai hari kiamat. Allah Ta’ala berfirman:

) 216 : ‫( البقرة‬      


“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci”. (QS. Al
Baqoroh : 216).

Dan Rosululllah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

‫اض إِىَل َي ْوِم اْ ِلقيَ َام ِة‬


ٍ ‫اد َم‬ ِ
ُ ‫اجل َه‬
“Jihad itu berlangsung sampai hari kiamat”.

Jihad adalah mengumpulkan kekuatan persenjataan dan mental serta menggabungkan kekuatan-
kekuatan tersebut untuk memerangi musuh dengan segala perantara yang sesuai dengan fitrah manusia,
dan tanpa merusak kemuliaan manusia. Dan semua umat muhammadiyah hukumnya sama dalam
kewajiban jihad. Allah Ta’ala berfirman:

         


) 26 : >‫( التوبة‬  
“Dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya,
dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa”. (QS. At Taubah : 26).

Kewajiban jihad tidak menjadi gugur kecuali empat orang yang dibebaskan oleh Allah Ta’ala
dengan syarat-syarat yang khusus, yang mana tanpa syarat-syarat tersebut, tidak ada pembebasan dari
jihad. Yaitu:

1. Orang-orang lemah yang tidak mampu mengangkat senjata. Diantaranya adalah orang-orang
cacat
2. Orang-orang yang sakit hingga dia sembuh.
3. Orang-orang fakir yang tidak mempunyai sesuatu yang dapat mereka nafkahkan, hingga Allah
Ta’ala mencukupkan mereka.

122
4. Sukarelawan yang kuat, yang mana pemimpinnya tidak memiliki perlengkapan berperang dan
mereka tidak menemukan orang yang dapat membantu perlengkapan mereka, dengan syarat
mereka berdo’a untuk kemenangan, berniat baik dan melaksanakan perbuatan sesuai dengan
kemampuan mereka dibelakang pasukan. Allah Ta’ala berfirman:

            
             
            
          
          
           
) 93 – 91 : ‫( التوبة‬
“Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas orang-orang yang lemah, orang-orang yang sakit
dan atas orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan, apabila mereka
Berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya. tidak ada jalan sedikitpun untuk menyalahkan orang-
orang yang berbuat baik. dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,”Dan tiada (pula)
berdosa atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka
kendaraan, lalu kamu berkata: "Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu." lalu mereka
kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak
memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan, Sesungguhnya jalan (untuk menyalahkan) hanyalah
terhadap orang-orang yang meminta izin kepadamu, Padahal mereka itu orang-orang kaya. mereka
rela berada bersama orang-orang yang tidak ikut berperang dan Allah telah mengunci mati hati
mereka, Maka mereka tidak mengetahui (akibat perbuatan mereka)”. (QS. At Taubah : 91-93)

HUKUM JIHAD

Jihad mempunyai hukum yang berbeda-beda dengan perbedaan faktor dan kondisi. Terkadang
jihad hukumnya fardlu ‘ain bagi semua orang muslim, dan terkadang jihad hukumnya fardlu kifayah
bagi sebagian orang muslim.

1. Fardlu ‘Ain

a. Ketika musuh menyerang negara-negara muslim, maka wajib bagi penduduk negara tersebut
untuk bertempur melawan musuh, agar setiap penduduk mencurahkan segala kemampuannya
untuk berjihad dan tidak boleh ada seorangpun yang tertinggal, baik dari pihak tentara maupun
yang lain.

Dan ini adalah bentuk mobilisasi umum berjihad yang menjadi kewajiaban atas semuanya, baik
wanita, budak, pemuda dan orang-orang yang mempunyai satu orang tua atau kedua orang tua,
baik kedua orang tuanya mengijininya maupun tidak.

b. Apabila penduduk negara ini tidak mampu menghalangi musuh atau mereka malas untuk
bangkit melawan musuh, maka jihad hukumnya wajib bagi orang didekatnya dan begitu
seterusnya, hingga jihad menjadi wajib secara bertahap bagi semua orang muslim.

