A. Analisis SWOT
Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) pertama kali dikembangkan oleh Albert
Humphrey di Stanford pada tahun 1970-an. Analisis SWOT digunakan untuk menilai peluang dan
ancaman lingkungan bisnis, serta kekuatan dan kelemahan internal perusahaan, dan menjadi alat dalam
penyusunan perencanaan strategis organisasi. Analisis SWOT memiliki manfaat besar dalam
mengidentifikasi kekuatan organisasi, memperbaiki kelemahan, mengurangi ancaman, dan memanfaatkan
peluang organisasi. Menurut Philip Kotler, SWOT adalah penilaian terhadap kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman seseorang atau organisasi. Selain itu, menurut Pearce dan Robinson, analisis SWOT
merupakan bagian dari proses manajemen strategis perusahaan, yang bertujuan untuk mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan utama perusahaan. Kekuatan dan kelemahan ini dibandingkan dengan peluang
dan ancaman eksternal untuk mengembangkan berbagai strategi alternatif atas dasar ini. Berikut adalah
beberapa manfaat dari analisis SWOT:
1. Identifikasi kompetensi inti
Kompetensi inti merupakan kombinasi sumber daya dan keterampilan yang membedakan suatu
sekolah dengan para pesaingnya, artinya kompetensi ini terkait dengan kekuatan sekolah untuk
unggul dan memberi nilai tambah. Kemudahan pengambilan keputusan ditentukan oleh kemampuan
mengidentifikasi kompetensi inti sehingga mutu sekolah dapat tercapai.
2. Mengidentifikasi kelemahan
Untuk mengidentifikasi kelemahan-kelemahan sekolah dalam meningkatkan efektivitas organisasi.
Kelemahan sekolah merupakan faktor internal yang dapat diperbaiki dan diminimalisir. Kemampuan
untuk mengidentifikasi kelemahan memberikan peluang untuk perbaikan.
3. Menemuka Peluang
Peluang merupakan faktor eksternal yang harus dikenal oleh sekolah. Kemampuan organisasi dalam
menganalisis peluang berdampak pada peningkatan kualitas organisasi.
4. Mengidentifikasi potensi ancaman
Ancaman dapat menjadi faktor eksternal seperti kehadiran pesaing yang dapat mengancam organisasi.
Sabaliknya ancaman juga dapat menjadi faktor internal seperti menurunnya mutu guru di sekolah.
Kemampuan pelaku oraganisasi dalam mengidentifikasi ancaman dapat menolong oragnisasi terhidar
dari keputusan yang merugikan.
Maka dalam hal ini analisis SWOT dapat melihat dari empat sudut pandang, yaitu kekuatan
(strengths) menganalisis kelebihan/kelebihan sumber daya dasar yang ada, kelemahan (weaknesses)
menganalisis keterbatasan sumber daya yang ada yang dapat menghambat tercapainya tujuan
pendidikan. , kesempatan (opportunities) dengan menganalisa situasi – situasi yang paling penting
bagi organisasi pendidikan/situasi yang menguntungkan dan ancaman (threats) bagi institusi untuk
menganalisis situasi yang paling penting yang tidak menguntungkan dalam hubungannya dengan
pendidikan.
Keempat komponen itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities,
dan threats). Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek
dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai
tujuan tersebut. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal
yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT,
dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan
(advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan
(weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada,
selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan
terakhir adalah bagimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman
(threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.
Kuadran 1: Situasi yang sang at penguntungkan bagi organisasi. Memiliki peluang dan kekuatan
sehingga strategi yang diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan
yang agresif.
Kuadran 2: Organisasi masih memiliki kekuatan dari segi internal meski menghadapi berbagai
ancaman. Kekuatan tersebut dimanfaatkan untuk peluang jangka panjang dengan strategi
diversifikasi (produk/jasa).
