Anda di halaman 1dari 275

ANALISIS SWOT DALAM

PERENCANAAN STRATEGIS

Bagian AKK PSKM FK Universitas Udayana


Analisis SWOT adalah...
• Analisis SWOT adalah alat yang bermanfaat untuk melakukan
analisis strategis dan untuk memahami posisi terkini suatu
organisasi dalam lingkungannya (internal dan eksternal) yang
selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang
strategi dan program kerja
• Analisis kekuatan & kelemahan internal organisasi; kesempatan
untuk tumbuh & berkembang serta ancaman eksternal terhadap
keberlangsungan organisasi (Harrison 2010)
• Prekursor perencanaan strategis yang dilakukan oleh panel ahli
yang dapat menganalisis organisasi dari perspektif yang kritis
(Gibis et al. 2001)
– Panel misalnya: Pimpinan senior, pegawai, pasien, staf medis, tokoh
masyarakat, ahli teknis
• Awalnya digunakan di sektor industri 🡺 penggunaan di sektor
kesehatan makin meningkat
Langkah-langkah dalam Analisis SWOT:
1. Mengumpulkan dan mengevaluasi data
– Mis: data demografis, data status kesehatan, sumber pendanaan, data
teknologi informasi, survey organisasi
2. Data-data tsb dikelompokkan dalam 4 kategori:
– kekuatan, (strengths) kelemahan (weaknesses), kesempatan
(opportunities), tantangan (threats)
3. Pengembangan matrix SWOT
4. Mengintegrasikan analisis SWOT dalam proses pengambilan
keputusan melalui pengembangan strategi yang sesuai dengan
rencana strategis organisasi
- Menganalisis kekuatan mana yang dapat digunakan untuk mengambil
keuntungan dari peluang yang khusus, dan kelemahan mana yang dapat
membuat organisasi rawan pada saat menghadapi ancaman tertentu ,
sehingga organisasi dapat merencanakan opsi strategis yang lebih baik.
Analisis LINGKUNGAN INTERNAL:
1. S = Strengths (Kekuatan)
adalah “kekuatan-kekuatan” yg dimiliki
organisasi yang dapat didaya-gunakan
agar organisasi dapat tumbuh dan
berkembang serta unggul bersaing.

2. W = Weaknesses (Kelemahan)
adalah “kelemahan-kelemahan” yg dimiliki
organisasi, yang menjadikan organisasi tsb.
sukar/tidak dapat tumbuh atau berkembang
dan tidak mampu bersaing.
5
Analisis LINGKUNGAN EKSTERNAL:
3. O = Opportunities (Peluang)
adalah sebanyak mungkin “peluang” yg
dapat diraih dan didayagunakan agar
organisasi dapat tumbuh atau berkembang
dan mampu mengalahkan
pesaing-pesaingnya.
4. T = Threats (Ancaman)
adalah ancaman-ancaman terhadap
keberlangsungan organisasi dalam
persaingan yang jika tidak disadari maka
kehidupan, kemampu-tumbuhan,
kemampu-bersaingan organisasi bisa
terancam 6
Matriks External Factors Evaluation (EFE)
• Susun faktor-faktor yang merupakan ancaman dan
peluang yang terdapat dalam organisasi
• Beri bobot masing-masing faktor tersebut mulai dari
0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting). Jumlah
total bobot tidak boleh lebih dari 1,0.
• Berikan rating pada kolom ketiga untuk tiap faktor
dengan skala 1 (sangat buruk) hingga 4 (sangat baik).
• Kalikan bobot pada kolom kedua dengan rating pada
kolom ketiga untuk memperoleh skor pada
masing-masing faktor
• Jumlahkan skor untuk memperoleh total skor
S/W/O/T?
• Kegiatan promosi ASI ekslusif sudah sering
dilakukan oleh tenaga kesehatan melalui
penyuluhan saat Posyandu maupun ANC
• Lokasi wilayah Puskesmas yang cukup luas namun
secara keseluruhan mudah dijangkau petugas
• Kesibukan ibu yang bekerja, sehingga bayi diberi
makanan tambahan/susu formula
• Belum ada pelatihan ASI eksklusif untuk bidan
desa dan kader
Matriks EFE
Faktor Eksternal Bobot (a) Rating (b) Skor (c = a x b)
Peluang (Opportunities)
1. c1
2. c2
dst cdst
Total peluang ∑ peluang
Ancaman
1. c1
2. c2
dst cdst
Total ancaman (Threats) ∑ ancaman
Total Skor 1,00 ∑ peluang + ancaman
Matriks Internal Factors Evaluation (IFE)
• Susun faktor-faktor yang merupakan kekuatan dan
kelemahan yang terdapat dalam organisasi
• Beri bobot masing-masing faktor tersebut mulai dari
0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting). Jumlah
total bobot tidak boleh lebih dari 1,0.
• Berikan rating pada kolom ketiga untuk tiap faktor
dengan skala 1 (sangat buruk) hingga 4 (sangat baik).
• Kalikan bobot pada kolom kedua dengan rating pada
kolom ketiga untuk memperoleh skor pada
masing-masing faktor
• Jumlahkan skor untuk memperoleh total skor
Matriks IFE
Faktor Internal Bobot (a) Rating (b) Skor (c = a x b)
Kekuatan (Strengths)
1. c1
2. c2
dst cdst
Total kekuatan ∑ kekuatan
Kelemahan (Weaknesses)
1. c1
2. c2
dst cdst
Total kelemahan ∑ kelemahan
Total Skor 1,00 ∑ kekuatan+ kelemahan
Matriks SWOT
Pendekatan Kualitatif Matriks
SWOT
Pendekatan kualitatif matriks
SWOT sebagaimana
dikembangkan oleh Kearns
menampilkan delapan kotak,
yaitu dua paling atas adalah
kotak faktor eksternal
(Peluang dan Tantangan)
sedangkan dua kotak sebelah
kiri adalah faktor internal
(Kekuatan dan Kelamahan).
Empat kotak lainnya
merupakan kotak isu-isu
strategis yang timbul sebagai
hasil titik pertemuan antara
faktor-faktor internal dan
eksternal.
Langkah-langkah Pengembangan Matriks
SWOT
• Buat daftar peluang kunci eksternal perusahaan
• Buat daftar ancaman kunci eksternal perusahaan
• Buat daftar kekuatan kunci internal perusahaan
• Buat daftar kelemahan kunci internal perusahaan
• Cocokkan kekuatan-kekuatan internal dan
peluang‑peluang eksternal dan catat hasilnya dalam sel
strategi SO
• Cocokkan kelemahan-kelemahan internal dan
peluang-peluang eksternal dan catat hasilnya dalam sel
strategi WO
• Cocokkan kekuatan-kekuatan internal dan
ancaman-ancaman eksternal dan catat hasilnya di sel
strategi ST
• Cocokkan kelemahan-kelemahan internal dan
ancaman-ancaman eksternal dan catat hasilnya di sel
strategi WT
ANALISIS KUADRAN DALAM SWOT
Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:

1. Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor serta jumlah total perkalian
skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor S-W-O-T;

Menghitung skor :
1. Masing-masing point faktor dilakukan secara saling bebas (penilaian terhadap sebuah point faktor
tidak boleh dipengaruhi atau mempengaruhi penilaian terhadap point faktor lainnya. Pilihan
rentang besaran skor sangat menentukan akurasi penilaian namun yang lazim digunakan adalah
dari 1 sampai 4, dengan asumsi nilai 1 berarti skor yang paling rendah dan 4 berarti skor yang
paling tinggi.
2. Perhitungan bobot (b) masing-masing faktor dilaksanakan secara saling ketergantungan. Penilaian
terhadap satu faktor dilakukan dengan membandingkan tingkat kepentingannya dengan faktor
lainnya. Sehingga formulasi perhitungannya adalah nilai yang telah didapat (rentang nilainya sama
dengan banyaknya point faktor) dibagi dengan banyaknya jumlah point faktor).

2. Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan faktor O dengan T
(e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu X, sementara
perolehan angka (e = y) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu Y;

3. Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran SWOT.
ANALISIS KUADRAN DALAM SWOT

Faktor Internal Bobot (a) Rating (b) Skor (c = a x b)


Kekuatan (Strengths)
1.
Total kekuatan S
Kelemahan (Weaknesses)
1.
Total kelemahan W
Selisih kekuatan dan kelemahan = S – W = x
Peluang (Opportunities)
1.
Total peluang O
Ancaman (Threats)
1.
Total ancaman T
Selisih peluang dan ancaman = O – T = y
ANALISIS KUADRAN DALAM SWOT

Kuadran I (positif, positif)

Posisi ini menandakan sebuah


“usaha” atau organisasi yang
kuat dan berpeluang.

Rekomendasi strategi yang


diberikan adalah “Progresif”,
artinya usaha atau organisasi
dalam kondisi prima dan
mantap sehingga sangat
mungkin untuk terus
melakukan ekspansi,
memperbesar pertumbuhan
dan meraih kemajuan secara
maksimal.
ANALISIS KUADRAN DALAM SWOT

Kuadran II (positif, negatif)

Posisi ini menandakan sebuah


organisasi yang kuat namun
menghadapi tantangan yang
besar. Rekomendasi strategi
yang diberikan adalah
Diversifikasi Strategi, artinya
organisasi dalam kondisi
mantap namun menghadapi
sejumlah tantangan berat
sehingga diperkirakan roda
organisasi akan mengalami
kesulitan untuk terus
berputar bila hanya bertumpu
pada strategi sebelumnya.
Oleh karenanya, organisasi
disarankan untuk segera
memperbanyak ragam
strategi taktisnya.
ANALISIS KUADRAN DALAM SWOT

Kuadran III (negatif,


positif)

Posisi ini menandakan


sebuah organisasi yang
lemah namun sangat
berpeluang. Rekomendasi
strategi yang diberikan
adalah Ubah Strategi,
artinya organisasi
disarankan untuk
mengubah strategi
sebelumnya. Sebab,
strategi yang lama
dikhawatirkan sulit untuk
dapat menangkap peluang
yang ada sekaligus
memperbaiki kinerja
organisasi.
ANALISIS KUADRAN DALAM SWOT

Kuadran IV (negatif,
negatif)
Posisi ini menandakan sebuah
organisasi yang lemah dan
menghadapi tantangan besar.
Rekomendasi strategi yang
diberikan adalah Strategi
Bertahan, artinya kondisi
internal organisasi berada
pada pilihan dilematis. Oleh
karenanya organisasi
disarankan untuk
meenggunakan strategi
bertahan, mengendalikan
kinerja internal agar tidak
semakin terperosok. Strategi
ini dipertahankan sambil
terus berupaya membenahi
diri.
Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif
(Quantitative Strategic Planning Matrix - QSPM)

• Alat yang memungkinkan penyusun strategi


untuk mengevaluasi alternatif strategi secara
objektif, berdasarkan daya tarik strategi dan
faktor keberhasilan kunci internal dan
eksternal yang telah diindikasikan sebelumnya
Langkah-langkah Penyusunan QSPM
1. Membuat daftar peluang/ancaman eksternal dan
kekuatan/kelemahan internal kunci perusahaan pada kolom
kiri QSPM. Informasi ini harus diambil secara langsung dari
matriks EFE dan IFE.
2. Berikan bobot untuk masing-masing faktor internal dan
eksternal.Bobot ini identik dengan yang ada pada matriks EFE
dan IFE. Bobot disajikan dalam kolom persis disamping kanan
faktor keberhasilan kunci eksternal dan internal.
3. Evaluasi matriks tahap 2 (pencocokan) dan identifikasi
alternatif strategi yang harus dipertimbangkan organisasi
untuk diimplementasikan. Catat strategi-strategi ini pada
baris atas dari QSPM.
Langkah-langkah Penyusunan QSPM
4. Tentukan nilai daya tarik (Attractive Scores-AS).
AS adalah angka yang mengindikasikan daya tarik relatif dari masing-masing
strategi dalam set alternatif tertentu. Nilai daya tarik harus diberikan untuk
masing-masing strategi untuk mengindikasikan daya tarik relatif dari satu
strategi atas strategi lainnya, dengan mempertimbangkan faktor tertentu.
Jangkauan nilai daya tarik:
1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = cukup menarik, 4 = sangat menarik.
Berikan tanda minus jika faktor kunci tidak memiliki dampak terhadap
strategi.
5. Hitung total nilai daya tarik (Total Attractive Scores-TAS). TAS adalah produk dari
pengalian bobot dengan nilai daya tarik dalam masing-masing baris. Total nilai
daya tarik mengindikasikan daya tarik relatif dari masing-masing alternatif
strategi. Semakin tinggi total nilai daya tarik semakin menarik alternatif strategi
tersebut (dengan hanya mempertimbangkan faktor keberhasilan kunci tersebut).
6. Hitung penjumlahan total nilai daya tarik (TAS). Tambahkan TAS dalam
masing-masing kolom strategi dari QSPM. Penjumlahan TAS mengungkapkan
strategi mana yang paling menarik dari setiap set alternatif. Nilai yang lebih
tinggi mengindikasikan strategi yang lebih menarik, mempertimbangkan semua
faktor internal dan eksternal yang relevan yang dapat mempengaruhi keputusan
strategis.
Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif
(Quantitative Strategic Planning Matrix - QSPM)
Faktor Kunci Bobot Strategi 1 Strategi 2

AS TAS AS TAS

Faktor Eksternal

Faktor Internal

Total ∑ TAS ∑ TAS

Tabel Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (QSPM)


Sumber: David (2009, p309)
Konsep Dasar Montoring &
Evaluasi Program Kesehatan

Bag. AKK, PS IKM, FK Unud


Tujuan:

• Mengetahui batasan evaluasi


• Mengetahui tujuan evaluasi
• Mengetahui siklus program
• Mengetahui jenis-jenis evaluasi dan
hubungannya dengan siklus program
• Mengetahui berbagai pendekatan dalam
evaluasi
Tiap hari kita mengevaluasi….
Apa yang dimaksud dengan EVALUASI?
Definisi
Scriven (1991)
“Proses penentuan nilai dari sesuatu...
Biasanya melibatkan identifikasi standar nilai
yang relevan; pengukuran kinerja berdasarkan
standar tsb; integrasi atau sintesis hasil untuk
mencapai tujuan evaluasi.”
Scriven, M (1991) Evaluation Thesaurus. Sage p 139
Definisi

Owen (1997)
Evaluasi merupakan proses: negosiasi rencana
evaluasi; mengumpulkan dan menganalisis
bukti untuk memproduksi hasil evaluasi;
diseminasi hasil pada audiens yang akan
menggunakan hasil tsb untuk: memahami
objek yang dievaluasi; membuat
penilaian/keputusan terkait objek tsb.
Owen, J. (1999) Program Evaluation: Forms and Approaches
Allen & Unwin p4
Definisi yang komprehensif
• Evaluasi program dirancang untuk
memberikan nilai pada suatu intervensi
dengan mengumpulkan informasi yang valid
dan reliable tentang intervensi tsb. secara
sistematis, dan dengan membuat
perbandingan, yang bertujuan untuk
membuat keputusan yang terinformasi.

Ovretveit, J (1998) Evaluating Health Interventions.


