DAN PENGARUHNYA
Paper mata kuliah Sistem Pengendalian Manajemen
Disusun Oleh:
Febriantono Nur Pratama (12)
Ikhsantino Akbar (15)
Muhammad Arafiq (20)
Tri Kristia M (28)
Kelas 8F DIV Akuntansi
2015
BAB 10
PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN DAN PENGARUHNYA
industri, tindakan yang diambil oleh pesaing, sama halnya dengan kondisi pasar
saham secara umum.
Kedua, nilai pasar juga tidak selalu menggambarkan kinerja yang sesungguhnya.
Meskipun nilai hanya mewakili ekspektasi, dan hal ini dapat berisiko untuk
insentif dasar yang diperkirakan karena perkiraan tersebut mungkin bukan yang
sesungguhnya. Misal, pasar dapat menciptakan reaksi berlebihan pada kabar
atau berita (secara langsung, baik berita positif maupun negatif), seperti
pengangkatan CEO yang baru atau berita mengenai merger proyek utama, atau
bahkan pengumuman pendapatan. Hal ini terkadang dapat mengakibatkan
harapan manajer dan harapan pasar tidak selalu sama, dan harapan tidak selalu
sama dengan kenyataan. Penilaian pasar tidak selalu merefleksikan secara
penuh nilai perusahaan sehingga keputusan atau transaksi pada periode
tertentu, seperti pada pemberian atau penggunaan opsi saham dapat
dipengaruhi oleh perbedaan tersebut.
Ketiga, masih berhubungan dengan hal tadi, masalah pengukuran kinerja pasar
sebenarnya berpotensi gagal mencapai kesesuaian. Pasar tidak selalu
memberikan informasi yang baik mengenai rencana perusahaan dan
prospeknya, baik itu aliran kas masa depan maupun risikonya. Untuk alasan
persaingan, perusahaan seringkali menghilangkan informasi mengenai
produktifitas R&D, penetapan harga & sourcing, kualitas produk dan proses,
kepuasan konsumen, serta kemungkinan pemberhentian sementara sebagai
sebuah hal yang rahasia. Perubahan pasar tidak dapat merefleksikan informasi
yang tidak tersedia. Jika ukuran imbalan dihubungkan dengan perubahan pasar,
manajer
mungkin
berupaya
untuk
mengungkapkan
informasi
yang
mempengaruhi perubahan walaupun beberapa pengungkapan dapat merugikan
perusahaan.
Di beberapa negara berkembang, saran-saran untuk memberi imbalan pada
manajer didasarkan pada penilaian pasar saham yang berubah dan biasanya
dicirikan dengan sikap skeptis. Oleh karena peraturan di beberapa negara tidak
selalu bisa dibangun dan didorong dengan baik sepeti pada negara berkembang,
manajer dapat mengukur waktu atau mengarahkan penjelasan mereka untuk
mempengaruhi perubahan pasar dan investor besar dapat memanipulasi pasar.
Selain itu, pengukuran pasar hanya tersedia untuk publicly-traded firms,
pengukuran tidak tersedia untuk bagian, divisi, atau cabang perusahaan, dan
tidak dapat diterapkan pada organisasi yang tidak berorientasi laba.
Keterbasan-keterbatasan pada pengukuran pasar menyebabkan organisasi untuk
mencari pengganti pengukuran kinerja. Pengukuran akuntansi, khususnya
akuntansi laba dan return adalah pengganti yang sangat penting digunakan,
terutama pada level manajemen yang berada di bawah tim manajemen puncak.
PENGUKURAN KINERJA AKUNTANSI
Secara tradisional, sebagian organisasi mendasarkan evaluasi dan penghargaan
manajer pada ringkasan kinerja keuangan yang sesuai dengan standar. Salah
satu studi mendapati bahwa 161 dari 177 perusahaan sampel memasukan
paling tidak satu ringkasan kinerja keuangan sebagai dasar bonus tahunan.
