Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Undang-undang RI no. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit menyatakan bahwa
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah
pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Namun
kenyataannya upaya pelayanan kesehatan paripurna di rumah sakit masih belum
dilaksanakan secara maksimal. Rumah sakit masih berorientasi pada upaya kuratif dan
rehabilitative, sementara pelayanan promotif dan preventif di rumah sakit masih dianggap
sebelah mata, karena dinilai merupakan sebuah cost center tanpa pernah melihat esensi
dampak/ outcome dari promosi kesehatan yang dikelola dengan baik seperti yang
dilakukan di beberapa negara maju.
Health Promoting Hospital (HPH) atau rumah sakit yang mempromosikan
kesehatan di dunia saat ini telah menjadi trend dan dipandang sebagai rumah sakit masa
depan karena menintegrasikan seluruh aspek pelayanan secara holistik dan inklusif
terhadap kesehatan secara berkesinambungan. Pelayanan secara holistik bertujuan
bahwa pelayanan yang dilakukan oleh rumah sakit tidak hanya berdimensi fisik semata
yang berorientasi pada patogenik tetapi juga mencakup seluruh dimensi manusia
meliputi bio, psiko, sosio dan determinan lainnya yang berorientasi pada salutogenik.
Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan rujukan harus melaksanakan
pelayanan yang inklusif sehingga Rumah Sakit akan memberikan kontribusi lebih bagi
peningkatan derajat kesehatan masayarakat melalui upaya pelayanan kesehatan yang
berkesinambungan dan sistematis. Ciri pelayanan kesehatan inklusif adalah pelayanan
kesehatan yang berkesinambungan dari mulai pelayanan kesehatan dasar/ primer,
pelayanan kesehatan rujukan sekunder/ tersier hingga dikembalikan ke pelayanan
kesehatan primer atau langsung ke lingkungan masayarakat yang telah terkondisikan
untuk peningkatan derajat kesehatannya.
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dimulai per 1 Januari 2014 dan
penerapan akreditasi RS versi 2012 mewajibkan rumah sakit untuk menerapkan
pelayanan secara paripurna sebagaimana amanat undang-undang RI nomor 44 tahun
2009 tentang rumah sakit. Upaya promotif dan preventif menjadi suatu upaya
terintegrasi dalam pelayanan rumah sakit. Upaya promotif dan preventif dapat
dijadikan kendali mutu dan biaya dengan melalui peningkatan dan pemberdayaan
pasien dan keluarga serta masyarakat rumah sakit untuk berpartisipasi aktif dalam
mendukung upaya penyembuhan dan rehabilitasi.

1
RSUD Datu Pancaitana Bone, sebagai rumah sakit rujukan Pertama
menerapkan pelayanan paripurna dalam rangka mensukseskan program jaminan
kesehatan nasional. Saat ini pengelolaan promosi kesehatan di RSUD Datu pancaitana
telah memiliki struktur yang jelas.
Berdasarkan hal tersebut penerbitan buku pedoman pelayanan promosi
kesehatan ini diharapkan dapat menjadi bagian penting dalam tata kelola instalasi
promosi kesehatan sebagai koordinator/ pengelola upaya promosi kesehatan di RSUD
Datu Pancaitana.

B. Tujuan pedoman pelayanan PKRS


1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan dan derajat kesehatan di masyarakat melalui
promosi kesehatan rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Bagi Pasien, mengembangkan perilaku kesehatan, mengembangkan perilaku
pemanfaatan fasilitas kesehatan.
b. Bagi Keluarga, membantu mempercepat proses penyembuhan pasien,
keluarga tidak terserang atau tertular penyakit, membantu agar tidak
menularkan penyakit ke orang lain.
c. Bagi Rumah Sakit, meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit,
meningkatkan citra rumah sakit,meningkatkan angka hunian rumah sakit
Board Occupancy Rate ( BOR ).