Hubungan antara evaluasi kesehatan
dan penelitian kesehatan
Laporan kasus –masalah kesehatan

Penelitian deskriptif
(menentukan angka kejadian)

Penelitian analitik
(menentukan faktor risiko atau penyebab)

Intervensi kesehatan *evaluasi program


“Objek” evaluasi
• Kebijakan
• Program
• Produk
• Individu
Program adalah…
• Serangkaian aktivitas terencana yang
diarahkan untuk mencapai perubahan yang
diinginkan pada audiens tertentu
• Evaluasi program dapat melihat berbagai
aspek yang berbeda dari hubungan antara
rencana dan aksi (tindakan)
Apa tujuan evaluasi program
kesehatan?
Diskusikan!
Tujuan Evaluasi

• Menyediakan informasi untuk pengembangan


program
• Mengetahui proses implementasi
• Mengetahui efektivitas program
• Mengetahui apakah program bisa diterapkan di
tempat lain - transferabilitas
• Membandingkan program serupa untuk
menentukan yang lebih baik
• Meningkatkan dasar bukti ilmiah dari suatu topik
• Akuntabilitas
Tujuan utama evaluasi program
• Untuk pengambilan keputusan!
5 Tipe Program
1. Program edukasi – menitikberatkan pada peningkatan
pengetahuan, keterampilan dan sikap biasanya melalui
lembaga formal
2. Program advisory – komunikasi dan program pendidikan
masyarakat
3. Program regulatori – menakut-nakuti untuk mencegah
perilaku yang tidak sesuai
4. Manajemen kasus – Tujuan individual ditentukan untuk
tiap kasus dalam kerangka program keseluruhan
5. Penyediaan produk barang atau jasa
Funnell S & Lenne (1989) A Typology of Public Sector Programs. Paper presented
at the annual meeting of the American Evaluation Association, San Francisco
cited in Owen (2006:31).
Pendekatan siklus program

Perencanaan
Identifikasi masalah
Penentuan prioritas
Evaluasi dan Pengembangan solusi-Merancang
diseminasi program
evaluasi sumatif Perencanaan evaluasi & diseminasi/
(outcome-impact) pelaporan
Economic evaluation Needs assessment, evaluasi formatif,
program logic

Implementasi
Evaluasi proses,
evaluability assessment
Evaluasi dan siklus program
Siklus program Strategi evaluasi
Perencanaan
• Kebutuhan program • Needs analysis
• Pengembangan program • Formative/clarificative evaluation
• Program logic
Implementasi
• Pelaksanaan program • Process evaluation
• Evaluability assessment
Evaluasi & diseminasi
• Program yang sudah berlangsung
• Di akhir pendanaan • Impact evaluation
• Outcome evaluation
• Dipertimbangkan untuk • Economic evaluation
direplikasi • Evaluation utilisation
• Efisiensi penggunaan dana
Pendekatan dalam evaluasi
• Tidak ada sistem klasifikasi yang kaku – para
ahli dengan teori yang berbeda mengusulkan
berbagai pendekatan dan model evaluasi
• It depends!
Pendekatan dasar

• Evaluasi Formatif
• Evaluasi Proses
• Evaluasi Sumatif
Evaluasi formatif: need analysis
Tujuan/ Sebelum program ada
orientasi Untuk mendukung proses pengambilan keputusan
mengenai tipe program/bagaimana cara terbaik
untuk mengembangkan program
Peran Evaluator Adviser, penyedia bukti tentang kebutuhan,
menyarankan bentuk program, atau kebutuhan
perubahan dalam organisasi
Pertanyaan Apakah ada kebutuhan akan program? Apa yang
evaluasi kita ketahui tentang permasalahan yang ada? Apa
best practice? Apa hasil riset yang ada? Dapatkah
kita memperbaharui program dengan informasi
baru? Apakah kebutuhan program telah terpenuhi?
Pendekatan Needs assessment/needs analysis
utama Research/evidence base review
Review of best practice
Evaluasi formatif: program clarification
Tujuan/ Untuk mengklarifikasi struktur internal dan cara kerja
orientasi program, program logic, hubungan sebab akibat.
Sebelum program dilaksanakan, terkadang sebelum
evaluasi outcomes
Merancang aspek-aspek evaluasi
Peran Evaluator Memfasilitasi klarifikasi program logic atau ‘theory of
action’ - teori tentang bagaimana program tsb bekerja

Pertanyaan Apa outcomes yang diharapkan dari program dan


evaluasi bagaimana program dirancang untuk mencapai outcomes
tsb? Apa dasar pemikiran program? Elemen-elemen apa
yang bisa diubah untuk meningkatkan program? Apakah
program plausible (masuk akal)? Aspek apa yang
diperlukan untuk monitoring dan evaluasi?
Pendekatan Program logic definition
utama Evaluability assessment
Evaluasi proses
Tujuan/ Memberikan informasi tentang pelaksanaan program
orientasi Menyediakan bukti yang memungkinkan perubahan pada
program
Peran Evaluator Imenyediakan informasi untuk meningkatkan program dan
menjamin mutu
Memfasilitasi pembelajaran, pengambilan keputusan, dan
pengembangan yang berkelanjutan
Memfasilitasi perubahan (evaluator internal)
Menyediakan bukti langsung bagi manajer tingkat menengah
dan pelaksana program
Pertanyaan Apa yang sedang berusaha dicapai oleh program? Bagaimana
evaluasi pelaksanaan program? Apakah berjalan sebagaimana
mestinya? Apakah konsisten dengan rencana? Dapatkah
pelaksanaan program diubah untuk meningkatkan
efektivitasnya?
Pendekatan Responsive evaluation, action research, quality review,
utama developmental evaluation, empowerment evaluation
Evaluasi sumatif
Tujuan/ Analisis hasil akhir, menentukan outcomes, tingkat
orientasi pencapaian tujuan, tingkat kinerja.
Menentukan nilai (pastikan implementasi telah
berlangsung melalui evaluability assessment)
Peran Evaluator Menentukan apakah program siap dievaluasi
Menentukan dasar untuk membuat penilaian dari program
Menentukan bukti-bukti yang dibutuhkan dan bagaimana
cara terbaik untuk mengumpulkan bukti tsb.
Pertanyaan Apakah program telah dilaksanakan sesuai rencana?
evaluasi Apakah tujuan yang ditetapkan sebelumnya telah
tercapai? Apakah kebutuhan telah dipenuhi? Apakah
implementasi program menyebabkan perubahan?
Pendekatan Objectives based, process-outcome, needs based (of
utama participants), goal free (unintended too)
Perspektif evaluasi (Ovretveit, 1998)
1. Eksperimental
– meminimalisir penyebab invaliditas 🡺 hubungan
sebab akibat dapat dipercaya
– Fokus pada efek dan outcome (≈sumatif)

2. Ekonomi
– Efisiensi penggunaan sumber daya (≈sumatif)
Perspektif evaluasi (Ovretveit, 1998)
3. Developmental
– Dilakukan pada fase awal program 🡺
pengembangan program
– Pengembangan lebih lanjut 🡺 memastikan
program memenuhi kebutuhan kelompok target &
memiliki peluang besar untuk sukses
– ≈Proses & formatif
Perspektif evaluasi (Ovretveit, 1998)
4. Manajerial:
– Dilakukan oleh pihak manajemen organisasi 🡺
akuntabilitas, kualitas, peningkatan kinerja
– Fokus pada implementasi (≈proses)
Diskusikan!
1. Apakah monitoring sama dengan evaluasi?
Jika berbeda, apa saja perbedaan antara
monitoring & evaluasi?
KONSEP DASAR
MONITORING DAN
EVALUASI
Monitoring & Evaluasi
What is monitoring and evaluation (M&E)?

⦿ Monitoring is the regular and methodical


collection, analysis, reporting, and use of
information over the life of the project to track
performance of project activities, outputs and
initial outcomes against the project plan.

⦿ Evaluation is the systematic collection, analysis,


reporting, and use of information and is usually
about project outcomes and impact. Its broader
in scope, less frequent in time & often
conducted externally.
Perbedaan monitoring & evaluasi
Monitoring Evaluasi
Waktu? Terus menenerus Periodik
Apa yang diukur? Aktivitas keseharian, Kemajuan dalam
sering fokus pada input, pencapaian outcomes &
proses, output impacts
Siapa yang Pihak internal Pihak internal & eksternal
terlibat?
Proses? Rapat rutin, laporan, Rapat khusus, dibutuhkan
review bulanan/ 3 pengambilan data
bulanan tambahan
Pengguna hasil? Manajer, staf Manajer, staf, donor,
stakeholder
Penggunaan hasil? Koreksi minor program Perubahan kebijakan,
strategi program, termasuk
penghentian program
The Monitoring and Evaluation Framework

Evaluation activities

Monitoring: Ongoing data collection

⬥Inputs
Outcomes – Impact –
Outputs:
⬥Activities: progress progress
quality &
did actions towards towards goal
quantity
happen – & objectives
efficiently?
TERIMA KASIH
Aplikasi Monitoring & Evaluasi
Program Kesehatan

Bag. AKK, PSKM, FK UNUD


Tujuan sesi ini:

Agar mahasiswa mampu:


• Mengidentifikasi berbagai dimensi pokok yang
perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
evaluasi
• Mengetahui aspek etik dari pelaksanaan
evaluasi
Fase-fase utama dalam evaluasi
Dimensi-dimensi pokok
evaluasi program kesehatan

What (apa yang dievaluasi)? Evaluand


Why (mengapa evaluasi Tujuan / pertanyaan evaluasi
dilaksanakan)?
Who for (untuk siapa evaluasi Audiens
dilakukan)?
How conducted (bagaimana Pendekatan evaluasi mana yang
pelaksanaan evaluasi)? digunakan?
Metode pengumpulan data
How communicated and used Pelaporan
(bagaimana hasil Utilisasi (penggunaan)
dikomunikasikan & digunakan?
Apa yang dievaluasi?
• Seringkali batasan dari apa yang dievaluasi
(evaluand) kurang jelas
– Evaluator eksternal: kadang tidak mengetahui apa
yang harus dievaluasi
• Batasan evaluand harus ditetapkan dengan jelas
• Evaluand: program, kebijakan, organisasi, individu,
produk
– Jenis
– Level: mega, makro, mikro
Apa yang dievaluasi? (2)
• Apa konteksnya?
– Apakah pimpinan & staf menginginkan evaluasi,
situasi politik & sosial
• Apa yang dikatakan literatur tentang evaluand?
• Apakah sudah pernah dilakukan evaluasi terhadap
program serupa?
• Apa teori program (logic) dari evaluand?
– Teori bagaimana program bekerja
The Basic Logic Model (Model Logika Dasar)
The W.K. Kellog Foundation

Activities/
Input Output Outcome Impact
Processes

Rencana kerja Hasil yang diharapkan

7
The Basic Logic Model (Model Logika Dasar)
The W.K. Kellog Foundation

• Inputs: Sumber daya yang diinvestasikan/disediakan


untuk pelaksanaan program
– Contoh: SDM, finansial, sarana prasarana dan
sumber daya lainnya
• Processes/activities: Apa yang dilakukan oleh
program dengan sumber daya yang ada. Aktivitas
meliputi kegiatan, proses atau intervensi yang
ditujukan untuk mencapai hasil atau perubahan yang
diharapkan.
– Contoh: Pelatihan,penjangkauan
The Basic Logic Model (Model Logika Dasar)
The W.K. Kellog Foundation

• Outputs: produk/hasil langsung dari


implementasi aktivitas program dapat
meliputi jenis, level dan target yang dicapai
program
– Contoh: jumlah nakes yang dilatih
• Outcomes: Hasil jangka pendek & menengah
dari program pada tingkat populasi
– Contoh: perubahan spesifik pada pengetahuan,
sikap dan perilaku
The Basic Logic Model (Model Logika Dasar)
The W.K. Kellog Foundation

• Impact: perubahan fundamental yang


diharapkan pada masyarakat atau sistem
sebagai hasil dari aktivitas program
– Contoh:perubahan status kesehatan
Contoh Program Logic Model
Mengapa evaluasi dilaksanakan?
• Mengklarifikasi tujuan dan fokus evaluasi

• Hasil evaluasi akan digunakan untuk apa?


Menentukan tujuan & pertanyaan evaluasi

• Paling baik ditentukan melalui negosiasi antara tim


evaluasi dan tim komisioner
• Negosiasi untuk menemukan keseimbangan antara
apa yang diinginkan dan apa yang bisa dicapai
• Evaluator diharapkan dapat memberikan
pertimbangan mengenai apa yang bisa dicapai
• Komisioner diharapkan dapat menentukan apa yang
diinginkan secara tepat
• Pertanyaan evaluasi ditentukan secara spesifik
Menyusun pertanyaan evaluasi
Pertanyaan evaluasi yang baik:
• Dibentuk oleh fungsi yang harus dijalankan
• Peran utama:
– Untuk memfokuskan evaluasi
– Untuk memfasilitasi pengembangan rancangan
dan metode pengumpulan data yang dapat
menghasilkan data yang bermakna
Rossi, Lipsey & Freeman (2004) Evaluation: A Systematic
Approach, 7th Ed., Sage
Pertanyaan evaluasi yang baik…
• Sebaiknya mengidentifikasi aspek spesifik
program yang akan dievaluasi dan kinerja dari
aspek tsb dapat dinilai secara kredibel.
• Pertanyaan yang:
– Reasonable dan sesuai,
– Dapat dijawab

15
Contoh:
Program perbaikan gizi bagi anak-anak dari keluarga
yang tidak mampu secara ekonomi

“Apakah kita telah menjangkau anak-anak yang paling


membutuhkan program ini?”

Informasi-informasi apa yang kita perlukan untuk


mengkonfirmasi bahwa pertanyaan tsb. dapat
dijawab?

16
Kriteria untuk menguji “answerability”

• Tentukan kelompok target


mis: umur berapa? Bagaimana menentukan status sosial ekonomi?

• Identifikasi karakter spesifik yang dapat diukur dan nilai cut-off


yang mewakili kebutuhan terbesar
mis: penghasilan tahunan di bawah level tertentu, orangtua tunggal
dengan pendidikan lebih rendah dari sekolah menengah

• Berikan contoh hasil evaluasi yang mungkin dihasilkan


mis. 60% dari anak-anak yang menerima program adalah mereka
yang berada pada kategori sangat membutuhkan,

17
Kriteria untuk menguji “answerability” (2)

• Menentukan kriteria sukses program


mis. 90% atau lebih peserta program adalah mereka yang sangat
membutuhkan

• Komisioner dan stakeholders evaluasi setuju bahwa kriteria


tsb. akan menjawab pertanyaan!

• Memastikan sumber daya tersedia untuk mengumpulkan,


menganalisis dan melaporkan data

Rossi, Lipsey & Freeman (2004) Evaluation: A Systematic Approach, 7th Ed., Sage
Ukuran kinerja program
Banyak kriteria yang mungkin relevan, antara lain:
• Kebutuhan atau keinginan populasi target
• Goals dan objectives program
• Standar profesional
• Kebiasaan atau norma program lain
• Ketentuan hukum…..

19
Ukuran kinerja program (2)
• Nilai etika atau moral, keadilan sosial, equity
• Kinerja masa lalu; data historis
• Target yang ditentukan oleh manajer program
• Opini para ahli
• Level baseline (sebelum intervensi) populasi target
• Kondisi yang mungkin terjadi jika program tidak ada
(kontrafaktual)
• Biaya
Rossi, Freeman, Lipsey (1999) Evaluation: A Systematic Approach, 6th Ed., Sage

20
Untuk siapa evaluasi dilaksanakan?

• Komisioner (bukan hanya penyandang


dana)
• Stakeholders
• Audiens primer dari evaluasi
Desain & metode evaluasi

•Apa cara terbaik untuk membentuk evaluasi secara


keseluruhan untuk menjamin bahwa data yang valid
& komprehensif dapat dikumpulkan?
•Desain evaluasi (Ovretveit, 2002):
1. Deskriptif
2. Audit
3. Single before and after
4. Comparative
5. Randomised controlled trial
6. Impact intervensi pada organisasi kesehatan terhadap:
organisasi/staf dan/atau klien/konsumen

22
Metode pengumpulan data yang akan
digunakan?
• Intinya adalah memilih metode yang paling
tepat untuk menjawab pertanyaan penelitian
• Qualitative versus quantitative bukan
masalah. Yang penting adalah metode mana
yang dapat menyediakan data untuk
menjawab pertanyaan
• Mixed methods (kombinasi kuantitatif &
kualitatif) seringkali merupakan metode yang
berguna untuk evaluasi program kesehatan
modern
23
Contoh pendekatan mixed method

Mengapa penggunaan kondom secara konsisten rendah?


Hasil Kualitatif
• Mengapa tidak selalu menggunakan
kondom?
“…kalo saya minta dia pake kondom pasti dia
marah, seolah-olah nuduh dia punya penyakit
gitu…” (WPS A)
“masa dengan pacar sendiri pake kondom, kan
jadi nggak romantis…” (WPS B)
Analisis data
• Penyusunan atau penyajian data – perangkaian
informasi secara terorganisir
• Reduksi data – menyederhanakan dan mengubah data
kasar menjadi data yang lebih berguna melalui
prosedur logis tertentu
Berbasis komputer
– SPSS, STATA, Epi info, Minitab, MS Excel, dll (untuk data kuantitatif)
– QSR Nudist, Nvivo, Atlas-ti (untuk data kualitatif)
“Dengan otak & tangan”
– Tematik
– Berdasarkan literatur
• Menarik kesimpulan, memahami – mencari makna
dari informasi sehubungan dengan pertanyaan
evaluasi
• Penilaian program

26
Pelaporan dan utilisasi
• Perspektif evaluator:
– Penggunaan instrumental
– Penggunaan konseptual
• Perspektif stakeholders:
– Penggunaan persuasif, legitimatif, verifikatif
– Penggunaan simbolik
• Faktor yg mempengaruhi penggunaan hasil penelitian:
– Karakteristik evaluasi (Bagaimana evaluasi
dilaksanakan?
– Karakteristik dalam organisasi yang dievaluasi
Pelaporan dan utilisasi
• Strategi untuk meningkatkan penggunaan hasil
penelitian?
– Laporan yang tipis dan berwarna biasanya akan
dibaca!
– Membuat laporan kemajuan selama evaluasi
– Laporan tertulis versus oral
– Formal versus informal
• Evaluator harus menjadi komunikator dan
pendidik yang efektif!
Owen, J. (2006) Program Evaluation: Forms and Approaches Allen
& Unwin, Chapter 6 28
Kode Etik
• Do not harm!
• Untuk melindungi peserta dari bahaya (fisik
dan psikologis) yang diakibatkan oleh
partisipasi mereka dalam evaluasi.
• Pertimbangkan risiko & manfaat 🡺 evaluasi
atau tidak
• Apa saja isue etik yang mungkin muncul dan
bagaimana isue tsb. dipecahkan?

