Anda di halaman 1dari 35

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum

2.1.1 Analisis SWOT

Analisis lingkungan internal dan eksternal merupakan hal penting dalam


proses perencanaan strategi. Faktor-faktor lingkungan internal di dalam suatu
organisasi dapat digolongkan menjadi Strength (S) atau Weakness (W), dan
lingkungan eksternal organisasi dapat diklasifikasikan sebagai Opportunities (O)
atau Threat (T). Analisis lingkungan inilah yang disebut dengan analisis SWOT. (2)

Analisis SWOT memberikan informasi untuk membantu dalam hal


mencocokan perusahaan sumber daya dan kemampuan untuk menganalisa
kompetitif lingkungan di mana organisasi tersebut bergerak. Analisis SWOT terdiri
dari empat faktor, yaitu :

a. Kekuatan (Strengths) Merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam


organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis
merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep
bisnis itu sendiri.
b. Kekurangan (Weakness) Merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam
organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kelemahan yang dianalisis
merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep
bisnis itu sendiri.
c. Peluang (Opportunities) Merupakan kondisi peluang berkembang di masa
datang yang terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar
organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. Misalnya kompetitor,
kebijakan pemerintah, dan kondisi lingkungan sekitar.
d. Ancaman (Threats) Merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman
ini dapat mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri

Dalam penggunaannya analisis SWOT dapat digunakan dua macam


pendekatan, yaitu :

a. Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT


6

Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh


Kearns menampilkan matrik enam kotak, dua yang paling atas adalah kotak
faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman, sedangkan dua kotak sebelah
kiri adalah faktor internal, yaitu kekuatan-kekuatan dan kelemahan-
kelemahan. Kotak lainnya A,B,C,D merupakan kotak isu-isu strategik yang
timbul sebagai kotak antara faktor-faktor eksternal dan internal. Keempat isu
strategik itu diberi nama (A) Comparatif Advantage, (B) Mobilization, (C)
Invesment / Divestment, (D) Damage Control.

Tabel 2.1 Matrik SWOT Kearns


FAKTOR
EKSTERNAL
OPPORTUNITIES THREATS
FAKTOR
INTERNAL
COMPARATIF
STRENGTHS MOBILIZATION
ADVANTAGE
INVESTMENT
WEAKNESS DAMAGE CONTROL
DIVESMENT
Sumber : Mulyadi, 2001
Keterangan :
1. Comparative advantages
Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang
sehingga memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bisa
berkembang lebih cepat.(3)
2. Mobilization
Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Di sini
harus dilakukan upaya mobilisasi sumberdaya yang merupakan
kekuatan organisasi untuk memperlunak ancaman dari luar tersebut,
bahkan kemudian merubah ancaman itu menjadi sebuah peluang.(3)
3. Divestment
Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan peluang
dari luar. Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi
yang kabur. Peluang yang tersedia sangat meyakinkan namun tidak
dapat dimanfaatkan karena kekuatan yang ada tidak cukup untuk
7

menggarapnya. Pilihan keputusan yang diambil adalah melepas


peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain) atau
memaksakan menggarap peluang itu (investasi). (3)
4. Damage control
Sel ini merupakan kondisi yang paling lemah dari semua sel karena
merupakan pertemuan antara kelemahan organisasi dengan
ancaman dari luar, dan karenanya keputusan yang salah akan
membawa bencana yang besar bagi organisasi. Strategi yang harus
diambil adalah damage control (mengendalikan kerugian) sehingga
tidak menjadi lebih parah dari yang diperkirakan. (3)

b. Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT


Data SWOT kualitatif di atas dapat dikembangkan secara kuantitaif melalui
perhitungan analisis SWOT agar diketahui secara pasti posisi organisasi
yang sesungguhnya. Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:
1. Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) poin faktor serta jumlah
total perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor S-W-O-T;
Menghitung skor (a) masing-masing poin faktor dilakukan secara
saling bebas (penilaian terhadap sebuah poin faktor tidak boleh
dipengaruhi atau mempengaruhi penilaian terhadap poin faktor
lainnya. Pilihan rentang besaran skor sangat menentukan akurasi
penilaian namun yang lazim digunakan adalah dari 1 sampai 10, dengan
asumsi nilai 1 berarti skor yang paling rendah dan 10 berarti skor yang
peling tinggi. Perhitungan bobot (b) masing-masing poin faktor
dilaksanakan secara saling ketergantungan. Artinya, penilaian terhadap
satu poin faktor adalah dengan membandingkan tingkat kepentingannya
dengan poin faktor lainnya. Sehingga formulasi perhitungannya adalah
nilai yang telah didapat (rentang nilainya sama dengan banyaknya poin
faktor) dibagi dengan banyaknya jumlah poin faktor).
2. Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d)
dan faktor O dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi
nilai atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e = y)
selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu Y.
8

3. Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran
SWOT.

Tabel 2.2 Tabel SWOT

No. STRENGTH SKOR BOBOT TOTAL


1.
2. Dst
Total Kekuatan
No. WEAKNESS SKOR BOBOT TOTAL
1.
2.
Total Kelemahan
Selisih Total Kekuatan – Total Kelemahan = S-W = x
Sumber : Mulyadi, 2011

Gambar 2.1 Kuadran SWOT

Sumber : Mulyadi, 2011

Keterangan:

Kuadran I (positif, positif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang,


Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi
dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus
9

melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara


maksimal.

Kuadran II (positif, negatif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi


tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi
Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah
tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan
untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh
karenya, organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi
taktisnya.

Kuadran III (negatif, positif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat


berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi, artinya
organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang
lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus
memperbaiki kinerja organisasi.

Kuadran IV (negatif, negatif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi


tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Bertahan,
artinya kondisi internal organisasi beradapada pilihan dilematis. Oleh karenanya
organisasi disarankan untuk meenggunakan strategi bertahan, mengendalikan
kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil
terus berupaya membenahi diri.

Pada kegiatan PKL ini, kelompok 13 menggunakan analisis SWOT untuk


mengetahui posisi warga Dusun Dalem, Desa Kauman, Kabupaten Bojonegoro
dengan cara mengetahui kelemahan, kelebihan ancaman serta peluang yang ada
pada Dusun Dalem . Selain itu, dapat digunakan untuk mengetahui posisi warga
Dusun Dalem Desa Kauman apakah berada pada kuadran I, kuadran II, kuadran
III, atau kuadran IV. Sehingga akan membantu untuk menentukan intervensi
yang akan dilakukan.
10

2.1.2 Metode Fishbone

Diagram fishbone (Tulang Ikan) dapat disebut Cause-and-Effect Diagram


atau Ishikawa Diagram diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa, seorang ahli
pengendalian kualitas dari Jepang, sebagai satu dari tujuh alat kualitas dasar (7
basic quality tools). Fishbone diagram digunakan ketika kita igin mengidentifikasi
kemungkinan penyebab masalah dan terutama ketika sebuah team cenderung
jatuh berpikir pada rutinitas.(4)

Fishbone diagram akan mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari


satu efek atau masalah, dan menganalisis masalah tersebut melalui sesi
brainstorming. Masalah akan dipecah menjadi sejumlah kategori yang berkaitan,
mencakup manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan, dan sebagainya. Setiap
kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi brainstorming.

Jadi sebenarnya dengan adanya diagram ini sangatlah bermanfaat bagi


perusahaan, tidak hanya dapat menyelesaikan masalah sampai akarnya namun
bisa mengasah kemampuan berpendapat bagi orang – orang yang masuk dalam
tim identifikasi masalah perusahaan yang dalam mencari sebab masalah
menggunakan diagram tulang ikan.

