Anda di halaman 1dari 7

"Wa'alaikum salam. Masuk!

"

Duh! Alora gugup sekali, dari nada suaranyas saja sudah membuat bulu kuduk Alora meremang!

Lebih serem dari hantu!

Dengan gugup serta jantung yang berdentam kuat Alora memberanikan diri memasuki kubikel
itu.

Jari-jari Pak Satya berhenti dari MacBook nya dan meletakkan kembali benda persegi itu di atas
meja. Kini fokus bapak 'dosen ganteng' itu tertuju kepadanya.

Itu kata Anya, ya. Catat! Bukan maksud Alora memuji Pak satya!

Terlihat jelas raut tak sedap di pandang dari wajah dosen pembimbing satunya itu bahwa dia
akan kena marah!

"Tau kamu kesalahan kali ini apa?"

"Maaf pak tadi saya pikir bapak-"

"Memang ada saya suruh kamu berpikir saya datang atau tidak? Sudah saya beritau kamu
melalui chat saya." Potong Pak Satya.

Tuh kan! Dimarahin!

Siapa suruh coba tadi pagi chat bilang gak jadi, sekarang malah-

"Jawab saya kamu! Alora ariana nama kamu'kan?"

"Alora Liriana, Pak."

By the way cepet banget Pak Satya hafal nama gue, walaupun ada salah di satu huruf dikit.

"Kenapa terlambat kamu?"

"Anu pak, tadi pagi bapak chat saya, saya pikir memang tidak jadi bimbingan, terus tadi saya
telat liat chat bapak, mohon maaf sebelumnya, Pak." Jelas gadis itu gugup sembari memilin
ujung pashmina coklat susunya.
Pak Dosen yang kalau kata Anya 'ahjussi ganteng' yang gak ada ganteng-gantengnya sama sekali
bagi Alora itu, menegapkan bahunya sembari mencondongkan sedikit tubuhnya dengan
menautkan kesepuluh jemarinya di atas meja.

Siap memberi kultum untuknya. Ya, Alora bisa menebaknya karena ini ke dua kalianya dia
terlambat setelah empat kali pertemuan selama bimbingan dengan pak dosen yang ini, karna
dosen pembimbingnya yang sebelumnya melanjutkan strata tiga ke luar negeri, jadi digantikan
oleh Bapak Satya.

"Sekarang saya lihat rata-rata mahasiswa sekarang sangat jauh berbeda dari saya dulu, ketika
kuliah,"

Tuhkan!

Promo diri lagi!

Astaghfirullah!

Istighfar, Ra.... itu dosen lo! Ntar kualat lagi ga selasai-selesai skripsinya, ih amit-amit!

"Dulu, masa saya malah lebih susah dari zaman ini, tidak ada whitsapp, tidak ada laptop atau
android seperti sekarang, tetapi saya selalu tepat waktu ketika dosen meminta saya menjumpai
beliau dengan jadwal-jadwal yang sudah ditentukan, tapi lihat kamu! Zaman sekarang sudah
serba canggih, tapi disiplin saja susah!" Terang Pak Satya tegas.

Ya beda dong, Pak. Dulu tuh dosennya ga seresek bapak!

"Dengar kamu?"

Eh?

"I-ya, Pak. Sekali lagi saya minta maaf atas keterlambatan saya, Pak."

"Mintak maaf aja kamu! Minggu lalu juga seperti itu. Kalau sekali lagi saya lihat kamu
terlambat, siap-siap ulang satu semester lagi!"

Ih enak aja, gak ya! Gue kudu lulus semester ini! Emak udah nagih mulu.

Ucapnya dalam hati yang tak mungkin Alora katakan langsung.

"Baik, Pak."
"Yasudah, duduk kamu!"

Alora mengambil tempat duduk di kursi yang sudah di sediakan di depan meja Pak Satya,
sehingga kini mereka berhadapan.

"Mana skripsi kamu? Sini saya lihat."

Alora dengan segera merogoh tas kanvasnya lalu mengeluarkan berlembar-lembar skripsinya yg
hanya dijilid dengan penjepit kertas, lalu menyerahkan ke tangan Pak Satya.

Ngomon-ngomong ketika pertemuan pertama bimbingannya dengan Pak Satya, dia kena tegur
hanya gara-gara terlalu rapi menjilid skripsi. Katanya, 'ngapain kamu rapi-rapi sekali jilid
skripsinya, kamu kira saya tidak meminta revisi apa? Kasihan uang orang tua kamu buang-
buang, besok-besok tidak perlu sebagus ini, seadanya saja, yang saya perlukan isi dalamnya
bagus! Bukan modal cover aja!'

