Abstrak
teknologi tidak akan pernah mampu menilai kelayakan sebuah informasi, menemukan
sumber alternatif, dan memahami konteks mengapa sebuah informasi dibutuhkan.
Teknologi tidak dapat menafsirkan perubahan perilaku masyarakat dalam mencari
informasi meskipun dapat membantu memenuhinya. Namun untuk dapat
melaksanakan peran atau fungsi pustakawan di masa kini, menurut Sudarsono,
pustakwan perlu memiliki kemampuan khusus, yaitu kompetensi profesional dan
kompeternsi personal. Kompetensi profesional menyangkut pengetahuan yang
dimiliki pustakawan khusus dalam bidang sumber daya informasi, akses informasi
teknologi, manajemen dan riset, serta kemampuan untuk menggunakan bidang
pengetahuan sebagai basis dalam memberikan layanan perpustakaan dan informasi.
Ekonomi informasi menjadi perbincangan dikarenakan meningkatnya peran informasi
dalam perekonomian, khususnya setelah informasi tidak lagi sekedar pelengkap dalam
kegiatan perekonomian saja, tetapi merupakan sumber ekonomi yang penting. Dengan
transformasi yang terjadi berkat perkembangan ICT, maka faktor produksi penting
telah beralih ke sumber daya informasi dan pengetahuan
Kata Kunci:
\Nilai Ekonomi, Ekonomi Informasi, Informasi dan komunikasi
31
PENDAHULUAN
32
ekonomi informasi ini. Semua hal tersebut perlu dilakukan agar eksistensi
perpustakaan dan pustakawan semakin dirasakan manfaat dan pentingnya.
DEFINISI NILAI
Nilai dalam bahasa yunani axia yang berarti berharga. namun ada perbedaan
konsep antara harga dan nilai dalam bahasa indonesia. nilai bermakna sesuatu yang
memiliki suatu yang berkualitas sehingga merupakan sesuatu yang didambakan orang
dan nilai tidak selalu dikaitkan dengan harga. sedangkan harga bermakna hal yang
selalu terkait dengan nilai tukar barang terhadap uang (http://id.wikipedia.org/wiki).
Sampai dua ratus tahun yang lalu, ekonomi dunia bersifat agraris di mana
salah satu ciri utamanya adalah tanah merupakan faktor produksi yang paling
dominan. Sesudah terjadi revolusi industri, dengan ditemukannya mesin uap, ekonomi
global ber-evolusi ke arah ekonomi industri dengan ciri utamanya adalah modal
sebagai faktor produksi yang paling penting. Menjelang peralihan abad sekarang ini,
33
cenderung manusia menduduki tempat sentral dalam proses produksi karena tahap
ekonomi yang sedang kita masuki ini berdasar pada pengetahuan (knowledge based)
dan berfokus pada informasi (information focused). Dalam hal ini, telekomunikasi dan
informatika memegang peranan sebagai teknologi kunci (enabler technology)
(Wardiana, 2007).
Sekarang, siapa yang menguasai informasi, merekalah yang akan menguasai
dunia. Perubahan cepat di dunia bisnis mendorong perusahaan mengandalkan
kekuatan informasi sebagai basis untuk berbisnis. Informasi yang didukung teknologi
internet telah merevolusi wajah perekonomian dunia untuk berubah dari ekonomi
lama (old economy) ke ekonomi baru (new economy). Ekonomi baru melengkapi
kegiatan bisnis dunia nyata dengan kekuatan informasi. Untuk memanfaatkan
informasi dengan optimal, dunia bisnis perlu menerapkan strategi pengelolaan
informasi dan pengetahuan dengan optimal untuk memperbaiki kualitas keputusan,
proses, dan produk ataupun jasa yang dihasilkan, memangkas biaya yang besarnya
sangat signifikan serta hubungan yang harmonis dengan pelanggan (Sinar Harapan,
2003). Maka muncullah istilah knowledge and information management.
Konsep manajemen pengetahuan berasal dan berkembang di dunia bisnis,
diterapkan dengan tujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki pengoperasian
perusahaan dalam rangka meraih keuntungan kompetitif dan meningkatkan laba.
Manajemen pengetahuan digunakan untuk memperbaiki komunikasi diantara
manajemen puncak dan diantara para pekerja untuk memperbaiki proses kerja,
menanamkan budaya berbagai pengetahuan, dan untuk mempromosikan dan
mengimplementasikan system penghargaan berbasis kinerja (Hartono).
