Anda di halaman 1dari 53

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA

MINI PROJECT

PENYULUHAN VAKSIN COVID-19 PADA MASYARAKAT LANSIA


DI RW 07 DAN 11 KELURAHAN PADEMANGAN BARAT,
KECAMATAN PADEMANGAN

Disusun oleh :
dr. Widya Dwi Rahmadani

Pendamping :
dr. Vicky Danis Ilmansyah
dr. Karamina Maghfirah

PUSKESMAS KECAMATAN PADEMANGAN


DKI JAKARTA
2021

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................4
A. Latar Belakang….................................................................4

B. Perumusan Masalah.............................................................8

C. Tujuan Penelitian.................................................................8

D. Manfaat Penelitian...............................................................9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................10

A. Coronavirus.........................................................................10

1. Karakteristik Patogen.........................................................10

2. Epidemiologi COVID-19....................................................11

3. Manifestasi Klinik COVID-19...........................................12

4. Diagnosis COVID-19..........................................................14

5. Definisi Kasus......................................................................14

6. Tatalaksana COVID-19......................................................17

B. Vaksinasi COVID-19..........................................................24

1. Definisi Vaksin....................................................................24

2. Pengembangan Vaksin........................................................25

3. Jenis-jenis Vaksin COVID-19............................................26

4. Vaksin SINOVAC-Biofarma..............................................31

5. Efikasi SINOVAC/CORONAVAC....................................33

6. Cara Kerja Vaksin Sinovac-Biopharma….......................34

2
7. Efek samping Vaksin..........................................................35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................37

A. Gambaran Lokasi Penelitian.............................................37

B. Data Geografis Pademangan............................................38

C. Profil dan Sumber Daya Tenaga Kesehatan....................38

D. Gambaran Masyarakat Pademangan...............................40

E. Cara Penelitian Eedukasi Vaksin COVID-19.................41

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN..................42

A. Pelaksanan Mini Project.....................................................42

B. Hasil Mini Project...............................................................42

C. Observasi post kegiatan.....................................................45

BAB V PENUTUPAN.......................................................................46

A. Kesimpulan................................................................................46

B. Usulan rekomendasi.................................................................46

Daftar Pustaka...................................................................................47

Lampiran...........................................................................................50

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada akhir 2019 tepatnya tanggal 31 Desember 2019, dilaporkan

terdapat 27 kasus pneumonia dengan etiologi tidak diketahui di Kota

Wuhan, provinsi Hubei di Cina.1 Pasien-pasien ini mengalami gejala klinis

batuk kering, dispnea, demam, infeksi paru bilateral pada gambaran foto

thorax x- ray, dan semua kasus terkait dengan pasar makanan laut yang

terdapat di Huanan, kota Wuhan, yang menjual berbagai spesies hewan

hidup termasuk unggas, kelelawar, marmut, dan ular.2 Hingga pada

akhirnya, virus SARS- COV-2 diidentifikasi sebagai penyebab pneumonia

di Wuhan. Penyebaran virus SARS-COV-2 terus berlangsung dengan cepat

hingga banyak negara terjangkit, sampai pada 30 Januari 2020, WHO

mendeklarasikan wabah di Cina sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat

yang Meresahkan Dunia (Public Health Emergency of International

Concern, PHEIC) ini menandakan COVID-19 sebagai ancaman global

dunia.3 Pada 11 Februari 2020, WHO secara resmi memberikan nama

Coronavirus disease 2019 (COVID-19) pada penyakit ini.

The emergency committee telah menyatakan bahwa penyebaran COVID-

19 dapat dihentikan jika dilakukan proteksi, deteksi dini, isolasi, dan

perawatan yang cepat agar tercipta implementasi sistem yang kuat untuk
menghentikan penyebaran COVID-19.1 Mengingat hal ini, sebagai upaya

proteksi terhadap COVID-19, berbagai negara dari seluruh dunia telah

berkomitmen bersama dengan melibatkan pemerintah, perusahaan

bioteknologi, ilmuwan, dan akademisi untuk dapat menciptakan vaksin

Covid-19. Sejauh ini telah banyak kandidat vaksin yang diluncurkan untuk

melawan virus SARS-CoV-2, penyebab Covid-19.4

Vaksin yang mencegah infeksi virus ini dianggap sebagai pendekatan

yang paling menjanjikan dalam menyelesaikan pandemic ini. Diakhir 2020

beberapa vaksin sudah digunakan dalam beberapa negara. Terdapat lebih

dari 40 kandidat vaksin yang sedang dalam uji klinis, dan 150 dalam tahap

uji preklinik.

Penerimaan vaksin covid-19 bervariasi tiap negara. Dalam suatu survei

online dari 13.426 orang 19 negara ditanya apakah mereka akan menerima

vaksin yang sudah terbukti aman dan efektif. Jawaban nya adalah secara

keseluruhan 72 % orang akan kemungkinan menerima vaksin. Proporsi

tertinggi terdapat dari negara Cina, Korea selatan, dan Singapura (sebesar

lebih dari 80 %). Dan yang terendah adalah Rusia sekitar 55 %.

Di Amerika Serikat sendiri, survei dari 3500 orang dewasa melalui

internet, dilakukan oleh CDC pada bulan September dan desember 2020,

proporsi yang melaporkan bahwa mereka yakin akan merima vaksin covid

19 meningkat dari 39 ke 49 %, dan proporsi yang menolak vaksin menurun

dari 38 % ke 32 %. Keraguan vaksin juga ditemukan pada tenaga

Kesehatan.
Keraguan vaksin diasosiasikan dengan usia muda, ras kulit hitam,

edukasi rendah, dan kurang nya asuransi Kesehatan. Dalam survei CDC,

alasan pertama yang mengakibatkan keraguan vaksin adalah efek samping

dan keamanan dan kurang nya rasa percaya dalam proses pengembangan

vaksin

Salah satu vaksin yang telah diluncurkan di Indonesia dan sudah di-

distribusikan serta dijalankan adalah vaksin Sinovac yang berasal dari

Negara China. Dalam proses menjalankan vaksinasi di Indonesia pun masih

terbentur dengan berbagai faktor yang menyebabkan masyarakat enggan

untuk divaksinasi, masih banyak kabar bohong atau ‘hoax’ yang

meningkatkan keraguan masyarakat untuk mendapat suntikan vaksin covid-

19. Hal ini menghalangi kita mencapai herd immunity dan perlambatan

dalam penularan COVID-19.

Oleh karena itu perlu dilakukan edukasi kepada masyarakat oleh tenaga

kesehatan agar masyarakat mengetahui fakta dan manfaat mengenai vaksin

yang benar. Dalam mini project, dokter internsip selaku salah satu tenaga

kesehatan akan melakukan edukasi berupa penyuluhan pada masyarakat

lansia di RW 07 dan RW 11 Pademangan Barat, Kecamatan Pademangan.


B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah :

1. Apakah edukasi tentang vaksinasi covid-19 kepada masyarakat lansia

dapat meningkatkan jumlah lansia yang divaksinasi?

2. Apakah faktor yang menyebabkan masyarakat lansia RW 7 dan RW 11

Pademangan Barat ingin mendapatkan vaksin?

3. Apakah faktor yang menyebabkan masyarakat lansia RW 7 dan RW 11

Pademangan Barat tidak ingin mendapatkan vaksin ?

4. Bagaimana respon masyarakat lansia RW 7 dan RW 11 Pademangan

Barat terhadap vaksin?

5. Seberapa besar proporsi masyarakat RW 7 dan RW 11 Pademangan

Barat yang ragu-ragu terhadap vaksin dan tidak ingin divaksinasi?

6. Bagaimana cara meningkatkan keikutsertaan masyarakat dalam program

vaksinasi?

