Anda di halaman 1dari 1

Search

Laporan
DownloadPendahuluan Dan
!
Asuhan Keperawatan Pre
Eklamsi Dan Eklamsi
Show full title

Uploaded by ajzy

' 33% (3) · 3K views · 20 pages


Document Information (

Copyright
© Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Download !
Available Formats
DOCX, PDF, TXT or read online from Scribd

Share this document

Laporan Pendahuluan
Facebook Twitter
Dan Asuhan
Keperawatan Pre-
%eklamsia dan eklamsia
Email

Laporan Pendahuluan
Did you find this document useful?
Dan Asuhan Keperawatan Pre-eklamsia dan eklamsia

A. Pengertian

Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang


timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang
Is this content inappropriate?
terdiri Report this
dari hipertensi, Document
edema dan protein uria
tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan
vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan
gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan
berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam Muctar,
1998 ).
Tidak berbeda dengan definisi Rustam,
Manuaba ( 1998) mendefinisikan bahwa
preeklampsia (toksemia gravidarum) adalah
tekanan darah tinggi yang disertai dengan
proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema
(penimbunan cairan), yang terjadi pada kehamilan

Trusted by over 1 million members

Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million


titles without ads or interruptions!

Start Free Trial


Cancel Anytime.

20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah


persalinan. Selain itu, Mansjoer ( 2000 )
mendefinisikan bahwa preeklampsia adalah
timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20
minggu atau segera setelah persalinan. (Mansjoer,
2000). Menurut kamus saku kedokteran Dorland,
Preeklampsia adalah toksemia pada kehamilan
lanjut yang ditandai oleh hipertensi, edema, dan
proteinuria.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

preeklampsia ( toksemia gravidarum ) adalah sekumpulan gejala yang timbul ada

wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema(penimbunan

cairan dalam tubuh sehingga ada pembengkakan pada tungkai dan kaki) dan

poteinuria yang muncul pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama

setelah persalinan.

Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan, atau

masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan

saraf) dan / atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre-

eklampsia.

PE-E hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada kehamilan pertama

(nullipara). Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur ekstrim, yaitu

pada remaja belasan tahun atau pada wanita yangberumur lebih dari 35 tahun.

Eklamsia adalah suatu penyakit yang pada umumnya terjadi pada wanita

hamil atau nifas dengan tanda-tanda pre eklamsia. (sarwono, 2005).Eklamsia

adalah terjadinya kejang pada seorang wanita dengan pre eklamsia yang tidak dapt

disebabkan oleh hal lain. (Cunningham, 2005). Eklamsia adalah pre eklamsia tang

disertai kejang-kejang, kelainan akut pada ibu hamil. (Maimunah, 2005)

Kondisi gawat terjadi bila timbul kejang atau bahkan pingsan yang berarti

sudah terjadi gangguan di otak. Pada tahap inibisa dikatakan penyakit berada pada

tahap eklampsia. Pada kasus yang sudah lanjut, sang ibu pada awalnya mengalami

kejang selama 30 detik, lalu meningkat selama 2 menit, sebelum akhirnya pingsan

selama 10-30 menit.Kewaspadaan perlu ditingkatkan, karena bila penderita koma

berkepanjangan bisa timbul komplikasi berat. Seperti gagaljantung, gagal ginjal,

terganggunya fungsi paru-paru, dan tersendatnya metabolisme tubuh.

B. Etiologi

Apa yang menjadi penyebab preeclampsia dan eklampsia sampai sekarang belum

diketahui. Telah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab-

musabab penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada yang dapat memberi jawaban

yang memuaskan. Teori yang dapat diterima harus dapat menerangkan hal-hal

berikut:

1. Sebab bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda,

hidramnion, dan mola hidatidosa.

2. Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan.

3. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam

uterus.

4. Sebab jarangnya terjadi eklampsia pada kehamilan-kehamilan berikutnya.

5. Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang, dan koma. Penyebab PIH

tidak diketahui; namun demikian, penelitian terakhir menemukan suatu organisme

yang disebut hydatoxi lualba.