Kenichi Ohmae dalam bukunya The End of the Nation State (1995) seperti
yang dikutip Subiakto (2007) menyatakan bahwa perekonomian dunia saat ini telah
berubah dari perekonomian barang menuju ke perekonomian informasi. Sebagai
ilustrasi, pergerakan ekonomi dunia yang menonjol di era globalisasi adalah
perdagangan uang dan saham, pariwisata, serta investasi asing dari perusahan
multinasional. Gerak dan aktivitas ketiga sektor itu amat bergantung pada komunikasi
dan penyediaan informasi.
Subiakto juga mengutip apa yang diungkapkan William Gredier dalam
bukunya One World, Ready or Not, The Manic Logic of Global Capitalism (1999)
tentang peran teknologi informasi dalam perdagangan uang global. Dewasa ini betapa
mudah uang berpindah dari satu tempat ke tempat lain hanya lewat gagang telepon
34
atau internet. Para pelaku pasar uang dunia yang berpusat di New York, London, dan
Tokyo, dalam sebuah transaksi, sekali pencet tombol atau cursor, bisa bertransaksi
lebih dari USD 100 juta. Mereka menjadikan informasi sebagai dasar analisis untuk
melakukan transaksi. Informasi dalam konteks ekonomi global menjadi amat
signifikan. Dengan berbekal informasi yang mereka peroleh, pelaku pasar uang dapat
memainkan peran globalnya secara meyakinkan, cepat dan efisien. Seperti yang
dilakukan Soros Fund Management, dalam hitungan jam, bahkan menit, berbagai
peristiwa ekonomi, politik, dan sosial yang terjadi di berbagai negara dipantau dan
menjadi dasar analisis bertransaksi. Itulah yang dilakukan Soros ketika menghajar
mata uang Inggris pada hari Black Wednesday 1992, atau di tahun 1995 ketika
mengguncang ekonomi Mexico, dan tahun 1997 saat menghantam mata uang dan
saham kawasan Asia, yang salah satu korbannya adalah Indonesia. Kesemua itu
dilakukan atas dasar informasi dan analisisnya.
Di negara maju tumbuh kesadaran bahwa untuk memiliki daya saing tinggi,
perusahaan perlu memanfaatkan pengetahuan sebagai sumber daya tarik konsumen
atau rekanan dan teknologi informasi sebagai alat mengelola perusahaan. Perusahaan
dengan orientasi semacam ini disebut knowledge company (perusahaan pengetahuan).
Perusahaan semacam itu tidak saja mengelola informasi sebagai tagihan, pesan, dan
angka-angka, tetapi juga hak paten, proses keterampilan / keahlian pegawai,
teknologi, pengetahuan tentang konsumen dan pemasok dan pengalaman masa lalu.
Hal-hal inilah yang menentukan berhasil tidaknya suatu perusahaan. Atas dasar itu
muncul istilah knowledge management sebagai cabang ilmu baru yang bertugas
mengelola dengan efisien dan efektif sumber daya informasi dan pengetahuan yang
dimiliki perusahaan.
Informasi sebagai peralatan bisnis tidak dimaksud hanya sebagai alat menukar
biaya, seperti diajarkan akuntansi. Tetapi informasi dibutuhkan manager dalam rangka
penciptaan kekayaan (wealth creation). Dalam rangka itu, dibutuhkan suatu
klasifikasi informasi agar pengelolaan informasi di perusahaan lebih terarah, dengan
demikian dapat dimanfaatkan secara optimal. Drucker memberikan klasifikasi
informasi yang dibutuhkan kalangan eksekutif dalam pemecahan permasalahan yang
dihadapi, yaitu :
1. Informasi dasar (foundation information)
2. Informasi produksi (productivity information)
3. Informasi kemampuan (competence information)
35
4. Informasi tentang alokasi sumber daya yang terbatas
Motor utama transformasi yang sedang melanda jagad raya dewasa ini adalah
perkembangan pesat di bidang infrastruktur informasi yang ditunjang oleh kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi.