C. Tujuan Penelitian

1 Meningkatkan antusiasme dan keinginan masyarakat lansia RW 7 dan


RW 11 Pademangan Barat untuk mendapatkan vaksin covid-19.
2 Mengetahui faktor yang menyebabkan masyarakat lansia RW 7 dan
RW 11 Pademangan Barat ingin divaksin covid-19.
3 Mengetahui faktor yang menyebabkan masyarakat lansia RW 7 dan
RW 11 Pademangan Barat tidak ingin divaksin covid-19.
D. Manfaat Penelitian

Hasil dari kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan penerimaan

vaksin di masyarakat, meningkatkan cakupan vaksinasi lansia khususnya di

daerah Pademangan Barat, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang

pentingnya vaksinasi COVID-19, dan mempercepat terbentuknya herd

immunity.

Bagi masyarakat, kegiatan ini diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai vaksinasi COVID-19, dan meluruskan informasi yang beredar di

masyarakat sehingga dapat memberikan keyakinan pada masyarakat untuk

melaksanakan vaksinasi COVID-19.

Bagi pelaksana kegiatan, kegiatan ini diharapkan dapat menjadi sarana

untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menghambat masyarakat

untuk mendapatkan vaksinasi COVID-19.

Bagi Puskesmas Kecamatan Pademangan, diharapkan kegiatan ini dapat

mengundang lansia khususnya lansia di daerah RW 7 dan RW 11

Pademangan Barat untuk dapat melaksanakan vaksinasi COVID-19 ke

puskesmas sehingga dapat meningkatkan cakupan vaksinasi COVID-19

pada lansia di wilayah RW 7 dan RW 11 Pademangan Barat.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

CORONAVIRUS

1. Karakteristik Patogen

Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan

tidak bersegmen. Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga

Coronaviridae. Coronaviridae dibagi dua subkeluarga dibedakan

berdasarkan serotipe dan karakteristik genom. Terdapat empat genus yaitu

alpha coronavirus, betacoronavirus, deltacoronavirus dan gamma

coronavirus. Coronavirus memiliki kapsul, partikel berbentuk bulat atau

elips, sering pleimorfik dengan diameter sekitar 50-200m. Semua virus ordo

Nidovirales memiliki kapsul, tidak bersegmen, dan virus positif RNA serta

memiliki genom RNA sangat panjang. Morfologi virus corona mempunyai

proyeksi permukaan (spikes) glikoprotein yang menunjukkan gambaran

seperti menggunakan mahkota dan berukuran 80-160 nM dengan polaritas

positif 27- 32 kb. Struktur protein utama SARS-CoV-2 adalah protein

nukleokapsid (N), protein matriks (M), glikoprotein spike (S), protein

envelope (E) selubung, dan protein aksesoris lainnya. Struktur coronavirus

membentuk struktur seperti kubus dengan protein S berlokasi di permukaan

virus. Protein S atau spike protein merupakan salah satu protein antigen

utama virus dan merupakan struktur utama untuk penulisan gen.


Protein S ini berperan dalam penempelan dan masuknya virus kedalam

sel host (interaksi protein S dengan reseptornya di sel inang) 5,6,7

Gambar 2.1 Struktur corona virus

Coronavirus bersifat sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat

diinaktifkan oleh desinfektan mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu

56℃ selama 30 menit, eter, alkohol, asam perioksiasetat, detergen non-ionik,

formalin, oxidizing agent dan kloroform. Klorheksidin tidak efektif dalam

menonaktifkan virus 5.

2. Epidemiologi COVID-19

Infeksi Sejak kasus pertama di Wuhan, terjadi peningkatan kasus

COVID-19 di China setiap hari dan memuncak diantara akhir Januari

hingga awal Februari 2020. Awalnya kebanyakan laporan datang dari Hubei

dan provinsi di sekitar, kemudian bertambah hingga ke provinsi-provinsi

lain dan seluruh China. Tanggal 30 Januari 2020, telah terdapat 7.736 kasus
terkonfirmasi COVID-19 di China, dan 86 kasus lain dilaporkan dari

berbagai negara seperti Taiwan, Thailand, Vietnam, Malaysia, Nepal, Sri

Lanka, Kamboja, Jepang, Singapura, Arab Saudi, Korea Selatan, Filipina,

India, Australia, Kanada, Finlandia, Prancis, dan Jerman.6

COVID-19 pertama dilaporkan di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020

sejumlah dua kasus. Data 31 Maret 2020 menunjukkan kasus yang

terkonfirmasi berjumlah 1.528 kasus dan 136 kasus kematian. Setelah 1

tahun, kasus COVID-19 di Indonesia terus meningkat, data pada tanggal 2

Maret 2021 menunjukkan kasus terkonfirmasi sebesar 1.373.836 jiwa

dengan angka kesembuhan 1.189.510 jiwa dan korban meninggal sejumlah

37.154 jiwa (morbiditas 2,7%).8

3. Manifestasi Klinik COVID-19

Berdasarkan beratnya kasus, COVID-19 dibedakan menjadi tanpa

gejala, ringan, sedang, berat dan kritis.9

1. Tanpa gejala Kondisi ini merupakan kondisi paling ringan. Pasien

tidak ditemukan gejala.

2. Ringan Pasien dengan gejala tanpa ada bukti pneumonia virus atau

tanpa hipoksia. Gejala yang muncul seperti demam, batuk, fatigue,

anoreksia, napas pendek, mialgia. Gejala tidak spesifik lainnya seperti sakit

tenggorokan, kongesti hidung, sakit kepala, diare, mual dan muntah,

penghidu (anosmia) atau hilang pengecapan (ageusia) yang muncul sebelum


onset gejala pernapasan juga sering dilaporkan. Pasien usia tua dan

immunocompromised gejala atipikal seperti fatigue, penurunan kesadaran,

mobilitas menurun, diare, hilang nafsu makan, delirium, dan tidak ada

demam.

3. Sedang Pada pasien remaja atau dewasa : pasien dengan tanda klinis

pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat) tetapi tidak ada tanda

pneumonia berat termasuk SpO2 > 93% dengan udara ruangan ATAU

Anak- anak : pasien dengan tanda klinis pneumonia tidak berat (batuk atau

sulit bernapas + napas cepat dan/atau tarikan dinding dada) dan tidak ada

tanda pneumonia berat). Kriteria napas cepat : usia 5 tahun, ≥30x/menit.

4. Berat /Pneumonia Berat Pada pasien remaja atau dewasa : pasien

dengan tanda klinis pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat)

ditambah satu dari: frekuensi napas > 30 x/menit, distres pernapasan berat,

atau SpO2

< 93% pada udara ruangan. ATAU Pada pasien anak : pasien dengan tanda

klinis pneumonia (batuk atau kesulitan bernapas), ditambah setidaknya satu

dari berikut ini:

• Sianosis sentral atau SpO2 < 95%

• Distres pernapasan berat (seperti napas cepat, grunting, tarikan

dinding dada yang sangat berat);

• Tanda bahaya umum : ketidakmampuan menyusu atau minum,

letargi atau penurunan kesadaran, atau kejang


• Napas cepat/tarikan dinding dada/takipnea : usia 5 tahun,

≥30x/menit.

5. Kritis Pasien dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS),

sepsis dan syok sepsis.

