Anda di halaman 1dari 9

Perubahan Teknologi Penyebaran Informasi Tradisional ke Modern

dalam Aspek Pendidikan dan Ekonomi

Penulis:

1. Amrina Ghina Syahadah (6662220125)


2. Ervita Riliana (6662220129)
3. Chintya Aisyah (6662220131)
4. Viona Rosa Satiana (6662220138)
5. Deya Salsabila Kurniawan (6662220144)
6. Rizky Akbar Prayogi (6662220152)
7. Salsa Siti Suherbilah (6662220157)

Abstrak
Pengetahuan dan keterampilan manusia dalam menyebarkan dan mengalirkan pesan adalah dasar dari
perkembangan teknologi informasi. Pada dasarnya, teknologi diciptakan untuk membuat kehidupan
manusia lebih mudah, praktis, dan nyaman. Dengan kemajuan teknologi, proses interaksi antar manusia
dapat mencakup lebih banyak lapisan masyarakat. Teknologi informasi telah mengubah kehidupan
masyarakat dalam banyak hal, seperti pendidikan dan ekonomi. Dengan hadirnya internet sebagai
bagian dari perkembangan teknologi informasi, keterbatasan pada sumber pembelajaran dan informasi
serta jarak saat ini telah diperbaiki. Internet telah mengubah kehidupan bermasyarakat dengan menjadi
jaringan yang mampu menghubungkan penggunanya dengan dunia. Fakta bahwa banyak perubahan
yang terjadi dalam sistem pendidikan saat ini menunjukkan bahwa teknologi informasi membantu
perkembangan pendidikan ke arah yang positif. Dalam ekonomi, dengan munculnya e-commerce yang
semakin berkembang, transaksi jual beli saat ini menjadi lebih mudah bagi orang yang melakukannya,
hal ini merupakan salah satu dampak positif dari kemajuan teknologi informasi. Namun, segala
kemudahan yang diberikan oleh teknologi tidak selalu berdampak positif pada masyarakat; kadang-
kadang, mereka yang menggunakannya juga dapat mendapatkan dampak negatif. Ini berkaitan dengan
bagaimana orang menggunakan perkembangan teknologi informasi saat ini. Kemudahan teknologi
dapat membuat seseorang menjadi terlalu nyaman sehingga menimbulkan rasa malas dan
kecenderungan. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan perkembangan
teknologi informasi saat ini memberikan dampak positif atau negatif.

Pendahuluan
Perkembangan teknologi informasi pada saat ini berkembang dengan pesat. Teknologi informasi
merupakan teknologi baru yang membahas mengenai teknologi yang menggunakan perangkat mikro
atau yang berukuran kecil, bukan teknologi dalam bentuk mesin dengan ukuran besar. Teknologi
informasi adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan pemanfaatan
informasi. Teknologi informasi tidak hanya terdiri dari perangkat keras mikro (hardware), tetapi juga
perangkat lunak (software). Perangkat keras yang memiliki ukuran semakin kecil biasanya memiliki
kapasitas dan kemampuan yang lebih tinggi, tetapi dalam pengembangannya tetap mengupayakan
untuk menjaga harganya tetap terjangkau. Adanya perkembangan teknologi informasi dapat
memberikan kemudahan untuk penggunannya serta meningkatkan produktivitas kerja. Teknologi
informasi yang semakin berkembang dapat membantu individu untuk berinteraksi dengan individu lain
tanpa adanya hambatan jarak. Setiap individu dari berbagai belahan dunia kini dapat berkomunikasi
secara langsung melalui berbagai jenis sosial media (Nuryanto, 2012)
Dalam aspek pendidikan, perkembangan teknologi informasi memberikan dampak positif melalui
perubahan yang terjadi secara signifikan. Akses kepada informasi mengenai ilmu pengetahuan yang
terbatas pada masa tradisional, kini sudah tidak menjadi permasalahan yang berarti. Pada saat ini, jarak
dan waktu sudah tidak menjadi masalah untuk belajar atau mencari ilmu, karena sudah tersedia
berbagai macam aplikasi ataupun web yang mampu memfasilitasi individu dalam bidang pendidikan.
Kemajuan teknologi informasi sangat memberikan keuntungan dalam bidang pendidikan, karena dapat
membantu kemudahan akses kepada materi pembelajaran yang beragam dan berkualitas seperti jurnal,
buku dalam bentuk e-book dan literatur ilmiah (Muhammad Yamin, n.d.) .
Perkembangan teknologi informasi dalam bidang ekonomi juga berkembang dan menghasilkan
perubahan sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Aktivitas ekonomi yang dilakukan pada masa
tradisional hanya dapat dilakukan secara tatap muka atau face to face di mana penjual dan pembeli harus
bertemu secara langsung untuk melakukan transaksi. Namun dengan adanya perkembangan teknologi
informasi, aktivitas jual beli kini dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja. Dengan adanya dukungan
teknologi yang semakin canggih, pelaku bisnis atau penjual dapat meanfaatkannya dengan berjualan
secara online di e-commerce maupun sosial media.
Perubahan sosial terjadi akibat transisi perkembangan teknologi dari tradisional ke modern tidak
hanya menimbulkan dampak yang positif, tetapi juga banyak dampak negatif yang terjadi. Banyak orang
yang menjadi ketergantungan dengan teknologi dan tidak memanfaatkan teknologi tersebut dengan
baik. Dengan teknologi yang mempermudah pengerjaan tugas dan proses belajar, siswa dapat menjadi
malas belajar di kelas maupun di rumah. Pada akhirnya, siswa akan lebih memilih menghabiskan waktu
di sosial media atau bermain game daripada memanfaatkan teknologi untuk mengeksplor ilmu
pengetahuan. (Mulyani & Haliza, n.d.) . Selain itu pada aspek ekonomi, maraknya penggunaan e-
commerce akan merusak harga pada pasar tradisional. Dalam berbagai aspek, perubahan sosial mampu
merubah kebiasaan suatu kelompok masyarakat menjadi kebiasaan yang baru. Berdasarkan fakta
tersebut, transisi perkembangan teknologi tradisional ke modern saat ini merupakan bentuk dari teori
modernisasi. Di mana, dalam modernisasi dikatakan bahwa adanya perubahan cara hidup dari
tradisional ke modern.

