Anda di halaman 1dari 4

SURAT PERJANJIAN PENGOSONGAN

Pada hari ini, _________, tanggal __________________, bertempat di

__________________, telah terjadi Perjanjian Pengosongan antara:

1. Nama : __________________

Jabatan : __________________

Alamat : __________________

No. KTP : __________________

Bertindak untuk dan atas nama __________________ dan beralamat di

__________________, selanjutnya disebut sebagai Pihak Pertama.

2. Nama : __________________

Jabatan : __________________

Alamat : __________________

No. KTP : __________________

Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama diri sendiri, selanjutnya disebut

sebagai Pihak Kedua.

Para penghadap yang bertindak untuk diri sendiri dan dalam kedudukannya tersebut

di atas menerangkan terlebih dahulu, bahwa:

- Pihak Pertama beserta keluarganya adalah para penghuni atas rumah yang berdiri

di atas: Sebidang tanah sebagaimana diuraikan Sertifikat Hak yang terletak di:

_____________________________________, seluas ______ meter persegi,

Gambar situasi tanggal ______________, No. _______________, terdaftar atas

nama ___________________, demikian menurut Sertifikat (Tanda Bukti Hak)

dari Kantor Agraria/Pertanahan tertanggal _______________________.


- Pihak Kedua telah membeli tanah tersebut dari Pihak Pertama, berdasarkan Akta

Jual Beli tertanggal ___________________ No. ___________________ yang

dibuat di hadapan ___________________,S.H., Pejabat Pembuat Akta Tanah

Wilayah ___________________ yang salinan resminya bermaterai cukup.

Bahwa Pihak Pertama dengan penjualan atas persil tersebut harus juga

mengosongkan tanah dan bangunan rumah di atas tanah yang dihuninya tersebut

sebagaimana mestinya. Tanpa pengosongan itu, maka penjualan dan pembelian

tersebut tidak dilangsungkan.

Selanjutnya Para Pihak menyatakan dengan ini hendak mengadakan Perjanjian

Pengosongan dan telah setuju membuat ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat

sebagai berikut:

Pasal 1

Pengikatan

Pihak Pertama dengan ini mengikatkan dan mewajibkan diri untuk mengosongkan

tanah dan bangunan rumah itu dalam jangka waktu _____ bulan atau selambat-

lambatnya pada tanggal ___________________.

Pasal 2

Denda

1. Bilamana Pihak Pertama melalaikan kewajibannya tersebut dalam Pasal 1 akta

ini, maka Pihak Pertama wajib membayar denda untuk Pihak Kedua sebesar Rp

___________________ (---jumlah uang dalam huruf---) untuk tiap-tiap hari

keterlambatannya, jumlah uang tersebut harus dibayar sekaligus lunas.

2. Kelalaian tersebut tidak perlu dibuktikan dengan surat juru sita atau surat lainnya

apa pun juga, melainkan cukup dibuktikan dengan lewatnya waktu saja.
Pasal 3

Kuasa

Dalam hal Pihak Pertama ternyata lalai untuk memenuhi kewajibannya untuk

mengosongkan tanah dan bangunan rumah tersebut, dengan ini Pihak Pertama

memberi kuasa sepenuhnya kepada Pihak Kedua, untuk:

- Mengeluarkan/mengosongkan dari penghunian oleh Pihak Pertama atau pihak

lain yang menghuni/menempati bangunan rumah dan tanah tersebut seluruhnya,

tanpa kecuali, sehingga siap pakai.

- Menjalankan segala tindakan apa pun juga yang diperlukan untuk pengosongan

tanah dan bangunan rumah dan/persil tersebut selengkapnya dalam keadaan

kosong seluruhnya, sehingga siap pakai, dan Pihak Kedua dan/atau pihak lain

yang ditunjuk oleh Pihak Kedua dapat menghuni tanah dan bangunan rumah atau

seluruh persil tersebut tanpa gangguan dari pihak mana pun juga.

Kuasa ini merupakan bagian terpenting dari Akta Jual Beli tersebut di atas yang tidak

akan dibuat tanpa adanya Perjanjian Pengosongan yang dibuat dengan akta ini, dan

oleh karenanya, kuasa ini tidak dapat dicabut kembali dan/atau dibatalkan dengan

cara apa pun juga, diantaranya, tetapi tidak terbatas pada sebab-sebab yang tercantum

dalam Pasal 1813 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Pasal 4

Pembatalan

Dalam hal salah satu pihak meninggal dunia, maka Perjanjian Pengosongan yang

dibuat dengan akta ini tidak dapat dibatalkan, melainkan temurun dan wajib

dilaksanakan oleh para ahli waris dari pihak yang meninggal dunia tersebut.
Pasal 5

Penyelesaian Perselisihan

Apabila terjadi perselisihan di kemudian hari Para Pihak akan menyelesaikan dengan

jalan musyawarah untuk mufakat. Dan, apabila penyelesaian secara musyawarah

tidak berhasil, maka Para Pihak sepakat untuk memilih domisili yang sah dan tetap di

Kantor Panitera Pengadilan Negeri ___________________.

Pasal 6

Force majeure

1. Terhadap pembatalan akibat Force majeure, Pihak Pertama dan Pihak Kedua

akan merundingkan lagi perjanjian ini.

2. Force majeure yang dimaksud dalam perjanjian ini adalah suatu keadaan

memaksa di luar batas kemampuan kedua belah pihak yang dapat mengganggu

bahkan menggagalkan terlaksananya perjanjian ini, seperti bencana alam,

epidemik, peperangan, pemogokan, sabotase, pemberontakan masyarakat,

blokade, kebijaksanaan pemerintah khususnya di bidang moneter, kecelakaan atau

keterlambatan yang disebabkan oleh keadaan di luar kemampuan manusia.

Pasal 7

Penutup

Demikianlah Perjanjian ini dibuat dalam rangkap 2 (dua), bermaterai cukup dan

ditanda tangani oleh para pihak dalam keadaan sehat jasmani dan rohani dan tanpa

paksaan dari pihak manapun.

Pihak I Pihak II

___________________ ___________________

Anda mungkin juga menyukai