4. Diagnosis COVID-19

WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk seluruh pasien

yang terduga terinfeksi COVID-19. Metode yang dianjurkan adalah metode

deteksi molekuler/NAAT (Nucleic Acid Amplification Test) seperti

pemeriksaan RT-PCR.9

5. Definisi Kasus

Definisi operasional kasus COVID-19 terdiri dari kasus suspek, kasus

probable, kasus konfirmasi, dan kontak erat 9

1. Kasus Suspek

Seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut:

a. Seseorang yang memenuhi salah satu kriteria klinis DAN salah satu

kriteria epidemiologis:

Kriteria Klinis:

• Demam akut (≥ 380 C)/riwayat demam dan batuk; ATAU

• Terdapat 3 atau lebih gejala/tanda akut berikut:

demam/riwayat demam, batuk, kelelahan (fatigue), sakit

kepala, myalgia, nyeri tenggorokan, coryza/ pilek/ hidung


tersumbat, sesak nafas, anoreksia/mual/muntah, diare,

penurunan kesadaran.

Kriteria Epidemiologis:

• Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki

riwayat tinggal atau bekerja di tempat berisiko tinggi

penularan; ATAU

• Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki

riwayat tinggal atau bepergian di negara/wilayah Indonesia

yang melaporkan transmisi lokal; ATAU

• Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala bekerja di

fasilitas pelayanan kesehatan, baik melakukan pelayanan

medis, dan non-medis, serta petugas yang melaksanakan

kegiatan investigasi, pemantauan kasus dan kontak; ATAU

b. Seseorang dengan ISPA Berat

c. Seseorang tanpa gejala (asimtomatik) yang tidak memenuhi kriteria

epidemiologis dengan hasil rapid antigen SARSCoV-2 positif.

2. Kasus Probable

Seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut

a. Seseorang yang memenuhi kriteria klinis DAN memiliki riwayat

kontak erat dengan kasus probable; ATAU terkonfirmasi; ATAU

berkaitan dengan cluster COVID19.


b. Kasus suspek dengan gambaran radiologis sugestif ke arah COVID-

19.

c. Seseorang dengan gejala akut anosmia (hilangnya kemampuan indra

penciuman) atau ageusia (hilangnya kemampuan indra perasa)

dengan tidak ada penyebab lain yang dapat diidentifikasi.

d. Orang dewasa yang meninggal dengan distres pernapasan DAN

memiliki riwayat kontak erat dengan kasus probable atau

terkonfirmasi, atau berkaitan dengan cluster COVID-19.

3. Kasus Konfirmasi

Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19 dengan

kriteria sebagai berikut :

a. Seseorang dengan hasil RT-PCR positif

b. Seseorang dengan hasil rapid antigen SARS-CoV-2 positif DAN

memenuhi kriteria definisi kasus probable ATAU kasus suspek

(kriteria A atau B)

c. Seseorang tanpa gejala (asimtomatik) dengan hasil rapid antigen

SARS-CoV-2 positif DAN Memiliki riwayat kontak erat dengan

kasus probable ATAU terkonfirmasi.

4. Kontak erat

Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable atau

konfirmasi COVID-19. Riwayat kontak yang dimaksud antara lain:


a. Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus probable atau kasus

konfirmasi dalam radius 1meter dan dalam jangka waktu 15 menit

atau lebih.

b. Sentuhan fisik langsung dengan kasus probable atau konfirmasi

(seperti bersalaman, berpegangan tangan, dan lain-lain).

c. Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus

probable atau konfirmasi tanpa menggunakan APD yang sesuai

standar.

d. Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak berdasarkan

penilaian risiko lokal yang ditetapkan oleh tim penyelidikan

epidemiologi setempat

6. Tatalaksana COVID-19

1. Tanpa gejala / asimptomatik

a. Isolasi dan Pemantauan9

 Isolasi mandiri di rumah selama 14 hari

 Pasien dipantau melalui telepon oleh petugas FKTP

 Kontrol di FKTP setelah 14 hari karantina untuk

pemantauan klinis

b. Non-farmakologis

Berikan edukasi terkait tindakan yang perlu dikerjakan (leaflet untuk

dibawa ke rumah) :
 Pasien

- Pasien mengukur suhu tubuh 2 kali sehari, pagi dan malam

hari

- Selalu menggunakan masker jika keluar kamar dan saat

berinteraksi dengan anggota keluarga

- Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand

sanitizer sesering mungkin.

- Jaga jarak dengan keluarga (physical distancing)

- Upayakan kamar tidur sendiri / terpisah

- Menerapkan etika batuk (Diajarkan oleh tenaga medis)

- Alat makan-minum segera dicuci dengan air/sabun

- Berjemur matahari minimal sekitar 10-15 menit setiap

harinya

- Pakaian yg telah dipakai sebaiknya dimasukkan dalam

kantong plastik / wadah tertutup yang terpisahdengan

pakaian kotor keluarga yang lainnya sebelum dicuci dan

segera dimasukkan mesin cuci

- Ukur dan catat suhu tubuh tiap jam 7 pagi, jam 12 siang dan

jam 19 malam

- Segera berinformasi ke petugas pemantau/FKTP atau

keluarga jika terjadi peningkatan suhu tubuh > 38oC


 Lingkungan / kamar

- Perhatikan ventilasi, cahaya dan udara

- Membuka jendela kamar secara berkala

- Bila memungkinkan menggunakan APD saat membersihkan

kamar (setidaknya masker, dan bila memungkinkan sarung

tangan dan goggle.

- Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand

sanitizer sesering mungkin.

- Bersihkan kamar setiap hari , bisa dengan air sabun atau

bahan desinfektan lainnya

 Keluarga

- Bagi anggota keluarga yang berkontak erat dengan pasien

sebaiknya memeriksakan diri ke FKTP/Rumah Sakit.

- Anggota keluarga senanitasa pakai masker

- Jaga jarak minimal 1 meter dari pasien

- Senantiasa mencuci tangan

- Jangan sentuh daerah wajah kalau tidak yakin tangan bersih

- Ingat senantiasa membuka jendela rumah agar sirkulasi

udara tertukar

- Bersihkan sesering mungkin daerah yg mungkin tersentuh

pasien misalnya gagang pintu dll


c. Farmakologis

 Bila terdapat penyakit penyerta / komorbid, dianjurkan

untuk tetap melanjutkan pengobatan yang rutin dikonsumsi.

Apabila pasien rutin meminum terapi obat antihipertensi

dengan golongan obat ACE-inhibitor dan Angiotensin

Reseptor Blocker perlu berkonsultasi ke Dokter Spesialis

Penyakit Dalam ATAU Dokter Spesialis Jantung

 Vitamin C (untuk 14 hari), dengan pilihan ;

- Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14

hari) Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30

hari)

- Multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2 tablet /24

jam (selama 30 hari)

- Dianjurkan multivitamin yang mengandung vitamin C,B, E,

Zink

2. Gejala ringan

a. Isolasi dan Pemantauan

 Isolasi mandiri di rumah selama 14 hari


 Ditangani oleh FKTP, contohnya Puskesmas, sebagai
pasien rawat jalan
 Kontrol di FKTP setelah 14 hari untuk pemantauan klinis
b. Non-farmakologis

Edukasi terkait tindakan yang harus dilakukan (sama dengan edukasi


tanpa gejala).
c. farmakologis

 Vitamin C dengan pilihan:

- Tablet Vitamin C non-acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14

hari)

- Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari)

- Multivitamin yang mengandung vitamin c 1-2 tablet /24 jam

(selama 30 hari), Dianjurkan vitamin yang komposisi

mengandung vitamin C,B, E, zink

 Oseltamivir 2x75 mg untuk 7 hari

 Methisoprinol 3 x 500 mg untuk 7 hari

 Azitromisin 500 mg/24 jam/oral (untuk 5 hari) dengan

alternatif Levofloxacin 750 mg/24 jam (5 hari)

