Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PRE-EKLAMPSIA BERAT

DI SUSUN OLEH:

TANIA PRADA
WINY PUTRI NAZARA

PRODI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA
BATAM
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “PRE-EKLAMASI BERAT“ dengan tepat
waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Keperawatan Maternitas.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Pre-Eklamasi berat pada ibu
hamil. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Batam, 5 Maret 2023

Penyusun Makalah
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Preeklampsia berat merupakan kondisi yang hanya terjadi selama kehamilan, yang
dikarakteristikkan dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria. Kondisi ini dapat disertai
kejang (eklampsia) dan kegagalan multi organ pada ibu,sedangkan komplikasi pada janin
meliputi hambatan pertumbuhan intrauterus. Bila kondisi ini tidak segera tertangani maka akan
menyebabkan peningkatan angka mortalitas dan morbiditas pada ibu dan janin (Vicky, 2013).
Untuk mencegah timbulnya penyakit ini perlu adanya pendekatan asuhan kebidanan yang
terfokus yaitu dengan kunjungan rutin pada antenatal 4x selama kehamilan agar dapat
diantisipasi sedini mungkin dan dapat menurunkan angka kejadian preeklampsia berat didalam
kehamilan.
Bila usia kehamilan belum mencapai 37 minggu, sebaiknya ibu dirawat inap di rumah
sakit, kadar protein urin diperiksa setidaknya dua hari sekali, dilakukan pemeriksaan USG untuk
menentukan dan memastikan usia kehamilan, gangguan pertumbuhan janin, kesejahteraan janin,
plasenta, dan air ketuban. Jika usia kehamilan lebih dari 37 minggu dan janin dalam keadaan
distress, maka segera lakukan SC. (William Obstetric, 2009). Berdasarkan tingginya angka
kejadian Preeklampsia Berat (PEB) pada ibu hamil khususnya di Indonesia serta dengan melihat
bahaya yang dapat ditimbulkan oleh Preeklampsia Berat (PEB) baik pada ibu maupun janin,
maka penulis melakukan pengkajian secara komprehensif mulai dari kehamilan, persalinan, dan
nifas pada Ny. X dengan Preeklampsia Berat (PEB). Sebagai wujud, perhatian dan tanggung
jawab yang berkompeten dengan masalah tersebut guna mencari solusi yang terbaik atas
permasalahan yang dihadapi ibu.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah Asuhan Kebidanan pada Ibu hamil dengan Preeklampsia Berat
2. Apa yang dimaksud dengan Preeklampsia Berat?
3. Apa konsep dasar Preeklampsia Berat?
4. Apa saja klasifikasi Preeklampsia Berat?
5. Bagaimana asuhan keperawatan dan pencegahan terhadadap Preeklampsia Berat?

C. Tujuan
Mempelajari dan memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan
pada ibu dengan Preeklampsia Berat (PEB)
BAB II
ISI

A. KONSEP DASAR PRE-EKLAMPSIA BERAT (PEB)


Konsep dasar Pre-Eklampsia Berat meliputi pengertian, etiologi, klasifikasi,
patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, komplikasi, penatalaksanaan,
serta pencegahan Pre-Eklampsia Berat.

1. Pengertian
Preeklampsia adalah hipertensi yang terjadi pada ibu hamil dengan usia
kehamilan 20 minggu atau setelah persalinan di tandai dengan meningkatnya tekanan
darah menjadi 140/90 mmHg. (Sitomorang, dkk 2016) Preeklamsia merupakan hipertensi
yang timbul setelah 20 minggu kehamilan (Praworihadrjo, 2009). Preeklampsia adalah
hipertensi pada kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg setelah
umur kehamilan 20 minggu, disertai dengan proteinuria ≥ 300 mg/24 jam (Nugroho,
2012).
Penyebab pasti preeklampsia masih belum diketahui secara pasti. Menurut Angsar
(2009) beberapa faktor risiko terjadinya preeklampsia meliputi riwayat keluarga pernah
preeklampsia/eklampsia, riwayat preeklampsia sebelumnya, umur ibu yang ekstrim (35
tahun), riwayat preeklampsia dalam keluarga, kehamilan kembar, hipertensi kronik.

2. Etiologi
Sampai saat ini terjadinya preeklampsia belum diketahui penyebabnya, tetapi ada
yang menyatakan bahwa preeklampsia dapat terjadi pada kelompok tertentu diantaranya
yaitu ibu yang mempunyai faktor penyabab dari dalam diri seperti umur karena
bertambahnya usia juga lebih rentan untuk terjadinya peningkatan hipertensi kronis dan
menghadapi risiko lebih besar untuk menderita hipertensi karena kehamilan, riwayat
melahirkan, keturunan, riwayat kehamilan, riwayat preeklampsia (Sitomorang dkk,
2016).
Penyebab pasti preeklampsia masih belum diketahui secara pasti. Menurut Angsar
(2009) beberapa faktor risiko terjadinya preeklampsia meliputi riwayat keluarga pernah
preeklampsia/eklampsia, riwayat preeklampsia sebelumnya, umur ibu yang ekstrim (35
tahun), riwayat preeklampsia dalam keluarga, kehamilan kembar, hipertensi kronik.
3. Patofisiologi
Teori lain yang lebih masuk akal adalah bahwa preeklampsia merupakan akibat
dari keadaan imun atau alergi pada ibu. Selain itu terdapat bukti bahwa preeklampsi
diawali oleh insufisiensi suplai darah ke plasenta, yang mengakibatkan pelepasan
substansi plasenta sehingga menyebabkan disfungsi endotel vascular ibu yang luas
(Hutabarat dkk, 2016). Preeklampsia dibedakan menjadi dua yaitu preeklampsia ringan
dan preeklampsia berat dengan kriteria sebagai berikut:
 Menurut Icemi dan Wahyu (2013) yang pertama Hipertensi gestasional,
Hipertensi menghilang setelah 3 bulan pasca persalinan atau kehamilan
dengam tanda-tanda preeklamsia namun tanpa proteinuria. TD sistolik
≥140 mmHg atau TD diastolik ≥90 mmHg ditemukan pertama kali
sewaktu hamil dan memiliki gejala atau tanda lain preeklamsia seperti
dispepsia atau trombositopenia.
 Kedua, Sindrom preeklamsia dan eklamsia merupakan hipertensi yang
timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai proteinuria, sedangkan
eklamsia merupakan preeklamsia yang disertai dengan kejangkejang
dan/atau koma. TD sistolik ≥140 mmHg atau TD diastolik ≥90

