Ilmu aqoid juga disebut ilmu ushuluddin, yaitu ilmu mengenai pokoknya agama. Karena itu barang
siapapun orangnya beribadah siang malam, tetapi tidak memiliki pengetahuan ilmu ini, maka
ibadah itu dianggap tidak sah. Selain itu, ilmu ini juga disebut dengan ilmu kalam (ilmu bicara),
karena siapapun tidak akan dapat memahami ilmu aqoid ini secara benar, apabila belum
dibicarakan dengan panjang lebar dan penuh perhatian. Bahkan perlu digaris bawahi bahwa
memahami ilmu aqoid ini tidak cukup dengan membaca buku saja tetapi harus melalui seorang
guru (digurukan). Demikian diterangkan oleh KH. Abdul Wahab Chasbullah dalam Majalah Oetusan
Nahdlatul Oelama. Adapun mengenai medan pembahasan ilmu aqoid akan diterangkan menyusul.
Penulisan kembali ini tentunya disertai perubahan edjaan dan gaya bahasa yang berlaku sekarang
untuk mempermudah pemahaman.
Wajib bagi orang mukallaf (orang yang terbebani hukum Syariat) mengetahui sifat-sifat Allah
Ta’ala sifat :
1.wajib yaitu tidak tergambar atau terfikirkan dalam akal seseorang tidak adanya sifat wajib itu,
2.sifat mustahil bagi Allah yaitu tidak tergambar atau terfikirkan dalam akal seseorang adanya
sifat mustahil itu.
3.dan sifat jaiz yaitu dibenarkan dalam akal seseorang adanya dan tidak adanya sifat Allh
tersebut. Begitu pula wajib bagi seorang mukallaf mengetahui hal yang serupa sifat yang ada pada
para Rosul Alaihi Sholatu Wassalam.
Ada seorang badui ditanya tentang bukti adanya Allah. Dia menjawab : kotoran unta itu
menunjukkan adanya unta dan kotoran hewan (teletong : jawa) menunjukkan adanya hewan
keledai dan bekas kaki itu menunjukkan adanya orang yang berjalan, maka langit itu mempunyai
bintang dan bumi mempunyai jalan yang terbentang dan laut mempunyai ombak yang
bergelombang, apakah semua itu tidak menunjukkan atas adanya pencipta yang bijak, lagi Maha
Berkuasa dan Maha Mengetahui?.
3.SIFAT BAQA'(kekal)
adalah tidak ada pengakhiran pada wujudnya Allah bahwa Allah Ta’ala senantiasa ada tanpa ada
ujung dan senantiasa kekal tanpa ada akhirannya. Hendaklah meyakini bahwasanya Allah itu Dzat
yg kekal abadi dan kekekalanNya tersebut tanpa batas akhir . Dan hendaklah meyakini bahwasanya
Dia tidak pernah berubah sama sekali serta Dia tidak pernah bersifat tiada pada waktu
tertentu(kekekalanNya tidak terikat ruang dan waktu)
Allah Ta’ala berfirman:
ان َو َي ْب َق ِّي َو ْج ُه َر ِّب َك ُذو ا ْل َجاَل ِل َواإْل ِ ْك َر ِام
ٍ ُكل ُّ مَنْ َعلَ ْي َها َف
KULLU MAN’ALAIHA FAAN WAYABQO WAJHU ROBBIKA DZULJALALI WAL IKROM
“Semua yang ada dibumi ini akan binasa dan tetap kekal wajah Tuhanmu yang mempunyai
keagungan dan kemuliaan”. (QS. Ar Rohman : 26-27).
yakinilah bahwasanya Dzat Allah itu tidaklah sama dengan makhluk ciptaanNya, berupa wajah
misalnya. Segala hal yang kita lihat atau bayangkan dalam hati maka Allah tidaklah seperti
bayangan tersebut .