Penerapan diagram fishbone (Tulang Ikan) atau Cause and Effect (Sebab
dan Akibat) atau Ishikawa ini dapat menolong kita untuk dapat menemukan akar
“penyebab” terjadinya masalah khususnya di industri manufaktur dimana
prosesnya terkenal dengan banyaknya ragam variabel yang berpotensi
menyebabkan munculnya permasalahan. Apabila “masalah” dan “penyebab”
sudah diketahui secara pasti, maka tindakan dan langkah perbaikan akan lebih
mudah dilakukan. Pada diagram ini, semuanya menjadi lebih jelas dan
memungkinkan kita untuk dapat melihat semua kemungkinan “penyebab” dan
mencari “akar” permasalahan sebenarnya. (4)

Metode yang digunakan dalam analisis duri ikan (fishbone analysis) yakni
mencari akar masalah. Akar permasalahan dirumuskan dalam prinsip 6M + 2T +
1I yakni Manpower, Machine, Method, Material, Media, Money, Time,
Technologydan Information. (5)
11

1. Man (Sumber daya manusia) Segala hal yang terkait dengan aspek
sumber daya manusia dilihat dari aspek lemahnya pengetahuan, kurang
keterampilan, pengalaman, dan secara garis besar adalah kompetensi dan
motivasi dari sumber daya manusia yang tersedia.
2. Machine (Mesin, peralatan, infrastruktur) Segala masalah yang terkait
dengan aspek peralatan, mesin maupun physical tools lainnya. Misalnya :
kesediaan mesin yang dapat digunakan ataupun kemampuan sumber daya
manusia untuk menggunakannya.
3. Methods (Metode) Segala hal terkait dengan metode dan prosedur
melakukan suatu. Misalnya metode pengelolaan sampah yang dilakukan
di Dusun Dalem.
4. Materials (Material bahan baku utama). Berkaitan dengan ketersediaan
bahan baku utama atau bahan baku penolong yang terkait dengan akar
masalah, dengan melihat aspek kualitas bahan baku tidak sesuai standar,
bahan baku tidak lengkap, kuantitas bahan baku tidak seragam, ukuran
dan spesifikasi tidak standar, dan seterusnya.
5. Money (uang dan finansial) Berkaitan dengan aspek keuangan dan
finansial yang belum mendukung dan mantap, misalnya ketidaktersediaan
anggaran.
6. Market berkaitan dengan ada dan tidaknya pemanfaatan sampah diluar
desa yang secara tidak langsung mendukung masyarakat untuk
melakukan pengelolaan dengan baik.
7. Time Berkaitan dengan waktu yang digunakan untuk pelaksanaan suatu
pelayanan, misalnya lama memberikan suatu pelayanan pengobatan di
puskesmas.
8. Information Berkaitan dengan penyampaian informasi dan kemudahan
akses masyarakat terhadap informasi yang dibutuhkan.
9. Technology (Teknologi) berkaitan dengan aspek teknologi yang digunakan
oleh suatu perusahaan atau organisasi tersebut.

Pada kegiatan PKL ini, kelompok 13 menggunakan metode fishbone untuk


mengetahui apa saja yang menjadi penyebab masalah di Dusun Dalem, Desa
Kauman. Apabila akar penyebab masalah telah diketahui, maka masalah
12

kesehatan yang ada di Dusun Dalem Desa Kauman dapat dilakukan intervensi
yang aplikatif dan solutif.

2.1.3 PRECEDE PROCEED

Dikutip dari Fertman pada tahun 2010 bahwa pendekatan terkenal untuk
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam program pendidikan kesehatan
adalah model Precede-Proceed yang dikemukakan oleh Green & Kreuter pada
(6)
tahun 2005. Model ini melibatkan kita melalui seluruh proses pengembangan,
inervensi, pelaksanaan dan evaluasi promosi kesehatan yang terdiri dari 8 langkah
yang berbeda.

Model PRECEDE-PROCEED adalah kerangka kerja yang membantu


perencana program kesehatan, pembuat kebijakan dan evaluator untuk
menganalisis situasi dan desain program kesehatan yang efektif. (7) .

PRECEDE-PROCEED adalah suatu model evaluasi dan pengembangan


program berdasarkan pada keilmuan epidemiologi, sosial, ilmu perilaku dan
penerapan prinsip administratif, dan bidang pendidikan.

Model ini menyatakan bahwa intervensi dirancang untuk perilaku yang


terkait dengan kesehatan yang mempunyai dampak yang terbesar pada kualitas
hidup populasi. Faktor predispocing, reinforcing, dan enabling menentukan benar
atau tidaknya perorangan akan mengadopsi perilaku yang sehat.

1. Predisposing meliputi sikap, kepercayaan, dan pengetahuan yang memotivasi


orang untuk bertindak.
2. Reinforcing adalah pesan eksternal yang mempengaruhi perubahan perilaku.
Pesan ini boleh datang dari panutan, peran orang dewasa sebagai model,
atau media.
3. Enabling adalah sumber daya, seperti penempatan dari suatu klinik yang
dekat di daerah itu, tersedia untuk memudahkan perubahan perilaku.

Dalam model ini, evaluasi adalah suatu komponen yang penting di sepanjang
proses pengembangan program. Kebutuhan akan kebijakan yang sesuai,
peraturan, dan sistem juga ditekankan. Berikut ini kepanjangan dari model
PRECEDE-PROCEED, yaitu:
13

PRECEDE = P - Predisposing, R - Reinforcing and, E – Enabling, C -


Constructsin, E – Educational atau Environmental, D - Diagnosis and, E –
Evaluation

PROCEED = P - Policy, R - Regulatory, and O – Organizational, C -


Constructs in, E - Educational and, E – Environmental, D – Development.

Gambar 2.2 Model Analisis PRECEDE – PROCEED

Sumber : Notoadmodjo, 2005

1. Diagnosis Sosial
Diagnosis masalah sosial adalah proses penentuan persepsi masyarakat
terhadap kebutuhannya atau terhadap kualitas hidupnya dan aspirasi
masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidupnya melalui partisipasi dan
penerapan berbagai informasi yang didesain sebelumnya.
Untuk mengetahui masalah sosial digunakan indikator sosial. Penilaian
dapat dilakukan atas dasar data sensus ataupun vital statistik yang ada
maupun dengan pengumpulan data secara langsung dari masyarakat. Bila
pengumpulan datanya dapat dilakukan dengan cara: wawancara dengan
14

informan kunci, forum yang ada di masyarakat, Focus Group Discussion


(FGD) dan survei.
2. Diagnosis Epidemiologi
Diagnosis epidemiologi adalah upaya untuk menegakan atau mengetahui
hubungan antara komponen epidemiologi (host, agent, environment) dan
peranannya terhadap masalah kesehatan yang dialami oleh masyarakat.
Pada fase ini dicari faktor kesehatan yang mempengaruhi kualitas hidup
seseorang atau masyarakat. Untuk itu masalah kesehatan harus digambarkan
secara rinci berdasarkan data yang ada, baik yang berasal dari data lokal,
regional, maupun naasional. Pada fase ini harus di identifikasi siapa atau
kelompok mana yang terkena masalah kesehatan (umur, jenis kelamin, lokasi,
suku dan lain-lain), bagaimana pengaruh atau akibat dari masalah kesehatan
tersebut (mortalitas, morbiditas, disability, tanda dan gejala yang ditimbulkan)
dan bagaimana cara untuk menanggulangi masalah tersebut (imunisasi,
perawatan/pengobatan, perubahan lingkungan maupun perubahan perilaku).
3. Diagnosis Perilaku dan Lingkungan
Diagnosis perilaku adalah proses identifikasi yang dilakukan secara
sistematis terhadap perilaku masyarakat yang berpengaruh terhadap
permasalahan kesehatan (yang telah diidentifikasi pada diagnosis sosial atau
epidemiologi). Tugas utama dalam diagnosis perilaku adalah menegakkan
hubungan kausal antara perilaku dan kesehatan. Diagnosis lingkungan adalah
proses analisis faktor dalam lingkungan sosial dan fisik, yang dapat dikaitkan
dengan perilaku yang diidentifikasi dalam diagnosis perilaku.
Diagnosis lingkungan adalah analisa paralel dari faktor lingkungan sosial
dan fisik lainnya dari aksi-aksi tertentu yang dapat dikaitkan dengan perilaku.
Pada fase ini selain diidentifikasi masalah perilaku yang mempengaruhi
masalah kesehatan juga sekaligus diidentifikasi masalah lingkungan (fisik dan
sosial) yang mempengaruhi perilaku dan status kesehatan ataupun kualitas
hidup seseorang atau masyarakat, seorang perencana harus dapat
membedakan antara masalah perilaku yang dapat dikontrol secara individual
maupun yang harus dikontrol melalui institusi.
Faktor lingkungan di luar kendali individu dimodifikasi untuk mempengaruhi
hasil kesehatan. Langkah-langkah diagnosis dan perilaku lingkungan :
15