Kuadran 3: Muncul berbagai kendala internal meski organisasi sedang menghadapi peluang pasar
yang besar. Untuk ini organisasi berfokus meminimalkan masalah- masalah internal sehiungga
dapat merebut peluang yang lebih baik.
Kuadran 4: Situasi yang sangat tidak menguntungkan bagi organisasi. Organisasi mengalami
berbagai ancaman dan kelemahan internal.
6. Pendekatan SWOT
b. Pendekatan Kuantitatif
Pendekatan kuantitatif yaitu melakukan analisis pada faktor internal dan eksternal lembaga
dengan menggunakan berbagai metode kuantitatif. Data yang digunakan adalah statistik angka,
teknik pengumpulan data melalui kuisioner atau kuisioner. Oleh karena itu, pembuatan angket
dengan menggunakan grid alat pengumpul data sangat menentukan keabsahan data yang
digunakan. Hasil analisis SWOT diperoleh melalui pendekatan kuantitatif, biasanya dilakukan
perhitungan dan kemudian perumusan strategi menggunakan matriks 4 kuadran (SWOT-4K)
seperti pada gambar 5.1. Bobot faktor internal dan eksternal mempengaruhi kinerja lembaga
pendidikan. Bobot faktor internal dan eksternal untuk masing-masing faktor didasarkan pada
besarnya pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap efisiensi organisasi, yang diukur dari input
yang diberikan dan output yang dihasilkan. Tahapan sebagai berikut:
1. Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kinerja lembaga pendidikan. Bobot faktor
internal dan eksternal untuk masing-masing didasarkan pada besarnya pengaruh faktor-faktor
tersebut terhadap efisiensi organisasi yang diukur dari input yang diberikan dan input yang
dihasilkan.
No Dimensi Bobot
1 Pengorganisasian Visi, Misi, dan Tujuan Lembaga 10
2 Organisasi dan Administratif 10
3 Sumber Daya Manusia (SDM) Pendidikan dan Tenaga 20
Kependidikan
4 Keuangan 20
5 Sarana dan Prasarana 20
6 Proses Pembelajaran 20
Total 100%
Tabel 1. Contoh Pembobotan Bidang Faktor Internal dan Eksternal
SWOT: Strengths,
Weakness,
Opportunities,
Threats
Rencana Strategis
Target
Anggaran
Gambar 5.2 Kerangka Kerja Analisis SWOT Menurut Adi Hidayat, 2016
Setelah dilakukan analisis SWOT tersebut, hasil analisis SWOT kemudian digunakan sebagai acuan
untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya dalam upaya memaksimalkan kekuatan dan
memanfaatkan peluang serta secara bersamaan meminimalkan kelemahan dan mengatasi ancaman.
Analisis SWOT juga digunakan dalam rangka menyusun rencana dan program sekolah.
C. Mutu Pendidikan
1. Pengertian Mutu Pendidikan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mutu berarti kadar atau ukuran baik atau buruknya
sesuatu hal atau benda, yang menentukan nilai atau harganya: Tingkat kualitas, derajat,
kemampuan (kecerdasan, bobot, dan sebagainya eseorang).
Konsep pendidikan diatur dalam UU No. 20 (2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Bab 1, Pasal 1, Ayat 1, dikatakan: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik berpartisipasi aktif
dalam pengembangan potensi dirinya, kekuatan spiritual dirinya, akhlak mulia serta keterampilan
yang dibutuhkan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut ISO 8402, kualitas
didefinisikan sebagai sekumpulan karakteristik produk yang mendukung kemampuannya untuk
memenuhi kebutuhan yang spesifik atau terdefinisi, bahkan sering diartikan sebagai kepuasan
pelanggan (customer satisfaction). Kualitas dalam arti memenuhi kebutuhan pelanggan,
merupakan kunci sukses bisnis yang tidak dapat disangkal (Deming, 1986). Produk berkualitas
memiliki daya saing, sehingga tidak kehilangan pelanggan. Mutu adalah kesesuaian dengan
persyaratan atau standar yang ditentukan dan umumnya mengacu pada tiga aspek, yaitu: Produk,
layanan, dan harapan konsumen. Dalam bidang pendidikan, kualitas produk seringkali dikaitkan
dengan besar kecilnya hasil pendidikan dan keahlian para lulusan. Sementara itu, mutu layanan
pendidikan dan mutu lulusan berkaitan dengan kebutuhan dan harapan pengguna/pelanggan
pendidikan.
