Anda di halaman 1dari 10

PREFERENSI MASYARAKAT TERHADAP RENCANA ANGKUTAN KA MONOREL

DI KOTA MALANG

PEOPLE’S PREFERENCE TOWARDS MONORAIL PLAN IN MALANG CITY

Yogi Arisandi
Puslitbang Perhubungan Darat dan Perkeretaapian, Jl. Medan Merdeka Timur Nomor 5 Jakarta-Indonesia
yogisttd@yahoo.com
Diterima: 4 Agustus 2015, Direvisi: 11 Agustus 2015, Disetujui: 25 Agustus 2015

ABSTRACT
Government of Malang City has planned to build a monorail in order to overcome the problem of congestion in the
Malang City. The plan outlined in the Master Plan of Traffic and Road Transport Malang 2013. This study aims to
examine the determminants of people’s preference for rail transport plan of monorail in the Malang City. People's
preference in this study is to find out the willingness of people to shift and to the monorail in Malang City as it has
planned. Based on the research concluded, it can be concluded that the respondents are willing to shift to the monorail
as for affordable prices.
Keywords: people’s preference, monorail, Malang City

ABSTRAK
Pemerintah daerah Kota Malang telah merencanakan angkutan kereta api monorel guna mengatasi masalah
kemacetan di Kota Malang. Rencana tersebut dituangkan dalam Rencana Induk Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kota
Malang 2013. Saat ini masih belum diketahui apakah masyarakat mau menggunakan angkutan kereta api monorel
tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi masyarakat terhadap rencana angkutan kereta api
monorel di Kota Malang. Preferensi masyarakat dalam penelitian ini adalah bersedia atau tidaknya masyarakat
beralih untuk menggunakan angkutan kereta api monorel yang direncanakan di Kota Malang. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan,dapat disimpulkan panjang jalur rencana kereta api monorel adalah sepanjang
29,2659 km dan responden akan beralih menggunakan kereta api monorel apabila harga tiket relatif terjangkau.
Kata Kunci: preferensi masyarakat, kereta api monorel, Kota Malang

PENDAHULUAN
Kota Malang merupakan kota terbesar kedua di menggunakan angkutan kereta api monorel yang
Provinsi Jawa Timur, setelah Kota Surabaya. direncanakan dibangun di Kota Malang.
Sebagai kota terbesar kedua di Jawa Timur,
Oleh karena itu, perlu adanya penelitian mengenai
kemacetan merupakan salah satu masalah
stated preference masyarakat terhadap rencana
transportasi di Kota Malang. Peningkatan kebutuhan
angkutan kereta api monorel di Kota Malang.
perjalanan yang diakibatkan oleh pertumbuhan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
ekonomi dan aktivitas sosial masyarakat tidak
preferensi masyarakat terhadap rencana angkutan
didukung penyediaan transportasi umum secara
kereta api monorel di Kota Malang.
memadai. Akibat dari permasalahan tersebut adalah
terjadinya kemacetan di beberapa titik dan koridor TINJAUAN PUSTAKA
Kota Malang.
A. Transportasi Angkutan Umum
Untuk mengatasi masalah kemacetan di Kota
Malang, P e me r i n t ah D a e r ah K ot a Malang Menurut Kamaludin (2003), transportasi
menyusun rencana pengembangan angkutan kereta berasal dari bahasa latin transportare, dimana
api monorel yang dituangkan dalam Rencana Induk trans berarti seberang atau sebelah lain dan
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kota Malang portare berarti mengangkut atau membawa.
Tahun 2013. Transportasi adalah usaha memindahkan,
Rencana Induk Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan
Kota Malang telah menetapkan daerah-daerah yang suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, di
akan dilewati oleh angkutan kereta api monorel. mana di tempat lain ini objek tersebut lebih
Namun masih belum diketahui bagaimana bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan-
preferensi masyarakat yang kesediaannya dalam tujuan tertentu (Miro F, 2005).
menggunakan kereta api monorel di Kota Malang. Angkutan umum adalah angkutan penumpang
Preferensi masyarakat dalam penelitian ini adalah yang dilakukan dengan sistem sewa atau bayar.
bersedia atau tidaknya masyarakat beralih untuk Termasuk dalam pengertian angkutan umum