a. Memisahkan faktor perilaku dan non perilaku penyebab masalah


kesehatan.
b. Mengidentifikasi perilaku yang dapat mencegah timbulnya masalah
kesehatan, perawatan, dan pengobatan. Faktor lingkungan:
mengeliminasi faktor yang tidak dapat dirubah seperti genetik dan
demografi.
c. Urutkan faktor perilaku dan lingkungan berdasarkan besarnya
pengaruh terhadap masalah kesehatan.
d. Urutkan faktor perilaku dan lingkungan yang berdasarkan
kemungkinan untuk dirubah.
e. Tetapkan perilaku dan lingkungan yang menjadi sasaran program.
f. Tetapkan tujuan perubahan perilaku dan lingkungan yang ingin
dicapai.
4. Diagnosis Pendidikan dan Organisasi
Merupakan fase mengidentifikasikan faktor predisposing, enabling, dan
reinforcing yang berperan sebagai pendukung atau penghalang untuk
perubahan faktor behaviour dan environmental yang telah diidentifikasi dari
fase sebelumnya. Identifikasi diagnosis pendidikan dan organisasional
dilakukan berdasarkan determinan perilaku yang mempengaruhi status
kesehatan seseorang atau masyarakat, yaitu :
a. Faktor predisposing: pengetahuan, sikap, persepsi, kepercayaan,
norma, nilai.
b. Faktor enabling: faktor lingkungan yang memfasilitasi perilaku
seseorang.
c. Faktor reinforcing (pendorong): dukungan dari keluarga, guru dan
rekan.
Pada fase ini setelah diidentifikasi faktor pendidikan dan organisasional,
maka langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai berdasarkan faktor predisposisi yang telah diidentifikasi. Selain
itu, berdasarkan faktor pemungkin dan penguat yang telah diidentifikasi
ditetapkan tujuan organisasional yang akan dicapai melalui upaya
pengembangan organisasi dan sumber daya.
5. Diagnosis Administrasi Kebijakan
16

Diagnosis administrasi dan kebijakan adalah sebuah analisis kebijakan,


faktor sumber daya, dan kondisi yang berlaku dalam situasi organisasi yang
dapat memfasilitasi atau menghambat perkembangan program promosi
kesehatan yang dilakukan.
Terdapat tiga penilaian dalam diagnosis administratif:
a. Sumber daya yang dibutuhkan
b. Sumber daya yang ada di organisasi dan masyarakat
c. Hambatan pelaksanaan program
Penilaian dalam diagnosis kebijakan adalah menganalisi dukungan dan
hambatan politis, peraturan dan organisasional yang memfasilitasi program,
pengembangan lingkungan yang dapat mendukung kegiatan masyarakat.
Langkah selanjutnya dari perencanaan dengan Precede ke implementasi dan
evaluasi adalah dengan proceed. Precede digunakan untuk meyakinkan
bahwa program akan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan individu dan
masyarakat sasaran. Proceed untuk meyakinkan bahwa program akan
tersedia, dapat dijangkau, dapat diterima, dan dapat dipertanggung jawabkan.
a. Implementasi
Metode dan strategi yang dipilih untuk intervensi.
b. Evaluasi proses
Digunakan untuk mengevaluasi proses dimana program ini dilaksanakan.
Artinya, fase ini menentukan apakah program yang sedang dilaksanakan
sesuai dengan protokol.
c. Evaluasi dampak
Mengukur efektivitas program berkaitan dengan tujuan perubahan
perilaku dengan faktor-faktor predisposisi, faktor memungkinkan, dan
faktor memperkuat.
d. Evaluasi hasil
Langkah-langkah perubahan dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup
dan derajat kesehatan. Evaluasi ini dilakukan untuk menentukan efek
(7)
program itu dalam kesehatan dan kualitas hidup masyarakat.

Pada kegiatan PKL kelompok 13 menggunakan teori PRECEDE –


PROCEED untuk mengetahui masalah sosial, masalah kesehatan di Dusun
Dalem, Desa Kauman. Perilaku dan lingkungan yang melatarbelakangi terjadinya
17

masalah kesehatan di Duaun Dalem, Desa Kauman sehingga dapat dilakukan


upaya untuk memperbaiki masalah kesehatan tersebut. Melalui teori PRECED –
PROCEED ini dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi dilakukannya
intervensi terhadap masalah kesehatan yang ditemui.

2.1.4 Teori Perubahan AIETA


Terdapat lima tahap untuk mengadakan suatu perubahan dengan
menekankan pada latar belakang individu yang terlibat dalam perubahan dan
lingkungan. Kelima tahap itu yaitu: kesadaran, keinginan, evaluasi, mencoba, dan
penerimaan atau dikenal juga sebagai AIETA (Awareness, Interest, Evaluation,
Trial and Adoption).

1. Tahap Awareness
Tahap ini merupakan tahap awal yang mempunyai arti bahwa dalam
mengadakan perubahan di perlukan adanya kesadaran untuk berubah apabila
tidak ada kesadaran untuk berubah. Maka tidak mungkin tercipta suatu
perubahan.
2. Tahap Interest
Tahap yang kedua dalam mengadakan perubahan harus timbul perasaan
minat terhadap perubahan yang dikenal. Timbul minat yang mendorong dan
menguatkan kesadaran untuk berubah.
3. Tahap Evaluasi
Pada tahap ini terjadi penilaian terhadap suatu yang baru agar tidak terjadi
hambatan yang akan ditemukan selama mengadakan perubahan. Evaluasi ini
dapat memudahkan tujuan dan langkah dalam melakukan perubahan.
4. Tahap Trial
Tahap ini merupakan tahap uji coba terhadap suatu yang baru atau hasil
perubahan dengan harapan suatu yang baru dapat diketahui hasilnya sesuai
dengan kondisi atau situasi yang ada dan memudahkan untuk diterima oleh
lingkungan.
5. Tahap Adoption
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari perubahan yaitu proses penerimaan
terhadap suatu yang baru setelah dilakukan uji coba dan merasakan adanya
manfaat dari suatu yang baru sehingga selalu mempertahankan hasil
perubahan.
18

Proses penerimaan terhadap perubahan lebih kompleks terutama pada


setiap individu yang terlibat dalam proses perubahan dapat menerima atau
menolaknya. (8) Meskipun perubahan dapat diterima,mungkin saja suatu saat akan
ditolak setelah perubahan tersebut dirasakan sebagai hal yang menghambat
keberadaannya.

Perubahan yang efektif tergantung individu yang terlibat, tertarik, dan


berupaya selalu untuk berkembang dan maju serta mempunyai suatu komitmen
untuk bekerja dan melaksanakannya.

Dalam proses perubahan akan menghasilkan penerapan diri konsep atau


ide terbaru, proses perubahan memiliki tiga sifat diantaranya perubahan bersifat
berkembang , spontan dan di rencanakan.

1. Perubahan bersifat berkembang


Sifat perubahan ini mengikuti dari proses perkembangan yang baik pada
individu, kelompok atau masysrakat secara umum , proses perkembangan ini
dimulai dari keadaan atau yang paling besar menuju keadaan yang optimal
atau matang ,sebagai mana dalam perkembangan manusia sebagai mahluk
individu yang memiliki sifat yang selalu berubah dalam tingkat
perkembangannya.
2. Perubahan bersifat spontan
Sifat perubahan ini dapat terjadi karena keadaan yang dapat memberikan
respon tersendiri terhadap berbagai kejadian yang bersifat alamiah yang
diluar kehendak manusia yang tidak diramalkan atau diprediksi hingga sulit
untuk di antisipasi seperti perubahan keadaan alam, tanah longsor banjir dll.
Semuanya akan menimbulkan terjadi perubahan baik dalam diri, kelompok
atau masyarakat bahkan pada sistem yang mengaturnya.
3. Perubahan bersifat direncanakan
Perubahan bersifat direncanakan ini dilakukan bagi individu, kelompok atau
masyarakat yang ingin mengadakan perubahan yang kearah yang lebih maju
atau mencapai tingkat perkembangan yang lebih baik dari keadaan yang
sebelumnya, sebagaimana perubahan dalam sistem pendidikan keperawatan
di Indonesia yang selalu mengadakan perubahan sejalan dengan
19

perkembangan ilmu kedokteran dan sistem pelayanan kesehatan pada


umumnya.