C. Ruang lingkup pelayanan tim PKRS


Ruang lingkup pelayanan PKRS di RSUD Rumah Sakit Daerah Datu Pancaitana
Bone meliputi
1. Edukasi staf
2. Edukasi pasien dan keluarga
3. Edukasi pengunjung dan masyarakat sekitar rumah sakit
4. Mempromosikan tempat kerja yang sehat
5. Peningkatan mutu pelayanan berbasis bukti melalui penelitian dan
pengembangan promosi kesehatan klinis (Clinical Health Promotion)

D. Batasan operasional
Batasan Operasional pelayanan PKRS adalah sebagai berikut :
1. Edukasi Staf adalah upaya peningkatan pengetahuan, kemauan dan kemampuan
staf rumah sakit dalam berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) untuk
menunjang produktifitas kerja di lingkungan rumah sakit dan keselamatan pasien.

2
2. Edukasi Pasien dan Keluarga adalah upaya peningkatan partisipasi pasien dan
keluarga dalam upaya peningkatan status kesehatannya secara mandiri melaui
upaya peningkatan pengetahuan, kemauan dan kemampuan pasien dan keluarga
sesuai dengan kebutuhan pasien.
3. Edukasi pengunjung dan masyarakat sekitar rumah sakit adalah upaya rumah sakit
dalam menyediakan informasi kesehatan maupun informasi pelayanan yang
bertujuan untuk meningkatkan akses masyarakat akan informasi kesehatan dan
pelayanan rumah sakit.
4. Mempromosikan tempat kerja yang sehat adalah meciptakan sistem dan
lingkungan kerja yang sehat yang mendukung perilaku hidup bersih dan sehat
dalam upaya mendukung produktifitas kerja dan keselamatan pasien.
5. Peningkatan mutu pelayanan berbasis bukti melalui penelitian dan pengembangan
promosi kesehatan klinis (Clinical Health Promotion) adalah upaya peningkatan
kualitas pelayanan RS baik pengambilan keputusan maupun upaya perbaikan
pelayanan secara berkesinambungan didasarkan pada bukti melalui hasil penelitian
dan pengembangan promosi kesehatan klinis dan mendukung promosi kesehatan
berkelanjutan

E. Landasan hukum
Kegiatan promosi kesehatan di RS merupakan upaya kesehatan bersama
,sebagai landasan hukum pelayanan PKRS meliputi :
1. Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 004/Menkes/SK/II/2012 tentang
Petujuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1193/Menkes/SK/X/2004 tentang
Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1114/Menkes/SK/X/2004 tentang
Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1144/Menkes/Per/X/2004 tentang
Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN UNIT PKRS

Pelayanan promosi kesehatan yang profesional memiliki standar pengelolaan


sumberdaya manusia/ tenaga sebagai bagian penting dalam pelayanan. Pengaturan tenaga
promosi kesehatanbertujuan agar kegiatan pelayanan yang diberikan dapat terlaksana secara
efektif dan efisien. Standar ketenagaan PKRS telah diatur dalam keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor 004/MenKes/SK/II/2012 Tentang petunjuk Teknis Promosi Kesehatan
Rumah Sakit dan Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI
Nomor 66/Menkes-Kesos/SK/I/2001 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat dan Angka Kreditnya

A. Kualifikasi tenaga PKRS


Pada umumnya seluruh petugas rumah sakit adalah tenaga promotor kesehatan
namun untuk tenaga khusus pengelola dan pemberi pelayanan promosi kesehatan harus
memenuhi kualifikasi sebagai berikut :
1. Tenaga Pengelola PKRS
Tenaga pengelola PKRS adalah tenaga yang memiliki tugas dan fungsi
pengelolaan/ manajemen kegiatan PKRS di Rumah Sakit Umum Datu Pancaitana.
Adapun kualifikasi tenaga pengelola PKRS adalah sebagai berikut :
a. Pendidikan minimal S1 Kesehatan diutamakan peminatan promosi kesehatan
b. Memiliki sertifikat pelatihan pengelola PKRS
2. Tenaga Fungsional PKRS
Tenaga fungsional PKRS adalah tenaga yang memiliki tugas dan fungsi memberikan
pelayanan langsung sesuai dengan runag lingkup pelayanan yang ditetapkan. Adapun
kualifikasi tenaga fungsional PKRS sebagai berikut :
a. Fungsional ahli
1). Pendidikan minimal S1 Kesehatan
2). Memiliki sertifikat pelatihan jabatan fungsional
3). Memenuhi pencapaian angka kredit
b. Fungsional terampil
1) Pendidikan minimal D3 Kesehatan
2) Memiliki sertifikat pelatihan jabatan fungsional
3) Memenuhi pencapaian angka kredit
3. Tenaga Fungsional khusus edukator
a. Minimal D 3 Kesehatan
b. Minimal memiliki sertifikat pelatihan edukasi dasar
c. Memiliki sertifikat pelatihan komunikasi efektif dan terapeutik