Preferensi Masyarakat Terhadap Rencana Angkutan KA Monorel di Kota Malang, Yogi Arisandi 137
penumpang adalah angkutan kota (bus, 4. Kereta api motor induksi linier,
minibus, dan lain-lain), kereta api, angkutan 5. Kereta api gerak udara,
air, dan angkutan udara (Warpani, 1990). 6. Kereta api levitasi magnetik,
Perencanaan angkutan umum secara gradual 7. Trem, dan
sangat diperlukan, seiring dengan jumlah 8. Kereta gantung.
penduduk suatu kota sebagai demand dan
C. Kereta Api Monorel
kemampuan pendanaan yang sering menjadi
penghambat terbesar. Menurut UU Nomor 23 Tahun 2007, kereta api
monorel adalah kereta api yang bergerak pada
B. Kereta Api
1 (satu) rel. Rel tunggal yang digunakan kereta
Menurut UU Nomor 23 Tahun 2007 tentang api monorel berlainan dengan rel tradisional
Perkeretaapian, angkutan kereta api adalah yang memiliki dua rel paralel. Umumnya rel
kegiatan pemindahan orang dan/atau barang terbuat dari beton dan roda keretanya terbuat
dari satu tempat ke tempat yang lain dengan dari karet, sehingga tidak sebising kereta api
menggunakan kereta api. Kereta api adalah konvensional.
sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak,
Menurut Peraturan Menteri Perhubungan
b a i k ya n g b e r j al a n se n d i r i ma u p u n
Nomor PM. 37 Tahun 2014, sarana kereta api
dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian
monorel dibedakan menjadi dua tipe, yaitu:
lainnya, yang akan atau sedang bergerak di
jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta 1. Straddle-monorail, merupakan sarana
api. kereta api monorel yang berjalan di atas
jalan rel;
Jenis kereta api menurut UU Nomor 23 Tahun
2007 sebagai berikut. 2. Suspended-monorail, merupakan sarana
1. Kereta api kecepatan normal, kereta a p i mo n o r e l ya ng b e r j al an
2. Kereta api kecepatan tinggi, menggantung pada jalan rel.
3. Kereta api monorel,

Sumber: PM 37 Tahun 2014


Gambar 1.
Gambar Teknis Straddle-Monorail.

Sumber: PM 37 Tahun 2014


Gambar 2.
Gambar Teknis Suspended-Monorail

138 Jurnal Penelitian Transportasi Darat, Volume 17, Nomor 3, September 2015: 137-146
Sumber: www.google.co.id/search?q=monorail+sydney, Diakses Januari 2015
Gambar 3.
Contoh Kereta Api Monorel Tipe Staddle-Monorail (Sydney, Australia).

Sumber: www.google.co.id/search?q=suspended+monorail+tokyo, Diakses Januari 2015


Gambar 4.
Contoh Kereta Api Monorel Tipe Suspended-Monorail (Tokyo, Jepang).
Sama halnya dengan sarana angkutan yang d. B i s a menanjak, me n u r u n , dan
lain, kereta api monorel memiliki kelebihan berbelok lebih cepat dibanding
dan kekurangan yang perlu diketahui. kereta biasa;
Kelebihan dan kekurangan kereta api monorel
e. Lebih aman karena dengan kereta
adalah sebagai berikut:
yang memegang rel, sehingga resiko
1. Kelebihan terguling jauh lebih kecil;
a. Membutuhkan ruang yang kecil, f. Resiko menabrak p e j al an kaki/
b a i k r u a n g ve r t i ka l ma u p u n pengguna jalan hampir tidak ada;
horizontal. Lebar yang diperlukan
g. Lebih murah untuk d i b a n gu n
adalah selebar kereta dan karena
dan dirawat dibanding kereta bawah
dibuat di atas jalan, maka hanya
tanah.
membutuhkan ruang untuk tiang
penyangga; 2. Kekurangan
b. Terlihat lebih “ringan” daripada a. Dibanding dengan kereta bawah
kereta konvensional dengan rel t a n a h, mo n o r e l t e r a s a l e bi h
terelevasi dan hanya menutupi memakan tempat;
sebagian kecil langit; b. Dalam keadaan darurat, penumpang
c. Tidak bising karena menggunakan tidak bisa langsung dievakuasi
roda karet yang berjalan di atas karena tidak ada jalan keluar kecuali
beton; di stasiun;