Pada kegiatan PKL kelompok 13 menggunakan Teori AIETA untuk


mengetahui bagaimana cara merubah perilaku seorang individu. Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya, bahwa setiap individu tidak dapat langsung merubah
perilakunya, membutuhkan beberapa tahap untuk dapat merubah perilaku
seseorang. Tahap Awareness, Interest, Evaluation, Trial and Adoption dapat
diterapkan pada wilayah sasaran kelompok 13 sehingga perubahan perilaku
warga Dusun Dalem Desa Kauman mengarah ke perilaku yang dapat menurunkan
masalah kesehatan.

2.2 Teknik Sampling

2.2.1 Populasi

Populasi adalah totalitas semua individu atau data yang diperoleh dari hasil
menghitung maupun hasil pengukuran, baik kualitatif maupun kuantitatif, dari
(9)
karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas.
Populasi merupakan obyek dari mana sampel diambil yang dimaksud dengan
populasi bukan hanya orang atau makhluk hidup, akan tetapi juga benda- benda
alam yang lainnya. Populasi juga bukan hanya sekedar jumlah yang ada pada
obyek atau subyek yang dipelajari, akan tetapi meliputi semua karakteristik, sifat-
sifat yang dimiliki oleh obyek atau subyek tersebut. Bahkan satu orangpun bisa
digunakan sebagai populasi, karena satu orang tersebut memiliki berbagai
karakteristik, misalnya seperti gaya bicara, disiplin, pribadi, hobi, dan lain
sebagainya.

Populasi dari pengumpulan data yang dilakukan oleh kelompok 13 adalah


340 kepala keluarga yang berada pada Dusun Dalem, Desa Kauman data ini
bersumber dari data profil Desa Kauman Tahun 2016.

2.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang
(10)
diteliti). Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diambil sebagai
sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Sampel juga dapat didefinisikan
sebagian dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dapat dikatakan sampel
20

(11)
adalah himpunan dari anggota populasi. Untuk mengetahui ukuran sampel,
maka digunakan rumus Slovin sebgai berikut.

Keterangan :

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi
e = kelonggaran atau ketidaktelitian karena kesalahan
1. Ukuran Sampel (Sample Size) Sering timbul pertanyaan, berapa besarnya
sampel (sample size) yang harus diambil untuk mendapatkan data yang
representatif. Beberapa peneliti menyatakan bahwa besarnya sampel tidak
boleh kurang dari 10 persen dan ada pula peneliti lain menyatakan bahwa
besarnya sampel minimum 5 persen dari jumlah satuan-satuan elementer dari
populasi.
Mengenai ukuran sampel atau besarnya sampel yang harus diselidiki
dalam suatu penelitian tergantung pada:
a. Keragaman karakteristik populasi
Makin seragam populasi itu, makin kecil sampel yang dapat di ambil.
Apabila populasi itu seragam sempurna (completely homogeneous), maka
satu satuan elementer saja dari seluruh populasi itu sudah cukup representatif
untuk diteliti. Sebaliknya apabila populasi itu amat tidak seragam (completely
heterogeneous),maka hanya pencacahan lengkaplah yang dapat
memberikan gambaran yang representatif.
b. Tingkat presisi yang dikehendaki
Makin tinggi tingkat presisi yang dikehendaki, makin besar sampel yang
harus diambil. Jadi sampel yang besar cenderung memberikan penduga yang
lebih mendekati nilai yang sesungguhnya (true value). Pada sensus lengkap,
presisi ini menjadi mutlak karena nilai taksiran sama dengan nilai parameter.
Dengan kata lain dapat pula dikatakan bahwa antara besarnya sampel yang
diambil dengan besarnya kesalahan (error) terdapat hubungan yang negatif.
Makin besar sampel yang di ambil, makin kecil pula kesalahan (penyimpangan
terhadap nilai populasi ) yang di dapat.
c. Rencana analisis
Adakalanya besarnya sampel sudah mencukupi sesuai dengan presisi yang
dikehendaki, tetapi kalau dikaitkan dengan kebutuhan analisis, maka jumlah
21

sampel tersebut kurang mencukupi. Misalnya kita ingin menghubungkan


tingkat pendidikan responden dengan persepsi masyarakat dalam
pemanfaatan air bersih. Kalau kita membagi tingkat pendidikan responden
secara terperinci, misalnya: belum sekolah, belum tamat SD, tamat SD, belum
tamat SMP, tamat SMP, dan seterusnya, mungkin tidak cukup untuk
mengambil 100 responden karena akan terdapat banyak sel-sel dari matrik
yang kosong.
Walaupun besarnya sampel harus diambil dalam suatu penelitian
didasarkan atas keempat pertimbangan di atas, tetapi agar dapat menghemat
waktu, biaya dan tenaga, seorang peneliti harus dapat memperkirakan
besarnya sampel yang diambil sehingga presisinya dianggap cukup untuk
menjamin tingkat kebenaran hasil penelitian. Jadi peneliti sendirilah yang
menentukan tingkat presisi yang dikehendaki, yang selanjutnya berdasarkan
presisi tersebut dapat menentukan besarnya sampel.
Sampel dari pengumpulan data kualitatif dilakukan oleh kelompok 13
diambil dari para tokoh masyarakat, perangkat, serta tenaga kesehatan Dusun
Dalem, Desa Kauman, Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro.
Sementara, pengambilan data kuantitatif adalah 78 kepala keluarga yang
berada di Dusun Dalem, Desa Kauman. Sampel yang telah ditentukan
berdasarkan perhitungan sampling dengan mempertimbangkan kondisi dan
situasi warga Dusun Dalem sendiri.

2.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah utama dalam sebuah


penelitian, memenuhi tujuan dari peneliti untuk mendapatkan data yang valid dan
sesuai dengan tujuan penelitua. Metode yang digunakan oleh kelompok 13 adalah
metode pengumpulan kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data kuantitatif
dilakukan dengan menyebarkan kuisioner kepada semua sasaran yang dihitung
dengan teknik sampling kepada warga Dusun Dalem, Desa Kauman. Sedangkan,
metode pengumpulan data kualitatif dilakukan menggunakan metode Indepth
interview (wawancara mendalam), Focus Group Discussion (FGD), dan Metaplan
untuk saling menguatkan kondisi masyarakat dengan pendapat dari tokoh
masyarakat itu sendiri, serta observasi lapangan untuk melihat kondisi lapangan
dengan pendapat yang telah diberikan narasumber.
22

2.3.1 Data Primer

Data primer merupakan informasi yang dikumpulkan terutama untuk tujuan


kegiatan yang sedang dilakukan. Penilaian dilakukan dengan pengumpulan data
secara langsung dari masyarakat. Apabila data langsung dikumpulkan dari
masyarakat, maka pengumpulan data dapat dilakukan dengan beberapa cara,
antara lain:

a. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
melakukan pengamatan. Data yang dihasilkan adalah data kualitatif.
Observasi yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai
tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara
langsung.

Cara atau metode ini juga dapat dilakukan dengan menggunakan teknik
dan alat khusus, seperti blangko-blangko, check list, atau daftar isian, baik
yang tersusun dan di dalamnya telah tercantum berbagai aspek atau gejala
yang perlu diperhatikan pada waktu pengamatan (structured or controlled
observation), maupun yang belum diketahui sebelumnya yang sebenarnya
harus dicatat dalam pengamatan, serta berbagai aspek atau peristiwa tidak
terduga sebelumnya (unstructure or informal observation).
b. Survei
Survei adalah pemeriksaan atau penelitian secara komprehensif. Survei
yang dilakukan dalam sebuah penelitian biasanya dilakukan dengan
menyebarkan kuesioner atau wawancara, dengan tujuan untuk mengetahui
siapa mereka, apa yang mereka pikir, rasakan, atau kecenderungan suatu
tindakan. Survei dilakukan dalam penelitian kuantitatif maupun kualitatif.
Dalam penelitian kuantitatif, survei lebih merupakan pertanyaan tertutup.
Sementara dalam penelitian kualitatif, survei berupa wawancara mendalam
dengan pertanyaan terbuka.
Survei merupakan salah satu metode mengumpulkan informasi dengan
memberikan pertanyaan kepada responden untuk mengetahui sikap,
persepsi, dan pendapat responden terhadap suatu masalah. Survei bertujuan
23