2. Fardlu kifayah

a. Ketika sebagian orang muslim mampu untuk membela dan memerangi musuh, maka apabila
musuh menyerang negara Islam dan penduduk negara ini mampu untuk melawannya maka
jihad hukumnya tidak fardlu ‘ain bagi negara tetangga mereka, tetapi hukumnya fardlu kifayah
selama saudara-saudara mereka yang diserang musuh tidak membutuhkan mereka. Akan tetapi
ketika penduduk negara yang diserang musuh tidak mampu untuk melawan atau mampu
mengadakan perlawanan, tetapi mereka tidak segera mundur dari berjihad maka hukumnya
menjadi fardlu ‘ain bagi penduduk negara tetangga mereka, yang mana penduduk negara
tetangga tersebut tidak boleh meninggalkan jihad. Jika penduduk negara tetangga tidak mampu
atau mereka malas, maka jihad menjadi fardlu ‘ain bagi orang yang berdekatan dengan mereka,
dan seterusnya sampai jihad menjadi fadlu ‘ain bagi semua orang muslim.

123
Dan hikmah Allah Ta’ala menghendaki untuk tidak menjadikan hukum jihad menjadi fardlu
‘ain untuk selamanya, agar supaya semua orang muslim tidak tersibukkan dengan jihad
sehingga dapat mengakibatkan kemaslahatan-kemaslahatan mereka menjadi terbengkalai.

b. Jihad hukumnya fardlu kifayah jika orang muslim merupakan orang yang tidak mampu
berjihad karena sakit dengan penyakit yang melumpuhkannya atau dia tidak mampu
mengangkat senjata, atau dia tidak memiliki kendaraan dan bekal, atau dia termasuk orang
yang dibebaskan Allah Ta’ala dari kewajiban berjihad

         


) 41 : ‫ ( التوبة‬     
“ Berangkatlah kamu baik dalam Keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah
kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu,
jika kamu mengetahui “. ( QS. At Taubah : 41 )

Dan Allah Ta’ala berfirman:

           
          
         
          
) 39 – 38 : ‫ ( التوبة‬   
“ Hai orang-orang yang beriman, Apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: "Berangkatlah
(untuk berperang) pada jalan Allah", kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu?.
Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat?. Padahal
kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit.
Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang
pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi
kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu “. (QS. At
Taubah : 38 – 39 )

c. Jihad hukumnya wajib bagi setiap orang yang mengetahui kelemahan orang-orang muslim
untuk memerangi musuh mereka, dan kekalahan orang-orang muslim. Yaitu orang yang
mampu menolong mereka, karena semua orang muslim ibarat satu tangan atas musuhnya.
Karena jihad ini hukumnya fardlu kifayah, jika penduduk suatu negara yang diserang itu
mampu untuk melawan musuh mereka, maka gugurlah kewajiban jihad bagi muslim yang lain.

d. Begitu juga wajib berjihad bagi orang muslim apabila musuh mendekati negara islam dan
belum memasukinya, agar agama islam tetap mulia, negara islam terjaga, dan musuh
terkalahkan. Hal ini bukanlah merupakan sebuah perbedaan.

KEUTAMAAN JIHAD

Allah Ta’ala berfirman:

          
           
         
) 111 : ‫ ( التوبة‬        
“ Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan
memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau
terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. dan

124
siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah?. Maka bergembiralah dengan jual
beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar”. (QS. At Taubah : 111 ).

Dan Allah Ta’ala berfirman :

          
          
          
           
           
) 13 -10 : ‫ ( الصف‬  
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat
menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan
berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu
mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di
dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu
sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). dan sampaikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang beriman”. (QS. As Shof : 10-13 ).

