Anda di halaman 1dari 4

Nama: Milzama Zharfano

No. Absen: 22
Kelas : XI MIPA 9
Mendemonstrasikan Nilai-Nilai Cerpen

Pikiran Negatif Seorang Sahabat


Hari Jum'at, jam menunjukkan pukul 05:12 pagi. Walaupun di luar terlihat sedikit gelap, suara kicauan
burung untuk menyambut pagi mulai terdengar. Sinar matahari mulai memasuki ruangan seseorang
yang masih tidur dengan pulas. Orang tersebut terlihat sangat damai ketitka tidur, seakan-akan dia tidak
memiliki beban hidup.
Beberapa menit kemudian, seseorang masuk ke kamar orang yang masih tidur.
“Hei Ara, bangun. Nanti kau telat kuliah lagi,” ucap Asha, teman kuliah Ara.
“5 menit lagi,” ucap Ara yang membalik badan tanda ingin melanjutkan tidurnya.
“Ayolah, kau tidak ingin mengepel setengah bagian lantai dua lagi kan?”
Ara yang masih mengantuk berusaha bangun dengan sekuat tenaga. Masih memproses sekelilingnya.
Dia melihat temannya yang sudah berpakaian rapi keluar dari kamar tidur nya.
Beberapa menit kemudian, Ara keluar dari kamar kos nya dengan pakaian rapi tapi sedikit berantakan
dan mengunci pintu. Dia menghampiri Asha yang sudah berada di ujung tangga dan berangkat kuliah.
Bel berdering, tanda istirahat telah tiba. Mahasiswa dan mahasiswi terburu-buru menuju kantin untuk
membeli makanan. Terkecuali Ara, dia berjalan dengan santai menuju kantin karena dia tahu bahwa
temannya sudah berada disana. Sampai disana, dia melihat Asha melambaikan tangannya kepadanya.
Ara bergegas menuju meja yang ditempati Asha dan sedikit terkejut melihat seseorang yang tidak ia
kenal.
“Bagaimana kelas hari ini, Ra?”
“Membosankan seperti biasa. Tidak ada praktikum. Dosen juga sudah memberi beberapa tugas. Untung
saja dikumpulkan 1 minggu lagi,” ucap Ara sambil bersandar dengan tangannya.

Ara melirik ke orang yang disebelah Asha. Dia terlihat sangat asing baginya. Ini cukup membuat dia
sedikit gugup.
“Oh iya Ara, perkenalkan ini teman saya, Chika. Dia teman kerja kelompok ku,” ucap Asha yang
menyadari ketidaknyamanan Ara.
‘Kerja kelompok?’ pikir Ara.
“Kita akan melakukan diskusi untuk tugas kita beberapa hari ke depan. Aku harap kau baik-baik saja dia
datang ke tempat kita,” ucap nya dengan tersenyum.
Ara hanya mengangguk. Dia hanya mendengarkan mereka mendiskusikan tentang tugas mereka. Dia
terlalu mengantuk untuk berbicara.
Jam menunjukkan pukul 05:30 sore. Ara membuka pintu dengan kunci kamar nya dan disambut dengan
suara anjing milik nya, Kami. Dia mengelus sebentar anjing peliharaan nya dan menuju kamar tidurnya
untuk mengganti pakaian. Ara pulang sendirian. Ketika ingin mengajak Asha pulang, dia bilang dia akan
pulang terlambat Chika karena dia dan akan pergi ke café sambil mengerjakan tugasnya.
Pukul 11:26 malam, Ara mendengar suara pintu terbuka. Dia keluar dari kamar untuk melihat, dan
ternyata itu Asha.
“Akhirmya kau pulang juga,” ucap Ara kepada Asha yang terlihat lelah.
“Iya nih, maaf ya hehe. Habis ternyata Chika orang nya seru juga untuk diajak bicara. Jadi kelupaan
mengerjakan tugas,” ucap Asha sambil menggaruk-garuk kepala belakang dan tersenyum.
Asha kemudian menuju kamarnya dan menutupnya. Mendengar itu, Ara mulai khawatir dengan
persahabatan mereka. Bagaimana jika Asha jadinya bersahabat dengan dia. Bagaimana jika Asha tidak
peduli dengan Ara lagi. Bagaimana jika Asha mengabaikan Ara.
Hari demi hari, Ara mulai gelisah. Akhir-akhir ini dia sering melihat Asha dan bersama-sama. Mereka juga
terlihat sangat dekat. Ketika Asha pulang setelah mengerjakan tugas kelompok nya, dia kadang-kadang
menghiraukan Ara dan langsung menuju kamarnya. Kadang-kadang ketika Chika datang ke tempat kos
nya, mereka terlihat sangat asyik dengan percakapannya. Melihat ini, Ara mulai berpikir jika Asha ingin
bersahabat dengan Chika. Akhirnya Ara berburuk sangka kepada Asha. Setiap kali dia bertemu Asha, dia
selalu melirik nya dengan tatapan marah.