29
Kode Etik
• Etik terkait dengan:
– Informed consent (aktif & pasif)
– Menjaga privacy (mencegah invasi terhadap kehidupan pribadi
peserta),
– Menjaga confidentiality (menjaga kerahasiaan peserta dengan
menyamarkan identitas peserta dalam analisis dan pelaporan),
– Anonimity (tidak mencantumkan nama, alamat, atau identitas lain)
– Juga terkait dengan integritas evaluator (kode etik profesi):
menganalisis dan melaporkan hasil secara beretika, menghindari
penyalahtafsiran hasil evaluasi, plagiarisme, transparansi dan
penghargaan untuk partisipan
– Mungkin juga terkait dengan hukum dan isue terkait kelompok
masyarakat yang termarginalkan
Take home messages

• Tidak ada “one-size fits all” dalam


evaluasi – tiap evaluasi unik
Tetapi....
• Negosiasi & perencanaan yang seksama
memungkinkan evaluasi yang berkualitas

31
Terima kasih
Sustainabilitas
Program Kesehatan

Ni Made Sri Nopiyani


Bag. AKK, PS.SKM FK Unud
Tujuan Pembelajaran:
• Mengetahui batasan sustainabilitas
• Memahami mengapa sustainabilitas program
perlu mendapat perhatian dalam perencanaan
• Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
sustainabilitas program
• Mengetahui hal-hal yang harus dilakukan
untuk meningkatkan sustainabilitas program
Sustainability =
• Confirmation (Rogers, 1995),
• continuation (McLaughlin, 1990),
• Durability (Glaser and Backer, 1980),
• In corporation (Bracht et al., 1994),
• Institutionalization (Goodman and Steckler, 1987),
• Level of use (Hall and Hord, 2001),
• Maintenance (e.g.Butterfoss et al., 1998),
• Routinization (Yin, 1979),
• Stabilization(Brown & Flynn, 2002),
• Sustained use (Klingner, Vaughn, Hughes, & Arguelles,
1999).
Dari artikel yang kalian baca apa yang
kalian pahami tentang SUSTAINABILITY?
Sustainabilitas adalah...

• Pemeliharaan manfaat kesehatan yang telah


tercapai oleh program
• Keberlanjutan program kesehatan
• Institusionalisasi program ke dalam sistem
organisasi
• Kapasitas komunitas penerima
Sustainabilitas adalah...
• Multidimensi:
– Kemampuan suatu program untuk berfungsi efektif di
masa mendatang, dengan cakupan intervensi yang
tinggi, terintegrasi kedalam layanan kesehatan yang
tersedia, dengan kepemilikan masyarakat yang kuat,
menggunakan sumber daya masyarakat dan
pemerintah
– Kemampuan jangka panjang suatu sistem organisasi
untuk memobilisasi dan mengalokasikan sumber daya
yang cukup dan sesuai bagi aktivitas untuk memenuhi
kebutuhan & permintaan kesehatan individu &
masyarakat
Mengapa sustainabilitas program penting?

• Tidak semua program harus dilanjutkan!


• Pemegang kebijakan, manajer program & masyarakat
di negara berpenghasilan rendah & menengah
menghadapi tantangan dalam mempertahankan
keberlanjutan program yang berdampak positif bagi
masyarakat
• Penghentian program secara prematur dapat
menyebabkan:
– Kebutuhan kesehatan masyarakat tidak terpenuhi
– Investasi SDM, keuangan & teknis untuk memulai program
terbuang sia-sia
– Mengurangi kepercayaan & dukungan masyarakat
terhadap program mendatang
Gruen, R. L., Elliott, J. H., Nolan, M. L., Lawton, P. D., Parkhill, A., McLaren, C. J. and Lavis, J. N. (2008) 'Sustainability
science: an integrated approach for health-programme planning', The Lancet, 372, 1579-89.
SIKLUS HIDUP PROGRAM
Scheirer, M. A. (2005) 'Is Sustainability Possible? A Review and Commentary on Empirical Studies
of Program Sustainability', American Journal of Evaluation, 26(3), 320-347.
• Initiation:
Ide program dicetuskan oleh inovator dalam suatu organisasi atau peneliti yang ingin
menguji solusi potensial terhadap masalah atau kebutuhan
• Development and adoption:
Ide program dilengkapi secara detail komponen dan aktivitasnya untuk diuji pada konteks
yang sebenarnya. Atau, program yang dikembangkan dilokasi yang berbeda diadopsi oleh
organisasi target atau masyarakat.
• Implementation:
Ide program dilaksanakan secara menyeluruh dalam target organisasi atau masyarakat.
Implementasi memerlukan waktu setahun atau lebih untuk mendefinisikan peran dalam
pekerjaan, melatih staf, memenuhi sumber daya yang dibutuhkan, mencoba alternatif
pemberian layanan, serta memperoleh dukungan administratif dan dukungan masyarakat
• Sustainability (or discontinuation):
Komponen program yang dikembangkan dan diimplementasikan pada fase awal dilanjutkan
(atau dihentikan) setelah pembiayaan awal dihentikan.
• Dissemination:
Untuk beberapa program, organisasi yang mendanai menghendaki ide progam
dikomunikasikan, diadaptasi dan direplikasi pada lokasi yang lain untuk memberikan layanan
pada masyarakat lainnya
SIKLUS HIDUP PROGRAM
Scheirer, M. A. (2005) 'Is Sustainability Possible? A Review and Commentary on Empirical Studies of Program
Sustainability', American Journal of Evaluation, 26(3), 320-347.

* Waktu hanya ilustrasi


Faktor-faktor yang mempengaruhi sustainabilitas
Gruen, R. L., Elliott, J. H., Nolan, M. L., Lawton, P. D., Parkhill, A., McLaren, C. J. and Lavis, J. N. (2008) 'Sustainability
science: an integrated approach for health-programme planning', The Lancet, 372, 1579-89.

• Aspek rancangan & implementasi program


– Goal, durasi, tata kelola, pengaturan finansial & pemberian
layanan, pelatihan, keterlibatan stakeholders lokal
• Atribut organisasi
– Efektivitas institusional, integrasi dengan program yang
ada, keselarasan dengan misi organisasi, kepemimpinan &
adanya orang yang memperjuangkan program
• Faktor lingkungan
– Kondisi & stabilitas lingkungan sosial ekonomi & politik,
partisipasi masyarakat, dorongan pasar, hukum yang
terkait
Target & intervensi untuk meningkatkan sustainabilitas
Gruen, R. L., Elliott, J. H., Nolan, M. L., Lawton, P. D., Parkhill, A., McLaren, C. J. and Lavis, J. N. (2008)
'Sustainability science: an integrated approach for health-programme planning', The Lancet, 372, 1579-89.

• Individu
– Pendidikan & pelatihan untuk meningkatkan perubahan
pengetahuan, sikap, kepercayaan & perilaku individu
• Organisasi
– Perubahan kebijakan & praktik dalam organisasi, peningkatan
mutu berkelanjutan, peningkatan akses, yang mempengaruhi
perubahan pada perilaku individu
• Aksi masyarakat
– Aksi sosial untuk membangun kemitraan baru yang
mempengaruhi organisasi & redistribusi sumber daya
• Sistem
– Advokasi sosial untuk perubahan legislasi untuk mempengaruhi
individu, organisasi dan masyarakat
A system for sustainable health programmes
Gruen, R. L., Elliott, J. H., Nolan, M. L., Lawton, P. D., Parkhill, A., McLaren, C. J. and Lavis, J. N. (2008) Sustainability science: an
integrated approach for health-programme planning', The Lancet, 372, 1579-89.

Program kesehatan
berfungsi sebagai
sistem yang
kompleks yang terdiri
dari komponen kunci
(1) isu kesehatan, (2)
elemen program &
(3) faktor pendorong
& penghambat
program yang saling
berinteraksi dalam
konteks &
ketersediaan sumber
daya tertentu
A system for sustainable health programmes
Gruen, R. L., Elliott, J. H., Nolan, M. L., Lawton, P. D., Parkhill, A., McLaren, C. J. and Lavis, J. N. (2008) Sustainability science: an
integrated approach for health-programme planning', The Lancet, 372, 1579-89.

(1) Interaksi 2 arah antara isu kesehatan & program yang


diimplementasikan:
• Status kesehatan menjadi dasar rancangan program
• Efek program 🡺 meningkatkan status kesehatan
– Program berdampak positif lebih besar kemungkinan sustainabel
• Terdapat metode untuk mengukur & mengoptimalkan
kualitas program
• Perencanaan sustainabilitas memerlukan: desain program
yang jelas (berdasarkan kebutuhan), monitoring & penilaian
serta modifikasi program berdasarkan evidence (efektivitas
program, perubahan kebutuhan)
A system for sustainable health programmes
Gruen, R. L., Elliott, J. H., Nolan, M. L., Lawton, P. D., Parkhill, A., McLaren, C. J. and Lavis, J. N. (2008) Sustainability science: an
integrated approach for health-programme planning', The Lancet, 372, 1579-89.

(2) Interaksi program dengan pengendali


(positif/negatif):
• Terkait dengan mobilisasi sumber daya dan
pelaksanaan program
• Dana dari donor dipengaruhi status ekonomi, opini
tentang pajak; Prioritas pemerintah penerima , donor,
lembaga multilateral , organisasi pelaksana 🡺
mempengaruhi keberadaan, lingkup, durasi, desain
program
• Kemampuan program untuk menunjukkan efektivitas
🡺 mempengaruhi mobilisasi sumber daya program
A system for sustainable health programmes
Gruen, R. L., Elliott, J. H., Nolan, M. L., Lawton, P. D., Parkhill, A., McLaren, C. J. and Lavis, J. N. (2008) Sustainability science: an
integrated approach for health-programme planning', The Lancet, 372, 1579-89.

(3) Interaksi isu kesehatan dengan pengendali:


• Bagaimana stakeholders mengidentifikasi,
mendefinisikan & memprioritaskan masalah
kesehatan
• Masalah kesehatan menentukan respon
stakeholders
• Stakeholders yang berkuasa dapat ‘memodifikasi’
masalah kesehatan
• Diperlukan transparansi & objektivitas dalam
penilaian kebutuhan kesehatan & penggunaan
data
Perencanaan untuk sustainabilitas
Gruen, R. L., Elliott, J. H., Nolan, M. L., Lawton, P. D., Parkhill, A., McLaren, C. J. and Lavis, J. N. (2008) Sustainability science: an
integrated approach for health-programme planning', The Lancet, 372, 1579-89.

Apakah komponen dalam sistem sudah didefinisikan dengan


baik?
• Apa isu kesehatan yang sedang & akan diatasi? Bagaimana
masalah tsb berubah dari waktu ke waktu?
• Apa desain program? Bagaimana program telah dan akan
dilaksanakan?
• Faktor-faktor apa & stakeholders kunci mana (pemberi
dana, manajer, pembuat kebijakan & pemimpin
masyarakata) yang telah & akan mempengaruhi program?
Apa yang mendorong mereka?
• Apa tantangan & kesempatan yang diciptakan oleh
organisasi, konteks yang lebih luas & ketersediaan sumber
daya?
Perencanaan untuk sustainabilitas
Gruen, R. L., Elliott, J. H., Nolan, M. L., Lawton, P. D., Parkhill, A., McLaren, C. J. and Lavis, J. N. (2008) Sustainability science: an
integrated approach for health-programme planning', The Lancet, 372, 1579-89.

Apakah interaksi antar komponen telah dipahami?


• Definisi masalah (kesesuaian antara pengendali &
masalah kesehatan)
• Apakah masalah kesehatan terdokumentasi?
• Apakah masalah kesehatan dikenali oleh pengendali
program?
• Apakah ada upaya untuk mengakomodir perspektif
populasi target?
• Apakah ada upaya untuk mengumpulan, melaporkan
data kebutuhan kesehatan & efektivitas program?
Perencanaan untuk sustainabilitas
Gruen, R. L., Elliott, J. H., Nolan, M. L., Lawton, P. D., Parkhill, A., McLaren, C. J. and Lavis, J. N. (2008) Sustainability science: an
integrated approach for health-programme planning', The Lancet, 372, 1579-89.

Quality cycle (antara program & masalah kesehatan)


• Apakah program dirancang berdasarkan evidence &
telah menyasar masalah kesehatan & determinannya
dengan tepat?
• Apakah indikator program telah menyasar masalah
kesehatan, determinan, implementasi & efek program,
serta pendapat & pengalaman stakeholders?
• Apakah rancangan program dinamis sehingga elemen
program dapat dimodifikasi apabila ada perubahan
atau apabila tidak efektif?
Perencanaan untuk sustainabilitas
Gruen, R. L., Elliott, J. H., Nolan, M. L., Lawton, P. D., Parkhill, A., McLaren, C. J. and Lavis, J. N. (2008) Sustainability science: an
integrated approach for health-programme planning', The Lancet, 372, 1579-89.

Politik ekonomi (antara program & faktor penggerak)


• Bagaiman stakeholders kunci mempengaruhi program
& apa yang mendasari keputusan mereka?
• Apakah faktor penggerak mendukung inisiasi &
pengembangan program yang berkelanjutan?
• Bagaimana faktor penghambat program dapat diatasi?
• Apa media yang ada untuk menginformasi
stakeholders mengenai perubahan pada masalah
kesehatan, determinannya, hambatan dan kegagalan
pencapaian efek yang diinginkan? bagaimana
merangkul mereka untuk mendukung perubahan tsb?
Johnson, K., Hays, C., Center, H. and Daley, C. (2004) 'Building capacity and sustainable
prevention innovations: a sustainability planning model', Evaluation and Program Planning, 27,
135-149.
CONTOH KASUS

Sustainabilitas upaya penanggulangan HIV


di Indonesia
Peran Donor Dalam Penanggulangan HIV di Indonesia

• Sumber pembiayaan HIV:


– Publik melalui APBN dan APBD (minus Jamkesmas dan
Jamkesda)
– Donor Internasional: Global Fund, UN Agencies, dan
EU), dan donor Bilateral (Pemerintah Australia melalui
DFAT dan Pemerintah Amerika melalui USAID); dan
– Privat/swasta, mis: Indonesian Business Coalition on
AIDS (IBCA )
• Alokasi dana dalam negeri utk HIV 42%
(Gap Report, UNAIDS 2014)
Sumber pendanaan penanggulangan
HIV & AIDS di Prov. Bali Tahun 2010-2012
Sumber 2010 2011 2012

APBD Provinsi 1.160.940.500 943.000.000 794.587.000

Donor luar 9.256.384.504 10.630.765.181 10.671.880.034


negeri(Global Fund &
HCPI)

HCPI: HIV Cooperation Program for Indonesia (Australia)

Sumber: SRAD Penanggulangan HIV & AIDS di Provinsi Bali (KPA Provinsi Bali 2013)
Bantuan Luar Negeri & Penanggulangan HIV di
Indonesia
• Penggunaan dana luar negeri:
– upaya penjangkauan, pendampingan & penyebarluasan
informasi
– Supply ARV yang tidak diproduksi di Indonesia
– Insentif Nakes utk mobile VCT
– Operasional LSM
• Bagaimana dampak keberadaan bantuan donor
terhadap sistem kesehatan lokal?
– Positif terhadap pencapaian output & outcome
– Sistem kesehatan paralel? Mis. SDM, sistem manajemen &
logistik
– Fragmentasi?
Bantuan Luar Negeri & Penanggulangan HIV di
Indonesia
• Pasca mundurnya donor luar negeri 🡺
sustainabilitas upaya penanggulangan HIV??
– Menggantungkan harapan pada peningkatan
alokasi pembiayaan utk sektor kesehatan: 5%
APBN, 10% APBD (sesuai UU No. 36 Tahun 2009)
– Sumber lain: ADD, dll?
– Integrasi HIV ke JKN?
– Komitmen Pemerintah
Apa upaya untuk mempertahankan
sustainabilitas program HIV?
• Untuk mempertahankan
sustainabilitas program 🡺
pemerintah mengembangkan exit
strategy
– Meningkatkan sumber pembiayaan
program HIV oleh pemerintah, asuransi
& CSR
– Tanggungjawab tiap level
pemerintahan (mis. Pemerintah pusat
pengaturan, pembinaan, pengawasan,
ToT, Monev, Pemerintah Prov,
Kab/Kota: kegiatan operasional seperti
pelatihan, Monev, pengembangan
pengelolaan logistik, Analisa data,
estimasi dan pemodelan, advokasi dan
sosialisasi, maintenance dan
operasional cost)
Referensi
• Gruen, R. L., Elliott, J. H., Nolan, M. L., Lawton, P. D., Parkhill, A., McLaren,
C. J. and Lavis, J. N. (2008) 'Sustainability science: an integrated approach
for health-programme planning', The Lancet, 372, 1579-89.
• Johnson, K., Hays, C., Center, H. and Daley, C. (2004) 'Building capacity and
sustainable prevention innovations: a sustainability planning model',
Evaluation and Program Planning, 27, 135-149.
• Scheirer, M. A. (2005) 'Is Sustainability Possible? A Review and
Commentary on Empirical Studies of Program Sustainability', American
Journal of Evaluation, 26(3), 320-347.
• Shediac-Rizkallah, M. C. and Bone, L. R. (1998) 'Planning for the
sustainability of community-based health programs: conceptual
frameworks and future directions for research, practice and policy ',
Health Education Research, 13(1), 87-108.
METODE REINKE
Oleh Kelompok 1
KELOMPOK 1
1. Ni Ketut Delvia Tri Lestari 1802561001
2. Ni Kadek Dwi Cahyani Oktarina 1802561002
3. Ni Kadek Sudastri 1802561012
4. Ni Putu Meiliana Dewantari 1802561017
5. Ni Luh Pusparini Putri Wikarsa 1802561044
6. Ni Putu Yunik Artha Sari 1802561061
7. Ni Luh Putu Indah Artika Dewi 1802561063
OUTLINE

01 GAMBARAN UMUM 02 FUNGSI

03 KELEBIHAN &
KEKURANGAN 04 PENGGUNAAN & CONTOH
APLIKATIF
PENDAHULUAN
● Prioritas masalah → suatu kegiatan yang
bertujuan untuk menentukan hal yang perlu
diselesaikan terlebih dahulu.