 Pengobatan simtomatis seperti paracetamol bila demam

3. Gejala sedang

a. Isolasi dan Pemantauan

 Rujuk ke Rumah Sakit ke Ruang Perawatan Covid-19/


Rumah Sakit Darurat Covid-19
 Isolasi di Rumah Sakit ke Ruang Perawatan Covid-19/
Rumah Sakit Darurat Covid-19 selama 14 hari
b. Non-farmakologis

 Istirahat total, intake kalori adekuat, control elektrolit,


status hidrasi, saturasi oksigen
 Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap berikut
dengan hitung jenis, bila memungkinkan ditambahkan
dengan CRP, fungsi ginjal, fungsi hati dan ronsen dada
secara berkala.
c. farmakologis

 Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9%


habis dalam 1 jam diberikan secara drips Intravena (IV)
selama perawatan
 Oseltamivir 2x75 mg untuk 7 hari
 Methisoprinol 3 x 500 mg untuk 7 hari
 Azitromisin 500 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5- 7
hari) dengan aternatif Levofloxacin 750 mg/24 jam per iv
atau per oral (untuk 5-7 hari)
 Pengobatan simtomatis (Parasetamol dan lain-lain).
4. Gejala berat

a. Isolasi dan Pemantauan

Isolasi di ruang isolasi Rumah Sakit Rujukan atau rawat secara


kohorting
b. Non-farmakologis

 Istirahat total, intake kalori adekuat, kontrol elektrolit,

status hidrasi (terapi cairan), dan oksigen

 Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap beriku

dengan hitung jenis, bila memungkinkan ditambahkan


dengan CRP, fungsi ginjal, fungsi hati, Hemostasis, LDH,

D- dimer.

 Pemeriksaan foto toraks serial bila perburukan

 Monitor tanda-tanda sebagai berikut;

- Takipnea, frekuensi napas ≥ 30x/min,

- Saturasi Oksigen dengan pulse oximetry ≤93% (di jari),

- PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg,

- Peningkatan sebanyak >50% di keterlibatan areaparu-paru

pada pencitraan thoraks dalam 24-48 jam,

- Limfopenia progresif,

- Peningkatan CRP progresif,

- Asidosis laktat progresif.

c. Farmakologis

 Oseltamivir 2x75 mg untuk 7 hari ATAU Favipiravir


(Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral
hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-7)
 Methisoprinol 3 x 500 mg untuk 7 hari
 Azitromisin 500 mg/24 jam (untuk 5 hari) atau levofloxacin
750 mg/24 jam/intravena (5 hari)
 Bila terdapat kondisi sepsis yang diduga kuat oleh karena
ko- infeksi bakteri, pemilihan antibiotik disesuaikan dengan
kondisi klinis, fokus infeksi dan faktor risiko yang ada pada
pasien. Pemeriksaan kultur darah harus dikerjakan dan
pemeriksaan kultur sputum (dengan kehati-hatian khusus)
patut dipertimbangkan.
 Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9%
habis dalam 1 jam diberikan secara drips Intravena (IV)
selama perawatan
 Vitamin B1 1 ampul/24 jam/intravena
 Hydroxycortison 100 mg/24 jam/ intravena (3 hari pertama)
 Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada.

VAKSINASI COVID-19

1. Definisi Vaksin

Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih


hidup tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah,
berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid, protein
rekombinan yang apabila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan
kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit infeksi tertentu.10
Vaksin ditemukan pertama kali pada tahun 1796 oleh seorang ahli fisika
di Inggris bernama Edward Janner, dan vaksin yang ditemukan adalah
vaksin untuk penyakit cacar.11 Sebutan vaskin sendiri di ambil dari bahasa
latin vaccacia yang berarti cacar sapi. Vaksin tersebut di peroleh dari
penelitian yang dilakukan terhadap sapi yang terkena virus cacar.12 Dimulai
dari Inggris, akhirnya upaya prefentif vaksin tersebar, dan masuk ke
Amerika pada abad ke-19, dimana masa itu terjadi wabah besar – besaran
cacar di Amerika Serikat. 11
2. Pengembangan Vaksin

Sama seperti pengembangan obat-obatan, pengembangan vaksin

memiliki progresi dari evaluasi preklinis dan 3 tahap klinis, yaitu :

1. Uji Klinis Tahap 1 – dilakukan untuk menguji keamanan vaksin, dan

juga mengukur imunogenisitas; juga mempelajari dosis efisien vaksin.

2. Uji Klinis Tahap 2 – menguji Keamanan dan respon imun pada

populasi yang lebih besar.

3. Uji Klinis Tahap 3 – Menentukan efikasi dalam mencegah suatu

penyakit. Efikasi vaksin adalah reduksi dari insidensi penyakit pada orang

yang menerima vaksin dengan yang tidak menerima vaksin/produk kontrol

dan dikalkulasikan dengan rumus berikut

𝑎𝑡𝑡𝑎𝑐𝑘 𝑟𝑎𝑡𝑒 𝑢𝑛𝑣𝑎𝑐𝑐𝑖𝑛𝑎𝑡𝑒𝑑 – 𝑎𝑡𝑡𝑎𝑐𝑘 𝑟𝑎𝑡𝑒 𝑣𝑎𝑐𝑐𝑖𝑛𝑎𝑡𝑒𝑑


Efikasi vaksin = ( )×
𝑎𝑡𝑡𝑎𝑐𝑘 𝑟𝑎𝑡𝑒 𝑢𝑛𝑣𝑎𝑐𝑐𝑖𝑛𝑎𝑡𝑒𝑑

100
Biasanya, tahapan ini terjadi secara berurutan, dan biasanya terjadi

dalam beberapa tahun hingga akhirnya dapat digunakan dimasyarakat. Akan

tetapi, vaksin COVID-19 pada pengembangannya dilakukan percepatan.

Setiap tahap terjadi hanya dalam beberapa bulan. Akan tetapi, walaupun

terlihat sangat cepat, kriteria keamanan tetap terjaga; monitoring data dan

keamanan yang disusun oleh banyak ahli vaksin dan banyak sponsor studi

memeriksa kejadian tidak terduga yang dilaporkan pada tiap tahap studi

klinis dan persetujuan untuk maju ke tahap selanjutnya.


Di AS sendiri FDA harus mengizinkan progresi tiap tahap dalam uji

manusia, dari inisiasi tahap 1 ke tahap 3.

3. Jenis-jenis Vaksin COVID-19

Vaksin COVID-19. dikembangkan dengan beberapa modalitas. Berikut

beberapa jenis vaksin yang dikembangkan :

a. Vaksin Inaktif / mati

Vaksin sel utuh yang dimatikan menghadirkan beberapa komponen

antigenik ke inang dan berpotensi menyebabkan beragam efek imunologis

terhadap patogen13. Vaksin ini diproduksi dengan membiakan SARS-CoV-2

pada sel kultur dan secara kimia menginaktivasi virus. Virus yang

terinaktivasi kemudian dikombinasikan dengan alum atau ajuvan lain nya

dalam vaksin untuk menstimulasi respon imun. Vaksin inaktif biasanya

diberikan secara intramuskular. Cara memproduksi vaksin ini biasanya

membutuhkan fasilitas biosafety level 3. Vaksin jenis ini bukan hanya

menargetkan protein spike, akan tetapi komponen lain dari virus.

b. Vaksin yang dilemahkan

Serupa dengan vaksin inaktif, vaksin yang dilemahkan bekerja dengan

menyajikan komponen antigenik ke inang yang berpotensi menyebabkan

efek imunologis terhadap pathogen. Vaksin jenis ini diproduksi dengan

mengembangkan virus liar yang secara genetik dilemahkan. Virus yang

dilemahkan ini bereplikasi dalam tubuh penerima untuk menghasilkan

respon
imun tetapi tidak mengakibatkan penyakit. Atenuasi dapat dicapai dengan

memodifikasi virus secara genetic atau dengan menumbuhkan nya dalam

kondisi yang buruk sehingga virulensi nya menghilang tetapi efek

imunogenisitas nya tetap tercapai. Kelebihan dari jenis vaksin ini, vaksin

jenis ini bisa diadministrasikan lewat intranasal dan memicu respon imun

mukosa. Akan tetapi, vaksin jenis ini belum ada yang mencapai ke uji klinis.

c. Vaksin Subunit / protein rekombinan

vaksin jenis ini disusun oleh beberapa protein virus yang diekspresikan

lewat beberapa system, termasuk serangga, sel mamalia, sel ragi, dan

tumbuh-tumbuhan. Vaksin jenis ini biasa diadministrasikan lewat

intramuskular. Vaksin subunit / protein rekombinan ini mencakup satu atau

lebih antigen dengan imunogenisitas kuat yang mampu menstimulasi sistem

imun inang secara efisien. Secara umum, jenis vaksin ini lebih aman dan

lebih mudah untuk diproduksi, tetapi seringkali membutuhkan penambahan


15
bahan pembantu untuk memperoleh respon imun protektif yang kuat.