yakini juga bahwa sifat Allah itu berbeda dengan makhluqnya.. Sifat ‘ilmu (pengetahuan) kita
tidak sama dengan pengetahuan Allah, Qudrah (Kekuasaan) kita tidak sama dengan kekuasaan
Allah, Iradah (kehendak) kita tidak sama dengan kehendak Allah, Hayah (sifat hidup) kita tidak
sama dengan sifat hidupnya Allah, sifat mendengar (Sama’) kita tidak sama dengan sifat
mendengar Allah, Bashar (sifat melihat) kita tidak sama dengan pendengaran Allah dan Kalam
(sifat berbicara) kita tidak sama dengan sifat kalam Allah
Hendaklah kita juga meyakini bahwasanya perbuatan Allah Subhanahu Wata’ala tidak serupa
dengan perbuatan makhluqNya, karena Dia dalam berbuat sesuatu tidak membutuhkan perantara
maupun alat
Firman Allah dalam surat yasin Ayat 82 : Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki
sesuatu hanyalah berkata kepadanya:”Jadilah!”maka terjadilah ia.
Dan hendaklah meyakini, bahwasanya Allah menciptakan sesuatu tidak berarti karena Dia
membutuhkannya. Juga kita harus meyakini bahwa Dia tidak menciptakan sesuatu dengan sia-sia
atau tanpa guna, karena Dia bersifat Maha Bijaksana.
Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya,
kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang
diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci
Allah dari apa yang mereka sifatkan itu, (QS. Al Mukminun : 91).
Artinya: “Sesungguhnya Allah itu maha kuasa atas segala sesuatu”(QS. An Nur :45 )
Allah Ta’ala berfirman,”Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa
yang dibisikkan oleh hatinya dan kami lebih dekat dari pada urat lehernya”(QS. Qaaf : 16)
11.SIFAT SAMA'(mendengar)
Hendaklah kita meyakini bahwasanya Allah itu bersifat Maha Mendengar dan sesungguhnya Allah
mendengar segala sesuatu baik nampak atau pun yg tersembunyi . Namun, pendengaran Allah
Subhanaahu Wata’ala tidak seperti pendengaran kita , karena pendengaran kita sebagai makhluk
memerlukan alat perantara berupa telinga sedangkan pendengaran Allah tanpa memerlukan
perantara apapun.
sifat sama’dan bashor keduanya adalah sifat yang menetap pada Dzat Alloh Ta’ala yang dapat
menyingkap (membuka) sesuatu yang ada. Maka Alloh Ta’ala Maha Mendengar segala sesuatu
hingga mampu mendengar jalannya semut dipadang pasir yang hitam dimalam yang gelap dan
Maha Melihat segala sesuatu yang tampak secara keseluruhan yang meliputi segala yang tampak
(dapat ditemukan).
Allah berfirman,
ْ ُط عَ لَ ْي َنا أَ ْو أَنْ ي
َطغَ ٰى َقا َل اَل َت َخا َفا ۖإِ َّننِي مَعَ ُكمَا أَسْ َم ُع َ ن إِ َّن ُه َطغَ ٰى َفقُواَل لَ ُه َق ْواًل لَ ِّي ًنا لَعَ لَّ ُه َي َت َذ َّك ُر أَ ْو ي َْخ َش ٰى َقااَل رَ َّب َنا إِ َّن َنا َن َخافُ أَنْ َي ْفرPَ ْاذ َهبَا إِلَ ٰى فِرْ عَ ْو
َوأَرَ ٰى
IDZHABAA ILA FIR’AWNA INNAHU THOGHO,FAQUULAA LAHU QOWLAL LAYYINAL LA’ALLAHU
YATADZAK KARU AW YAHSYA.,QOLAA ROBBANA INNANA NAKHOFU AYYAFRUTHO’ALAINAA AW
AYYADH GHO,QOLA LAA TAKHOFAA INNANII MA’AKUMAA ASMA’U WA ARO
Pergilah kamu berdua kepada Firaun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah
kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau
takut.”Berkatalah mereka berdua:”Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera
menyiksa segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas Allah
berfirman:”Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku
mendengar dan melihat (QS. Thaha : 43-46).