Keterkaitan dengan Teori Modernisasi


Teori Modernisasi lahir sekitar tahun 1950-an, sebagai bentuk reaksi atas terjadinya pertentangan
antara ideologi kapitalis yang diusung oleh Amerika Serikat dan ideologi komunis yang diusung oleh Uni
Soviet yang berkembang pada saat itu. Pada awalnya isu modernisasi dimulai oleh adanya teori tentang
pembagian kerja secara internasional yang mengatakan bahwa setiap negara harus melakukan
spesialisasi produksi sesuai dengan keuntungan komparatifnya. Teori ini menyatakan bahwa
perdagangan internasional akan menguntungkan semua pihak. Kemajuan teknologi di negara industri
akan mengakibatkan produksi menjadi berlimpah dan murah. Menurut teori pembagian kerja,
pembangunan yang meleburkan diri dalam kegiatan ekonomi global dianggap sebagai pembangunan
yang baik bagi suatu negara. Namun, teori pembagian kerja secara internasional ini dalam
pelaksanaanya menimbulkan dikotomi spesialiasi produksi kelompok negara yang tidak seimbang.
Akibatnya negara pertanian akan semakin tertinggal, sementara negara industri semakin kaya. Jadi, teori
modernisasi dan struktural hadir untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang menyebabkan hal
tersebut terjadi. (Suryono, 2023).
Menurut Beling dan Totten (1970), salah satu jenis perubahan sosial yang berasal dari Revolusi
Industri di Inggris (1760-1830) dan Revolusi Politik di Perancis (1789-1794) adalah modernisasi. Salah satu
aspek utama modernisasi adalah pergeseran dari teknik industri tradisional ke modern. Berbagai temuan
baru dalam ilmu pengetahuan mendorong pergeseran ini. Selain itu, ada pendapat lain yang
disampaikan oleh Rogers (1976), yang menyatakan bahwa modernisasi adalah proses perubahan cepat di
mana orang beralih dari gaya hidup tradisional ke gaya hidup yang lebih maju dan canggih secara
teknologi.
Menurut Inkeles (1966), manusia modern yang mampu mengembangkan sarana material untuk
menjadi produktif, itu dibutuhkan untuk menghasilkan kemajuan dalam suatu masyarakat. Salah satu
ciri manusia modern adalah kemampuan mereka untuk menerima hal baru dan terbuka untuk
perubahan; mereka dapat menyatakan pendapat mereka tentang hal-hal yang terjadi di lingkungan
mereka sendiri atau di luar lingkungan mereka; mereka merencanakan dan mengorganisasikan diri;
mereka percaya pada teknologi dan ilmu pengetahuan; mereka menghargai harkat hidup orang lain;
mereka lebih percaya pada teknologi dan imu pengetahuan; dan mereka menjunjung tinggi sikap
bahasannya. Inkeles juga menilai bahwa pendidikan merupakan sarana paling efektif yang mampu
mengubah manusia menjadi manusia modern. Jika suatu negara ingin tumbuh menjadi negara modern
dan memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi maka pendidikan harus menjadi perhatian khusus dan
dikembangkan dengan baik.
Teori Modernisasi memiliki beberapa asumsi berdasarkan teori evolusi. Beberapa di antaranya
adalah bahwa modernisasi dianggap sebagai proses bertahap, dianggap sebagai proses homogenisasi,
yang berarti bahwa masyarakat akan memiliki karakteristik dan struktur yang sama, modernisasi
dimulai sebagai proses westernisasi, dan modernisasi dianggap sebagai proses yang tidak bergerak
mundur dan berlangsung secara terus menerus. Dengan menerapkan teori modernisasi, fokus akan
ditempatkan pada faktor-faktor yang menyebabkan negara-negara Dunia Ketiga bergantung pada
negara-negara maju. (Martono, 2018).
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, topik yang dibahas dalam penulisan ini relevan dengan
teori modernisasi. Di mana dalam proses modernisasi terjadi perubahan dari cara yang tradisional ke
cara modern. Dalam perkembangannya, saat ini teknologi informasi sudah mengalami transisi
perubahan dari tradisional ke modern. Hal ini menunjukan adanya perkembangan manusia modern
dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu, teori modernisasi berfokus pada masyarakat dengan
berbagai karakteristik, gejala sosial, dan struktur kehidupan dalam berbagai aspek, seperti ekonomi,
pendidikan, industri, dll., yang menghasilkan transformasi masyarakat modern.
Dalam aspek pendidikan, informasi mengenai ilmu pengetahuan sebelumnya hanya berpaku pada
media cetak seperti buku, majalah, koran dan sebagainya, namun kini informasi tersebut dapat diakses
dengan mudah melalui gadget. Dewasa ini, penyebaran informasi melalui media cetak dianggap sudah
kurang efektif karena masyarakat masa kini cenderung lebih sering menggunakan gadget untuk
mendapatkan informasi. Berbagai macam buku dalam bentuk digital atau e-book kini sudah tersedia
dalam gadget yang lebih mudah dan praktis untuk diakses oleh masyarakat. Selain itu dalam praktek
ekonomi, jual beli secara langsung telah berkurang karena berkembangnya e-commerce, yang
memudahkan transaksi tanpa pertemuan langsung. Perkembangan teknologi informasi tersebut
menunjukan adanya proses menuju masyarakat modern dengan memperhatikan sarana pendidikan
untuk mencapai negara yang modern serta adanya upaya untuk meningkatkan ekonomi melalui e-
commerce.
Dengan kedua aspek tersebut menunjukan adanya modernisasi dalam perubahan sosial
kehidupan masyarakat. Di mana terjadi perubahan yang bergerak maju dengan teknologi yang
berkembang dan mampu merubah kebiasaan dalam kehidupan bermasyarakat.