4
4. Tenaga Teknis lainnya
a. Pendidikan minimal SMA sederajat
b. Memiliki kompetensi desain multimedia

B. Distribusi ketenagaan
Distribusi ketenagaan pelayanan promosi kesehatan di lakukan sesuai dengan ruang
lingkup pelayanan sebagai berikut :
1. Tenaga pengelola PKRS
Tenaga pengelola PKRS terdiri dari kepala instalasi PKRS, koordinator media
dan teknologi, koordinator advokasi dan kemitraan serta koordinator pemberdayaan
dan peranserta.
2. Pelayanan rawat inap
Pelayanan PKRS di rawat inap meliputi pendidikan pasien dan keluarga yang
dilakukan oleh tenaga fungsional PKRS ataupun tenaga fungsional kesehatan lainnya
yang mendapatkan sertifikasi edukator.
3. Pelayanan rawat jalan
Pelayanan pendidikan pasien dan keluarga di rawat jalan difasilitasi dengan
adanya klinik edukasi terintegrasi. Di klinik tersebut terdapat dokter umum, perawat
dan ahli gizi yang telah tersertifikasi edukator.

C. Pengaturan jaga
Pola pengaturan jaga disesuaikan dengan beban kerja dengan prinsip pengeloaan yang
efektif dan efisien.
1. Pelayanan edukasi di klinik edukasi dilakukan setiap hari Senin-Sabtu mulai pkl.
08.00 – 14.00 WIT (shif pagi)
2. Pelayanan edukasi di rawat inap dilakukan sesuai dengan kondisi pasien.

5
BAB III
STANDAR FASILITAS

Pemenuhan standar fasilitas minimal untuk pelayanan promosi kesehatan didasarkan


pada Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit dan Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 004/ Menkes/SK/II/2012 tentang Petunjuk Teknis promosi Kesehatan
Rumah Sakit.
1. Denah ruangan
Undang-undang RI No. 44 tahun 2009 mengamanatkan bahwa setiap rumah sakit
harus memiliki ruangan penyuluhan kesehatan. Ruangan penyuluhan/ pendidikan
kesehatan harus dimiliki oleh setiap unit. misalnya di ruang rawat inap diperlukan satu
ruang edukasi bagi pasien dan keluarga begitupun di unit lainnya misalnya di ruangan
farmasi, laboratorium, radiologi dan ruangan penunjang lainnya termasuk dipelayanan
rawat jalan dengan klinik edukasi terintegrasi. Selain ruang pelayanan edukasi, diperlukan
juga ruangan pengelola PKRS yang berfungsi untuk aktifitas manejemen PKRS

Ruang Ruang
Ruang perencanaan laboratorium
TU/
Ruang
Aula

Ruang Ruang
Direktur pemgelola
Ruang
PKRS
Pelayanan

Ruang komite

Gambar 3.1 Denah Ruang PKRS

Keterangan : RSUD Datu Pancaitana memiliki ruangan pengelola PKRS yang terintegrasi
menjadi gedung pusat promosi kesehatan. Gedung ini memiliki luas 9 m2 dan berfungsi
sebagai pusat aktifitas promosi kesehatan.