Dapat dipahami bahwa mutu pendidikan adalah mutu pendidikan (penilaian) tentang
bagaimana lembaga pendidikan mengelola sekolah secara efektif sehingga menghasilkan peserta
didik yang berkualitas dan mendapat kepercayaan masyarakat. Pengertian mutu sering dikaitkan
dengan aspek-aspek utama pendidikan, yaitu: (a) hasil belajar (learning outcomes), (b) belajar
(learning) dan (c) belajar (teaching).
a. Meningkatkan kapasitas dan komitmen seluruh warga sekolah, termasuk masyarakat dan
orang tua siswa.
b. Membangun budaya sekolah yang efektif, demokratis, transparan dan bertanggung jawab.
c. Pemerintah pusat lebih berperan sebagai pendampingan dan evaluasi.
d. Pengembangan model program pemberdayaan sekolah.
Selain itu ada juga yang mengatakan bahwa strategi peningkatan mutu pendidikan adalah
sebagai berikut:
a. Penciptaan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan manajemen berbasis sekolah (MBS),
yakni peningkatkan kapasitas dan komitmen seluruh warga sekolah, termasuk masyarakat dan
orang tua siswa. Penguatan peran kepala sekolah harus menjadi kebijakan.
b. Membangun budaya sekolah yang demokratis, transparan dan bertanggung jawab. Termasuk
membuat laporan sekolah kepada masyarakat.
c. Pemerintah pusat lebih banyak melakukan fungsi monitoring dan evaluasi. Dengan kata lain,
pemerintah pusat dan daerah harus bekerja sama untuk memantau dan mengevaluasi
pelaksanaan MBS di sekolah.
d. Menyusun model program pemberdayaan sekolah. Tidak hanya pelatihan, kebanyakan
dilakukan dengan memberikan sekolah informasi berupa bantuan atau fasilitas yang
mengarah pada hasil yang nyata.
Referensi
Asep Rosidin, Pemetaan dan Perencanaan Peningkatan Mutu Berbasis SWOT Balance
Scorecard di Perguruan Darul Hikam Bandung, Volume XXIV No. 2 Oktober 2018, di
akses di ejournal.upi.edu.
Hadi, Abdul. 2013. Konsep Analisis SWOT dalam Peningkatan Mutu Lembaga
Madrasah,vol. XIV No. 1, Jurnal Ilmiah Didaktika. pada tanggal 22 oktober 2017.
diakses di https://jurnal.ar-raniry.ac.id.
Imam Machali dan Ara Hidayat, The Handbook of Education Management (Teori, dan
Praktik Pengelolaan Sekolah/ Madrasah di Indonesia, (Jakarta: Prenadamedia Group,
2016), hlm. 211
Nur, Muhammad, dkk. 2016. Manajemen Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
Pada Sdn Dayah Guci Kebupaten Pidie. Vol. IV, No. 1. Jurnal Administrasi
Pendidikan.
Nurul Hidayah. 2016. Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
PP No. 19 Tahun 2005 diperbarui dengan PP No. 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional
Pendidikan, diakses di kelembagaan.ristekdikti.go.id
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D).
Bandung: Alfabeta.
Sudijono, Anas. 2015. Pengantar Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif dan
R&D). Bandung: Alfabeta.
Suryono, Zahud. 2023. Analisis SWOT dalam Identifikasi Mutu Pendidikan. ALACRITY:
Journal of Education Volume 1, Nomor 3, Oktober 2021
http://lpppipublishing.com/index.php/alacrity.