1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
KATA PENGANTAR ii
2
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan kekuatan sehingga
telah tersusun Pedoman Perencanaan, Pelaksanaan, & Pengawasan Pembangunan Fisik SMK Bantuan Center of
Excellent (CoE). Pedoman ini memuat penjelasan tentang lingkup dan tanggung jawab, prinsip perencanaan, aspek
perencanaan, strategi pembangunan, gambar kerja, pelaksanaan, sfesifikasi bahan, dan pengawasan pelaksanaan
pembangunan fisik SMK.
Tujuan disusunnya Pedoman Perencanaan, Pelaksanaan, & Pengawasan Pembangunan Fisik SMK Bantuan Center of
Excellent (CoE) ini yakni: (1) sebagai acuan dalam pelaksanaan ragam pembangunan fisik SMK; (2) sebagai sarana
untuk menyamakan persepsi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan Fisik SMK, sehingga
standar mutu bangunan dapat tercapai, dan dan (3) membantu proses pelaksanaan pembangunan fisik di lingkungan
SMK agar menjadi lebih mudah.
Keberhasilan dalam Perencanaan, Pelaksanaan, & Pengawasan Pembangunan Fisik SMK sangat ditentukan oleh
kerjasama dan komitmen seluruh pemangku kepentingan, mulai dari Tim Teknis Pembimbing Perencanaan,
Pelaksanaan, dan Pengawasan, Panitia Pembangunan, Kepala Sekolah, Yayasan Pendidikan serta Pemerintah Daerah
dan Pemerintah Pusat. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih atas apresiasi dan partisipasi dari berbagai pihak
yang terlibat dalam penyusunan Pedoman Bantuan Pemerintah: Perencanaan, Pelaksanaan, & Pengawasan
Pembangunan Fisik SMK Bantuan Center of Excellent (CoE) ini.
Kami menyadari bahwa pedoman ini masih memerlukan penyempurnaan secara berkala sesuai ketentuan yang
berlaku. Oleh karena itu dukungan, masukan, dan pemikiran semua pihak dalam penyempurnaan pedoman ini menjadi
unsur penting kebersamaan dalam peningkatan mutu pendidikan serta pengembangan pusat keunggulan Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK).
3
PENDAHULUAN
4
LATAR BELAKANG
Dalam rangka pengembangan pusat keunggulan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melalui Direktorat SMK melaksanakan
program bantuan pemerintah untuk Pembangunan Pusat Keunggulan (Center of
Excellence) SMK
Bantuan pemerintah ini dilaksanakan dengan mekanisme swakelola, dengan penyaluran
dana bantuan langsung ke rekening Dinas Pendidikan Provinsi atau Yayasan Pendidikan
atau sekolah sebagai penerima bantuan yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan
pembangunan.
Melalui mekanisme swakelola pelaksanaan pembangunan, direncanakan, dilaksanakan
dan diawasi secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan tenaga-tenaga yang
kompeten dan unsur masyarakat, sehingga diharapkan terkondisinya peningkatan
kapasitas dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) setempat secara
berkelanjutan
5
TUJUAN PEDOMAN
- Memberikan pedoman dalam melaksanakan ragam pembangunan
gedung SMK, khususnya bagi Pemerintah Daerah/Dinas Pendidikan
Provinsi, Yayasan Pendidikan SMK, Panitia Pembangunan serta Tim
Teknis Pembimbing Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pengawasan;
6
SASARAN
- Pemerintah Daerah/Dinas
Pendidikan Provinsi;
- Yayasan Pendidikan;
- Kepala Sekolah;
- Panitia Pembangunan;
7
LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; Nomor 34 tahun 2018 tentang Standar Nasional
Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun Aliyah Kejuruan (SMK/MAK); pasal 2 ayat (7) Ketentuan
2017 tentang Jasa Konstruksi; mengenai sarana dan prasarana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf f. tercantum dalam
3. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang lampiran VI yang merupakan bagian tidak terpisahkan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran dari Peraturan Menteri ini;
Negara Republik Indonesia tahun 2018 Nomor 33);
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
4. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 Tentang Nomor 9 Tahun 2020 tentang Perubahan atas
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Tahun 2OI7 Tentang Jasa Kontruksi; Nomor 45 Tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
5. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor
Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 124);
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173/PMK.05/2016 Nomor 32 Tahun 2019 Tentang Pedoman Umum
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Penyaluran Bantuan Pemerintah di Kementerian
Republik Indonesia Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Pendidikan Dan Kebudayaan;
Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan
Pemerintah Pada Kementerian Negara/Lembaga 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik
1745); Daerah;
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan 12. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2020
Rakyat Nomor 22/PRT/M/2018 Tahun 2018 Tentang Satuan Kerja Direktorat SMK Nomor SP
Pembangunan Bangunan Gedung Negara; DIPA-023.18.1.690440/2020 tanggal 05 Mei 2020 .
8
HASIL YANG
DIHARAPKAN
- Adanya persamaan persepsi
tentang standar mutu dan
proses pembangunan Gedung
SMK bagi semua pemangku
kepentingan (stake holder);
- Tercapainya pelaksanaan
pembangunan Gedung SMK
yang sesuai dengan standar
konstruksi;
9
PENGELOLAAN BANTUAN
10
DIREKTORAT
SMK
DINAS YAYASAN
PENDIDIKAN PENDIDIKAN SMK COE
PROVINSI (SWASTA)
TIM PEMERIKSA
DAN PENERIMA
TIM TEKNIS PEJABAT/PANITIA HASIL PEKERJAAN
PERENCANAAN & PENGADAAN BARANG & PENGADAAN PERALATAN
PENGAWASAN - COE JASA - COE DAN / ATAU PERABOT –
COE
11
LINGKUP & TANGGUNG JAWAB
DIREKTORAT SMK | DINAS PENDIDIKAN PROVINSI | YAYASAN PENDIDIKAN | SEKOLAH MENENGAH
KEJURUAN (SMK) | TIM PEMBANGUNAN | TIM TEKNIS PEMBIMBING PERENCANAAN DAN
PENGAWASAN | PEJABAT/PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA | TIM PEMERIKSA DAN PENERIMA
HASIL PEKERJAAN PENGADAAN PERALATAN DAN / ATAU PERABOT
12
LINGKUP & TANGGUNG JAWAB
DIREKTORAT SMK | DINAS PENDIDIKAN PROVINSI | YAYASAN PENDIDIKAN | SEKOLAH MENENGAH
KEJURUAN (SMK) | TIM PEMBANGUNAN | TIM TEKNIS PEMBIMBING PERENCANAAN DAN
PENGAWASAN | PEJABAT/PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA | TIM PEMERIKSA DAN PENERIMA
HASIL PEKERJAAN PENGADAAN PERALATAN DAN / ATAU PERABOT
a. Membantu mensosialisasikan Program Bantuan Pemerintah Fasilitasi SMK yang
dikembangkan menjadi pusat keunggulan (Center of Excellence) Prioritas Sektor Hospitality ke
SMK di wilayahnya;
b. Menerima tembusan SK penetapan penerima Bantuan Pemerintah Fasilitasi dari Direktorat
SMK;
c. Melakukan pembinaan dan pengendalian terhadap pelaksanaan program;
d. Menindaklanjuti permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
kewenangannya;
e. Menerima tembusan laporan, mengadministrasikan dan melakukan penyelesaian pencatatan
aset ke Instansi yang terkait;
f. Menerbitkan Surat Tugas;
g. Serah terima aset baik bantuan berupa uang maupun barang:
1. Menandatangani Berita Acara Serah Terima Aset dan melakukan pencatatan aset bantuan
bagi SMK Negeri.
2. Mengetahui Berita Acara Serah Terima Aset bagi SMK Swasta.
h. Dinas Pendidikan Provinsi dapat mendelegasikan kewenangan kepada Kantor Cabang Dinas/
Balai Wilayah untuk penandatanganan surat tugas, lembar pengesahan, surat perjanjian kerja
sama dan berita acara serah terima aset, dibuktikan dengan surat pernyataan dan
disampaikan kepada Direktorat SMK pada saat kegiatan bimbingan teknis.
13
LINGKUP & TANGGUNG JAWAB
DIREKTORAT SMK | DINAS PENDIDIKAN PROVINSI | YAYASAN PENDIDIKAN | SEKOLAH MENENGAH
KEJURUAN (SMK) | TIM PEMBANGUNAN | TIM TEKNIS PEMBIMBING PERENCANAAN DAN
PENGAWASAN | PEJABAT/PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA | TIM PEMERIKSA DAN PENERIMA
HASIL PEKERJAAN PENGADAAN PERALATAN DAN / ATAU PERABOT
a. Bersama SMK, mengajukan usulan proposal ke Direktorat SMK yang diketahui oleh Kepala
Dinas Pendidikan Provinsi.
b. Melakukan koordinasi dengan Kepala Sekolah.
c. Menandatangani Berita Acara Serah Terima Aset dan melakukan pencatatan Serah Terima
Aset Yayasan dan diketahui oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi.
14
LINGKUP & TANGGUNG JAWAB
DIREKTORAT SMK | DINAS PENDIDIKAN PROVINSI | YAYASAN PENDIDIKAN | SEKOLAH MENENGAH
KEJURUAN (SMK) | TIM PEMBANGUNAN | TIM TEKNIS PEMBIMBING PERENCANAAN DAN
PENGAWASAN | PEJABAT/PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA | TIM PEMERIKSA DAN PENERIMA
HASIL PEKERJAAN PENGADAAN PERALATAN DAN / ATAU PERABOT
15
LINGKUP & TANGGUNG JAWAB
DIREKTORAT SMK | DINAS PENDIDIKAN PROVINSI | YAYASAN PENDIDIKAN | SEKOLAH MENENGAH
KEJURUAN (SMK) | TIM PEMBANGUNAN | TIM TEKNIS PEMBIMBING PERENCANAAN DAN
PENGAWASAN | PEJABAT/PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA | TIM PEMERIKSA DAN PENERIMA
HASIL PEKERJAAN PENGADAAN PERALATAN DAN / ATAU PERABOT
16
LINGKUP & TANGGUNG JAWAB
DIREKTORAT SMK | DINAS PENDIDIKAN PROVINSI | YAYASAN PENDIDIKAN | SEKOLAH MENENGAH
KEJURUAN (SMK) | TIM PEMBANGUNAN | TIM TEKNIS PEMBIMBING PERENCANAAN DAN
PENGAWASAN | PEJABAT/PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA | TIM PEMERIKSA DAN PENERIMA
HASIL PEKERJAAN PENGADAAN PERALATAN DAN / ATAU PERABOT
Dalam pelaksanaan kegiatannya akan mendapatkan bantuan teknis dari Tim Teknis
Pembimbing Perencanaan dan Pengawasan.
17
LINGKUP & TANGGUNG JAWAB
DIREKTORAT SMK | DINAS PENDIDIKAN PROVINSI | YAYASAN PENDIDIKAN | SEKOLAH MENENGAH
KEJURUAN (SMK) | TIM PEMBANGUNAN | TIM TEKNIS PEMBIMBING PERENCANAAN DAN
PENGAWASAN | PEJABAT/PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA | TIM PEMERIKSA DAN PENERIMA
HASIL PEKERJAAN PENGADAAN PERALATAN DAN / ATAU PERABOT
a. Susunan Tim Teknis Pembimbing Perencanaan dan Pengawasan (Ganjil) terdiri dari:
Komposisi tim terdiri dari latar belakang bidang keahlian Teknik Arsitektur, Teknik Sipil, Teknik Mekanikal
& Elektrikal, dan Juru Gambar.
18
LINGKUP & TANGGUNG JAWAB
DIREKTORAT SMK | DINAS PENDIDIKAN PROVINSI | YAYASAN PENDIDIKAN | SEKOLAH MENENGAH
KEJURUAN (SMK) | TIM PEMBANGUNAN | TIM TEKNIS PEMBIMBING PERENCANAAN DAN
PENGAWASAN | PEJABAT/PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA | TIM PEMERIKSA DAN PENERIMA
HASIL PEKERJAAN PENGADAAN PERALATAN DAN / ATAU PERABOT
1. Bersama dengan Tim Pendiri dan Tim Pembangunan mempelajari kembali dokumen dan
ruang lingkup perjanjian kerjasama pemberian bantuan pembangunan COE SMK;
2. Menyiapkan dokumen pendukung, yang diperlukan dalam pengurusan Ijin Mendirikan
Bangunan (IMB);
3. Membuat dokumen perencanaan bangunan yang terdiri dari:
a. Tata letak bangunan (masterplan & site plan);
b. Denah, Tampak, Potongan;
c. Instalasi listrik penerangan dan daya;
d. Instalasi air bersih;
e. Instalasi air kotor;
f. Instalasi mekanikal dan elektrikal;
g. Gambar detail meliputi: fondasi, slof, kolom, balok, pembesian/penulangan, lantai, plafon,
kusen pintu dan jendela, pintu dan jendela, kuda-kuda, dan atap, sesuai dengan kaidah
konstruksi tahan gempa.
19
LINGKUP & TANGGUNG JAWAB
DIREKTORAT SMK | DINAS PENDIDIKAN PROVINSI | YAYASAN PENDIDIKAN | SEKOLAH MENENGAH
KEJURUAN (SMK) | TIM PEMBANGUNAN | TIM TEKNIS PEMBIMBING PERENCANAAN DAN
PENGAWASAN | PEJABAT/PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA | TIM PEMERIKSA DAN PENERIMA
HASIL PEKERJAAN PENGADAAN PERALATAN DAN / ATAU PERABOT
4. Menyusun analisa harga satuan pekerjaan (kebutuhan bahan dan upah kerja), untuk
pembangunan yang dilaksanakan dengan mekanisme swakelola berdasarkan template
yang ditetapkan Direktorat SMK;
5. Membuat Rencana Penggunaan Dana (RPD) yang ditanda tangani oleh Kepala Sekolah dan
Pejabat Pembuat Komitmen;
6. Membuat Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang mengacu pada rencana penggunaan dana
yang telah ditetapkan;
7. Membuat Rencana Kerja dan Syarat-syarat (administrasi dan teknis);
8. Membuat jadwal pelaksanaan pekerjaan/kurva S;
9. Membuat shop drawing gambar kontruksi pelaksanaan pembangunan sebagai bagian dari
laporan pembangunan yang dibuat oleh Tim Pembangunan.
10. Memastikan kebenaran dari semua aspek teknis perencanaan (Gambar kerja, Volume
pekerjaan, RAB, RKS, dan Jadwal kerja);
11. Bertanggungjawab kepada Kepala Sekolah;
20
LINGKUP & TANGGUNG JAWAB
DIREKTORAT SMK | DINAS PENDIDIKAN PROVINSI | YAYASAN PENDIDIKAN | SEKOLAH MENENGAH
KEJURUAN (SMK) | TIM PEMBANGUNAN | TIM TEKNIS PEMBIMBING PERENCANAAN DAN
PENGAWASAN | PEJABAT/PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA | TIM PEMERIKSA DAN PENERIMA
HASIL PEKERJAAN PENGADAAN PERALATAN DAN / ATAU PERABOT
21
LINGKUP & TANGGUNG JAWAB
DIREKTORAT SMK | DINAS PENDIDIKAN PROVINSI | YAYASAN PENDIDIKAN | SEKOLAH MENENGAH
KEJURUAN (SMK) | TIM PEMBANGUNAN | TIM TEKNIS PEMBIMBING PERENCANAAN DAN
PENGAWASAN | PEJABAT/PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA | TIM PEMERIKSA DAN PENERIMA
HASIL PEKERJAAN PENGADAAN PERALATAN DAN / ATAU PERABOT
22
LINGKUP & TANGGUNG JAWAB
DIREKTORAT SMK | DINAS PENDIDIKAN PROVINSI | YAYASAN PENDIDIKAN | SEKOLAH MENENGAH
KEJURUAN (SMK) | TIM PEMBANGUNAN | TIM TEKNIS PEMBIMBING PERENCANAAN DAN
PENGAWASAN | PEJABAT/PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA | TIM PEMERIKSA DAN PENERIMA
HASIL PEKERJAAN PENGADAAN PERALATAN DAN / ATAU PERABOT
Tim Pemeriksa dan Penerima Hasil Pekerjaan Pengadaan Peralatan dan/atau Perabot bertugas
sebagai berikut:
1. Melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan pengadaan Barang/Jasa sesuai dengan ketentuan
yang tercantum dalam dokumen pengadaan;
2. Membuat dan menandatangani Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan dari Penyedia;
3. Membuat Berita Serah Terima Hasil Pengadaan Peralatan kepada Kepala Sekolah.
Susunan Pemeriksa dan Penerima Hasil Pekerjaan Pengadaan Peralatan dan/atau Perabot terdiri
dari :
23
PERENCANAAN
24
LEGALITAS SITE PLAN
KAPASITAS
ASPEK PEMETAAN
PERENCANAAN
PROYEKSI
PROSES
PENDATAAN
PRINSIP PERENCANAAN
PERENCANAAN
JENIS
KEGIATAN
ALTERNATIF
ANALISA
SOLUSI KURIKULUM
SKALA
PRIORITAS
ALUR
REFOCUSING WAKTU KEGIATAN
25
PRINSIP PERENCANAAN
INTERAKSI | TEKNOLOGI & DIGITAL | LINGKUNGAN | LOKASI & DIMENSI | FLEKSIBILTAS | AKSESIBILITAS
26
PRINSIP PERENCANAAN
INTERAKSI | TEKNOLOGI & DIGITAL | LINGKUNGAN | LOKASI & DIMENSI | FLEKSIBILTAS | AKSESIBILITAS
- Apakah peralatan dan perabot yang ada dapat mendukung kolaborasi dan kerja sama
kelompok.