2. Standar fasilitas

6
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 004/ Menkes/SK/II/2012 tentang Petunjuk
Teknis promosi Kesehatan Rumah Sakit mengatur tentang standar minimal fasilitas untuk
unit/ instalasi PKRS sebagai berikut :

No Jenis Sarana / Peralatan


1 Ruangan pengelola PKRS
2 Amplifier & Wireless microphone
3 Layar yang dapat digulung
4. Kamera foto
5 TV di ruang tunggu & ruang promosi kesehatan
6 VCD/DVD di ruang tunggu dan ruang PKRS
7 Computer/laptop dan printer, kabel data
8 Laptop dan LCD projekto untuk presentase
9 Gadgets kelengkapan laptop untuk presentase
10 Public Address System (PSA)/Megaphon
11 Leaflet/brosur/lembar balik

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

7
Pelayanan promosi kesehatan meliputi pelayanan edukasi pasien dan keluarga di rawat
inap dan rawat jalan, pelayanan edukasi staf, pelayanan edukasi pengunjung dan masyarakat,
mempromosikan tempat kerja yang sehat, penelitian dan pengembangan promosi kesehatan
serta bersama unit lain meningkatkan kualitas mutu pelayanan secara berkesinambungan
berbasis perilaku.

A. Pelayanan Edukasi Pasien dan Keluarga di Rawat Jalan


Pelayanan edukasi pasien dan keluarga di rawat jalan dilakukan di klinik edukasi
terintegrasi. Tenaga edukator adalah dokter umum, perawat dan ahli gizi yang telah
tersertifikasi edukator. Untuk menunjang pelayanan dibuatkan pedoman edukasi yang
telah di standardisasi. Kegiatan edukasi meliputi assesment kebutuhan edukasi pemberian
edukasi secara terstruktur dan merencanakan tindak lanjut pelayanan. Adapun pasien yang
berkunjung ke klinik edukasi terdiri dari pasien langsung dan pasien rujukan dari klinik
dokter spesialis. Alur pelayanan edukasi di klinik rawat jalan adalah sebagai berikut :

Pasien Pendaftaran Klinik Spesialis Kebutuhan edukasi

Pulang Klinik Edukasi Ya Td


k

Gambar 4.1 Alur Pelayanan Edukasi di Rawat Jalan

Pasien yang membutuhkan pelayanan edukasi dapat melakukan pendaftaran langsung ke


klinik edukasi. Klinik edukasi juga menerima rujukan dari klinik spesialis sesuai dengan
kebutuhan edukasi

B. Pelayanan Edukasi Pasien dan Keluarga di Rawat Inap


Pelayanan edukasi pasien di rawat inap bertujuan untuk meningkatkan partisipasi
pasien dan keluarga dalam mendukung upaya penyembuhannya melalui peningkatan
pengetahuan, kemauan dan kemampuan upaya peningkatan kesehatannya secara mandiri.
Pemberi pelayanan adalah tenaga kesehatan tersertifikasi minimal edukator dasar.
Pemberian edukasi disesuaikan dengan kebutuhan yang didapat melalui assessment
kebutuhan edukasi. Inisial kebutuhan edukasi dilakukan oleh tenaga fungsional promosi
kesehatan sedangkan pelaksana edukator dilakukan oleh masing-masing
Rawat Inap
Asessmenprofesi sesuai
Kebutuhan
Pelayanan
denganPasien
kebutuhan edukasi pasien
IGD tersebut. edukasi
Medik
Keperawatan
Alur pelayanan edukasi pasien dan keluarga di rawat inap sebagai berikut :
Penunjang
Diizinkan
Pulang pulang Td Y
k a

Evaluasi
Proses Edukasi
8 Re edukasi/
Tidak
Gambar 4.2 Alur Edukasi di Rawat Inap

Edukasi pasien dan keluarga di rawat inap dilakukan pada semua pasien sesuai dengan
kebutuhan edukasi. Setelah pasien masuk rawat inap maka dilakukan kajian kebutuhan
edukasi oleh tenaga fungsional PKRS, hasil kajian ini di jadikan dasar bagi multi profesi
dalam melakukan edukasi. Edukasi dilakukan terintegrasi multi profesi. Setelah dilakukan
edukasi kemudian dilakukan evaluasi apakah diperlukan edukasi kembali atau tidak, jika
di perlukan maka dilakukan edukasi kembali tetapi jika pasien sudah akan pulang dan
masih memerlukan edukasi lanjutan maka dianjurkan untuk mengikuti program edukasi
melaui klinik edukasi.

