1 SM
1 SM
6, 2018
ABSTRAK
Pelayanan kesehatan yang dilakukan di instalasi gawat darurat harus sesuai dengan standar
prosedur operasional, salah satunya adalah standar prosedur operasional triage. Pelaksanaan
triage di ruang IGD RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah tidak sesuai dengan standar
prosedur operasional yang telah ditetapkan oleh Rumah Sakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan
standar prosedur operasional triage di ruang IGD RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah. Jenis
penelitian ini kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah populasi dalam penelitian ini
sebanyak 33 orang dan jumlah sampel sebanyak 30 orang (3 orang perawat cuti) dengan teknik
pengambilan sampel menggunakan total sampling. Analisis data menggunakan uji chi-square.
Hasil penelitian ini didapatkan ada hubungan tingkat pendidikan dengan kepatuhan perawat
dalam pelaksanaan standar prosedur operasional triage, nilai p=0,047 (p<0,05) dan ada
hubungan pelatihan gawat darurat dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan standar
prosedur operasional triage, nilai p=0,041 (p<0,05). Variabel yang tidak bermakna yaitu
usia(p=0,417), jenis kelamin (p=0,72), status pekerjaan (p=0,259), lama bekerja (p=0,712), dan
pengetahuan (p=1.000). Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan tingkat pendidikan
dan pelatihan gawat darurat dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan standar prosedur
operasional triage di ruang IGD RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah dan tidak ada
hubungan antara usia, jenis kelamin, status pekerjaan, lama bekerja dan pengetahuan dengan
kepatuhan perawat dalam pelaksanaan standar prosedur operasional triage di ruang IGD RSUD
Undata Provinsi Sulawesi Tengah.
ABSTRACT
Health services that done in emergency unit should based on operational prosedural standar, one
of it is triage operational prosedural standar. Implementation of triage operational prosedural
standar in emergency unit of Undata General Hospital still unproper implementation. This study
aims to identify the relationship factors of nurses obediance in implementation of triage
operational prosedural standar in Emergency unit of Undata General Hospital, Central Sulawesi
Province. This is quantitative study with cross sectional approaching. Population number were 33
staff nurses, but samples number were 30 staff nurses (3 of them in annual leave) and taken by
totally sampling technique. Data analyzed by chi-square test. The resul found that having
relationship of educational level with nurses obediance in implementation of triage operational
prosedural standar, with p value = 0,047 (p < 0,05). And having relationship of emergency
training with nurses obediance in implementation of triage operational prosedural standar, with P
value = 0,041 (p < 0,05). No significant variabels consist of age (p = 0,417), gender (p=0,72),
occupational status (p = 0,259), length of work (p = 0,712), and knowledge (p = 1,000).
Conclusion of this study that having relationship of educational level and emergency trainning
with nurses obediance in implementation of triage operational prosedural standar in Emergency
unit of Undata General Hospital, Central Sulawesi Province. And no relationship between age,
gender, occupational status, lenght of work and knowledge with nurses obediance in
implementation of triage operational prosedural standar in Emergency unit of Undata General
Hospital, Central Sulawesi Province.
waktu dengan cara yang sama dan tanpa dalam melaksanakan SPO pemasangan
hubungan akal, atau dia adalah sesuatu kateter di RS PKU Muhammadiyah
yang tertanam di 10 dalam jiwa dari hal- Yogyakarta Unit II. Semakin
hal yang berulang kali terjadi dan bertambahnya usia perawat tidak
diterima tabiat. Manusia bisa menjamin bahwa seorang perawat akan
menyimpulkan bahwa manusia selalu patuh terhadap SPO atau
melakukan kebiasaan tanpa berpikir peraturan yang telah ditentukan oleh
karena hal tersebut telah tertanam dalam rumah sakit. Hasil penelitian Natasia et
jiwa manusia dan menjadi tabiat al. (2013), juga menyatakan tidak ada
manusia. hubungan yang signifikan antara usia
Asih (2010) juga menyatakan dengan kepatuhan dalam melaksanakan
kebiasaan adalah perbuatan sehari-hari SPO di ICU-ICCU RSUD Gambiran
yang dilakukan secara berulang-ulang Kota Kediri.