Preferensi Masyarakat Terhadap Rencana Angkutan KA Monorel di Kota Malang, Yogi Arisandi 139
c. Kapasitas masih dipertanyakan dan dokumen-dokumen yang terkait
(setiap jenis monorel berbeda dengan penelitian ini.
kapasitas).
B. Metode Analisis
D. Arah Pengembangan dan Kebijakan Kereta 1. Analisis Deskriptif
Api Monorel di Kota Malang
Metode analisis deskriptif adalah suatu
Rencana Induk Lalu Lintas dan Angkutan metode dalam meneliti suatu objek
Jalan Kota Malang telah menetapkan arah dengan tujuan membuat deskripsi,
pengembangan d a n ke b i j a ka n kereta api gambaran, atau lukisan secara sistematis,
monorel di kota Malang. Arah pengembangan faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta,
dan kebijakan kereta api monorel di Kota sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena
Malang adalah sebagai berikut. yang diselidiki (Nazir, 2005).
1. Sistem angkutan menggunakan kereta 2. Analisis Stated Preference
berkinerja tinggi, bertenaga listrik yang
beroperasi di jalur-jalur khusus eksklusif, Metode analisis stated preference adalah
tanpa persimpangan; pendekatan untuk mengetahui bagaimana
reaksi preferensi dari responden jika
2. Dikembangkan u n t u k me n u n j a ng dihadapkan pada beberapa kemungkinan
perpindahan o r a n g d a l a m j u ml ah situasi. Dalam penyajian kuesioner stated
diperkirakan 10 ribu antar tujuan awal preference, responden dapat menyatakan
sampai dengan akhir pada setiap jam; preferensinya dengan cara merangking
3. Dikembangkan untuk melayani kurang a l t e r na t i f be r da s ar ka n t i n gka t
lebih dengan jangkauan 15 s.d. 20 km; kepentingannya, merating berdasarkan
skala yang menunjukkan preferensi, atau
4. Dikembangkan dengan jarak melakukan pilihan sederhana terhadap
pemberhentian 1,5 s.d. 2 km; alternatif/skenario.
5. Dikembangkan untuk melayani perkiraan Pada umumnya, s t a t e d p r e f e r e nce
pergerakan orang: menggunakan perancangan eksperimen
a. Simpul Terminal Landungsari- untuk menyusun alternatif-alternatif yang
Tlogomas/Dinoyo/Ketawanggede/ disajikan kepada responden. Rancangan
Sumbersari/Penanggungan-Stasiun ini biasanya dibuat “orthogonal”, artinya
Kota-Sawojajar/Lesanpuro dan kombinasi antara atribut yang disajikan
Madyopuro/Cemorokandang; bervariasi secara bebas satu sama lain
(Permain, D. & Swanson, J., 1991).
b. Terminal Telogowaru-Wonokoyo/
Bumiayu-Sawojajar/ Lesanpuro, dan Dalam penelitian ini, stated preference
Madyopuro/ C e mo r o ka n d a n g - digunakan untuk mengetahui preferensi
Balearjosari dan Arjosari/ Polowijen. responden dalam pemilihan moda.
Pemilihan moda dalam hal ini adalah
METODOLOGI PENELITIAN moda yang sering digunakan oleh
responden dan moda kereta api monorel.
A. Metode Pengumpulan Data Responden dalam penelitian ini adalah
1. Data Primer pengguna sepeda motor dan angkutan
umum.
Metode pengumpulan data primer dalam
penelitian ini adalah dengan melakukan Dalam metode stated preference ini,
survei pengamatan di lapangan terkait responden diberikan pemahaman terlebih
dengan lokasi pemetaan/ pengembangan dahulu dengan rencana angkutan kereta
pelayanan kereta api monorel di Kota api monorel di Kota Malang dengan
Malang dan survei wawancara kepada karakteristik sebagai berikut:
masyarakat dengan menggunakan teknik a. jadwal operasi teratur dengan
stated preference. frekuensi 10 menit sekali;
b. mempunyai jalur sendiri;
2. Data Sekunder c. beroperasi pada jaringan utama;
Metode pengumpulan data sekunder d. monorel menggunakan AC dan
dalam penelitian ini adalah dengan bersih;
menginventarisasi dokumen kebijakan e. stasiun yang modern, nyaman, dan
pemerintah, baik pusat maupun daerah, aman.