Dan dari Abu Huroiroh Rodliyallahu’anhu berkata :

َّ‫ مُث‬: ‫يل‬ِ ِِ ِ ِ ِ َ َ‫ ق‬،‫َي اْلعم ِل أَفْضل ؟‬ ِ ُ ‫سئِل رس‬


َ ‫ ق‬،‫ إميَا ٌن باهلل َو َر ُسوله‬: ‫ال‬ َُ َ َ ُّ ‫ أ‬: ‫ول اهلل صلى اهلل عليه وسلّم‬ ََُ ُ
‫ور‬ ِ‫ ق‬،‫اهلل‬
ِ ‫ اَجْلِهاد يِف سبِ ِيل‬: ‫ال‬
ٌ ‫ َح ٌّج َمْب ُر‬: ‫ قاَ َل‬،‫ مُثَّ َماذَا ؟‬: ‫يل‬
َ َ َُ َ َ‫ ق‬،‫َماذَا ؟‬
“Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam ditanya : amal yang paling utama ?, Rosulullah Shollallahu
‘alaihi wasallam menjawab : “Beriman kepada Allah dan Rosul-Nya”, Rosulullah Shollallahu ‘alaihi
wasallam ditanya : “lalu apa“ ?, Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Jihad di jalan
Allah Ta’ala”, Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam ditanya : “lalu apa’ ?, Rosulullah Shollallahu
‘alaihi wasallam menjawab : “Haji mabrur”.

Dari Anas Rodliallahu ‘anhu bahwasanya, Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

‫الد ْنيَا َو َما فِ َيها‬


ُّ ‫اهلل أ َْو َر ْو َح ٍة َخْيٌر ِم َن‬
ِ ‫لَغَ ْدوةٌ يِف سبِ ِيل‬
َ َ
“ Perjalanan di pagi hari di jalan Allah Ta’ala atau perjalanan di sore hari, lebih bagus dari pada
dunia dan isinya “.

Dari Sahl bin Sa’d bahwasanya Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

ُّ ‫َح ِد ُك ْ>م ِم َن اجْلَن َِّة َخْيٌر ِم َن‬


‫الد ْنيَا‬ ِ ِ ِ ‫ِربا ُط يوٍم يِف سبِ ِيل‬
ُّ ‫اهلل َخْيٌر ِم َن‬
َ ‫ َو َم ْوض ُع َس ْوط أ‬،‫الد ْنيَا َو َما َعلَ َيها‬ َ َْ َ
‫الد ْنيَا َو َما َعلَ َيها ( متفق‬ ُّ ‫اهلل تعاىل أَ ِو اْلغَ ْد َوةُ َخْيٌر ِم َن‬
ِ ‫الروحةُ يروحها اْلعب ُ>د يِف سبِ ِيل‬
َ َْ َ ُ َُ َ ْ َّ ‫ َو‬،‫َو َما َعلَ َيها‬
) ‫عليه‬

“ Menjaga perbatasan musuh selama sehari di jalan Allah Ta’ala itu lebih baik dari pada dunia dan
segala isinya, dan tempat cambuk kalian di surga itu lebih baik dari pada dunia dan segala isinya,
dan perjalanan sore hari yang mana seorang hamba menjalaninya dijalan Allah Ta’ala atau
perjalanan dipagi hari itu lebih baik daripada dunia dan segala isinya ( Muttafaq ‘alaih ).

