Analisis Arah Dan Perlakuan Serat Tapis Serta Rasio Epoxy Hardener Terhadap Sifat Fisis Dan Mekanis Komposit Tapis/epoxy
Analisis Arah Dan Perlakuan Serat Tapis Serta Rasio Epoxy Hardener Terhadap Sifat Fisis Dan Mekanis Komposit Tapis/epoxy
1. Pendahuluan
Penggunaan Polimer dan komposit dewasa ini
kian meningkat di segala bidang kehidupan seperti
untuk bamper mobil, bodi kendaraan, bodi pesawat
terbang, peralatan olahraga dan lain-lain. Komposit
berpenguat serat banyak diaplikasikan pada alat-alat
yang membutuhkan material yang mempunyai
perpaduan dua sifat dasar yaitu kuat namun juga
ringan.
Trend perkembangan komposit dewasa ini
beralih dari komposit dengan material penyusun
sintetis ke komposit dengan material penyusun dari
bahan alami. Baik material untuk matrik maupun
serat (penguat) telah dilakukan banyak penelitian
untuk mendapatkan bahan natural yang layak untuk
digunakan selanjutnya sebagai alternatif pengganti Gambar 1. Grafik hubungan tegangan-regangan
bahan-bahan sintetik penyusun komposit. dari serat alami.
Serat alami memiliki beberapa keuntungan menit. Perbandingan antara epoxy dan hardener dari
dibandingkan dengan serat sintetis, seperti beratnya komposit yang akan dibuat yaitu 7 : 3 dan 6 : 4.
lebih ringan, dapat diolah secara alami dan ramah Orientasi serat tapis 0o , 45o dan 90o pada spesimen
lingkungan. Dan juga serat alami juga merupakan uji. Pengujian spesimen yang dilakukan adalah uji
bahan terbaharukan dan mempunyai kekuatan dan tarik dengan standar ASTM D3039 dan uji three
kekakuan yang relatif tinggi dan tidak menyebabkan point bending dengan standar ASTM D790.
iritasi kulit [1]. Keuntungan-keuntungan lainnya 2. Metode Penelitian
adalah kualitas dapat divariasikan dan stabilitas
Alat
panas yang rendah.
Cetakan yang terbuat dari keramik dan selotip;
Beberapa penelitian tentang serat alami sudah
Mesin uji universal untuk uji tarik ;
dilakukan oleh beberapa peneliti., Sifat-sifat tarik
Alat uji bending tiga titik (three point
dari beberapa serat alami [2] terlihat pada Gambar 1
bending);
di atas.
Alat ukur : jangka sorong, timbangan, gelas
Kekuatan tarik spesifik dan modulus tarik
ukur, timer (stop wach) dan alat ukur defleksi.
spesifik dari beberapa serat alami seperti ditunjukkan
Bahan
pada Tabel 1. Penelitian komposit dengan penguat
jerami-serbuk kayu diperoleh hasil bahwa panjang • Matrik : Epoxy Resin 7120 , hardener
dan lebar dari jerami tidak memberikan pengaruh versamid 140, NaOH, KmnO4
terhadap modulus bending pada papan komposit. • Serat : tapis kelapa.
Penelitian komposit dengan serat batang pohon
pisang yang dirajut [3], didapatkan tegangan Langkah Penelitian
maksimum dari serat tersebut adalah 14.14 MN/m2 Pembuatan Spesimen Uji
and modulus Young’s 0.976 GN/m2. Penelitian 1. Tapis kelapa dikeringkan secara alami di bawah
menggunakan serat kelapa dengan pelapisan lilin sinar matahari selama 7 hari.
pada permukaannya [4], didapatkan tegangan tarik 2. Tapis kelapa dipotong sesuai dengan orientasi
yang meningkat secara linier dengan panjang serat di serat 0o, 45o dan 90o.
dalam matriks. Pengaruh ukuran sekam, semakin 3. Rendam tapis kelapa yang telah terpotong
kecil ukurannya semakin tinggi ketangguhan tersebut masing-masing ke dalam larutan zat
bengkoknya (flexural toughness) dan juga tegangan kimia NaOH dan KMnO4 selama 15 menit
tariknya (tensile strength). Dengan memvariasikan sesuai persentase berat larutan yaitu 0.5%, 1%
persentase NaOH dan KmnO4 0.5%, 1% dan 2% [5] dan 2%, bilas sampai bersih pada air yang
didapat perbedaan pengaruh yang terjadi pada mengalir selama 7-8 menit .