140 Jurnal Penelitian Transportasi Darat, Volume 17, Nomor 3, September 2015: 137-146
Dengan gambaran karakteristik kereta api c. Skenario 3
monorel di atas, maka responden diminta 1) Waktu tempuh 15 menit lebih
untuk memilih apakah nanti akan beralih cepat, harga Rp. 6.000,-;
menggunakan kereta api monorel atau 2) Waktu tempuh 15 menit lebih
tidak dengan perbandingan waktu tempuh cepat, harga Rp. 7.000,-;
moda yang sering dipakai dengan kondisi 3) Waktu tempuh 15 menit lebih
kereta api monorel sebagai berikut: cepat, harga Rp. 8.000,-.
a. Skenario 1
HASIL DAN PEMBAHASAN
1) Waktu tempuh 5 menit lebih
cepat, harga Rp. 5.000,-; A. Rencana Pemetaan Jalur dan Stasiun
2) Waktu tempuh 5 menit lebih Kereta Api Monorel di Kota Malang
cepat, harga Rp. 6.000,-; Berdasarkan Rencana Induk Lalu Lintas dan
3) Waktu tempuh 5 menit lebih Angkutan Jalan Kota Malang 2013, telah
cepat, harga Rp. 7.000,-. ditetapkan pengembangan koridor kereta api
b. Skenario 2 monorel untuk melayani perpindahan orang.
1) Waktu tempuh 10 menit lebih Namun, dalam rencana induk tersebut tidak
cepat, harga Rp. 5.500,-; dijelaskan secara rinci mengenai lokasi jalur
2) Waktu tempuh 10 menit lebih dan stasiun kereta api monorel yang akan
cepat, harga Rp. 6.500,-; dibangun. Oleh karena itu, dilakukan survei
3) Waktu tempuh 10 menit lebih pengamatan di lapangan terkait dengan lokasi
cepat, harga Rp. 7.500,-. pemetaan/ pengembangan pelayanan kereta api
monorel di Kota Malang.

Sumber: Rencana Induk Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kota Malang 2013, diolah.
Gambar 5.
Rencana Pengembangan Koridor Kereta Api Monorel di Kota Malang.

Preferensi Masyarakat Terhadap Rencana Angkutan KA Monorel di Kota Malang, Yogi Arisandi 141
Sumber: Hasil Survei, 2014
Gambar 6.
Rencana Pemetaan Jalur Dan Stasiun Kereta Api Monorel di Kota Malang.
Dari hasil survei pengamatan di lapangan yang Dari pemetaan jalur dan stasiun tersebut, dapat
dilakukan, ditetapkan lokasi jalur dan stasiun diketahui jarak antar stasiun guna mengetahui
kereta api monorel di Kota Malang. Lokasi berapa panjang jalur keseluruhan. Total
jalur ditentukan dengan mengikuti koridor panjang jalur dari hasil pemetaan adalah
yang telah direncanakan (Rencana Induk LLAJ 29,2659 km yang terdiri dari 9 stasiun. Nama
Kota Malang) dan lokasi stasiun ditentukan stasiun kereta api monorel menggunakan nama
berdasarkan lokasi yang sesuai untuk zona yang telah ditetapkan Rencana Induk
pembangunan stasiun. LLAJ Kota Malang 2013.