Ringkasan akuntansi atau pengukuran kinerja keuangan terbagi dalam 2 bentuk,
yaitu:
1. Ukuran residual atau accounting profit measures, seperti pendapatan bersih,
laba operational, pendapatan residual, dan EBITDA.
2. Ukuran rasio atau accounting return measures, seperti return on investment
(ROI), return on equity (ROE), return in net assets (RONA), dan risk adjusted
return on capital (RAROC).
Dalam hal penerapan enterprise risk management untuk meningkatkan value of
the firm, sebuah perusahaan dapat menggunakan sebuah metode dalam
pengukuran kinerja berbasis risiko, yaitu (RAPM) Risk Adjusted Performance
Measurement. RAPM menggunakan indikator RAROC (Risk Adjusted Return on
Capital), yaitu sebuah indikator untuk mengukur seberapa besar tingkat
keuntungan yang dihasilkan oleh suatu Strategic Business Unit (SBU) dalam
perusahaan dibandingkan dengan modal yang dialokasikan oleh investor kepada
SBU tersebut.
(chalper 11). Dengan kata lain, keuntungan akuntansi relatif tidak terlalu penting
pada perusahaan yang baru berdiri, karena mereka perlu lebih fokus pada tujuan
jangka panjang.
Pengukuran keuntungan akuntansi tidak selalu menggambarkan keuntungan
ekonomi. Banyak hal yang mempengaruhi keuntungan akuntansi tapi tidak
berpengaruh terhadap keuntungan ekonomi, dan begitu juga sebaliknya. Hal ini
disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
1. Sistem akuntansi berorientasi pada transaksi. Keuntungan akuntansi
didapatkan dari selisih atau jumlah nominal dari transaksi pada jangka waktu
tertentu. Perubahan terhadap nilai perusahaan yang tidak menghasilkan atau
didasarkan pada transaksi tidak masuk pada pendapatan.
2. Keuntungan akuntansi sangat tergantung pada metode pengukuran yang
digunakan. Beberapa metode pengukuran biasanya tersedia untuk even
ekonomi tertentu. Misalnya dalam penyusutan aset, terdapat beberapa
metode seperti garis lurus atau saldo berganda.
3. Keuntungan akuntansi diukur secara lebih konservatif, yaitu cepat dalam
mengakui beban dan kerugian, namun lebih lambat dalam mengakui
keuntungan dan pendapatan. Oleh karena itu, pengukuran akuntansi tidak
sepenuhnya cocok dengan pendapatan dan beban.
4. Perhitungan keuntungan akuntansi mengabaikan beberapa nilai ekonomi dan
perubahan nilai yang dirasa tidak dapat diukur dengan tepat dan objektif.
Contohnya adalah investasi dalam aset tak berwujud seperti research in
progress, sumber daya manusia, dan sistem informasi dibebankan secara
langsung, tapi aset tersebut tidak dicatat pada neraca.
5. Keuntungan akuntansi mengabaikan biaya investasi pada modal kerja.
Kadang manajer meningkatkan penjualan dan keuntungannya dengan
melakukan investasi yang buruk pada persediaan tambahan, tapi biaya
tersebut tidak muncul pada laporan laba rugi.
6. Keuntungan akuntansi mengabaikan resiko dan perubahan resiko.
Perusahaan yang tidak mengubah pola atau timing arus kas di masa depan
yang diharapkan tapi telah membuat arus kas lebih pasti (kurang beresiko)
telah meningkatkan nilai ekonomisnya, tapi perubahan ini tidak dapat
digambarkan di keuntungan akuntansi.
7. Keuntungan akuntansi fokus pada masa lalu. Nilai ekonomis didasarkan pada
arus kas masa depan, dan tidak ada garansi kinerja di masa lalu dapat
dijadikan indikator atas kinerja di masa depan.