- Apakah peserta dapat bergerak di sekitar ruangan dengan mudah dan leluasa, serta proses
pengajaran dapat terjadi dimana saja dan dalam bentuk apa saja di dalam ruangan tersebut.
- Apakah sistem akustik sudah sesuai untuk berbagai kegiatan sehingga semua peserta dapat
secara efektif mendengar satu sama lainnya.
Untuk mewujudkan hal diatas, perlu disusun pertanyaan sebagai daftar investigasi dalam proses
desain perencanaan dan perancangan ruang pembelajaran, antara lain:
- Apakah tata ruang dan sirkulasi mendukung gerakan pengguna di seluruh ruang, dan apakah
guru mendapatkan kesempatan untuk melakukan kontak mata dengan siswa?
- Apakah tata ruang , peralatan, dan perabot akan mendukung model kolaborasi, dan diskusi
dalam pekerjaan siswa yang berbasis dengan alat bantu yang sesuai?
27
Bagaimana ruang tersebut dapat menjadi ruang yang memacu keaktifan, interaksi yang intens
dan kolaborasi di antara pengguna (siswa ke siswa, siswa ke guru, hingga internal tim guru). 28
PRINSIP PERENCANAAN
INTERAKSI | TEKNOLOGI & DIGITAL | LINGKUNGAN | LOKASI & DIMENSI | FLEKSIBILTAS | AKSESIBILITAS
Institusi sekolah harus mempertimbangkan peran teknologi dan sumber daya digital dalam
program pembelajarannya. Perkembangan jaman menunjukkan bahwa penggunaan perangkat
keras dalam lingkungan belajar semakin berkurang, dan mulai beralih menggunakan perangkat
lunak atau digital.
Hal ini menjadi penting untuk lebih memastikan kesiapan akses digital secara sistem maupun
sumberdaya (ketersediaan bandwidth yang cukup dan akses daya listrik untuk perangkat
selulernya). Banyak peserta didik sudah membawa alat digital mereka sendiri dalam bentuk
tablet atau ponsel pintar, sehingga peningkatan akses informasi semakin cepat.
29
PRINSIP PERENCANAAN
INTERAKSI | TEKNOLOGI & DIGITAL | LINGKUNGAN | LOKASI & DIMENSI | FLEKSIBILTAS | AKSESIBILITAS
Dalam jangka pendek, institusi sekolah mungkin perlu untuk menyediakan beberapa perangkat
keras, misalnya: tablet , laptop, dan alat praktik yang berbasis digital untuk digunakan di sekolah.
Peran institusi sekolah adalah untuk mengatur dan mengontrol penggunaannya, agar selalu
dalam lingkup tujuan pembelajaran di sekolah. Kunci kesuksesan pengaturan dan kontrol
tersebut akan semakin mudah bila sekolah sebagai penyedia akses dan daya Internet. Sehingga
ranah kebijakan kontrol dan manajemen teknis pengawasannya dapat lebih baik.
Ruang belajar mungkin perlu menyediakan cukup Bandwidth Wi-Fi untuk penggunaan bersama,
minimal dalam satu rombel yaitu minimal 36 siswa. Konsultasi intensif dengan in-house pakar
digital sekolah tentang pengembangan pembelajaran berbasis digital yang akan dibutuhkan
sangatlah penting. Tidak mungkin kita bisa memprediksi dengan benar tentang masa depan
dalam hal IT, karena teknologi bergerak sangat cepat. Sebaliknya, anggaplah investasi peralatan
itu akan memiliki masa hidup yang relatif singkat, sehingga kita berpandangan untuk melakukan
beberapa kali perubahan perangkat kerasnya.
30
Perkembangan jaman menunjukkan bahwa penggunaan perangkat keras dalam lingkungan
belajar semakin berkurang, dan mulai beralih menggunakan perangkat lunak atau digital. 31
PRINSIP PERENCANAAN
INTERAKSI | TEKNOLOGI & DIGITAL | LINGKUNGAN | LOKASI & DIMENSI | FLEKSIBILTAS | AKSESIBILITAS
Rancangan lingkungan yang berkelanjutan dan kondusif untuk pembelajaran, akan mendukung
penggunaan ruang secara jangka panjang. Maka beberapa poin dibawah ini harus menjadi
perhatian utama oleh para stake holder sekolah.
- Sistem penghawaan alami dan buatan, plumbing, kontrol akustik dan tingkat kebisingan
sekitar, serta pencahayaan yang ada dalam ruang pembelajaran harus sepenuhnya
mendukung proses pembelajaran yang dimaksudkan serta aspek pedagogisnya.
- Perabotan yang nyaman, ergonomis, dan kuat.
- Suasana ruang yang dapat mengundang pengguna dan ramah untuk mendukung
aksesibilitas.
- Pendekatan pelaksanaan kegiatan sekolah yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan
dalam membangun, mengoperasikan, dan menyesuaikan kebutuhan ruang belajar.
- Bahan dan infrastruktur teknis yang kuat sehingga menghasilkan umur yang panjang, serta
kemudahan servis perawatannya.
- Kontrol ruang yang intuitif, mudah dioperasikan, dan terintegrasi penuh dengan sistem
sekolah, merupakan prinsip-prinsip dasarnya.
32
Sistem penghawaan alami dan buatan, plumbing, kontrol akustik dan tingkat kebisingan sekitar, serta
pencahayaan yang ada dalam ruang pembelajaran harus sepenuhnya mendukung proses
pembelajaran yang dimaksudkan serta aspek pedagogisnya.
33
PRINSIP PERENCANAAN
INTERAKSI | TEKNOLOGI & DIGITAL | LINGKUNGAN | LOKASI & DIMENSI | FLEKSIBILTAS | AKSESIBILITAS
Ruang pembelajaran yang ideal tidak terletak pada area yang terpencil, tetapi harus merupakan
inti ataupun landmark dari institusi sekolah, dan dialokasikan secara optimal untuk
memungkinkan berbagai kegiatan yang diwadahinya.
Ruang pembelajaran seyogyanya terletak di dekat area pintu masuk, dan mempunyai akses
yang mudah ke fasilitas lainnya. Kantor manajemen yang berada di sebelah atau dekat dengan
ruang pembelajaran akan mempermudah waktu dalam mengoperasikan ruang-ruang
pembelajaran tersebut, dan memungkinkan kegiatan observasi secara masif sesuai kebutuhan.
Ruang-ruang pembelajaran harus memiliki akses ke pencahayaan alami. Letak ruang
pembelajaran akan mengundang keterlibatan semua pihak dan untuk mengirim pesan yang
jelas tentang bagaimana pembelajaran dihargai pada sebuah institusi sekolah.
34
Letak ruang pembelajaran akan mengundang keterlibatan semua pihak dan untuk
mengirim pesan yang jelas tentang bagaimana pembelajaran dihargai pada sebuah
institusi sekolah.
35
PRINSIP PERENCANAAN
INTERAKSI | TEKNOLOGI & DIGITAL | LINGKUNGAN | LOKASI & DIMENSI | FLEKSIBILTAS | AKSESIBILITAS
Kami merekomendasikan area minimal 108 m2 per ruang pembelajaran praktik dasar. RPU 108
m2 akan memungkinkan sebuah rombongan belajar sejumlah 36 siswa SMK dengan 2 orang
guru yang terlibat dalam kegiatan belajar. Ruang tersebut terbagi dalam beberapa ruang
fungsional sesuai dengan kompetensi keahliannya. Dimensi ini tetap dengan
mempertimbangkan ruang penyimpanan yang cukup untuk berbagai kegiatan belajar.
Pada kasus bangunan baru, akan lebih mudah menyikapi kebutuhan, jumlah pengguna dan
aktivitas yang harus diwadahi.
36
PRINSIP PERENCANAAN
INTERAKSI | TEKNOLOGI & DIGITAL | LINGKUNGAN | LOKASI & DIMENSI | FLEKSIBILTAS | AKSESIBILITAS
Ruang belajar di masa kini, harus menyerupai ruang kegiatan yang dituju secara riil dengan
dunia usaha dan industri yang dipelajarinya. Ruang tersebut tidak bisa lagi seperti halnya ruang-
ruang belajar di institusi sekolah saat ini pada umumnya, alih-alih masa lalu. Ruang belajar yang
baik harus mengadaptasi apa yang terjadi saat ini dan masa akan datang, tidak hanya pada
kegiatan yang diwadahi, tetapi juga peralatan hingga pola ruang pada dunia usaha dan industri
37
Ruang belajar di masa kini, harus menyerupai ruang kegiatan yang dituju secara riil dengan dunia
usaha dan industri yang dipelajarinya.
38
Ruang belajar yang ideal adalah sepenuhnya ruang yang mudah beradaptasi, fleksibel, cocok untuk
beragam fungsi guna, serta penggunanya beragam usia. Di masa lalu, pembelajaran atau pendidikan
berarti hanya kegiatan yang berlangsung di ruang kelas.
39
PRINSIP PERENCANAAN
INTERAKSI | TEKNOLOGI & DIGITAL | LINGKUNGAN | LOKASI & DIMENSI | FLEKSIBILTAS | AKSESIBILITAS
Kepala Sekolah harus memastikan bahwa inti dari merencanakan dan merancang ruang
pembelajaran adalah memenuhi prinsip-prinsip aksesibilitas, dan bahwa semua pengguna harus
mendapatkan pengalaman ruang pembelajaran yang sama.
Dalam mendesain dan merancang ruang baru harus dipastikan memenuhi persyaratan ini.
Beberapa hal pertimbangan utama dalam memenuhi prinsip aksesibiltas antara lain :
- Model dan lay out tempat belajar harus dapat diakses sesuai jenis usia pengguna.
- Pertimbangan desain rambu petunjuk dalam sekolah yang mudah terbaca dan dapat
dipahami oleh semua pengguna, berikan rute yang jelas dan mudah diakses ke dan dari area
masuk bangunan, ke area dalam dan di seluruh ruang belajar.
- Prinsip akustik sesuai dengan fungsi ruang belajar.
- Pastikan bahwa ruang belajar dapat diakses oleh mereka yang menggunakan alat bantu
khusus atau mobilitas material lainnya.
- Desain kontrol pencahayaan, suara, peralatan yang intuitif dan mudah menggunakan.
40
Aksesibiltas ruang pembelajaran harus memenuhi prinsip kemudahan, dan bisa digunakan
beragam usia pengguna dan aksesibilitas fisik pengguna. 41
ASPEK PERANCANGAN
42
ARSITEKTURAL
PERENCANAAN & PERANCANGAN | CIRI & PENAMPILAN | DESAIN ARSITEKTURAL | SUASANA | TATA CAHAYA | TATA
PENGHAWAAN | TATA AKUSTIK | TATA LINGKUNGAN | PENYIMPANAN | FURNITURE | RUANG PENDUKUNG & TOILET
Dalam pelaksanaan pembangunan SMK, maka perlu diperhatikan beberapa hal terkait dengan
perencanaan & perancangan:
1. Proses desain meliputi adanya perencanaan dan perancangan bangunan dan fasilitas
baru di lingkungan sekolah;
2. Penempatan bangunan baru maupun renovasi harus sesuai dengan prinsip zoning
dengan memperhatikan masterplan sehingga tidak merusak tata letak bangunan;
3. Perancangan hendaklah dimungkinkan pengembangan di masa yang akan datang;
4. Perancangan hendaknya memperhitungkan desain kapasitas rombongan belajar yang
direncanakan;
5. Pemilihan dan kesesuaian material yang dipilih sesuai kondisi daerah dan mengikuti
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 22/PRT/M/2018 Tahun
2018 Tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
43
ARSITEKTURAL
PERENCANAAN & PERANCANGAN | CIRI & PENAMPILAN | DESAIN ARSITEKTURAL | SUASANA | TATA CAHAYA | TATA
PENGHAWAAN | TATA AKUSTIK | TATA LINGKUNGAN | PENYIMPANAN | FURNITURE | RUANG PENDUKUNG & TOILET
Perancangan bangunan harus mendukung ciri SMK secara umum, maupun ciri proses/mekanisme
pendidikan dalam skala lebih kecil, antara lain:
1. SMK berperan sebagai agen perkembangan/perubahan, selain sebagai tempat pencetakan
tenaga kerja yang kompeten, sehingga penampilan prasarana SMK harus mengadaptasi nilai-nilai
kebaruan;
2. Bangunan Prasarana SMK diharapkan mempunyai penampilan yang selaras/sesuai dengan
bangunan yang telah ada, menampilkan ciri arsitektur daerah dan secara khusus
mengekspresikan ciri jenis industri atau kejuruan yang ditanganinya;
3. Ciri arsitektur daerah yang ditampilkan, diharapkan dapat memberi aksen pada bangunan dan
lingkungan Sekolah dan ditempatkan pada daerah yang bersifat umum, terutama yang bisa terlihat
dari luar lingkungan sekolah. Penampilan ciri tersebut harus tetap mempertimbangkan aspek
fungsi sebagai bangunan pendidikan serta pertimbangan tujuan penampilan ciri daerah sebagai
kearifan lokal, besarnya biaya pembangunan dan kemudahan pemeliharaan.
4. Desain Prasarana SMK harus berbasis nilai kebaruan dengan mengacu pada perkembangan
teknologi masa depan. Perkembangan Teknologi yang perlu dipertimbangkan antara lain:
A. Pemilihan dan penggunaan bahan bangunan;
B. Desain dan teknologi arsitektur;
C. Pemenuhan fungsi bangunan yang optimal;
D. Efektifitas dan efisiensi.
44
SMK berperan sebagai agen perkembangan/perubahan, selain sebagai tempat pencetakan tenaga
kerja yang kompeten, sehingga penampilan prasarana SMK harus mengadaptasi nilai-nilai kebaruan;
45
ARSITEKTURAL
PERENCANAAN & PERANCANGAN | CIRI & PENAMPILAN | DESAIN ARSITEKTURAL | SUASANA | TATA CAHAYA | TATA
PENGHAWAAN | TATA AKUSTIK | TATA LINGKUNGAN | PENYIMPANAN | FURNITURE | RUANG PENDUKUNG & TOILET
Desain Prasarana SMK diharapkan mengutamakan prinsip fungsional, nilai estetika dan
keindahan bangunan, serta tata ruang luar yang optimal dengan menggunakan elemen dan
komponen yang ada;
Jika Prasarana SMK merupakan bangunan yang terpisah maka jarak minimal dengan massa
gedung lainnya adalah 8 meter. Jarak ini diperhitungkan sudah mencukupi kebutuhan untuk
utilitas sirkulasi manusia, sirkulasi udara dan pencahayaan, serta syarat kebencanaan
(menyediakan akses dan ruang untuk penyelamatan/evakuasi bencana).
Desain jendela dan bouvenlight dibuat efisien dan memenuhi syarat kebutuhan pencahayaan
sehingga memaksimalkan pencahayaan dan sirkulasi udara serta kemudahan dalam
membersihkan. Penempatan jendela yang tinggi hendaknya sudah diperhitungkan terhadap
kemudahan pemeliharaannya.
46
ARSITEKTURAL
PERENCANAAN & PERANCANGAN | CIRI & PENAMPILAN | DESAIN ARSITEKTURAL | SUASANA | TATA CAHAYA | TATA
PENGHAWAAN | TATA AKUSTIK | TATA LINGKUNGAN | PENYIMPANAN | FURNITURE | RUANG PENDUKUNG & TOILET
Secara umum, bagian bangunan yang mudah kotor (contoh: dinding dan lantai), jenis material
finishingnya menggunakan material yang mudah dibersihkan dan awet, sesuai standar
bangunan yang dipersyaratkan.