125
Dari Abu Huroiroh rodliyallahu’anhu berkata :

‫ادوا َعلَْي> ِ>ه َم> َّ>رَتنْي ِ أ َْو‬ ِ ِ ‫اهلل ما يع ِد ُل اجْلِهاد يِف سبِ ِيل‬ ِ َ ‫ يارس‬: ‫قِيل‬
ُ ‫َع‬
َ ‫ فَأ‬."ُ‫ "الَ تَ ْستَطيعُونَه‬: ‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫اهلل ؟‬ َ َُ ْ َ َ ‫ول‬ ُ ََ َ
‫ص >ائِ ِ>م‬
َّ ‫اهلل َك َمثَ > ِ>ل ال‬ ِ ‫اه> ِ>د يِف س >بِ ِيل‬ِ ‫ ِمثْ >>ل الْمج‬: ‫>ال‬ َ > َ‫ مُثَّ ق‬."ُ‫ "الَ تَ ْس >تَ ِطْيعُ ْونَه‬: ‫>ول‬
ُ >‫>ك َي ُق‬ ِ َّ >‫ ُك‬،‫ثَالَثً >>ا‬
َ > ‫>ل َذل‬
َ َُ ُ
‫اهلل ( متفق‬ ِ ‫اه ُ>د يِف س>بِ ِيل‬
َ >ِ ‫>ىت َيْر ِ>ج َع الْ ُم َج‬ ِ ٍ ‫اهلل الَي ْفت>>ر ِمن‬
َّ ‫ َ>ح‬،‫ص >الَة َوالَ ص>يَ ٍام‬ َ ْ ُُ َ
ِ ‫>ات‬ِ > ‫ت بِآي‬ ِِ ِ
َ > ‫ال َق>>ائ ِ>م ال َق>>ان‬
.) ‫عليه‬
“ Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam ditanya : Wahai Rosulullah apa yang menyamai jihad di
jalan Allah Ta’ala ?, Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Kamu semua tidak
mampu”, kemudian para sahabat mengulangi pertanyaan itu sebanyak dua kali atau tiga kali, setiap
ditanya Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Kamu semua tidak mampu”, kemudian
Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Perumpamaan orang yang berjihad di jalan
Allah Ta’ala itu seperti orang yang berpuasa, yang qiyamullail dan sholat dengan membaca ayat-
ayat Allah Ta’ala, dia tidak berhenti dari sholat dan puasa hingga orang yang jihad di jalan Allah
Ta’ala kembali “. (Muttafaq ‘alaih). Dan lafadl hadits ini adalah lafadlnya Imam Muslim.

Dan di dalam riwayatnya Imam Bukhori :

‫>ل‬‫"ه‬ : ‫>ال‬
َ > ‫ق‬
َ َّ‫مُث‬ ." ‫ه‬ ‫د‬ ‫َج‬
> ِ ‫ "الَ أ‬: ‫ ق>>ال‬،‫ دلَّيِن علَى ع >م ٍ>ل يع ِ>د ُل اجلِ >ه>اد ؟‬،‫اهلل‬ ِ ‫ول‬ َ >‫ يَ َار ُس‬: ‫>ال‬ َّ ‫أ‬
َ >َ‫َن َر ُجالً ق‬
ْ َ ُ ُ َ َ َْ َ َ َ ُ
َ ‫ َف َق‬." ‫ص> ْو ُم َوالَ ُت ْف ِط> ُ>ر ؟‬ ِ >ِ ‫يع إِ َذا َخ َ>ر َج الْ ُم َج‬ ِ
: ‫>ال‬ ُ ‫اه ُ>>د أَ ْن تَ> ْد ُخ َل َم ْس>ج َد َك َفَت ُق‬
ُ َ‫ َوت‬،‫>وم َوالَ َت ْفُت ُ>ر‬ ُ ‫تَ ْستَط‬
‫ك؟‬ ِ ‫ومن يست ِط‬
َ ‫يع َذل‬ ُ َْ َ ْ َ َ
“ Sesungguhya seorang laki-laki berkata : “ Wahai Rosulullah, tunjukkanlah kepadaku amal yang
menyamai jihad di jalan Allah Ta’ala ?”, Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Saya
tidak menemukannya”, kemudian Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bertanya : “Apakah kamu
mampu ketika orang yang berjihad berangkat, kamu masuk ke masjidmu kemudian kamu sholat tanpa
berhenti, dan kamu puasa tanpa berbuka ?”, kemudian laki-laki itu berkata : “Siapa yang mampu
melakukannya ?”.

‫حممد> وعلى آله وصحبه‬ّ ‫وصلّى اهلل على سيّدنا‬


‫رب العاملني‬
ّ ‫واحلمد هلل‬

Ditulis oleh :

Sayyid Muhammad bin Alawi bin Abbas


Al Maliki Al Hasani

126
127

Anda mungkin juga menyukai