Pendidikan pada Masa Tradisional


Dahulu, informasi dalam aspek pendidikan belum menggunakan teknologi secanggih sekarang
karena teknologi pada zaman dahulu belum berkembang pesat seperti saat ini. Pendidikan adalah suatu
proses pertukaran informasi atau pesan dan proses berkomunikasi yang terjadi antara tenaga pendidik
kepada peserta didik yang meliputi informasi dan pesan terkait pendidikan di mana pada pendidikan ini,
tenaga pendidik merupakan sumber informasi dan pusat informasi. Pada pendidikan di era tradisional,
tenaga pendidik masih menjadi sumber informasi dan patokan dalam kegiatan belajar mengajar, berbeda
dengan saat ini. Pendidikan dahulu atau tradisional memiliki perbedaan dengan pendidikan era modern.
Pada pendidikan masa tradisional, tenaga pendidik adalah seseorang yang dianggap tahu segalanya dan
memiliki tugas untuk menyampaikan atau menyalurkan ilmu pengetahuan atau informasi yang
diketahui kepada peserta didik. Karena pendidikan era tradisional didominasi tenaga pendidik sebagai
sumber informasi, maka era tersebut dinamakan the era of teacher (Elyas, 2018).
Pada masa tradisional, selain bersumber dari tenaga pendidik, informasi dan ilmu pengetahuan
juga bisa didapatkan dari buku-buku. Tetapi, sumber informasi dari buku-buku memiliki banyak
kekurangan. Karena, buku harus dibeli dan harganya tidak murah. Selain itu tidak semua orang memiliki
kemampuan untuk membelinya karena keadaan ekonomi setiap orang berbeda-beda. Alternatif lain
selain membeli buku, sebenarnya bisa meminjam ke perpustkaan konvensional. Walaupun pada saat
masuk ke perpustakaan konvensional tidak dipungut biaya, tetapi pembuatannya bukanlah suatu yang
mudah. Perpustakaan konvensional adalah sumber informasi dan ilmu pengetahuan yang tidak murah
karena buku-buku di perpustakaan konvensional harus dibeli dengan harga yang tidak bisa dibilang
murah. Lalu, untuk menjaga buku-buku yang berada di perpustakaan konvensional agar tidak rusak dan
tetap bagus bukan perkara mudah. Akibat dari mahalnya buku-buku tersebut dan pengelolaan buku
yang susah, mengakibatkan tidak banyaknya perpustakaan di berbagai tempat dan banyak perpustakaan
yang tidak memiliki koleksi buku yang lengkap (Sasmita, 2020).
Karena teknologi yang belum berkembang pada saat itu, pembelajaran dengan cara tradisional
masih mendominasi, yakni proses pembelajaran harus dilakukan dengan interaksi secara langsung atau
tatap muka. Pembelajaran tatap muka adalah pembelajaran yan mengutamakan pada kehadiran tenaga
pendidik dan peserta didik di mana peserta didik terlibat dalam komunikasi langsung. Pembelajaran
tatap muka adalah pembelajaran di satu tempat yang sama dengan cara berinteraksi langsung dan
berdikusi langsung. Pembelajaran tradisional secara tatap muka memiliki berbagai permasalahan, salah
satu permasalahannya adalah pembelajaran tradisional secara tatap muka sangat perlu biaya yang besar.
(Anggrawan, 2019). Lalu, pembelajaran tradisional secara tatap muka juga tidak fleksibel baik itu secara
tempat dan waktu. Dengan melakukan pembelajaran ini, baik tenaga pendidik maupun peserta didik
diharuskan berada di satu tempat yang sama. Pembelajaran ini tidak bisa dilakukan jika tenaga pendidik
dan peserta didik berbeda tempat. Jadi, jarak sangat berpengaruh pada pembelajaran.
Pendidikan pada Masa Modern
Perkembangan teknologi informasi pada beberapa tahun ke belakang ini berkembang dengan
sangat pesat sehingga banyak hal-hal yang berubah dalam mencari dan juga mendapatkan informasi.
Salah satu aspek yang mendapatkan dampak yang cukup besar adalah aspek pendidikan di mana
pendidikan merupakan salah satu proses pertukaran informasi dan proses komunikasi dari tenaga
pendidik kepada peserta didik (Husaini, 2017).
Dalam mencari informasi di aspek pendidikan, salah satu contoh yang berubah adalah yang
pada sebelumnya mencari informasi melalui buku dan perpustakaan konvensional, sekarang beralih