Faktor Risiko :

! Kehamilan pertama

! Riwayat keluarga dengan pre-eklampsia atau eklampsia

! Pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya

! Ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

! Wanita dengan gangguan fungsi organ (diabetes, penyakit ginjal, migraine,

dan tekanan darah tinggi)

! Kehamilan kembar,

C. Patofisiologi

Pada preeklampsia terdapat penurunan


aliran darah. Perubahan ini menyebabkan
prostaglandin plasenta menurun dan
mengakibatkan iskemia uterus. Keadaan iskemia
pada uterus , merangsang pelepasan bahan
tropoblastik yaitu akibat hiperoksidase lemak dan
pelepasan renin uterus. Bahan tropoblastik
menyebabkan terjadinya endotheliosis
menyebabkan pelepasan tromboplastin.
Tromboplastin yang dilepaskan mengakibatkan
pelepasan tomboksan dan aktivasi / agregasi
trombosit deposisi fibrin. Pelepasan tromboksan

akan menyebabkan terjadinya vasospasme


sedangkan aktivasi/ agregasi trombosit deposisi
fibrin akan menyebabkan koagulasi intravaskular
yang mengakibatkan perfusi darah menurun dan
konsumtif koagulapati. Konsumtif koagulapati
mengakibatkan trombosit dan faktor pembekuan
darah menurun dan menyebabkan gangguan faal
hemostasis. Renin uterus yang di keluarkan akan
mengalir bersama darah sampai organ hati dan
bersama- sama angiotensinogen menjadi
angiotensi I dan selanjutnya menjadi angiotensin
II. Angiotensin II bersama tromboksan akan
menyebabkan terjadinya vasospasme. Vasospasme
menyebabkan lumen arteriol menyempit. Lumen
arteriol yang menyempit menyebabkan lumen
hanya dapat dilewati oleh satu sel darah merah.
Tekanan perifer akan meningkat agar oksigen
mencukupi kebutuhab sehingga menyebabkan
terjadinya hipertensi. Selain menyebabkan
vasospasme, angiotensin II akan merangsang
glandula suprarenal untuk mengeluarkan
aldosteron. Vasospasme bersama dengan koagulasi
intravaskular akan menyebabkan gangguan
perfusi darah dan gangguan multi organ.

Gangguan multiorgan terjadi pada organ-


oragan tubuh diantaranya otak, darah, paru- paru,
hati/ liver, renal dan plasenta. Pada otak akan
dapat menyebabkan terjadinya edema serebri dan
selanjutnya terjadi peningkatan tekanan
intrakranial. Tekanan intrakranial yang meningkat
menyebabkan terjadinya gangguan perfusi serebral
, nyeri dan terjadinya kejang sehingga
menimbulkan diagnosa keperawatan risiko cedera.
Pada darah akan terjadi enditheliosis
menyebabkan sel darah merah dan pembuluh
darah pecah. Pecahnya pembuluh darah akan
menyebabkan terjadinya pendarahan,sedangkan
sel darah merah yang pecah akan menyebabkan
terjadinya anemia hemolitik. Pada paru- paru,
LADEP akan meningkat menyebabkan terjadinya
kongesti vena pulmonal, perpindahan cairan
sehingga akan mengakibatkan terjadinya oedema
paru. Oedema paru akan menyebabkan terjadinya
kerusakan pertukaran gas. Pada hati, vasokontriksi
pembuluh darah menyebabkan akan menyebabkan
gangguan kontraktilitas miokard sehingga
menyebabkan payah jantung dan memunculkan
diagnosa keperawatan penurunan curah jantung.
Pada ginjal, akibat pengaruh aldosteron, terjadi

peningkatan reabsorpsi natrium dan menyebabkan


retensi cairan dan dapat menyebabkan terjadinya
edema sehingga dapat memunculkan diagnosa
keperawatan kelebihan volume cairan. Selin itu,
vasospasme arteriol pada ginjal akan meyebabkan
penurunan GFR dan permeabilitas terrhadap
protein akan meningkat. Penurunan GFR tidak
diimbangi dengan peningkatan reabsorpsi oleh
tubulus sehingga menyebabkan diuresis menurun
sehingga menyebabkan terjadinya oligouri dan
anuri. Oligouri atau anuri akan memunculkan
diagnosa keperawatan gangguan eliminasi urin.
Permeabilitas terhadap protein yang meningkat
akan menyebabkan banyak protein akan lolos dari
filtrasi glomerulus dan menyenabkan proteinuria.
Pada mata, akan terjadi spasmus arteriola
selanjutnya menyebabkan oedem diskus optikus
dan retina. Keadaan ini dapat menyebabkan
terjadinya diplopia dan memunculkan diagnosa
keperawatan risiko cedera. Pada plasenta
penurunan perfusi akan menyebabkan
hipoksia/anoksia sebagai pemicu timbulnya
gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat
berakibat terjadinya Intra Uterin Growth