permukaan serat sekam padi. 4. Keringkan kembali tapis kelapa tersebut selama
Dari referensi tersebut penulis melakukan 2 hari.
penelitian untuk mengetahui pengaruh arah dan 5. Campurkan epoxy dan hardener dengan
metode perlakuan serat tapis serta ratio epoxy perbandingan berat masing-masing 6 : 4 dan 7:3,
hardener terhadap sifat fisis dan mekanis komposit kemudian diaduk sampai rata.
epoxy dengan penguat tapis kelapa. Perlakuan 6. Campuran epoxy dituang merata sebagai lapisan
terhadap serat tersebut adalah perendaman dengan pertama ke dalam cetakan.
bahan kimia NaOH dan KMnO4 dengan persentase
masing-masing 0.5%, 1% dan 2% berat [6] selama 15
16
Putu Lokantara & NPG Suardana/Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CAKRAM Vol. 1 No. 1, Desember 2007 (15 – 21)
7. Lakukan pembersihan terhadap void hingga void boleh mengumpul pada suatu tempat (radius
berkurang dan tidak terdapat void yang secara jarak antar void yang diizinkan adalah 1 cm).
visual diameternya tidak lebih dari 1 mm. 12. Bentuklah spesimen uji sesuai dengan standar
8. Letakkan tapis kelapa di atasnya sebagai lapisan ASTM D790-03 (untuk uji bending) dan
ke dua, tuang campuran Epoxy-Hardener sampai standar ASTM D3039 (untuk uji tarik) (gambar
cetakan penuh. 2 dan 3).
9. Lakukan pembersihan terhadap void seperti 13. Lakukan pengamatan terhadap kelengkungan
langkah ke 7. spesimen uji agar tidak melebihi 1 mm.
10. Keringkan komposit pada suhu kamar selama 3. Hasil dan Pembahasan
2 hari. Setelah benar-benar kering, keluarkan
Sifat mekanis Komposit Epoxy/tapis kelapa
komposit dari cetakan.
Sifat mekanis seperti kekuatan tarik, kekuatan
11. Lakukan pengamatan pada komposit terhadap
bending, modulus elastisitas dan modulus bending
ada tidaknya void yang terjadi dengan cara
dari material komposit polimer epoxy/tapis kelapa
menerawang lembaran komposit. Diameter
dengan variasi dari variabel yang diuji dituangkan
void tidak boleh lebih dari 1 mm. Void tidak
dalam bentuk grafik seperti gambar-gambar di bawah
ini.
17
Putu Lokantara & NPG Suardana/Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CAKRAM Vol. 1 No. 1, Desember 2007 (15 – 21)
18
Putu Lokantara & NPG Suardana/Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CAKRAM Vol. 1 No. 1, Desember 2007 (15 – 21)
Data hasil penelitian menunjukkan bahwa kasar sehingga ikatan serat dengan matrik semakin
perlakuan serat tapis kelapa dengan zat kimia kuat dan meningkatkan kekuatan tarik, kekuatan
KMnO4 memberi efek lebih baik terhadap sifat bending, serta modulus bending dari komposit yang
mekanik komposit dibandingkan dengan NaOH, hal dibentuknya. Peningkatan persentase NaOH untuk
ini dapat dilihat pula dari hasil foto SEM (Scanning bahan perlakuan serat ternyata justru berbanding
Electron Microscope) bahwa bentuk patahan terbalik dengan defleksi dan regangan maksimum
komposit dengan serat tapis kelapa yang di-treatment yang dapat dicapai. Hal ini terjadi karena
dengan KMnO4 tidak beraturan, yang artinya ikatan penambahan persentase NaOH menyebabkan ikatan
antara matrik dengan seratnya lebih kuat. serat dengan matrik meningkat sehingga kekakuan
Walaupun demikian kedua zat kimia tersebut komposit yang terbentuk meningkat dan
adalah berfungsi untuk menghilangkan lapisan lilin, mengakibatkan defleksi yang terjadi akan berkurang.
kotoran dan sebagainya, hanya saja terjadi perubahan Gambar 4, 5, 6, dan 7 menunjukkan bahwa dengan
warna pada serat agak kehitaman akibat perlakuan orientasi serat 450 pada komposit menghasilkan sifat
KMnO4, sedangkan dengan perlakuan NaOH tidak mekanik yang lebih baik dari orientasi 00 dan 900.