menjadi e-book atau buku dalam bentuk digital serta perpustakaan digital. Sekarang, pendidikan di
Indonesia yang selama ini bersumber dari buku teks, sudah digantikan oleh produk digital seperti e-
book dan perpustakaan digital (Effendi & Wahidy, 2019). Buku dan perpustakaan digital memiliki banyak
keuntungan karena dengan bentuk digital, harga buku tidak terlalu mahal dan banyak pula yang tidak
dipungut biaya. Perpustakaan digital pun banyak yang gratis dan bisa membaca buku tanpa harus
membeli buku tersebut. Biasanya, buku dipinjamkan dengan tenggat waktu tertentu.
Pendidikan pada masa modern adalah pendidikan yang memberikan pengajaran kepada peserta
didik dengan menggunakan multimedia seperti komputer, smartphone, video, dan audio visual
(Ngongo et al., 2019)
. Secara umum ada tiga macam manfaat teknologi informasi dalam pendidikan. Hal-hal
tersebut adalah yang pertama sebagai sarana pendistribusian materi pendidikan, terdiri dari penggunaan
komputer, speaker, dan proyektor yang dapat memudahkan akses siswa terhadap materi yang ditawarkan
oleh para tenaga pendidik. Selain berfungsi sebagai sarana pendidikan, teknologi informasi dan
komunikasi juga bermanfaat sebagai alat untuk menyalurkan materi pembelajaran pengajar internet,
baik dalam dalam bentuk halaman web atau melalui aplikasi lain yang mungkin dapat memudahkan
pembelajaran siswa untuk memperoleh konten yang ditawarkan. Lalu hal yang tak kalah penting, yaitu
munculnya teknologi informasi berbasis internet yang semakin memudahkan kehidupan. Antara
pengajar dan murid untuk berinteraksi dan berkomunikasi tidak perlu secara tatap muka karena
sekarang sudah bisa dilakukan melalui aplikasi seperti Zoom, Whatsapp, dan lain-lain
(Cholik, 2017).
Dalam bidang pendidikan mendapatkan hasil maksimal dari kemajuan teknologi informasi karena
manfaat yang diperoleh luar biasa. Mulai dari materi-materi pembelajaran yang berkualitas seperti
jurnal, literatur, dan buku, membangun diskusi-diskusi, sampai dengan berkonsultasi dengan para pakar
di dunia, dan semua hal tersebut dapat dilakukan tanpa mengalami kendala batas karena semua dapat
dilakukan dengan bantuan teknologi (Andriani, 2016) .
Dalam pendidikan atau pembelajaran modern, terdapat internet yang bisa dimanfaatkan untuk
sumber informasi dalam pembelajaran. Pertama, bisa digunakan untuk browsing, yaitu suatu istilah yang
digunakan saat ingin melakukan penjelajahan pada situs web dengan tampilan menarik yang biasanya
dilakukan pada browser. Kedua, bisa digunakan untuk resourcing yaitu menjadikan internet terlibat
dalam pelajaran dan digunakan untuk mencari informasi serta data terkait dengan materi yang
diajarkan. Kemudian, bisa juga melakukan searching, yakni proses mencari bahan-bahan pendidikan
untuk melengkapi informasi yang akan diajarkan kepada siswa. Dalam hal ini, jika informasinya
sehubungan dengan materi yang, bisa menggunakan search engine sebagai salah satu fasilitas yang
ditawarkan pada aplikasi untuk mencari data yang kita perlukan. Kemudian yang terakhir adalah e-mail,
yaitu sebuah aplikasi untuk bertukar pesan dan menghubungkan komunikasi antarpersonal dengan
pengiriman pesan yang mudah dan juga cepat sampai sehingga memudahkan proses komunikasi. E-mail
juga bisa menyertakan file tertentu dan hal ini sangat memudahkan dalam proses pembelajaran.
Meskipun begitu, seiring dengan berkembangnya zaman, sudah lebih banyak media yang lebih populer
dan sama memudahkannya seperti contohnya Facebook, WhatsApp, Line, Messenger, Instagram,
Twitter, YouTube, dan lain-lain serta ada juga aplikasi untuk melakukan teeleconference, seperti Zoom
dan Google Meet (Rahman, 2021).
Pendidikan pada masa modern banyak menerapkan metode pembelajaran e-learning. E-
learning atau Electronic Learning adalah belajar dengan memanfaatkan elektronik dalam hal ini adalah
komputer dan internet (Chusna, 2019) . Pengertian lain, e-learning adalah suatu proses dalam