untuk meliput banyak orang, sehingga hasil survei dapat mewakili populasi
atau generalisasi. Oleh sebab itu, survei biasanya selalu melibatkan banyak
responden. Bisa ratusan, atau bahkan ribuan, tergantung tujuan dan batasan
riset. Survei biasanya meliputi:
1. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan secara lisan. Biasanya dilakukan jika ingin
mengetahui beberapa hal yang lebih mendalam dari responden. Data
yang dihasilkan adalah data kualitatif.
Wawancara merupakan alat untuk mengklarifikasi atau pembuktian
terhadap suatu informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya,
dan juga merupakan teknik komunikasi langsung antara peneliti dan
responden.
2. Kuesioner
Metode kuesioner, atau dalam Bahasa Inggris disebut questionnaire
(daftar pertanyaan) merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang
disusun secara sistematis, kemudian diberikan kepada responden untuk
diisi. Setelah diisi, daftar pertanyaan dikembalikan kepada petugas atau
(12)
peneliti. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawab. Data yang dihasilkan bisa berupa data
kuantitatif maupun kualitatif.
Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada
responden. Jawaban responden atas semua pertanyaan dalam kuesioner
kemudian dicatat atau direkam. Kuesioner merupakan metode
pengumpulan data yang efisien apabila peneliti ingin mengetahui secara
pasti data atau informasi yang dibutuhkan dan cara pengukuran variabel
yang menyatakan informasi yang dibutuhkan tersebut.
3. Indepth interview
Wawancara mendalam (indepth interview) merupakan metode
pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif.
Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang
24

diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)


wawancara. Pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial
yang relatif lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam
adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan.
Metode wawancara mendalam (indepth interview) adalah sama
seperti metode wawancara lainnya. Hanya peran pewawancara, tujuan
wawancara, peran informan, dan cara melakukan wawancara yang
berbeda dengan wawancara pada umumnya. Wawancara mendalam
dilakukukan berkali-kali dan membutuhkan waktu yang lama bersama
informan di lokasi penelitian.
Metode wawancara mendalam berisi penggalian suatu topik atau
bahasan yang telah ditentukan (berdasarkan tujuan dan maksud
diadakan wawancara tersebut) secara mendalam dengan menggunakan
pertanyaan terbuka. Penggalian yang dilakukan untuk mengetahui
pendapat mereka berdasarkan sudut pandang responden dalam
memandang sebuah permasalahan.
2.3.2 Data sekunder
Data sekunder merupakan informasi yang dikumpulkan bukan untuk
kepentingan studi yang sedang dilakukan saat ini, tetapi untuk beberapa tujuan
lain. Data sekunder diperoleh dengan cara mengumpulkan data yang ada di
kecamatan, kelurahan, dan dusun mengenai potensi wilayah, data riwayat
penyakit, serta kelahiran dan kematian yang terjadi.
Pengambilan data sekunder dilakukan dengan cara wawancara dan studi
literatur. Wawancara dilakukan dengan narasumber Kepala Desa, Perangkat
Desa, Bidan Polindes, Perawat Polindes, dan Kader Kesehatan. Studi literatur
yang dilakukan adalah mengambil catatan dari buku laporan tahunan Polindes,
data monografi desa, data profil desa, dan data register Polindes.
2.4 Metode Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh selanjutnya diolah menggunakan metode


pengolahan tertentu, yaitu:

a. Data editing dan coding


Meneliti lengkap atau tidaknya kuesioner yang telah dijawab oleh
responden meliputi kejelasan makna jawaban, kesesuaian antara jawaban
25

yang satu dengan yang lain, serta relevansi jawaban dan keseragaman
satuan data.
b. Analisis data
Menggunakan tabulasi silang untuk memahami data, kemudian ditarik
kesimpulan.
2.5 Metode Penentuan Prioritas Masalah
Kegiatan survei yang dilakukan menunjukkan adanya masalah kesehatan
dalam suatu masyarakat. Namun, untuk mendapatkan apa yang sebenarnya
dipikirkan dan diinginkan oleh masyarakat secara mendalam, perlu adanya teknik
khusus untuk menggali opini masyarakat dalam memprioritaskan masalah yang
ada.
2.5.1 USG

Metode USG merupakan salah satu cara menetapkan urutan prioritas


masalah dengan metode teknik skoring. Urgency, Seriousness, and Growth (USG)
adalah salah satu alat untuk menyusun urutan prioritas isu yang harus
diselesaikan. Proses untuk metode USG dilaksanakan dengan memperhatikan
urgensi dari masalah, keseriusan masalah yang dihadapi, serta kemungkinan
berkembangnya masalah tersebut semakin besar. Caranya dengan menentukan
tingkat urgensi, keseriusan, dan perkembangan isu dengan menentukan skala
nilai 1-5 atau 1-10. Isu yang memiliki total skor tertinggi merupakan isu prioritas.

Kepner dan Tragoe (1981) menyatakan pentingnya suatu masalah


dibandingkan masalah lainnya dapat dilihat dari tiga aspek berikut:

a. Bagaimana gawatnya masalah dilihat dari pengaruhnya sekarang ini terhadap


produktivitas, orang, dan/atau sumber dana dan daya
b. Bagaimana mendesaknya dilihat dari waktu yang tersedia
c. Bagaimana perkiraan terbaik mengenai kemungkinan berkembangnya
masalah (13)
Pada penggunaan matriks USG, untuk menentukan suatu masalah yang
prioritas, terdapat tiga faktor yang perlu dipertimbangkan. Ketiga faktor tersebut
adalah urgency, seriousness, dan growth.

a. Urgency
26

Berkaitan dengan mendesaknya waktu yang diperlukan untuk


menyelesaikan masalah tersebut. Semakin mendesak suatu masalah untuk
diselesaikan, maka semakin tinggi urgensi masalah tersebut.

b. Seriousness
Berkaitan dengan dampak dari adanya masalah tersebut terhadap
organisasi. Dampak ini terutama yang menimbulkan kerugian bagi
organisasi seperti dampaknya terhadap produktivitas, keselamatan jiwa
manusia, sumber daya atau sumber dana. Semakin tinggi dampak masalah
tersebut terhadap organisasi, maka semakin serius masalah tersebut.

c. Growth
Berkaitan dengan pertumbuhan masalah. Semakin cepat berkembang
masalah tersebut, maka semakin tinggi tingkat pertumbuhannya. Suatu
masalah yang cepat berkembang tentunya makin prioritas untuk diatasi.
Untuk mengurangi tingkat subyektivitas dalam menentukan masalah
prioritas, maka perlu menetapkan kriteria untuk masing-masing unsur USG
tersebut. Umumnya digunakan skor dengan skala tertentu. Misalnya
penggunaan skor skala 1-5. Semakin tinggi tingkat urgensi, serius, atau
pertumbuhan masalah tersebut, maka semakin tinggi skor untuk masing-
masing unsur tersebut.

2.5.2 FGD (Focus Group Discussion)

FGD (Focus Group Discusiion) merupakan metode pengumpulan data


dengan pendekatan cepat, semi struktural, dimana sekelompok orang
dikumpulkan dengan tujuan tertentu untuk mendiskusikan isu sesuai dengan daftar
pertanyaan atau tema yang ditentukan oleh peniliti. FGD adalah suatu metode riset
yang didefinisikan sebagai suatu proses pengumpulan informasi mengenai suatu
(14)
permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok

Metode FGD termasuk metode kualitatif. Seperti metode kualitatif lainnya,


FGD berupaya menjawab berbagai jenis pertanyaan how and why, bukan jenis
pertanyaan what and how many yang khas untuk metode kuantitatif. FGD dan
metode kualitatif lainnya sebenarnya lebih sesuai dibandingkan metode kuantitatif
untuk suatu studi yang bertujuan to generate theories and explanations. (15) Peserta
atau responden yang dipilih adalah mereka yang secara langsung berinteraksi
27

dengan isu yang akan diangkat dalam diskusi. Diskusi akan dipandu oleh
moderator. FGD dilakukan untuk mendukung hasil survei dengan tujuan
memahami isu lebih mendalam dan sesuai dengan keinginan dan kondisi
partisipan.