Tabel 1.
Jarak Antar Stasiun Kereta Api Monorel

No. Stasiun Jarak (km) Total (km)

Koridor 1
1 Stasiun Landungsari - Stasiun 8 3,9894
2 Stasiun 8 - Stasiun 1 5,1739
3 Stasiun 1 - Stasiun 11 2,0809
4 Stasiun 11 - Stasiun 12 (a) 2,2355 13,4797
Koridor 2
5 Stasiun 23 - Stasiun 24 2,6040
6 Stasiun 24 - Stasiun 12 6,7155
7 Stasiun 12 - Stasiun 11 (b) 2,2355
8 Stasiun 11 - Stasiun 13 1,7151
9 Stasiun 13 - Stasiun 14 2,5161 15,7862
Total 29,2659
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2014

142 Jurnal Penelitian Transportasi Darat, Volume 17, Nomor 3, September 2015: 137-146
B. Stated Preference Masyarakat Terhadap 3) Biaya perjalanan per hari
Rencana Angkutan Kereta Api Monorel di Biaya p e r j al a n an per hari
Kota Malang responden pengguna sepeda
Survei stated preference dilakukan di beberapa motor adalah < 5.000 sebanyak
zona yang merupakan zona tempat rencana 11 responden (22%), 5.000-
pembangunan stasiun. Responden dalam 10.000 sebanyak 34 (68%), dan
penelitian ini merupakan pengguna sepeda > 10.000 sebanyak 5 responden
motor dan angkutan umum (angkot). Jumlah (10%). B er d a sa r ka n biaya
sampel yang diambil adalah sebanyak 50 perjalanan, dapat diketahui
responden untuk masing-masing pengguna bahwa biaya perjalanan yang
moda (sepeda motor dan angkot). Jumlah dikeluarkan pengguna sepeda
sampel tersebut mengacu pada penentuan motor adalah berkisar antara
jumlah sampel sebagai berikut. Rp. 5.000,- s.d. Rp. 10.000,- per
hari.
“Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang
dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan 4) Waktu tempuh
penelitian” (Gay & Diehl, 1992) W a kt u t e mp u h responden
pengguna sepeda motor adalah
“Ukuran s am p e l y a n g l a y a k d a l am
≤ 14 menit 1 responden (2%),
penelitian adalah antara 30 sampai dengan
15-29 menit sebanyak 14
500” (Roscoe dalam Sugiono, 2010)
responden (28%), 30-44 menit
1. Pengguna Sepeda Motor sebanyak 27 responden (54%)
dan ≥ 45 menit sebanyak 8
a. Karakteristik Responden
responden (16%). Berdasarkan
1) Jenis Kelamin waktu tempuh, dapat diketahui
bahwa waktu tempuh yang
J e n i s ke l a mi n responden
dibutuhkan responden adalah
pengguna sepeda motor adalah berkisar antara 15 s.d. 44 menit.
laki-laki sebanyak 30 responden
(60%) dan perempuan 20 b. Stated Preference
responden (40%). Berdasarkan P r e f e r en s i r e s po n d e n d a l a m
jenis kelamin, dapat diketahui penelitian ini merupakan jawaban
bahwa laki-laki lebih banyak dari responden pengguna sepeda
menjadi p e n ggu n a sepeda motor berdasarkan rencana angkutan
motor dibandingkan dengan kereta api monorel di Kota Malang
perempuan. Hal tersebut dapat dengan karakteristik sebagai berikut:
terjadi karena laki-laki lebih
memilih untuk menggunakan 1) jadwal operasi teratur dengan
frekuensi 10 menit sekali;
kendaraan sepeda motor karena
waktu tempuh lebih cepat dan 2) mempunyai jalur sendiri;
fleksibel.
3) beroperasi p a d a j ar i n ga n
2) Umur utama;
Umur responden pengguna 4) monorel menggunakan AC dan
sepeda motor adalah ≤ 20 tahun bersih;
sebanyak 8 responden (16%),
5) stasiun yang modern, nyaman,
21-39 tahun sebanyak 27
dan aman.
responden (54%), 40-59 tahun
sebanyak 13 responden (26%), Dengan mengetahui karakteristik
dan ≥ 60 tahun sebanyak 2 kereta api monorel tersebut, maka
responden (4%). Berdasarkan responden pengguna sepeda motor
umur, dapat diketahui bahwa dapat memilih apakah akan “tetap
usia produktif yang berkisar menggunakan kendaraan saat ini”
antara 21 s.d. 59 tahun adalah atau “beralih menggunakan kereta
pengguna sepeda motor yang api monorel” d e n ga n beberapa
dominan dibanding dengan usia skenario kondisi kereta api monorel.
yang kurang produktif.