Dan jika Allah Ta’ala mempunyai sifat berkuasa, berkehendak, berilmu, hidup, mendengar,
melihat, dan berbicara maka secara otomatis Alloh Ta’ala mempunyai sifat-sifat berikut :
14.Kaunuhu qaadiran Keadaan-Nya yang berkuasa
15.Kaunuhu muriidan Keadaan-Nya yang berkehendak menentukan
16.Kaunuhu’aliman Keadaan-Nya yang mengetahui
17.Kaunuhu hayyan Keadaan-Nya yang hidup
18.Kaunuhu sami’an Keadaan-Nya yang mendengar
19.Kaunuhu bashiiran Keadaan-Nya yang melihat
20.Kaunuhu mutakalliman Keadaan-Nya yang berbicara
Sifat-sifat 20 di atas terbagi menjadi 4 yaitu :
(1).SIFAT NAFSIYAH :
Sifat Nafsiyyah adalah Sifat yang menetetapkan adanya Allah dan menunjukkan kepada ZatNya
Allah tanpa ada sesuatu tambahan pada Zat.
Maksud sifat yang tetap adalah : Adanya sifat tersebut pada Zat Allah yang menunjukkan Allah itu
ada, bukan seperti sifat salbiyah, sebab sifat salbiyyah tidak tetap pada Zat, tetapi hanya menolak
sifat-sifat yang tidak patut dan layak kepada ZatNya Allah s.w.t. Dan maksud tanpa ada sesuatu
tambahan pada Zat adalah : Sifat Nafsiyyah ini bukanlah tambahan pada Zat, Sifat Nafsiyyah tidak
seperti sifat Ma`ani yang mana sifat Ma`ani tambahan dari ZatNya.
Adapun sifat Nafsiyyah adalah sifat WujudNya Allah s.w.t, dengan maksud bahwa wujudnya Allah
itu adalah tetap pada ZatNya Allah dan bukan tambahan dari Zat Allah. Sifat nafsiyah itu ada satu
yaitu sifat wujud Maka wajib Allah bersifat Wujud,mustahil bersifat bahwa Allah tidak ada
(2).SIFAT SALBIYAH :
Sifat Salabiyyah adalah sifat yang menolak segala sifat-sifat yang tidak layak dan patut bagi Allah
s.w.t, sebab Allah Maha sempurna dan tidak memiliki kekurangan.
(3).SIFAT MA’ANI :
Sifat Ma`ani adalah sifat yang keberadaannya berdiri pada Zat Allah s.w.t yang wajib baginya
hukum.
(4)SIFAT MA’NAWIYYAH
Sifat Ma`nawiyah adalah sifat- sifat yang melazimi dari sifat Ma`ani, dengan kata lain sifat
Ma`nawiyah adalah sifat yang wujud disebabkan adanya sifat Ma`ani, seperti Allah memiliki sifat
kuasa, maka lazimlah Allah itu keadaannya Kuasa.
Sifat Ma`nawiyah terdiri dari tujuh sifat :
1.Kaunuhu Qaadiran
2.Kaunuhu Muridan
3.Kaunuhu `Aliman
4.Kaunuhu Hayyan
5.kaunuhu Sami`an
6.Kaunuhu Bashiran
7.kaunuhu Mutakalliman.
Adapun hikmah menyebut sifat- sifat Ma’nawiyah yang terkandung dalam sifat ma’ani tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Aqidah diterangkan dengan cara terperinci,karena pemikiran bodoh dalam masalah aqidah
adalah masalah benar.