C. Pelayanan Edukasi Pengunjung dan Masyarakat Sekitar Rumah Sakit


Pelayanan edukasi bagi pengunjung dan masyarakat sekitar rumah sakit dilakukan
berdasarkan hasil kajian kebutuhan edukasi pengunjung dan masyarakat yang dilakukan
secara berkala. Pemberian edukasi bertujuan untuk meningkatkan akses masyarakat
terhadap informasi kesehatan maupun informasi pelayanan Rumah Sakit. Edukasi
dilakukan oleh tenaga edukator melalui metode dan media yang tepat. Pada sasaran
pengunjung dan masyarakat Rumah Sakit informasi yang dapat disampaikan diantaranya
penyakit yang menjadi isu terkini, tatalaksana pelayanan di Rumah Sakit, info pelayanan
dan peraturan Rumah Sakit dll.

D. Mempromosikan tempat kerja yang sehat


Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang memiliki karakteristik
potensi resiko berbahaya (hazard) mulai dari risiko bahaya fisik, biologis, kimia bahkan
psikologis. Setiap hari petugas kesehatan berada dilingkungan tersebut sehingga
dibutuhkan manajemen lingkungan kerja yang menfasilitasi untuk peningkatan kesehatan
dan kebugaran karyawannya. Pengelola promosi kesehatan harus secara aktif membuat
sistem dan kebijakan rumah sakit yang berparadigma sehat dan bersama unit kesehatan
dan keselamatan kerja Rumah Sakit dan instalasi sanitasi dan kebersihan meningkatkan

9
budaya kerja yang safety, lingkungan kerja yang sehat dan hidup bersih dan sehat menuju
rumah sakit yang hijau dan sehat (Green and Healthy Hospital).

E. Penelitian dan Pengembangan Promosi Kesehatan


Penelitian dan pengembangan promosi kesehatan bertujuan untuk mengembangkan
program promosi kesehatan berkelanjutan dan membantu pengambilan keputusan dan
kebijakan yang berbasis bukti. Dalam kegiatannya pengelola PKRS melakukan
koordinasi dengan Sub Bidang Penelitian.

BAB V
LOGISTIK

10
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya dibutuhkan fasilitas pendukung berupa logistik
dan perbekalan baik alat penunjang fungsional pekerjaan, peralatan rumah tangga maupun alat
tulis kantor.
1. Peralatan penunjang fungsi promosi kesehatan
a. Camcoder professional
b. Kamera Foto
c. Komputer desain grafis
d. Peralatan studio
e. Laptop
f. LCD Proyektor
g. Media leaflet/ poster/ Banner
h. Sound sistem
i. Mini DV/ DVD
j. Formulir edukasi terintegrasi
2. Peralatan perkantoran
a. Komputer
b. Printer
c. Kertas
d. Spidol
e. Pulpen
f. Buku Agenda
3. Peralatan rumah tangga
a. Peralatan kebersihan
b. Peralatan pengamanan
Proses pengadaan logistik dilakukan secara terencana dan terstruktur dengan proses
pelaksanaan sebagai berikut :
1. Pengelola PKRS membuat perencanaan kebutuhan logistik setahun
2. Pengadaan logistik dilakukan dengan pengajuan daftar usulan kebutuhan barang ke
instalasi logistik perbekalan dan gudang.
3. Instalasi gudang dan perbekalan melakukan pencatatan dan menyerahkanya ke
instalasi PKRS
4. Instalasi PKRS melakukan pencatatan dan barang/ alat yang dibutuhkan sudah dapat
digunakan.