pembelajaran di mana proses tersebut menggunakan teknologi informasi dan memanfaatkan media
online contohnya adalah internet sebagai metode dalam proses penyampaian informasi atau pesan dan
interaksi antara tenaga pendidik dan peserta didik. Pada proses pembelajaran e-learning, tenaga
pendidik dan juga peserta didik bisa melakukan kegiatan belajar mengajar walaupun tidak di satu
tempat yang sama. Peserta didik dan tenaga pendidik bisa saja terpaut jarak beribu-ribu kilometer tetapi
interaksi dan kegiatan belajar mengajar masih bisa dilakukan (Anshori, 2018).
Berkembangnya teknologi informasi dalam aspek pendidikan tentulah memiliki sisi positif dan
negatifnya. Sisi positifnya yaitu teknologi informasi sangat memudahkan untuk mencari informasi.
Selain itu, pembelajaran juga bisa dilakukan di mana saja tanpa terhalang oleh jarak. Pada pendidikan
modern, guru tidak menjadi pusat informasi, tetapi informasi bisa diakses dan dicari melalui internet
dengan guru sebagai pembimbing. Lalu, sudah banyak juga aplikasi yang menunjang teknologi
informasi modern sepertu Zoom dan Google Meet. Kemudian fasilitas pendidikan juga bisa terpenuhi
secara cepat misalnya pada pembuatan soal yang mestinya membutuhnya lembar yang banyak, dengan
internet hal itu tidak perlu dilakukan. Tidak hanya ada sisi positif, teknologi informasi juga bisa
berdampak negative terhadap aspek pendidikan, yaitu Banyak pelajar atau mahasiswa yang kecanduan
dunia maya atau internet sehingga menimbulkan sikap apatis terhadap hal-hal baru. Alhasil, dalam
menggunakan internet harus ada filter dalam mengizinkan akses dan diberikan perhatian atau
pengawasan orang tua karena orang tua mempunyai peran penting dalam menciptakan pola pikir hidup
pada anak-anak di bawah umur. Lalu, seringnya peserta didik mengakses sesuatu di internet, justru akan
membuat mereka tidak memanfaatkan teknologi informasi tersebut secara optimal dan malah
menggunakannya untuk hal lain atau mencari informasi yang tidak baik. Kemudian, dengan kemudahan
segala sesuatu yang ditawarkan oleh internet, dikhawatirkan peserta didik menjadi malas dan tidak
menggunakan usaha yang lebih dalam mengakses informasi dan ingin sesuatu yang instan di internet
contohnya adalah penggunaan Google dan situs web yang sedang marak akhir-akhir ini yaitu ChatGPT
(Maritsa et al., 2021).
Terdapat penelitian yang dilakukan oleh Ayu Permata Sari dan Novera Utami yang meneliti
tentang bagaimana pengaruh intensitas penggunaan internet bisa memengaruhi prestasi belajar siswa di
SMA Negeri 13 Kerinci. Pada penelitian ini, diambil sampel sebanyak 165 siswa dan didapatkan data
dengan penggunaan internet termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase 61,21% dan sisanya
masuk dalam kategori sedang dengan persentase 38,78%. Dari hasil uji hipotesis penelitian, didapatkan
data bahwa adanya pengaruh negatif yang terjadi kepada prestasi belajar siswa dikarenakan intensitas
penggunaan internet para siswa tersebut. berdasarkan penelitian tersebut juga, penggunaan internet
sebagai media pertukaran data kurang dimanfaatkan oleh siswa sehingga video pembelajaran sumber
bacaan kurang dieksplor di internet. Hasil penelitian yang tinggi justru menunjukan internet
dimanfaatkan sebagai alat komunikasi, tetapi hal inilah yang menyebabkan prestasi siswa menurun
karena penggunaan internet sebagai media yang kaya informasi dan banyak buku-buku justru kurang
digunakan secara maksimal oleh siswa. Untuk mengatasi hal tersebut salah satunya bisa dilakukan
dorongan dan pemberian motivasi agar siswa bisa sadar dan dapat aktif menemukan ilmu pengetahuan
dan memanfaatkan teknologi informasi secara baik dan benar. Karena banyak sekali sisi positif dari
penggunaan internet. Jangan hanya gunakan internet sebagai media bermain game dan menggunakan
media sosialnya saja karena jika kecanduan, hal itu justru akan menjadi bumerang (Sari & Utami, 2019).