2. Mengcounter (menjawab) orang-orang mu’tazilah yang mengingkari sifat-sifat ma’nawiyah.
Mereka berpendapat bahwa Allah Ta’ala Maha berkuasa dengan Dzatnya,berkehendak dengan
Dzatnya tanpa ada kekuasaan,dan kehendak dan sifat-sifat lainnya. Mereka bermaksud
mengingkari sifat-sifat itu untuk mensucikan Alloh Ta’ala.
Mereka berpendapat : Kami mensifati Allah Ta’ala dengan sifat-sifat itu baik sifat itu hadits (baru)
atau sifat-sifat itu qodim. Jika sifat-sifat itu hadits maka sifat-sifat itu menempati Allah Ta’ala.
Atau jika sifat-sifat itu Qodim maka sifat-sifat qodim itu berbilang (banyak) maka hal itu
mentiadakan sifat wahdaniyah (Esa).
Dan menjawab hal itu kami berpendapat : Sesungguhnya sifat-sifat tersebut tidak berdiri sendiri
dari DzatNya,hanya saja sifat-sifat itu mengikuti DzatNya yaitu sifat- sifat yang ada itu menempati
DzatNya.
Sifat Jaiz bagi Allah Ta’ala adalah boleh bagi Allah mengerjakan atau meninggalkan sesuatu, maka
wajib bagi seorang mukallaf meyakini bahwa Alloh Ta’ala boleh menciptakan dan memilih
hambaNya menurut kehendaknya,dan tidak sesuatupun (makhluknya) yang mewajibkan Allah.
Karena Allah adalah pengatur secara mutlak,tidak ada seorangpun memilih bersamaNya karena
seluruh urusan (hal) itu berada ditanganNya baik perkara baik atau buruk. Maka Dialah (Allah)
yang memberi,mencegah,memuliakan,menghinakan,memberi manfaat,memberi
madhorot,mengampuni,menyiksa,menetapkan (hukum) dan memberi sangsi dan begitu seterusnya.
“Kepunyaan Allahlah segala apa yang ada dilangit dan apa yang ada didalam hatimu atau kamu
menyembunyikannya niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu atas perbuatanmu
itu. Maka Allah akan mengampuni siapa yang dikehendakiNya dan Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu”(QS. Al Baqarah : 284)
Wajib bagi seorang mukallaf meyakini bahwa Alloh Ta’ala mempunyai para Nabi yang diutus.
Sebagaimana para malaikat, yang selalu patuh kepada perintah Allah, dan tidak pernah sekalipun
melanggar larangan Allah, maka para nabi dan rasul Allah juga demikian. Mereka adalah orang-
orang yang dijaga Allah dari perbuatan yang dapat mendatangkan dosa. Para nabi dan Rasul
adalah orang yang selalu melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Allah telah
menjaga para nabi dan rasul dari terjerumus ke dalam perbuatan dosa, sejak mereka baru lahir,
begitu pula setelah diangkat menjadi nabi dan rasul.
Telah diyakini bahwa para rasul yang diutus Allah, mereka adalah laki laki merdeka yang telah
dipilih dengan sempurna dan dilengkapi dengan keistimewaan yang tidak dimiliki makhluk biasa.
Begitu pula telah diberikan kepada mereka sifat-sifat kesempurnaan dengan tujuan untuk
menguatkan risalah yang dibawa. Maka Allah telah menganugerahkan kepada mereka empat sifat
kesempurnaan, yang wajib dimiliki oleh seorang rasul, yaitu Shidiq (Jujur), Amanah (dipercaya),
Tabligh (menyampaikan) dan Fathanah (cerdas).
Allah Ta’ala berfirman”Rosul telah beriman kepada Al Qur’an yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya. Demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Alloh, malaikat –
malaikatNya, kitab-kitabNya dan Rosul-rosulNya. (Mereka mengatakan) Kami tidak membeda-
bedakan antara seseorang dari rosul-rosulNya dan mereka mengatakan,”Kami mendengar dan kami
taati, (mereka berdo’a) Ampunilah kami Ya Tuhan kami dan kepadaMulah tempat kembali”(QS. Al
Baqarah : 285).