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

11
Keselamatan pasien merupakan prioritas dari setiap pelayanan Rumah Sakit. Setiap
Rumah Sakit harus menjamin keselamatan pasien melalui upaya peningkatan kualitas
pelayanan secara berkesinambungan. Upaya promosi kesehatan pun tidak terlepas dari upaya
menjamin pelayanan yang diberikan aman kepada pasien. Pelayanan edukasi bagi pasien dan
keluarga tidak dapat dianggap hanya sebatas memberikan informasi, tetapi Rumah Sakit harus
menjamin bahwa isi informasi yang diberikan adalah benar karena akan berakibat fatal dalam
merubah perilaku pasien dan keluarganya dalam upaya peningkatan status kesehatannya
secara mandiri. Mendapatkan informasi yang benar dijamin oleh Undang-Undang RI No.44
tahun 2009 tentang Rumah Sakit yang menyatakan bahwa pasien berhak atas informasi yang
benar terhadap kesehatannya. Upaya jaminan keselamatan pasien tersebut dilakukan melalui :
1. Adanya kebijakan tentang pelayanan edukasi pada pasien dan keluarga
Kebijakan pelayanan edukasi pasien dan keluarga merupakan dasar hukum
pelaksanaan pelayanan edukasi yang ditetetapkan oleh direktur. Kebijakan ini memuat
tentang tatalaksana dan tatakelola pelayanan edukasi. Kebijakan ini akan memberikan
perlidungan bagi pemberi edukasi (edukator) maupun memberikan perlindungan dan
jaminan keselamatan bagi pasien dan keluarga.
2. Adanya pedoman/ panduan edukasi pasien dan keluarga yang telah distandardisasi
Untuk menjamin bahwa informasi yang diberikan benar maka Rumh Sakit harus
menerbitkan pedoman edukasi pasien dan keluarga yang distandardisasi. Tidak menutup
kemungkinan dokter penanggungjawab pasien (DPJP) tidak bisa memberikan pelayanan
edukasi yang cukup sehingga dimungkinkan edukasi diberikan oleh dokter umum, oleh
karena itu pedoman ini akan memberikan panduan apa saja yang harus dipersiapkan dan
materi apa saja harus diberikan selama proses edukasi. Proses penyusunan panduan
edukasi pasien dan keluarga dilakukan oleh profesi yang bersangkutan yang didasarkan
pada sumber rujukan ilmiah untuk menghindari kesalahan isi materi panduan.
3. Pembuatan media yang di standardisasi
Media merupakan alat bantu dari proses edukasi pasien dan keluarga yang berisi
materi edukasi. Media berfungsi sebagai alat penyampai pesan sehingga struktur media
harus menjamin informasi yang diberikan adalah benar. Proses pembuatan media harus
melibatkan tenaga yang memiliki kompetensi dibidangnya untuk menjamin bahwa
informasi yang diberikan adalah benar. Tenaga ahli tersebut dapat berfungsi sebagai
validator dan verifikator dari konten media yang dibuat. Semua media rumah sakit harus
distandardisasi dan memiliki kode media yang ditetapkan oleh direktur. Proses pembuatan
media juga harus melalui ujicoba media untuk memastikan kefektifan media tersebut
dalam proses edukasi.
4. Asessmen kebutuhan
Asessmen kebutuhan edukasi pasien dan keluarga dilakukan untuk mengetahui
nilai-nilai yang dimiliki pasien dan keluarga yang mendukung maupun yang

12
bertentangan dengan upaya peningkatan kesehatan. Hal ini akan memberikan dasar bagi
pemberi edukasi untuk memberikan penguatan nilai tersebut jika nilai tersebut sejalan
dengan upaya peningkatan kesehatan. Sedangkan jika nilai yang diyakini pasien dan
keluarga bertentangan dengan upaya peningkatan kesehatan maka harus diluruskan

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja (safety) adalah segala upaya atau tindakan yang harus diterapkan
dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja petugas ataupun