47
ARSITEKTURAL
PERENCANAAN & PERANCANGAN | CIRI & PENAMPILAN | DESAIN ARSITEKTURAL | SUASANA | TATA CAHAYA | TATA
PENGHAWAAN | TATA AKUSTIK | TATA LINGKUNGAN | PENYIMPANAN | FURNITURE | RUANG PENDUKUNG & TOILET
Ruang perlu mempunyai kesan ‘menyambut dan memikat’. Perlengkapan furnitur dan alat-alat,
pencahayaan, serta suasana akan berbicara banyak dan langsung memberi kesan apakah ini
sebuah ruang kelas, ruang praktik, laboratorium pembelajaran, kafetaria, atau sebuah ruang
administratif / manajemen. Ruang yang kosong tidak akan memberi kesan apapun, alih-alih
apabila tanpa perawatan.
Bagaimana ruang bisa terlihat hidup dan merangsang penggunaannya setiap saat ? , Kegiatan
yang aktif pada sebuah ruangan, tidak bisa terelakkan salah satunya adalah faktor stimulus dari
suasana ruang itu sendiri. Ruang akan hidup dengan segala ornamen display didalamnya yang
mendukung kegiatan yang diwadahinya. Seringkali kita terjebak dengan ornamen display yang
terpasang, tanpa pertimbangan faktor perawatan ketika memasangnya.
48
49
ARSITEKTURAL
PERENCANAAN & PERANCANGAN | CIRI & PENAMPILAN | DESAIN ARSITEKTURAL | SUASANA | TATA CAHAYA | TATA
PENGHAWAAN | TATA AKUSTIK | TATA LINGKUNGAN | PENYIMPANAN | FURNITURE | RUANG PENDUKUNG & TOILET
Bukaan-bukaan (jendela) pada sebuah ruang akan sangat berguna untuk memperlihatkan
aktivitas ruang kepada publik, dimana akan berfungsi untuk mengiklankan program/kegiatan
yang ditawarkan untuk menarik publik bergabung atau mencari tahu lebih lanjut kegiatan
pembelajaran di institusi sekolah. Bahkan di ruang kelas yang tertutup, panel pintu kaca dapat
memberikan kesan keterbukaan apa yang terjadi, sekaligus sebagai fungsi kontrol pada internal
institusi sekolah.
Ketika aktivitas ruang pembelajaran tidak ditampilankan pada poster-poster sekolah, tetapi akan
jauh lebih menarik, dalam kegiatan pembelajaran yang digambarkan secara sederhana dan
inklusif melalui bukaan-bukaan di ruang pembelajaran sekolah tersebut. Setiap institusi sekolah
tentunya mempunyai nilai yang berbeda, dengan karakteristiknya sendiri, dan ruang
pembelajarannya harus mencerminkan perbedaan itu dengan penuh kepercayaan diri
mengungkapkan jati diri sekolah tersebut.
50
51
ARSITEKTURAL
PERENCANAAN & PERANCANGAN | CIRI & PENAMPILAN | DESAIN ARSITEKTURAL | SUASANA | TATA CAHAYA | TATA
PENGHAWAAN | TATA AKUSTIK | TATA LINGKUNGAN | PENYIMPANAN | FURNITURE | RUANG PENDUKUNG & TOILET
Pencahayaan yang baik adalah persyaratan dasar. Sebagian besar ruang belajar ini berfungsi pada siang
hari sehingga sumber pencahayaan dari jendela atau kaca atap yang terang menjadi prioritas
dibandingkan dengan pencahayaan buatan. Seringkali beberapa ruang belajar membutuhkan spesifikasi
pencahayaan khusus karena kegiatan atau bahan yang mensyaratkannya. Rencana pencahayaan harus
menjadi pertimbangan utama, baik pencahayaan alami maupun pencahayaan buatan. Misalnya, kapan
ruangan perlu digelapkan dengan satu sentuhan tombol, ketika digunakan untuk proses pembelajaran.
Di beberapa sistem pencahayaan yang modern, lampu utama dapat disesuaikan dengan berbagai
pengaturan yang berbeda sesuai dengan aktivitas yang dibutuhkannya.
1. Tata cahaya dalam ruangan secara umum harus memiliki intensitas yang merata. Pencahayaan alam
harus digunakan secara optimal dengan cara perhitungan yang benar.
2. Jendela dengan material bening (tembus pandang) memenuhi syarat luas minimal 10-20% dari luas
lantai ruangan tersebut untuk mendapatkan cahaya sebanyak mungkin.
3. Penerangan dalam ruang, baik secara alamiah maupun buatan harus menghasilkan penyinaran yang
merata ke seluruh ruang (pembiasan).
4. Penempatan titik lampu untuk penerangan buatan harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
A. Kebutuhan luminasi cahaya pada fungsi yang diemban;
B. Penyebaran cahaya lampu terhadap semua sisi;
C. Kemudahan pemeliharaan dan penggantian elemen yang rusak.
D. Ketinggian titik lampu ditentukan dengan mempertimbangkan aktivitas/kegiatan didalam ruangan
dimaksud.
52
Pencahayaan yang baik adalah persyaratan dasar. Sebagian besar ruang belajar ini berfungsi pada siang hari sehingga
sumber pencahayaan dari jendela atau kaca atap yang terang menjadi prioritas dibandingkan dengan pencahayaan buatan.
53
ARSITEKTURAL
PERENCANAAN & PERANCANGAN | CIRI & PENAMPILAN | DESAIN ARSITEKTURAL | SUASANA | TATA CAHAYA | TATA
PENGHAWAAN | TATA AKUSTIK | TATA LINGKUNGAN | PENYIMPANAN | FURNITURE | RUANG PENDUKUNG & TOILET
Kemampuan untuk mengontrol suhu di suatu ruang juga penting untuk pembelajaran, seperti ventilasi
udara untuk memastikan kualitas udara yang baik. Bukti riset menunjukkan bahwa penggunaan
penghawaan alami jauh lebih baik dibandingkan ketika menggunakan penghawaan buatan dengan
tingkat CO yang tinggi pada ruang kelas akan mengganggu pencapaian anak-anak dalam pembelajaran
dan menambah jumlah hari absensi sakit. Perencanaan ventilasi yang baik, diwujudkan dengan sirkulai
udara silang dan idealnya sudah ada bukaan atau jendela yang bisa dibuka. Jika ini tidak memungkinkan,
rencanakan bagaimana Anda akan mengkondisikan udara dengan penghawaan buatan.
Dalam bangunan baru, desain harus memungkinkan kecukupan suhu ruang melalui desain penghawaan
yang baik, dengan meminimalkan sistem penghawaan buatan, sehingga menghasilkan peningkatan aliran
udara alami.
1. Kenyamanan termal dicapai pada kondisi 20 dan 24 derajat Celcius
2. Peletakan bukaan atau arah jendela menjadi penting dampaknya, karena faktor arah matahari yang
mengakibatkan sinar matahari akan memanaskan ruang belajar, faktor naungan adalah salah satu
solusinya.
3. Penghawaan ruangan menggunakan sistem penghawaan silang. Letak dan ukuran lubang
penghawaan harus diperhitungkan berdasarkan fungsi ruang, terutama posisi orang yang ada
dalam ruangan;
4. Terkait dengan tata letak bangunan secara menyeluruh, hendaknya udara kotor yang keluar dari
salah satu ruangan tidak masuk ke ruangan yang lain;
5. Seluruh bagian ruang harus mendapat penghawaan yang merata.
6. Penggunaan penghawaan buatan dimungkinkan dengan memperhatikan kebutuhan ruang
tersebut
54
55
ARSITEKTURAL
PERENCANAAN & PERANCANGAN | CIRI & PENAMPILAN | DESAIN ARSITEKTURAL | SUASANA | TATA CAHAYA | TATA
PENGHAWAAN | TATA AKUSTIK | TATA LINGKUNGAN | PENYIMPANAN | FURNITURE | RUANG PENDUKUNG & TOILET
Kemampuan untuk mendengar instruksi dan informasi adalah hal yang utama dalam proses
pembelajaran, terutama di lingkungan yang sangat tinggi intensitas polusi suara, karena
berkontribusi terhadap rasa nyaman dan keamanan. Penelitian telah menunjukkan bahwa hal ini
sangat penting untuk anak usia sekolah agar dapat mendengar dengan jelas. Panduan standar
arsitektur untuk sekolah menetapkan batas atas untuk kebisingan antara tingkat 35 dan 45
desibel. Tindakan untuk mencegah gema juga diharuskan, untuk memastikan kenyamanan
akustik di ruang belajar.
Rencana akustik mungkin termasuk lapisan permukaan akustik di dinding atau langit-langit dan
bahkan pada furnitur. Ingat, bahwa jenis lantai yang digunakan juga akan mempengaruhi tingkat
kebisingan pada ruangan tersebut.
1. Terkait dengan akustik ruang, secara umum desain ruang harus dibuat rencana yang
matang sehingga tercapai sistem akustik ruang yang memadai;
2. Suara bising yang timbul didalam ruangan, dimungkinkan untuk tidak keluar sehingga
tidak menjalar ke ruangan yang lain;
3. Apabila kebisingan tidak bisa dihindari, maka diupayakan pemakaian panel akustik.
56
ARSITEKTURAL
PERENCANAAN & PERANCANGAN | CIRI & PENAMPILAN | DESAIN ARSITEKTURAL | SUASANA | TATA CAHAYA | TATA
PENGHAWAAN | TATA AKUSTIK | TATA LINGKUNGAN | PENYIMPANAN | FURNITURE | RUANG PENDUKUNG & TOILET
Pembangunan Prasarana SMK diupayakan seminimal mungkin tidak merubah ekosistem yang
ada di sekitarnya, seperti;
1. Memperhatikan syarat koefisien dasar bangunan (KDB) dan koefisien lantai bangunan
(KLB) yang disyaratkan oleh SNP maupun peraturan setempat yang berlaku.
2. Tidak mengganggu daerah resapan air;
3. Proses pengolahan dan pembuangan limbah tidak mencemari lingkungan di sekitarnya;
4. Diupayakan untuk mempertahankan vegetasi (tanaman) yang ada;
57
Pembangunan Prasarana SMK
diupayakan seminimal
mungkin tidak merubah
ekosistem yang ada di
sekitarnya.
58
ARSITEKTURAL
PERENCANAAN & PERANCANGAN | CIRI & PENAMPILAN | DESAIN ARSITEKTURAL | SUASANA | TATA CAHAYA | TATA
PENGHAWAAN | TATA AKUSTIK | TATA LINGKUNGAN | PENYIMPANAN | FURNITURE | RUANG PENDUKUNG & TOILET
Salah satu permasalahan pada ruang belajar, adalah tidak adanya ruang penyimpanan yang
memadai. Beberapa poin yang perlu diperhatikan adalah:
1. Jumlah stok yang bisa disimpan langsung terkait dengan rentang aktivitas. Lebih banyak
stok dan peralatan = serangkaian program praktis yang lebih luas.
2. Semakin besar rentang usia dan jenis peserta yang dilayani, akan semakin besar variasi
stok yang dibutuhkan.
Ruang penyimpanan atau gudang terpisah adalah solusi ideal. Namun, sebagian besar ruang
belajar tidak memiliki ruang penyimpanan khusus, dan disinilah pola penyimpanan internal pada
ruang belajar adalah kuncinya. Berbagai model penyimpanan akan menjadi solusi yang cukup
baik, dibutuhkan data inventarisasi spesifikasi teknis baik dimensi, jenis bahan atau alat yang
akan disimpan, hingga durasi waktu penyimpanannya, untuk menentukan model penyimpanan
yang tepat. Kemudahan akses pencapaian juga merupakan salah satu faktor yang perlu
diperhatikan.
1. Pastikan bahwa rak penyimpanan internal cukup menampung dan cukup kuat sehingga
mereka dapat menahan beban berat bahan/alat yang bertumpuk.
2. Jika institusi sekolah memilih untuk berinvestasi dalam peralatan digital, maka perlu
dipertimbangkan penyimpanan yang aman serta sekaligus yang memiliki fasilitas
pengisian daya baterei.
59
Berbagai model
penyimpanan akan menjadi
solusi yang cukup baik,
dibutuhkan data inventarisasi
spesifikasi teknis baik
dimensi, jenis bahan atau alat
yang akan disimpan, hingga
durasi waktu
penyimpanannya, untuk
menentukan model
penyimpanan yang tepat.
60
ARSITEKTURAL
PERENCANAAN & PERANCANGAN | CIRI & PENAMPILAN | DESAIN ARSITEKTURAL | SUASANA | TATA CAHAYA | TATA
PENGHAWAAN | TATA AKUSTIK | TATA LINGKUNGAN | PENYIMPANAN | FURNITURE | RUANG PENDUKUNG & TOILET
Faktor mobilitas furnitur dalam model pembelajaran modern merupakan faktor yang harus
paling utama dipertimbangkan. Meja dan kursi harus dapat digerakkan secara teratur; karena
itu, furnitur yang mudah dioperasikan, kuat, mudah disimpan dan mudah dibersihkan adalah
pilihan yang paling praktis.
Kursi, bukan bangku, dibutuhkan untuk kenyamanan dan keamanan dimana usia pengguna
yang menggunakan ruangan, meskipun berbeda usia. Dalam kasus desain inklusif yang
beragam model tempat duduk, maka pilihan dari rangkaian furnitur yang sama adalah yang
terbaik. Kursi untuk orang dewasa tentunya berbeda dengan kursi untuk siswa, tetapi faktor
pertimbangan diatas tetaplah sama, hanya berbeda dari sisi dimensi teknis saja. Pertimbangan
menciptakan suasana nuansa kelas juga harus dipertimbangkan sehingga muncul stimulus
kreatif yang penuh dengan warna-warna yang tersedia. Sehingga furniture bukan hanya sebagai
pengisi ruang fungsional saja, tetapi juga pembentuk suasana ruang yang menstimulasi proses
pembelajarannya.
61
Meja dan kursi harus dapat digerakkan secara teratur; karena itu, furnitur yang mudah dioperasikan,
kuat, mudah disimpan dan mudah dibersihkan adalah pilihan yang paling praktis.
62
ARSITEKTURAL
PERENCANAAN & PERANCANGAN | CIRI & PENAMPILAN | DESAIN ARSITEKTURAL | SUASANA | TATA CAHAYA | TATA
PENGHAWAAN | TATA AKUSTIK | TATA LINGKUNGAN | PENYIMPANAN | FURNITURE | RUANG PENDUKUNG & TOILET
Keberadaan ruang pembelajaran tentunya tidak bisa berdiri sendiri, diperlukan beberapa ruang
pendukung agar ruang pembelajaran tersebut dapat berfungsi efektif. Beberapa ruang
pendukung itu antara lain :
1. Ruang manajemen sekolah : Ruang pimpinan sekolah, lounge guru, ruang administrasi
sekolah, ruang rapat, hingga lobi sekolah.
2. Ruang penyimpanan : Ruang penyimpanan alat di RPU maupun RPS, Loker siswa, Gudang
peralatan
3. Ruang pendukung lain : Kantin/Kafetaria, ruang makan, toilet, UKS, ruang kegiatan
organisasi, fasilitas olahraga, dan ruang auditorium.
Penempatan ruang-ruang diatas, tentunya menjadi bagian yang terintegrasi dengan penataan
ruang pembelajaran teori dan praktik dalam rencana master plan sekolah, tentunya dengan
ruang pembelajaran sebagai inti atau prioritas utamanya. Hal ini tidak bisa terlepas dari
pertimbangan ketersediaan lahan dan faktor regulasi teknis yang diatur dalam perundangan.
63
64
ARSITEKTURAL
PERENCANAAN & PERANCANGAN | CIRI & PENAMPILAN | DESAIN ARSITEKTURAL | SUASANA | TATA CAHAYA | TATA
PENGHAWAAN | TATA AKUSTIK | TATA LINGKUNGAN | PENYIMPANAN | FURNITURE | RUANG PENDUKUNG & TOILET
Catatan khusus untuk beberapa hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan penyediaan
toilet adalah:
1. Dimana toilet berada. Apakah sudah dipertimbangkan penggunaan toilet khusus untuk
para pengguna ruang belajar, apakah sudah dipertimbangkan faktor-faktor keamanan, dan
kenyamanan untuk para siswa dalam peletakan lokasi maupun penggunaannya?
2. Bagaimana sanitair dalam toilet tersebut dipasang. Apakah sudah sesuai dengan standar
fit-out yang berfungsi untuk semua pengguna, termasuk siswa?