Sejauh ini, beberapa lembaga telah memprakarsai program vaksin subunit

SARS-CoV- 2, dan hampir semuanya menggunakan protein S sebagai

antigen. Sebagai contoh, Universitas Queensland sedang mengembangkan

vaksin subunit berdasarkan pada teknologi “penjepit molekuler”. 16


d. Vaksin Vektor

Vaksin vektor langsung adalah virus hidup (vektor) yang

mengekspresikan antigen heterolog. Vaksin ini menstimulasi respon imun

dengan menggunakan bakteri atau virus yang tidak menyebabkan penyakit

sebagai vektor untuk membawa potongan materi genetik kedalam tubuh.

Mereka dikarakterisasi dengan menggabungkan imunogenisitas yang kuat

dari vaksin yang dilemahkan hidup dan keamanan vaksin subunit, dan

secara luas digunakan untuk menginduksi imunitas seluler in vivo.

Penelitian vaksin SARS-CoV-2 terkait telah dilakukan oleh lembaga-

lembaga berikut. Greffex Inc. yang berbasis di Houston telah menyelesaikan

konstruksi vaksin vektor adenovirus SARS-CoV-2 dengan Greffex Vector

Platform dan seharusnya sekarang dipindahkan ke pengujian hewan. Tonix

Pharmaceuticals mengumumkan penelitian untuk mengembangkan vaksin

SARS-CoV-2 yang potensial berdasarkan Horsepox Virus (TNX-1800).

Johnson & Johnson telah mengadopsi platform vektor adenoviral AdVac®

untuk pengembangan vaksin.16 beberapa bentuk vaksin vektor antara lain :

• Replication-incompetent vector vaccine – vaksin jenis ini

menggunakan vector virus yang sudah di rekayasa untuk tidak

bereplikasi dalam tubuh dan mengekspresikan pritein virus yang di

intensikan menjadi target dari respon imun. Banyak dari vaksin jenis

ini mempergunakan adenovirus. Akan tetapi vector lain juga dapat

digunakan, yaitu parainfluenza virus, virus influenza,


adenoassociated virus, dan sendai virus. Beberapa kekurangan dari

vaksin jenis ini, adalah imunitas terhadap suatu virus jenis ini, dapat

menurunkan imunogenisitas vaksin. Hal ii bisa dicegah dengan

menggunakan vector virus yang tidak lazim pada manusia.

• Replication-competent vector vaccine – vaksin jenis ini diturunkan

dari vaksin yang diatenuasi. Menggunakan vaksin jenis ini

memperbolehkan terjadi nya respon imun yang lebih kuat

dibandingkan dengan vector vaksin yang tidak bisa bereplikasi.

Karena vaksin jenis ini mengalami replikasi dan memicu respon

imun.

• Inactivated viral vector vaccine – vaksin jenis ini mempergunakan

vector virus yang sudah direkayasa untuk mengekspresikan protein

target akan tetapi sudah diinaktivasi.

e. Vaksin DNA

Vaksin DNA biasanya terdiri dari plasmid DNA, yang mengkodekan

satu atau lebih. Antigen, sehingga target protein diekspresikan pada

penerima vaksin. DNA plasmid ini bisa diproduksi lewat E.Coli. Vaksin

DNA lebih unggul dari vaksin mRNA dalam formulasi yang diperlukan

untuk stabilitas dan efisiensi pengiriman, namun mereka harus memasukkan

nukleus yang dapat membawa risiko integrasi vctor dan mutasi pada genom

inang.13 Selain itu, vaksin jenis ini memberikan imunogenisitas yang rendah

dan pemakaian yang sulit. Sejauh ini, dua vaksin DNA SARS-CoV-2

sedang dalam pengembangan. Inovio Pharmaceuticals mengembangkan

kandidat vaksin
DNA yang disebut INO-4800, yang dalam studi praklinis dan akan segera

memasuki uji klinis fase I. Anak Perusahaan Ilmu DNA Terapan, LineaRx,

dan Takis Biotech berkolaborasi untuk pengembangan kandidat vaksin

DNA linier terhadap SARS-CoV-2, yang sekarang dalam studi praklinis.19

f. Vaksin mRNA

vaksin jenis ini adalah vaksin pertama untuk SARS-COV-2 untuk

diproduksi dan mewakili jenis vaksin terbaru. Vaksin mRNA adalah

teknologi yang berkembang pesat untuk mengobati penyakit menular dan

kanker. Vaksin berbasis mRNA mengandung mRNA yang mengkode

antigen, yang ditranslasi menjadi target protein, dan diharapkan memberikan

respon imun. mRNA berdiam dalam sitoplasma sel dan tidak masuk

kedalam nukleus, sehingga mRNA tidak berinteraksi atau berintegrasi

dengan DNA penerima. Vaksin jenis ini, diproduksi secara invitro. Akan

tetapi, karena teknologi ini baru, kemampuan untuk memproduksi vaksin

jenis ini belum di uji coba, dan vaksin ini harus disimpan dengan suhu yang

sangat rendah, sehingga sulit untuk transportasi vaksin. Vaksin mRNA

memiliki keunggulan dibandingkan vaksin konvensional, dengan tidak

adanya integrasi genom, respon imun yang meningkat, perkembangan yang

cepat, dan produksi antigen multimeric.17 Moderna, Inc. telah memulai uji

klinis fase I untuk mRNA-1273, vaksin mRNA, yang mengkode protein

viral spike (S) dari SARSCoV-2. Ini dirancang bekerja sama dengan Institut
12
Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIAID). Berbeda dengan vaksin

konvensional yang
diproduksi dalam sistem kultur sel, vaksin mRNA dirancang dalam silico,

yang memungkinkan pengembangan dan evaluasi efikasi vaksin yang cepat.

Moderna Inc. sedang mempersiapkan studi fase I dengan dukungan

keuangan dari CEPI (Coalition for Epidemic Preparedness Innovations). 18

4. Vaksin SINOVAC-Biopharma

Salah satu vaksin yang sudah dipakai di Indonesia adalah CoronaVac

oleh SINOVAC dan Oxford-AstraZeneca. Vaksin yang dikembangkan oleh

Sinovac yang diberi nama CoronaVac telah dikembangkan sejak Januari

2020. Vaksin ini berasal dari virus yang di-inaktivasi. Kandidat vaksin

CoronaVac telah berhasil melalui uji klinis fase I dan II di China, dan fase

III di beberapa negara seperti Indonesia, Turki, Bangladesh, dan Brazil.

