Anda di halaman 1dari 11

Laporan Design Antena Dipole Dengan Aplikasi CST

Studio (Student Edition)

Nama : Salwa Deta Mediana


NIM : 061940351955
Kelas : 5TEA
Dosen Pembimbing : Mohammad Fadli, S. Pd., M. T.

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


PROGRAM STUDI D4 TEKNIK TELEKOMUNIKASI
TAHUN 2021
I. Pengantar Teori
Pengertian Antena Dipole

Antena dipol adalah antena radio yang dapat dibuat dari kabel sederhana,
dengan pengisi berada di tengah elemen driven. Antena ini terdiri dari dua buah
logam konduktor atau kabel, berorientasi sejajar dan kolinier dengan lainya
(segaris dengan yang lainya), dengan sela kecil di tengahnya. Tegangan
frekuensi radio diterapkan pada tengah-tengah di antara dua konduktor. Antena
ini adalah antena paling sederhana dan praktis dari sudut pandang secara
teoretis. Antena ini digunakan sebagai antena, terutama antena "Telinga
Kelinci", antena televisi tradisional, dan sebagai elemen driven pada berbagai
jenis antena, seperti pada antena Yagi. Antena dipol ditemukan oleh seorang
fisikawan Jerman yang bernama Heinrich Hertz sekitar tahun 1886 dialah
orang yang merintis eksperimen dengan gelombang radio.
Antena ini memiliki panjang yang lebih pendek dari panjang gelombangnya.
Antena ini memiliki daya tahan radiasi yang rendah dan reaktansi yang tinggi,
membuat antena ini tidak efisien, tetapi antena ini sering digunakan untuk
panjang gelombang yang amat panjang. Dipol yang panjangnya setengah dari
panjang gelombang sinyal, juga sering disebut dipol setengah gelombang, dan
lebih efisien. Dalam teknik radio, istilah dipol biasanya bermakna sebuah
setengah gelombang dipol. Antena dipol sudah umum digunakan untuk
menangkap sinyal UHF pada televisi. Tetapi, antena ini dipasang berada di
dalam ruangan.
II. Prosedur Design Antena Dipole dan Simulasi Antena
1. Buka aplikasi CST Stuido Suite 2021 Student Edition yang sudah terinstall.
2. Tunggu sampai jendela worksheet dari CST Studio sudah berhasil terbuka
dan akan muncul kotak dialog yang bertuliskan “This software is licensed
for personal and educational purposes only.” → Klik Ok.
3. [Membuat template baru]
Buat template baru, dimana template ini akan disesuaikan dan ditentukan
dengan design antena kita. Klik “New Template”. → Pilih “Microwaves &
RF/ Optical” untuk area pengaplikasian (application area) dan klik bagian
“Antena” pada pilihan workflow di sisi kanan. → Next.
4. Pilih “Wire” untuk pilihan jenis workflow yang dipakai → Next.
5. Pilih “Time Domain” untuk rekommended solvers. → Next.
6. Untuk masing-masing unit pada template atur dengan pengaturan unit
sebagai berikut, lalu jika unit sudah dipastikan benar klik next.

7. Untuk Settings template, range/rentang frekuensi yang akan dipakai pada


antena nantinya. Berikut rekomendasi rentang frekuensi untuk masing-
masing besar lamda dan besar frekuensi yang akan dibuat:
- Untuk frekuensi > 900Mhz :
¼ lambda = 500Mhz – 2500Mhz
½ & 3x lambda = 500MHz – 1500Mh
- Untuk besar frekuensi < 500Mhz
¼ lambda = 100MHz – 2000MHz
½ & 3x lamda = 100MHz – 1000MHz
8. Untuk Monitors, centang semua “E-field, H-Field, Farfield, Power flow,
dan Power loss” untuk nanti mengetahui hasil monitoring dari design
antena berupa skema bagan dan gambaran pola radiasi dari antena yang
telah didesign, jika sudah lalu klik Next.
9. Berikan nama pada template yang kita buat sesuai dengan kebutuhan. Lalu
klik Finish.
10. Aplikasi akan meload file baru dan menginisialisasi aplikasi berdasarkan
template yang telah kita setting sebelumnya. Tunggu sampai skema design
muncul.
11. [Memasukan parameter]
Pada tab “Parameter List” dibagian bawah workspace design, masukan 5
parameter yang telah dihitung dengan menggunakan rumus. Untuk
parameter yang dimasukan adalah sebagai berikut:
f = Frekuensi yang digunakan pada antena (MHz)
Wv = Panjang gelombang (mm)
L = Lambda/λ (mm)
R = Redius (mm)
g = Gap/jarak antara antena yang akan kita masukan impedansi (mm)
12. [Membuat solid silinder pertama]
Jika sudah memasukan parameter untuk mendesign antena, pergi ke tab
“Modelling” pada bagian atas → Klik cylinder untuk membuat silinder
baru dan akan muncul seperti bulatan kecil berwarna merah juga komentar
“Double click center point in working plane (Press ESC to show dialog
box).” → Pada keyboard kita, klik “Esc” untuk memunculkan box dialog
Cylinder. Setelah muncul kotak dialog atur parameter-parameter berikut
ini:
Orientation: Z; Outer radius: R; W/Zmax: L/2; Material: [Load from
Material Library…] → Copper (annelead) → Load; Klik OK.
13. [Membuat gap antar solid silinder 1 dan 2]
Setelah membuat silinder pertama sekarang kita akan membuat gap antara
silinder pertama dan kedua, caranya masih di tab yang sama yaitu tab
“Modeling” klik “Transform WCS” dan akan muncul kotak dialog
“Transform Local Coordinate System”. Pastikan Transform Type yang
dipilih ialah “Move” dan atur DW-nya dengan value “-g” lalu klik OK jika
sudah.
14. [Membuat silinder kedua]
Jika sudah membuat jarak, buat silinder kedua untuk design antena.
Caranya hampir sama seperti langkah ke-12 hanya berbeda kita tidak
memasukan parameter Wmax tetapi kita memasukan nilai parameter
Z/Wmin: -L/2 lalu klik OK jika sudah.
15. [Mengisi gap yang kosong dengan bricks]
Masih di tab Modeling, sekarang kita akan mengisi gap yang kosong
dengan kotak/Bricks. Klik Bricks untuk membuat kotak → Klik ESC pada
keyboard untuk mengeluarkan kotak dialog Bricks → atur parameter
sebagai berikut:
Umin: -R; Umax: R; Wmax: g; Material: Vacuum; lalu klik OK.
16. [Memilih kedua sisi ujung atas dan bawah bricks dengan pick tool]
Masih di tab Modeling, pada “Picks” tool klik tanda panah kecil dibawah
icon Picks tool dan pilih “Pick Edge” untuk menselect ujung atas dan
bawah bricks. Gunakan zoom in dan zoom out dengan mouse untuk
mempermudah proses pemiihan ujung klik 2x untuk memilih garis ujung
pertama, lalu ulangi langkah dari pilih “Pick Edge” pada Picks tool untuk
memilih garis ujung kedua. Pastikan garis kedua ujung berwarna merah
yang menandakan kedua ujung bricks berhasil kita pilih untuk memasukan
impedansi pada antena seperti gambar berikut ini.