Beberapa teknik dapat dilakukan pada waktu melaksanakan FGD menurut


Escalada dan Heong (2009), yakni:

a. Menentukan tujuan dan daftar informasi yang akan digali dari FGD
b. Memperluas topik dengan daftar pertanyaan atau tema sesuai dengan tujuan
c. Memulai FGD dengan penyampaian maksud dan tujuan serta tata cara
melakukan FGD kepada seluruh peserta
d. Melakukan penyampaian pertanyaan selama pelaksanaan FGD sesuai dengan
rancangan yang telah dibuat dan melakukan probing apabila dibutuhkan
e. Melakukan pencatatan hasil FGD atau merekam dengan tape recorder apabila
diperlukan
Pelaksanaan FGD oleh kelompok 13 dilakukan dengan tujuan untuk
menemukan akar penyebab masalah dimana melibatkan masyarakat yang
merupakan bagian dari sampel. Perwakilan masyarakat ini dipilih secara acak
yaitu perwakilan dari RT 01 – RT 06 Dusun Dalem sebanyak dua orang setiap RT.
Penemuan akar penyebab masalah dilakukan dengan melibatkan masyarakat
bertujuan agar penyebab yang ditemukan sesuai dengan keadaan riil dan pada
saat intervensi tidak menyimpang dari presepsi masyarakat terkait akar penyebab
masalah.
2.5.3 Metode MEER
MEER merupakan singkatan dari “Metodologi,Efektifitas,Efisiensi,dan
Relevansi” Meer sering di gunakan dalam sebuah penelitian meer merupakan
metode dalam menentukan Analisis Prioritas solusi sebuah masalah. Dalam
sebuah penelitian MEER dibutuhkan untuk memecahkan masalah, mencari solusi,
dan mengetahui seberapa jauh keberhasilan strategi tersebut dalam mencapai
tujuan. Pembobotan dengan analisis ini adalah berdasarkan kriteria sebagai
berikut:
1. Metodologi : cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara
saksama untuk mencapai suatu tujuan.secara garis besar metodologi adalah
suatu cabang ilmu pengetahuan yang membicarakan/mempersoalkan
28

mengenai cara-cara melaksanakan penelitian.secara ilmiah dapat di artikan


bahwa metodologi adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk
melaksanakan pengamatan dengan pemikirian yang tepat dan jelas melalui
tahap-tahapan yang di susun secara ilmiah untuk
manganalisis,mencari,menyusun,serta menyimpulkan data-data yang sudah di
teliti.
2. Efektivitas : kata efektivitas mempunyai arti melakukan sesuatu yang benar
dengan baik. Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan
ataupun sasaran seperti yang telah ditentukan. Efektivitas harus berkaitan
dengan masalah sasaran maupun tujuan.menurut Steers (1985-87). Efektivitas
adalah jangkauan usaha suatu program sebagai sebuah sistem dengan sumber
daya dan sarana tertentu untuk memenuhi tujuan dan sasarannya tanpa
melumpuhkan cara dan sumber daya itu serta tanpa memberi tekanan yang
tidak wajar terhadap pelaksanaanya.
3. Efisien: Memiliki pengertian melakukan sesuatu yang dilakukan dengan benar.
Ukuran tingkat penggunaan sumber daya dalam suatu proses. Semakin sedikit
penggunaan sumber daya maka prosesnya dikatakan semakin efisien. Proses
yang efisien ditandai dengan perbaikan proses, sehingga lebih murah dan lebih
cepat.
4. Relevansi: memiliki arti kecocokan keterkaitan/kesesuaian strategi tersebut
dengan kegiatan organisasi (sektor kesehatan)
Berikut adalah teknik scoring yang mana masing-masing ukuran atau
kriteria diberi nilai berdasarkan justifikasi kita, bila alternatif solusi tersebut realistis
diberi nilai 5 paling tinggi dan bila sangat kecil diberi nilai 1. Kemudian nilai-nilai
tersebut dijumlahkan. Alternatif solusi yang memperoleh nilai tertinggi (terbesar)
adalah yang diprioritaskan, alternatif solusi yang memperoleh nilai terbesar kedua
memperoleh prioritas kedua, dan seterusnya.
Kelompok 13 menggunakan metode MEER untuk mencari solusi yang
akan digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan di Desa Kauman, khususnya
Dusun Dalem. Kami memilih metode MEER karena langkah-langkah penentuan
prioritas solusi mudah untuk dimengerti dan sudah cukup mampu menganalisis
prioritas solusi apa yang akan dipilih dalam kondisi prioritas masalah yang ada.
2.5.4 Metaplan
29

Meta-plan adalah kegiatan diskusi untuk menggali ide atau pendapat


masyarakat tentang suatu masalah secara individu dan membangun komitmen
pendapat atas hasil individu sebagai keputusan kelompok secara bertahap (Yukl,
G. And C.M. Falbe 1991). Terdapat satu orang fasilitator ( fasilitasi jalannya FGD),
satu orang co fasilitator, dua orang notulis ( data sekunder dan menyusun
laporan), satu orang dokumentasi , dan bertanggung jawab keseluruhan materi
untuk walking seminar.

Teknik Metaplan dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Setiap orang dalam kelompok menulis ide.


b. Ide yang keluar dari otak merupakan suatu pemikiran, ditulis satu ide satu
kartu kertas yang berbentuk segi empat.
c. Dalam diskusi terjadi curah pendapat (brain storming) adalah penting dimana
setiap ide bebas disampaikan tanpa diadili kebenaran atau kesalahan.
d. Kemudian semua kartu dikumpulkan dan ditempel pada papan tulis yang
dialasi oleh kertas coklat.
e. Saat itu ide mulai diproses. Kartu disusun sesuai kategori dan hasilnya
menunjukkan temuan baru yang tidak disadari oleh satu orang. (Yukl, G. And
C.M. Falbe 1991).

Perbandingan keunggulan metaplan dibanding dengan fokus grup diskusi


(FGD) adalah : fasilitator dalam FGD harus mampu mendengarkan suara kecil
atau yang pelan yang biasanya disuarakan oleh seorang yang merasa ragu atau
direndahkan kedudukan atau kemampuannya dibanding peserta lain. Sedangkan
metaplan semua pendapat dapat ditangkap oleh fasilitator melalui media tulis
tanpa memberikan identitats penulis.

2.6 Konsep Kesehatan Masyarakat


2.6.1 Konsep Sehat sakit Menurut WHO
Sehat dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara
fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
Sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat meningkatkan konsep sehat
yang positif:
a. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.
b. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.
30

c. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.


Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal
karena ada faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama
faktor sosial budaya. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan
dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan
lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun sosio budaya. Kesehatan
adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan
resultante dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah,dan juga
masalah yang di timbulkan oleh manusia itu sendiri antara lain adalah
social,budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya. Derajat
kesehatan masyarakat merupakan resultante dari 4 faktor, yaitu:
a. Environment atau Lingkungan
b. Behavior
c. Heredity atau keturunan yang di pemgaruhi populasi
d. Health Care Service program kesehatan yang bersifat promotif,
preventif,dan kuratif dan juga Rehabilitatif
Seseorang di katakan sakit jika ia menderita penyakit menahun (kronis),
atau gangguan Kesehatan lainnya yang mengakibatkan aktifitas/kerja nya
terganggu. Kesehatan fisik terwujud jika seseorang merasa dan mengeluh sakit
atau tidak adanya keuhan padda tubuh, seseorang dapat di katakana sehat
apabila seseorang terlihat sehat secara fisik, mental, sosial, emosional,dan
spiritual dan lain sebagainya.
Paradigma sehat adalah cara pandang atau pola pikir pembangunan
kesehatan yang bersifat holistik, proaktif antisipatif, dengan melihat masalah
kesehatan sebagai masalah yang dipengaruhi oleh banyak faktor secara dinamis
dan lintas sektoral, dalam suatu wilayah yang berorientasi kepada peningkatan
pemeliharaan dan perlindungan terhadap penduduk agar tetap sehat, dan bukan
hanya penyembuhan penduduk yang sakit. Pada intinya paradigma sehat
memberikan perhatian tehadap kebijakan yang bersifat pencegahan dan promosi
kesehatan dan memberikan dukungan dan alokasi sumber daya untuk menjaga
yang sehat tetap sehat dan memantau yang sakit dan merubah pola hidup mereka.
31