dalam hal yang sama, sehingga menjadi Menurut Notoatmodjo (2005)
adat kebiasaan dan ditaati oleh dalam Gurning et al. (2012), usia
masyarakat. Manusia dapat mempengaruhi terhadap daya tangkap
menyimpulkan hal baru bahwa dan pola pikir seseorang, semakin
kebiasaan bisa berbentuk pribadi karena bertambah usia akan semakin
dilakukan hanya oleh individu tersebut. berkembang pula daya tangkap dan pola
Perbuatan digolongkan menjadi pikirnya sehingga pengetahuan yang
kebiasaan ketika perbuatan tersebut diperolehnya semakin membaik. Usia
dilakukan secara berulang-ulang, tanpa dewasa awal petugas kesehatan yang
melalui proses berpikir, sebagai sudah terlatih dapat melakukan tindakan
tanggapan atau respon terhadap sesuatu, triage karena usia dewasa adalah waktu
dan umumnya adalah perbuatan sehari. pada saat seseorang mencapai puncak
Jadi kebiasaan adalah perilaku yang dari kemampuan intelektualnya.
dilakukan secara berulang-ulang tanpa Responden yang tidak patuh,
melalui proses berpikir karena perilaku ternyata tidak bisa menjawab pertanyaan
tersebut adalah respon terhadap sesuatu tentang pemilahan pasien yang
yang umumnya adalah perbuatan sehari- tergolong gawat, darurat dan
hari. gawatdarurat pada kuesioner yang
Penelitian ini sejalan dengan diberikan saat penelitian dilakukan.
penelitian Ulfa dan Sarzuli (2015) yang Diharapkan kepala ruangan memberikan
menyatakan bahwa usia tidak memiliki sosialisasi tentang SPO triage tentang
pengaruh terhadap kepatuhan perawat cara pemilahan pasien yang dilakukan
triage pada perawat saat dilakukan doa perempuan yaitu sebanyak 16 orang dari
bersama sebelum pergantian shif jaga 30 orang responden dan waktu
perawat yang dinas malam dengan penelitian sangat singkat.
perawat yang dinas pagi. Hasil pengamatan menunjukkan
bahwa Ketidakpatuhan perawat yang
Analisis hubungan jenis kelamin berjenis kelamin perempuan disebabkan
dengan kepatuhan perawat dalam karena perawat yang berjenis kelamin
pelaksanaan SPO triage perempuan lebih banyak menangani
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh pasien yang sudah di triage dan
responden yang berjenis kelamin laki - mencatat tindakan yang telah diberikan
laki sebanyak 14 orang, 8 orang (57,1%) ke pasien daripada menangani pasien
patuh dalam pelaksanaan SPO triage. yang baru masuk di IGD RSUD Undata
Sedangkan responden yang berjenis yang belum dilakukan triage. Hasil
kelamin perempuan sebanyak 16 orang, observasi yang peneliti dapatkan bahwa
hanya 3 orang (18,8%) yang patuh responden yang berjenis kelamin
dalam pelaksanaan SPO triage. perempuan sangat jarang melakukan
Berdasarkan data diatas dapat dilihat triage pada pasien, sehingga sering salah
responden yang dominan tidak patuh dalam memilah - milah pasien dan salah
dalam pelaksanaan SPO triage adalah dalam menempatkan pasein. Misalnya
responden yang berjenis kelamin pasien dengan kategori III (warna hijau)
perempuan yaitu sebanyak 13 orang ditempatkan di ruang untuk kategori II
(81,2%) dari total 16 orang responden (warna kuning) dan pasien dengan
yang berjenis kelamin perempuan. kategori III (warna hijau) ditempatkan di
Hasil uji statistik menyatakan ruang untuk kategori I (warna Merah).
tidak ada hubungan yang bermakna Sejalan dengan hasil penelitian
antara jenis kelamin dengan kepatuhan Ulfa dan Sarzuli (2015) yang
perawat dalam pelaksanaan SPO triage, menyatakan tidak ada hubungan yang
hal ini dibuktikan menggunakan hasil uji bermakna antara jenis kelamin dengan
chi-square diperoleh nilai p = 0,072 (p > kepatuhan perawat dalam melaksanakan
0,05). Tidak adanya hubungan yang SPO, perbedaan jenis kelamin tidak
bermakna antara jenis kelamin dengan dapat menentukan seorang perawat akan
kepatuhan perawat dalam pelaksanaan lebih patuh ataupun tidak dalam
SPO triage, karena lebih banyak melaksanakan SPO.
perawat yang bertugas di Ruang IGD Petugas kesehatan IGD yang
RSUD Undata berjenis kelamin berjenis kelamin laki – laki lebih banyak
dibutuhkan tenaganya untuk menangani melakukan triage pada setiap shif jaga
beberapa kasus yang cukup serius pagi, jaga sore dan jaga malam dapat
dibandingkan petugas kesehatan diatur secara bergantian agar semua
perempuan. Menurut pendapat Siagian perawat bisa melakukan triage.