terjadi perubahan warna. Variasi persentase NaOH Hal ini terjadi karena serat dari tapis kelapa
dan KMnO4 pada proses perlakuan serat pada terjalin alami (natural woven fiber), yang mana di
penelitian ini memberi pengaruh yang signifikan dalamnya terdapat tiga lapisan serat dengan arah
terhadap kekuatan tarik dan kekuatan bending serat yang berbeda.
komposit hasil penelitian ini Serat bagian atas dan bawah tapis lebih besar
Hal ini terjadi karena NaOH dan KMnO4 dengan daripada serat yang letaknya di tengah yang berupa
variasi persentase 0.5%, 1% dan 2% memberikan serabut-serabut kecil. Orientasi serat yang diambil
pengaruh pada permukaan serat yang mana semakin sebagai acuan adalah arah serat yang dominan.
besar persentasenya akan menjadikan permukaan Sehingga pada saat pemberian beban pada
serat lebih bersih, kadar wax berkurang dan lebih pengujian tarik, serat yang orientasi 450 memiliki
19
Putu Lokantara & NPG Suardana/Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CAKRAM Vol. 1 No. 1, Desember 2007 (15 – 21)
kekuatan yang lebih besar. Berdasarkan grafik dan dan orientasi serat 450. Sedangkan modulus
anova diperoleh hasil bahwa variasi orientasi serat elastisitas tertinggi 385.48 GPa dicapai komposit
00, 450 dan 900 memberi pengaruh secara dengan rasio epoxy-hardener 6:4, 2% KMnO4 dan
signifikan terhadap kekuatan tarik komposit baik orientasi 900.
dengan perlakuan serat NaOH maupun KMnO4. Foto makro terhadap retak yang terjadi pada
Sedangkan kekuatan bending, modulus elastisitas komposit saat pengujian dan catatan terhadap kondisi
dan modulus bendingnya tidak dipengaruhi oleh spesimen setelah pengujian menunjukkan bahwa
orientasi serat tersebut. Kekuatan tarik maksimum terdapat sejumlah spesimen mengalami kerusakan
terdapat pada komposit yang memiliki orientasi split crack sebelum atau bersamaan dengan reguler
serat 450 dan diikuti oleh komposit dengan crack (patah normal). Hal ini terjadi karena tapis
orientasi serat 00. Berdasarkan foto makro benda yang digunakan ternyata mempunyai susunan serat
uji masing-masing jenis komposit, memperlihatkan yang terlalu rapat sehingga ikatan antara lapisan
jenis patahan lateral tetapi lokasi patahan yang epoxy bagian bawah dengan bagian atas sangat
terjadi beragam. Keadaan ini mungkin disebabkan sedikit.
karena proses pembentukan dan pemasangan 4. Kesimpulan dan Saran
benda uji pada alat uji yang kurang sempurna
Kesimpulan
sehingga terjadi cacat berupa goresan dan takikan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis dapat
yang menyebabkan terjadinya konsentrasi
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
tegangan di daerah tersebut. Foto SEM pada
1. Sifat mekanis komposit dengan KMnO4 memberi
Gambar 8 memperlihatkan bahwa bentuk patahan
efek lebih baik dibandingkan dengan NaOH.
komposit dengan orientasi serat 900 lebih rata
2. Variasi persentase 0.5%, 1% dan 2% NaOH dan
dibandingkan dengan 00, karena arah serat yang
KMnO4 memberikan pengaruh pada permukaan
dominan melintang terhadap tarikan sehingga ikatan
serat yang mana semakin besar persentasenya
matrik dengan serat ke arah memanjang tidak kuat,
akan menjadikan permukaan serat lebih bersih,
sedangkan yang 00 karena arah serat dominan searah
kadar wax berkurang dan lebih kasar sehingga
dengan pembebanan sehingga ikatannya cukup kuat,
ikatan serat dengan matrik semakin kuat dan
terlihat dari bentuk patahan serat tidak rata seperti
meningkatkan kekuatan tarik, kekuatan bending,
Gambar 9.
serta modulus bending dari komposit yang
Dari pengujian yang telah dilakukan, terbukti
dibentuknya.
bahwa benda uji dengan komposisi 6 : 4 lebih rendah
3. Variasi orientasi serat 00, 450 dan 900 memberi
kekuatannya, hal ini dapat dilihat dari foto jenis
pengaruh secara signifikan terhadap kekuatan
patahan pada masing-masing benda uji, dengan
tarik komposit baik dengan perlakuan serat
komposisi epoxy-hardener 6 : 4 terlihat rata-rata
NaOH maupun KMnO4. Kekuatan tarik
patahan lebih ulet daripada komposisi 7 : 3.