Sumpah! Alora malu banget! Ada senior-seniornya lagi di sana! Untung kali ini dia hanya
sendiri, jadi kalau ada kejadian yang memalukan, kan tidak malu-malu banget.

"Sudah kamu revisi?"

"Sudah, Pak," Semalaman bergadang sampai jam 4 subuh loh, Pak!

Tentu saja ia melanjutkan kalimat itu dalam hatinya.

Terlihat Pak dosen ganteng- eh maksud Alora tuh Pak Satya, ini sih gara-gara Anya sering bilang
Pak Satya 'ganteng'! jadikan tanpa sadar Alora jadi ikutan. Baiklah lupakan itu, sekarang Alora
masih menatap pak satya yang takut-takut akan kena marah lagi karena kesalahan dalam
skripsinya. Pak satya masih telaten memeriksa skripsinya, sesekali Pak Satya manggut-manggut,
mengernyit, menaikkan satu atau dua alisnya, tak lupa pena yang ditangan kanannya beberapa
kali mencoret-coret beberapa kalimat dalam skripsinya dan menulis yang Alora ngintip sedikit
bahwa itu mungkin notes untuk dirinya revisi.

Baiklah Alora memang sudah menduga bahwa dia akan mengalami revisi lagi. Semalam ada
beberapa kalimat yang asal-asal dia buat karena sudah tidak sanggup menahan kantuknya lagi.

Yang paling bikin alora kesal itu tau tidak? ketika Pak satya sedang memeriksa skripsinya bapak
dosen gan- ehem! Maksud Alora tuh dosen bimbingannya itu sesekali menyeringai dengan
senyum miringnya yang- baiklah Alora akui memang kelihatan tampan, tapi bukan itu pointnya!
Jelas-jelas itu meledek dirinya! Apalagi kini kedua kakinya bergerak-gearak seperti sedang
mendengarkan musik, bikin Alora tambah kesal saja!

Bapak pikir saya kuliah karna saya sudah pintar apa?

Dongkolnya dalam hati.

"Ini saja tidak bisa kamu," Gumam Pak Satya dengan mata masih memeriksa skripsinya yang
jelas-jelas terdengar di telinga Alora.

What?

Kepala Alora semakin mendidih mendengar itu.

"Ini ngapain lagi disebutkan, this is rubbish! Tau kamu?" Gumamnya lagi dengan mata masih
fokus menyoroti skripsi Alora, tak lupa penanya digunakan untuk mencoret-coret kalimat yang
menurut pak satya ada kesalahan di sana.

Alora hanya menyunggingkan senyum canggungnya yang tak dilirik sama sekali oleh Pak Satya.

Cukup ya! Alora tuh yang hatinya lemah lembut bagai cutton candy sangat hancur mendengar
kalimat-kalimat pedas Pak Satya yang seperti bon cabe level tiga puluh itu terhadapnya!

Baiklah dia akan usahakan lebih banyak bersabar dengan untuk dosen satu ini.

Ruangan itu kembali hening, Alora ragu apa masih ada dosen lain di kubikel-kubikel itu?
Soalnya sedari tadi tidak terdengar suara sedikit pun, hanya suara pintu tertutup yang didengar
beberapa menit yang lalu, Alora tebak mungkin Bu Sarah yang kembali keluar. Mungkin saja
karena jam pagi jadi kebanyakan dosen memasuki kelasnya masing-masing. Jadi, dia hanya
berdua dengan bapak satu ini? Sebenarnya Alora merasa sedikit tidak nyaman, bukan apa, dia
yang dari dulu jarang berdekatan dengan para kaum adam-kecuali jika ada perlu-merasa sedikit
risih.

Alora mengembalikan fokusnya ke pada Pak Satya. Ngomong-ngomong, dosen muda itu yang
banyak digandrungi kaum hawa di fakultas nya semenjak bekerja di Universitas tempatnya
menuntut ilmu tiga bulan lalu, terlihat-

"Usahakan jangan-"
Alora yang sebelumnya terdiam, sedikit terhenyak saat tiba-tiba Pak Satya mengangkat
wajahnya, tadi Alora tuh sedikit terhipnotis dengan pahatan wajah Pak Satya yang-okelah Alora
akui cukup tampan, ingat ya, cukup tampan bukan ganteng banget!