3. Seberapa banyak toilet akan digunakan. Apakah toilet akan digunakan secara teratur
sepanjang hari atau hanya untuk jangka waktu singkat? Akankah ketersediaan toilet dapat
mengatasi penggunaan jangka waktu yang singkat, misalnya pada waktu istirahat, 36
siswa dalam waktu istirahat 15 menit?
4. Toilet harus selalu dapat diakses pengguna dengan cacat fisik. Apalagi bila sekolah
menampung pengguna (siswa/tenaga pendidik) yang mempunyai keterbatasan fisik ?
5. Faktor biaya akan menentukan beberapa pilihan sekolah tentang penyediaan area toilet
ini. Beberapa sekolah memiliki toilet khusus untuk pengguna dewasa dan anak-anak, atau
dapat diakses oleh keduanya
6. Poin utama adalah bahwa fasilitas harus dirancang dengan baik, kuat, mudah diakses,
mudah dan murah untuk dirawat, ramah pengguna dan aman.
65
STRUKTURAL
MATERIAL & KOMPONEN BANGUNAN | INFRASTRUKTUR
Prinsip penggunaan material & komponen bangunan dalam pembangunan SMK adalah :
1. Prasarana SMK dibangun dengan mengoptimalkan penggunaan material yang ada di daerah
tersebut. Apabila material tersebut harus diadakan dari daerah lain, maka harus memenuhi
spesifikasi teknis, harga, waktu dan jarak tempuh;
2. Secara umum, perhitungan dan desain struktur bangunan harus berdasarkan peraturan yang
berlaku;
3. Penggunaan sistem struktur atau material khusus yang memiliki hak paten bisa
dipertimbangkan apabila memang bermanfaat dan ada jaminan biayanya;
4. Desain, komponen, elemen dan konstruksi bangunan hendaknya dibuat secara efektif dan
efisien, mengutamakan kebutuhan dan fungsi, serta pemeliharaannya
66
STRUKTURAL
MATERIAL & KOMPONEN BANGUNAN | INFRASTRUKTUR
1. Semua perencanaan infrastruktur yang meliputi pekerjaan kelistrikan, air kotor, air bersih, air
hujan, mekanikal bangunan dan sebagainya harus dihitung sesuai dengan kebutuhan dan
peraturan yang berlaku;
2. Semua jaringan infrastruktur diusahakan penempatannya sedemikian rupa sehingga mudah
pemeliharaan dan penggantiannya apabila ada kerusakan;
3. Perencanaan kelistrikan baik yang bersumber dari PLN atau generator di sekolah dengan
tegangan 220/240 volt, baik 1 dan 3 phase, yang meliputi listrik penerangan dan listrik
tenaga, harus mempertimbangkan:
A. Efisiensi dalam pemasangan jalur listrik dan panel distribusinya;
B. Keamanan penempatan jaringan jalurlistrik;
C. Keamanan dan keindahan penempatan panel listrik;
D. Kemudahan menjangkau dan mengoperasikan panel listrik;
E. Kemudahan pemeliharaan dan penggantian instalasi.
4. Jaringan kabel listrik harus didesain dengan memperhatikan fungsi, keamanan, kerapian dan
keindahan.
67
STRUKTURAL
MATERIAL & KOMPONEN BANGUNAN | INFRASTRUKTUR
5. Air bersih yang bersumber dari PDAM dan atau sumur dalam, dipergunakan untuk
kepentingan proses pendidikan, bagian sistem pemadam kebakaran dan keperluan umum
lain seperti KM/WC direncanakan agar memiliki jaringan masing-masing yang tidak saling
mengganggu.
6. Penanggulangan pertama terhadap kebakaran dilakukan dengan Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) yang diletakkan pada titik-titik yang mudah dijangkau.
7. Apabila tidak ditampung pada sistem drainase kota, maka penanganan air kotor harus
dilakukan dengan sistem pengolahan setempat.
8. Air hujan diresapkan ke dalam tanah.
9. Perlu adanya penanganan limbah hasil praktik sehingga tidak merusak lingkungan.
10. Jaringan pipa instalasi udara tekan dan gas diletakkan pada dinding dan atau tergantung
pada plafon (misalnya dengan cable tray).
11. Penggunaan peralatan tertentu untuk tujuan kelengkapan mekanikal, kelistrikan dan
pemeliharaan bangunan pada prinsipnya dimungkinkan dengan tetap mengacu pada biaya
yang disediakan dan kemudahan operasionalnya.
12. Sistem pengamanan memperhitungkan penggunaan cara elektronik di masa yang akan
datang.
68
MEKANIKAL & ELEKTRIKAL
A. Aspek perencanaan mekanikal dan elektrikal antara lain:
1. instalasi listrik penerangan;
2. instalasi listrik tenaga;
3. instalasi penangkal petir;
4. instalasi pipa gas (oksigen/acetilyn/elpiji);
5. instalasi pipa air (bersih dan kotor);
6. instalasi pengkondisian udara (Air Conditioner/AC) di dalam ruangan.
B. Perencanaan harus berpedoman dan sesuai peraturan, persyaratan dan standarisasi
mengenai instalasi tersebut, yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang;
C. Penyajian hasil perencanaan baik mengenai gambar-gambar maupun persyaratan teknis
harus dapat dengan mudah dibaca dan dimengerti teknisi, agar tidak menimbulkan masalah
penafsiran;
D. Sistem instalasi yang direncanakan hendaknya harus tetap “up to date” dengan teknologi
yang ada dengan memikirkan pengembangan atau perluasan Prasarana SMK dikemudian
hari.
69
PENGGUNAAN RUANG
Faktor kunci keberhasilan perencanaan dan perancangan ruang pembelajaran adalah seberapa
baik ruang itu dapat digunakan, dikelola dan dipelihara. Ruang tersebut harus kompatibel
dengan banyak kebutuhan fisik dan pembelajaran, dan secara efektif mewadahi beragam
kegiatan dengan rentang usia dan pola yang berbeda dari para penggunanya. Ruang tersebut
juga harus mudah dijaga kebersihannya, dioperasikan secara efisien, serta mudah perbaikan
dan perawatannya.
Rencana manajemen untuk bagaimana ruang belajar tersebut akan dipelihara, diperbaiki dan
diperbaharui dari waktu ke waktu, sehingga harus dibuat dalam manajemen yang baik, dimana
anggaran yang dibutuhkan juga harus dialokasikan.
Apabila sekolah memungkinkan model bisnis dengan penyewaan ruang-ruang yang ada di
sekolah tersebut, maka fungsi utama sebagai ruang pembelajaran tetap harus menjadi prioritas
atas semua penggunaannya. Prosedur pemesanan yang jelas dan menunjukkan bahwa
manajemen sekolah dapat menunjukkan bahwa ruang belajar akan digunakan untuk fungsi
lainnya. Rencana tersebut, akan berimplikasi pada pengaturan kepegawaian, misalnya: tenaga
pembantu, tenaga kebersihan dan teknisi audio-visual maupun elektrikal.
Jika ruang belajar tersedia untuk digunakan berbagai kegiatan, maka ruang akan perlu untuk
dibersihkan dan diatur secara efisien. Pedoman standar operasional untuk bagaimana ruang
harus diatur dan simpan sehingga siap untuk sesi berikutnya sangatlah dibutuhkan.
70
PEMBIAYAAN
Rencana pembangunan ini akan berhasil apabila mempertimbangkan bagaimana caranya biaya
operasional ruang belajar dan pemeliharaannya akan didanai. Ketika dalam proses
perencanaan, pertimbangkan elemen program yang mana yang dapat menghasilkan
pendapatan, termasuk target pasarnya. Kegiatan belajar harus dapat diakses secara luas, jadi
jika sekolah memutuskan untuk mendapatkan pendapatan darinya, maka pikirkan dengan hati-
hati tentang bagaimana sekolah bisa memastikan struktur harga tidak menjadi penghalang bagi
target pasarnya.
Namun, sekolah harus memastikan bahwa fungsi utama suatu ruang pembelajaran tidak dapat
dikompromikan, sehingga keseimbangan kegiatan menyewakan atau memperoleh pendapatan
dan membuka akses harus selalu sesuai dengan tujuan sekolah dan kebutuhan penggunanya.
Penyewaan ruang belajar dapat menjadi bagian dari model penghasilan pembiayaan, tetapi
yang pertama dan terpenting adalah ruang belajar harus untuk kegiatan belajar: penggunaan
lainnya harus dilihat sebagai skala sekunder, termasuk dalam hal ini adalah penggunaan untuk
kegiatan sebuah institusi secara terbuka maupun untuk rapat internal, harus dipertimbangkan
dengan cermat, terencana dan terkelola dengan baik.
Pada awal panduan ini disebutkan bahwa salah satu prinsip perencanaan ruang pembelajaran
adalah fleksibilitas. Faktor fleksibilitas memastikan bahwa ruang dapat digunakan untuk
berbagai audiens, berbagai kegiatan, serta menarik untuk digunakan pihak lain dalam
kegiatannya. Sehingga sekolah dimungkinkan mendapatkan pembiayaan tambahan untuk
membuat ruang yang dapat digunakan fungsi yang berbeda ini.
71
MASTER PLAN
72
PERLETAKAN MASSA
ZONING | MODEL PENGEMBANGAN MASTERPLAN | PENGEMBANGAN RUANG BELAJAR KEJURUAN | GARIS
SEMPADAN | HUBUNGAN MASSA BANGUNAN DAN RUANG TERBUKA HIJAU | KOEFISIEN DASAR BANGUNAN (KDB)
RUANG
RUANG RUANG RUANG RUANG
PERKANTOR TOILET
BELAJAR PRAKTIK AN GURU IBADAH
RUANG
PERPUS LABORAT AREA RUANG
PENDUKUNG
TAKAAN ORIUM OLAHRAGA KEAMANAN
LAINNYA
73
PERLETAKAN MASSA
ZONING | MODEL PENGEMBANGAN MASTERPLAN | PENGEMBANGAN RUANG BELAJAR KEJURUAN | GARIS
SEMPADAN | HUBUNGAN MASSA BANGUNAN DAN RUANG TERBUKA HIJAU | KOEFISIEN DASAR BANGUNAN (KDB)
Pembangunan sebuah fasilitas pendidikan haruslah dimulai dari perencanaan makro fasilitas nya, dalam hal
ini adalah master plan. Problem terbesar dari mayoritas lembaga pendidikan adalah ketidakbaruan atau
bahkan ketidakadaan masterplan sebagai bagian dari rencana makro sebuah institusi pendidikan.
Dalam perencanaan dan perancangan sebuah masterplan institusi pendidikan tidaklah membahas faktor
lahan, bangunan, dan peralatan saja. Akan tetapi, sebuah masterplan akan menunjukkan visi-misi institusi
pendidikan tersebut, dari mana sekolah ini berawal, proyeksi masa depannya baik dalam kuantitas civitas
bahkan hingga kualitas pendidikannya, hingga bagaimana para stake holder akan mewujudkan visi misi
tersebut.
Pendekatan paradigma perencanaan masterplan pada institusi sekolah di Indonesia masih belum ada
perubahan yang sesuai dengan perkembangan jaman dan perkembangan dunia pendidikan, mayoritas
masih dengan satu model yang sudah ditetapkan sejak jaman dahulu. Maka, pada program ini, pendekatan
masterplan sebuah sekolah akan berdasarkan pada beberapa alternatif model desain yang disesuaikan
dengan beberapa faktor, antara lain :
Dari gambar model diatas, dapat dijelaskan bahwasanya kondisi masterplan sekolah secara eksisting
mayoritas dan diawal, meskipun tidak mutlak seperti diatas. Pada masa lalu, faktor penyeragaman model
sekolah menjadi tuntutan dengan mengesampingkan kondisi tapak dan potensinya.
75
PERLETAKAN MASSA
ZONING | MODEL PENGEMBANGAN MASTERPLAN | PENGEMBANGAN RUANG BELAJAR KEJURUAN | GARIS
SEMPADAN | HUBUNGAN MASSA BANGUNAN DAN RUANG TERBUKA HIJAU | KOEFISIEN DASAR BANGUNAN (KDB)
76
PERLETAKAN MASSA
ZONING | MODEL PENGEMBANGAN MASTERPLAN | PENGEMBANGAN RUANG BELAJAR KEJURUAN | GARIS
SEMPADAN | HUBUNGAN MASSA BANGUNAN DAN RUANG TERBUKA HIJAU | KOEFISIEN DASAR BANGUNAN (KDB)
77
PERLETAKAN MASSA
ZONING | MODEL PENGEMBANGAN MASTERPLAN | PENGEMBANGAN RUANG BELAJAR KEJURUAN | GARIS
SEMPADAN | HUBUNGAN MASSA BANGUNAN DAN RUANG TERBUKA HIJAU | KOEFISIEN DASAR BANGUNAN (KDB)
78
PERLETAKAN MASSA
ZONING | MODEL PENGEMBANGAN MASTERPLAN | PENGEMBANGAN RUANG BELAJAR KEJURUAN | GARIS
SEMPADAN | HUBUNGAN MASSA BANGUNAN DAN RUANG TERBUKA HIJAU | KOEFISIEN DASAR BANGUNAN (KDB)
79
PERLETAKAN MASSA
ZONING | MODEL PENGEMBANGAN MASTERPLAN | PENGEMBANGAN RUANG BELAJAR KEJURUAN | GARIS
SEMPADAN | HUBUNGAN MASSA BANGUNAN DAN RUANG TERBUKA HIJAU | KOEFISIEN DASAR BANGUNAN (KDB)
80
PERLETAKAN MASSA
ZONING | MODEL PENGEMBANGAN MASTERPLAN | PENGEMBANGAN RUANG BELAJAR KEJURUAN | GARIS
SEMPADAN | HUBUNGAN MASSA BANGUNAN DAN RUANG TERBUKA HIJAU | KOEFISIEN DASAR BANGUNAN (KDB)
81
PERLETAKAN MASSA
ZONING | MODEL PENGEMBANGAN MASTERPLAN | PENGEMBANGAN RUANG BELAJAR KEJURUAN | GARIS
SEMPADAN | HUBUNGAN MASSA BANGUNAN DAN RUANG TERBUKA HIJAU | KOEFISIEN DASAR BANGUNAN (KDB)
82
PERLETAKAN MASSA
ZONING | MODEL PENGEMBANGAN MASTERPLAN | PENGEMBANGAN RUANG BELAJAR KEJURUAN | GARIS
SEMPADAN | HUBUNGAN MASSA BANGUNAN DAN RUANG TERBUKA HIJAU | KOEFISIEN DASAR BANGUNAN (KDB)
Salah satu jenis konsepsi ruang pembelajaran dalam standar fasilitas disebut ruang
pembelajaran umum (RPU), RPU ini mewadahi kegiatan pembelajaran yang bersifat umum dan
atau teori, terdiri atas ruang kelas dan laboratorium dasar.
Pada pendidikan kejuruan, RPU ini harus mewadahi juga kegiatan pembelajaran yang
menuntut keterpenuhan kompetensi dasar keahlian masing-masing bidang. Sehingga secara
teknis, RPU pada sekolah kejuruan tidak bisa disamakan kualifikasi teknisnya dengan sekolah
menengah atas atau sekolah menengah pertama. Pada banyak konsep pendekatan desain di
sekolah modern, ruang pembelajaran umum atau bisa disebut dengan kelas, sudah
bertransformasi melengkapi dirinya dengan fasilitas untuk memenuhi kompetensi dasar
sesuai dengan peruntukan ruang tersebut, misalnya ruang kelas kimia sudah dilengkapi
dengan kebutuhan dasar laboratorium kimia didalamnya.
83
PERLETAKAN MASSA
ZONING | MODEL PENGEMBANGAN MASTERPLAN | PENGEMBANGAN RUANG BELAJAR KEJURUAN | GARIS
SEMPADAN | HUBUNGAN MASSA BANGUNAN DAN RUANG TERBUKA HIJAU | KOEFISIEN DASAR BANGUNAN (KDB)
Maka seyogyanya demikian pula pada sekolah kejuruan, yang mana tercermin dalam struktur
kurikulumnya bahwa materi kurikulum setiap kompetensi keahlian mencerminkan proporsi teori
praktik, dan pengajaran pelajaran umum serta pelajaran kompetensi keahlian. Bahkan secara
umum, seyogyanya jumlah ruang pembelajaran umum (RPU) tidaklah mencerminkan jumlah
rombongan belajar secara linier.