Kelompok 13 ingin mengetahui konsep sehat sakit di dusun Dalem, desa


Kauman, oleh karena itu kami mengambil data Demografi, KIA, Gizi, Kesehatan
Lingkungan serta Epidemiologi di dusun Dalem.
2.6.2 Kependudukan
a. Demografi
Demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan
manusia demografi meliputi ukuran, struktur, dan distribusi penduduk setiap saat
akan berubah-ubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta
penuaan. Analisis kepedudukan dapat merujuk masyarakat secara keseluruhan
atau kelompok tertentu yang didasarkan kriteria seperti pendidikan,
kewarganegaraan.
b. Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Budaya
Kemampuan masyarakat menerima informasi kesehatan, dan bagaimana
cara masyarakat menyesuaikan diri dan bagaimana kita dapat memahami budaya
suatu tempat kondisi sosial ekonomi meliputi jenis pekerjaan, jumlah anggota
keluarga, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, tingkat pengeluaraan ,dan
hubungan responden dengan lingkungan sekitar dan lain-lain. Struktur organisasi
masyarakat di suatu wilayah yang meliputi RT, RW, Kelurahan, kecamatan, serta
organisasi lainnya.
Kondisi sosisal, ekonomi dan budaya di masyarakat payaman juga kami
pelajari dan kami kaitkan dengan kondisi kesehatan mereka untuk kami tarik garis
yang saling berhubungan dengan dikuatkan dari berbagai data sekunder yang
telah kami ambil.
2.6.3 Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu perhatian dari World Health
Organisation (WHO) karena angka kematian ibu dan anak merupakan bagian dari
negara Asean yang mempunyai angka kematian Ibu dan Anak yang masih tinggi
dibandingkan dengan negara lain. Kesehatan ibu dan anak merupakan prioritas
utama di dalam bidang kesehatan dalam ruang lingkup Kementrian Kesehatan dan
di harapkan mencapai keberhasilan dalam mencapai tujuan,dan menjadi salah
satu indikator utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional(RPJPN) 2005-2025.
Upaya Kesehatan ibu dan anak adalah upaya di bidang kesehatan
menyangkut dengan perawatan ibu dan anak dan juga menyangkut pelayanan dan
32

pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi, dan anak balita serta
anak pra sekolah. bidang KIA merupakan upaya untuk memfasilitasi masyarakat
untuk membangun sistem kesiagaan masyarakat dalam upaya mengatasi situasi
gawat darurat dari aspek non klinis terkait kehamilan dan persalinan.
Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA merupakan upaya memfasilitasi
masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan masyarakat dalam upaya
mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinis terkait kehamilan dan
persalinan, Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk
dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal penggunaan alat transportasi/
komunikasi (telepon genggam, telpon rumah), pendanaan, pendonor darah.
Tujuan. KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
1. Tujuan Umum : Tujuan program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya
kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal
bagi ibu dan keluarganya untuk atau mempercepat pencapaian target
Pembangunan Kesehatan Indonesia yaitu Indonesia Sehat 2010, serta
meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh
kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia
seutuhnya.
2. Tujuan Khususnya yaitu :
a. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku) dalam
mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi
tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga, Desa Wisma,
penyelenggaraan Posyandu dan sebagainya.
b. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara
mandiri di dalam lingkungan keluarga, Desa Wisma, Posyandu dan Karang
Balita, serta di sekolah TK.
c. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas dan ibu menyusui.
d. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas,
ibu menyusui, bayi dan anak balita.
e. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh
anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah,
terutama melalui peningkatan peran ibu dalam keluarganya.
2.6.4 Gizi
33

Gizi ibu hamil adalah makanan atau zat gizi yang menjadi kebutuhan
seorang ibu hamil. Kecukupan gizi pada ibu hamil dimulai dari trisemester I,
trisemester II, sampai trisemester III. Jumlah dan mutu pangan ibu hamil sehari-
hari harus terpenuhi agar janin dikandungannya dapat tumbuh dengan baik serta
tidak mengalami gangguan dan masalah. Keinginan atau selera dari ibu hamil
belum tentu sesuai dengan kebutuhan tubuh ibu dan janin, sehingga dibutuhkan
menu makanan yang seimbang.
Zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh tidaklah sama, dalam menu seimbang
perbandingan antara lemak, protein dan karbohidrat senantiaasa harus
disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Berikut beberapa syarat makanan sehat
bagi ibu hamil:
a. Menyediakan energi yang cukup untuk kebutuhan kesehatan tubuh ibu hamil
dan pertumbuhan bayi.
b. Menyediakan semua kebutuhan ibu dan bayi (meliputi protein, lemak, vitamin,
mineral).
c. Tidak memberi pengaruh negatif bagi bayi.
d. Mendukung metabolisme tubuh ibu dalam memelihara kondisi tubuh yang
sehat.
2.6.5 ASI Eksklusif
Air Susu Ibu atau ASI adalah susu yang diproduksi oleh seorang ibu yang
memiliki bayi. ASI eksklusif diberikan selama 6 bulan penuh. ASI diproduksi karena
pengaruh hormon prolactin dan oxytocin setelah kelahiran bayi. ASI pertama yang
keluar disebut kolostrum atau jolong dan mengandung banyak immunoglobulin IgA
yang baik untuk pertahanan tubuh bayi melawan penyakit.
Komposisi ASI antara lain karbohidrat, protein, lemak mineral, vitamin dan
kalori. ASI mengandung lebih dari 200 unsur pokok, antara lain zat putih telur,
lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim, zat
kekebalan, dan sel darah putih. Pada indikator di kuisioner kami juga menanyakan
pemberian ASI eksklusif pada bayi dan balita, sejauh mana mereka mendapatkan
ASI eksklusif.
2.6.6 BGM
Balita Bawah Garis Merah (BGM) adalah balita yang ditimbang berat
badannya berada pada garis merah atau di bawah garis merah pada KMS. Balita
Bawah Garis Merah (BGM) adalah balita BGM yang ditemukan disatu wilayah
34

kerja pada kurun waktu tertentu. Bawah Garis Merah (BGM) adalah balita yang
ditimbang berat badannya berada pada garis merah atau dibawah garis merah
pada KMS. Jumlah BGM dirinci menurut:
a. Gizi Buruk (BB/U < - 3 SD) atau ada tanda klinis.
b. Gizi Kurang (BB/U < - 2 SD).
2.6.7 Epidemiologi Penyakit (Penyakit Infeksi dan Non-Infeksi)
Epidemiologi yaitu ilmu tentang distribusi (penyebaran) dan determinan
(faktor penentu) masalah kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk pembuatan
perencanaan dan pengambilan keputusan dalam menanggulangi masalah
kesehatan.
Secara umum, epidemiologi penyakit dibagi menjadi 2 macam:
a. Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen,
dan bersifat sangat dinamis. Secara umum, proses terjadinya melibatkan tiga
faktor yang saling berinteraksi, yaitu: faktor penyebab penyakit (agent), faktor
manusia atau pejamu (host), dan faktor lingkungan (environment). Secara garis
besar, mekanisme mikroba patogen ke pejamu yang rentan melalui dua cara :
Transmisi Langsung
Penularan langsung oleh mikroba patogen ke pintu masuk yang sesuai dari
pejamu. Sebagai contoh adalah adanya sentuhan, gigitan, atau adanya droplet
nuclei saat bersin, batuk berbicara atau sat transfusi darah dengan darah yang
terkontaminasi mikroba patogen.
Transmisi Tidak Langsung
Penularan secara tidak langsung melalui media perantara, baik berupa
barang/bahan, air, udara, makanan/minuman, maupan vektor
1) Vehicle Borne
Bahan/barang yang telah terkontaminasi dapat menularkan antara lain
peralatan makan, minum, alat-alat bedah, peralatan laboratorium,
peralatan infus/transfusi.
2) Vector Borne
Serangga dapat memindahkan mikroba patogen ke pejamu dengan cara
sebagai berikut:
a) Cara Mekanis
35

Kaki serangga yang terkena kotoran/sputum mikroba patogen kemudian


hinggap pada makanan makanan tersebut terkontaminasi.
b) Cara Biologis
Sebelum masuk ke tubuh pejamu, mikroba mengalami siklus
perkembangbiakan dalam tubuh vektor/serangga, selanjutnya mikroba
dipindahkan ke tubuh pejamu melalui gigitan.
3) Food Borne
Makanan dan minuman adalah media perantara yang cukup relatif untuk
menyebarnya mikroba patogen ke pejamu, yaitu melalui saluran cerna.
4) Water Borne
Air sangat mudah menyebarkan media patogen ke pejamu melalui pintu
masuk saluran cerna atau yang lainnya.
5) Air Borne
Udara yang terkontaminasi mikroba patogen sulit terdeteksi. Mikroba
masuk melalui saluran pernafasan pejamu dalam bentuk droplet nuclei
yang dikeluarkan penderita saat batuk atau bersin, bicara atau bernafas
melalui mulut atau hidung. Sedangkan debu merupakan partikel yang
terbang bersama partikel lantai atau tanah. Penularan melalui udara ini
umumnya mudah terjadi di dalam ruangan yang tertutup seperti di dalam
gedung.
b. Penyakit Non-Infeksi
Penyakit non-infeksi adalah penyakit yang tidak dapat disebarkan dari
seseorang terhadap orang lain sehingga bukan ancaman yang terhadap orang
lain. Penyakit non-infeksi ssering disebut penyakit tidak menular. Penyakit ini
merupakan beban kesehatan utama di negara-negara industri. Selain itu penyakit
tidak menular menigkat dengan pesat di negara-negara berkembang yang sedang
mengalami transisi demografi dan perubahan pola hidup dalam masyarakat.
2.7 Strategi Perencanaan Intervensi