Retardation serta memunculkan diagnosa


keperawatan risiko gawat janin.
Hipertensi akan merangsang medula
oblongata dan sistem saraf parasimpatis akan
meningkat. Peningkatan saraf simpatis
mempengaruhi traktus gastrointestinal dan
ekstrimitas. Pada traktus gastrointestinal dapat
menyebabkan terjadinya hipoksia duodenal dan
penumpukan ion H menyebabkan HCl meningkat
sehingga dapat menyebabkan nyeri epigastrik.
Selanjutnya akan terjadi akumulasi gas yang
meningkat, merangsang mual dan timbulnya
muntah sehingga muncul diagnosa keperawatan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh. Pada ektrimitas dapat terjadi metabolisme
anaerob menyebabkan ATP diproduksi dalam
jumlah yang sedikit yaitu 2 ATP dan pembentukan
asam laktat. Terbentuknya asam laktat dan
sedikitnya ATP yang diproduksi akan
menimbulkan keadaan cepat lelah, lemah sehingga
muncul diagnosa keperawatan intoleransi
aktivitas. Keadaan hipertensi akan mengakibatkan
seseorang kurang terpajan informasi dan
memunculkan diagnosa keperawatan kurang
pengetahuan.

D. Manifestasi Klinis
1. Nyeri kepala hebat pada bagian depan atau belakang kepala yang diikuti dengan

peningkatan tekanan darah yang abnormal. Sakit kepala tersebut terus menerus

dan tidak berkurang dengan pemberian aspirin atau obat sakit kepala lain

2. Gangguan penglihatan a pasien akan melihat kilatan-kilatan

cahaya, pandangan kabur, dan terkadang bisa terjadi

kebutaan sementara

3. Iritabel a ibu merasa gelisah dan tidak bisa bertoleransi dengan suara berisik

atau gangguan lainnya

4. Nyeri perut a nyeri perut pada bagian ulu hati yang kadang disertai dengan

muntah

5. Gangguan pernafasan sampai cyanosis

6. Terjadi gangguan kesadaran

E. Klasifikasi

Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut :

a. Preeklampsia Ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:

! Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring

terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30

mmHg atau lebih .Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan

dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.

! Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau lebih

per minggu.

! Proteinuria kwantatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 + pada urin

kateter atau midstream.

b. Preeklampsia Berat

! Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.

! Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.

! Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam .

! Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada

epigastrium.

! Terdapat edema paru dan sianosis.

F. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan :

! Gambaran klinik : pertambahan berat badan yang berlebihan, edema,

hipertensi, dan timbul proteinuria

! Gejala subyektif : sakit kepala didaerah fromtal, nyeri epigastrium;

gangguan visus; penglihatan kabur, skotoma, diplopia; mual dan muntah.

! Gangguan serebral lainnya: refleks meningkat, dan tidak tenang

! Pemeriksaan: tekanan darah tinggi, refleks meningkat dan proteinuria pada

pemeriksaan laboratorium

G. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

1. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah

! Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin

untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% )

! Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% )

! Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 )

2. Urinalisis

Trusted by over 1 million members

Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million


titles without ads or interruptions!

Start Free Trial


Cancel Anytime.

Ditemukan protein dalam urine.

3. Pemeriksaan Fungsi hati

! Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )

! LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat

! Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.

! Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N= 15-45

u/ml )

! Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat ( N= <31 u/l

! Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )

4. Tes kimia darah

Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )

b. Radiologi

a. Ultrasonografi

Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan

intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban

sedikit.

b. Kardiotografi

Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.

H. Komplikasi

Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang termasuk

komplikasi antara lain:

a. Pada Ibu

! Eklapmsia

! Solusio plasenta

! Pendarahan subkapsula hepar

! Kelainan pembekuan darah ( DIC )

! Sindrom HELPP ( hemolisis, elevated, liver,enzymes dan low platelet

count )

! Ablasio retina

! Gagal jantung hingga syok dan kematian.

b. Pada Janin

! Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus

! Prematur

! Asfiksia neonatorum

! Kematian dalam uterus

! Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal

I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Pre-eklamsia
a. Penatalaksanaan pre-eklampsia ringan

1. Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin

2. Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya,

tidak perlu dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman

140-150/90-100 mmhg).

3. Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang

hari dan minimal 8 jam pada malam hari)

4. Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur

5. Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari.

6. Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat

antihipertensi : metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau

nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari, atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau

pindolol 1-3 x 5 mg/hari (max.30 mg/hari).

7. Diet rendah garam dan diuretik tidak perlu

8. Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap

1 minggu

9. Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun

setelah 2 minggu rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1

kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau pasien menunjukkan tanda-tanda pre-

eklampsia berat. Berikan juga obat antihipertensi.

10. Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-eklampsia

berat. Jika perbaikan, lanjutkan rawat jalan

11. Pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali ditemukan

pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia, atau

indikasi terminasi lainnya. Minimal usia 38 minggu, janin sudah dinyatakan

matur.

12. Persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau dengan

bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala ii.

b. Penatalaksanaan pre-eklampsia berat

Dapat ditangani secara aktif atau konservatif. Aktif berarti : kehamilan

diakhiri / diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal. Konservatif berarti :

kehamilan dipertahankan bersama dengan pengobatan medisinal. Prinsip : Tetap

PEMANTAUAN JANIN dengan klinis, USG, kardiotokografi !!!

naan Eklamsia

Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau

nifas, yang ditandai dengan timbulnya kejang dan / atau koma. Sebelumnya

wanita hamil itu menunjukkan gejala-gejala pre-eklampsia (kejang-kejang

dipastikan BUKAN timbul akibat kelainan neurologik lain). Diagnosis ditegakkan

berdasarkan gejala-gejala pre-eklampsia disertai kejang dan atau koma.

Tujuan pengobatan : menghentikan / mencegah kejang, mempertahankan

fungsi organ vital, koreksi hipoksia / asidosis, kendalikan tekanan darah sampai

batas aman, pengakhiran kehamilan, serta mencegah / mengatasi penyulit,

khususnya krisis hipertensi, sebagai penunjang untuk mencapai stabilisasi

keadaan ibu seoptimal mungkin.

Sikap obstetrik : mengakhiri kehamilan dengan trauma seminimal mungkin untuk

ibu. Pengobatan medisinal : sama seperti pada pre-eklampsia berat. Dosis MgSO4

dapat ditambah 2 g intravena bila timbul kejang lagi, diberikan sekurang-

kurangnya 20 menit setelah pemberian terakhir. Dosis tambahan ini hanya

diberikan satu kali saja. Jika masih kejang, diberikan amobarbital 3-5 mg/kgBB

intravena perlahan-lahan. JANGAN LUPA : OKSIGEN DENGAN NASAL

KANUL, 4-6 L / MENIT !! Perawatan pada serangan kejang : dirawat di kamar

isolasi dengan penerangan cukup, masukkan sudip lidah ke dalam mulut

penderita, daerah orofaring dihisap. Fiksasi badan pada tempat tidur secukupnya.

Asuhan Keperawatan

Pre-eklamsia Dan Eklamsia

A. Pengkajian

Data yang dikaji pada ibu bersalin dengan pre eklampsia adalah :

a. Data subyektif :

- Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35

tahun

- Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema,

pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur

- Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler

esensial, hipertensi kronik, DM

- Riwayat kehamilan: riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa,

hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia

sebelumnya

- Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun

selingan

- Psikososial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan

kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya.

b. Data Obyektif :

- Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam

- Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema

- Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal

distress

- Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM (

jika refleks+)

- Pemeriksaan penunjang :

! Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan

interval 6 jam

! Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat

hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit

menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7

mg/100 ml

! Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu

! Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak

! USG ; untuk mengetahui keadaan janin

! NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

B. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan perfusi jaringan otak b/d penurunan kardiak out put

sekunder terhadap vasopasme pembuluh darah.

2. Resiko terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia) b/d penurunan

suplay O2 dan nutrisi kejaringan plasenta sekunderterhadap penurunan

cardiac out put.

3. Kelebihan volum cairan b/d kerusakan fungsi glumerolus sekunder

terhadap penurunan cardiac out put

4. Gangguan pemenuhan ADL b/d immobilisasi; kelemahan

5. Kurang pengetahuan mengenai penatalaksanaan terapi dan

perawatan b/d misinterpretasi informasi

6. Pola nafas tidak efektif b/d penurunann ekspansi paru.

C. Rencana Keperawatan

1. Gangguan perfusi jaringan otak b/d penurunan kardiak out put sekunder terhadap

vasopasme pembuluh darah:

Tujuan : Perfusi jaringan otak adekuat danTercapai secara optimal.

Intervensi:

! Monitor perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinu ( cemas bingung,

letargi, pingsan )

! Obsevasi adanya pucat, sianosis, belang, kulit dingin/ lembab, cacat kekuatan

nadi perifer.

! Kaji tanda Homan ( nyeri pada betis dengan posisi dorsofleksi ) eritema, edema

! Dorong latihan kaki aktif / pasif

! Pantau pernafasan

! Kaji fungsi GI, catat anoreksia, penurunan bising usus, muntah/ mual, distaensi

abdomen, kontipasi

! Pantau masukan dan perubahan keluaran

2. Resiko terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia) b/d penurunan suplay O2 dan

nutrisi

kejaringan plasenta sekunderterhadap penurunan cardiac out put.