Transformasi ruang pembelajaran umum ini haruslah menjadi skala prioritas dalam merevitalisasi
setiap sekolah kejuruan, dengan alasan sebagai berikut:
84
PERLETAKAN MASSA
ZONING | MODEL PENGEMBANGAN MASTERPLAN | PENGEMBANGAN RUANG BELAJAR KEJURUAN | GARIS
SEMPADAN | HUBUNGAN MASSA BANGUNAN DAN RUANG TERBUKA HIJAU | KOEFISIEN DASAR BANGUNAN (KDB)
85
PERLETAKAN MASSA
ZONING | MODEL PENGEMBANGAN MASTERPLAN | PENGEMBANGAN RUANG BELAJAR KEJURUAN | GARIS
SEMPADAN | HUBUNGAN MASSA BANGUNAN DAN RUANG TERBUKA HIJAU | KOEFISIEN DASAR BANGUNAN (KDB)
86
PERLETAKAN MASSA
ZONING | MODEL PENGEMBANGAN MASTERPLAN | PENGEMBANGAN RUANG BELAJAR KEJURUAN | GARIS
SEMPADAN | HUBUNGAN MASSA BANGUNAN DAN RUANG TERBUKA HIJAU | KOEFISIEN DASAR BANGUNAN (KDB)
Jika pola pembelajaran untuk memenuhi kompetensi dasar sudah terwadahi di ruang
pembelajaran umum (RPU), maka ruang praktik siswa dituntut untuk dapat memenuhi
kebutuhan pada level berikutnya.
Ruang praktik siswa (RPS) haruslah dapat mewadahi beragam model pembelajaran yang
menjawab perkembangan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri. RPS harus
bertransformasi secara efektif dan efisien serta fungsional dengan perkembangan DUDI yang
cepat. Pemutakhiran peralatan, metode dan alur kerja, serta tuntutan produk sesuai dengan
zamannya tentulah menjadi skala prioritas dalam mendesain dan merancang ruang praktik
siswa ini.
Faktor pemanfaatan teknologi haruslah menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan
ketika sekolah melakukan tahapan ini, sehingga kesinambungan pola pembelajaran dengan
dukungan fasilitas menjadi lebih optimal.
87
PERLETAKAN MASSA
ZONING | MODEL PENGEMBANGAN MASTERPLAN | PENGEMBANGAN RUANG BELAJAR KEJURUAN | GARIS
SEMPADAN | HUBUNGAN MASSA BANGUNAN DAN RUANG TERBUKA HIJAU | KOEFISIEN DASAR BANGUNAN (KDB)
- RPS harus mengadaptasi perkembangan pola alur kegiatan dan kerja pada setiap
kompetensi keahliannya. Adaptasi kurikulum dengan perkembangan dunia usaha dan
industri menjadi kunci utama dalam melakukan perencanaan dan desain RPS yang efektif,
efisien, dan fungsional.
- Pola pengadaptasian kurikulum ini tidaklah semata berbasis dengan jenis spesifikasi
fasilitas di dunia usaha dan industri, tetapi harus mempertimbangkan aspek fungsional yang
dibutuhkan. Proporsi kegiatan proses maupun hasilnya haruslah dilakukan dengan cermat
dalam penentuan skala ukuran dan teknis RPS maupun peralatannya. Sehingga sekolah
bisa mencegah over spesifikasi maupun down spesifikasi dalam proses perencanaan
hingga pelaksanaannya.
88
PERLETAKAN MASSA
ZONING | MODEL PENGEMBANGAN MASTERPLAN | PENGEMBANGAN RUANG BELAJAR KEJURUAN | GARIS
SEMPADAN | HUBUNGAN MASSA BANGUNAN DAN RUANG TERBUKA HIJAU | KOEFISIEN DASAR BANGUNAN (KDB)
89
PERLETAKAN MASSA
ZONING | MODEL PENGEMBANGAN MASTERPLAN | PENGEMBANGAN RUANG BELAJAR KEJURUAN | GARIS
SEMPADAN | HUBUNGAN MASSA BANGUNAN DAN RUANG TERBUKA HIJAU | KOEFISIEN DASAR BANGUNAN (KDB)
Selain ruang pembelajaran umum dan ruang praktik siswa sebagai inti fasilitas kegiatan
pembelajaran, maka ada beberapa ruang pendukung dan ruang luar yang menjadi bagian
tidak terpisahkan dari revitalisasi sekolah menengah kejuruan ini. Ruang-ruang tersebut
juga harus mendapatkan perhatian khusus dalam perencanaan dan perancangannya.
90
PERLETAKAN MASSA
ZONING | MODEL PENGEMBANGAN MASTERPLAN | PENGEMBANGAN RUANG BELAJAR KEJURUAN | GARIS
SEMPADAN | HUBUNGAN MASSA BANGUNAN DAN RUANG TERBUKA HIJAU | KOEFISIEN DASAR BANGUNAN (KDB)
91
PERLETAKAN MASSA
ZONING | MODEL PENGEMBANGAN MASTERPLAN | PENGEMBANGAN RUANG BELAJAR KEJURUAN | GARIS
SEMPADAN | HUBUNGAN MASSA BANGUNAN DAN RUANG TERBUKA HIJAU | KOEFISIEN DASAR BANGUNAN (KDB)
‣ Ruang luar adalah bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sekolah, beragam aktivitas harus diwadahi
pada ruang luar ini. Mulai dengan fungsi ruang olahraga, ruang pembentukan karakter, hingga ruang
gerak sosialisasi siswa maupun civitas yang lainnya. Ruang luar terdiri dari ruang-ruang yang diletakan
sebagai penyangga antara Area Praktik dan Area Teori. Ruang-ruang tersebut antara lain:
1. Ruang Serbaguna; Mudah diakses dari luar dan tidak mengganggu proses kegiatan belajar mengajar;
2. Ruang Bimbingan Kejuruan (BK), Unit Kesehatan Siswa (UKS), OSIS, Ruang Koperasi, Kantin, Rumah
Jaga, Tempat Ibadah/ Musholla.
-- Mudah di akses, tidak mengganggu proses kegiatan belajar mengajar;
Ruang UKS mudah di akses oleh mobil Ambulan;
--Rumah Penjaga diletakan pada area tersembunyi namun dapat mengakses keamanan SMK;
Tempat Ibadah apabila dipergunakan hanya untuk kalangan sekolah dapat diletakkan diantara
Area Teori dan Praktik, namun jika dipergunakan oleh kalangan masyarakat sekitar diletakan di
depan agar mudah di akses.
3. Gudang Umum; Gudang umum perletakannya harus mudah di akses untuk loading barang baik dari
Ruang Teori atau Ruang Praktik.
4. Pos Jaga; Mudah di akses dari satu pintu masuk dan pintu keluar, sebagai sarana pendukung
keamanan (parkir mobil dan bangsal sepeda/motor).
5. Lapangan Olahraga; Perletakannya di area yang berada dekat dengan area penunjang lainnya.
Lapangan Olahraga, atau ruang terbuka interaksi.
92
PERLETAKAN MASSA
ZONING | MODEL PENGEMBANGAN MASTERPLAN | PENGEMBANGAN RUANG BELAJAR KEJURUAN | GARIS
SEMPADAN | HUBUNGAN MASSA BANGUNAN DAN RUANG TERBUKA HIJAU | KOEFISIEN DASAR BANGUNAN (KDB)
93
PERLETAKAN MASSA
ZONING | MODEL PENGEMBANGAN MASTERPLAN | PENGEMBANGAN RUANG BELAJAR KEJURUAN | GARIS
SEMPADAN | HUBUNGAN MASSA BANGUNAN DAN RUANG TERBUKA HIJAU | KOEFISIEN DASAR BANGUNAN (KDB)
Berdasarkan Undang-undang No. 28 Tahun 2002 Pasal 13 tentang Bangunan Gedung secara
Definisi Garis Sempadan adalah Garis batas luar pengaman untuk mendirikan bangunan dan atau
pagar yang ditarik pada jarak tertentu sejajar dengan as jalan, tepi luar, kepala jembatan, tepi
sungai, tepi saluran, kaki tanggul, tepi situ atau rawa, tepi waduk, tepi mata air, as rel kereta api,
jaringan tenaga listrik, pipa gas.
Permen PUPR no 28 Tahun 2015 tentang Garis Sempadan Sungai (GSS) dan Garis Sempadan
Danau (GSD). Garis sempadan sungai adalah garis maya di kiri dan kanan palung sungai yang
ditetapkan sebagai batas perlindungan sungai. Garis Sempadan danau adalah luasan lahan yang
mengelilingi dan berjarak tertentu dari tepi badan danau yang berfungsi sebagai kawasan
pelindung danau.
Permen PUPR no 8 Tahun 2015 tentang Garis Sempadan Irigasi. Garis sempadan jaringan irigasi
adalah batas pengamanan bagi saluran dan/atau bangunan irigasi dengan jarak tertentu
sepanjang saluran dan sekeliling bangunan.
94
PERLETAKAN MASSA
ZONING | MODEL PENGEMBANGAN MASTERPLAN | PENGEMBANGAN RUANG BELAJAR KEJURUAN | GARIS SEMPADAN |
HUBUNGAN MASSA BANGUNAN DAN RUANG TERBUKA HIJAU | KOEFISIEN DASAR BANGUNAN (KDB)
Jarak massa ruang-ruang membentuk sebuah massa bangunan. Massa-massa bangunan tersebut
dikomposisikan menjadi suatu komplek bangunan. Jarak antar massa bangunan adalah minimal 8
m. Diantara massa bangunan tersebut akan terbentuk ruang terbuka (open space). Ruang terbuka
ini dapat dimanfaatkan menjadi taman, plaza, gazebo, area olahraga, sebagai filter udara dan
kebisingan serta untuk pencahayaan alami. Perbandingan ruang terbuka hijau dengan bangunan
dalam pembangunan Unit Sekolah Baru (USB) adalah minimal 70% : 30% (KDB 30%) sesuai dengan
Standar Pendidikan Nasional atau disesuaikan dengan pola rancangan tata ruang kota dimasing-
masing Kabupaten/Kota.
Pola rancangan ini biasanya disebut Koefisien Daerah Hijau (KDH). Hal ini disebutkan dalam
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008, tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, disebutkan dalam Bab I tentang
ketentuan Umum, menjelaskan bahwa Koefisien Daerah Hijau (KDH), adalah angka persentase
perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang diperuntukkan
bagi pertamanan/penghijauan dan luas tanah terpetakan/daerah perencanan yang dikuasai sesuai
rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan. Misalnya, USB dengan luas lahan
1,5 Ha, maka luas lahan terbuka adalah sebesar = 70% x 1,5 Ha = 1.050 m².
95
PERLETAKAN MASSA
ZONING | MODEL PENGEMBANGAN MASTERPLAN | PENGEMBANGAN RUANG BELAJAR KEJURUAN | GARIS
SEMPADAN | HUBUNGAN MASSA BANGUNAN DAN RUANG TERBUKA HIJAU | KOEFISIEN DASAR BANGUNAN (KDB)
Pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008, tanggal 26 Mei 2008 Tentang
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, disebutkan
dalam Bab I tentang ketentuan Umum,menjelaskan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah angka
persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung dan luas lahan/tanah
terpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata
bangunan dan lingkungan. Misalnya, USB dengan luas lahan 1,5 Ha, mempunyai KDB sebesar
30%. Maka luas seluruh lantai dasar bangunannya adalah sebesar = 30% x 1,5 Ha = 4.500 m².
96
STRATEGI PEMBANGUNAN
PENENTUAN PRIORITAS PEMBANGUNAN | PENENTUAN LOKASI PEMBANGUNAN |
PENENTUAN KEBUTUHAN RUANG
Contoh prioritas pembangunan ruang dalam pembangunan Unit Sekolah Baru (USB-SMK) adalah:
Prioritas I : Ruang Pembelajaran Umum dan Ruang Praktik;
Prioritas II : Laboratorium Dasar, Perpustakaan dan Ruang, Perkantoran;
Prioritas III : Ruang Guru dan Ruang Penunjang.
Pada kasus Unit Sekolah Baru (USB-SMK) diharapkan pada tahun pertama sudah dapat beroperasi,
oleh karena itu pada rencana penggunaan dana di tahun pertama dialokasikan untuk membangun
ruang teori, ruang praktik, kantor, wc dan peralatan praktik serta meubelair.
Contoh prioritas pembangunan ruang dalam pembangunan COE (Center Of Excellent) adalah:
Prioritas I : Ruang Praktik Siswa;
Prioritas II : Ruang Praktik Kompetensi Dasar.
Pada kasus CoE diharapkan pada tahun pertama sudah dapat beroperasi, oleh karena itu pada
rencana penggunaan dana di tahun pertama dialokasikan untuk membangun ruang praktik, dan
peralatan praktik serta meubelair.
97
STRATEGI PEMBANGUNAN
PENENTUAN PRIORITAS PEMBANGUNAN | PENENTUAN LOKASI PEMBANGUNAN |
PENENTUAN KEBUTUHAN RUANG
1. Ruang Teori
-- Dibangun pada lahan yang sudah siap bangun;
Pembangunannya dilaksanakan dalam satu massa
bangunan (tidak terpotong-potong);
- Arsiran pada site plan diberikan untuk menandai ruang
teori yang akan dibangun dan darimana sumber
dananya
2. Ruang Praktik
-Pilih Kompetensi Keahlian yang mempunyai potensi untuk
dapat dikembangkan menjadi Bussiness Center ;
--
Dibangun pada lahan yang sudah siap bangun;
Pembangunannya dilaksanakan dalam satu massa
bangunan (tidak terpotong-potong);
--
Dapat dicapai dengan mudah oleh akses publik;
Arsiran pada site plan diberikan untuk menandai ruang
praktik yang akan dibangun dan sumber dananya
98
STRATEGI PEMBANGUNAN
PENENTUAN PRIORITAS PEMBANGUNAN | PENENTUAN LOKASI PEMBANGUNAN |
PENENTUAN KEBUTUHAN RUANG
Pembangunan Ruang Teori dan Ruang Praktik harus memperhatikan arah pengembangan master
plan dan penyebaran massa-massa tersebut dalam lahan. Jarak yang terlalu jauh antara massa
ruang teori dan massa ruang praktik yang berjauhan menimbulkan in-efisiensi waktu dalam
kegiatan belajar mengajar dan pengawasan kepada siswa, juga mempertimbangkan masalah
keamanan lingkungan. Oleh sebab itu sebaiknya pembangunan massa ruang teori dan massa
ruang teori cukup dekat dan mudah diakses/ diawasi oleh guru atau petugas sekolah.
99
STRATEGI PEMBANGUNAN
PENENTUAN PRIORITAS PEMBANGUNAN | PENENTUAN LOKASI PEMBANGUNAN | PENENTUAN
KEBUTUHAN RUANG
Contoh, jika sebuah Unit Sekolah Baru (USB)-SMK mempunyai 2 Kompetensi Keahlian, dengan 12
rombel, maka perhitungan kebutuhan Ruang Teorinya adalah:
= (jumlah rombel x 60%) : 80%
= (12 X 60%) : 80%
= 9 Ruang Kelas
Jadi kebutuhan Ruang Teori Unit Sekolah Baru (USB)-SMK tersebut adalah 9 kelas
101
PEMBUATAN GAMBAR KERJA
PENGERTIAN | KOP/LABEL/ETIKET GAMBAR KERJA | DETAIL GAMBAR KERJA
1. Untuk pembangunan USB & COE SMK, Tim Teknis Pembimbing Perencanaan dan
Pengawasan menyajikan dokumen pelaksanaan dalam bentuk
a. Detail Engineering Design atau gambar kerja atau gambar kontruksi. Gambar kerja
adalah gambar-gambar dan uraian-uraian teknis yang terinci secara tersendiri
maupun secara keseluruhan yang menjelaskan detail bangunan sebagai acuan dalam
pelaksanaan dan pengawasan konstruksi
b. Rencana Kerja dan Syaratnya (spesifikasi dan syarat-syarat teknik pembangunan yang
jelas, dan lengkap).
c. Rencana Anggaran Biaya (RAB) pelaksanaan. Dokumen-dokumen tersebut
merupakan satu kesatuan yang melengkapi satu sama lain.
2. Gambar kerja harus mendapat persetujuan dari Kepala Sekolah dalam bentuk tanda tangan
dan di stempel sekolah. Gambar kerja yang dihasilkan dianggap sebagai rencana akhir dan
siap digunakan untuk acuan pelaksanaan dan pengawasan.