Berbagai alasan mengapa keuntungan akuntansi tidak sama dengan keuntungan
ekonomi menyebabkan beberapa kritik untuk tidak menggunakan pengukuran
kinerja akuntansi. Tapi sebagian besar manajer melihat bahwa keuntungan dari
pengukuran akuntansi lebih banyak daripada kekuranganya sehingga tetap
menggunakanya. Tetapi harus disadari bahwa memotivasi manajer untuk
memaksimalkan keuntungan atau pengembalian akuntansi daripada nilai
ekonomi, dapat menimbulkan sejumlah masalah perilaku. Salah satunya adalah
myopia atau secara harfiah berarti kerabunan. Manajer yang berfokus pada
keuntungan atau pengembalian akuntansi dalam jangka pendek cenderung
selalu berusaha meningkatkan keuntungan bulanan, triwulanan, atau tahunan.
Saat manajer terlalu berorientasi pada jangka pendek, yaitu lebih fokus pada
keuntungan jangka pendek daripada penciptaan nilai jangka panjang, manajer
disebut myopic atau rabun.
INVESTASI DAN OPERASIONAL MYOPIA
Pengukuran kinerja akuntansi dapat menyebabkan manajer bertindak secara
rabun dalam melakukan investasi atau mengambil keputusan operasional.
Manajer yang bertindak secara rabun akan mengurangi atau menunda investasi
yang menjajikan pengembalian pada periode pengukuran masa depan, bahkan
saat investasi tersebut jelas memiliki nilai bersih sekarang yang positif. Hal ini
disebut investasi rabun.
Efek motivasional dari pengukuran ini dapat menyimpang karena manajer yang
termotivasi untuk menghasilkan keuntungan atau pengembalian akuntansi
jangka pendek dapat melakukanya dengan tidak melakukan investasi. Dengan
tidak melakukan investasi, mereka mengurangi beban pada periode berjalan
sehingga keuntungan lebih besar. Bahkan kadang manajer melakukan
manipulasi dengan tidak mencatat beban operasional seraca langsung, tapi
mendorongnya ke periode masa depan dengan mencatat sebagai investasi
modal.
Manajer juga dapat mendorong keuntungan dan pengembalian periode berjalan
dengan merusak goodwill yang telah dibangun dengan pelanggan, pemasok,
pegawai, dan/atau masyarakat. Manajer dapat memaksa pegawai untuk bekerja
lembur secara berlebih menjelang akhir periode pengukuran untuk
menyelesaikan produksi sehingga produk dapat dikirim serta pendapatan dan
keuntungan dapat dicatat. Karena kualitas produk lebih rendah, kepuasan
pelanggan serta penjualan di masa depan akan menurun, biaya pengembalian
produk meningkat, dan sebagian pegawai mungkin demotivasi. Itu adalah contoh
dari operasional rabun.
Dalam membuat pertimbangan keputusan jangka pendek vs jangka panjang,
kemungkinan myopia akan selalu ada. Investasi rabun mungkin hanya dapat
terjadi pada bisnis yang berhubungan dengan investasi di masa depan, tapi
operasional rabun merupakan potensi masalah di semua bisnis. Langkah-langkah
untuk mengatasi masalah kerabunan ini akan dibahas selanjutnya di chapter 11.
UKURAN KINERJA RETURN-ON-INVESTMENT (ROI)
Organisasi berdivisi terdiri dari berbagai pusat pertanggungjawaban, manajer
yang bertanggung jawab pada laba atau beberapa bentuk return akuntansi pada
akuntansi (ROI). Pembagian divisi dan desentralisasi merupakan konsep yang
saling berhubungan, tetapi dua kata tersebut tidaklah bersinonim. Sebuah
organisasi dikatakan terdesentralisasi ketika otoritas untuk membuat keputusan
didorong turun ke level organisasi yang lebih rendah. Semua organisasi berdivisi
mendesentralisasi otoritasnya, paling tidak untuk beberapa tingkatan dalam
beberapa bagian khusus operasi yakni garis bisnis utama atau area geografis.