● Setelah itu, menentukan intervensi.

● Untuk memperoleh langkah prioritas masalah


→ meningkatkan pemahaman mengenai cara
penentuan prioritas masalah
METODE PENENTUAN PRIORITAS MASALAH

KUANTITATIF (SCORING) KUALITATIF (NON SCORING)


Metode PAHO, hanlon, Metode delphi dan delbeq
bryant, CARL, dan reinke.
FUNGSI METODE REINKE

Metode ini digunakan untuk penentuan prioritas dalam


pengambilan keputusan dengan cara pemberian skor dari alternatif
pemecahan masalah dengan kriteria :
- Magnitude (M) → Besarnya masalah
- Importancy (I) → Tingkat keparahan penyakit
- Vulnerability (V) → Sensitivitas masalah
- Cost (C) → Biaya yang dikeluarkan
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

KELEBIHAN KEKURANGAN
Menilai efisiensi dari Terdapat pertimbangan biaya
setiap alternatif yang akan menghambat
permasalahan yang dianggap
penyelesaian masalah
lebih penting.
TAHAP PENGGUNAAN METODE REINKE

PEMILIHAN ALTERNATIF MASALAH MEMBERIKAN PENILAIAN


Analisis faktor
1 2 PADA INDIKATOR
penyebab M (Magnitude), I (Importancy),
V (Vulnerability), dan C (Cost)

HITUNG SKOR URUTKAN HASIL PERHITUNGAN


3 4 DARI BESAR - KECIL
Gunakan hasil perhitungan
yang paling besar terlebih
dahulu
CONTOH KASUS
ALTERNATIF M I V C TOTAL = PRIORITAS
PENYELESAIAN MASALAH MxIxV/C (P)
Mengontrol penyebaran penyakit Japanese encephalitis 2 2 5 2 10 III
(JE) pada masyarakat

Mengontrol penyakit jantung koroner serta menurunkan 5 3 2 1 30 II


total kasusnya
Menurunkan penyakit anemia pada remaja wanita dan
ibu hamil

Meningkatkan akses air dan sanitasi bersih di 5 1 3 2 7,5 IV


masyarakat

Meningkatkan angka penggunaan Metode Kontrasepsi 4 5 2 1 40 I


Jangka Panjang (MKJP)
Interpretasi

Berdasarkan tabel, didapatkan bahwa permasalahan yang menjadi


prioritas utama adalah meningkatkan angka penggunaan Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) guna menekan angka Total
Fertility Rate (TFR) pada Wanita Usia Subur (WUS) daerah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Febgriantie, L. et al. (2017) ‘PRIORITAS MASALAH DI UNIT REKAM MEDIS RUMAH SAKIT
GRIYA WALUYA PONOROGO DENGAN MENGGUNAKAN METODE MCUA (Multiple
Criteria Utility Assessment)’, Global Health Science, 2(2), pp. 165–172.
Hikmah, F., Wijayantin, R. A. and Rahmadtullah, Y. P. (2019) ‘Penentu Prioritas Dan Perbaikan
Masalah Keterlambatan Pengembalian Berkas Rekam Medis Rawat Inap DI RSD Kalisat’,
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, 7(1), p. 58. doi: 10.33560/jmiki.v7i1.214.
Kartika, Y., Hariyanti, T. and Pujiastuti, L. (2015) ‘Faktor Sumber Daya Manusia dan Komitmen
Manajemen yang Mempengaruhi Surveillance Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Paru Batu’,
Jurnal Kedokteran Brawijaya, 28(2), pp. 181–185. doi: 10.21776/ub.jkb.2015.028.02.12.
Lanny, S. and Salikun, P. W. N. (2016) ‘Faktor penyebab tingginya angka karies gigi tetap pada
siswa sd negeri 02 banjarsari kecamatan talun kabupaten pekalongan’, ARSA/actual Research
science academic, 1, pp. 22–28. Available at: Lanny Sunarjo,et al./Journal ARSA (Actual
Research Science Academic) 2016 November; 1(1): 22-28.
DAFTAR PUSTAKA
Miftakhun et al. (2016) ‘FAKTOR EKSTERNAL PENYEBAB TERJADINYA KARIES GIGI PADA
ANAK PRA SEKOLAH DI PAUD STROWBERRY RW 03 KELURAHAN BANGETAYU WETAN
KOTA SEMARANG TAHUN 2016’, Jurnal Kesehatan Gigi, 03(2), pp. 27–34.
Symond, D. (2013) ‘Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan dan Prioritas Jenis Intervensi Kegiatan
Dalam Pelayanan Kesehatan Di Suatu Wilayah’, Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(2), pp. 95–100.
Available at:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=284214&val=7056&title=PENENTUAN
PRIORITAS MASALAH KESEHATAN DAN PRIORITAS JENIS INTERVENSI KEGIATAN
DALAM PELAYANAN KESEHATAN DI SUATU WILAYAH.
Tim Dosen Manajemen Informasi Kesehatan (2018) ‘Modul Desain Kerja & Peningkatan Proses
MIK’, in, pp. 1–69.
Yuhelma, Y., Arif, Y. and Merdawati, L. (2020) ‘Hubungan Pengetahuan Plebitis dengan
Keterampilan Tenaga Kesehatan dalam Menerapkan Problem Solving for Better Health pada
Plebitis di Rumah Sakit X’, Jurnal Kesehatan Andalas, 8(4), pp. 231–237. doi:
10.25077/jka.v8i4.1145.
THANKS
Do you have any questions?

CREDITS: This presentation template was


created by Slidesgo, including icons by Flaticon
and infographics & images by Freepik.
METODE CARL
KELOMPOK 2
Milinia Karomah (1802561006)
Ni Luh Nu Kariasih (1802561009)
Ni Wayan Ghytta Anandhya Pritayanti (1802561018)

ANGGOTA
Kadek Darmawan (1802561019)
Ni Putu Mirananda Pradevi (1802561048)
AA Sg Ningrat Dwi Maheswari (1802561062)
Ni Komang Alit Febriani (1802561072)
Pengertian Metode CARL
Metode CARL merupakan suatu metode atau cara yang digunakan untuk menentukan
prioritas dari beberapa masalah yang terjadi, metode ini diinginkan jika data yang tersedia dari
masalah-masalah tersebut adalah data kualitatif (Chang, J & Octavia, T, 2017). Metode CARL
juga digunakan apabila pelaksanaan suatu program masih mempunyai suatu keterbatasan atau
dapat dikatakan belum siap dalam menyelesaikan suatu masalah yang terjadi. Penggunaan
metode ini juga ditujukan untuk menekankan kemampuan pelaksana suatu program. CARL
adalah singkatan dari beberapa kriteria yang digunakan dalam menentukan prioritas masalah
yang terdiri dari Capability, Accessibility, Readiness, dan Leverage (Pradani, E & Sujianto, S,
2017). Metode CARL ini juga digunakan untuk menentukan skor atas kriteria tertentu, dimana
semakin besar skor suatu masalah yang terjadi maka semakin besar juga masalah yang dihadapi,
sehingga letak pada urutan prioritasnya semakin tinggi. Metode CARL ini juga sudah lumayan
banyak diterapkan pada bidang kesehatan. Penerapan metode CARL dilakukan dengan
menggunakan rentangan skor.
Langkah Pelaksanaan Metode CARL
a. Persiapan
b. Peserta
c. Data
d. Proses Dinamika Kelompok
e. Langkah inti pelaksanaan metode CARL
PERSIAPAN
1. Persiapan gugus tugas
Lakukan pembagian pekerjaan atau tugas perlu sebelum pertemuan dimulai. Tentukan
siapa yang menjadi pimpinan proses CARL, siapa yang menulis di flipchart, siapa
yang melakukan pencatatan skoring dan menghitung hasilnya untuk menentukan
ranking dan siapa yang membacakan hasilnya.
Susunan petugas:
1. Pimpinan CARL:............................................................
2. Petugas pencatat pada flipchart:.....................................
3. Petugas skoring dan rangking:........................................
PERSIAPAN (Lanjutan)
2. Persiapkan ruangan pertemuan
Pilih dan atur ruang pertemuan. Ruang pertemuan yang dipilih hendaknya yang
cukup luas dan nyaman. Meja dan tempat duduk diatur seperti huruf “U” yang
terbuka ujungnya (round table) dimana pada ujung meja yang terbuka
ditempatkan flipchart atau papan tulis atau white board.
2. Persiapkan sarana atau peralatan
Sarana atau peralatan yang perlu disiapkan antara lain :
a. Daftar hadir (absensi)
b. Kertas flipchart atau papan tulis atau white board lengkap dengan alat tulisnya
(spidol besar atau kapur tulis atau white board maker jika bisa yang berwarna
hitam 3 buah dan merah 3 buah)
c. Alat tulis di masing-masing meja
d. Kalkulator (jika perlu)
PESERTA
Tentukan siapa saja orang yang akan diundang atau dilibatkan dalam pertemuan untuk
melaksanakan CARL.
1. Untuk Tingkat Dinkes Kabupaten yang harus dilibatkan antara lain para kasubdin
dan para kasie.
2. Untuk Tingkat Puskesmas yang harus dilibatkan antara lain kepala puskesmas,
dokter puskesmas, bidan, dan perawat.
3. Jumlah peserta 4-7 orang.
DATA
Data yang harus disediakan dalam pelaksanaan CARL antara lain:
1. Hasil analisis situasi
2. Informasi sumber daya yang dimiliki
3. Dokumen kebijakan yang berlaku
PROSES DINAMIKA KELOMPOK
Sebelum masuk pada langkah inti proses CARL, pimpinan CARL memberikan kata
sambutan atau prakata yang berisi:
1. Ucapan selamat datang pada peserta CARL
2. Penjelasan tentang teknik proses, terutama mengenai jalannya proses, dengan
penekanan pada pentingnya untuk menciptakan suasana kerjasama, saling
pengertian dan kesatuan pandangan dari setiap peserta dalam melaksanakan setiap
tahapan proses.
3. Tujuan pertemuan yang berorientasi pada masalah dan pemecahan masalah
LANGKAH INTI PELAKSANAAN METODE CARL
Langkah 1. Pemberian skor pada masing-masing masalah dan perhitungan hasilnya
1. Pemberian skor pada masing-masing masalah dan perhitungan hasilnya.
2. Tulis masalah atau penyebab masalah atau alternatif penyelesaian masalah, dan
letakkan pada lembar flipchart/papan tulis.
3. Tentukan skor atau nilai akan diberikan pada tiap masalah atau penyebab masalah
atau alternatif penyelesaian masalah, berdasarkan kesepakatan bersama. Telah
disepakati bersama skor atau nilai yang diberikan adalah 1-10.
LANGKAH INTI PELAKSANAAN METODE CARL (Lanjutan)

4. Berikan skor atau nilai untuk setiap alternatif masalah berdasarkan kriteria CARL
(Capability atau kemampuan, Accesability atau kemudahan, Readiness atau kesiapan,
Leverage atau daya ungkit atau pengaruh).
LANGKAH INTI PELAKSANAAN METODE CARL (Lanjutan)
Contoh Tabel:
Langkah 2. Menentukan prioritas berdasarkan hasil ranking
Urutkan masalah menurut prioritasnya, berdasarkan hasil yang telah diperoleh pada
langkah 1. Dari contoh tampilan pada langkah 1, maka prioritas masalahnya adalah
sebagai berikut:
1. Masalah A
2. Masalag B
3. Masalah C
Alur Pelaksanaan Metode CARL
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
KELEBIHAN KEKURANGAN

1. Penentuan skor sulit untuk


1. Masalah yang relatif banyak
distandarisasikan karena sangat
dapat di prioritaskan dengan
subjektif
metode CARL.
2. Penilaian atas masing-masing kriteria
2. Dapat menyelesaikan masalah
yang diskor perlu kesepakatan, agar
saat data yang diperoleh
diperoleh hasil maksimal dalam
merupakan data kualitatif
penentuan peringkat (Suprapti,
(Suprapti, 2018).
2018).
Implementasi Metode CARL
Implementasi Metode CARL
Penggunaan metode CARL sebagai penetapan prioritas Contoh implementasi metode CARL yang akan kami ambil
masalah dilakukan saat pengelola program menghadapi yaitu dari hasil analisis manajemen mutu pelayanan pada
hambatan dan keterbatasan dalam menyelesaikan masalah Program Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA) Di Provinsi
dengan menekankan kemampuan pengelola program yang Bengkulu. Metode CARL merupakan suatu teknik atau cara
tidak semua masalahnya mampu diatasi, sehingga perlu untuk yang digunakan untuk menentukan prioritas suatu masalah.
menentukan prioritas masalah dengan menggunakan metode Dalam program tersebut terdapat beberapa permasalahan yang
CARL. Identifikasi masalah mutu program dengan mengkaji perlu ditindaklanjuti berdasarkan prioritas masalah yang
masalah akibat perbedaan teori atau ketentuan yang telah ditentukan.
ditetapkan dengan kenyataan yang dihadapi di lapangan tidak
tercapai sesuai dengan tujuan yang diharapkan dapat
diidentifikasi sebelum menentukan prioritas masalah dengan
Metode CARL (Tyas, 2020).
Permasalahan tersebut diantaranya:
1. Indikator kunjungan ibu hamil K4 sebanyak 33.903 bumil (87%), cakupan ini belum mencapai target SPM
yaitu 90%.
2. Jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan di Provinsi Bengkulu tahun 2012 adalah 32.520 dari 36.779 jumlah
ibu bersalin (88%), cakupan ini belum mencapai target SPM yaitu 90%.
3. Cakupan ibu nifas yang mendapat pelayanan kesehatan yaitu sebanyak 29.950 (81,8%), cakupan ini belum
mencapai target SPM yaitu 85%.
4. Neonatal risti sebanyak 5.340 dan ditangani sebanyak 2.756 (52%), cakupan ini belum mencapai target SPM
yaitu 80%.

Belum tercapainya target SPM pada indikator program KIA dapat menunjukkan masih rendahnya kualitas
pelayanan kesehatan.
METODE CARL
Pada metode ini penentuan prioritas masalah didasarkan pada
serangkaian kriteria yang harus diberi skor 1-10.
Kriteria CARL diantaranya,
C (Capability) = Ketersediaan sumber dana
A (Accessibility) = Kemudahan, masalah yang ada mudah
diatasi atau tidak
R (Readiness) = Kesiapan dari tenaga pelaksana maupun
kesiapan sasaran 35
L (Leverage) = Seberapa besar pengaruh kriteria yang satu
25 22
dengan yang lain dalam pemecahan masalah yang dibahas.
Nilai total merupakan hasil perkalian dari C x A x R x L 15
Dari hasil perhitungan skor CARL, didapatkan 3 prioritas masalah dengan nilai tertinggi pada program KIA di Provinsi Bengkulu
adalah sebagai berikut :
1. Cakupan ibu risiko tinggi (Risti) sebanyak 5.340 dan ditangani tenaga kesehatan sebanyak 2.756 (52%) belum mencapai
target SPM yaitu 80% sebagai prioritas pertama dengan skor CARL sebesar 3.584
2. Jumlah persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan di Provinsi Bengkulu tahun 2012 adalah 32.520 dari 39.779. Jumlah
ibu bersalin mencapai angka 88% dan belum mencapai target SPM yaitu 90% sehingga persalinan yang dibantu oleh tenaga
kesehatan menjadi prioritas kedua dengan skor CARL sebesar 2.688.
3. Program KIA di Provinsi Bengkulu masih ada yang belum mencapai target SPM yaitu Indikator kunjungan ibu hamil K4
sebanyak 33.903 bumil (87%) yang belum mencapai target SPM yaitu 90% sebagai prioritas ketiga dengan skor CARL
yang diperoleh sebesar 2.352 (Rozi, 2020).
DAFTAR PUSTAKA

Chang, J., & Octavia, T. \(2017). Upaya Penurunan Produk Cacat Departemen Blow Molding PT. X Surabaya. Jurnal Titra, 5(2),
111-116.

Pradani, E. A., & Sujianto, S. (2017). Keterlambatan Pengumpulan Berkas Verifikasi Klaim BPJS di RS X: Apa Akar Masalah dan
Solusinya?. Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit, 6(2), 112-121.

Rozi, V. F., & Hartati, N. (2020). Analisis Manajemen Mutu Pelayanan Pada Program Kesehatan Ibu Dan Anam (KIA) Di Provinsi
Bengkulu. Mitra Raflesia (Journal of Health Science), 10(1).

Suprapti, S., Haryanto, T., Jaya, A. P., & Widyaningrum, K. (2018). Sistem Evaluasi Pasca Pelatihan di Rumah Sakit X Malang.
JURNAL DINAMIKA MANAJEMEN DAN BISNIS, 1(2), 1-10.