Wajib bagi seorang mukallaf mengetahui sifat wajib, sifat mustahil den sifat jaiz bagi Rosul.
Adapun sifat wajib bagi Rosul ada 4 yaitu :
Sebagai bukti atas kebenaran para rasul, mereka telah dibekali dengan mukjizat mukjizat yang
harus diyakini oleh setiap muslim kebenaranya. Dan tidak mungkin harus diyakini dan diteladani
jika mereka (para rasul) itu tidak benar dan jujur. Tentu setelah itu apa yang telah diperintahkan
Allah melalui perantaraan para rasul, kita sebagai muslim harus mengikuti dengan ta’at dan apa
yang dilarang Allah kita tinggalkan.
“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Nabi Ismail di dalam Al Qur’an.
Sesungguhnya dia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang Rosul dan
Nabi”(QS.Maryam : 54).
Karena mereka (para Rosul) jika sifat bohong itu boleh pada diri mereka maka kebohongan itu ada
pada kabar (risalah) Alloh Ta’ala dan hal itu tidak mungkin terjadi.
allah berfirman
ٌإِ ِّني لَ ُك ْم رَ سُو ٌل أَمِين
“Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu,”(asy-syuara’143)
Maka hal yang muhal atau mustahil jika rasul itu terjerumus ke dalam perzinahan, pencurian,
meminum minutan keras, berdusta, menipu dan lain sebagainya. Rasul tidak mungkin memiliki
sifat hasud, riya’, sombong, dusta dan sebagainya.
allah berfirman :”Sesungguhnya Aku bagimu adalah utusan Alloh yang dapat
dipercaya”(QS.Ad Dukhan : 18).
allah berfirman
َ ُّإِنَّ هَّللا َ الَ ُيحِب
َالخا ِئنِين
”Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang- orang yang berkhianat.”(al-Anfal, 58)
Karena jika mereka berkhianat dengan melakukan perbuatan yang haram atau makruh maka kita
tidak dapat merubah/mengganti perbuatan haram dan makruh karma takut pada mereka (para
Rosul). Alloh Ta’ala memerintahkan kita untuk mengikuti mereka baik ucapan, perbuatan den
keadaan (sikapnya).
allah berfirman
ً ت هَّللا ِ َوي َْخ َش ْو َن ُه َوالَ ي َْخ َش ْونَ أَحَ داً إِالَّ هَّللا َ َو َك َفى ِباهَّلل ِ حَ سِ يبا
ِ َالَّذِينَ ُيبَلِّ ُغونَ ِرسَ اال
Allah berfirman,”(yaitu) orang- orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut
kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang (pun) selain kepada Allah. Dan
cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan.”(al-Ahzab, 39).
adalah firman Alloh Ta’ala”Hai Rosul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu
dan jika tidak kamu kerjakan maka kamu tidak menyampaikan amanatNya (risalahNya)”(QS. Al
Maidah : 67).
“Selaku para Rosul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan
bagi manusia membantah Alloh sesudah diutusnya para Rosul itu”(QS.An Nisa : 165).
Kabar gembira dan peringatan itu tidak sempurna kecuali bila disampaikan. Karena jika mereka
tidak menyampaikan syariat kepada manusia maka mereka berarti menyembunyikan syariat. Dan
hal itu tidak mungkin terjadi karena menyembunyikan syariat merupakan aib/cacat yang besar.
Yaitu ketika orang yang teledor dalam bersyariat memiliki alasan untuk membantah Alloh SWT
atas dasar tidak adanya tabligh.
Maka diharuskan bagi kita untuk meyakinkan bahwa para rasul itu adalah manusia yang paling
sempurna dalam penampilan, akal, kekuatan berfikir, kecerdasan dan pembawaan wahyu yang
diutus pada zamannya. Kalau saja para rasul itu tidak sesuai dengas sifat sifatnya maka mustahil
manusia akan menerima dan mengakuinya. Sifat sifat itu merupakan satu hujjah bagi mereka agar
apa yang disampaikan bisa diterima dengan baik.