(2004) dalam Gurning at al (2012), yang
menyatakan bahwa petugas kesehatan Analisis hubungan tingkat pendidikan
IGD berjenis kelamin laki-laki secara dengan kepatuhan perawat dalam
fisik lebih kuat dibandingkan perempuan pelaksanaan SPO triage
tetapi dalam hal ketanggapan memilah Hasil penelitian ini ditemukan bahwa
pasien tidak ada perbedaan dengan responden yang berpendidikan tinggi
petugas kesehatan yang berjenis kelamin (S1&DIV Keperawatan) dengan
perempuan. Menurut Hurlock dalam proporsi lebih besar yaitu 80,0% dan
Soetjiningsih (2012), jenis kelamin laki- cenderung lebih patuh dalam
laki atau anak perempuan sudah pelaksanaan SPO triage, dibandingkan
ditentukan pada saat konsepsi, dan dengan responden yang berpendidikan
sesudahnya tidak ada yang dapat rendah (DIII Keperawatan) (28,0%).
mengubah jenis kelamin anak. Efeknya Hasil uji statistik menggunakan Fisher’s
pada perkembangan selanjutnya/pra exact test didapatkan ada hubungan yang
lahir yaitu jenis kelamin akan bermakna antara tingkat pendidikan
mempengaruhi perbedaan dalam dengan kepatuhan perawat dalam
perkembangan fisik dan psikis anak laki- pelaksanaan SPO triage dimana nilai
laki dan perempuan. p=0,047 jadi nilai p<0,05.
Berdasarkan hasil analisis lebih Terlihat dari jawaban responden
banyak responden yang berjenis kelamin bahwa, ketidakpatuhan perawat yang
perempuan, dimana dari 30 responden berpendidikan rendah (DIII
sebanyak 16 responden (53,3%) berjenis Keperawatan) cukup tinggi dikarenakan
kelamin perempuan dan 14 responden jumlah perawat yang berpendidikan
(46,7%) yang berjenis kelamin laki-laki. rendah (DIII Keperawatan) yang
Hendaknya setiap perawat yang berdinas bekerja di ruang IGD RSUD Undata
di IGD, dibuatkan jadwal dinas yang Palu tersebut lebih dominan dan
seimbang antara yang laki-laki dan yang sebagian besar memiliki status pekerjan
perempuan. Misalnya dalam satu shif sebagai tenaga kontrak. Secara finansial
jaga jumlah perawat yang berdinas tentu sangat berbeda dengan responden
sebanyak 6 orang, jadi 3 orang laki-laki yang sudah berstatus PNS. Tingkat
dan 3 orang perempuan. Untuk pendidikan yang dimiliki oleh seseorang
Analisis hubungan lama kerja dengan lama kerja yang lebih lama kadang-
kepatuhan perawat dalam kadang produktivitasnya menurun
pelaksanaan SPO triage karena terjadi kebosanan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Hasil wawancara salah satu
sebagian besar responden mempunyai responden saat penelitian dilaksanakan
lama bekerja > 5 tahun yaitu sebanyak mengatakan sudah lama ingin pindah ke
18 orang dan sebagian besar juga instalasi (ruangan) yang lain, tetapi tidak
responden yang mempunyai masa kerja disetujui oleh atasan (kepala bidang
> 5 tahun dengan proporsi 66,7% tidak Keperawatan). Penelitian lainnya yang
patuh dalam pelaksanaan SPO triage. sejalan dengan penelitian ini yang
Seperti kita lihat bahwa sebanyak 19 dilakukan oleh Natasia et al. (2013)
orang dengan proporsi 63,3% responden didapatkan tidak ada hubungan yang
tidak patuh dalam pelaksanaan SPO signifikan antara lama kerja dengan
triage, sedangkan responden yang patuh kepatuhan melaksanakan SPO (p =
dalam pelaksanaan SPO triage hanya 11 0,311).
orang (36,7%). Hasil analisis Menurut Sunaryo (2004) dalam
menunjukkan tidak ada hubungan yang Gurning et al. (2012) mengemukakan
bermakna antara lama bekerja responden bahwa tingkat kematangan dalam
dengan kepatuhan perawat dalam berpikir dan berperilaku dipengaruhi
pelaksanaan SPO triage di ruang IGD oleh pengalaman kehidupan sehari- hari.
RSUD Undata Palu. Hasil uji Hal ini menunjukkan bahwa semakin
menggunakan Fisher’s exact test lama masa kerja akan semakin tinggi
didapatkan nilai p value 0,712 dimana p tingkat kematangan seseorang dalam
> 0,05. berpikir sehingga lebih meningkatkan
Lama bekerja memang dapat pengetahuan yang dimiliki. Lama
memberikan pengalaman positif bekerja seorang petugas kesehatan IGD
terhadap pekerjaannya termasuk dapat melakukan triage minimal
kepatuhan perawat dalam melaksanakan memiliki masa kerja > 2 tahun.