"Kenapa kamu? Saya bukan memarahi kamu, tidak usah terkejut begitu," Ucap Pak Satya
sembari menaikkan alisnya.

"Maaf, pak."

"Ngapain minta maaf kamu, memangnya kamu ada buat salah?"

"Tadi saya membuat bapak tidak nyaman dengan reaksi saya barusan," balasnya sembari
menyunggingkan senyum canggungnya.

"Memangnya ada saya bilang tadi tidak nyaman? Ada saya bilang itu kesalahan? Kamu ini ada-
ada saja."

Astaghfirullah!
Istighfar ra, istighfar!
Semoga dosen satu ini segera dapat hidayah!

Dongkolnya dalam hati.

"Yasudah, balik ke sini!" Ucap Pak Satya sembari menunjuk ke skripsinya, "biasakan jangan
mengulang-ulang kalimat yang sama dalam satu paragraf dan juga jangan lupa titik dan koma di
setiap kalimat yang diperlukan. Baca lagi kamu itu tentang tata letak koma dan titik di mana,
jangan hal-hal yang seperti ini kamu sepelekan, dengar kamu?"

"Baik, Pak."

Pak Satya menutup kembali skripsi milik Alora lalu menyerahkan kembali ke padanya.

"Itu sudah saya kasih catatan di setiap bab, jangan lupa direvisi lagi," Ucap Pak Satya sembari
menutup tutup penanya lalu memasukkan kembali benda itu ke saku kemejanya, "banyak
kalimat-kalimat yang tidak diperlukan kamu tulis di situ, jangan asal-asal kamu buat, saya tau itu
bukan tiga atau lima hari kamu buat, banyak saya lihat kalimat nggak jelas! Dengar kamu?"
Lanjut Pak Satya.

"Iya, Pak."
"Pastikan pertemuan selanjutnya tidak telat lagi kamu, sudah dua kali telat dengan saya kamu,
setel alarm kalau perlu, dengar kamu?"

"Iya, Pak.

Pak Satya mengecek rolexnya di tangan kanan.

Widih!
Berapa harga jam tangannya tuh?
By the way gaji dosen berapa sih? Keliatannya kalau dilihat dari fashion Pak Satya sekelas style
Direktur perusahaan start up deh. Bodo amat! Terserah deh gak mau tau gue! Penting lulus dulu
dari kuliah terus bisa bebas deh dari bapak satu ini, yeay!

Sorak Alora dalam hati.

***

Anya: Ra, di mana?


Anya: p
Anya: p
Anya: Ra, lo tadi ke mana sih? Gue liat lo masuk ke gedung pusat, jadi ketemu pak ganteng?
Anya: Ra, gue g ada kelas, bu Susi sakit. Gue tungguin lo di kantin tadi ya?

Setelah keluar dari ruang dosen tadi Alora duduk sebentar di bangku dekat ruang dosen itu,
soalnya tadi dia merasakan ponselnya bergetar beberapa kali dan benar saja bebera chat dari
Anya terlihat.

Me: masih di kantin'kan, Nya? Sorry ya gw tadi lgsg cabut buru-buru soalnya, jumpa pak
dosen!

Tak lama setelahnya balasan dari Anya muncul.

Anya: it's ok beb, gue masih di kantin. Sini cepetan ceritain pak ganteng!

Me: ih ganteng apaan? Dosen begitu lo kata ganteng.


*emot muntah

"Dosen begitu? Apa maksud kamu 'dosen begitu'?"

Sebentar...
Sepertinya Alora tidak asing dengan suara dan nada bicara itu. Jantung Alora berdetak tak
karuan manakala apa yang dipikirkannya benar-benar ada di sampingnya!

Itu suara pak satya! Dan kini Pak dosen itu sedang menyandarkan sebelah bahunya ke dinding
dekat bangku yang Alora duduki. Alora tak berani menatap wajahnya.

Bagaimana ini?

Segera dirinya memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas kanvasnya lalu bangkit dari
duduknya.

"Hm?" Tanya Pak satya lagi.

Alora sediki mengangkat wajahnya untuk melihat reaksi pak Satya yang sedang menaikkan satu
alisnya.

Mampus!

Kelar riwayatnya.

Ya Tuhan… tolong hamba-Mu ini!

***

Anda mungkin juga menyukai