Dalam tahap masyarakat industri, jalan raya (highway road) menjadi ciri
pentingnya, karena jalan raya menunjang proses urbanisasi, produksi, dan distribusi
massa yang terjadi. Dalam masyarakat informasi, ciri pentingnya adalah information
highway (Iway), di mana jaringan komputer (internet) bisa menghubungkan siapa pun
dengan yang lainnya dengan kecepatan yang tinggi (konektifitas). Dalam masyarakat
seperti itu, orang akan tergantung pada jaringan informasi elektronik dan komunikasi
yang kompleks dan yang mengalokasikan sumber dayanya sebagian besar untuk
kegiatan informasi dan komunikasi. Bahkan informasi dan pengetahuan itu sendiri
menjadi sumber daya dan faktor produksi baru yang penting (Bakir, 2007).
Dalam tahap perekonomian informasi yang demikian, sumber kapital, sumber
alam tidaklah penting lagi. Kunci peranan dipegang oleh tenaga ahli (knowledge
workers) yang memiliki dan menguasai teknologi. Korea, Taiwan, dan Singapura,
36
tidak lah tergolong negara yang memiliki sumber daya alam yang kaya, bahkan dapat
dikatakan kekayaan di bidang itu sangat minim. Kemajuan dan transformasi yang
mereka alami, berkat pembangunan teknologi dan sumber daya manusianya (Bakir,
2007).
ICT menghasilkan manfaat akibat network effect dan inovasi model bisnis.
ICT dipandang mampu meraih manfaat penciptaan nilai (value creation) akibat
sinergi, kolaborasi, dalam jaringan ke arah customer, mitra kerja dan para pemasok.
Sebagai contoh, satu keunggulan transaksi internet antar usaha meningkat karena
perusahaan terkoneksi dengan jaringan – setiap investasi baru dalam suatu koneksi
memberi keuntungan tidak hanya untuk investor, melainkan juga untuk partisipan
lainnya (co-evolution). Dampak positif dari keterhubungan dalam jaringan,
memperbaiki semua produktivitas dan pertumbuhan pendapatan agregat yang
berpotensi menguntungkan semua partisipan pasar. (Utoyo).
ICT dapat dimanfaatkan untuk mendekatkan perusahaan dengan pelanggan, di
antaranya dengan memberikan layanan secara individu kepada mereka. Perusahaan
dapat memperkenalkan produk, layanan baru yang ditawarkan serta berbagai solusi
untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi pelanggan, langsung ke tempat
tiap-tiap pelanggan berada. Selain itu, pelanggan juga dapat membeikan keluhan,
usulan, pertanyaan secara langsung kepada perusahaan, untuk memperbaiki kualitas
produk dan layanan bagi pelanggan, serta menciptakan produk dan layanan baru
sesuai dengan perubahan selera dan kebutuhan pelanggan yang bisa diakses dari
setiap transaksi yang tercatat. Dell Computers, perusahaan yang memproduksi
komputer dengan mengandalkan keterlibatan pelanggan dalam menentukan sendiri
fitur dari komputer yang akan dibeli. Amazon.com juga mengandalkan keterlibatan
pelanggan dengan konsep swalayan (pelanggan bisa memilih sendiri buku yang akan
dibeli, dengan harga yang paling sesuai dengan kemampuan). (Sinar Harapan, 2003).
Faktor utama pengubah wajah peradaban masyarakat dan ekonomi dunia yang
kemudian memunculkan masyarakat ekonomi informasi adalah ICT. Namun. Utoyo
menyatakan bahwa pengetahuan dan keilmuan yang ada belum mampu menjelaskan
secara memuaskan manfaat produktivitas dan pertumbuhan ICT dalam tataran
makroekonomi. Secara umum terdapat beberapa cara bebeda dalam mengorelasikan
37
ICT dengan pertumbuhan ekonomi tersebut, namun antara satu dengan yang lainnya
saling melengkapi.
Pada dasarnya, lanjut Utoyo, terdapat tiga cara pengukuran korelasi ICT
dengan pertumbuhan ekonomi. Pertama, menggunakan metode akunting
pertumbuhan, yaitu suatu metode yang mengacu pada pendekatan perolehan ekonomi
yang dihasilkan. Kedua, pendekatan yang memantau kondisi dan pengaruh atas
keberadaan dan berfungsinya pasar, sebagai komponen utama terjadinya transaksi
ekonomi. Ketiga, pendekatan melalui penghematan sosial yang diberikan, dengan
mencoba memantau lingkup yang tidak teramati langsung oleh perolehan ekonomi.