Strategi adalah Rencana yang disatukan, luas dan berintegrasi yang


menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan lingkungan,
yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan dapat
dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi (Glueck dan Jauch, p.9,
1989).
36

Intervensi adalah tindakan memasukkan satu hal antara lain, seperti orang
yang mencoba untuk membantu. seseorang lainnya bisa menjadi subyek dari
intervensi sekolah misalkan jika guru kamu memanggil orang tua kamu untuk
memberi tahu tentang nilai-nilai buruk, maka kamu dengan cepat akan
bersembunyi. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia "Intervensi
adalah campur tangan dalam perselisihan antara dua pihak (orang, golongan,
negara, dan sebagainya) dan dalam bahasa kedokteran Intervensi adalah upaya
untuk meningkatkan kesehatan atau mengubah penyebaran penyakit." (Adi, I.
R.,2007)

2.7.1 Strategi Intervensi

SWOT merupakan singkatan dari Strengths (kekuatan), Weakness


(kelemahan), Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman). Analisis SWOT
merupakan instrumen perencanaan strategis yang menggunakan kerangka kerja
kekuatan (strengths), kelemahan (weakness), kesempatan eksternal
(opportunities), dan ancaman (threats). Instrumen ini merupakan cara sederhana
untuk memperkirakan langkah terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi.
Dengan analisis SWOT, menolong para perencana untuk mengetahui apa yang
bisa dicapai dan apa saja yang diperhatikan oleh mereka.

Prinsip analisis SWOT adalah alat perencanaan strategis yang melibatkan


kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman perusahaan. Kekuatan adalah
beberapa hal bisnis yang baik atau kelebihan yang dimiliki oleh perusahaan,
seperti pekerja yang penuh dedikasi, desain produk inovatif, atau lokasi ritel yang
baik. Sementara kelemahan adalah beberapa kekurangan atau hal yang buruk,
seperti fasilitas yang belum memadai. Ancaman atau faktor eksternal yang
mungkin membahayakan bisnis, seperti pesaing dan peraturan pemerintah yang
tidak menguntungkan. Sementara peluang adalah faktor eksternal yang mungkin
akan menguntungkan perusahaan, termasuk pasar yang belum dimanfaatkan atau
peraturan yang menguntungkan. Setelah membuat daftar kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman, manajer memikirkan cara bisnis untuk dapat
memaksimalkan kekuatan dan menggunakannya untuk mengurangi kelemahan,
memanfaatkan peluang, dan menghindari atau meminimalkan ancaman.

2.7.2 Perencanaan intervensi


37

Rencana Intervensi kami adalah:


A. Rencana Intervensi 1

1. Nama Kegiatan : Sosialisasi “GAJA BOLONG (Galakkan Jangan


Bakar Sampah tapi Olah Dong!)
2. Bentuk Kegiatan : Sosialisasi (pemberian materi) tentang dampak
membakar sampah dan cara-cara mengolah sampah kecuali di bakar.
3. Tujuan : Meningkatkan pengetahuan dan mengurangi
perilaku pembakaran sampah dengan cara yang lain.
4. Waktu : Pukul 18.00 – 19.00
5. Hari, tanggal :
a. Arisan RT 1 & 2 : Rabu, 2 Agustus 2017
b. Pengajian RT 3 & 4 : Kamis, 3 Agustus 2017
c. Arisan RT 5 & 6 : Sabtu, 5 Agustus 2017
6. Tempat : Rumah warga masing-masing RT
7. Sasaran Intervensi : Ibu-ibu pengajian RT 01 – RT 06
8. Metode Intervensi : Sosialisasi
9. Pemberi Intervensi : Mahasiswa PKL Kelompok 13 secara bergiliran
10. Perkiraan Dana : Rp 128.000

B. Rencana Intervensi 2

1. Nama Kegiatan : Pelatihan Kader Lingkungan Dusun Ndalem Desa


Kauman
2. Bentuk Kegiatan : Pembentukan Kader Lingkungan dan Kader Muda
3. Tujuan : Menambah kemampuan kader lingkungan dalam
mengolah sampah baik organik maupun anorganik guna mensukseskan
Program Gerakan Desa Sehat dan Cerdas (GDSC) dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dusun Ndalem.
4. Waktu :
Pelatihan kerajinan : 13.00-15.00 WIB
Sosialisasi Bank Sampah: 16.00-17.30 WIB
Sosialisasi Takakura : 16.00-16.40 WIB
5. Hari, tanggal :
Pelatihan kerajinan : Minggu, 6 Agustus 2017
38

Sosialisasi Bank Sampah: Rabu, 9 Agustus 2017


Sosialisasi takakura : Kamis, 10 Agustus 2017
6. Tempat : Posko PKL Kelompok 13 (Kediaman Bu Eni)
7. Jumlah Peserta : 10 Kader Muda dan Kader Lingkungan
8. Metode Intervensi : Sosialisasi dan pelatihan
9. Pemberi Intervensi : Bank Sampah Bojonegoro dan Mahasiswa PKL
Kelompok 13
10. Perkiraan Dana : Rp 1.368.000

C. Rencana Intervensi 3
1. Nama Kegiatan : Sosialisasi dan Demo Bank Sampah
2. Bentuk Kegiatan : Sosialisasi (pemberian materi) terkait pengelolaan
sampah dengan sistem bank sampah serta melakukan demonstrasi kegiatan
bank sampah.
3. Tujuan : Meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan
kemampuan masyarakat dalam mengelola sampah di rumah masing-masing
terutama dalam hal memilah sampah antara yang organik dengan anorganik
dimana hasil pemilahan sampah tersebut dapat dikumpulkan di bank sampah
sesuai jenisnya masing-masing.
4. Waktu : Pukul 15.00 s/d 17.00
5. Hari, tanggal :
a. Selasa, 8 Agustus 2017
b. Kamis, 10 Agustus 2017
6. Tempat : Rumah Bu Eni RT 04 Dusun Dalem, Desa Kauman
(Posko PKL FKM Unair kelompok 13)
7. Jumlah Peserta : Kader lingkungan, kader muda, dan masyarakat
Dusun Dalem
8. Metode Intervensi : Sosialisasi dan demonstrasi
9. Pemberi Intervensi : Mahasiswa PKL Kelompok 13
10. Perkiraan Dana : Rp 77.300

D. Rencana Intervensi 4
1. Nama Kegiatan : Advokasi Program Dalem Saged Mlampah
39

2. Bentuk Kegiatan : Melakukan advokasi dan penyerahan policy brief


terkait Program Dalem Saged Mlampah.
3. Tujuan : Memperoleh dukungan pemerintah desa Kauman,
serta dusun dalem khususnya untuk membuat kebijakan terkait pengelolaan
sampah serta bank sampah, sehingga dapat mensukseskan Program Dalem
Saged Mlampah dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dusun
Dalem.
4. Hari, tanggal :
a. Advokasi ke Kepala Dusun Dalem : Jumat-Sabtu, 4 dan 5 Agustus 2017
b. Advokasi ke Kepala Desa Kauman : Senin, 7 Agustus 2017
5. Tempat : Balai Desa Kauman
6. Jumlah sasaran : Kepala Dusun Dalem dan Kepala Desa Kauman
7. Metode Intervensi : Advokasi
8. Materi : Penjelasan mengenai program Dalem Saged
Mlampah sebagai alternative bagi penyelesaian masalah pengelolaan
sampah di dusun Dalem. Advokasi dilakukan untuk memberi rekomendasi
kebijakan agar angka pengolahan sampah dengan cara dibakar dapat
berkurang di masyarakat.
9. Pemberi Intervensi : Mahasiswa PKL Kelompok 13
10. Perkiraan Dana : Rp 123.000

Anda mungkin juga menyukai