17. [Memasukan impedansi pada gap]


Pindah ke tab “Simulation” disamping tab Modeling tadi. Klik Dicrete Port
dan akan muncul kotak dialog “Discrete Face Port” lalu pastikan nilai
Impefance adalah 50.0 0hms, klik OK.
18. Membuat design antena Dipole sudah selesai. Sekarang masih di tab yang
sama yaitu tab Simulation tadi, klik “Setup Solver” lalu centang
“Normalize to fixed impedance” pada S-parameter settings, lalu Klik Start
untuk menjalankan simulasi.
19. Tunggu sampai simulasi berhasil dijalankan dan lihat hasilnya pada bagian
Navigation Tree disebelah kiri workspace design.

III. Gambar Hasil


Ket:
*Garis Merah: Posisi antena sebelum dioptimalisasi
*Garis Hijau: Posisi antena setelah dioptimalisasi
- Design antena ¼ lambda

Design Antena

Gap (Bricks) Antena


S-Parameters (Magnitude) Antena

Medan Jarak Jauh (Pola Radiasi Antena)


- Design antena ½ lambda

Design Antena

Gap (Bricks) Antena

S-Parameters (Magnitude)

Medan Jarak Jauh (Pola Radiasi Antena)


- Design antena 3 kali lambda

Design Antena

Gap (Bricks) Antena

S-Parameters (Magnitude)

Medan Jauh (Pola Radiasi Antena)


IV. Analisa Hasil
Dari simulasi design antena yang telah dilakukan, S-parameter yang dihasilkan
setelah dimonitoring masih tidak sesuai dengan frekuensi optimal yang
diinginkan. Pada tahap ini dalam parameter input kita harus mengecheck
terlebih dahulu titik terbawah dari parameter-S lalu membuat parameter baru
yaitu op dimana value dari parameter ini adalah: titik terendah frekuensi
sebelum dioptimal/frekuensi yang ingin didapatkan. Selain menambahkan
parameter baru kita juga harus mengubah parameter L atau lambda dengan
mengalikan hasil lambda yang sebelumnya sudah dihitung menggunakan
rumus dengan parameter op.
S-parameter menggambarkan hubungan input-output antara port atau terminal
dalam sistem antena. Misalnya jika kita memiiki 2 port (misalnya port 1 dan
port 2) maka S parameter 1 dan 2 adalah mewakili daya yang ditransfer dari
port 2 ke port 1.
Port dapat didefinisikan secara longgar sebagai tempat dimana kita dapat
mengirimkan tegangan dan arus. Jadi, ketika kita memiliki sistem komunikasi
dengan dua radio, maka terminal radio yang menyalurkan daya ke dua antena
akan menjadi dua port. S parameter 1 akan menjadi daya pantul radio 1
mencoba mengirimkan daya tersebut ke antena 1. Sedangkan S parameter 2
akan menjadi daya pantul radio 2 yang akan mencoba memberikan daya ke
antena 2. Parameter S 1 dan 2 adalah daya dari radio 2 yang disampaikan
melalui antena 1 ke radio 1. Secara aumum S parameter adalah fungsi dari
frekuensi yaitu bervariasi dengan frekuensi.

V. Perhitungan Lamda
- Frekuensi: 955 MHz
- λ = c/f = 3 x 10^8 / 955 x 10^6 = 314 mm
- L ¼ lambda = ¼ x 314 = 78.5 mm
L ½ lambda = ½ x 314 = 157 mm
L 3x lambda = 3 x 314 = 942 mm
- g ¼ lambda = 78.5 / 200 = 0.3925 mm
g ½ lambda = 157 / 200 = 0.785 mm
g 3x lambda = 942 / 200 = 4. 71 mm
- R = 314 / 1000 = 0.314 mm

Anda mungkin juga menyukai