Tyas, R. C. (2020). Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan Dan Jenis Intervensi Di RW 13 DAN RW 14 Kelurahan Ampel
Kecamatan Semampir Surabaya Tahun 2018. JURNAL PENELITIAN KESEHATAN (JPK). 18(1), 10-13.
TERIMA KASIH
Tugas Akhir Perencanaan
dan Evaluasi Kesehatan
Metode PAHO
Oleh :
Kelompok 3
Ni Putu Intan Prtaiwi (1802561026)
Kadek Cantika Dewi (1802561034)
I Gusti Agung Mas Harsaniansari (1802561038)
Septian (1802561042)
Ni Putu Amanda Ayuning Krissita (1802561066)
Made Adelia Sevita Maharani (1802561075)
Januario Nuno Dos Reis Gomes (1602561072)
Definisi Metode PAHO
Metode PAHO pertama kali dikembangkan dan digunakan di
wilayah Amerika Latin dan dikenal dengan nama Pan American
Health Organization. Metode PAHO digunakan untuk
menentukan prioritas dari suatu masalah dengan cara pemberian
skor, yang mana setiap indikator akan memiliki nilai sesuai
dengan urgensi dari masalah kesehatan tersebut dan yang akan
menjadi prioritas masalah pertama adalah masalah dengan bobot
paling besar.
Lanjutan …
Terdapat beberapa indikator atau kriteria dalam menentukan prioritas masalah antar lain :
− Magnitude (M)
Dalam magnitude, akan menggambarkan berapa banyak penduduk atau orang yang terkena masalah
kesehatan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan hasil angka prevalensi atau insiden dari suatu penyakit,
semakin luas atau semakin banyak orang yang terkena dampak dari masalah kesehatan tersebut, maka
semakin tinggi nilai prioritas yang diberikan pada masalah kesehatan tersebut.
− Severity (S)
Severity merupakan penunjuk besar kerugian yang akan ditimbulkan, yang dapat digunakan sebagai
penentu dalam menentukan severity adalah CFR (Case Fatality Rate) dari suatu masalah keseshatan.
Namun seiring perkembangannya severity juga dapat dilihat dari jumlah disability days atau disability
years atau diseases burden yang ditimbulkan oleh penyakit yang berkaitan.
3
Lanjutan …
− Vulnerability (V)
Dalam vulnerability menggambarkan kemampuan atau cara untuk mengatasi masalah, juga
menunjuukan seberapa besar tersedianya teknologi dan obat-obatan yang efektif dalam mengatasi
permasalahan kesehatan atau penyakit.
− Community and Political Concern (C)
Merupakan sejauh mana masalah tersebut menjadi concern atau kegusaran masyarakat dan para
politisi maupun pemerintah.
− Affordability (A)
Pada affordability ini akan memperlihatkan ketersediaan dana. Sejauh mana tersedianya dana yang
digunakan dalam mengatasi masalah kesehatan atau penyakit itu sendiri (Fatima, et al. 2016).

4
Lanjutan …
Adapun cara penilaian yang diberikan untuk masing-masing indikator adalah menggunakan ordinal 1
sampai dengan 5 sebagai berikut:
1. Magnitude (luas masalah) : Sangat luas = 5, Luas = 4, Sedang = 3, Kurang luas = 2, Sangat tidak luas
=1
2. Severity (dampak) : sangat parah = 5, parah = 4, sedang = 3, ringan = 2, sangat ringan = 1
3. Vulnerabilty (cara mengatasi) : tersedia mudah dan murah = 5, tersedia = 4, sedang = 3, tersedia dan
sulit = 2, tidak tersedia = 1
4. Community and political concern (dukungan secara politik) : sangat didukung = 5, didukung = 4,
sedang = 3, kurang didukung = 2, tidak didukung = 1.
5. Affordability (dana) : sangat murah atau kecil = 5, murah = 4, sedang = 3, mahal = 2, sangat mahal = 1

5
Langkah-Langkah metode PAHO
Proses validasi
terhadap
kelengkapan
data yang
Setelah dilakukan
pemberian skor
terhadap
sudah
masing-masing
indikator, selanjutnya
masing-masing penyakit
dikumpulkan
atau masalah
Analisis data yang
kesehatan akan dihitung
didapatkan
nilai skor akhirnya yaitu
dengan perkalian antara
nilai skor
masing-masing kriteria
untuk penyakit atau
masalah kesehatan
tersebut.

Pemberian skor dalam


Membandingkan tingkat
metode PAHO ini
capaian dari hasil
dilakukan oleh panelis
analisis dengan target
yang sudah expert di
Standar Pelayanan
bidangnya, memahami
Minimal (SPM) atau
permasalahan
rencana strategi pusat,
kesehatan dalam forum
daerah pada periode
curah pendapat (brain
tertentu.
storming).

Setelah didapatkan
kesenjangan, tentukan
prioritas masalah
dengan menggunakan
metode PAHO.

6
Langkah-Langkah metode PAHO
Proses validasi
terhadap kelengkapan
data yang sudah
dikumpulkan

Setelah dilakukan
pemberian skor
terhadap
masing-masing
indikator, selanjutnya
masing-masing penyakit
atau masalah
Analisis
kesehatan akan dihitung
nilai skor akhirnya yaitu data yang
dengan perkalian antara
nilai skor
masing-masing kriteria
didapatkan
untuk penyakit atau
masalah kesehatan
tersebut.

Pemberian skor dalam


Membandingkan tingkat
metode PAHO ini
capaian dari hasil
dilakukan oleh panelis
analisis dengan target
yang sudah expert di
Standar Pelayanan
bidangnya, memahami
Minimal (SPM) atau
permasalahan
rencana strategi pusat,
kesehatan dalam forum
daerah pada periode
curah pendapat (brain
tertentu.
storming).

Setelah didapatkan
kesenjangan, tentukan
prioritas masalah
dengan menggunakan
metode PAHO.

7
Langkah-Langkah metode PAHO
Proses validasi
terhadap kelengkapan
data yang sudah
dikumpulkan

Setelah dilakukan
pemberian skor
terhadap
masing-masing
indikator, selanjutnya
masing-masing penyakit
atau masalah
Analisis data yang
kesehatan akan dihitung
didapatkan
nilai skor akhirnya yaitu
dengan perkalian antara
nilai skor
masing-masing kriteria
untuk penyakit atau
masalah kesehatan
tersebut.

Membandingkan
tingkat capaian dari
Pemberian skor dalam
hasil analisis
metode PAHO ini
dilakukan oleh panelis
yang sudah expert di
dengan target
bidangnya, memahami
permasalahan Standar Pelayanan
kesehatan dalam forum
curah pendapat (brain
storming).
Minimal (SPM) atau
rencana strategi
Setelah didapatkan
kesenjangan, tentukan
pusat, daerah pada
prioritas masalah
dengan menggunakan
metode PAHO.
periode tertentu.

8
Langkah-Langkah metode PAHO
Proses validasi
terhadap kelengkapan
data yang sudah
dikumpulkan

Setelah dilakukan
pemberian skor
terhadap
masing-masing
indikator, selanjutnya
masing-masing penyakit
atau masalah
Analisis data yang
kesehatan akan dihitung
didapatkan
nilai skor akhirnya yaitu
dengan perkalian antara
nilai skor
masing-masing kriteria
untuk penyakit atau
masalah kesehatan
tersebut.

Pemberian skor dalam


Membandingkan tingkat
metode PAHO ini
capaian dari hasil
dilakukan oleh panelis
analisis dengan target
yang sudah expert di
Standar Pelayanan
bidangnya, memahami
permasalahan
kesehatan dalam forum Setelah Minimal (SPM) atau
rencana strategi pusat,
daerah pada periode
curah pendapat (brain
storming). didapatkan tertentu.

kesenjangan,
tentukan
prioritas
masalah dengan
menggunakan
metode PAHO .

9
Langkah-Langkah metode PAHO
Proses validasi
terhadap kelengkapan
data yang sudah
dikumpulkan

Setelah dilakukan
pemberian skor
terhadap
masing-masing
indikator, selanjutnya
masing-masing penyakit
atau masalah
Analisis data yang
kesehatan akan dihitung
didapatkan
nilai skor akhirnya yaitu
dengan perkalian antara
nilai skor
masing-masing kriteria
untuk penyakit atau
masalah kesehatan
tersebut.

Pemberian skor dalam


metode PAHO ini
dilakukan oleh panelis
yang sudah expert di Membandingkan tingkat
capaian dari hasil
analisis dengan target

bidangnya, memahami Standar Pelayanan


Minimal (SPM) atau
rencana strategi pusat,

permasalahan daerah pada periode


tertentu.

kesehatan dalam forum


curah pendapat (brain Setelah didapatkan
kesenjangan, tentukan

storming). prioritas masalah


dengan menggunakan
metode PAHO.

10
Langkah-Langkah metode PAHO
Setelah dilakukan
pemberian skor terhadap Proses validasi
masing-masing indikator, terhadap kelengkapan
data yang sudah
dikumpulkan
selanjutnya
masing-masing penyakit
atau masalah kesehatan
akan dihitung nilai skor Analisis data yang
didapatkan

akhirnya yaitu dengan


perkalian antara nilai
skor masing-masing
kriteria untuk penyakit
atau masalah kesehatan
tersebut.
Pemberian skor dalam
metode PAHO ini
Membandingkan tingkat
capaian dari hasil
dilakukan oleh panelis
analisis dengan target
yang sudah expert di
Standar Pelayanan
bidangnya, memahami
Minimal (SPM) atau
permasalahan
rencana strategi pusat,
kesehatan dalam forum
daerah pada periode
curah pendapat (brain
tertentu.
storming).

Setelah didapatkan
kesenjangan, tentukan
prioritas masalah
dengan menggunakan
metode PAHO.

11
Perkalian tersebut dilakukan guna perbedaan nilai skor akhir dan masalah menjadi sangat kontras, hal ini
dilakukan agar menghindari terjadinya keraguan apabila perbedaan skor terlalu tipis (Avisena & Bantas.
2017).

12
Fungsi Metode PAHO
Fungsi dalam penerapan metode PAHO ini untuk
memprioritaskan permasalahan kesehatan, maka masing-masing
kriteria tersebut diberi skor dengan nilai ordinal. Setelah
diberikan skor pada masing-masing masalah Kesehatan,
kemudian dihitung nilai skor akhir yaitu perkalian antara nilai
skor dengan masing-masing kriteria untuk permasalahan
Kesehatan.
Pengaplikasian Metode PAHO dan Perhitungannya
∙ Melakukan Analisis Situasi

1. Merumuskan masalah
2. Menetapkan prioritas masalah. Prioritas masalah didapatkan dari data atau fakta yang ada secara
kualitatif, kuantitatif, subjektif, objektif serta adanya pengetahuan yang cukup.
3. Indikator masalah. Ukuran indikator masalah adalah kinerja akan dinilai baik jika persentase hasil
yang didapat sesuai dengan target.
4. Identifikasi masalah. Identifikasi masalah merupakan kegiatan merinci rumusan masalah yang
brtsifat umum menjadi bagian-bagian sampai pada unsur-unsurnya secara konkret dan operasional.
5. Penetapan prioritas masalah.
Lanjutan ...
∙ Perhitungan Metode PAHO

Metode PAHO menggunakan skor pada setiap variabel penilaian, dengan menggunakan skor 1-10, dan
penilaiannya lebih luas dibadingkan dengan matriks

Rumus :
P = M.S.V.C.A
Langkah-Langkah Metode PAHO
1. Tuliskan terlebih dahulu masalah yang didapatkan dari kegiatan analisis situasi

2. Tentukan beberapa ahli yang akan dilibatkan dalam penyusunan prioritas

3. Kemudian tetapkan skor yang akan digunakan dalam prioritas 1 sampai 10

4. Pemberian skor oleh para ahli untuk setiap masalah berdasarkan kriteria dari PAHO. Pada tahap
pemberian skor sebaiknya membandingkan antar permasalahan yang sudah ditetapkan dengan kriteria
yang sama

5. Kemudian, kalikan skor setiap kriteria pada tiap masalah

6. Setelah itu, tentukan prioritas berdasarkan urutan hasil perkalian. Hasil yang besar dijadikan sebagai
prioritas utama
Berikut ini tabel perhitungan menggunakan metode PAHO

No Kriteria Masalah Masalah I Masalah II Masalah III


(Balita D/S) (Balita Gizi Buruk) (Ibu Hamil 90 Fe)

1. Magnitude (M) 10 10 10 10 5 2 2 5 10 10 10 10

2. Severity (S) 8 8 10 5 8 1 5 7 8 10 10 10
3. Vulnerability (V) 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1 1 1

4. Community/ Political concern 1 10 1 1 5 1 1 1 1 10 10 10


(C)

MxSxVxC 80 00 100 50 200 2 10 35 400 1000 1000 1000

Jumlah 1030 247 3400

Dari hasil tabel diatas didapatkan angka skor tertinggi pada permasalahan III yaitu Presentase Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe
dengan total skor 3400 menjadi prioritas pertama. Kemudian permasalahan I yaitu Persentase Balita Ditimbang Berat
Badannya mendapatkan prioritas masalah kesehatan kedua
Kekurangan dan Kelebihan Metode PAHO
Kekurangan
Kelebihan dari metode PAHO adalah mudah dilakukan dan dapat dilakukan dalam
jangka waktu relative cepat. Selain itu, metode PAHO ini beberapa dari kriterianya penting
dan dapat dimasukkan dalam penilaian menentukan prioritas

Kelebihan
Kekurangan dari metode PAHO adalah dalam menentukan nilai skor sesungguhnya
didasarkan pada penelitian kualitatif atau ilmu dari para ahli yang bisa saja dalam menentukan
tidak objektif. Selain itu, masih kurangnya spesifik dari kriteria penentuan para ahli tersebut
Terima Kasih
Perencanaan
dan Evaluasi
Kesehatan
Metode Delphi
Nama Anggota :

• Ni Kadek Muliarsi 1802561003


• Ni Putu Dinda Valentina 1802561007
• Liyana Dwi Maulida 1802561014
• Nyoman Tri Maryanthi 1802561028
• Ni Made Rahayu Sri Adnyani 1802561035
• Ni Made Ayu Candra Dewi 1802561067
Metode Delphi

03
Pengertian Kelebihan dan

01 02
Langkah –
Metode Langkah Metode Kekurangan
Delphi Delphi Metode Delphi

04 Fungsi Metode
Delphi 05 Aplikasi
Metode Delphi
Pengertian
Metode Delphi
Metode Delphi merupakan proses yang dilaksanakan
dalam suatu kelompok untuk mensurvei dan melakukan
pengumpulan pendapat dari para ahli yang terkait pada
topic tertentu. Metode Delphi ini dilakukan biasanya
dengan bantuan kuesioner, metode ini mampu
menstrukturkan proses komunikasi dalam kelompok
sehingga proses yang dilakukan dapat berjalan dengan
baik dan efektif.

Back Next
Langkah – Langkah Metode Delphi
Gordon, 1994 dalam Kurniawan et al., 2017

◆ Fase pertama, pengajuan kuesioner untuk mengeskplorasi hal-hal atau permasalahan


yang dibahas.
◆ Fase kedua, pengajuan kuesioner bertujuan untuk mengetahui pandangan atau
pendapat responden terhadap permasalahan.
◆ Fase ketiga, apabila terdapat pertentangan, maka hal tersebut dijadikan dasar sebagai
alasan mendasar penyebab pertentangan tersebut melalui pengajuan kuesioner.
◆ Fase keempat, hasil dan jawaban dari kelompok responden pada fase-fase sebelumnya
dipresentasikan kembali oleh tim kepada para ahli atau kelompok responden untuk
mendapatkan kesimpulan akhir dari permasalahan yang dibahas.

Back Next
Lanjutan…

Langkah – Langkah Metode Delphi


0
01 02
3

Menurut Pfeiffer Menurut Scheele Menurut Brooks


(1969) (1975) (1979)

Back Next
Kelebihan dan Kekurangan Metode Delphi
Kelebihan Kekurangan
● Berguna ketika masalah yang ada tidak
● Tidak memungkinkan melakukan komunikasi
bisa diselesaikan secara metode analisis instan atau stimulasi intelektual.
empiris. ● Mengabaikan dan membutuhkan keahlian dalam
● Tidak memerlukan kemampuan yang komunikasi tertulis.
statistik/matematika yang rumit. ● Memaksakan pandangan atau anggapan dari suatu
permasalahan kepada responden dari struktur yang
● Menghindari adanya groupthink.
dibuat menggunakan metode Delphi.
● Adanya fleksibilitas.
● Lebih menghabiskan waktu daripada metode
● Konsensus akan konvergen mencapai satu normal discussion group.
kesepakatan penilaian. ● Mengabaikan dan tidak mengkaji lebih lanjut
● Konsensus yang dicapai dapat berguna perbedaan pendapat .
untuk mengungkapkan kondisi sekarang ● Diperlukan panelis yang berpengalaman dan harus
mempunyai kemampuan komunikasi yang baik.
maupun di masa yang akan datang.