Allah berfirman
َوت ِْلكَ حُجَّ ُت َنآ آ َت ْي َناهَآ إِ ْبرَ اهِي َم عَ لَى َق ْو ِم ِه
Allah berfirman:”Dan itulah hujah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi
kaumnya.”(al-An’am, 83)
jika sifat fathonah itu tidak ada pada diri Rosul maka mereka (para Rosul tidak mampu berhujjah
dalam berargumentasi, dan hal itu tidak mengkin terjadi, karena Al Qur’an menunjukkan
mengenai kemampuan para Rosul berargumentasi itu banyak sekali.
“Mereka berkata, Hai Nuh sesungguhnya kamu telah berargumentassi dengan kami, dan kamu lelah
memperpanjang berargumentasi terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu
ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar”(QS. Hud : 32).
“Dan berargumentasilah pada mereka dengan cara yang baik”(QS. An Nahl : 125).
Dan juga kita diperintahkan mengikuti jejaknya dan orang yang mengikuti jejaknya tidak akan
menjadi orang bodoh.
pada haknya para Nabi dan Rosul Alaihi Sholatu Wassalam adalah adanya sifat- sifat (yang bisa
terjadi) pada manusia yanag tidak menyebabkan terjadinya pengurangan pada martabat
(kedudukan) mereka yang tinggi.
Maka wajib bagi seorang mukallaf meyakini bahwa mereka Alaihi Sholatu Wassalam bersifat
seperti yang dimiliki oleh manusia yang lainnya seperti makan, minum, jual beli, masuk pasar,
kawin, mati, hidup, merasakan’kelezatan, merasakan sakit, sehat dan sakit. Namun, sifat-sifat
yang ada dalam diri mereka (para Nabi dan Rosul) tidak menyebabkan orang-orang menjauhinya.
Tidurnya beliau hanya matanya saja tetapi hatinya tidak, dan beliau mengeluarkan mani hanya
memenuhi tempatnya,bukan ihtilam (mengeluarkan mani karena mimpi). Karena ihtilam adalah
permainan syetan,maka syetan tidak dapat menguasai mereka (para Nabi dan Rosul) dan
penguasaan syetan lainnya.
Adapun sifat kekurangan seperti kusta, lepra, tuli, buts, bisu, lumpuh, pincang dan buta sebelah,
maka itu sernua mustahil terjadi pada mereka (para Nabi dan Rosul). Dan cerita yang mengatakan
bahwa Nabi Syuaib alaihissalam buts,maka cerita tersebut tidak ada dasarnya dan ceritan Nabi
Ya’qub alaihissalam tertimpa kebutaan dan kebutaan tersebut akhirnya hilang (dapat melihat),
begitu pula cerita ulat yang- keluar dari tubuh Nabi Ayub alaihissalam ketika beliau sakit adalah
cerita bohong yang tidak berdasar.
Dalil yang menunjukkan sifat-sifat yang terjadi pada setiap manusia pada diri Nabi dan Rosul
adalah firman AIloh Ta’ala
“Dan mereka berkata, mengapa Rosul ini memakan makanan dan herjalan di
pasar?”(QS.Al Furqan : 7)
“Dan Kami tidak mengutus Rosul- rosul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan
dan berjalan drpasar pasar”(QS.Al Furqan 20).
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beherapa Rosul sebelum kamu dan Kami memberikan
kepada mereka keturunan”(QS.ArRa’ad : 38).
“Dan ingatlah kisah Nabi Ayub ketika ia menyeru Tuhannya”Wahai Tuhanku sesungguhnya aku
telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang diantara para penyayang”,
maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya
dan Kami kembalikan keluarganya padanya dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai
suatu rahmat dari sisi Kami dan menjadi peringatan bagi semua yang menyembah
Alloh”(QS.Al Anbiya 83-84).