Akan tetapi hal ini tidak selalu benar, tidak semua organisasi yang
Suboptimization
Misleading performance signals
Suboptimization
Suboptimization mendorong manajer untuk membuat investasi yang membuat
divisi mereka terlihat baik meskipun investasi tidak sesuai dengan kepentingan
terbaik bagi perusahaan.
Sebaliknya, pengukuran ROI dapat menyebabkan manajer dari divisi yang gagal
untuk berinvestasi dalam proyek investasi modal yang menjanjikan return di
bawah biaya modal perusahaan. Masalah ini dijelaskan pada Tabel 10.3 yang
mengubah Tabel 10.2 hanya dengan sedikit contoh dengan mengasumsikan
biaya modal perusahaan sebesar 25%. Dalam situasi ini, Divisi A akan membuat
investasi yang menjanjikan return sebesar 20%, walaupun investasi ini tidak
menutup biaya modal perusahaan.
Ketika manajer divisi memiliki otoritas untuk membuat keputusan keuangan
(untuk membiayai keputusan investasi mereka), tipe pengukuran ROI dapat juga
membawa pada suboptimisasi pada level ini. Sebagai contoh, pengukuran ROE
mungkin mempengaruhi manajer untuk menggunakan utang keuangan (sebagai
contoh, untuk mengurangi ekuitas yang diletakkan pada penyebut rasio). Hal ini
mungkin mendorong peningkatan entitas pada tingkat yang lebih rendah dari
peningkatan yang diinginkan perusahaan.
Misleading performance signals
Kesulitan dalam mengukur penyebut dari pengukuran ROI, biasanya berkaitan
dengan aset tetap, yang dapat memberikan misleading signal tentang kinerja
pusat investasi.
Masalah pernyataan ROI yang berlebih diilustrasikan seperti pada Tabel 10.3.
Diasumsikan bahwa Divisi C dan D hampir sama dalam hal unit operasi kecuali
Divisi C yang lebih banyak membeli aset tetap beberapa tahun lalu dan Divisi D
yang hampir sebagian besar asetnya baru. Untuk menyederhanakan,
diasumsikan tidak ada kemajuan teknologi, kinerja aset lama sama efisiennya
dengan aset yang baru dalam melakukan tugas. Laba sebelum depresiasi adalah
sama, tetapi depresiasi Divisi D dua kali dibandingkan dengan Divisi C sehingga
laba setelah depresiasi Divisi C sedikit lebih tinggi. Akan tetapi, ROI Divisi C
secara dramatis lebih tinggi dibandingkan dengan D, sebagian besar karena aset
memiliki nilai lebih rendah dari NBV. Perbedaan antara 20% dan 3% ROI adalah
sebuah hal yang tidak nyata dan hanya merupakan artefak dari sistem
pengukuran.
Ciri lain dari pengukuran ROI adalah bahwa ROI dihitung menggunakan NBV yang
secara otomatis meningkat sepanjang waktu apabila bukan investasi lebih lanjut
yang dibuat. Hal ini diilustrasikan pada Tabel 10.5. Diasumsikan bahwa Divisi E
beroperasi dengan stabil, pendapatan pada tahun pertama ROI sebesar 12%.
Oleh karena aset telah didepresiasi, ROI meningkat hingga 13,3% di tahun ke-2
dan 15% di tahun ke-3. Kenaikan ROI ini juga tidak nyata.
Ciri dari pengukuran ini menyebabkan manajer yang menggunakan tipe
pengukuran ROI membuat keputusan yang salah:
Modified after-tax operating profit berbeda dari yang didefinisikan oleh akuntan
seperti kapitalisasi dan amortisasi lebih lanjut dari investasi tidak berwujud
seperti penelitian dan pengembangan, pelatihan karyawan, periklanan, dan
pembiayaan goodwill.
Modified total capital meliputi fixed assets, working capital, and the capitalized
intangibles.
Weighted average cost of capital merefleksikan biaya rata-rata tertimbang utang
dan modal dari penjualan saham.