Back Next
Fungsi Metode Delphi
Metode Delphi berfungsi untuk menstrukturkan proses komunikasi
kelompok sehingga proses dapat berjalan efektif dan masalah dapat
terselesaikan. Metode ini berguna pada saat pendapat dan penilaian dari
para ahli dan praktisi dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah (Rum,
Heliati and Padjadjaran, 2018). Metode ini cocok untuk diterapkan saat
dibutuhkan penilaian dari para ahli namun terdapat kendala dari faktor
waktu atau jarak yang membuat para ahli sulit secara panel untuk duduk
bersama dalam pengambilan keputusan. Selain itu, metode ini dapat
digunakan untuk mendapatkan konsensus mengenai proyeksi/tren masa
depan menggunakan proses pengumpulan informasi yang sistematis.

Back Next
Aplikasi Metode Delphi
Salah satu contoh aplikasi yang menggunakan metode Delphi yaitu misalkan seorang
manajer program yang ingin mengkaji opini dan kemudian mencapai sebuah keputusan
tentang bagaimana suatu produk dapat mencapai kesuksesan di pasaran. Manager ini
menggunakan Metode Delphi dan mengundang beberapa orang dalam organisasi untuk
berpartisipasi dalam penilaian untuk memilih beberapa opsi agar tujuan perusahaan dapat
tercapai. Manager telah menyusun kuesioner dan meminta peserta menilai setiap opsi
tersebut yaitu:
• Meningkatkan produktivitas tim
• Memberikan harga produk yang mampu bersaing di pasaran
• Menambah jumlah tim penjualan
• Merespon balik pelanggan dengan cepat
• Lainnya (peserta dapat menambahkan opsi sesuai dengan ide masing-masing)

Back Next
Lanjutan…

Back Next
Lanjutan…

Back Next
Thank You
METODE DELBECQ
KELOMPOK 5 :
Ni Kadek Ayu Sriandewi (1802561008)
Ni Kadek Ari Arniti (1802561010)
Cok Istri Mirah Sulistia Dewi (1802561011)
Ni Nyoman Trijayanti (1802561024)
Ida Ayu Indah Widyasuari(1802561027)
Made Ayu Mas Anggarani (1802561050)
Gusti Ayu Eka Agustini (1802561073)
 
OUTLINE
01
PENDAHULUAN

02
PEMBAHASAN

03
KESIMPULAN
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Merancang suatu program kesehatan memerlukan perencanaan sistematis dalam rangka memecahkan
masalah kesehatan agar mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan program. Tantangan yang dihadapi
dalam memecahkan masalah kesehatan masyarakat lebih rumit dan beragam karena dihadapkan dan
berkaitan dengan sektor lain selain sektor kesehatan, maka dari itu perencanaan bidang kesehatan
masyarakat adalah perencanaan yang membutuhkan jalinan kerjasama lintas sektoral dengan tahapan
yang teratur serta berkesinambungan untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.

Menetapkan prioritas masalah adalah salah satu tahapan dalam perencanaan


teratur program kesehatan. Menetapan prioritas masalah kesehatan dapat dilakukan
dengan pendekatan/teknik Nominal Group Technique (NGT) menggunakan Metode
Delbecq (Symond, 2013).

Symond, D. (2013b). Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan dan Prioritas Jenis Intervensi Kegiatan Dalam Pelayanan Kesehatan Di Suatu Wilayah. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 7(2), 95–100.
Metode Delbecq adalah metode penetapan prioritas masalah dengan rancangan kualitatif yang
ditetapkan oleh kelompok pakar/ahli yang memiliki pemahaman terhadap informasi dan data
kuatitatif masalah kesehatan yang termasuk kedalam kelompok prioritas (Symond, 2013).

Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Delbecq dan Van de Venn pada 1868 pada awalnya
digunakan pada kajian psikologis sosial dalam menentukan keputusan dalam sebuah konfersi,
kajian pada ilmu manajemen dalam menyatukan penilian kelompok, dan kajian kerja sosial
untuk mengikutsertakan masyarakat dalam merumuskan permasalahan dalam perencanaan
program (Rohmatulloh dkk., 2016).

Penetapan prioritas masalah program kesehatan dengan Metode Delbecq


dilaksanakan dengan memberikan bobot setiap permasalah dan melibatkan berbagai
pemangku kepentingan dan ahli dari berbagai bidang (Pujiati, 2018).

Rohmatulloh, Kusumastuti, R., & Shiddiq, J. A. (2017). Penentuan Kriteria Evaluasi Kinerja Widyaiswara Menggunakan Nominal Group Technique. Jurnal Teknik Industri, 17(2), 51.
https://doi.org/10.22219/jtiumm.vol17.no2.51-61
RUMUSAN MASALAH TUJUAN
1. Apakah fungsi dari metode Delbecq dalam 1. Mengetahui fungsi dari metode Delbecq
penetapan prioritas masalah pada dalam penetapan prioritas masalah pada
perencanaan program? perencanaan program
2. Apakah keuntungan dan kelebihan 2. Mengetahui keuntungan dan kelebihan
penetapan prioritas masalah perencanaan penetapan prioritas masalah perencanaan
program dengan menggunakan metode program dengan menggunakan metode
Delbecq? Delbecq
3. Bagaimana langkah-langkah penetapan 3. Mengetahui langkah-langkah penetapan
prioritas masalah perencanaan program prioritas masalah perencanaan program
dengan menggunakan metode Delbecq? dengan menggunakan metode Delbecq
4. Apakah contoh aplikatif penetapan prioritas 4. Mengetahui contoh aplikatif penetapan
masalah perencanaan program prioritas masalah perencanaan program
menggunakan metode Delbecq? menggunakan metode Delbecq
PEMBAHASAN
PENGERTIAN METODE DELBECQ

Metode delbecq adalah salah satu quality tools dalam mengambil keputusan terbaik dan
merupakan metode yang terstruktur untuk menggali kontribusi dari setiap peserta. Metode delbecq
merupakan metode kualitatif yang dilakukan melalui kesepakatan dari sekelompok orang dengan
keahlian yang berbeda. Sehingga, dalam hal ini diperlukan penjelasan terdahulu untuk dapat
meningkatkan pengertian maupun pemahaman dari peserta. Dalam pelaksanaannya, sekelompok
pakar akan diberikan informasi mengenai permasalahan penyakit yang perlu ditetapkan
prioritasnya, termasuk pula data kuantitatif untuk masing-masing penyakit tersebut. Ide-ide akan
dikumpulkan dari tiap peserta, yang kemudian akan diberikan voting dan ranking terhadap ide –
ide tersebut.
FUNGSI METODE DELBECQ

Metode delbecq dapat digunakan untuk menentukan solusi atau penyelesaian masalah yang telah
ditetapkan sebagai prioritas. Masalah kesehatan yang telah ditetapkan sebagai prioritas akan
ditindaklanjuti dengan rencana intervensi.

Metode Delbecq adalah metode yang juga digunakan ketika situasi membutuhkan tindakan
pengambilan keputusan dengan cepat. Contoh situasi pengambilan keputusan yang dilaksanakan
adalah pelaksanaan pengumpulan suara terbanyak (voting) yang dipertimbangkan dengan
mempertimbangkan pendapat dari seluruh kelompok pakar/ahli. Hasil pertimbangan
pendapat dari pakar/ahli digunakan untuk mengidentifikasi urgensi suatu masalah. Pakar/ahli
akan memberikan nilai terhadap permasalahan yang telah diidentifikasi, sehingga permasalahan
tersebut dapat diurutkan sesuai tingkat prioritasnya dengan cara di-ranking (Symond, 2013b).

Symond, D. (2013b). Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan dan Prioritas Jenis Intervensi Kegiatan Dalam Pelayanan Kesehatan Di Suatu Wilayah. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(2), 95–100
KELEBIHAN METODE DELBECQ

❑ Pelaksanaan NGT dilakukan pada sebuah pertemuan tatap muka dalam sebuah kelompok kecil, sehingga
sesama partisipan saling mengenal
❑ NGT juga bisa dilaksanakan dengan berbasis web (online) atau tanpa tatap muka secara langsung.
❑ Pelaksanaan NGT lebih efisien dari segi biaya dan waktu (hanya beberapa jam) dalam proses
pengumpulan data dan pengambilan keputusan
❑ Pelaksanaan NGT akan mendorong individu yang berpartisipasi untuk mengekspresikan
pendapatnya
❑ Dalam pelaksanaan NGT akan bertemu dengan para ahli secara langsung atau tatap muka
❑ Dalam pelaksanaan NGT dapat menangkap berbagai sudut pandang dari kelompok yang
berbeda
❑ NGT dapat dijadikan sebagai alat untuk menganalisis dan memecahkan permasalahan yang
kompleks menjadi lebih sederhana
KEKURANGAN METODE DELBECQ

❑ NGT tidak dapat diterapkan pada diskusi yang bersifat rutin,


koordinasi, dan tawar menawar (bargaining) atau negosiasi
❑ Prioritas masalah yang dihasilkan dalam pelaksanaan NGT
tidak selalu layak (feasible) untuk diterapkan
❑ Partisipan cenderung mengalami kekurangan peluang untuk
berpikir panjang, partisipan kurang nyaman mengemukakan
pendapat yang dirasakannya secara bebas kepada kelompok,
bias dalam penentuan calon partisipan sehingga hasilnya
tidak bisa digeneralisir
❑ Kesulitan dalam mengorganisir pelaksanaan NGT dalam waktu
yang seluruh partisipan bisa hadir
LANGKAH – LANGKAH METODE DELBECQ
❑ Penetapan Kriteria Masalah
Dalam menetapkan kriteria masalah yang akan digunakan harus disepakati
bersama dengan pakar-paker yang tergabung dalam forum khusus tersebut.
Intervensi dalam menetapkan kriteria masalah dapat didasarkan pada hasil
rumusan dari analisa situasi, pengalaman individu, saran dan pendapat
narasumber, serta perturan pemerintah yang relevan.

❑ Menentukan Bobot Masalah


Langkah kedua yaitu dalam menentukan pembobotan dari masing-masing
kriteria masalah berada pada kisaran nilai 0-10.

❑ Menentukan Skoring Masalah


Langkah ketiga yaitu dalam memberikan skor pada setiap kriteria masalah
tidak boleh melebihi bobot yang telah disepakati yaitu nilai 0-10.
CONTOH APLIKASI METODE DELBECQ

Program kesehatan masyarakat telah direncanakan untuk salah satu desa di


Kabupaten A. Perencana program kesehatan masyarakat telah menentukan Desa
A1 sebagai desa sasaran untuk program kesehatan masyarakat yang telah
direncanakan. Perencana program menggunakan Metode Delbecq menetapkan
prioritas masalah kesehatan masyarakat di Desa A1. Desa A1 merupakan salah
satu desa dengan permasalahan kesehatan yang kompleks. Hasil analisis data
yang diperoleh dari Profil Kesehatan Kabupaten A menunjukan bahwa Desa A1
adalah salah satu desa dengan kategori permasalahan kesehatan yang
kompleks. Indikator yang menyatakan kompleksitas permasalahan kesehatan di
Desa A1 adalah prevalensi penyakit yang tinggi, angka kejadian penyakit, dan
angka kematian yang tinggi.
Komponen yang dipersiapan untuk melaksanakan diskusi penetapan prioritas
masalah dengan Metode Delbecq :

▪ Perencana program kesehatan masyarakat mengumpulkan ahli kompeten dan


berwawasan dari berbagai bidang meliputi ahli kesehatan masyarakat, ahli
kesehatan lingkungan, ahli gizi, ahli epidemiologi, ahli statistik, ahli antropologi,
dan ahli sosiologi sebagai peserta dalam diskusi.
▪ Para ahli yang ikut serta dalam diskusi bertemu dan bertatap muka pada tempat
dan waktu yang bersamaan.
▪ Forum difasilitasi oleh seorang moderator/fasilitator yang berwawasan terkait
permasalahan kesehatan di Desa A.
▪ Kriteria, Bobot, dan Skor Ditetapkan
Langkah-langkah penetapan prioritas masalah menggunakan metode delbecq di Desa A. Penetapan
prioritas masalah dengan metode delbeq dalam jurnal Arifin (2019) menurut Supriyanto dan Nyoman
(2017) sebagai berikut :

▪ Peserta menulis masalah kesehatan pada form yang telah disediakan tanpa mengeluarkan
suara dan fokus pada kegiatan.
▪ Moderator/fasilitator menyiapkan file chart dan hanya mencatat masalah kesehatan yang
disampaikan oleh peserta pada form yang dilaksanakan secara bergantian dan berulang.

▪ Peserta mendiskusikan dan mengidentifikasi masalah kesehatan yang


sebelumnya telah disampaikan dan dicatat pada file chart untuk diklarifikasi dan
dijelaskan kembali oleh peserta tanpa menambahkan unsur argumentasi.
▪ Menetapkan prioritas. Prioritas masalah ditetapkan dengan memulai
memberikan bobot masing-masing permasalahan yang telah diidentifikasi
berdasarkan kriteria-kriteria yang telah dibuat
▪ Peserta mendiskusikan kembali hasil penetapan prioritas masalah yang
diperoleh untuk mencapai kesepakatan bersama.
KESIMPULAN
SIMPULAN

Dalam menetapkan prioritas masalah, dapat digunakan beberapa metode salah satunya Metode
Delbecq atau Nominal Group Technique (NGT). Metode ini merupakan metode kualitatif yang
digunakan dalam pengambilan keputusan, pemecahan masalah serta metode yang digunakan
untuk menemukan ide - ide strategis. Penentuan prioritas masalah dengan metode delbecq akan
dilakukan berdasarkan kesepakatan sekelompok pakar dengan keahlian yang berbeda, sehingga
para pakar akan menyampaikan pendapatnya masing-masing. Selain menentukan prioritas
masalah, fungsi lain dari metode ini yaitu dapat menentukan solusi atau penyelesaian
permasalahan yang telah diprioritaskan.
.
SIMPULAN

Metode Delbecq memiliki kelebihan, diantaranya partisipan saling mengenal karena pertemuan
dapat dilakukan tatap muka, pelaksanaan NGT lebih efisien dari segi biaya dan waktu, dapat
mendorong individu untuk mengekspresikan pendapatnya, dapat membangkitkan ide
permasalahan dan solusi, akan bertemu dengan para ahli secara tatap muka, dapat menangkap
berbagai sudut pandang dari kelompok yang berbeda, dan dapat dijadikan sebagai alat untuk
menganalisis dan memecahkan permasalahan yang kompleks menjadi lebih sederhana. Selain itu,
metode ini memiliki beberapa kekurangan diantaranya NGT tidak dapat diterapkan pada diskusi
yang bersifat rutin, koordinasi, dan tawar menawar, prioritas masalah yang dihasilkan tidak selalu
layak untuk diterapkan, partisipan kekurngan peluang untuk berpikir panjang, dan kesulitan dalam
mengorganisir pelaksanaan NGT dalam waktu yang seluruh partisipan bisa hadir Adapun
langkah-langkah dalam menentukan prioritas masalah menggunakan metode Delbecq diawali
dengan menetapkan kriteria masalah, menentukan bobot masalah dari masing-masing kriteria
masalah, dan menentukan skoring masalah yang tidak melebihi nilai 0-10.
SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan yaitu dalam
menentukan suatu prioritas masalah, dapat
digunakan metode delbecq yang diselesaikan
dengan memberikan bobot pada masing-masing
kriteria masalah. Adapun dalam pemberian bobot
ini sebaiknya sesuai dengan kriteria seperti
besarnya masalah, urgensi dari masalah yang
terjadi, biaya atau dana yang diperlukan dalam
mengatasi permasalahan, tersedianya sarana dan
prasarana, tenaga, waktu, cara atau metode dan
teknologi untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut.
TERIMA
KASIH
METODE PROBLEM TREE
Kelompok 6
Anggota Kelompok
1. Diniatul Fitriah 1802561016
2. Gusti Ayu Made Aricintya 1802561020
3. Putu Sukma Manikasanthi 1802561029
4. I Putu Eka Yayang Pratama 1802561036
5. Debby Sophie 1802561064
6. Anita Hayatun Nisa 1802561068
7. Alma Rois Safitri 1802561074
OUTLINE
1. Definisi Metode 2. Tahapan Penggunaan
Problem Tree Metode Problem Tree

4. Kekurangan
3. Kelebihan Metode
Metode Problem
Problem Tree
Tree
6. Contoh Aplikatif
5. Fungsi Metode
Metode Problem
Problem Tree
Tree
Definisi Metode Problem Tree
Metode problem tree atau pohon masalah merupakan bagian dari
analisis pohon. Analisis pohon adalah langkah pemecahan masalah dengan
mencari sebab dari suatu akibat. Oleh sebab itu, pohon masalah memiliki
definisi suatu alat atau teknik untuk mengidentifikasi dan menganalisis
masalah dalam situasi tertentu dan menggambarkan informasi tersebut
sebagai rangkaian hubungan sebab akibat dari beberapa faktor yang saling
terkait. Teknik ini umumnya digunakan pada tahap perencanaan (Asmoko,
2014).
Tahapan Penggunaan Metode
Problem Tree
1. Langkah pertama, yaitu 2. Langkah kedua, yaitu 3. Langkah ketiga, yaitu
mengidentifikasi suatu menganalisa pengaruh atau menganalisa penyebab
masalah utama organisasi akibat yang disebabkan oleh munculnya masalah utama.
berdasarkan hasil analisa permasalahan tersebut. Penyebab pada tahap ini
yang dilakukan. disebut penyebab level 1.