“Muhammad itu tak lain hanyalah seorang Rosul, sungguh telah berlaku sebelumnya beberapa
orang Rosul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang maka ia tidak dapat
mendatangkan madharat kepada Alloh sedikitpun”(QS. Ali Imran : 144).
Wajib bagi seorang mukallaf meyakini bahwa para Nabi dan Rosul’Alaihi Sholatu Wassalam terjaga
dari dosa-dosa (ma’shum) sebagaimana para malaikat terjaga dari dosa, mereka terhindar dari
perbuatan maksiat, dan mereka meninggalkan maksiat itu wajib hukumnya dan mereka tidak
melakukan perbuatan yang diharamkan dan mereka tidak mernpunyai sifat kecuali dengan akhlak
yang mulia. Karena mereka (para Nabi dan Rosul) adalah suri tauladan yang baik dan contoh yang
tinggi sebagai kiblat manusia (tempat mengadu/menghadap) dan Allah mendidik, membina dan
mengajarkan mereka sehingga mereka (para Nabi dan Rosul) menjadi orang yang terdidik dan
terpelajar.
“Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam
penglihatan Kami”(QS.Ath thur :48)
“T’idak mungkin seorang Nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang”(QS.Ali Imran :
161)
“Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dariKu supaya kamu diasuh
dibawah pengawasanKu”(QS.Thaha : 39).
Dan mereka (para Nabi dan Rosul) lebih utama dari para malaikat sebagaimana pendapat jumhur
Al Asyairah.
Dan dalil hal itu adalah firman Allah Ta’ala :”Dan ketika Kami katakan pada para malaikat
sujudlah kalian kepada Adam, makes sujudlah mereka”(QS.AI Baqarah : 34).
Perintah pada para malaikat untuk bersujud kepada Nabi Adam adalah sebagai penghormatan. Jika
saja Nabi Adam tidak lebih utama maka mereka tidak perintahkan sujud kepadanya. Termasuk hal
yang wajib diyakini bahwa sebagian para Nabi dan Rosul itu lebih utama dari sebagian yang lain,
berdasarkan firman Alloh Ta’ala,
“Rosul-rosul itu Kami lebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain”(QS. Al Bagarah : 253 ),
dan firman Allah Ta’ala,”Dan sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian Nabi-nabi itu”(QS. AL
Isra’55).
Karena makna ayat ini tidak membeda-bedakan dalam risalah mereka dan mengimani mereka.
Maka orang-orang yang beriman bukan seperti orang-orang yahudi dan nasrani yang hanya beriman
pada sebagian para Nabi dan Rosul dan mengkafiri sebagian yang lainnya.
Maka Ulul Azmi (Nabi yang mempunyai kesabaran, ketetapan dan mampu menahan kesulitan),
Alloh Ta’ala berfirman,”Bersabarlah sebagaimana para ulul azmi bersabar”(QS.Al Qof : 35).
Termasuk ulul azmi adalah: junjungan kita Nabi Muhammad, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa,
Nabi Nuh Alaihi Sholatu Wassalam merupakan paling utama diantara para Rosul yang lainnya.
Dan paling utama diantara ulul azmi secara mutlak adalah junjungan kita Nabi Muhammad SAW
dan termasuk yang wajib diyakini bahwa sebagian dari para malaikat lebih utama dari sebagian
yang lainnya seperti para Rosul berdasarkan firman Allah Ta’ala,
“Alloh memilih diantara para malaikat seorang utusan dan paling utama diantara mereka adalah
malaikat Jibril alaihissalam.
SIFAT MUSTAHIL BAGI ALLAH SWT DAN SIFAT MUSTAHIL PARA NABI DAN ROSUL
“Dan sifat mustahil adalah lawan dari sifat yang wajib maka hafalkanlah 50 sifat itu sebagai
ketentuan yang wajib”.