EVA bukanlah laba ekonomis. EVA tidak menunjukkan keseluruhan masalah yang
membedakan laba akuntansi dari laba ekonomis. Secara khusus, EVA tetap fokus
pada masa sebelumnya, sementara laba ekonomis merefleksikan perubahan
pada aliran kas yang potensial di masa yang akan datang. Hal itu kemudian
membuat EVA tetap mungkin untuk menjadi indicator yang lemah dari
perubahan nilai bagi organisasi yang memperoleh proporsi yang signifikan dari
nilai pertumbuhan di masa yang akan datang.
EVA juga memiliki keterbatasan pengukuran,
pengendalian, dan sulit untuk dipahami.
dari
masalah
akurasi,
STUDI KASUS
Kasus 1 : Implikasi Perilaku dari Pilihan Kebijakan Depresiasi
pada Perusahan Penerbangan
Kebijakan akuntansi merupakan keleluasaan yang dimiliki oleh manajer.
Secara umum kebijakan yang dipilih oleh manajer ini dapat dibedakan menjadi
dua yaitu yang relatif konservatif dan yang relatif liberal. Konservatif
menyebabkan tertundanya pengakuan keuntungan dan/atau percepatan
pengakuan beban. Dan kebijakan akuntansi liberal adalah sebaliknya dari
kebijakan akuntansi konservatif.
Untuk menentukan apakah Perusahaan Penerbangan cenderung
konservatif atau liberal dapat ditinjau dari kebijakan akuntansinya mengenai aset
tetap (Property, Plant & Equipment PPE) secara spesifik yaitu terhadap
kebijakan depresiasi yang diterapkan terhadap aset tetapnya.
Berikut matriks kebijakan akuntansi mengenai praktik depresiasi pesawat
terbang di empat perusahaan penerbangan utama.
No
.
1
Maskapai
Penerbangan
Delta Airlines
Metode
Depresiasi
Garis Lurus
AMR Corporation
Garis Lurus
25 tahun
Singapore Airlines
Garis Lurus
15 tahun
Lufthansa
Garis Lurus
12 tahun
Masa Manfaat
20 tahun
Nilai Residu
5% biaya
perolehan
10% biaya
perolehan
10% biaya
perolehan
15% biaya
perolehan
manfaat dan nilai residu ini lah yang menjadi gambaran apakah perusahaan
tersebut menetapkan kebijakan yang konservatif atau liberal.
Masa Manfaat
Penetapan masa manfaat yang lebih panjang akan membuat alokasi
beban depresiasi setiap tahunnya menjadi lebih kecil, hal ini disebabkan jumlah
bilangan pembagi (tahun) yang lebih besar. Dan sebaliknya masa manfaat yang
ditetapkan lebih pendek akan membuat alokasi beban depresiasi setiap
tahunnya lebih besar. Sehingga untuk penetapan masa manfaat ini dapat
disimpulkan bahwa masa manfaat lebih panjang maka kebijakan perusahaan
tersebut relatif liberal, dan sebaliknya penetapan masa manfaat lebih pendek
maka kebijakan perusahaan tersebut relatif konservatif.
Nilai Residu
Begitupun nilai residu, pengaruhnya hampir sama dengan penetapan
masa manfaat diatas. Nilai residu yang ditetapkan lebih besar maka nilai
perolehan yang akan alokasikan lebih kecil dan beban depresiasinya lebih kecil
setiap tahunnya (liberal), dan nilai residu yang ditetapkan lebih kecil maka nilai
perolehan yang akan alokasikan lebih besar dan beban depresiasinya tentunya
juga akan lebih besar setiap tahunnya (konservatif).
Permasalahan
Muncul complain atau keluhan dari para manajer terutama manajer yang
berkinerja baik. Manajer ini yakin bahwa sistem bonus saat ini tidak adil karena
tidak dapat mengakui kontribusi mereka secara proporsional.