Preferensi Masyarakat Terhadap Rencana Angkutan KA Monorel di Kota Malang, Yogi Arisandi 143
Tabel 2.
Stated Preference Pengguna Sepeda Motor

Skenario 1 Tetap Beralih


Waktu tempuh 5 menit lebih cepat, harga Rp. 5.000,- 26,0% 74,0%
Waktu tempuh 5 menit lebih cepat, harga Rp. 6.000,- 54,0% 46,0%
Waktu tempuh 5 menit lebih cepat, harga Rp. 7.000,- 66,0% 34,0%
Skenario 2 Tetap Beralih
Waktu tempuh 10 menit lebih cepat, harga Rp. 5.500,- 54,0% 46,0%
Waktu tempuh 10 menit lebih cepat, harga Rp. 6.500,- 56,0% 44,0%
Waktu tempuh 10 menit lebih cepat, harga Rp. 7.500,- 74,0% 26,0%

Skenario 3 Tetap Beralih


Waktu tempuh 15 menit lebih cepat, harga Rp. 6.000,- 54,0% 46,0%
Waktu tempuh 15 menit lebih cepat, harga Rp. 7.000,- 66,0% 34,0%
Waktu tempuh 15 menit lebih cepat, harga Rp. 8.000,- 84,0% 16,0%
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2014