Sifat mustahil bagi Alloh Ta’ala, den rosulNya adalah lawan dari sifat wajib bagi Alloh Ta’ala den
rosulNya, maka jumlah sifat mustahil itu sama seperti sifat wajib dan setiap mukallaf wajib
mengetahuinya.
Sifat mustahil bagi Alloh Ta’ala itu berjumlah 20 sifat yang terperinci sebagai berikut ini:
1. Sifat Adam (tidak ada) lawan dari sifat wujud
2. Sifat Hudust (baru) lawan dari sifat Qwidam
3. Sifat Fana'(rusak) lawan dari sifat Baqa’
4. Sifat Mumatsilah lilhawaditsi (sama dengan makhluknya) lawan dari sifat mukholafatuhu
lilhawaditsi (berbeda dengan makhiuknya)
5. Sifat A’damu Qiyamuhu binafsihi (tidak berdiri sendiri) lawan dari sifat Qiyamuhu binafsihi
(berdiri sendiri)
6. Sifat Ta’dud (berbilang) lawan dari sifat Wahdaniyah (Esa)
7. Sifat A’juzn (lemah) lawan dari sifat Qudrat (berkuasa)
8. Sifat Al Karahah (terpaksa) lawan dari sifat Iradah (berkehendak)
9. Sifat Jahlun (bodoh) lawan dari sifat Ilmun (berilmu)
10. Sifat Mautun (coati) lawan dari sifat Hayat (hidup)
11. Sifat Shomamun (tuli) lawan dari sifat Same'(mendengar)
12. Sifat Umyun (buta) lawan dari sifat Basher (melihat)
13. Sifat Bukmun (bisu) lawan dari sifat kalam (berbicara)
14. Sifat Kaunuhu A’jizan (Dzat yang lernah) lawan dari sifat Kaunuhu Qoadiron (Dzat yang
berkuasa)
15. Sifat Kaunuhu Kaarihan (Dzat yang terpaksa) lawan dari Kaunuhu Muriidan (Dzat yang
berkehendak)
16. Sifat Kaunuhu Jaahilan (Dzat yang bodoh) larvan dari sifat Kaunuhu `Aliman (Dzat yang
berilmu)
17. Sifat Kaunuhu Mayyitan (Dzat yang coati) lawan dari Kaunuhu Hayyan (Dzat yang hidup)
18. Sifat Kaunuhu Ashomma (Dzat yang tuli) lawan dari Kaunuhu Sami’an (Dzat yang mendengar)
19. Sifat Kaunuhu A’maa (Dzat yang buts), lawan dari sifat Kaunuhu Bashiran (Dzat yang melihat)
20. Sifat Kaunuhu Abkamu (Dzat yang bisu) lawan dari sifat Kaunuhu Mutakalliman (Dzat yang
berbicara)
Dan sifat mustahil bagi para Nabi dan Rosul alaihimus Sholatu Wassalam ada 4 sifat yaitu
1.Sifat Kidzib (bohong) lawan dari sifat sidiq (jujur)
2.Sifat Khianat (berkhianat) lawan dari sifat Amanat (dapat dipercaya)
3.Sifat Kitman (menyimpan) lawan dari sifat tabligh (menyampaikan risalah)
4.Sifat Baladah (bodoh) lawan dari sifat Fathonah (cerdas)
Aqidah-aqidah itu Wajib bagi kita menghafalkannya yaitu 50 sifat, perinciannya sebagai berikut
ini:
-Sifat Wajib bagi Alloh ada 20
-Sifat Mustahil bagi Alloh ada 20
-Sifat Wajib bagi Rosul ada 4
-Sifat Mustahil bagi Rosul ada 4 -Sifat Jaiz bagi Alloh ada 1
-Sifat Jaiz bagi Rosul ada 1