102
PEMBUATAN GAMBAR KERJA
PENGERTIAN | KOP/LABEL/ETIKET GAMBAR KERJA | DETAIL GAMBAR KERJA
103
PEMBUATAN GAMBAR KERJA
PENGERTIAN | KOP/LABEL/ETIKET GAMBAR KERJA | DETAIL GAMBAR KERJA
104
PEMBUATAN GAMBAR KERJA
PENGERTIAN | KOP/LABEL/ETIKET GAMBAR KERJA | DETAIL GAMBAR KERJA
105
PEMBUATAN GAMBAR KERJA
PENGERTIAN | KOP/LABEL/ETIKET GAMBAR KERJA | DETAIL GAMBAR KERJA
DENAH
Denah harus menunjukkan bentuk dan ukuran ruang, letak kolom, dinding, kusen pintu dan
jendela, elevasi lantai dan garis potongan (membujur dan melintang).
106
PEMBUATAN GAMBAR KERJA
PENGERTIAN | KOP/LABEL/ETIKET GAMBAR KERJA | DETAIL GAMBAR KERJA
Tampak menunjukkan wajah bangunan dilihat dari sisi yang memungkinkan (depan, samping
kiri-kanan dan belakang)
107
PEMBUATAN GAMBAR KERJA
PENGERTIAN | KOP/LABEL/ETIKET GAMBAR KERJA | DETAIL GAMBAR KERJA
Potongan menunjukkan penampang bangunan mulai dari pondasi hingga penutup atap untuk
menunjukkan hubungan arsitektural dan struktural yang terjadi. Gambar potongan harus dapat
menggambarkan pola hubungan vertikal mulai dari struktur hingga arsitektural. Gambar potongan
harus dibuat sesuai dengan kebutuhan yang akan digambarkan/dijelaskan.
108
PEMBUATAN GAMBAR KERJA
PENGERTIAN | KOP/LABEL/ETIKET GAMBAR KERJA | DETAIL GAMBAR KERJA
109
PEMBUATAN GAMBAR KERJA
PENGERTIAN | KOP/LABEL/ETIKET GAMBAR KERJA | DETAIL GAMBAR KERJA
2. RENCANA ELEKTRIKAL
a. LAYOUT TITIK LAMPU, STOP KONTAK, SAKLAR.
Terdiri dari perletakan titik lampu, stop kontak dan saklar. Perletakan titik lampu di dalam ruangan dan di
luar ruangan.
b. DIAGRAM PEMBAGIAN BEBAN (DAYA)
Diagram pembagian beban (daya) diperlukan untuk mengetahui seberapa besar kapasitas/beban listrik
yang akan terjadi dalam satu massa bangunan.
c. MDP (MAIN DISTRIBUTION PANEL)
MDP adalah panel distribusi utama/kumpulan dari beberapa panel yang berfungsi untuk mengatur
pasokan daya listrik dalam suatu komplek sekolah.
d. SDP/MCB (SINGLE DISTRIBUTION PANEL/MAIN CIRCUIT BREAK)
SDP/MCB adalah satu panel distribusi yang merupakan panel untuk mengatur pasokan daya listrik
dalam suatu wilayah yang lebih kecil (misal; satu massa bangunanRuang Teori, Ruang Praktik dan Ruang
Perkantoran).
3. RENCANA UTILITAS
a. RENCANA AIR BERSIH
Rencana air bersih adalah pengadaan, penyimpanan air bersih dan pendistribusian air bersih.
b. RENCANA AIR KOTOR
Rencana air kotor adalah pembuangan air kotor (termasuk pembuangan air hujan dan bak control),
pengolahan air kotor.
c. RENCANA PNGHAWAAN BUATAN
Rencana penghawaan buatan adalah titik-titik AC dan jalur outdoor serta pembuangannya.
110
PELAKSANAAN
111
PELAKSANAAN
SYARAT TEKNIS BAHAN | PERSIAPAN | PEKERJAAN STRUKTURAL | PEKERJAAN ARSITEKTURAL
| PEKERJAAN SANITASI | PEKERJAAN ELEKTRIKAL | PENYELESAIAN
1. Air
Untuk seluruh pelaksanaan pekerjaan dipakai air tawar bersih yang tidak mengandung minyak, asam,
alkali, garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang merusak bangunan.
2. Pasir Urug
Pasir untuk pengurugan, peninggian dan lain-lain tujuan, harus bersih dan keras.
3. Pasir Pasang
-- Butiran-butiran harus halus dan keras, tidak dapat dihancurkan dengan jari;
Kadar lumpur harus kurang dari 5%;
- Butiran-butirannya harus dapat melalui ayakan persegi #3 mm.
4. Portland Cement (PC)
- Tipe semen yang digunakan adalah Tipe 1, yaitu semen yang biasa digunakan untuk konstruksi (1 zak
berisi 40 atau 50 kg);
- Dalam pengangkutan Portland Cement (PC) ke lokasi pekerjaan, harus dijaga agar tidak terjadi lembab
dan tidak kena air. Penempatan atau penyimpanannya harus di tempat yang terlindung, kering dan
pada ketinggian minimum 25 cm dari lantai;
- Portland Cement (PC) yang sudah membatu (menjadi keras) tidak boleh dipakai.
5. Pasir Beton
- Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan-bahan organis, lumpur dan
kotoran lainnya;
-- Butiran-butiran pasir harus tajam dan keras, serta tidak dapat dihancurkan dengan jari;
Kadar lumpur harus kurang dari 5%.
112
PELAKSANAAN
SYARAT TEKNIS BAHAN | PERSIAPAN | PEKERJAAN STRUKTURAL | PEKERJAAN ARSITEKTURAL
| PEKERJAAN SANITASI | PEKERJAAN ELEKTRIKAL | PENYELESAIAN
6. Batu Kerikil/Split
-- Gunakan batu kerikil kualitas 1 (cor) atau batu pecah/split yang bersih, dan bermutu baik, serta tidak berpori;
Butiran-butiran split/batu kerikil harus dapat melalui ayakan berlubang persegi Ø 40 mm dan tertinggal diatas
ayakan berlubang Ø 20 mm;
- Batu kerikil/split tidak boleh mengandung lumpur melebihi 1%.
7. Batu kali/ batu belah/batu gunung
--Digunakan batu kali/batu belah/batu gunung yang bermutu baik, tidak berpori;
Ukuran batu kali/batu belah/batu gunung yang digunakan yaitu antara 20 cm sampai 30 cm berdasarkan panjang
sisi. Bentuk batu kali/batu belah/batu gunung diusahakan mendekati bentuk bujur sangkar atau agak bulat.
8. Kayu
--
Pada umumnya kayu harus berkualitas baik, dengan minimal mutu Kayu Kelas II;
Yang dimaksud dengan mutu kayu kelas II adalah kayu yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
‣ Kadar lengas kayu 30%;
‣ Besar mata kayu tidak melebihi ¼ dari lebar balok dan juga tidak boleh lebih dari 5 cm;
‣ Balok tidak boleh mengandung lubang radial kayu yang lebih besar 1/10 dari tinggi balok;
‣ Retak dalam arah radial tidak boleh melebihi 1/3 tebal kayu, dan retak-retak menurut lingkaran tidak
melebihi 1/4 tebal kayu;
‣ Miring arah serat (tangenial) tidak melebihi 1/7.
- Kayu untuk keperluan struktural seperti kuda-kuda, rangka atap, tiang, kantilever minimal menggunakan kayu
kelas II;
-- Kayu untuk keperluan non struktural seperti perancah dan bekisting minimal menggunakan kayu Kelas III;
Kusen pintu/ jendela, panel pintu dan jendela maupun jalusi minimal menggunakan kayu kelas II;
- Furniture/Meubelair minimal menggunakan bahan kayu kelas II. Permukaan kayu harus halus dan rata, finishing
akhir minimal menggunakan politur.
113
PELAKSANAAN
SYARAT TEKNIS BAHAN | PERSIAPAN | PEKERJAAN STRUKTURAL | PEKERJAAN ARSITEKTURAL
| PEKERJAAN SANITASI | PEKERJAAN ELEKTRIKAL | PENYELESAIAN
114
PELAKSANAAN
SYARAT TEKNIS BAHAN | PERSIAPAN | PEKERJAAN STRUKTURAL | PEKERJAAN ARSITEKTURAL
| PEKERJAAN SANITASI | PEKERJAAN ELEKTRIKAL | PENYELESAIAN
115
PELAKSANAAN
SYARAT TEKNIS BAHAN | PERSIAPAN | PEKERJAAN STRUKTURAL | PEKERJAAN ARSITEKTURAL
| PEKERJAAN SANITASI | PEKERJAAN ELEKTRIKAL | PENYELESAIAN
15. Cat
- Cat Dinding/cat plafon
Tahan perubahan cuaca dan tidak mudah terkelupas setelah kering;
- Cat kayu/ cat besi
Tahan perubahan cuaca dan tidak mudah terkelupas setelah kering.
16. Penutup Atap
- Bahan yang digunakan untuk penutup atap harus kuat, awet dan tahan lama terhadap gangguan iklim/
cuaca serta tidak gampang bocor atau berkarat dan tidak diperkenankan menggunakan penutup atap
seng gelombang.
- Penutup atap yang direkomendasikan:
Genteng : Minimal genteng tanah liat/keramik
Metal Deck : Genteng metal
17. Bahan-bahan lain
Bahan-bahan lain yang belum disebutkan, yang akan digunakan harus mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari Tim Teknis Pembimbing Perencanaan dan Pengawasan Pembangunan SMK.
116
PELAKSANAAN
SYARAT TEKNIS BAHAN | PERSIAPAN | PEKERJAAN STRUKTURAL | PEKERJAAN ARSITEKTURAL
| PEKERJAAN SANITASI | PEKERJAAN ELEKTRIKAL | PENYELESAIAN
1. Pembersihan lahan; meliputi penebangan pohon, pembuangan sampah dan hal-hal yang tidak
diperlukan untuk pekerjaan;
2. Pengukuran lahan; meliputi penentuan batas-batas lokasi, kontur (kemiringan) tanah;
3. Pematangan lahan (cut and fill); meliputi pemotongan, penimbunan dan pemadatan tanah yang
dianggap perlu;
4. Pembuatan jalan menuju lokasi; dilakukan untuk mempermudah sirkulasi barang dan tenaga ke lokasi
kerja;
5. Penyediaan air; dilakukan untuk menyediakan air yang dibutuhkan untuk membantu pelaksanaan
pekerjaan;
6. Penyediaan listrik; dilakukan untuk menyediakan listrik yang dibutuhkan untuk membantu pelaksanaan
pekerjaan;
7. Tersedia los/area kerja untuk fabrikasi komponen-komponen (contoh: kusen, pintu dan jendela);
dilakukan untuk mempermudah pekerja dalam melakukan pembuatan dan pemasangan komponen
kerja;
8. Penentuan peil lantai (± 0.00) atau titik duga; dilakukan untuk menentukan ketinggian lantai bangunan.
Ketinggian lantai bangunan adalah minimal 40 cm dari muka tanah atau permukaan air tertinggi jika pada
lokasi terdapat genangan air;
9. Pemasangan bouwplank; dilakukan untuk menentukan as bangunan pada gedung yang akan dibangun.
Untuk menentukan siku as bangunan dipakai segitiga siku-siku dengan perbandingan sisi 3:4:5.
117
PELAKSANAAN
SYARAT TEKNIS BAHAN | PERSIAPAN | PEKERJAAN STRUKTURAL | PEKERJAAN ARSITEKTURAL
| PEKERJAAN SANITASI | PEKERJAAN ELEKTRIKAL | PENYELESAIAN
1. Pekerjaan Pondasi
A. Pondasi Batu Kali
a. Lingkup Pekerjaan
Pemasangan profil pondasi, pekerjaan galian dan urugan tanah, pekerjaan anti rayap (untuk daerah yang
terdapat banyak rayap) dan pembuatan pondasi.
b. Bahan yang digunakan
Batu kali dengan ukuran antara 20 cm s/d 30 cm, Pasir cor dan Pc.
c. Penjelasan Pekerjaan
- Siapkan lantai kerja dari pasir kosong tebal ± 5 cm, kemudian lakukan penyemprotan anti rayap. Letakkan
batu kosong (aanstamping) dengan posisi berdiri, batu kali yang digunakan berdiameter antara 20 – 30
cm. Pasangan batu kali menggunakan adukan spesi 1 PC : 4 Ps;
- Pada lokasi-lokasi yang tidak menemukan tanah keras, maka dapat dibantu dengan pemasangan cerucuk
dari kayu (ulin/besi/ dolken) atau bambu dipancang sampai mencapai tanah keras.
B. Pondasi Beton Bertulang
a. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan galian dan urugan tanah, pekerjaan anti rayap (untuk daerah yang terdapat banyak rayap) dan
pembuatan pondasi.
b. Bahan yang digunakan
PC, pasirbeton, kerikil/split, besi beton dan kawat bendrat.
c. Penjelasan pekerjaan
- Siapkan lantai kerja dari spesi 1 PC : 5 Ps setebal ± 5 cm, letakkan pembesian dengan dengan ukuran
minimal 12 mm untuk tulangan utama dan 8 mm untuk begel, cor campuran beton dengan spesi 1 Pc: 2 Ps :
3 Kr.
- Pada lokasi-lokasi yang tidak menemukan tanah keras, maka dapat dibantu dengan pemasangan cerucuk
dari kayu (ulin/besi/dolken) atau bambu dengan meruncingkan ujung kayu yang akan dipancang sampai
mencapai tanah keras. 118
PELAKSANAAN
SYARAT TEKNIS BAHAN | PERSIAPAN | PEKERJAAN STRUKTURAL | PEKERJAAN ARSITEKTURAL
| PEKERJAAN SANITASI | PEKERJAAN ELEKTRIKAL | PENYELESAIAN
119
PELAKSANAAN
SYARAT TEKNIS BAHAN | PERSIAPAN | PEKERJAAN STRUKTURAL | PEKERJAAN ARSITEKTURAL
| PEKERJAAN SANITASI | PEKERJAAN ELEKTRIKAL | PENYELESAIAN
3. Pekerjaan Atap
Pekerjaan atap meliputi pekerjaan rangka atap dan penutup atap
A. Pekerjaan Rangka Kuda-Kuda Kayu
a. Lingkup Pekerjaan : Pekerjaan kayu, pekerjaan anti rayap (untuk daerah yang terdapat banyak rayap)
b. Bahan yang digunakan : Kayu, paku, beugel, obat anti rayap
c. Penjelasan Pekerjaan
- Jika kayu yang digunakan pada pekerjaan structural, maka minimal jenis kayu kelas II (setara kamper);
- Kayu yang digunakan untuk kuda-kuda, rangka atap, tiang maupun kantilever untuk daerah yang
terdapat rayap harus diberikan obat anti rayap;
- Setelah kuda-kuda tertumpu di atas kolom atau ring balk harus dijepit dengan angkur minimal Ø 12
mm.
B. Pekerjaan Rangka Kuda-Kuda Baja
a. Lingkup Pekerjaan : Perakitan baja
b. Bahan yang digunakan : Baja
c. Penjelasan Pekerjaan
- Sambungan kuda-kuda baja dapat menggunakan las atau baut;
- Jika menggunakan kuda-kuda baja maka harus dilakukan pengecatan anti karat sebagai pelindung;
- Dalam hal daerah/sekolah menggunakan baja ringan (truss), maka baja yang digunakan harus berasal
dan dilaksanakan oleh pabrikan yang telah memiliki lisensi dan garansi yang jelas;
- Tatacara perkuatan sambungan baja ringan untuk konstruksi kuda-kuda harus mengikuti aturan yang
ditentukan oleh distributor (engineer), sesuai hasil analisa perhitungan struktur (pembebanan, dimensi
bahan, kualitas bahan dan faktor-faktor keamanan).
121
PELAKSANAAN
SYARAT TEKNIS BAHAN | PERSIAPAN | PEKERJAAN STRUKTURAL | PEKERJAAN ARSITEKTURAL
| PEKERJAAN SANITASI | PEKERJAAN ELEKTRIKAL | PENYELESAIAN
122
PELAKSANAAN
SYARAT TEKNIS BAHAN | PERSIAPAN | PEKERJAAN STRUKTURAL | PEKERJAAN ARSITEKTURAL
| PEKERJAAN SANITASI | PEKERJAAN ELEKTRIKAL | PENYELESAIAN
1. Pekerjaan Dinding
a. Lingkup Pekerjaan
Pemasangan dinding, plesteran, dan acian
b. Bahan yang digunakan
Batu bata, pasir pasang, PC
c. Penjelasan Pekerjaan
-- Untuk pasangan dinding dipakai spesi 1 PC : 5 Ps. Untuk trasraam dipakai spesi 1 PC : 3 Ps;
Ketinggian trasraam dari permukaan sloof minimal adalah 30 cm. Kecuali kamar mandi termasuk
daerah rawa atau mengandung air, maka ketinggian trasraam adalah 1.5 m;
- Ketinggian perhari dalam pemasangan dinding bata untuk menjaga kekuatan dinding bata adalah
1.5 m;
- Bidang dinding yang luasnya lebih besar 12 m² harus ditambahkan kolom praktis dengan tulangan
besi 4 Ø 10, beugel Ø 8 – 20;
- Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan beton (kolom) harus
diberi penguat stek-stek Ø 10 mm, jarak 50 cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik pada
bagian pekerjaan beton dan bagian yang ditanam dalam pasangan bata sekurang-kurangnya 30
cm, kecuali ditentukan lain.