SPO triage. Namun pada penelitian ini, Perawat yang memiliki lama
ketidakpatuhan perawat yang bekerja >5 bekerja > 5 tahun perlu dilakukan rotasi
tahun disebabkan karena adanya ke ruangan lain secara bertahap agar
kejenuhan dalam bekerja. Penelitian ini tidak jenuh dengan situasi dan pekerjaan
dikuatkan oleh pendapat Mulyaningsih yang dilakukan setiap hari. Perlunya
(2013) dalam Wibowo (2013) yang koordinasi kepala ruangan dengan
mengatakan bahwa orang yang memiliki Kepala Bidang Keperawatan untuk
pada saat selessai doa bersama sebelum beberapa keluarga pasien yang marah-
operan shif jaga malam dengan shif jaga marah agar pasien cepat diberikan obat,
pagi. padahal kondisi pasien tidak gawat
darurat. Sehingga menyebabkan perawat
Analisis hubungan pengetahuan cenderung untuk tidak patuh dalam
dengan kepatuhan perawat dalam melaksanakan SPO triage.
pelaksanaan SPO triage Pengetahuan responden sangat
Hasil penelitian tentang pengetahuan berkaitan dengan pendidikan responden,
diketahui bahwa sebagian besar hasil penelitian ini menunjukkan
responden berpengetahuan baik yaitu pendidikan minimal responden DIII
sebanyak 28 orang (93,3%). Secara Keperawatan dan masa kerja responden
keseluruhan responden memiliki lebih banyak yang di atas 5 tahun serta
pengetahuan sangat baik tentang SPO usia responden sudah di atas 26 tahun
triage dan hanya 35,7% yang berprilaku yang sudah tergolong dewasa. Sesuai
patuh dalam pelaksanaan SPO triage. dengan teori yang dikemukakan oleh
Sedangkan responden yang Hendra (2008) bahwa faktor-faktor yang
berpengetahuan kurang hanya 2 orang, mempengaruhi pengetahuan yaitu usia,
dimana 1 orang patuh dalam pendidikan dan pengalaman. Namun
pelaksanaan SPO triage dan 1 orang pada penelitian ini dapat kita lihat
tidak patuh terhadap pelaksanaan SPO bahwa tingkat pengetahuan responden
triage. Hasil uji statistik menggunakan yang tergolong baik tidak
Fisher’s exact test didapatkan tidak ada mempengaruhi kepatuhan perawat
hubungan yang signifikan antara dalam pelaksanaan SPO triage di ruang
pengetahuan responden dengan IGD RSUD Undata Provinsi Sulawesi
kepatuhan perawat dalam pelaksanaan Tengah atau dalam kata lain tidak ada
SPO triage di ruang IGD RSUD Undata hubungan antara pengetahuan responden
dimana nilai p=1.000 (p > 0,05). dengan kepatuhan.
Berdasarkan hasil observasi saat Bertentangan dengan hasil
dilakukan penelitian, ketidakpatuhan penelitian yang dilakukan oleh
perawat yang memiliki pengetahuan Oktaviani (2015) yang menyatakan ada
yang baik dikarenakan setiap perawat hubungan yang positif (signifikan)
melakukan tindakan triage selalu antara pengetahuan dan kepatuhan
tergesa-gesa memindahkan pasien ke perawat dalam pelaksanaan standar
ruang tindakan untuk diberikan prosedur operasional pencegahan risiko
pelayanan kesehatan. Hal ini karena ada jatuh pasien di Rumah Sakit Panti
Ulfa M., Sarzuli T. 2015. Pengaruh Wawan dan Dewi. 2010. Pengetahuan,
faktor internal dan eksternal Sikap dan Perilaku Manusia.
terhadap kepatuhan perawat Yogyakarta (ID): nuha medika.
dalam melaksanakan standar
prosedur operasional pemasangan Wibowo AS., Suryani M., Sayono.
kateter di Rumah Sakit PKU 2013. Hubungan karakteristik
Muhammadiyah Yogyakarta Unit perawat dengan penggunaan
II [skripsi]. Yogyakarta (ID): sarung tangan pada tindakan
Magister Manajemen Rumah invasif di ruang rawat inap RSUD
Sakit Universitas Muhammadiyah Dr. H. Soewondo Kendal. Jurnal
Yogyakarta. Ilmu Keperawatan dan
Kebidanan. I (1) : 8