Ekonomi pada Masa Tradisional


Perekonomian Indonesia hampir sepenuhnya berasal dari transaksi jual beli yang dilakukan secara
langsung oleh penjual dan konsumen sebelum abad ke-20. Berdagang dari mulut ke mulut, berdagang di
pasar, berjualan di kota, dan melakukan lelang secara langsung dengan konsumen adalah semua cara
para pelaku ekonomi menjalankan seluruh bisnis mereka. Dalam ekonomi modern, penjual biasanya
berkonsentrasi pada satu lokasi untuk menjual berbagai jenis produk. Sebagai contoh, ada pasar Tanah
Abang yang berfokus pada pakaian, dan ada pasar Gembrong di Jakarta Pusat yang berfokus pada
mainan anak-anak, yang menjadi pusat bagi pedagang mainan lainnya untuk mendapatkan harga
terbaik untuk mainan anak-anak. Pada masa perekonomian saat itu, penjualan masih berlangsung secara
konvensional, di mana pelanggan harus mengunjungi pusat penjualan produk tertentu untuk
mendapatkan harga miring dari harga pasarnya.
Para konsumen atau pembeli perlu berbelanja ke pasar di pagi hari untuk mendapatkan stok yang
lebih variatif dan stok yang melimpah demi kebutuhan sehari-hari ataupun untuk kebutuhan bisnis.
Selain itu, di pasar-pasar besar terdapat banyak porter-porter yang menawarkan jasa pengangkutan
barang kepada pembeli yang ingin berbelanja. Ada juga pedagang di luar kota yang ingin menjual
produk mereka ke kota-kota besar untuk mendapatkan pasar yang lebih luas. Selain itu, budaya tawar
menawar yang terjadi antara penjual dan konsumen untuk mendapatkan harga yang diinginkan adalah
ciri khas ekonomi tradisional. Konsumen berjalan dari ruko ke ruko di pasar untuk memilih dan
menyentuh bahan yang cocok untuk mereka pakai hingga mereka dapat memakai pakaian mereka secara
langsung di ruko.
Seiring dengan kemajuan teknologi dan zaman, jumlah pasar konvensional semakin berkurang.
Kondisi pasar yang tidak menguntungkan menyebabkan penurunan jumlah pasar tradisional ini. Pasar
konvensional biasanya kotor, tidak teratur, dan bau. Akibatnya, banyak pelanggan dengan pendapatan
menengah ke atas beralih ke pasar modern atau supermarket. Namun, pasar tradisional masih memiliki
keunggulan yang menarik bagi masyarakat, seperti harga yang terjangkau dan kemampuan untuk
melakukan tawar menawar. Sehingga, pasar tradisional tetap ideal untuk ekonomi golongan menengah
ke bawah. (Nugraha et al., 2019).
Masa perekonomian yang berlangsung secara konvensional tanpa melibatkan platform online
memiliki beberapa keterbatasan yaitu diantaranya transaksi fisik, transaksi dalam perdagangan
konvensional melibatkan pertukaran fisik antara penjual dan konsumen. Konsumen harus pergi ke toko
atau pasar untuk membeli barang, kemudian melakukan pembayaran dengan uang tunai atau kartu
kredit/debit. Kemudian adanya keterbatasan geografis, Bisnis offline terbatas pada area tertentu. Penjual
dan konsumen harus berada di tempat yang sama atau dehubbing secara fisik untuk melakukan
transaksi. Waktu Terbatas, waktu perdagangan juga terbatas pada jam operasional toko atau pasar.
Konsumen hanya dapat berbelanja pada jam tertentu, yang di mana hal tersebut bisa menjadi kendala
bagi konsumen yang memiliki tidak memiliki waktu luang untuk berbelanja. Keterbatasan Informasi,
informasi tentang produk dan harga akan terbatas dan sesuai dengan yang terlihat di toko atau sesuai
yang diberikan oleh penjual. Konsumen mungkin perlu mengandalkan rekomendasi dari teman atau
kerabat untuk memutuskan melakukan pembelian. Biaya Transportasi, konsumen harus mengeluarkan
biaya transportasi untuk pergi ke toko atau pasar untuk berbelanja. Hal ini mencakup bensin, tiket
transportasi umum, atau biaya parkir. Stok Terbatas, toko fisik terbatas oleh ukuran toko dan kapasitas
yang dimiliki, sehingga stok barang tertentu mungkin terbatas. Hal ini dapat membuat konsumen harus
berpindah ke berbagai toko untuk mencari barang yang mereka inginkan. Interaksi Manusia, dalam
transaksi offline biasanya melibatkan interaksi langsung dengan penjual atau staf toko. Namun hal ini
dapat menjadi keuntungan atau kerugian sesuai dengan preferensi konsumen.