5. Langkah kelima, yaitu menganalisis


4. Langkah keempat, yaitu
lebih lanjut penyebab dari penyebab level 2.
menganalisis lebih lanjut
Setiap poin penyebab level 1 dapat memiliki
penyebab dari penyebab level 1.
lebih dari satu penyebab, yang menjadikan
Penyebab dari level 1 dapat
struktur ini memiliki bentuk menyerupai akar
disebut penyebab level 2.
pohon yang terus menyebar ke bawah.

6. Langkah keenam, yaitu menyusun struktur pohon permasalahan tersebut


secara keseluruhan berdasarkan langkah pertama hingga langkah kelima.
Kelebihan Metode Problem Tree
1. Masalah dapat dipecah menjadi beberapa bagian-bagian yang dapat diatur dan
didefinisikan.
2. Membantu dalam perumusan prioritas masalah.
3. Membantu dalam menganalisis secara rinci dalam mencari penyebab masalah.
4. Membantu untuk menemukan solusi dengan memetakan sebab dan akibat disekitar
masalah utama untuk membentuk pola pikir, dengan lebih terstruktur
5. Dapat menganalisis pengaruh prioritas masalah terhadap kinerja/hasil/dampak bagi
organisasi, stakeholder ataupun pihak yang berkepentingan lainnya (Dillon, 2014).
Kekurangan Metode Problem Tree
1. Dapat terjadi tumpang tindih, terutama ketika kriteria dan
kelas-kelas yang digunakan jumlahnya banyak. Hal ini dapat
menyebabkan proses dan waktu pengambilan keputusan
menjadi lebih lama.
2. Pengakumulasian jumlah eror pada setiap tingkat dalam
metode pohon keputusan yang besar.
3. Terdapat kesulitan dalam mendesain pohon keputusan yang
optimal.
4. Pada pengambilan keputusan hasil kualitas keputusan yang
didapat sangat sangat bergantung pada desain pohon
keputusan yang dibuat (Asmoko, 2014).
Fungsi Problem tree
Terdapat beberapa fungsi dari pembuatan metode problem tree antara lain ( Asmoko,
2012) :
1. Membantu tim merumuskan persoalan utama organisasi dalam tim kerja
2. Membantu tim menganalisis pengaruh persoalan utama terhadap kinerja atau
hasil atau dampak bagi organisasi maupun stakeholder lainnya.
3. Membantu tim melakukan analisis secara rinci penyebab munculnya persoalan
dengan mengeksplorasi masalah utamanya.
4. Membantu tim mengilustrasikan hubungan antara masalah utama, penyebab
masalah, dan dampak dari masalah utama dalam suatu grafik atau gambar.
5. Membantu tim mencari solusi atas persoalan utama dengan melihat
sebab akibat dari suatu permasalahn yang ada.
Contoh Aplikatif
Contoh Aplikatif

Contoh aplikasi penggunaan metode Problem Tree pada


analisis prioritas masalah rendahnya partisipasi masyarakat
dalam program bank sampah seperti digambarkan di atas.
Masalah utama pada bagian tengah digambarkan sebagai batang
pohon. Kemudian menganalisis dampak yang ditimbulkan dari
masalah utama yang selanjutnya digambarkan sebagai cabang
pohon. Dampak yang timbul dari rendahnya partisipasi
masyarakat dalam program bank sampah adalah sampah yang
menumpuk, dampak ini dapat dikatakan dengan dampak langsung.
Contoh Aplikatif

Sampah yang menumpuk akan mencemari lingkungan. Dampak


akibat lingkungan yang tercemar antara lain yaitu peningkatan
penyebaran penyakit seperti DBD dan diare, lalu dapat
menyebabkan bencana alam seperti banjir, penurunan kualitas
air, menimbulkan bau yang kurang sedap, dan mengurangi nilai
estetika lingkungan. Dampak tersebut dapat dikatakan sebagai
dampak tidak langsung.
Contoh Aplikatif

Selanjutnya, dari batang pohon dianalisis akar pohon yaitu


penyebab timbulnya masalah utama. Penyebab langsung dari
rendahnya partisipasi masyarakat dalam program bank sampah
adalah pengelolaan program tidak berjalan, tidak dirasakannya
manfaat program bank sampah.
Contoh Aplikatif

Proses pengelolaan program yang tidak berjalan disebabkan oleh


tidak adanya SDM untuk pengambilan sampah pada tiap-tiap rumah
warga dan proses pemilahan jenis-jenis sampah. Tidak adanya SDM
tersebut dikarenakan masyarakat yang sibuk bekerja. Penyebab
tersebut dapat dikatakan sebagai penyebab tidak langsung dari
pokok permasalahan rendahnya partisipasi masyarakat dalam
program bank sampah.
DAFTAR PUSTAKA

Asmoko, Hindri. 2012. Memahami Analisis Pohon Masalah. Balai Diklat Kepemimpinan. Pp 1-9.
Asmoko, Hindri. 2014. Memahami Analisis Pohon Masalah. Magelang : Pusdiklat Pengembangan
SDM, BPPK.
Dillon, Leonellha Barreto. 2014. Problem Tree Analysis. Available at accessed on [Nov 29, 2020].
TERIMA KASIH
METODE
FISHBONE
GREEN
Martin Rinaldi Pasaribu 1802561030

Ida Ayu Agung Misellya Cempaka 1802561045

Ida Ayu Kade Adiatmika 1802561046

KELOMPOK 7
Komang Rossa Trianika 1802561053

Ni Nyoman Ari Purwaningsih 1802561057

Anak Agung Sagung Oka


Nur Candradewi 1802561058
2
Made Intan Wahyu Amerta 1802561059
Langkah- Langkah
Penggunaan
Metode Fishbone
Metode Fishbone
Masalah kesehatan masyarakat di Indonesia menjadi perhatian pemerintah, meskipun
pembangunan kesehatan telah dilaksanakan dengan cukup baik namun hingga saat ini
masih terdapat berbagai permasalahan. Untuk menanggulanginya dibutuhkan sebuah
proses perencanan kesehatan.
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi akar penyebab
masalah, salah satunya adalah metode fishbone.
Langkah- Langkah Penggunaan Metode Fishbone

Identifikasi dan Menyepakati a) Identifikasi masalah yang telah ditemukan.


Kemudian sepakati sebuah pernyataan
Pernyataan Masalah masalah atau problem statement dengan
diinterpretasikan sebagai dampak secara
visual dalam metode fishbone yang mirip
dengan kepala ikan.
b) Tuliskan masalah yang diinterpretasikan
sebagai efek atau seperti kepala ikan di
sebelah sisi paling kanan.
c) Gambar sebuah kotak yang akan dituliskan
pernyataan masalah, kemudian gambar
sebuah anak panah yang mengarah ke
pernyataan masalah yang dapat
diinterpretasikan secara visual sebagai
tulang belakang ikan.
Langkah- Langkah Penggunaan Metode Fishbone

Mengidentifikasi b) Kategori – kategori dari sebab utama


pada cabang tersebut mengorganisasikan
kategori-kategori sebab sehingga sesuai dengan situasi
yang sedang terjadi. Kategori – kategori
tersebut berdasarkan kategori 6M yakni :
1. Man / Manusia
2. Money / Dana
3. Material
4. Method / Metode
5. Mother Nature / Lingkungan
Machine / Teknologi
Gambar garis diagonal dari garis anak panah yang
6.

a)
digambar secara horizontal menuju pernyataan masalah
sebagai sebuah cabang. Setiap cabang dapat
diinterpretasikan sebagai cause atau secara visual dalam
metode fishbone seperti tulang ikan.
Langkah- Langkah Penggunaan Metode
Fishbone

Menemukan sebab potensial melalui


kegiatan brainstorming

a) Setiap kategori mengandung sebab-sebab yang perlu diuraikan


dengan melakukan brainstorming.
b) Setelah sebab-sebab telah dikemukakan.
c) Gambar garis horizontal pada cabang garis diagonal yang telah
dibuat sebelumnya sebagai tempat untuk menuliskan
sebab-sebab ini.
d) Lakukan analisa terkait alasan dari sebab tersebut dapat
muncul sehingga sub sebab sebagai tulang yang lebih kecil
keluar dari garis horizontal.
e) Satu sebab dapat ditulis dibeberapa tempat apabila sebab
tersebut memiliki hubungan dengan beberapa kategori lainnya
Langkah- Langkah Penggunaan Metode
Fishbone

Mengkaji dan menyepakati sebab-sebab


yang Paling Mungkin

a) Carilah sebab yang paling memungkinkan pada semua sebab dan


sub sebab dari setiap kategori yang telah diisi.
b) Apabila terdapat sebab yang muncul pada lebih dari satu
kotegori, maka sebab tersebut dapat dijadikan sebagai petunjuk
sebab yang paling mungkin.
c) Lakukan pengkajian kembali dari sebab-sebab tersebut serta
identifikasi kembali alasan dari sebab tersebut dijadikan sebagai
sebab yang paling mungkin dengan menggunakan kata tanya
“mengapa”.
d) Sebab yang paling mungkin telah ditemukan dapat ditandai
dengan cara melingkari sebab tersebut pada diagram fishbone.
 
Kelebihan dan
Kekurangan Metode
Fishbone
KELEBIHAN & KEKURANGAN

KELEBIHAN KEKURANGAN
1. Dapat menjabarkan setiap masalah yang terjadi 1. Kekurangan dalam fishbone yaitu opinion
atau yang muncul dan setiap orang yang based on tool
terlibat di dalamnya dapat memberikan saran 2. Di design membatasi kemampuan dari tim
yang mungkin menjadi penyebab masalah atau pengguna secara visual dalam
tersebut. menjabarkan masalah yang mengunakan
2. Mudah digunakan, sehingga dapat metode “level why” yang dalam, kecuali jika
meningkatkan struktur dan memungkinkan kertas yang digunakan benar – benar besar
beberapa kreativitas. dalam menyesuaikanya dengan kebutuhan
3. Menghasilkan penemuan secara aktif tentang tersebut.
penyebab masalah. 3. Secara umum, pengambilan digunakan
4. Memberikan petunjuk dalam pengumpulan dalam memilih penyebab yang paling
data. memungkinkan terdaftar didalam diagram
tersebut.
 
Fungsi dari
Metode
Fishbone
Fungsi dari Metode Fishbone

Diagram Fishbone pada umumnya digunakan


dalam menganalisis permasalahan pada tingkat
individu, tim, maupun organisasi.
Fungsi dari Metode Fishbone

Manfaat pengaplikasian diagram fishbone


adalah sebagai berikut :

1. Menitikfokuskan individu, tim, atau organisasi pada


permasalahan utama.
2. Mempermudah dalam menggambarkan gambaran
singkat permasalahan tim atau organisasi.
3. Menyepakati suatu pendapat mengenai penyebab
suatu masalah.
4. Membentuk dukungan anggota tim untuk
mendapatkan solusi.
5. Memfokuskan tim untuk pembahasan terkait
penyebab masalah.
6. Memudahkan visualisasi keterkaitan antara
penyebab dengan masalah.
7. Memudahkan tim untuk melaksanakan diskusi dan
menuntun diskusi lebih terarah pada masalah dan
penyebabnya.
Contoh Aplikatif
dari Penggunaan
Metode Fishbone
CONTOH KASUS

Diketahui dalam penelitian Kurniawati, teridentifikasi masalah utama di


Desa Payaman, Kecamatan Ngraho, Kabupaten Bojonegoro sebanyak
43,16% keluarga belum terdaftar sebagai peserta JKN. Sehingga, hal
tersebut menyebabkan tingkat kepemilikan kartu JKN masih rendah.
Rendahnya angka kepemilikan kartu JKN menandakan bahwa masih
banyak masyarakat yang belum terdaftar sebagai peserta JKN dan
belum sadar pentingnya memiliki kartu JKN. Untuk mengatasi
permasalahan ini, diperlukan adanya analisis dan mencari akar
permasalahan rendahnya kepersetaan JKN khususnya di sektor
informal pada daerah pedesaan sebagai berikut (Kurniawati dkk,2018):
Contoh Aplikatif dari Penggunaan Metode Fishbone

1. Pertama, menentukan masalah yang terjadi. Masalah yang muncul misalnya rendahnya
kepersertaan JKN.
2. Kedua adalah menuliskan masalah tersebut pada kepala ikan yang merupakan akibat atau effect.
3. Ketiga, menuliskan faktor – faktor yang mungkin menjadi penyebab masalah pada rendahnya
kepersetaan JKN. Misalnya yang menjadi faktor penyebab utama masalah ini adalah 4M + 1I +
1T (Man, Method, Money, Market, Information, Time).
4. Keempat, mencari penyebab–penyebab yang mungkin mempengaruhi faktor 4M+1I +1T misalnya
kemungkinan penyebab pada tulang Man bersumber dari masyarakat yang tidak memahami JKN,
masyarakat apatis, malas, serta tidak memahami pentingnya JKN begitu seterusnya sampai
tulang Time.
5. Kelima, mencari penyebab–penyebab sekunder yang mungkin bisa mempengaruhi
penyebab–penyebab utama.
6. Keenam, mencari penyebab tersier dari penyebab sekunder. Jika tidak ditemukan penyebab
tersier, penyebab sekunder dapat dinyatakan cukup menjadi akar dari permasalahan pada tiap
pokok tulang permasalahan.
Contoh Aplikatif dari Penggunaan
Metode Fishbone
Contoh Aplikatif dari Penggunaan Metode Fishbone

7. Ketujuh, menetukan hal-hal yang penting dari setiap faktor pada hasil diagram langkah kelima
bahwa faktor-faktor tersebut yang paling mungkin mempunyai pengaruh nyata terhadap
rendahnya kepersetaan JKN kemudian menyajikan hasilnya menjadi diagram fishbone sebagai
berikut
Contoh Aplikatif dari Penggunaan Metode Fishbone

Dari hasil analisis, dapat disimpulkan dari diagram tulang ikan di atas
dapat dilihat bahwa ternyata, rendahnya kepersetaan JKN di pedesaan
khususnya pada pekerja informal tidak hanya disebabkan oleh
masyarakat saja namun juga oleh pihak terkait seperti perangkat desa
dan bidan desa dalam hal sosialiasi untuk distribusi informasi mengenai
kepersetaan JKN.
Fishbone merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
mengidentifikasi akar penyebab masalah.
Dalam menggunakan metode fishbone terdapat langkah - langkah yang terdiri dari
identifikasi dan menyepakati pernyataan masalah, mengidentifikasi kategori-kategori,
menemukan sebab potensial melalui kegiatan brainstorming dalam mengkaji dan
menyepakati sebab-sebab yang paling mungkin.
DAFTAR PUSTAKA

Asmoko, H. 2013. Teknik Ilustrasi Masalah-Fishbone Diagrams. Magelang: BPPK.


Kurniawati, W. et al. (2018) ‘Identifikasi Penyebab Rendahnya Kepesertaan JKN Pada Pekerja Sektor Informal di Kawasan
Pedesaan’, Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia, 6(1), pp. 33–39. Available at:
https://e-journal.unair.ac.id/JAKI/article/view/5141
Murnawan, H. (2014). Perencanaan Produktivitas Kerja Dari Hasil Evaluasi Produktivitas Dengan Metode Fishbone Di
Perusahaan Percetakan Kemasan Pt. X. HEURISTIC: Jurnal Teknik Industri, 11(01).
Sudirman (2016) Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Available at:
https://osf.io/pkm4y/download/?format=pdf.
Suryani, R., Ciptono, S. W. and Satibi (2017) ‘Analisis Pelayanan Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah di Yogyakarta
dengan Pendekatan Lean Hospital’, Manajemen dan Pelayanan Farmasi, 7(September), pp. 132–141.
TERIMA BYE!

KASIH
PERENCANAAN DAN EVALUASI
KESEHATAN METODE HANLON
Nama Anggota Kelompok

Marlia Fatima Theodora 1802561021


Ika Ajeng Pratiwi 1802561031
Kawas Irfando Tarigan 1802561037
Mutiara Apridha Putri 1802561039
Agnes Agatha Renaningtyas Itu 1802561049
M. Zawwil Arham 1802561069
Anak Agung Sagung Thata Pradnyaningrat 1802561071
Outline
Langkah-langk
ah
Penggunaan 02
Metode Hanlon

Fungsi Metode
04 Hanlon
01
Gambaran
Umum Metode Kelebihan dan
Hanlon Kekurangan
Metode Hanlon
03 Contoh
05 Aplikatif
Metode Hanlon
Gambaran Umum
Salah satu metode yang dapat digunakan dalam penetapan
prioritas pemecahan adalah metode Hanlon atau bisa juga
disebut Sistem Dasar Penilaian Prioritas. Metode ini
dilakukan dengan menggunakan 4 kriteria yaitu :
a. Kelompok kriteria 1 : besarnya masalah (magnituda)
b. Kelompok kriteria 2 : tingkatan kegawatan
(emergency/seriousness)
c. Kelompok kriteria 3 : kemudahan dalam penanggulangan
(causability)
d. Kelompok kriteria 4 : dapat atau tidaknya program
dilaksanakan menggunakan istilah yang disebut PEARL
fakto
Besar Masalah

1) Besarnya prevalensi penduduk


yang menderita langsung karena
suatu penyakit.
2) Besarnya pengeluaran yang
diperlukan perorang untuk
mengatasi penyakit tersebut.
3) Besarnya kerugian yang didapat.