4. Anatomi Fisiologi
1. Uterus (Rahim)
Adalah sebuah kubah berbentuk seperti buah peer sedikit gepeng, ukuran
kebelakang sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri dari atas otot-
otot polos. Ukuran panjangnya 7,75 cm lebar diatas 5,25 tebal 3,5 cm dan tebal dinding
1,25 cm. Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah aterversiofleksio (serviks kedepan
dan membentuk sudut dengan vagina ( Wikarjosastro. Hnifah, 1992;36). Uteru terdiri ata
fundus uteri, kurpus uteri, dan serviks uteri. Fundus uteri adalah bagian uterus yang
terbesar, pada saat kehamilan mempunyai fungsi sebagai tempat janin berkembang.
Rongga yang terdapat di korpus uteri disebut kavum uteri (rongga rahim). Serviks uteri
terdirir atas: pars vaginalis servisis uteri yang dinamakan porsio. Pars supra vaginalis
servisis uteri adalah bagian serviks yang berada diatas vagina. (Wiknjosastro. Hanifah,
1991;37).
Uterus diberi darah oleh ateria uternasinistra et. Externa yang terdiri dari ramus
assendens dan ramus dessendens. Pembuluh darah ini berasal dari iliaka internal
(hipogastrika) yang melalui dasar ligamentum tatum masuk kedalam uterus di daerah
serviks kira-kira 1,5 cm dari forniks vagina. (Wiknjosastro. Hanifah, 1992;39). Fungsi
utama uterus yaitu setiap bulan berfungsi dalam siklus haid, tempat janin tumbuh dan
berkembang, berkontraksi terutama sewaktu bersalin dan sesudah bersalin. (Muchtar.
Rustam, 1998;9)

2. Plasenta
Plasenta merupakan alat yang penting bagi janin karena sebagai alat
pertukaran zat antara ibu dan anak dan sebaliknya. Jika anak terganggu pada plasenta,
baik tidaknya anak sangat tergantung pada baik butuknya faal plasenta ( abstetri dan
ginekologi, 1993;111). Plasenta berbentuk bundar dengan diameter 15-20 cm dan
tebal lebih kurang 2,5 cm. Beratnya rata-rata 500 gram. Tali pusat berhubungan
dengan plasenta biasanya ditengah, keadaan ini disebut insersio sentralis. Bila
hubungan ini agak kepinggir disebut insersio lateralis, dan bila dipinggir plasenta
disebut insersio marginalis. Kadang tali pusat berada diluar plasenta , dan hubungan
dengan plasenta melalui selaput janin, jika demikian disebut insersio velamentosa
(Wiknjosastro. Hanifah, 1992;66).
Plasenta mempunyai dua permukaan yaitu permukaan yang menghadap ke
janin yang disebut permukaan foetal. Dan yang lain adalah permukaan yang
menghadap ke ibu yang disebut permukaan maternal. (Sastrawinata. Sulaiman,
1983;113). Permukaan foetal warnanya keputih-putihan dan licin karena tertutup oleh
amnion, dibawah amnion nampak pembuluh-pembuluh darah . Permukaan maternal
berwarna merah dan terbagi oleh celah-celah, celah ini tadinya terisi oleh septa
( sekat) yang berasal dari jaringan ibu. Oleh celah-celah ini plasenta terbagi dalam 16-
20 kotoledon (sastrawinata. Sulaiman,1983;113).
Darah janin menuju ke plasenta melalui 2 buah artirioe umbilicalis dan dari
plasenta ke tubuh janin melalui vena umbicalis. Ketiga pembuluh darah ini terdapat
dalam tali pusat. Arteri mengandung darah yang kotor dan vena mengandung darah
yang bersih. Dari tali pusat pembuluh darah tersebut berjalan dalam chorion dan
kemudia masuk ke dalam villi. Darah ibu memancar ke dalam ruangan interviliair
ialah rongga diantara vili dari arteri ibu yang terbuka pada dasar ruangan tersebut.
Kemudian darah ibu menjalar kesegala jurusan dan dengan lambat laun mengalir
kebawah dan masuk dalam venae pada dasar plasenta (Sastrawinata. Sulaiman,
1083;114). Plasenta bekerja sebagai usus yaitu mengambil makanan sebagai paru
mengeluarkan CO2 dan mengambil O2 sebagai ginjal zat racun yang biasanya
dikeluarkan oleh ginjal seperti ureun dikeluarkan oleh plasenta dan akhirnya bekerja
sebagai kelenjar buntu yang mengeluarkan hormon sebagai bentuk kelanjutan
kehamilan (Obstetri dan ginekologi, 1983;114).
3. Manifestasi Klinis

Anda mungkin juga menyukai