Setelah banyak hari yang berlalu, akhirnya mereka menyelesaikan tugasnya. Mereka benar-benar
bekerja keras. Ara sangat lega dengan hal ini.
Hari Sabtu pagi, Ara sedang menonton TV. Kebetulan tugas dia tidak terlalu banyak dan sudah
dikerjakan beberapa. Ketika sedang asyiknya menonton TV, dia merasakan seseorang menepuk
pundaknya. Dia menoleh ke arah tepukan tersebut dan melihat Asha. Jika dilihat-lihat, wajah dia sedikit
khawatir. Asha kemudian duduk disebelah Ara.
“Akhir-akhir kau sering mengabaikan aku dan kau juga cuek kepada Chika. Kenapa?”
“Lagian kalian terlihat sangat dekat. Kau bahkan juga mengabaikan aku setelah mengerjakan tugas
dengan dia. Kalian juga terlihat seperti sahabat yang sangat dekat. Aku pikir kau akan menjadi sahabatn
nya sebentar lagi”
Asha menggeleng kepala, tidak percaya dengan sahabat nya ini.
“Ara, aku tidak akan meninggalkanmu. Kau akan tetap menjadi sahabatku. Chika memang terlihat
seperti orang yang pendiam, tetapi dia sebenarnya orang yang ramah dan asyik. Mungkin karena itulah
mungkin yang membuat kita terlihat seperti sahabat. Tetaplah aku akan tetap menjadi sahabatmu,
ingatlah itu,” ucap Asha sambil tersenyum.
Ara awalnya ragu-ragu, tetapi setelah dipikir-pikir,
“Ya sudah lah, aku minta maaf ya, Asha.”
Untuk apa juga jika Ara membenci dan meninggalkan Asha, pada akhirnya hanya penyesalan yang
didapat.
• Nilai yang terkandung:
➔ Nilai moral: janganlah berburuk sangka terlebih dahulu jika tidak mengetahui sesuatu
kepada orang lain
• Skenario Singkat:
➔ Judul: Pikiran Negatif Seorang Sahabat ➔ Tema: Persahabatan
➔ Alur: Maju

➔ Tokoh:
▪︎Lala (Narator)
▪︎Ara: Sedikit malas, berburuk sangka ▪︎Asha: Sabar, Setia, Rajin
▪︎Chika: Pendiam, Ceria
➔ Adegan:
1. Kamar Tidur Ara, Pagi
Asha: “Hei Ara, bangun. Nanti kau telat kuliah lagi.” (membangunkan Ara)
Ara: “5 menit lagi.” (membalik badan)
Asha: “Ayolah, kau tidak ingin mengepel setengah bagian lantai dua lagi kan?” (berjalan keluar) Ara:
(terbangun dan terdiam sebentar dan bersiap-siap)
Narator:
Beberapa menit kemudian, Ara keluar dari kamar kos nya dengan pakaian rapi tapi
sedikit berantakan dan mengunci pintu. Dia menghampiri Asha yang sudah berada di ujung tangga dan
berangkat kuliah.
2. Kantin Kuliah, Siang
Narator:
Bel berdering, tanda istirahat telah tiba. Mahasiswa dan mahasiswi terburu-buru menuju
kantin
Ara: (berjalan ke kantin dan mencari Asha)
Asha: (melambaikan tangan)
Ara: (menghampirinya dan duduk dengan sedikit terkejut)
Asha: “Bagaimana kelas hari ini, Ra?”
Ara: “Membosankan seperti biasa. Tidak ada praktikum. Dosen juga sudah memberi beberapa tugas.
Untung saja dikumpulkan 1 minggu lagi.” (melirik ke orang asing disebelah Asha)
Asha: “Oh iya Ara, perkenalkan ini teman saya, Chika. Dia teman kerja kelompok ku.”
Ara: (berpikir) “Kerja kelompok?”