Di Indonesia sendiri, secara keseluruhan penelitian uji klinis fase 3

menyertakan 1620 orang. Secara keseluruhan, efek samping dalam seluruh

grup pada studi ini memiliki hasil yang mirip dengan placebo, yaitu 71,6%

dan 71,1 % (tidak signifikan). Reaksi local dilaporkan setelah vaksinasi

pertama dan kedua pada grup yang divaksinasi dan pada placebo adalah,

nyeri local, kemerahan local, indurasi local, dan pembengkakan local. Efek

sistemik yang dilaporkan setelah vaksin dosis pertama dan kedua pada grup

yang di vaksinasi dan grup placebo adalah myalgia, kelelahan, dan demam.
Banyak dari efek samping yang dilaporkan adalah efek samping yang

ringan. Efek samping grade 3 dilaporkan lebih kecil pada grup yang di

vaksinasi dibandingkan grup placebo (7.4 % vs 13.3 %).

Pada Uji klinis fase 3 di Turki, menurut data 23 desember 2020, Analisa

keamanan dilakukan pada 2964 subyek dimana diantaranya terdapat 593

subyek yang melaporkan 1049 efek samping. Secara keseluruhan, coronavac

memberikan hasil analisa keamanan yang memuaskan. Keamanan dianalisa

selama 7 hari setelah vaksinasi pertama, dan menunjukan efek samping

coronavac mirip dengan placebo dan gejala sistemik diaporkan lebih kecil

dibandingkan placebo (61.86% vs 75.16%). Gejala tersering dilaporkan 7

hari setelah vaksin pertama adalah kelelahan (4.7%), nyeri kepala (3.9%).

Reaksi local dilaporkan setelah vaksinasi dosis ke-2 juga mirip antara grup

vaksin dan grup placebo (0.98% vs 0.60%). Efek samping sitemik yang

paling sering setelah faksinasi adalah Lelah (2.5%) dan nyeri kepala (2.3%).

Uji klinis fase 3 di Brazil dilakukan pada 7913 orang. Secara total

terdapat 6803 orang yang melaporkan efek samping setelah 1 minggu

vaksinasi, efek samping paling sering secara local adalah, nyeri bagian

injeksi. Dan efek samping sistemik yang paling sering adalah nyeri kepala,

Lelah, myalgia, dan diare. Efek samping yang dialporkan ini adalah 7 hari

setelah dosis pertama dan diklasifikasikan sebagai efek ringan dan sedang.

Vaksin sinovac yang berasal dari China ini juga diproduksi di Indonesia

oleh perusahaan BUMN Biopharma.


5. Efikasi SINOVAC/CORONAVAC

Uji klinis dari Indonesia, Turki, dan Brazil masih berlanjut dan masih di

follow up. Analisa yang sedang berjalan per tanggal 8 Januari 2021, yang

dilakukan pada 1620 orang dewasa dengan umur 18-59 tahun, mengukur

komparasi dengan placebo, dibandingkan berdasarkan kasus simtomatik

yang di konfirmasi dengan RT-PCR berjarang 14 hari hingga 6 bulan dari

dosis ke-

2. Terdapat 25 kasus CoVID-19 (batas minimal kasus untuk menunjukan

efikasi 60 %) adalah 65.3%. 25 kasus ini terdiri dari 7 kasus pada grup

vaksin dan 18 kasus pada grup placebo. Durasi observasi dari kalkulasi

efikasi ini didasarkan oleh observasi dari 90 hari (3 bulan), dimana kriteria

ini sesuai dengan kriteria WHO untuk vaksin COVID-19. Diantara 25 kasus

ini tidak ada kasus berat, kritis, atau kematian, oleh karena COVID 19.

Berdasarkan analisa interim pada uji klinis di turki per tanggal 23

desember 2020 yang dilakukan pada 13000 orang dewasa berumur 18-59

tahun, efikasi vaksin ini di evaluasi dari 29 kasus covid-19, dengan efikasi

91.25%, dari 29 kasus, 3 kasus dari grup vaksin, dan 26 kasus dari grup

placebo.

Di Brazil dari 13000 orang dewasa, didapatkan 58 kasus pada grup

vaksin dan 160 kasus pada grup placebo, semua adalah kasus ringan.
6. Cara Kerja Vaksin Sinovac-Biopharma

Untuk membuat vaksin, para peneliti Sinovac memulai dengan

mengambil sampel virus corona dari pasien di China, Inggris, Italia,

Spanyol, dan Swiss. Kemudian virus tersebut dikembangbiakan pada hewan

dan dinonaktifkan dengan senyawa beta-propiolakton. Hal tersebut

menyebabkan virus menjadi inaktif dan hanya tersisa protein/bagian badan

dari corona. Salah satu jenis protein yang penting dalam pembuatan vaksin

corona ini adalah protein Spike atau yang biasa disebut sebagai protein S

yang berbentuk seperti duri. CoronaVac bekerja dengan mengajarkan sistem

kekebalan tubuh untuk membuat antibodi melawan virus corona SARS-

CoV-2. 17,18,19

Setelah mendapatkan virus yang tidak aktif, kemudian spesimen virus

tersebut dicampur dengan sejumlah kecil senyawa berbasis aluminium yang

disebut adjuvan. Adjuvan merangsang sistem kekebalan untuk

meningkatkan responsnya terhadap vaksin. Karena CoronaVac mengandung

virus yang telah dimatikan, sehingga mereka bisa dimasukkan ke tubuh

tanpa menyebabkan covid-19. 17,18,19

Setelah masuk ke dalam tubuh, maka sel imun tubuh yaitu sel limfosit T

akan aktif dan membantu merekrut sel kekebalan lain hingga terbentuk

kekebalan yang dalam jangka waktu vaksin efektif, dapat mengenali virus

corona yang masuk dan telah siap menyerangnya. Jenis sel kekebalan lain,

sel B juga dapat menghadapi virus corona yang tidak aktif. Sel B memiliki
protein dalam berbagai bentuk, dan beberapa mungkin memiliki bentuk

yang tepat untuk menempel pada virus corona. 17,18,19

Ketika sel B terkunci, ia dapat menarik sebagian atau seluruh virus dan

menampilkan fragmen virus corona di permukaannya. Sel T membantu

mencocokkan fragmen dengan sel B. Jika cocok, sel B juga diaktifkan,

berkembang biak, dan mengeluarkan antibodi untuk melawan virus

corona. 17,18,19

7. Efek samping Vaksin

Sama seperti obat maupun vaksin lainnya, vaksin covid-19 dapat

memberi banyak manfaat, tapi juga diketahui dapat menimbulkan berbagai

efek samping. Sejauh ini, beberapa laporan menyebutkan bahwa ada

beberapa efek samping vaksin COVID-19 yang dapat muncul, di antaranya:

• Demam ringan

• Nyeri atau kemerahan di lokasi penyuntikan vaksin

• Kelelahan

• Sakit kepala

• Nyeri otot dan sendi di sekitar area suntikan

Beberapa efek samping di atas merupakan efek samping ringan yang

umumnya bisa sembuh dengan sendirinya.


Munculnya efek samping tersebut sebenarnya menandakan bahwa tubuh

penerima vaksin sedang membentuk kekebalan atau imunitas terhadap

penyakit COVID-19. Untuk memperingan efek samping dapat dilakukan :

• Mengonsumsi air putih lebih banyak dan makan teratur

• Memberikan kompres dingin di bagian yang sakit

• Mengonsumsi obat pereda nyeri, seperti paracetamol, sesuai

anjuran dokter

• Beristirahat yang cukup, yaitu dengan tidur sekitar 7–9 jam

setiap malam

Walau jarang terjadi, pemberian vaksin, baik vaksin covid-19 maupun

vaksin lainnya, bisa menimbulkan efek samping yang lebih serius, seperti

reaksi alergi berat atau anafilaktik. Reaksi tersebut dapat menyebabkan

keluhan sesak napas, lemas, dan pingsan.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

Gambar 3.1 Lokasi penelitian


Kegiatan ini dilakukan di RW 07 dan RW 11 Kelurahan

Pademangan Barat, Kecamatan Pademangan. Rukun Warga ini merupakan

tanggung jawab dari Puskesmas Kecamatan Pademangan yang berlokasi

tidak jauh dari RW lokasi penelitian.