Pengukuran ekonomi informasi 2002, melibatkan badan statistik di negara-
negara OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development), serta
gugus kerja indikator untuk masyarakat informasi (Working party on indicators for
the information society = WPIIS), yang mencakup :
- Penjelasan tentang sumber daya informasi yang terkait erat dengan ICT, yaitu
porsi ICT dalam total investasi, kaidah konsumsi ICT dalam rumah tangga dan
bisnis, laju inovasi dan paten, serta modal manusia sebagai kebijakan kunci
- Pertumbuhan dan kontribusi sektor ICT, dilihat dari ukurannya terhadap
aktivitas ekonomi, khususnya sebagai aktivitas produksi dan jasa ICT yang
tumbuh lebih cepat dibanding sektor-sektor lainnya
- Indikasi beberapa pola menarik tentang volume dan keberadaan transaksi e-
commerce dalam konteks metode transaksinya (flow of information), bukan
dari metode pembayaran (flow of money) dan jalur pengirimannya (flow of
goods)
38
sarat dengan dinamika cepat usang, serta substitusi dari perangkatnya
dibandingkan barang modal lainnya. sehingga, menangkap proses substitusi
adalah aspek penting untuk mengkaji peran ICT dalam produksi
- Aspek ICT sebagai input modal khusus. Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya bahwa ICT menghasilkan manfaat akibat network effect dan
inovasi model bisnis. Dalam kerangka kerja yang lebih formal, efek tersebut
melibatkan hubungan produktivitas multi-faktor (MFP = Multi-Factor
Productivity), yaitu efisiensi keseluruhan terkait dengan sumber daya mana
saja yang digunakan dalam suatu ekonomi akibat pemanfaatan ICT.
Tiga aspek dari peran ICT dapat diterjemahkan pada suatu kerangka kerja
akunting pertumbuhan yang mapan. secara matematik korelasi sederhana oleh WPIIS,
dijabarkan sebagai :
O = s L L + s KC K C + s KN K N + A
O = output ekonomi
L = Input tenaga kerja
KC = modal ICT
KN = modal lain non ICT
A = variabel perubahan multi-faktor yang intanjibel
39
PT Telkom memperkenalkan Telkomnet Instan sebagai jasa layanan internet
bagi pengguna telepon tanpa harus mendaftar dengan prosedur administrasi yang
rumit sebagai pelanggan sebuah internet provider. jasa lainnya adalah penyediaan
jaringan komunikasi broadband untuk kawasan tertentu yang bisa digunakan untuk
TV kabel atau jaringan internet dengan kabel (bukan dial up). Selain itu PT Telkom
juga menawarkan jasa komunikasi bergerak dengan telepon genggam. Sedangkan PT
Pos menawarkan produk-produk baru seperti wasantara-net (jasa layanan internet
provider), pengiriman kartu pos digital, serta pengiriman surat dan barang yang
ditunjang dengan jaringan elektronik.
Perusahaan Nabisco
Perusahaan ini memanfaatkan information sharing untuk sarana
penyempurnaan kualitas produk dan layanan kepada pelanggan. Melalui Journey,
sebuah sistem yang khusus diciptakan untuk mengakomodasi kegiatan pengelolaan
informasi (Information Management), seorang manager produk di Malaysia yang
ingin mempromosikan peluncuran makanan ringan baru, bisa mengakses Journey
untuk melihat informasi tentang kegiatan serupa (promosi peluncuran produk baru)
yang pernah ataupun sedang dilakukan di negara lain. melalui sistem ini, manajer
tersebut juga melontarkan pertanyaan di forum diskusi online, untuk mendapatkan
masukan (ide, usulan strategis atau solusi) dari rekan-rekan sesama manajer produk
atau direktur pemasaran di berbagai tempat lain.
Yamanauchi
Perusahaan farmasi terbesar ketiga di Jepang ini dalam mempermudah proses
pengambilan keputusan dan meningkatkan kualitas pengambilan keputusan, juga
mengupayakan pengelolaan informasi (Information Management). masalah-masalah
yang terjadi bisa dengan lebih cepat ditangani melalui forum diskusi online antar
pimpinan di berbagai divisi dan berbagai daerah. keputusan yang menyangkut
penerapan berbagai terobosan baru juga bisa segera disosialisasikan untuk mendapat
alternatif tindakan yang terbaik guna merealisasikan terobosan-terobosan tersebut.
topik yang akan didiskusikan pada saat rapat, dikirim melalui email terlebih dahulu
40
untuk dipelajari sehingga pada saat rapat dilaksanakan, diskusi bisa lebih difokuskan
pada analisis alternatif strategi yang disampaikan.