Tujuan: Gawat janin tidak terjadi, bayi Dapat dipertahankan sampai Umur 37 minggu

dan atau BBL ≥ 2500 g.

Intervensi:

! Anjurkan penderita untuk tidur miring ke kiri

! Anjurkan pasien untuk melakukan ANC secara teratur sesuai dengan masa

kehamilan:

- 1 x/bln pada trisemester I

-2 x/bln pada trisemester II

- 1 x/minggu pada trisemester III

! Pantau DJJ, kontraksi uterus/his gerakan janin setiap hari

! Motivasi pasien untuk meningkatkan fase istirahat

3. Kelebihan volum cairan b/d kerusakan fungsi glumerolus sekunder terhadap

penurunan cardiac out put.

Tujuan : Kelebihan volume cairan teratasi.

Intervensi:

! Auskultasi bunyi nafas akan adanya krekels.

! Catat adanya DVJ, adanya edema dependen

! Ukur masukan atau keluaran, catat penurunan pengeluaran, sifat konsentrasi,

hitung keseimbangan cairan.

! Pertahankan pemasukan total cairan 2000 cc/24 jam dalam toleransi

kardiovaskuler.

! Berikan diet rendah natrium atau garam.

! Delegatif pemberian di

4. Gangguan pemenuhan ADL b/d immobilisasi; kelemahan

Tujuan : ADL dan kebutuhan beraktifitas pasien terpenuhi secara adekuat.

Intervensi:

! Kaji toleransi pasien terhadap aktifitas menggunakn termometer berikut : nadi

20/m diatas frekuensi nadi istirahat, catat peningkatan tekanan darah, Dispenia,

nyeri dada, kelelahan berat, kelemahan, berkeringat, pusing atau pingsang.

! Tingakat istirahat, batasi aktifitas pada dasar nyeri atau respon hemodinamik,

berikan aktifitas senggang yang taidak berat.

! Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktifitas contao ; penurunan kelemahan dan

kelelahan, tekanan darah stabil, peningkatan perhatian pada aktifitas dan

perawatan diri.

! Dorong memjukan aktifitas atau toleransi perawatan diri.

! Anjurkan keluarga untuk membantu pemenuhan kebutuhan ADL pasienn.

! Anjurakan pasiien menghindari peningkatan tekanan abdomen, mengejan saat

defekasi.

! Jelasakn pola peningkatan bertahap dari aktifitas, contoh : posisi duduk diatas

tempat tidur bila tidak ada pusing dan nyeri, bangun dari tempat tidur, belajar

berdiri dst.

5. Kurang pengetahuan mengenai penatalaksanaan terapi dan perawatan b/d

misinterpretasi informasi

Tujuan : Kebutuhan pengetahuan terpenuhi secara adekuat.

Intervensi:

! Identifikasi dan ketahui persepsi pasien terhadap ancaman atau situasi. Dorong

mengekspresikan dan jangan menolak perasaan marah, takut dll.

! Mempertahankan kepercayaan pasien ( tanpa adanya keyakinan yang salah )

! Terima tapi jangan beri penguatan terhadap penolakan

! Orientasikan klien atau keluarga terhadap prosedur rutin dan aktifitas, tingkatkan

partisipasi bila mungkin.

! Jawab pertanyaan dengan nyata dan jujur, berikan informasi yang konsisten,

ulangi bila perlu.

! Dorong kemandirian, perawatan diri, libatkan keluarga secara aktif dalam

perawatan.

6. Pola nafas tidak efektif b/d penurunann ekspansi paru.

Tujuan : Pola nafas yang efektif.

Intervensi:

! Pantau tingkat pernafasan dan suara nafas.

! Atur posisi fowler atau semi fowler.

! Sediakan perlengkapan penghisapan atau penambahan aliran udara.

! Berikan obat sesuai petunjuk.

! Sediakan oksigen tambahan.

Share this document


" # $ % &

You might also like

PREEKLAMSI BERAT
Rendra Dewa Dewita

Laporan Pendahuluan ASKEP


Pre Eklampsia
Putri Agung Sri Pramitadewi

WOC Pre Eklamsia


Ruri Andrie Rusen

Magazines Podcasts

Sheet Music

Pathways Pre Eklamsia


thifna

EKLAMPSIA
Imy Punya Sastrawijaya
What is Scribd? )

Millions of titles at your fingertips


Home Only Rp70,000/month.
Books Cancel anytime. Documents
Audiobooks

Anda mungkin juga menyukai