Berdasarkan stated preference, dapat dalam mengendarai kendaraan


diketahui preferensi responden pribadi.
pengguna sepeda motor pada setiap
2) Umur
s ke n a r i o. P a da s ke na r i o 1 ,
menunjukkan bahwa responden Umur responden pengguna
hanya akan beralih ke kereta api angkutan umum adalah ≤ 20
monorel apabila harga tiket kereta tahun sebanyak 7 responden
api monorel sebesar Rp. 5.000,-. (14%), 21-39 tahun sebanyak
Pada skenario 2 dan 3, menunjukkan 23 orang (46%), 40-59 tahun
bahwa responden tidak akan beralih sebanyak 16 responden (32%),
menggunakan kereta api monorel. dan ≥ 60 tahun sebanyak 4
Berdasarkan hal tersebut, dapat orang (8%). Berdasarkan umur,
disimpulkan bahwa waktu tempuh dapat diketahui bahwa usia
yang lebih cepat (5 menit, 10 menit, produktif yang berkisar antara
dan 15 menit) tidak berpengaruh 2 1 s . d . 5 9 t a h u n a d al a h
terhadap preferensi responden dalam pengguna angkutan umum yang
memilih kereta api monorel. Namun dominan.
harga yang relatif terjangkau dapat
me mb u a t r e sp o n d e n b e r al i h 3) Biaya perjalanan per hari
menggunakan kereta api monorel. Biaya p e r j a l a n a n p er hari
2. Pengguna Angkutan Umum (Angkot) responden pengguna angkutan
umum adalah < 5.000 sebanyak
a. Karakteristik responden 26 orang (52%), 5.000-10.000
sebanyak 21 responden (42%),
1) Jenis Kelamin
dan > 10.000 3 orang (6%).
Jenis ke l a mi n r e s po n de n Berdasarkan biaya perjalanan,
pengguna angkutan umum dapat diketahui bahwa biaya
adalah laki-laki sebanyak 24 perjalanan yang dikeluarkan
orang (48%) dan perempuan 26 pengguna angkutan umum
orang (52%). Berdasarkan jenis adalah kurang dari Rp. 10.000,-
kelamin, dapat diketahui bahwa per hari.
perempuan relatif lebih banyak
4) Waktu tempuh
menjadi pengguna angkutan
umum dibandingkan dengan Waktu tempuh r e s p o n de n
laki-laki. Hal tersebut dapat pengguna angkutan umum
terjadi karena perempuan pada adalah ≤ 14 menit sebanyak 3
umumnya kurang menguasai responden (6%), 15-29 menit
144 Jurnal Penelitian Transportasi Darat, Volume 17, Nomor 3, September 2015: 137-146
sebanyak 16 orang (32%), 30- dari responden pengguna angkutan
44 menit sebanyak 20 orang umum berdasarkan rencana angkutan
(40%) dan ≥ 45 menit sebanyak kereta api monorel di Kota Malang
11 orang (22%). Berdasarkan dengan karakteristik sebagai berikut:
waktu tempuh, dapat diketahui
1) Jadwal operasi teratur dengan
bahwa waktu tempuh yang
frekuensi 10 menit sekali;
dibutuhkan oleh responden
pengguna angkutan umum 2) Mempunyai jalur sendiri;
adalah berkisar antara 15 s.d. 44 3) Beroperasi pada jaringan
menit. Namun, masih terdapat utama;
beberapa pengguna angkutan
umum yang menempuh waktu 4) Monorel menggunakan AC dan
lebih dari 45 menit. bersih;
b. Stated Preference 5) Stasiun yang modern, nyaman,
dan aman.
P r e f e r en s i r e s p o n de n d a l a m
penelitian ini merupakan jawaban
Tabel 3.
Stated Preference Pengguna Angkutan Umum

Skenario 1 Tetap Beralih

Waktu tempuh 5 menit lebih cepat, harga Rp. 5.000,- 46,0% 54,0%
Waktu tempuh 5 menit lebih cepat, harga Rp. 6.000,- 66,0% 34,0%
Waktu tempuh 5 menit lebih cepat, harga Rp. 7.000,- 78,0% 22,0%
Skenario 2 Tetap Beralih
Waktu tempuh 10 menit lebih cepat, harga Rp. 5.500,- 68,0% 32,0%
Waktu tempuh 10 menit lebih cepat, harga Rp. 6.500,- 72,0% 28,0%
Waktu tempuh 10 menit lebih cepat, harga Rp. 7.500,- 82,0% 18,0%

Skenario 3 Tetap Beralih


Waktu tempuh 15 menit lebih cepat, harga Rp. 6.000,- 76,0% 24,0%
Waktu tempuh 15 menit lebih cepat, harga Rp. 7.000,- 82,0% 18,0%
Waktu tempuh 15 menit lebih cepat, harga Rp. 8.000,- 92,0% 8,0%
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2014

Dengan mengetahui karakteristik Berdasarkan hal tersebut, dapat


kereta api monorel tersebut, maka disimpulkan bahwa waktu tempuh
responden pengguna angkutan yang lebih cepat (5 menit, 10 menit,
umum dapat memilih apakah akan dan 15 menit) tidak berpengaruh
“tetap menggunakan kendaraan saat terhadap preferensi responden dalam
ini” atau “beralih menggunakan memilih kereta api monorel. Namun
kereta api monorel” dengan beberapa harga yang relatif terjangkau dapat
skenario kondisi kereta api monorel. me mb u a t r e sp o n d e n b e r al i h
menggunakan kereta api monorel.
Berdasarkan stated preference, dapat
diketahui preferensi responden KESIMPULAN
pengguna angutan umum pada setiap
s ke n a r i o. P a da s ke n a r i o 1, Berdasarkan hasil survei pengamatan di lapangan,
menunjukkan bahwa responden dapat disimpulkan bahwa rencana pembangunan
hanya akan beralih ke kereta api kereta api monorel terdiri atas 2 (dua) koridor.
monorel apabila harga tiket kereta Koridor pertama adalah Stasiun Landungsari -
api monorel sebesar Rp. 5.000,-. Stasiun 8 - Stasiun 1 - Stasiun 11 - Stasiun 12
Pada skenario 2 dan 3, menunjukkan dengan panjang jalur 13,4797 km dan koridor kedua
bahwa responden tidak akan beralih adalah Stasiun 23 - Stasiun 24 - Stasiun 12 - Stasiun
menggunakan kereta api monorel. 11 - Satsiun 13 - Stasiun 14 dengan panjang

Preferensi Masyarakat Terhadap Rencana Angkutan KA Monorel di Kota Malang, Yogi Arisandi 145
jalur 15,7862 km. Total panjang jalur koridor 1 dan DAFTAR PUSTAKA
koridor 2 adalah 29,2659 km. Gay, L. R., & Diehl, P. L. 1992. Research Methods for
Berdasarkan analisis stated preference, dapat Business and Management. New York: MacMilan
disimpulkan bahwa waktu tempuh bukan Publishing Company.
merupakan faktor utama bagi pengguna sepeda Kamaludin, Rustian. 2003. Ekonomi Transportasi.
motor maupun pengguna angkutan umum untuk Jakarta: Ghalia Indonesia.
beralih menggunakan kereta api monorel. Namun, Miro, F. 2005. Perencanaan Transportasi Untuk
tarif/harga tiket kereta api monorel yang relatif Mahasiswa, Perencana, dan Praktisi. Jakarta:
terjangkau dapat membuat pengguna sepeda motor Erlangga.
dan angkutan umum beralih menggunakan kereta
api monorel. Nazir, M. 2005. Metodologi Penelitian. Bogor: Ghalia
Indonesia.
SARAN Pemerintah Daerah Kota Malang. 2013. Rencana Induk
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kota Malang 2013.
Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai Malang.
kelayakan kereta api monorel di Kota Malang dan
perhitungan subsidi agar harga tiket kereta api Permain, D., & Swanson, J. 1991. Stated Preference
Techniques : A Guide To Practice. London: Steer
monorel dapat diterima masyarakat di Kota
Davies Gleave and Haque Consulting Group.
Malang. Untuk menyempurnakan perencanaan
kereta api monorel di Kota Malang, perlu Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan.
dilakukan diskusi secara intensif dengan Bandung: Alfabeta.
stakeholder yang terlibat agar perencanaan kereta Warpani, S. 1990. Merencanakan Sistem Perangkutan.
api monorel berjalan dengan baik dan dapat Bandung: Institut Teknologi Bandung.
diterima oleh semua pihak.
Pemerintah Republik Indonesia. 2007. Undang Undang
Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian.
UCAPAN TERIMA KASIH Jakarta.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Prof. Ir. Kementerian Perhubungan. 2014. Peraturan Menteri
Harnen Sulistio, M.Sc., Ph.D., Ir. Achmad Perhubungan Nomor: PM.37 Tahun 2014 tentang
Wicaksono, M.Eng., Ph.D., dan Ir. Ludfi Djakfar, Standar Spesifikasi Teknis Sarana Kereta Api
MSCE., Ph.D. yang telah memberikan bimbingan Monorel. Jakarta.
dan arahan dalam penelitian ini.

146 Jurnal Penelitian Transportasi Darat, Volume 17, Nomor 3, September 2015: 137-146

Anda mungkin juga menyukai