13
kelalaian / kesengajaan. Rumah Sakit harus menjamin keselamatan kerja pegawai agar petugas
merasa nyaman dan aman sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja. Keselamatan
kerja juga akan berdampak pada keselamatan pasien. Untuk mendukung upaya keselamatan
kerja di unit pelayanan PKRS melalui kegiatan :
1. Pengembangan kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja
Adanya kebijakan tentang keselamatan dan kesehatan kerja merupakan komitmen
direksi terhadap perlindungan hak karyawan untuk memperoleh tempat kerja yang aman
dan sehat.
2. Identifikasi potensial hazard baik yang ditimbulkan oleh gedung dan fasilitasnya maupun
dalam proses pekerjaan
Pengelola PKRS bersama dengan unit K3 Rumah Sakit harus melakukan kajian
potensial hazard dalam pelayanan PKRS baik yang ditimbulkan oleh gedung dan fasilitas
maupun dalam proses kegiatan, hal ini bertujuan untuk mengantisipasi dan dasar
perencanaan manajemen resiko di unit layanan Rumah Sakit.
3. Melakukan manajemen resiko terhadap hazard potensial
Manajemen risiko terhadap hazard potensial perlu dilakukan untuk menghindari
timbulnya hazard tersebut.
4. Melakukan upaya pencegahan terhadap kecelakan kerja melalui penataan sistem kerja
yang sehat
Penataan sistem kerja yang sehat perlu dikembangkan, pengkajian beban kerja
secara berkala harus dilakukan untuk menghindari kecelekaan kerja akibat beban kerja
berlebih. Modifikasi jam kerja dilakukan untuk melakukan efisiensi dan efektifitas dalam
aktifitas pelayanan dengan tetap memperhatikan jam pelayanan efektif.
5. Menyediakan peralatan keselamatan kerja dan alat pelindung diri yang mudah terjangkau
Mengantisipasi kejadian bencana diperlukan kesiapan penempatan alat pelindung
diri yang mudah terjangkau.
6. Melakukan pemeriksaan petugas secara berkala

BAB VIII
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUTU

Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang mengusahakan agar


pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana, instruksi, pedoman, standar, peraturan dan hasil

14
yang telah ditetapkan sebelumnya agar mencapai tujuan yang diharapkan. Pengendalian
merupakan metode atau alat melakukan control terhadap input proses dan output pelayanan
agar tetap sesuai dengan arah yang ditetapkan. Pengawasan dan pengendalian bertujuan agar
semua kegiatan- kegiatan dapat tercapai secara berdaya guna dan berhasil guna, dilaksanakan
sesuai dengan tujuan, rencana, pembagian tugas, rumusan kerja, pedoman pelaksanaan dan
peraturan perundang- undangan yang berlaku. Bentuk-bentuk pengawasan dan pengendalian
pelayanan PKRS adalah sebagai berikut :
1. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan merupakan alat untuk pengawasan dan pengendalian
kegiatan pelayanan adapun bentuk – bentuk pencatatan dan pelaporan adalah sebagai
berikut :
a. Formulir edukasi terintegrasi
b. Laporan kegiatan
c. Laporan semesteran
d. Laporan Tahunan
2. Kegiatan Pertemuan/ rapat koordinasi
Pertemuan dilakukan secara berkala adapun bentuk pertemuan/ rapat koordinasi
adalah sebagai berikut :
a. Rapat bulanan
Rapat bulanan dilakukan setiap tanggal 3 setiap bulan dengan tujuan evaluasi kegiatan
bulan lalu dan melakukan perencanaan untuk bulan berjalan. Rapat bulanan ini
dihadiri oleh kepala instalasi PKRS, koordinator PKRS dan staf pengelola PKRS.
Pada rapat ini juga dilakukan evaluasi kinerja individu sebagai bagain dari system
pengendalian.
b. Rapat semesteran
Rapat semesteran dilakukan setiap 6 bulan dengan tujuan evaluasi kegiatan
PKRS secara menyeluruh berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi. Rapat
semesteran dihadiri oleh Wakil direktur pelayanan, pengelolal PKRS, Kepala unit
kerja dan penanggungjawab PKRS disetiap unit kerja. Hasil rapat evaluasi ini adalah
mengukur pencapaian evaluasi kiner PKRS secara menyeluruh dalam periode 6
bulan.