123
PELAKSANAAN
SYARAT TEKNIS BAHAN | PERSIAPAN | PEKERJAAN STRUKTURAL | PEKERJAAN ARSITEKTURAL
| PEKERJAAN SANITASI | PEKERJAAN ELEKTRIKAL | PENYELESAIAN
2. Pekerjaan Pintu & Jendela
a. Lingkup Pekerjaan : Pemasangan kusen, daun pintu, daun jendela dan teralis
b. Bahan yang digunakan : Kayu mutu minimal kelas II/alumunium/upvc, besi, dan kaca
c. Penjelasan Pekerjaan
(1) Pekerjaan Kusen
- Jika kayu, harus dalam keadaan utuh dan tidak cacat. Kayu maupun kusen harus dihindarkan/ dilindungi dari
hujan dan pengaruh pekerjaan lain supaya terhindar dari cacat atau rusak;
- Semua kayu yang jelas terlihat bekas pemakuannya harus didempul atau sejenisnya. Hindari terlalu banyak
pemakuan pada permukaan kayu;
- Setiap bahan yang digunakan, harus terlebih dahulu diberikan obat anti rayap agar tidak terjadi kerusakan di
masa datang;
- Ambang batas bawah jendela minimal adalah 115 cm. Di atas ambang atas kusen pintu dan jendela harus
dipasang balok latei atau rolaag bata yang dipasang miring.
(2) Pekerjaan daun pintu dan jendela
- Sebelum pemasangan, daun pintu dan jendela harus disimpan pada ruang/tempat dengan sirkulasi udara yang
baik, tidak terkena cuaca langsung dan terlindung dari kerusakan dan kelembaban;
- Semua kayu harus diserut halus, rata, lurus dan harus siku sudut-sudutnya serta dilapangan sudah dalam
keadaan siap untuk penyetelan/pemasangan;
- Harus diperhatikan semua sambungan siku/sudut untuk rangka kayu dan penguat lain yang diperlukan hingga
terjamin kekuatannya, dengan memperhatikan/menjaga kerapihan terutama untuk bidang-bidang yang tampak,
tidak boleh ada lubang-lubang atau bekas penyetelan;
-- Seluruh daun pintu harus terbuat dari papan kayu panil/pejal/solid kecuali untuk daun pintu kamar mandi;
Daun jendela dibuka keluar dengan engsel diletakkan di ambang atas, ketebalan kaca jendela adalah minimal 5
mm warna bening.
--Pemasangan teralis
Teralis dipasang pada ruang-ruang yang memerlukan pengamanan lebih tinggi seperti ruang praktik;
-Desain teralis harus cukup rapat dan kuat untuk meningkatkan keamanan.
124
PELAKSANAAN
SYARAT TEKNIS BAHAN | PERSIAPAN | PEKERJAAN STRUKTURAL | PEKERJAAN ARSITEKTURAL
| PEKERJAAN SANITASI | PEKERJAAN ELEKTRIKAL | PENYELESAIAN
3. Pekerjaan Penggantung & Pengunci
a. Lingkup Pekerjaan : Pemasangan engsel, handle, hak angin, pengantung dan pengunci
b. Bahan yang digunakan : Engsel, handle, hak angin, pengunci
c. Penjelasan Pekerjaan
- Semua kunci, engsel harus dilindungi dan dibungkus plastik atau tempat aslinya setelah dicoba.
Pemasangannya dilakukan setelah bangunan selesai dicat;
- Sekrup-sekrup harus cocok dengan barang yang dipasang, dilarang memukul sekrup, cara menancapkan/
membenamkan hanya diputar sampai ujung, sekrup yang rusak waktu dipasang harus dicabut kembali dan
diganti;
- Engsel untuk pintu kayu dipasang 30 cm dari tepi atas dan bawah, sedangkan untuk engsel ke 3 (tiga)
dipasang di tengah-tengah;
- Semua kunci tanam harus terpasang dengan kuat pada rangka daun pintu, dipasang setinggi 90 – 100 cm dari
lantai atau sesuai gambar. Jenis kunci tanam yang digunakan adalah kunci tanam besar;
- Untuk daun pintu yang membuka ke dalam menggunakan engsel kupu sedangkan yang membuka keluar
agar mengunakan engsel H.
4. Pekerjaan Plafon
a. Lingkup Pekerjaan : Pemasangan plafon dan lis plafon
b. Bahan yang digunakan : Kaso 5/7 dan 3/4, triplek 5 mm, Hollow 20/40 atau 40/40, GRC, gypsum, lis plafon
c. Penjelasan Pekerjaan
-- Perhatikan letak titik lampu dan bentuk rumah lampu (armature) saat memasang rangka plafon;
Rangka bisa menggunakan kayu atau besi/aluminium persegi (hollow). Jika menggunakan rangka kayu,
terlebih dahulu diberikan anti rayap agar tidak terjadi kerusakan di masa datang;
- Untuk penutup langit-langit dalam ruangan bisa menggunakan kayu triplek dengan ketebalan minimal 5 mm.
Untuk langit-langit selasar dan sekeliling bangunan bisa menggunakan GRC atau triplek;
- Hasil akhir pemasangan harus rata, lurus dan ukuran nat ± 0,5 cm.
125
PELAKSANAAN
SYARAT TEKNIS BAHAN | PERSIAPAN | PEKERJAAN STRUKTURAL | PEKERJAAN ARSITEKTURAL
| PEKERJAAN SANITASI | PEKERJAAN ELEKTRIKAL | PENYELESAIAN
5. Pekerjaan Lantai
a. Lingkup Pekerjaan : Pemadatan tanah, pembuatan lantai kerja, pemasangan lantai dan plint pengecoran lantai.
b. Bahan yang digunakan : Keramik/granit lantai Kw 1, Pc, Pasir pasang & pasir cor
c. Penjelasan Pekerjaan
(1) Pekerjaan Lantai Keramik/granit
- Untuk pasangan yang langsung di atas tanah, tanah yang akan di-sub lantai harus dipadatkan sehingga terdapat
permukaan yang rata dan untuk memperoleh daya dukung tanah yang maksimal, dipergunakan alat timbris
(pemadat);
- Pasir urug di bawah lantai disyaratkan harus pasir yang keras, bersih dan bebas alkali, asam maupun bahan
organik lainnya dengan tebal minimal 10 cm atau sesuai dengan gambar dan disiram dengan air kemudian
dipadatkan untuk memperoleh kepadatan yang maksimal. Setelah pekerjaan pasir urug selesai maka harus
dilakukan penyemprotan obat anti rayap;
-- Di atas pasir urug diberi adukan rabat beton setebal 5 cm dengan campuran 1 PC : 3 Ps : 5 Kr;
Adukan pengikat lantai keramik/granit menggunakan PC. Adukan harus cukup padat sehingga di permukaan
bawah keramik tidak terdapat rongga udara;
- Untuk menghindari terjadinya “ledakan” pada lantai keramik sebelum keramik dipasang terlebih dahulu direndam
dalam air;
-- Bidang lantai keramik yang dipasang harus benar-benar rata;
Bahan keramik yang telah terpasang dihindarkan dari injakan selama 3 x 24 jam setelah pemasangan;
- Lebar nat maksimum 5 mm membentuk garis lurus atau sesuai dengan gambar, nat diisi dengan bahan pengisi
berwarna/ grouting semen berwarna. Pemberian nat dilakukan minimal setelah 3 x 24 jam setelah pemasangan
keramik;
- Pada sambungan dinding dan lantai keramik harus dipasang plint dengan tinggi 10 cm.
(2) Pekerjaan Lantai Beton
- Untuk lantai beton pada bengkel/workshop umumnya dibuat dari beton bertulang, dengan campuran 1 PC : 2 Ps :
3 Kr atau mutu beton K-175 dan disarankan difinishing dengan floor hardener sehingga mudah dibersihkan dari
minyak pelumas.
126
PELAKSANAAN
SYARAT TEKNIS BAHAN | PERSIAPAN | PEKERJAAN STRUKTURAL | PEKERJAAN ARSITEKTURAL
| PEKERJAAN SANITASI | PEKERJAAN ELEKTRIKAL | PENYELESAIAN
6. Pekerjaan Pengecatan
a. Lingkup Pekerjaan : Pengecatan dinding, plafon, listplank, kusen, daun pintu dan jendela
b. Bahan yang digunakan : Cat tembok, cat kayu dan besi, plamur tembok
c. Penjelasan Pekerjaan :
(1) Pengecatan dinding dan plafon
-- Sebelum dicat permukaan dinding harus di plamur rata dan halus;
Pekerjaan plamur dilakukan sampai pori-pori permukaan dinding tertutup rapat;
-- Pekerjaan pengecatan dinding dilaksanakan setelah pemasangan plafon;
Pekerjaan pengecatan dinding harus merata, berwarna sama dan setelah mengering tidak mengelupas;
--Urutan pekerjaan pengecatan dengan cat pada permukaan plafon sebagai berikut:
Bidang plafon dibersihkan dan diplamur sebelum dipasang;
-Pengecatan plafon harus merata, berwarna sama dan setelah mengering tidak mengelupas.
(2) Pengecatan kayu dan besi
--
Pekerjaan meni/anti karat, residu harus betul-betul rata, berwarna sama, pengecatan minimal 2 (dua) kali;
Urutan pekerjaan pengecatan dengan cat pada permukaan kayu/besi sebagai berikut:
--
2 (dua) kali pengerjaan meni kayu/cat dasar;
1 (satu) kali lapis pengisi dengan plamur kayu;
--
Penghalusan dengan amplas hingga rata;
Pengecatan dengan cat kayu sampai rata minimal 2 (dua) kali.
--
Urutan pekerjaan pengecatan dengan politur pada permukaan kayu/besi sebagai berikut:
Lubang-lubang pada permukaan kayu ditutup dengan dempul;
--
Penghalusan dengan amplas;
Pengelapan dengan kain compound (kompon);
-
Pemelituran dengan politur sampai rata.
127
PELAKSANAAN
SYARAT TEKNIS BAHAN | PERSIAPAN | PEKERJAAN STRUKTURAL | PEKERJAAN ARSITEKTURAL |
PEKERJAAN SANITASI | PEKERJAAN ELEKTRIKAL | PENYELESAIAN
1. Pekerjaan Sanitair
a. Lingkup Pekerjaan : Pemasangan wastafel, kran air
b. Bahan yang digunakan : Wastafel, kran air
c. Penjelasan Pekerjaan :
(1) Pekerjaan wastafel
- Wastafel yang digunakan adalah wastafel meja produk standar, Kw 1, tidak ada retak atau cacat
lainnya;
-- Ketinggian dan konstruksi pemasangan harus disesuaikan dengan gambar;
Pemasangan harus baik, rapi tegak lurus dan dibersihkan dari semua kotoran serta
penyambungan instalasi plumbingnya tidak boleh ada kebocoran.
(2) Perlengkapan sanitair
- Perlengkapan untuk toilet yaitu, tempat sabun, dan lain-lain seperti ditunjukan dalam gambar,
dipakai standar Kw 1 dan dipasang sesuai gambar;
- Semua kran yang dipakai adalah Kw 1, dengan chromed. Ukuran disesuaikan dengan keperluan
masing-masing. Kran-kran yang dipasang di halaman harus mempunyai ulir, sedang kran yang
digunakan di Ruang Praktik Siswa pada bak cuci menggunakan kran leher angsa;
-- Stop kran yang dapat digunakan adalah Kw 1 dari bahan kuningan;
Floor drain dan clean out yang digunakan adalah Kw 1, metal vercroom dengan siphon dan
penutup berengsel untuk floor drain,dop vercroom dengan draad untuk clean out;
- Floor drain yang dipasang telah diseleksi dengan baik, tanpa cacat. Pada tempat-tempat yang
akan dipasangi floor drain. Sebelum dipasang floor drain, maka harus disiapkan terlebih dahulu
sparing yang dipasang pada saat pengecoran.
128
PELAKSANAAN
SYARAT TEKNIS BAHAN | PERSIAPAN | PEKERJAAN STRUKTURAL | PEKERJAAN ARSITEKTURAL |
PEKERJAAN SANITASI | PEKERJAAN ELEKTRIKAL | PENYELESAIAN
2. Pekerjaan Plumbing
a. Lingkup Pekerjaan : Pemasangan pipa air bersih dan air kotor, stop kran, pipa hawa, bak air fiberglass.
b. Bahan yang digunakan : Pipa PVC type D kualitas No.1, pipa besi galvanis, kran dan stop kran, gantungan, klem dan
valve.
c. Penjelasan Pekerjaan :
(1) Pekerjaan instalasi air bersih
-- Bak kontrol (untuk Valve/Stop Kran) dibuat dari pasangan bata dengan adukan kuat dan ditutup beton;
Sambungan pipa PVC untuk air bersih memakai sambungan lem PVC (Solvent) untuk pipa ø 3“ ke bawah;
- Untuk katup/Valve/ Stop Kran yang mempunyai ø 2” ke bawah mengunakan katup penutup dengan sistem
penyambungan memakai ulir/screwed;
- Selanjutnya untuk katup ø 3,4” ke bawah dipakai katup tipe bola (global), yang lebih besar dari ø 3,4” dipakai
katup pintu (Gate Valve/Stop Kran).
(2) Pekerjaan instalasi air kotor
- Semua pipa air kotor baik pipa utama maupun pipa cabang terbuat dari bahan PVC dengan tekanan kerja 10 Kg/
Cm2 standar JIS k 674/kualitas baik;
-- Penyambung pipa (knee) untuk pemipaan ini juga terbuat dari bahan dan merk yang sama;
Floor drain dan clean out dari bahan stainless steel kualitas baik;
--Kemiringan pipa harus diperhatikan untuk memperlancar pembuangan air.
Pemasangan Penyambungan Pipa-Pipa.
--
Untuk penyambung pipa (knee) sambungan harus dari jenis standar yang dikeluarkan oleh pabrik;
Sistem sambungan bisa memakai Ring Gaskets/Rubbert Ring Join, untuk ø 2” digunakan lem/solvent semen;
--
Pipa-pipa dalam dinding dipasang sebelum dinding diplester atau kolom/plat dicor.
Perlindungan/Proteksi waktu pelaksanaan
-
Semua pipa yang terbuka karena belum tersambung dengan alat atau fixtures harus ditutup dengan kap/dop
atau plug, sehingga tidak memungkinkan masuknya kotoran atau benda lainnya;
-
Sebelum pemasangan dan penyambungan, semua pipa-pipa valve/Stop Kran, trap dan penyambung pipa (knee)
harus diperiksa dan dibersihkan dari segala kotoran yang menyumbat.
129
PELAKSANAAN
SYARAT TEKNIS BAHAN | PERSIAPAN | PEKERJAAN STRUKTURAL | PEKERJAAN ARSITEKTURAL |
PEKERJAAN SANITASI | PEKERJAAN ELEKTRIKAL | PENYELESAIAN
131
PELAKSANAAN
SYARAT TEKNIS BAHAN | PERSIAPAN | PEKERJAAN STRUKTURAL | PEKERJAAN ARSITEKTURAL |
PEKERJAAN SANITASI | PEKERJAAN ELEKTRIKAL | PENYELESAIAN
j. Saklar atau stop kontak dinding terpasang pada junction box dengan menggunakan baut atau ditanamkan dalam
dinding;
k. Pada umumnya kabel instalasi penerangan dan instalasi stop kontak harus kabel inti tembaga dengan insulasi PVC,
satu inti atau lebih (NYM). Kabel harus mempunyai penampang minimal 2,5 mm²;
l. Kode warna insulasi kabel harus mengikuti ketentuan PUIL sebagai berikut: Fasa 1 : Merah, Fasa 2 : Kuning, Fasa
3 : Hitam, Netral : Biru, Tanda (ground) : Hijau – Kuning
m. Pipa instalasi pelindung kabel feeder yang dipakai adalah pipa PVC klas AW atau GIP;
n. Pipa, elbow, socket, junction box, clamp dan accessories lainnya harus sesuai satu dengan yang lainnya, tidak
kurang dari Φ ¾”;
o. Pipa fleksibel harus dipasang untuk melindungi kabel antara kotak sambungan (junction box) dan armature lampu.
p. Penyempurnaan kabel :
- Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-kotak penyambungan;
- Kabel-kabel disambungkan sesuai dengan warna-warna atau nama-nama masing-masing, dan harus diadakan
pengetesan tahanan isolasi sebelum dan sesudah penyambungan dilakukan;
- Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan penyambungan-penyambungan tembaga yang dilapisi
dengan timah putih dan kuat. Penyambungan-penyambungan harus dari ukuran yang sesuai;
- Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi dengan pipa PVC/ protolen yang khusus untuk
listrik.