Kriteria 1
Tingkat Kegawatan Masalah

1) Tingkat urgensi
2) Kecenderungannya
3) Tingkat keganasannya

Kriteria 2
Kemudahan Penanggulangan Masalah

- 1 (sangat sulit)
- 2 (sulit)
- 3 (cukup sulit)
- 4 (mudah)
- 5 (sangat mudah)

Kriteria 3
Dapat atau tidaknya program
dilaksanakan menggunakan
istilah PEARL factor

1) P = Propriety (tepat mengatasi


masalah)
2) E = Economics (ekonomis)
3) A = Acceptable (dapat
diterima)
4) R = Resources Availability
Kriteria 4 (tersedianya sumber)
5) L = Legality (legalitas terjamin)
Kelebihan Metode Hanlon

Metode yang Dapat


lengkap membandingkan
berbagai masalah
kesehatan

Dapat menentukan
factor yang dimodifikasi
Kekurangan
Adanya penerapan pada
metode hanlon lebih sulit
sehingga diperlukannya
waktu yang cukup lama, itu
disebabkan karena ada
banyak sitem di dalam
penilaian yang digunakan
Fungsi Metode Hanlon
a. Metode yang lebih tepat jika daftar
outcome dari tujuan yang ingin dicapai
tersedia dari daftar prioritas yang ada
dengan data yang memadai dan system
penilaian.
b. Metode hanlon lebih tepat berfungsi
untuk menentukan prioritas masalah
kesehatan dengan memperhatikan
teknik responsive dimana tujuan yang
dicapai dari program jelas yang
dituangkan dalam criteria dan
faktor-faktor lain yang memungkinkan.
c. Memungkinkan faktor- faktor sehinnga
dapat di modifikasi agar sama dengan
kebutuhan dan di nilai secara individu.
Contoh
Kasus
Berdasarkan data masalah yang sudah diidentifikasi
sebelumnya mengenai profil Kesehatan di Kabupaten
Kulon Progo pada tahun 2016-2018, saya memilih
masalah pelayanan Kesehatan pada usia produktif,
pelayanan Kesehatan usia lanjut, pelayanan Kesehatan
orang dengan TB, dan pelayanan Kesehatan orang
dengan faktor risiko HIV untuk menentukan prioritas
masalah dengan menggunakan metode hanlon
Menentukan rangking urutan dengan kriteria spesifik
Memasukan nilai rangking dengan metode PEARL
Menghitung prioritas dengan scoring
THANK YOU
PERENCANAAN DAN EVALUASI
KESEHATAN: METODE MULTI CRITERIA UTILITY ASSESMENT (MCUA)

Kelompok 10:
Alifia Prianti Putri 1802561025
Damarwati Niki Ayuning Purnami 1802561032
Frisilia Olivia 1802561040
Zahrotul Ulum 1802561043
Luh Mahadianthi Widyasari Mastera 1802561047
Revita Dea Sari 1802561052
Ray Marzirat 1802561056
PENGERTIAN Multi Criteria Utility Assessment (MCUA)
adalah suatu metode yang digunakan oleh
sebuah organisasi dalam mengambil
sebuah keputusan terhadap beberapa
alternatif pilihan yang ada.

Alternatif pilihan tersebut didapatkan melalui proses penggambaran


masalah-masalah yang dianggap mengambil peranan dalam kegagalan dan
keberhasilan sebuah program. Metode MCUA dapat diaplikasikan apabila penyebab
masalah yang berpengaruh terhadap keberhasilan dan kegagalan sebuah program
belum bisa terdeteksi dengan jelas, sedangkan pengumpulan data yang lebih baik
guna mengetahui penyebab masalah tersebut tidak memungkinkan untuk dapat
dilakukan. Selain itu, metode tersebut dapat digunakan apabila suatu organisasi
belum siap dalam penyediaan sumber daya dan pelaksanaan program, dan tim
perencana program hanya ingin memecahkan masalah yang terjadi di masyarakat
yang memiliki peranan dalam menentukkan keberhasilan sebuah program.
• Infographic Style
FUNGSI
1. 4.
Membantu tim pemecahan masalah dalam Membantu dalam mengetahui nilai dalam
mengambil keputusan dari beberapa alternatif setiap masalah, nilai yang paling besar
yang ada dengan menggunakan teknik skoring. jumlahnya mendapat prioritas utama.

2.
Menyaring alternatif masalah yang sesuai
dengan kebutuhan yang diperlukan suatu 5.
batasan atau suatu kriteria. Menentukan prioritas masalah di unit
rekam medis maupun rumah sakit.
3.
Menentukan prioritas masalah kesehatan
dan prioritas jenis intervensi pelayanan
kesehatan, penentuan, dan pemecahan 6.
masalah kesehatan. Penanganan keluhan terhadap
keberhasilan program JKN di
Puskesmas.
01 Menetapkan kriteria
Suatu hal yang dapat dianggap sebagai pengaruh yang
signifikan dan spesifik suatu masalah pada masyarakat

Langkah sebagai subjek sehingga dapat membedakan masalah.

Penggunaan 02 Melakukan pembobotan kriteria


Sistem pemberian bobot angka disepakati oleh tim seperti nilai kegawatan
masalah diberi skor 4, gawat diberi skor 3, cukup gawat diberi skor 2, dan
kurang atau tidak gawat diberi skor 1. Pemberian skor ini tidak
menggunakan range dengan tujuan agar tidak terjadi kecenderungan
pemberian angka yang ditengah, misal 1-3 orang akan cenderung memilih
angka 2 daripada 1 atau 3.

Memberikan skor masing-masing kriteria


03 terhadap masing-masing masalah
Setiap anggota memberikan skor secara subjektif, lalu hasil dari penjumlahan
skor dibagi dengan banyaknya jumlah anggota dalam kelompok tersebut.

04 Mengalikan nilai skor dengan bobot


Mengalikan bobot dan skor yang telah didapatkan lalu penjumlahan
dilakukan pada seluruh hasil kali setiap skor dan bobot.
Kelebihan

1. 2.
3.
Dapat digunakan untuk Mudah dilakukan karena Perhitungan dalam setiap
menentukan prioritas memiliki langkah pada metode ini sangat
masalah dan prioritas jenis langkah-langkah mudah karena menggunakan
intervensi pelayanan pengerjaan yang range angka yang kecil.
kesehatan. mudah.
Kekurangan
Anggota diskusi yang memberikan skor
sebelumnya harus diseleksi dengan teliti, hal
ini dilakukan agar anggota diskusi paham akan 01
permasalahan yang ada sehingga tidak
memberikan skor yang sembarangan.

Metode ini memiliki ketelitian sangat tinggi 02


sehingga, perbedaan selisih skor yang
diberikan antar satu dan yang lainnya dapat
menghasilkan perhitungan dengan makna
yang berbeda.
03
Aplikasi Metode

Penerapan metode MCUA dalam analisis


prioritas masalah di Unit Rekam Medis
Puskesmas Nusukan

a. Menetapkan Kriteria
b. Melakukan Pembobotan Kriteria
Dalam penelitian ini pembobotan kriteria
masalah diberikan atas kesepakatan
peserta FGD. Kisaran pembobotan yang
disepakati adalah 1-5, artinya bobot yang
terendah adalah 1 dan yang tertinggi
adalah 5. Kesepakatan pada langkah ini
yaitu, bobot untuk kriteria gawat adalah 5,
bobot kriteria tren adalah 3 dan bobot
kriteria besar adalah 4.
Aplikasi Metode

Penerapan metode MCUA dalam analisis


prioritas masalah di Unit Rekam Medis
Puskesmas Nusukan

c. Memberikan Skor Kriteria terhadap


Masing-Masing Masalah
Pemberian skor dilakukan oleh setiap
anggota diskusi secara subjektif. Kisaran
angka pemberian skor yaitu 1-10. Hasil
pemberian skor dikumulatifkan kemudian
dibagi sehingga ditemukan nilai rata-rata.
Aplikasi Metode

Penerapan metode MCUA dalam analisis


prioritas masalah di Unit Rekam Medis
Puskesmas Nusukan

d. Mengalikan Nilai Skor dengan Bobot


Masing-masing dari masalah yang dikalikan
dengan bobot untuk tiap-tiap kriteria
kemudian dijumlahkan dengan hasil perkalian
tersebut. Masalah dengan jumlah perkalian
tertinggi dipilih menjadi prioritas masalah
yang akan dipecahkan.
Thank You
Penentuan Prioritas Masalah
dengan
Metode Bryant
Kelompok 8
Anggota
Ni Luh Made Nia Sistari
(1802561004)

Ni Luh Putu Listyawati


(1802561005)

Luh Pasek Nopiasih


(1802561015)

I Gusti Agung Ayu Ari Febiyanti


(1802561033)

Ni Luh Putu Nadia Savitri


(1802561041)

Ni Komang Widiantari
(1802561051)

Made Anita Deviyanti


(1802561065)
Langkah – langkah
Penggunaan Metode
Bryant

Metode Bryant memiliki 4


kriteria yaitu prevalensi,
seriousness, community
concern, dan manageability.
Keempat kriteria ini akan
diberi skor kemudian
dikalikan. Hasil dari
masing-masing penilaian akan
dibandingkan, kemudian hasil
dengan nilai tertinggi akan
menjadi prioritas masalah.
Skor dari masing-masing kriteria dijabarkan
seperti di bawah ini:
Kriteria P (besarnya
Kriteria S (keseriusan
kelompok yang terkena
suatu masalah)
masalah)
P = 5 - A/O (A = jumlah aset, O =
jumlah pengguna) Skor:

Skor: 1 = masalah yang ditimbulkan


tidak berat
1 = jumlah individu atau masyarakat
yang terdampak sangat sedikit 2 = masalah yang ditimbulkan
2 = jumlah individu atau masyarakat cukup berat
yang terdampak sedikit
3 = jumlah individu atau masyarakat 3 = masalah yang ditimbulkan
yang terdampak cukup besar berat
4 = jumlah individu atau masyarakat
yang terdampak sangat besar 4 = masalah yang ditimbulkan
sangat berat
Skor dari masing-masing kriteria dijabarkan
seperti di bawah ini:
Kriteria C (dampak
Kriteria M (ketersediaan
masalah pada instansi
perangkat)
terkait)
Skor:
Skor:
1 = tidak mendapat perhatian
masyarakat 1 = tidak dapat dikelola dan diatasi

2 = kurang mendapat perhatian 2 = cukup dikelola dan diatasi


masyarakat
3 = dapat dikelola dan diatasi
3 = cukup mendapat perhatian
masyarakat 4 = sangat dapat dikelola dan
diatasi
4 = sangat mendapat perhatian
masyarakat
Community Concern
yakni sejauh mana masyarakat
menggap masalah tersebut

Fungsi Metode penting hingga harus di


prioritaskan.

Bryant Prevalensi
yaitu seberapa banyak penduduk
Metode bryant atau masyarakat terkena
penyakit atau masalah tersebut.
berfungsi untuk
menentukan prioritas
Seriousness
masalah dengan yaitu sejauh mana penyakit tersebut
menggunakan skor menimbulkan dampak. Dampak
tersebut bisa tingginya angka
area prioritas (Hanafi morbiditas atau mortalitas dan
dkk, 2014). Cara kecenderungannya.
menentukan prioritas
masalah dibagi Manageability
menjadi 4 macam yaitu sejauh mana kita dapat
kriteria, yaitu : mengatasi masalah tersebut
dengan kemampuan dan
ketersediaan sumber daya yang
ada (tenaga, dana, sarana, dan
cara)
Kelebihan & Kekurangan Metode Bryant
Adapun kelebihan dari metode ini yaitu Adapun kekurangan dari metode ini, yaitu
(Khulaila et al., 2013): (Khulaila et al., 2013):

● Metode ini telah dipergunakan di ● Perlu mempersiapkan kuesioner yang


berbagai negara seperti Afrika dan sesuai dengan kriteria.
Thailand
● Hasil yang diperoleh bersifat subjektif.
● Metode ini menggunakan
penghitungan 4 kriteria (community ● Kisaran skor yang digunakan 1-4. Skor tiap
concern, prevalensi, seriousness dan masalah ditulis dari arah kiri ke kanan.
manageability) yang telah diberi skor Untuk menghitung nilai skor akhir,
dilakukan penjumlahan dari atas ke bawah.
● Dalam pemberian skor terkait kriteria Hasil akhir yang diperoleh dengan metode
permasalahan, juga mencakup derajat ini terlalu berdekatan sehingga sulit untuk
masalah, besar masalah, cara membandingkan masalah yang harus
penanggulangan efektif dan biaya prioritas.
sehingga kriteria penting didalamnya
dapat dipertimbangkan ● Dengan menggunakan metode ini,
kurangnya data karena responden tidak
● Dalam pemakaiannya, metode ini memberikan kuesioner tepat waktu akan
mudah digunakan mempengaruhi hasil dari skoring.

● Metode ini membutuhkan waktu yang


relatif singkat
Contoh Aplikatif Penggunaan Metode Bryant
Metode Bryant dapat diaplikasikan dalam menentukan prioritas masalah, khususnya pada
prioritas penanggulangan kesehatan masyarakat. Penggunaan Metode Bryant dalam
menentukan prioritas masalah biasanya digunakan oleh pemegang kebijakan di sektor
kesehatan, seperti Dinas Kesehatan maupun pimpinan Puskesmas dalam merencanakan
program penanggulangan kesehatan yang akan dijalankan dengan mempertimbangkan
prioritas penyelesaiannya.

Para pimpinan organisasi beserta pemegang program kesehatan akan mendiskusikan


prioritas masalah yang akan ditanggulangi dengan Metode Bryant berdasarkan community
concern, prevalensi, seriousness, dan manageability dengan mengisi kuesioner yang berisi
pemberian skor pada masing-masing indikator. Setelah jumlah skor didapatkan, selanjutnya
pemegang kebijakan akan menetapkan skala prioritas program penanggulangan dan
pencegahan yang akan dilaksanakan Dinas Kesehatan maupun Puskesmas tersebut
berdasarkan jumlah skor dari yang terbesar hingga terkecil (Khulaila, 2013).

Selain dalam prioritas masalah dari program penanggulangan kesehatan secara umum,
penggunaan Metode Bryant dalam menetapkan prioritas masalah juga dapat dilakukan dalam
satu bidang yang ada di Dinas Kesehatan. Contohnya, dalam bidang Pengamatan, Pencegahan
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P3PPL) di Dinas Kesehatan Kota Mataram dapat
menggunakan metode ini dalam menentukan skala prioritas program penanggulangan penyakit
menular yang ada di bidang tersebut sesuai dengan hasil evaluasi dari program di tahun
anggaran sebelumnya.
Simpulan
Metode Bryant merupakan salah satu metode yang digunakan dalam penentuan
prioritas masalah kesehatan. Metode Bryant memiliki 4 kriteria yaitu prevalensi,
seriousness, community concern, dan manageability dengan mengisi kuesioner yang
berisi pemberian skor pada masing-masing indikator. Kelebihan metode ini adalah
metode ini telah dipergunakan di berbagai negara seperti Afrika dan Thailand,
menggunakan penghitungan 4 kriteria (community concern, prevalensi, seriousness
dan manageability) yang telah diberi skor, dalam pemberian skor terkait kriteria
permasalahan, juga mencakup derajat masalah, besar masalah, cara
penanggulangan efektif dan biaya sehingga kriteria penting didalamnya dapat
dipertimbangkan, mudah digunakan, dan membutuhkan waktu yang relatif singkat.
Sedangkan kelemahan dari metode Bryant ini adalah memerlukan kuesioner yang
sesuai dengan kriteria hasil yang diperoleh bersifat subjektif, hasil akhir yang
diperoleh dengan metode ini terlalu berdekatan sehingga sulit untuk
membandingkan masalah yang harus prioritas, dan kurangnya data karena
responden tidak memberikan kuesioner tepat waktu akan mempengaruhi hasil dari
skoring. Penerapan metode adalah dalam bidang Pengamatan, Pencegahan Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan (P3PPL) di Dinas Kesehatan Kota Mataram dapat
menggunakan metode ini dalam menentukan skala prioritas program
penanggulangan penyakit menular yang ada di bidang tersebut sesuai dengan hasil
evaluasi dari program di tahun anggaran sebelumnya.
Daftar Pusaka
Hanafi, A. S., Setyaningrum, R., Rahayu, A., Purwanto, H., Sholihah,
Q., & Khairiyati, L. UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA
MELALUI PENGADAAN DAN SOSIALISASI PERANGKAT LOTO
(LOCK OUT TAG OUT) PADA MEKANIK.

Khulaila, A., Utama, M., & Sawitri, A. A. S. 2013. Analisis Kesehatan


di Kota Mataram Tahun 2011: Suatu Penerapan Bryant Method.
Universitas Udayana. Denpasar.

Symond, Denas. 2013.Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan dan


Prioritas Jenis Intervensi Kegiatan Dalam Pelayanan Kesehatan
di Suatu Wilayah. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 7(2):94-100.

CREDITS: This presentation template was created


by Slidesgo, including icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik.
Sekian dan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai