Anda di halaman 1dari 9

Sistem Pengendalian Manajemen

“Pengukuran Kinerja”

Dosen Pengampu : Intan Putri Azhari,SE.,M.Acc

DISUSUN OLEH :

1. PUTRI YOLANDARI 190301057


2. ADZRA HANIFAH SURI 190301065
3. AZIZAH FADILLAH 190301069
4. YEFNIRA ARISKA 190301071
5. DESI MASRIKA PUSPA 190301101

AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengendalian manajemen berhubungan dengan arah kegiatan manajemen sesuai dengan


garis besar pedoman yang sudah ditentukan dalam proses perencanaan strategi. Sistem
pengendalain manajemen meramalakan besarnya penjualan dan biaya untuk tiap level aktifitas,
anggaran, evaluasi kinerja dan motifasi karyawan. Dalam era globalisasi saat ini perkembangan
industri dan perekonomian harus diimbangioleh kinerja karyawan yang baik sehingga dapat
tercipta dan tercapainya tujuan-tujuan yangingin dicapai. Salah satu persoalan penting dalam
pengelolaan sumber daya manusia (pegawai) dalam organisasi adalah mengukur kinerja
pegawai. Pengukuran kinerja dikatakan penting mengingat melalui pengukuran kinerja dapat
diketahui seberapa tepat pegawai telah menjalankan fungsinya. Ketepatan pegawai dalam dalam
menjalankan fungsinya akan sangat berpengaruh terhadap pencapaian kinerja organisasi secara
keseluruhan. Selain itu, hasil pengukuran kinerja pegawai akan memberikan informasi penting
dalam proses pengembangan pegawai. Namun, sering terjadi pengukuran dilakukansecara tidak
tepat. Ketidaktepatan ini dapat disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa faktor yang
menyebabkan ketidaktepatan pengukuran kinerja diantaranya adalah ketidakjelasan makna
kinerja yang diimplementasikan, ketidakpahaman pegawai mengenai kinerja yang diharapkan,
ketidakakuratan instrumen pengukuran kinerja, dan ketidakpedulian pimpinan organisasi dalam
pengelolaan kinerja. Pengukuran kinerja pada dasarnya digunakan untuk penilaian atas
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan, program, dan/atau kebijakan sesuai dengan
sasaran dan tujuan yang telah titetapkan dalam rangka mewujudkan misi dan visi instansi
pemerinta dan/atau organisasi. Pengukuran kinerja mencakup penetapan indikator kinerja dan
penetapan capaian indikator kinerja.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Penciptaan Nilai?
2. Bagaimana Kinerja Tindakan Pasar ?
3. Bagaimana pengukuran Akuntansi kinerja?
4. Apa itu Investasi dan Operasi Myopia ?
5. Bagaimana Ukuran Kinerja ROI ?
6. Bagaimana Pengukuran laba residual sebagai solusi yang tepat untuk masalah pengukuran
ROI?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Apa itu Penciptaan Nilai
2. Untuk mengetahui Bagaimana Kinerja Tindakan Pasar
3. Untuk mengetahui Bagaimana pengukuran Akuntansi kinerja
4. Untuk mengetahui Apa itu Investasi dan Operasi Myopia
5. Untuk mengetahui Bagaimana Ukuran Kinerja ROI
6. Untuk mengetahui Bagaimana Pengukuran laba residual sebagai solusi yang tepat untuk
masalah pengukuran ROI
BAB 2

Pembahasan

Pengukuran kinerja keuangan dan pengaruhnya

1. Penciptaan Nilai

Nilai dari aset ekonomis dapat dihitung pada waktu tertentu dengan mendiskontokan aliran
kas masa depan yang diharap akan dihasilkan oleh perusahaan berdasarkan nilai waktu dari uang
dan risiko. Karyawan dapat meningkatkan nilai dengan meningkatkan ukuran dari aliran kas
masa depan perusahaan, denganmempercepat waktu dari aliran kas atau dengan membuat
mereka lebih pasti atautidak terlalu berisiko. Perubahan nilai perusahaan pada periode yang pasti
disebut dengan labaekonomi. Memaksimalkan laba ekonomi merupakan cara alternatif untuk
menyebutdasar tujuan keuangan perusahaan yang berupaya untuk memaksimalkan nilai.
Labaekonomi merupakan bentuk yang berbeda dari laba akuntansi, dan perbedaannya tersebut
memiliki implikasi pengendalian manajemen yang penting.

2. Kinerja tindakan pasar

Salah satu cara untuk mengukur perubahan nilai adalah dengan menggunakan pengukuran
pasar dari kinerja yang didasarkan pada perubahan nilai pasar atau perusahaan. Nilai yang
diciptakan dapat diukur secara langsung pada periode tertentusebagai jumlah dari pembayaran
dividen untuk pemegang saham pada periode pengukuran yang ditambah atau dikurangi dengan
perubahan pada nilai pasar saham.Untuk perusahaan publik yang sahamnya dijual secara aktif
pada aktivitas perdagangan dan pasar modal, nilai pasar dari perusahaan biasanya dilihat sebagai
pengukuran yang paling mendekati pengukuran yang tidak sempurna dari nilaiintrinsik
sesungguhnya dari sebuah perusahaan.Pengukuran pasar memiliki daya tarik yang kuat karena
secara relatifmemberikan indikasi langsung terhadap perubahan nilai perusahaan. Jika
perubahannilai pasar diukur oleh harga transaksi sekarang yang secara aktif diperdagangkan,
pasar yang efisien, pengukuran pasar juga memiliki kelebihan lain. Untuk perusahaandagang
publik, nilai pasar tersedia dalam dasar yang tepat waktu. Namun, pengukuran pasar memiliki
beberapa keterbatasan, diantaranya :

 Pengukuran pasar terkendala masalah pengendalian, dimana pengukuran pasardapat


dipengaruhi secara signifikan oleh beberapa manajer puncak dalamorganisasi yang
memiliki kekuasaan untuk membuat keputusan yang penting.
 Nilai pasar tidak selalu menggambarkan kinerja yang sesungguhnya, meskipunnilai
hanya mewakili ekspektasi, dan hal ini dapat berisiko untuk insentif dasaryang
diperkirakan karena perkiraan tersebut mungkin bukan yang sesungguhnya.-
 Pengukuran kinerja pasar berpotensi gagal mencapai kesesuaian, dimana pasartidak
selalu memberikan informasi yang baik mengenai rencana perusahaan dan prospeknya,
baik itu aliran kas masa depan maupun risikonya

3. Pengukuran Akuntansi Kinerja

Sebagian besar organisasi didasarkan pada evaluasi manajer dan imbalan yang berat pada
standar berbasis akuntansi, pengukuran ringkasan keuangan. Berdasarkanakuntansi, ringkasan
pengukuran kinerja berasal dari dua bentuk dasar, yaitu :

 Pengukuran residual (pengukuran akuntansi laba) seperti pendapatan bersih, labaoperasi,


pendapatan sebelum bunga, pajak , depresiasi dan amortisasi (EBITDA),dan laba
residual.
 Pengukuran rasio (ROI, ROE, RONA, RARPCOC). Pengukuran ini biasanyadiambil dari
peraturan yang ditentukan oleh pengatur standar untuk tujuan pelaporan keuangan.

Keunggulan pengukuran berbasis akuntansi :

 Laba akuntansi dan return dapat diukur tepat waktu relatif dengan tepat danobjektif.
 Apabila dibandingkan dengan kuantitas lain yang dapat diukur secara tepatdan objektif
berdasarkan dasar ketepatan waktu , seperti aliran kas, pengiriman, atau penjualan,
pengukuran akuntansi paling tidak secarakonseptual sesuai dengan tujuan organisasi
untuk memaksimalkan laba.
 Pengukuran akuntansi biasanya dapat dikendalikan secara penuh oleh manajeryang
kinerjanya sedang dievaluasi.
 Pengukuran akuntansi dapat dimengerti, artinya akuntansi adalah sebuahstandar dalam
setiap sekolah bisnis, manajer telah menggunakan pengukuranselama ini dan mereka
telah sangat mengenal dengan apa yang dihasilkan oleh pengukuran serta bagaimana
mereka dapat terpengaruh

Beberapa alasan mengapa pengukuran laba akuntansi gagal untuk merefleksikan pendapatan
ekonomi secara sempurna :

 Sistem akuntansi adalah sebuah sistem yang berorientasi pada transaksi,dimana laba
akuntansi terutama penjumlahan dari pengaruh transaksinyaterjadi pada periode tertentu.
Sebagian besar perubahan pada nilai yang tidakdihasilkan dalam transaksi tidak diakui
pada akuntansi laba.
 Laba akuntansi sangat bergantung pada pilihan metode pengukuran. Berbagaimetode
pengukuran sering kali tersedia untuk menghitung kegiatan ekonomiyang sama. Metode
ini sering kali membutuhkan beberapa penilaian.
 Laba akuntansi diturunkan dari aturan pengukuran yang sering kali memiliki bias
konservatif. Aturan akuntansi memerlukan pengakuan keuntungan dan pendapatan yang
lambat tetapi pengakuan biaya dan kerugian yang cepat. Halini menyebabkan pengukuran
akuntansi tidak selalu sesuai dengan pendapatandan biaya.
 Perhitungan laba mengabaikan beberapa nilai ekonomis dan nilai perubahanyang dirasa
oleh akuntan tidak dapat diukur secara akurat dan objektif.
 Laba merefleksikan biaya modal yang dipinjam tetapi mengabaikan biaya darimodal
ekuitas. Kelalaian ini serius karena modal ekuitas biasanya lebih tinggidibandingkan
dengan modal pinjaman dan biaya dari modal ekuitas lebihtinggi untuk perusahaan
dengan saham yang fluktuatif.
 Laba akuntansi mengabaikan risiko dan perubahan pada risiko dan gambaranlaba juga
berfokus pada masa sebelumnya

4. Investasi dan operasi myopia

dalam hal akuntansi dan keuangan myopia diartikan sebagai bias atau kesalahan penilaian kinerja
dikarenakan terlalu fokus pada laba jangka pendek.Permasalahan seperti ini seringkali terjadi
pada top manajemen perusahaan. Top manajemen perusahaan setiap periode baik interim
maupun tahunan pasti melakukan pengkuruan kinerja, untuk mengetahui apakah target kinerja
yang telah mereka rencanakan sebelumnya tercapai atau tidak.

Pengukuran kinerja perusahaan seringkali diukur dari besar kecilnya laba yang diperoleh.
Laba terdapat dalam laporan keuangan, laporan laba rugi. Selain itu dikuru juga dari ketersediaan
kas, karena percuma kalau hanya laba tinggi tetapi tidak dapat dicairkan, atau piutang yang tidak
dapat ditagih. Apabila top manajemen hanya fokus pada pencapaian target laba, dilihat dari
periode satu tahun apalagi interim, maka apabila terget tersebut tidak tercapai, dianggap kinerja
dari perusahaan tidak baik. Padahal akan lebih baik kalau perusahaan juga fokus pada hal lain
terutama intangible asset. Contohnya seperti ini: Suatu perusahaan manufaktur pemain baru di
bidang industri eletronik memproduksi merk baru. Sementara dalam industri tersebut sudah
banyak pemain lama yang sudah mapan, mempunyai pelanggan loyal yang jumlahnya banyak
dan brand image, merk dagang yang sudah terkenal. Akan tidak bijak apabila manajemen
perusahaan hanya fokus pada penjualan dan laba jangka pendek, karena dalam jangka pendek
tentu tidak dapat mengharapkan penjualan yang langsung tinggi. Team marketing perusahaan
harus memulai dari membangun brand image merk terlebih dahulu. Membangun brand image
merupakan salah satu fungsi dari baruran pemasaran, yaitu promosi. Promosi adalah kegiatan
bauran pemasaran yang tentunya membutuhkan biaya. Perusahaan jangan melihat ini sebagai
expense belaka, tetapi harus melihatnya sebagai investasi jangka panjang untuk membangun
brand image perusahaan.
Beberapa pendekatan untuk mengatasi myopia, diantaranya adalah berikut ini:

Menggantikan pengukuran akuntansi dengan penggerak nilai kinerja, mengubah atas apa yang
diukur (penciptaan nilai bagi pemegang saham bukannya pendapatan akuntansi),

Menggunakan peninjauan pre-action untuk mengendalikan pengembangan yang meliputi


investasi jangka panjang,

Menyesuaikan atau meningkatkan pengukuran akuntansi agar mencerminkan pendapatan


ekonomis secara lebih baik,

Memperpanjang rentang di mana kinerja diukur dan dihargai

Pengurangan tekanan untuk keuntungan jangka pendek.

Pengukuran kinerja dapat dilakukan per periode bulan atau tahun, namun demikian, perusahaan
juga perlu untuk menerapkan pengukuran jangka panjang dan juag mempertimbangkan faktor
intangible asset sebagai investasi jangka panjang.

5. Ukuran kinerja ROI

Return pada Apa?


ROI merupakan rasio dari laba akuntansi yang dihasilkan oleh divisi dibagi dengan
investasi yang ada dalam divisi. Perusahaan yang terbagi menjadi divisi-divisi biasanya
menggunakan beberapa bentuk dari berbagai kemungkinan pengukuran ROI untuk
mengevaluasi kinerja divisi. ROI juga bermanfaat untuk menghubungkan kinerja pada berbagai
tingkat organisasi.
Bentuk sesungguhnya dari tipe rasio ROI yakni bahwa perusahaan menggunakannya
secara luas. Diantarayang paling umum adalah ROI,ROE, ROCE, RONA. Pada rasio ini, baik
pembilang maupun penyebut dapat mencakup seluruh atau hanya satu subset dari item yang
merefleksikan laporan keuangan perusahaan.
Tipe pengukuran ROI digunakan secara luas karena memberikan beberapa keunggulan
yang signifikan. Pertama, ROI menyediakan sebuah pengukuran yang komprehensif yang
menggambarkan tradeoff yang harus dibuat antara pendapatan, biaya, dan investasi. Kedua,
mereka memberikan bilangan pembagi yang dapat digunakan untuk membandingkan return
pada bisnis yang berbeda. Ketiga, karena mereka ditunjukkan dalam bentuk persentase, mereka
memberikan kesan bahwa ROI dapat dibandingkan dengan return keuangan lainnya. Terakhir,
Pengukuran ROI telah digunakan selama ini pada berbagai tempat, dan hamper semua manajer
memahami apa yang digambarkan oleh pengukuran dan bagaimana mereka dapat terpengaruhi.

Masalah yang Disebabkan oleh Tipe Pengukuran ROI


Ketergantungan penuh pada pengukuran ROI dalam sistem pengendalian hasil dapat
menyebabkan beberapa masalah. Salah satu masalah terkait dengan pembilang dalam
pengukuran ROI, yaitu mengenai laba akuntansi. ROI memiliki keterbatasan pengukuran laba,
seperti kecenderungan untuk menghasilkan myopia manajemen. Keterbatasan kedua adalah
tendensi pengukuran yang menyebabkan suboptimisasi. Fokus yang sempit pada ROI dapat
membawa manajer divisi untuk membuat keputusan memperbaiki ROI divisi meskipun
keputusannya tidak sesuai dengan kepentingan yang terbaik bagi perusahaan.

Suboptimisasi
Pengukuran ROI dapat menciptakan masalah suboptimisi dengan mendorong manajer
untuk membuat investasi yang membuat divisi mereka terlihat baik meskipun investasi tidak
sesuai dengan kepentingan terbaik bagi perusahaan.

Sinyal Kinerja yang Menyesatkan


Kesulitan dalam mengukur penyebut dari pengukuran ROI, biasanya berkaitan dengan
aset tetap, yang dapat memberikan sinyal yang salah mengenai kinerja pusat investasi. Nilai aset
yang ditunjukkan dalam laporan posisi keuangan tidak selalu mewakili nilai sesungguhnya yang
tersedia bagi manajer terhadap return sekarang. Aset ditambahkan pada bisnis pada berbagai
waktu dimasa lalu, di bawah berbagai kondisi pasar dan berbagai kekuatan penjualan dari unit
moneter.
Ciri dari pengukuran ini menyebabkan manajer yang menggunakan tipe pengukuran ROI
memulai keputusan yang salah :
 Mereka mendorong manajer divisi untuk mempertahankan aset lebih dari umur ekonomisnya
dan tidak berinvestasi pada aset baru yang akan menaikkan penyebut dari perhitungan ROI.
 Mereka dapat menyebabkan manajer perusahaan untuk mengalokasikan sumber daya secara
berlebihan untuk divisi dengan aset yang lebih lama karena tampaknya relatif lebih
menguntungkan.
 Mereka dapat berkontribusi pada masalah dan keceenderungan untuk alokasi modal
setidaknya melekat pada keberhasilan divisi yakni divisi yang secara potensi menciptakan
nilai.

6. Pengukuran laba residual sebagai solusi yang tepat untuk masalah pengukuran ROI

Sejumlah peneliti dan konsultan memiliki argumen bahwa penggunaan dari pengukuran
laba residual dapat membantu mengatasi keterbatasan suboptimisasi dari ROI. Laba residual
dihitung dengan mengurangkan laba dari perubahan modal untuk aset bersih yang ada pada pusat
investasi. Modal yang sama untuk rata - rata biaya modal perusahaan yang tertimbang. Secara
konseptual, sebuah argument dapat dibuat untuk menyesuaikan tingkat biaya modal untuk
masing-masing risiko pusat investasi sehingga membuat sistem pengukuran kinerja konsisten
dengan system pengganggaran modal.
Sebuah perusahaan konsultasi, Stern Stewart & Company, merekomendasikan sebuah
pengukuran yang disebut dengan Economic Value Added (EVA™) yang mengombinasikan
beberapa modifikasi model standar akuntansi pada tipe pengukuran laba residual.
Formula umum dari EVA adalah :
EVA = laba operasi bersih setelah pajak yang dimodifikasi –(total modal yang dimodifikasi ×
rata-rata tertimbang biaya modal)
Secara ringkas EVA mungkin memiliki kesesuaian karakteristik yang lebih baik pada
beberapa industri ketika serangkaian penyesuaian yang dipilih dengan hati-hati dan tidak terlalu
rumit dibuat untuk pengukuran laba akuntansi secara tradisional. Eva juga menunjukkan fitur
dari pengukuran umum laba residual. Mungkin tidak mengeratkan dapat dikatakan bahwa EVA
menjadi obat mujarab bagi pengukuran dan idealnnya.
BAB 3
PENUTUP

Kesimpulan

Suatu system pengukuran kinerja menyediakan suatu mekanisme untuk mengaitkan strategi
dengan tindakan. Sistem tersebut beroperasi berdasarkan asumsi bahwa ukuran-ukuran keuangan
saja tidak cukup untuk mnegoperasikan suatu organisasi dan bahwa perlu diberikan perhatian
khusus pada pengembangan ukuran-ukuran non keuangan yang canggih. Scorecard
menggunakan beragam jenis ukuran, yang berbeda, termasuk hasil dan pemicu, keuangan dan
non keuangan, serta internal dan eksternal. Keyakinan kunci dibalik scorecard ini adalah bahwa
pengukuran akan memicu perubahan ketika organisasi tersebut bertindak sesuai dengan apa yang
diukur, Banyak kesulitan yang mungkin dihadapi oleh suatu perusahaan ketika mencoba untuk
menerapkan suatu scorecard: korelasi yang buruk antara ukuran hasil dan pemicu, terpaku pada
hasil keuangan, tidak adanya mekanisme untuk melakukan perbaikan, kegagalan untuk
memperbarui ukuran, terlalu banyak ukuran, serta kesuliatan dalam membuat pertukaran.Peran
utama dari pengendalian manajemen adalah untuk membantu melaksanakan strategi yang dipilih.
Industri-industri yang lingkungannya berubah sangat pesat, informasi pengendalian manajemen
juga dapat menyediakan alat bagi manajer untuk berpikir mengenai strategi baru, ini yang
disebut dengan pengendalian interaktif. Pengendalian interaktif bukanlah system yang terpisah
tetapi merupakan bagian yang integral dengan systempengendalian manajemen, informasi
pengendalian interaktif cenderung bersifat non keuangan.

Anda mungkin juga menyukai