Sektor keuangan
Saat ini telah banyak pelaku ekonomi, khususnya di kota-kota besar yang tidak
lagi menggunakan uang tunai dalam transaksi pembayarannya, tetapi telah
memanfaatkan layanan perbankan modern. Untuk menunjang kegiatan operasional
sebuah lembaga keuangan / perbankan seperti bank, sudah pasti diperlukan sistem
informasi yang handal yang dapat diakses dengan mudah oleh nasabahnya, yang pada
akhirnya akan bergantung pada teknologi informasi. Sebagai contoh, seorang nasabah
dapat menarik uang, mengecek saldo, atau mentransfer uang, membayar tagihan,
melaui layanan ATM, hanya dalam hitungan menit saja.
Wardiana mengunkapkan bahwa pengembangan teknologi dan infrastruktur
telematika di Indonesia akan sangat membantu pengembangan industri di sektor
keuangan ini. Perluasan cakupan usaha dengan membuka cabang di daerah, serta
pertukaran informasi antara sesama perusahaan asuransi, broker, industri perbankan,
serta lembaga pembiayaan lainnya, dapat dilakukan.
Berbagai bank di Indonesia juga sudah mulai memanfaatkan kekuatan
informasi ini. misalnya melalui internet banking, di mana pelanggan diberi
kepercayaan dan kemudahan untuk mendapatkan akses terhadap berbagai informasi
yang mereka perlukan serta melakukan sendiri transaksi perbankan mereka. transaksi
yang dilakukan akan tercatat dalam sistem, dan akan didapatkan informasi mengenai
berapa banyak pengguna layanan, transaksi apa yang paling banyak digunakan,
masalah apa yang sering dialami pelanggan. informasi tersebut dapat dimanfaatkan
oleh para pengambil keputusan di perbankan dalam meningkatkan kualitas keputusan
mereka, serta mengantisipasi perubahan minat dan kebutuhan pelanggan.
41
kepustakawanan belum mampu untuk beradaptasi dengan perkembangan sekitarnya.
Kepustakawanan, menurut Hellprin seperti yang dikutip Pendit, tidak perlu mengubah
fungsi utama yang kini sedang dijalaninya, melainkan harus menyesuaikannya dengan
perkembangan zaman.
Ciri utama dari perkembangan zaman sekarang adalah kecepatan
perubahannya. jika kepustakawanan tidak ingin terhempas oleh arus perubahan itu,
Hellprin menganjurkan satu patokan tujuan yang dirumuskannya dengan kata-kata
“bekerja keras untuk meningkatkan efisiensi dalam menjalankan fungsi utama
perpustakaan”. Fungsi utama itu terbagi dalam dua kelompok, yaitu fungsi yang terus
menerus (termasuk di dalamnya fungsi memilih, mengumpulkan dan menyimpan
pengetahuan agar dapat ditemukan kembali jika diperlukan), dan fungsi yang bersifat
daur-ulang (cyclical), yaitu fungsi pendidikan dan latihan untuk menghasilkan sumber
daya manusia yang akan melaksanakan fungsi pertama di atas.
Kompetensi pustakawan
Menurut Hyams (1996) yang dikutip oleh Ratnawati, teknologi tidak akan
pernah mampu menilai kelayakan sebuah informasi, menemukan sumber alternatif,
dan memahami konteks mengapa sebuah informasi dibutuhkan. Teknologi tidak dapat
menafsirkan perubahan perilaku masyarakat dalam mencari informasi meskipun dapat
membantu memenuhinya. Namun untuk dapat melaksanakan peran atau fungsi
pustakawan di masa kini, menurut Sudarsono, pustakwan perlu memiliki kemampuan
khusus, yaitu kompetensi profesional dan kompeternsi personal. Kompetensi
profesional menyangkut pengetahuan yang dimiliki pustakawan khusus dalam bidang
sumber daya informasi, akses informasi teknologi, manajemen dan riset, serta
kemampuan untuk menggunakan bidang pengetahuan sebagai basis dalam
memberikan layanan perpustakaan dan informasi. Sedangkan kompetensi personal
adalah keterampilan dan keahlian, sikap dan nilai yang memungkinkan pustakwan
bekerja secara efisien, menjadi komunikator yang baik, selalu mempunyai semangat
untuk terus belajar sepanjang karirnya, dapat mendemonstrasikan nilai tambah atas
karyanya, dan selalu dapat bertahan dalam dunia kerja yang baru.