132
PELAKSANAAN
SYARAT TEKNIS BAHAN | PERSIAPAN | PEKERJAAN STRUKTURAL | PEKERJAAN ARSITEKTURAL |
PEKERJAAN SANITASI | PEKERJAAN ELEKTRIKAL | PENYELESAIAN
133
PELAKSANAAN
SYARAT TEKNIS BAHAN | PERSIAPAN | PEKERJAAN STRUKTURAL | PEKERJAAN ARSITEKTURAL |
PEKERJAAN SANITASI | PEKERJAAN ELEKTRIKAL | PENYELESAIAN
134
SPESIFIKASI BAHAN
135
SPESIFIKASI BAHAN
MATERIAL STRUKTURAL | MATERIAL ARSITEKTURAL | MATERIAL SANITASI | MATERIAL
ELEKTRIKAL
NO URAIAN BAHAN PENJELASAN
Pondasi Batu Kali Batu kali dengan ukuran ± 25 cm (30 x 20
cm), Pasir cor, PC
PONDASI Pondasi Beton PC, pasir beton, split/ koral beton, besi - Untuk bangunan 1 lantai, ukuran besi
Bertulang beton dan kawat bendrat tulangan minimal 12 mm, sedangkan
1. Pondasi Batu Kali
untuk bangunan lebih dari 2 lantai,
Atau Pondasi Beton
dipergunakan ukuran besi tulangan
Bertulang
sesuai dengan perhitungan konstruksi.
- Besi SNI.
Sloof Beton bertulang, PC, pasir, kawat bendrat, - Sloof 15/20 merupakan pasangan beton
tulangan utama min. 4 ø12 mm, atau 6 ø tulang besi yang dipasang diatas pondasi
10 mm,beugel min 8 mm, Mutu Beton K dan dipasang sepanjang pondasi dengan
175 - K 225 untuk bangunan 1 lantai, ukuran lebar 15 cm dan ]nggi 20 cm.
sedangkan untuk bangunan ber]ngkat, - Besi SNI
kebutuhan tulangan berdasarkan
Sloof, Kolom, Balok, Balok Beton Bertulang, PC, Pasir, Kawat Bendrat,
perhitungan konstruksi. Besi SNI
2.
Plat Lantai tulangan utama min. 6 ø12 mm, atau 4 ø
16 mm, Beugel min 8 mm, Mutu Beton K
175 - K 225 untuk bangunan 1 lantai,
sedangkan untuk bangunan ber]ngkat,
kebutuhan tulangan berdasarkan
perhitungan Konstruksi.
136
SPESIFIKASI BAHAN
MATERIAL STRUKTURAL | MATERIAL ARSITEKTURAL | MATERIAL SANITASI | MATERIAL
ELEKTRIKAL
Plat Lantai Beton Bertulang, PC, Pasir, - Tebal minimal plat lantai adalah
Kawat Bendrat, tulangan pokok 12 cm, untuk plat lantai atap
minimal 10 mm, Mutu Beton K minimal 10 cm
175 - K 225. Tebal plat lantai - Besi SNI
minimal 12 cm
137
SPESIFIKASI BAHAN
MATERIAL STRUKTURAL | MATERIAL ARSITEKTURAL | MATERIAL SANITASI | MATERIAL
ELEKTRIKAL
Rangka Kuda-Kuda
Kuda-kuda Baja Ringan - Menggunakan aplikator dan distributor
berser]fikat
Baja
- Harus ada jaminan produk dan pemasangannya
3. Atap secara jelas
Penutup Atap Genteng Tanah Liat, Beton,
Genteng Metal.
- Mempunyai ketebalan yang cukup sehingga
]dak mudah pecah.
- Tidak retak dan mempunyai ukuran yang sama.
- Pembakarannya sudah matang dengan warna
merah kehitaman dan berbunyi nyaring apabila
diketuk.
- Kuat menahan injakan kaki.
138
SPESIFIKASI BAHAN
MATERIAL STRUKTURAL | MATERIAL ARSITEKTURAL | MATERIAL SANITASI | MATERIAL
ELEKTRIKAL
139
SPESIFIKASI BAHAN
MATERIAL STRUKTURAL | MATERIAL ARSITEKTURAL | MATERIAL SANITASI | MATERIAL
ELEKTRIKAL
-
Kaca Polos minimal 5 mm
Teralis Besi Besi dicat;
- Diameter besi yang digunakan harus tepat sesuai dengan
yang dibutuhkan (full);
- Ruang Komputer dan Ruang Prak]k yang memerlukan
pengamanan.
140
SPESIFIKASI BAHAN
MATERIAL STRUKTURAL | MATERIAL ARSITEKTURAL | MATERIAL SANITASI | MATERIAL
ELEKTRIKAL
NO URAIAN BAHAN PENJELASAN
Lantai Keramik Keramik lantai kw1 - Ukuran minimal 40 x 40;
- Ukuran minimal 20 x 20 bertekstur untuk lantai KM/WC;
- Ukuran 20x25 untuk dinding KM/WC;
- Warna dan tekstur keramik disesuaikan dengan fungsi
ruang.
Lantai Beton Beton bertulang, dengan - Bengkel/ workshop.
5. Lantai
campuran - Bengkel/workshop beban ]dak tetap memakai beton
1 PC : 2 Ps : 3 Krkl atau bertulang mutu minimal K-175
minimal mutu beton K-175
Plin Keramik lantai kw1 - Ukuran Minimal 10 x 40, untuk lantai ukuran 40 x 40
- Warna dan tekstur keramik disesuaikan dengan fungsi
ruang
Pengecatan Dinding Cat tembok dan plamir - Sebelum melakukan plamir tembok, diperha]kan tentang
tembok kematangan proses pekerjaan acian agar proses
pengecatan lebih maksimal;
- Sebelum pengecatan dilakukan pekerjaan plamir terlebih
dahulu untuk dinding bagian luar (outdoor), menggunakan
cat dengan pelindung cuaca (weathershield)
6. Pengecatan
- Proses pengecatan dilakukan minimal 3x
Pengecatan Plafon Cat kayu atau cat tembok
Pengecatan Cat Kayu
Sebelum pengecatan dilakukan pekerjaan plamir terlebih
Listplank
dahulu
Pengecatan Kusen & Cat Politur, Cat Melamik
Daun Pintu Jendela
141
SPESIFIKASI BAHAN
MATERIAL STRUKTURAL | MATERIAL ARSITEKTURAL | MATERIAL SANITASI | MATERIAL
ELEKTRIKAL
142
SPESIFIKASI BAHAN
MATERIAL STRUKTURAL | MATERIAL ARSITEKTURAL | MATERIAL SANITASI | MATERIAL
ELEKTRIKAL
143
PENGAWASAN
144
PENGAWASAN
Tugas dan tanggung jawab Pengawas Pembangunan Gedung SMK adalah mengawasi jalannya
pelaksanaan pekerjaan agar sesuai dengan perencanaan, termasuk mendeteksi masalah dan
memberikan solusi dalam aspek teknis dan administrasi di lapangan. Tugas Pengawas juga memberikan
rekomendasi yang terkait dengan aspek administratif dan kelayakan teknis untuk penyusunan laporan
kegiatan.
B. TUGAS PENGAWAS
1. Membantu Kepala Dinas/Ketua Panitia mengarahkan dan membimbing secara periodik kepada
Panitia Pembangunan selama pekerjaan berlangsung;
2. Mengawasi, memeriksa kualitas dan kuantitas bahan yang diterima dilokasi;
3. Mengawasi, memeriksa dan mengevaluasi kemajuan pekerjaan pembangunan;
4. Memberikan saran administrasi dan teknis atas pelaksanaan pembangunan di lapangan;
5. Membantu Panitia Pembangunan membuat laporan kemajuan pekerjaan.
145
PENUTUP
146
PENUTUP
Pedoman perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan Pembangunan Gedung SMK
diharapkan menjadi acuan bagi pihak-pihak terkait dalam pelaksanaan pembangunan
berbabagai ragam gedung SMK sesuai jenis dan fungsi ruang. Sehingga diharapkan terdapat
kesamaan pandangan dan persepsi dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program
Bantuan Pemerintah.
Program Bantuan Pemerintah, akan berjalan lancar apabila semua yang terlibat dalam
pelaksanaan program konsisten terhadap Peraturan Perundang-undangan yang berlaku
termasuk penerapan Pedoman perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan Pembangunan.
Hal-hal yang belum diatur dalam Pedoman perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
Pembangunan Gedung SMK ini akan diatur lebih rinci dalam Surat Perjanjian pemberian
Bantuan, dan Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Keuangan
yang dikeluarkan Direktorat SMK.
147
LAMPIRAN
148
PEDOMAN
BIDANG LAINNYA
AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN & HORTIKULTURA
Kompetensi Keahlian
Lab Lab
Kultur Jaringan Hama & Penyakit
GREEN HOUSE
Lab
Pasca-panen
Lay Out Pengembangan Tata
Ruang
Lab Pasca
Lab Hama &
Panen
Penyakit
Green Green
House House
Lab
Kultur Jaringan Storage
Alat pertanian
H ama it
b
La enyakiswa en
& P0m - 12s Gre se
Hou
2
8
en
Gre se
Hou
e
t o rag nian
S erta
tP
Ala 112m
2
r
K ultu
Lab ringaniswa
Ja - 12s
2
64m
wasis
Lab G
80 Pan asc
P Ho reen
a use
- 12 en
m 2
sisw
a
G
Ho reen
use
La
& P b Ha
80
m eny
ma
2
- 12 ak
sisw it
a
Kompetensi Keahlian
Lab Food
Mikrobiologi Technology
Pengolahan Pengolahan
Hasil Nabati Hasil Hewani
Sensoris
Packaging
(Testing)
Lay Out Pengembangan Tata
Ruang
Storage Alat
Sensoris (Tester)
Lab
Food Packaging
Lab
Mikrobiologi
Lab
Food Processing
Receiving Lab
& Food Technology
Sorting
Mik Lab
80 r o b
- 12 iolo
m2
sisw gi
a
L
Pac ab Fo
54m ka od
2
- 8s gin
isw g
a
i v i ng &
e
Rec ortingsiswa
S m -2 2
F o od
y
13,5
Lab nologswa
h i
Tec27m - 4s
2
Kompetensi Keahlian
navigasi
Ruang
Visual Server Area Kerja
Learning Room Ruang Kerja Menjangka Peta
Navigasi
Ruang
Bangsal Kapal
Kompetensi Keahlian
Bengkel Teknika
Kapal
Lantai 1
Ruang Praktik Siswa
Teknika Kapal Penangkap Ikan
Lay Out Pengembangan Tata
Ruang
Lantai 2
Lantai 1
Lantai 1
Lantai 2
Lantai 2
Axonometric
Perspective
Kompetensi Keahlian
navigasi
Ruang
Visual Server Area Kerja
Learning Room Ruang Kerja Menjangka Peta
Navigasi
Ruang
Bangsal Kapal
Kompetensi Keahlian
Bengkel Teknika
Kapal
Lantai 1
Ruang Praktik Siswa
Teknika Kapal Niaga
Lay Out Pengembangan Tata
Ruang
Lantai 2
Lantai 1
Lantai 1
Lantai 2
Lantai 2
Axonometric
Perspective
Halaman-1
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-2
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-3
DAFTAR ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Halaman-1
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-2
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-3
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-4
DAFTAR ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Halaman-1
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-2
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-3
DAFTAR ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Halaman-1
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-2
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-3
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-4
DAFTAR ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
IV.2 AHSP - A.4.1.1 HARGA SATUAN PEKERJAAN BETON (Pembesian dan Bekisting)
Halaman-1
HARGA SATUAN JUMLAH HARGA
No. URAIAN KODE SATUAN KOEFISIEN
(Rp). (Rp).
1 2 3 4 5 6 7 = (5x6)
B. BAHAN :
a. Besi Beton (Polos/ Ulir) Ǿ 10 mm - Kg 10,500 - -
b. Kawat Beton - Kg 0,150 - -
JUMLAH HARGA BAHAN -
C. PERALATAN :
- - - - -
JUMLAH HARGA ALAT -
D. Jumlah (A+B+C) -
E. Overhead & Profit 10% x D
F. Harga Satuan Pekerjaan(D + E) -
Untuk Pembesian 1 Kg dengan Besi Polos atau Besi Ulir Ǿ 10 mm (Harga Satuan Pekerjaan / 10) -
4. Besi Beton (Polos/ Ulir) Ǿ 12 mm
A. TENAGA :
Pekerja L.01 Org/Hari 0,070 - -
Tukang Besi L.02 Org/Hari 0,070 - -
Kepala Tukang L.03 Org/Hari 0,007 - -
Mandor L.04 Org/Hari 0,004 - -
JUMLAH TENAGA KERJA -
B. BAHAN :
a. Besi Beton (Polos/ Ulir) Ǿ 12 mm - Kg 10,500 - -
b. Kawat Beton - Kg 0,150 - -
JUMLAH HARGA BAHAN -
C. PERALATAN :
- - - - -
JUMLAH HARGA ALAT -
D. Jumlah (A+B+C) -
E. Overhead & Profit 10% x D
F. Harga Satuan Pekerjaan(D + E) -
Untuk Pembesian 1 Kg dengan Besi Polos atau Besi Ulir Ǿ 12 mm (Harga Satuan Pekerjaan / 10) -
5. Besi Beton (Polos/ Ulir) Ǿ 16 mm
A. TENAGA :
Pekerja L.01 Org/Hari 0,070 - -
Tukang Besi L.02 Org/Hari 0,070 - -
Kepala Tukang L.03 Org/Hari 0,007 - -
Mandor L.04 Org/Hari 0,004 - -
JUMLAH TENAGA KERJA -
B. BAHAN :
a. Besi Beton (Polos/ Ulir) Ǿ 16 mm - Kg 10,500 - -
b. Kawat Beton - Kg 0,150 - -
JUMLAH HARGA BAHAN -
C. PERALATAN :
- - - - -
JUMLAH HARGA ALAT -
D. Jumlah (A+B+C) -
E. Overhead & Profit 10% x D
F. Harga Satuan Pekerjaan(D + E) -
Untuk Pembesian 1 Kg dengan Besi Polos atau Besi Ulir Ǿ 12 mm (Harga Satuan Pekerjaan / 10) -
Halaman-2
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-3
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-4
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-5
DAFTAR ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Halaman-1
DAFTAR ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
SATUAN KERJA : DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PERHUBUNGAN KABUPATEN BANGGAI LAUT
PEKERJAAN : PEMBANGUNAN USB / CEO SMK
LOKASI : SMK ….........
TAHUN ANGGARAN : 2020
Halaman-1
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-2
VII. AHSP - A.4.4.2 HARGA SATUAN PEKERJAAN PLESTERAN
Halaman-3
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
VIII. AHSP - A.4.4.3 HARGA SATUAN PEKERJAAN PENUTUP LANTAI DAN PENUTUP DINDING
Halaman-4
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-5
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-6
DAFTAR ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Halaman-1
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-2
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-3
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-4
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-5
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-6
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-7
DAFTAR ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Halaman-1
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-2
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-3
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-4
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-5
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-6
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-7
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-8
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-9
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-10
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-11
DAFTAR ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Halaman-1
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-2
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-3
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-4
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-5
DAFTAR ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Halaman-1
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-2
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-3
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-4
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
AHSP - A.5.1.1
KODE/ JENIS PEKERJAAN Memasang 1 m' Pipa PVC tipe AW Ø ¾"
SATUAN PEMBAYARAN : M1
Halaman-5
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
AHSP - A.5.1.1
KODE/ JENIS PEKERJAAN : Pemasangan Pipa PVC Type AW Diameter 3"
SATUAN PEMBAYARAN : M1
Halaman-6
DAFTAR ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Halaman-1
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-3
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-4
DAFTAR ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN
Halaman-1
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-2
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-3
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-4
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-5
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-6
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-7
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-8
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-9
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-10
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-11
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-12
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-13
FORMULIR STANDAR UNTUK
PEREKAMAN ANALISA MASING-MASING HARGA SATUAN
Halaman-14