Asha: “Kita akan melakukan diskusi untuk tugas kita beberapa hari ke depan. Aku harap kau baik- baik
saja dia datang ke tempat kita.” (tersenyum)
Ara: (mengangguk pelan)
3. Kos Ara dan Asha, Sore
Narator:
Ara membuka pintu dengan kunci kamar nya dan disambut dengan suara anjing milik
nya, Kami. Dia mengelus sebentar anjing peliharaan nya dan menuju kamar tidurnya untuk mengganti
pakaian.
4. Kos Ara dan Shira, Malam
Asha: (membuka pintu)
Ara: (membuka pintu kamar) “Akhirmya kau pulang juga.”
Asha: “Iya nih, maaf ya hehe. Habis ternyata Chika orang nya seru juga untuk diajak bicara. Jadi kelupaan
mengerjakan tugas.” (menggaruk kepala dan tersenyum)
Asha: (menuju ke kamar)
Ara: (berpikir) “Bagaimana jika Asha jadinya bersahabat dengan dia. Bagaimana jika Asha tidak peduli
dengan Ara lagi. Bagaimana jika Asha mengabaikan Ara.”
5. Narator:
Hari demi hari, Ara mulai gelisah. Akhir-akhir ini dia sering melihat Asha dan bersama-
sama. Mereka juga terlihat sangat dekat. Ketika Asha pulang setelah mengerjakan tugas kelompok nya,
dia kadang-kadang menghiraukan Ara dan langsung menuju kamarnya. Kadang-kadang ketika Chika
datang ke tempat kos nya, mereka terlihat sangat asyik dengan percakapannya.
Melihat ini, Ara mulai berpikir jika Asha ingin bersahabat dengan Chika. Akhirnya Ara berburuk sangka
kepada Asha. Setiap kali dia bertemu Asha, dia selalu melirik nya dengan tatapan marah hingga sampai
tugas mereka selesai.
6. Kos Ara dan Asha (Ruang Tengah),
Pagi Ara: (menonton TV)
Asha: (menepuk pundak Ara)

Ara: (menoleh ke arah Asha)


Asha: (ekspresi khawatir) (duduk sebelah Ara) “Akhir-akhir kau sering mengabaikan aku dan kau juga
cuek kepada Chika. Kenapa?”
Ara: “Lagian kalian terlihat sangat dekat. Kau bahkan juga mengabaikan aku setelah mengerjakan tugas
dengan dia. Kalian juga terlihat seperti sahabat yang sangat dekat. Aku pikir kau akan menjadi sahabatn
nya sebentar lagi”
Asha: (menggeleng kepala) “Ara, aku tidak akan meninggalkanmu. Kau akan tetap menjadi sahabatku.
Chika memang terlihat seperti orang yang pendiam, tetapi dia sebenarnya orang yang ramah dan asyik.
Mungkin karena itulah mungkin yang membuat kita terlihat seperti sahabat. Tetaplah aku akan tetap
menjadi sahabatmu, ingatlah itu.” (tersenyum)
Ara: (berpikir-pikir) “Ya sudah lah, aku minta maaf ya, Asha.”

Anda mungkin juga menyukai