42
▪ memiliki pengetahuan subyek khusus yang cocok dan diperlukan oleh
organisasi induk atau pengguna jasa.
▪ mengembangkan dan mengelola jasa informasi yang nyaman, mudah diakses
dan berbiaya murah (cost effective) sejalan dengan arahan stratregis organisasi.
▪ menyediakan pedoman dan dukungan untuk pengguna jasa
▪ mengkaji kebutuhan informasi dan nilai tambah jasa informasi dan produk
yang memenuhi kebutuhan.
▪ menggunakan teknologi informasi yang sesuai untuk mengadakan,
mengorganisasikan dan memencarkan informasi.
▪ menghasilkan produk informasi khusus untuk digunakan di dalam maupuni di
luar organlsasi. atau oleh pengguna perorangan.
▪ mengevaluasi hasil penggunaan informasi dan melakukan niset yang
berhubungan dengan permasalahan manajemen informasi.
▪ secara terus-menerus meningkatkan iasa informasi umuk menjawab tantangan
dan perkembangan.
▪ merupakan anggota dan tim manajemen senior atau konsultan bagi organisasi
tentang isu informasi.
43
Sebagai cara untuk meningkatkan kualitas perpustakaan, maka pustakawan
sudah selayaknya menguasai pengetahuan sistematis (eksplisit) maupun pengetahuan
yang tidak terstruktur (tacit). Mencermati kondisi pustakawan dalam memberikan
layanan perpustakaan dan infromasi melalui pengamatan dan berbagai diskusi,
Hartono mengatakan bahwa ada dua faktor sebagai alasan untuk mengatakan, bahwa
citra pustakawan belumlah menggembirakan antara lain faktor internal dan faktor
eksternal.
Ditinjau dari faktor internal antara lain (1) pustakawan masih berkutat pada
pelayanan konvensional dengan menggunakan sistem layanan tradisional (2) masih
rendahnya kualitas sumber daya manusia/pustakawan, baik dari kualitas teknis
maupun kualitas fungsional. Dari segi kualitas teknis pustakawan banyak dijumpai
pustakawan yang belum memiliki kemampuan teknis berkomunikasi, manajerial,
penguasaaan teknologi informasi dan bahasa asing. Dari segi kualitas fungsional
meliputi dimensi kontak dengan pemakai, sikap, perilaku, hubungan internal
pustakawan (3) terbatasnya sarana penelusuran yang tersedia dalam bentuk abstrak, isi
buku, teks penuh (fulltext) atau dalam bentuk review. Sedangkan masalah eksternal
antara lain (1) Perpustakaan belum memiliki komitmen dalam mengembangkan
pustakawan sehingga pemberdayaan perpustakaan diseluruh Indonesia mengalai
kesulitan. (2) masih rendahnya jiwa kemandirian (entrepreneurship).
Mencermati perkembangan manajemen pustakawan dan kaitannya dengan
kompetensi pustakawan menurut Hakrisyati Kamil (2005) seperti yang dikutip
Hartono, bahwa pustakawan Indonesia pada umumnya memiliki keterbatasan antara
lain :(1) kurang memiliki pengetahuan bisnis (2) pustakawan tidak memikili
kemampuan untuk bergerak secara bersamaan dalam ruang lingkup informasi,
organisasi dan sasaran organisasi (3) Kemampuan kerjasama sebagai dalam
kelompok dan juga kepemimpinannya tidak memadai untuk posisi strategis dan (4)
kurang memiliki kemampuan manajerial.
Solusi yang harus dipenuhi terhadap pustakawan dalam memberdayakan
pengetahuan antara lain : Pertama, pustakawan harus dapat meningkatkan
kemampuan dalam teknologi informasi yang memadai. Kedua, mengembangkan
komunikasi ilmiah (science communication) bagi sesama pustakawan. Ketiga,
menumbuhkan jiwa kewirausahaan (entreprenuership) dan core bisnis. Keempat,
pustakawan diharapkan mampu meningkatkan kompetensi manajerial dan
kepemimpinan berbasis informasi.