B. Data Geografis Pademangan

Kecamatan Pademangan memiliki luas 11,92 km 2 yang terbagi

menjadi 3 kelurahan, 35 RW, dan 439 RT dengan total jumlah penduduk

166.893 jiwa dengan kepadatan penduduk sekitar 14.002,62 jiwa/km 2.

Dengan batasan kecamatan meliputi

Sebelah Utara : Laut Jawa

Sebelah Selatan : Rel KA. Senen – Kota dan Arteri ManggaDua

Sebelah Timur : Sungai Tiram, Jembatan PLTU dan Kali

Sunter

Sebelah Barat : Kali Opak dan Rel KA Kota-Gambir

C. Profil dan Sumber Daya Tenaga Kesehatan

Puskesmas Kecamatan Pademangan yang berlokasi di Jalan

Pademangan II gang 22 nomor 2 RT.002/RW.002 adalah pusat kesehatan

masyarakat tingkat kecamatan yang membawahi 3 puskesmas kelurahan

yang berada di wilayah kecamatan Pademangan untuk memberikan

pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat wilayah Kecamatan

Pademangan. Ketiga puskesmas kelurahan yang dibawahi oleh Puskesmas

Kecamatan Pademangan meliputi :

1. Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat I

2. Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat II

3. Puskesmas Kelurahan Ancol


Dari tahun ke tahun pelayanan puskesmas-puskesmas di wilayah

Kecamatan Pademangan semakin baik apalagi didukung oleh sarana,

prasarana dan pelayanan di bidang manajemen yang semakin memadai.

Perbaikan sarana, prasarana dan manajemen tersebut ditunjukkan dengan

bangunan dan peralatan kesehatan Puskesmas yang semakin memenuhi

syarat serta SDM yang berkualitas.

Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kecamatan

Pademangan, tenaga kesehatan yang melaksanakan tugas pelayanan tersebut

merupakan faktor utama yang memegang peranan, karena itu tenaga

kesehatan di Puskesmas Kecamatan Pademangan dituntut memiliki

kemampuan dan keahlian yang profesional.

Berikut adalah komposisi tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas

Kecamatan Pademangan dan di Puskesmas Kelurahan, yaitu:

Tabel 3.1 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Pademangan.


Jumlah Tenaga di Puskesmas 106
1 Dokter Umum 14
2 Dokter Gigi 2
3 Apoteker 1
4 Asisten Apoteker 8
5 S1 Keperawatan 3
6 D3 Perawat 13
7 D3 Perawat Gigi 2
8 D3 Bidan 10
9 Sanitarian 2
10 Pranata Lab. Kesehatan 5
11 Nutrisionis 3
12 Penyuluh Kesehatan 1
13 Perekam Medis 2
14 Epidemiologi 1
15 S1 Administrasi 6
16 D3 Administrasi 6
17 SMA 10
18 Supir 3
19 Petugas Kebersihan 7
20 Security 7

Tabel 3.2 Jumlah Peran Masyarakat di Puskesmas Kecamatan Pademangan.


1 Posbindu 16 buah
2 Posyandu Balita 43 buah
3 Posyandu Lansia 20 buah
4 Saka Bhakti Husada 1 buah
5 Jumlah Kader 436 orang
6 Jumlah Panti Werda 1 buah
7 Jumlah Kelurahan Siaga 4 kelurahan

D. Gambaran Masyarakat Pademangan

Jumlah masyarakat lansia di RW 07 dan RW 11 Pademangan Barat

mencapai 344 jiwa. Masyarakat lansia di Pademangan sudah cukup banyak

mendengar berita mengenai vaksin covid-19, sebagian ingin divaksin dan

sebagian belum ingin divaksin karena masih belum percaya dengan vaksin

covid 19 akibat masih banyaknya berita ‘hoax’ yang beredar di masyarakat.


E. Cara Penelitian Edukasi Vaksin COVID-19

Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan yang dilakukan

dengan memberikan intervensi langsung kepada masyarakat terkait vaksin

covid-19 di RW 07 dan RW 11 Pademangan Barat. Setelah dilakukan

penyuluhan kepada masyarakat tentang vaksin covid-19, lalu dilanjutkan

dengan bertanya beberapa pertanyaan kepada masyarakat terkait dengan

vaksin. Pertanyaan diberikan secara lisan dan dicatat oleh peneliti.

Pertanyaan yang diajukan seperti : Apakah anda ingin di vaksin covid-19 ?

jika iya, apa alasan ingin di vaksin ? dan jika tidak, apa alasan tidak ingin di

vaksin ?
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN

A. Pelaksanaan Mini Project

Mini project ini dilakukan dengan melakukan promosi kesehatan


berupa penyuluhan sekaligus mencari lansia yang belum mengikuti
vaksinasi di masyarakat RW 07 dan RW 11, Pademangan Barat, Jakarta
Utara. Penyuluhan dilakukan secara mobile dengan berkeliling ke beberapa
RT untuk menarik simpati masyarakat. Topik penyuluhan membahas
mengenai rumor yang tidak benar mengenai vaksinasi covid-19 dan syarat
mengikuti vaksinasi. Penyuluhan dilakukan bersama para kader, petugas
kesehatan puskesmas kelurahan Pademangan Barat, dokter internship
Puskesmas Kecamatan Pademangan, tokoh masyarakat dan didampingi oleh
petugas Satpol PP. Pemaparan materi dilakukan dengan menggunakan
media leaflet dan poster tentang COVID-19.

B. Hasil Mini Project

Hasil kegiatan ini adalah sebagai berikut :


Tempat : RW 07 dan 11 Kelurahan Pademangan Barat, DKI Jakarta
Tanggal : 23 dan 25 Maret 2021
Responden : warga RW 07 dan RW11
Waktu : Pukul 09.00 WIB - Selesai

Sasaran dari penyuluhan ini adalah warga RW 07 dan RW 011

dengan karakteristik pria mapun wanita dengan usia ≥60 tahun yang belum

mendapat vaksinasi.
Berdasarkan hasil pengamatan selama penyuluhan didapatkan

beberapa hal yang menyebabkan warga RW 07 dan RW 011 belum

melakukan vaksinasi:

1. Kurangnya Informasi

Menurut hasil pengamatan saat penyuluhan sebagian besar

lansia RW 07 tidak mengetahui informasi yang benar mengenai

vaksin Covid-19. Banyaknya informasi yang didapat berasal dari

mulut kemulut maupun dari grup obrolan aplikasi yang tidak

diketahui kebenaran sumbernya. Kurangnya informasi mengenai

syarat lansia yang dapat di vaksinasi juga menambah ketakutan

lansia untuk mendapat vaksinasi.

2. Sulit mobilisasi

Sebagian lansia di RW 11 sudah tidak bekerja sehingga tidak

memiliki penghasilan sendiri, hal ini mengurangi kemampuan lansia

untuk mobilisasi dan beraktivitas secara mandiri. Beberapan lansia

juga memiliki keterbatasan fisik dimana para lansia harus dibantu

untuk melakukan aktivitas sehari-hari, hal ini juga menghambat

lansia untuk mandiri mendatangi pusat kesehatan setempat.