c. Rapat tahunan
Rapat tahunan dilakukan dengan tujuan evaluasi kinerja PKRS tahun berjalan,
kegiatan ini penting untuk mengukur sejauhmana perencanaan tahunan yang telah
direncanakan sebelumnya telah terelialisasi.
3. Uji petik dan telusur/ supervisi

15
Sebagai bagian dari pengawasan dan pengendalian terutama pada program
edukasi pasien dan keluarga dilakukan uji petik dan telusur melalui metode open
medical record review (OMRR) dan close medical record review (CMRR). OMRR
dilakukan dengan telusur rekam medic pada pasien yang sedang dilakukan perawatan
sedangkan CMRR adalah metode uji petik untuk mengetahui apakah kegiatan edukasi
dilakukan atau tidak pada dokumen rekam medik pasien yang telah pulang.

 Indikator mutu pelayanan dan standar mutu unit PKRS


Berikut adalah beberapa poin indikator keberhasilan yang menjadi tujuan pelayanan
Instalasi PKRS Rumah Sakit Umum Daerah Datu Pancaitana:
1. Terselenggaranya kegiatan edukasi pasien dan keluarga, edukasi staf, edukasi pengunjung
dan masyarakat sekitar secara terstruktur dengan indikator :
a. Cakupan edukasi pasien dan keluarga 80%
b. Cakupan edukasi staf 80%
c. Cakupan edukasi pengunjung dan masyarakat sekitar 12 kegiatan pertahun
2. Terwujudnya rumah sakit yang mempromosikan tempat kerja yang sehat dengan
indikator :
a. Cakupan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) unit kerja minimal 80 %
b. Advokasi kebijakan RS berwawasan kesehatan minimal 5 kegiatan/ tahun
c. Terselengaranya peringatan hari besar kesehatan minimal 5 kegiatan hari besar
kesehatan
d. Angka kesakitan karyawan maksimal 5%/ tahun
3. Terselenggaranya upaya peningkatan kualitas pelayanan Rumah Sakit berbasis bukti
melalui upaya promosi kesehatan klinis secara berkelanjutan dengan indicator :
a. Terselenggaranya pengukuran output pelayanan melalui hospital impact media
minimal 3 kali/ tahun
b. Terselengaranya penelitian tentang promosi kesehatan klinis minimal 1 kali pertahun
c. Bersama –sama unit lainnya melakukan upaya kegiatan peningkatan mutu layanan
minimal 5 kali pertahun

BAB IX
PENUTUP

Promosi kesehatan merupakan bagian integral dari pelayanan rumah sakit sebagaimana
amanat undang-undang RS nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit yang menyatakan bahwa

16
RS harus melakukan upaya kesehatan perseorangan secara paripurna. Oleh karena itu standar
rumah sakit yang memperomosikan kesehatan merupakan bagian tak terpisahkan dari standar
pelayanan minimal Rumah Sakit yang bertujuan untuk memberdayakan seluruh masyarakat
Rumah Sakit untuk dapat meningkatkan dan mempertahankan status kesehatannya secara
aktif.
Pedoman pelayanan promosi kesehatan bertujuan untuk memberikan acuan yang jelas
dan profesional dalam mengelola dan melaksanakan pelayanan promosi kesehatan di rumah
sakit yang tepat bagi klien/pasien,staf dan masyarakat sekitar Rumah Sakit sesuai tuntutan
dan kebutuhan serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini. Pedoman
pelayanan ini perlu dilakukan review minimal 2 tahun sekali untuk mengetahui relevansi
pedoman pelayanan yang dibuat dengan kebutuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Bagi manajemen Rumah Sakit pedoman ini merupakan dokumen mutu tatalaksana
pelayanan sedangkan bagi pengguna jasa Rumah Sakit pedoman ini dapat menjadi bukti
jaminan terhadap pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit.

17
18

Anda mungkin juga menyukai