44
Peran dan Fungsi Perpustakaan
Kunci pemberdayaan perpustakaan di abad teknologi terletak pada
kemampuannya mengidentifikasi, mengantisipasi, dan menanggapi dengan cepat
perubahan kebutuhan pengguna. Fungsi penting perpustakaan, menurut Lancaster
(1997) seperti yang dikutip Ratnawati, adalah mengelola sumber-sumber informasi
menjadi sesuatu yang bernilai bagi penggunanya. Sistem ini membimbing pengguna
menuju sumber informasi yang kadang rumit dan kompleks melalui cara yang cepat
dan mudah.
Ratnawati juga mengungkapkan bahwa, dengan adanya banjir informasi,
perpustakaan dapat menciptakan jenjang akses berdasarkan kualitas ulasan materinya.
Perpustakaan dapat menjadi :
o Access provider.
sumber informasi yang tinggi tingkat pemakaiannya dapat di download dan
disimpan dan di update di dalam jaringan. untuk jenis informasi lainnya, dapat
disediakan sesuai permintaan. ini dapat didahului dengan konsultasi melalui e-
mail atau yang lainnya
o Switching centre
Untuk sumber informasi yang tidak dimiliki, perpustakaan dapat mengarahkan
atau mengalihkan pengguna ke sumber informasi lain yang tepat
o Penyusun dan dan penyedia panduan, indeks, anotasi, dan alat bantu lain yang
sesuai dengan kebutuhan dan minat penggunanya
o filter
45
Pustakawan juga harus berupaya mengidentifikasi pengetahuan implisit dan
mengembangkan sistem yang diperlukan untuk menanganinya. Walaupun hal yang
disebutkan terakhir bukan pekerjaan yang mudah, tetapi prakarsa ke arah itu harus
ditumbuhkan dan sedapat mungkin diimplementasikan (Hartono).
Seperti telah disebutkan di atas, Hartono juga menegaskan bahwa manajemen
pengetahuan di lingkungan perpustakaan dapat dikembangkan dan diimplementasikan
sebagai perluasan prakarsa perpustakaan elektronik. Bagi perpustakaan yang telah
mengembangkan perpustakaan elektronik selama ini, yang diperlukan adalah
mengintegrasikan konsep manajemen pengetahuan dalam hal pemerolehan,
pengorganisasian, pemeliharaan, dan pendistribusian pengetahuan termasuk
pengetahuan informal, tidak terstruktur, dan eksternal yang menyangkut lembaga
induknya. Perpustakaan yang belum memiliki perpustakaan elektronik harus mulai
mengembangkannya kalau masih tetap ingin dipandang sebagai penyedia informasi
dan pengetahuan yang utama.
Untuk itu, berbagai perangkat pendukung yang diperlukan harus dipersiapkan
termasuk organisasi dan kebijakan yang harus ditetapkan pada tingkat institusi induk
perpustakaan. Didalam organisasi perpustakaan harus terdapat satu bagian atau satu
tim yang menangani pengorganisasian dan penyediaan pelayanan manajemen
pengetahuan. Selain itu, perpustakaan harus aktif mengidentifikasi berbagai
pengetahuan yang diciptakan di lingkungannya baik yang merupakan karya
perorangan/kelompok maupun karya institusional.
Selain itu, perpustakaan / unit informasi dapat melakukan audit informasi
(Information audit), yaitu suatu cara yang efektif untuk mengidentifikasi kebutuhan
informasi organisasi, memetakan arus informasi dari dalam dan luar, mengembangkan
komunikasi antara profesional informasi dengan para pekerja, pemasaran layanan
informasi dan pengembangan profil perpustakaan dalam organisasi (Henczel, 2000).
Dengan audit informasi, perpustakaan dapat mengevaluasi informasi yang dibutuhkan
organisasi yang menaunginya., sehingga dapat memberikan produk-produk informasi
yang lebih berkualitas.
Information repackaging dapat menjadi nilai tambah bagi perpustakaan dalam
memberikan layanan informasinya bagi organisasi / perusahaan yang menaunginya.
Istilah kemas ulang informasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu 'Information
Repackaging'. Dalam pengertian yang sederhana menurut John Agada )(1995: 2)
seperti yang dikutip Syamsudin (2007) kemas ulang informasi adalah sebuah unit
46
layanan baru yang ada di perpustakaan atau pusat-pusat informasi yang memberikan
layanan informasi untuk kebutuhan spesifik dari pemakai. Pengertian yang
dikemukakan di atas, memberikan gambaran pada kita bahwa kemas ulang informasi
merupakan sebuah unit layanan yang baru, layanan ini muncul atau disediakan
terutama untuk menyahuti perkembangan dari melimpahnya informasi di era
globalisasi informasi sekarang ini. Walaupun informasi yang tersedia di era ini
melimpah ruah namun hal itu malah membuat kesulitan untuk mengakses informasi
yang relevan, current dan komprehenship.