3. Kurangnya dukungan keluarga

Kurangnya informasi mengenai vaksin Covid-19 juga

ditemukan pada usia produktif, hal ini membuat dukungan untuk

lansia
melakukan vaksinasi berkurang, beberapa lansia dilarang oleh

keluarganya untuk melakukan vaksinasi dikarenakan informasi

mengenai efek samping vaksin yang tidak benar. Lansia yang

bergantung pada keluarganya tidak dapat mendatangi pusat

kesehatan sendiri, sedangkan sebagian besar keluarganya harus

bekerja pada jam dilakukannya vaksinasi.

Diagram 4.1. Gambaran survei menggunakan masker


C. Observasi Post Kegiatan
Pada penyuluhan di RW 07 dari 20 orang yang mengikuti penyuluhan
ditemukan sebagain besar lansia belum mendapat vaksinasi covid-19
walaupun mempercayai corona atau penyakit covid-19 ini nyata. Seluruh
orang yang diberikan edukasi juga sebelumnya sudah pernah mendengar
mengenai vaksin covid-19 tetapi memiliki beberapa kendala sehingga tidak
dapat melaksanakan vaksinasi.
Masih tersebarnya informasi bahwa vaksin Covid-19 dapat
menyebabkan kematian menyebabkan warga merasa takut. Hal yang sama
ditemukan pada masyarakat RW 11 sehingga timbulnya rasa keraguan
sebelum mendapatkan edukasi mengenai vaksin ini.
Berdasarkan hasil pencatatan vaksinasi di Puskesmas kelurahan
Pademangan Barat I, dari 351 lansia yang ada di RW 11 ada 125 orang yang
sudah divaksin (35,7%), 139 orang tidak dapat mengikuti vaksinasi karena
sakit dan kendala lainnya (39.7%), dan 12 orang tidak mau divaksinasi
karena takut (3.4%), sedangkan setelah dilakukan intervensi semua warga
RW 07 yang mengikuti penyuluhan bersedia divaksin.
BAB V

KESIMPULAN DAN USULAN

5.1 Kesimpulan

1. Sebagian besar masyarakat belum memahami pentingnya


vaksinasi Covid-19 meskipun beberapa orang memiliki
keinginan yang tinggi untuk mendapatkan vaksin covid-19.
banyaknya informasi yang tidak sesuai yang beredar mengenai
vaksin tersebut menyebabkan timbulnya ketakutan dalam
masyarakat untuk melaksanakan vaksinasi.
2. Sebagian besar kendala di masyarakat yang mengahalangi
terlaksananya vaksin antara lain tidak mandirinya lansia secara
fisik untuk melakukan mobilisasi maupun faktor ekonomi.
Namun dengan adanya kader pada tiap RW memudahkan akses
lansia untuk mengikuti vaksinasi.

5.2 Usulan Rekomendasi


1. Diperlukan peran tokoh masyarakat yang terlibat dalam
mengedukasi untuk mengubah sikap masyarakat terhadap
vaksinasi covid-19.
2. Perlunya peran aktif puskesmas untuk mengedukasi dan
mengetahui kendala yang ada dimasyarakat untuk melancarkan
program vaksinasi covid-19
DAFTAR PUSTAKA

1. Sun, P. et al. (2020) ‘Understanding of COVID-19 based on current


evidence’, Journal of Medical Virology, pp. 0–1.
2. Peeri, N. C. et al. (2020) ‘The SARS, MERS and novel coronavirus
(COVID19) epidemics, the newest and biggest global health threats:
what lessons have we learned?’, International Journal of
Epidemiology, pp. 1–10.
3. Sohrabi, C. et al. (2020) ‘World Health Organization declares
global emergency: A review of the 2019 novel coronavirus (COVID-
19)’, International Journal of Surgery. Elsevier, 76(February), pp.
71– 76.
4. Prompetchara, E., Ketloy, C. and Palaga, T. (2020) ‘Immune
responses in COVID19 and potential vaccines: Lessons learned from
SARS and MERS epidemic’, Asian Pacific journal of allergy and
immunology, 38(1), pp. 1–9.

5. Adityo Susilo, C. Martin Rumende dkk (2020) Coronavirus


Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini Coronavirus Disease
2019: Review of Current Literatures, Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - RSUPN dr.
Cipto Mangunkusumo. Diakses dari
https://ocw.ui.ac.id/pluginfile.php/2469/mod_resource/content/3/415
-1924-1-PB.pdf.pdf
6. Burhan E, Susanto AD, Nasution SA, Ginanjar E, Pitoyo CW,
Susilo A, Firdaus I, Santoso A, Juzar DA, Arif SK, Wulung
NGHL, Damayanti T, Wiyono WH, Prasenohadi, Afiatin,
Wahyudi ER, Tarigan THE, Hidayat R, Muchtar F, Tim
COVID-
10 IDAI (2020) Protokol Tatalaksana Covid-19.2020; PDPI,
PERKI,PAPD,PERDATIN,IDAI; diakses dari
http://www.inaheart.org/perki/upload/files/Protokol%20Tatalaksana
%20COVID-19%205OP%20FINAhL(4).pdf

7. Huang C, Wang Y, Li X, Ren L, Zhao J, Hu Y, et al. Clinical


features of patients infected with 2019 novel coronavirus in
Wuhan, China. Lancet (2020) 395(10223):497-506.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7159299/

8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Info Infeksi


Emerging Kementerian Kesehatan RI [Internet]. (2020). Diakses
dari: https://infeksiemerging.kemkes.go.id

9. Pedoman pencegahan dan pengendalian corona virus (2019)


Kemenkes RI Desember 2020 diakses dari :
https://www.papdi.or.id/pdfs/848/Pedoman%20Pencegahan%20dan
%20Pengendalian%20COVID-19%20dari%20KEMENKES.pdf
10. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku ajar
imunisasi. (2014) Diunduh dari
: http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/10/03Buku-Ajar-Imunisasi-06-10-2015-
small.pdf
11. The important date at vaccines history (2020)
http://www.immunize.org/important-date-atvaccines-history
12. Definisi vaksin http://infoimunisasi.com/vaksin/definisi-vaksin/
diakses pada tanggal 22 Oktober 2014.
13. Bhattacharya, M. et al. (2020) ‘Development of epitope-based
peptide vaccine against novel coronavirus 2019 (SARS-COV-2):
Immunoinformatics approach’, Journal of Medical Virology, 2019,
pp. 0–2.
14. Zhang, J. et al. (2020) ‘Progress and Prospects on Vaccine
Development against SARS-CoV-2’, Vaccines 2020, Vol. 8, Page
153, 8(2), p. 153.
15. Chen, W. H. et al. (2020) ‘The SARSCoV-2 Vaccine Pipeline: an
Overview’, Current Tropical Medicine Reports. Current Tropical
Medicine Reports, pp. 1– 4.
16. Zhang, L. and Liu, Y. (2020) ‘Potential interventions for novel
coronavirus in China: A systematic review’, Journal of Medical
Virology, 92(5), pp. 479–490
17. Nicole Lurie, M.D, et all (2020) ‘New engla nd journal’,
Developing Covid-19 Vaccines at Pandemic Speed, 1, pp. 1–5
18. Ahn, D.-G. et al. (2020) ‘Current Status of Epidemiology,
Diagnosis, Therapeutics, and Vaccines for Novel Coronavirus
Disease 2019 (COVID-19).’, Journal of microbiology and
biotechnology, 30(3), pp. 313–324.
19. Shang, W. et al. (2020) ‘The outbreak of SARS-CoV-2 pneumonia
calls for viral vaccines’, npj Vaccines. Springer US, 5(1), pp. 2–4.
LAMPIRAN

RW 07
RW 11
POSTER VAKSIN

Anda mungkin juga menyukai