maksimum terdapat pada komposit yang
Jadi komposisi hardener berlebih
memiliki orientasi serat 450.
mengakibatkan ikatan matrik dengan penguat belum
4. Ratio epoxy-hardener 7:3 memberi efek lebih
terjadi dengan sempurna karena matrik mengering
besar dibandingkan dengan ratio 6:4, kecuali
lebih cepat, sehingga dapat menurunkan kekuatan
modulus elastisitas.
tarik maupun bending komposit tersebut. Hal ini juga
5. Kekuatan tarik, Modulus elastisitas dan kekuatan
dikuatkan dari analisa yang dilakukan terhadap foto
bending tertinggi berturut-turut sebesar 70.23
makro yang diambil setelah semua spesimen diuji.
MPa, 446.24 GPa dan 97.81 MPa dicapai pada
Dalam foto makro terlihat bahwa spesimen rasio 7:3
komposit dengan rasio epoxy-hardener 7:3 dengan
cenderung mempunyai tipe patahan putus
2% KMnO4 dan orientasi serat 450. Sedangkan
berhamburan (explode crack) sedangkan untuk
modulus elastisitas tertinggi 385.48 GPa dicapai
komposit rasio 6:4 cenderung hanya terjadi retak
komposit dengan rasio epoxy-hardener 6:4, 2%
disertai dengan split crack (terbelah antara ikatan
KMnO4 dan orientasi 900.
matrik dengan tapis sebagai penguatnya atau
delaminasi). Explode crack yang terjadi pada Saran
spesimen rasio 7:3 mengindikasikan bahwa spesimen Dari hasil penelitian yang telah dilakukan ada
tersebut mempunyai kekerasan yang lebih tinggi dan beberapa saran untuk penelitian berikutnya, antara
keuletan yang rendah. Sedangkan retak disertai lain :
dengan delaminasi yang terjadi pada komposit rasio 1. Penggunaan tapis kelapa yang rapat ternyata
6 : 4 menunjukkan bahwa spesimen dengan rasio kurang baik untuk penguat komposit yang
tersebut mempunyai keuletan yang lebih baik dan diperuntukkan untuk menerima beban bending
kekakuan yang lebih rendah dari pada spesimen rasio karena justru mengurangi ikatan antara matrik
7:3. (lapisan matrik sebelah atas dengan lapisan matrik
Kekuatan tarik, modulus elastisitas dan kekuatan sebelah atas). Untuk itu perlu dilakukan penelitian
bending tertinggi berturut-turut sebesar 70.23 MPa, lanjut tehadap seleksi tapis terhadap kekuatan
446.24 GPa dan 97.81 Mpa dicapai pada komposit komposit yang dapat dihasilkan atau penelitian
dengan rasio epoxy-hardener 7:3 dengan 2% KMnO4 tentang metode pencetakan sehingga dapat
meningkatkan ikatan antara matrik yang lebih baik
20
Putu Lokantara & NPG Suardana/Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CAKRAM Vol. 1 No. 1, Desember 2007 (15 – 21)
[2] Mohan Rao, K.M., and Mohana Rao, K., 2005, [12] Munikeche Gowda T., ACB, Naidu, Rajput
Extraction and tensile properties of natural Chhaya, 1999, Some mechanical of untreated
fibers: Vakka, date and bamboo, Elsevier, jute fabric-reinforced polyester composites,
Composite structures. Elsevier, Composite applied science and
manufacturing, Part A 30 277-284.
[3] Sapuan, S.M., A. Leenie., M. Harimi., Y.K.
Beng., 2005, Mechanical properties of woven [13] R. W. Venderbosch, T. Peijst, H. E. H. Meijer
banana fiber reinforced epoxy composites, and P. L. Lemstra, 1996, Fibre-reinforced
Elsevier Ltd, Material and design. composites with tailored interphases using
PPE/epoxy blends as matrix system,
[4] Brahmakumar, M., Pavithran, C., and Pillai, Composites Part A, 27A (1996) W-905,
R.M., 2005, Coconut fiber reinforced Elsevier.
polyethylene composites such as effect of
natural waxy surface layer of the fiber on fiber [14] Witold Brostow, Josef Kuba´t, and Michael M.
or matrix interfacial bonding and strength of Kuba´t, 1996, Mechanical Properties, Physical
composites, Elsevier , Composite Science and Properties of Polymers Handbook, edited by J.
Technology, 65, 563-569. E. Mark, AIP Press, New York.
21