Aspek yang kedua dari pengertian kemas ulang informasi yang dikemukakan
John Agada tersebut adalah kegiatan layanan kemas ulang informasi yang diberikan
harus benar-benar memberikan layanan kebutuhan yang spesifik untuk para pemakai
perpustakaan atau pusat-pusat informasi.
Contoh dari kemas ulang informasi yang dapat dilakukan oleh perpustakaan
bagi industri adalah (Hariyadi, 2007) :
- brosur iklan dan promosi
- Analisa pasar dan trend pasar
- Analisa pesaing
- Analisa ekonomi
- Informasi mengenai paten-paten yang berkaitan
- dll
47
- investasi baru
- lokasi pabrik dan kantor
- produk-produk baru yang akan dikembangkan dan yang akan dipasarkan
- Harga dan promosi
48
Perpustakaan / unit informasi perlu membangun hubungan baik dengan
penggunanya.
9. Kembangkan beraneka ragam keterampilan
Pustakawan / profesional informasi perlu terus mengembangkan kemampuan dan
kompetensinya agar terus dapat memberikan produk-produk informasi dana yang
lebih baik lagi bagi perusahaan. Beberapa hal yang perlu dikembangkan adalah :
- pengetahuan mengenai industri yang berkaitan dengan bisnis yang dijalani
perusahaan
- tanggap terhadap isu-isu dan tekanan bisnis
- communication skills
- inter-personal skills
- dll
Skryme dan Syamsuddin (2007) juga memberikan beberapa aspek yang dapat
menambah nilai pada informasi, yaitu :
1. ketersediaan (availability)
2. mutakhir (currency)
3. relevan (relevancy)
4. kemudahan akses, ketepatan perolehan (Accessibility)
5. tepat guna untuk berbagai kebutuhan (utility)
6. akurat (accuracy)
7. valid (validity)
8. keandalan (reliability)
9. tersaji dengan baik (repackaging)
10. dapat digunakan dengan beragam cara (flexibility)
KESIMPULAN
49
Informasi kini digunakan dan dimanfaatkan secara optimal dalam kegiatan
perekonomian, sehingga memungkinkan diterapkannya cara-cara baru yang lebih
efisien untuk produksi, distribusi dan konsumsi barang dan jasa, sehingga akhirnya
akan meningkatkan produktivitas. Proses inilah yang membawa manusia ke dalam
Masyarakat atau Ekonomi Informasi, atau disebut juga sebagai masyarakat pasca
industri.
Sekarang, siapa yang menguasai informasi, merekalah yang akan menguasai
dunia. Perubahan cepat di dunia bisnis mendorong perusahaan mengandalkan
kekuatan informasi sebagai basis untuk berbisnis. Informasi yang didukung teknologi
internet telah merevolusi wajah perekonomian dunia untuk berubah dari ekonomi
lama (old economy) ke ekonomi baru (new economy). Dalam rangka itu, dibutuhkan
pengelolaan informasi yang baik dan lebih terarah, dengan demikian dapat
dimanfaatkan secara optimal. Peran inilah yang dapat diambil oleh perpustakaan atau
unit informasi di suatu organisasi bisnis. Dan dibutuhkan pustakawan / profesional
informasi dengan kompetensi yang tinggi untuk menjalankan pengelolaannya.
DAFTAR PUSTAKA
50
Henczel, Susan. The information audit as a first step towards effective knowledge
management. http://www.ifla.org/VII/d2/inspel/00-3hesu.pdf. Akses : 10
Desember 2007.
Pendit, Putu Laxman. Perubahan orientasi dalam era informasi. Prosiding Seminar
Sehari Layanan Pusdokinfo berorientasi pemakai di era infromasi : pandangan
akademisi dan praktisi, Depok, 16 Maret 1996.
51
Utoyo, Indra M. Upaya mengukur kontribusi ICT. http://www.ebizzasia.com/0326-
2005/column,indra,0326.html. Akses : 18 November 2007.
52