Ekonomi pada Masa Modern


Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, sistem perekonomian mengalami banyak
perubahan. Perekonomian tradisional memiliki sistem yang cukup berbeda dengan perekonomian pada
masa modern. Hal ini disebabkan oleh adanya teknologi informasi yang turut serta dalam kegiatan jual
beli pada proses ekonomi. Teknologi informasi muncul pada tahun 1994, dimana muncul Internet
Service Provider yang diprakarsai oleh Indosat yang menjadi awal perekonomian Indonesia yang
beririsan dengan teknologi informasi serta mengubah kebiasaan masyarakat dalam melakukan kegiatan
jual beli (Nasution et al., 2020)
Dalam aktivitasnya, penggunaan teknologi informasi mempengaruhi mekanisme perdagangan
dari waktu ke waktu yang mengarah pada transaksi jual beli suatu produk secara online atau yang kini
disebut e-commerce. Memasuki abad 20, hadir Lippo Shop yaitu pernjualan online dari Lippo Group.
Dari sini, pemerintah mulai menerapkan adanya undang-undang mengenai e-commerce. Dalam waktu
berdekatan, muncul OLX website jual beli barang bekas. Lalu, Tokopedia merupakan perusahaan e-
commerce pertama yang hadir di Indonesia. Disambung adanya Traveloka dan Shopee yang berhasil
rmelakukan promosi dan menguasai pasar dalam waktu yang singkat. Pada 2017, pemerintah melalui
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 74 Tahun 2017 tentang Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional
Berbasis Elektronik (Road Map e-Commerce) tahun 2017-2019 diluncurkan. Mulai tahun 2019 hingga
sekarang e-commerce jual beli online semakin marak dan semakin bersaing mengalahkan aktivitas jual
beli tradisional yang kini kian menuai banyak penentangan mengenai perubahan mekanisme jual beli
yang sebelumnya terjadi secara langsung beralih melalui aplikasi belanja online
(Mustajibah & Trilaksana, 2021).
Populasi masyarakat Indonesia yang semakin meningkat pada usia produktif disertai perilaku
konsumtif yang artinya sebagian besar masyarakat akan memiliki daya beli yang tinggi dengan adanya
kemudahan yang terfasilitasi oleh e-commerce. Hadirnya e-commerce di masyarakat akan merubah
perilaku aktivitas ekonomi yaitu pembeli lebih condong menggunakan aplikasi belanja online
dikarenakan adanya efisiensi waktu, variasi yang lebih beragam, dan harga yang lebih terjangkau. Selain
itu e-commerce juga mendatangkan kesempatan bagi para penjual untuk berinovasi serta berkreasi
untuk dapat mengembangkan jenis usaha mereka menuju skala yang tidak lagi hanya bersifat regional,
namun dapat melesat ke kancah nasional hingga internasional. Dampak adanya e-commmerce dalam
perekonomian Indonesia yaitu kemajuan teknologi dapat mempermudah siapapun mendapatkan apa
yang mereka inginkan. Pemanfaatan peluang usaha yang akan dirintis sehingga dapat dinikmati oleh
seluruh masyarakat secara global. Teknologi informasi dalam menunjang perekonomian ini dapat
memperluas market place, menurunkan biaya pembuatan produk, proses distribusi, biaya pembuatan,
penyimpanan barang, pengurangan penyimpanan yang berlebihan, serta memperluas jangkauan pasar
dan mempengaruhi pendapatan yang akan diperoleh oleh penjual (Indarthi et al., 2021).
Pengaruh e-commerce terhadap perdagangan tradisonal sangat terlihat. E-commerce telah
merusak pangsa pasar tradisional yang beroperasi secara konvensional dengan menawarkan tawaran
yang lebih inovatif, biaya yang terjangkau, dan mengutamakan kenyamanan yang ada pada konsumen.
Perubahan penjualan pada berbagai industri seperti industri kecantikan, pertanian, makanan yang
tersedia pada e-commerce mempengaruhi meningkatnya transaksi online dan pergeseran konsumen
yang sebelumnya menggunakan media konvensional semakin besar (Chusumastuti et al., 2023).
Dengan maraknya penggunaan e-commerce di kalangan masyarakat tentu mempengaruhi daya
beli masyarakat terhadap pedagang konvensional. Hal ini disebabkan dikarenakan sebagian besar
masyarakat beralih berbelanja melalui E-Commerce, yang mana jika hal ini terus dibiarkan, semakin
lama pedagang tradisional semakin tergerus dan sulit bersaing. Selain, memiliki dampak yang positif e-
commerce memiliki sisi lain yang dimana e-commerce dianggap membuat kerugian. Pembeli yang
menggunakan e-commerce berpotensi untuk terlibat penipuan yang disebabkan oleh pihak tidak
bertanggung jawab yang dimana pembeli yang hanya melihat deskripsi produk melalui apa yang
ditampilkan penjual ternyata tidak sama dengan apa yang ia dapatkan. Selain itu, adanya pencurian data
atas informasi pribadi yang merupakan data privasi yang juga berpotensi untuk kerugian terhadap
pembeli (Bathni et al., n.d.). Dilansir data dari KataData sejak tahun 2016 hingga tahun
2020 bulan September, terdapat 7.407 7.047 kasus penipuan online yang dilaporkan. Dari data tersebut
jika dirata-rata terdapat 1.409 kasus penipuan yang terjadi tiap tahun. Sedangkan dilansir dari situs web
Bea Cukai dilaporkan bahwa tercatat 467 laporan penipuan yang ada pada saluran layanan informasi Bea
Cukai. Sebanyak 316 pengaduan yang masuk yang merupakan kategori non material. Sedangkan 151
pengaduan lainnya bersifat non material. Sebagian besar merupakan laporan dari masyarakat
menganjurkan pemerintah untuk mencegah kembalai terjadinya kasus penipuan yang dapat
menimbulkan kerugian secara material. Dampak negatif e-commerce ini perlu untuk diwaspadai dibalik
dari dampak positifnya bagi para pengguna-penggunanya.

Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, T. (2016). Sistem pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Sosial Budaya,
12(1), 117–126.
Anggrawan, A. (2019). Analisis deskriptif hasil belajar pembelajaran tatap muka dan pembelajaran online
menurut gaya belajar mahasiswa. MATRIK: Jurnal Manajemen, Teknik Informatika Dan Rekayasa
Komputer, 18(2), 339–346.

Anshori, S. (2018). Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi sebagai media pembelajaran. Civic-
Culture: Jurnal Ilmu Pendidikan PKn Dan Sosial Budaya, 2(1).

Bathni, I., Darmawan, D., & Turkamun, D. (n.d.). PENGARUH JUAL BELI ONLINE TERHADAP PASAR
TRADISIONAL PEDAGANG PAKAIAN DAN TAS DI PASAR CIPUTAT.

Cholik, C. A. (2017). A, Cholik, Abdul, Cecep PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
UNTUK MENINGKATKAN PENDIDIKAN DI INDONESIA. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(6),
21–30.

Chusna, N. L. (2019). Pembelajaran E-learning. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan KALUNI, 2(1), 113–117.

Chusumastuti, D., Elisabeth, C. R., Nurali, N., Suryadharma, M., & Sinaga, H. D. E. (2023). Gangguan Digital
dan Transformasi Ekonomi: Menganalisis Dampak E-commerce terhadap Industri Tradisional. Jurnal
Ekonomi Dan Kewirausahaan West Science, 1(03), 173–185.

Effendi, D., & Wahidy, A. (2019). Pemanfaatan teknologi dalam proses pembelajaran menuju pembelajaran
abad 21. Prosiding Seminar Nasional Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang.

Elyas, A. H. (2018). Penggunaan model pembelajaran e-learning dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
Warta Dharmawangsa, 56.

Husaini, M. (2017). Pemanfaatan teknologi informasi dalam bidang pendidikan (e-education). MIKROTIK:
Jurnal Manajemen Informatika, 2(1).

Indarthi, A. W., Sunarsih, A., Purwandari, T. A., & Ayu, P. P. (2021). Peranan E-Commerce di Berbagai Kalangan
di Indonesia dalam Berbagai Bidang Perekonomian Akibat dari Dampak Pandemi Covid-19. Journal of
Education and Technology, 1(1), 6–11.

Maritsa, A., Salsabila, U. H., Wafiq, M., Anindya, P. R., & Ma’shum, M. A. (2021). Pengaruh teknologi dalam
dunia pendidikan. Al-Mutharahah: Jurnal Penelitian Dan Kajian Sosial Keagamaan, 18(2), 91–100.
Martono, N. (2018). Sosiologi Perubahan Sosial. RajaGrafindo Persada.

Muhammad Yamin, dan. (n.d.). PENDIDIKAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI.

Mulyani, F., & Haliza, N. (n.d.). Analisis Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) Dalam
Pendidikan (Vol. 3).

Mustajibah, T., & Trilaksana, A. (2021). Dinamika e-commerce di Indonesia tahun 1999-2015. J Pendidik Sej,
10(3), 3–11.

Nasution, E. Y., Hariani, P., Hasibuan, L. S., & Pradita, W. (2020). Perkembangan Transaksi Bisnis E-Commerce
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Jesya (Jurnal Ekonomi Dan Ekonomi Syariah), 3(2), 506–
519.

Ngongo, V. L., Hidayat, T., & Wiyanto, W. (2019). Pendidikan Di Era Digital. Prosiding Seminar Nasional
Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang.

Nugraha, A. L., Lesmana, M., & Djayusman, R. R. (2019). Pengembangan Pasar Tradisional Songgolangit
Ponorogo: Tinjauan Perspekti Ekonomi Islam. Al-Intaj: Jurnal Ekonomi Dan Perbankan Syariah, 5(2),
188–207.

Nuryanto, H. (2012). Sejarah Perkembangan Teknologi dan Komunikasi. Balai Pustaka.

Rahman, D. (2021). Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber Belajar dan Informasi. Maktabatun: Jurnal
Perpustakaan Dan Informasi, 1(1), 9–14.

Sari, A. P., & Utami, N. (2019). Pengaruh intensitas penggunaan internet terhadap prestasi belajar siswa di
SMA Negeri 13 Kerinci. Jurnal Wahana Konseling, 2(1), 1–12.

Sasmita, R. S. (2020). Pemanfaatan internet sebagai sumber belajar. Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK),
2(1), 99–103.

Suryono, A. (2023). Teori & Strategi Perubahan Sosial. Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai