1. Kerajaan Kutai
a) Prasasti Yupa (Terdapat 7 tetapi baru 4 yang berhasil diterjemahkan)
2. Kerajaan Sriwijaya
f) Prasasti Ligor
Prasasti ini berangka tahun 775 Masehi atau 697
Caka
Menceritakan persahabatan antarbangsa yang
terjalin sejak tahun 775 Masehi. Dikisahkan,
seorang raja dari Sriwijaya mendirikan sebuah
bangunan suci yang bernama Trisamaya Caitya
sebagai tanda persahabatan dengan penguasa
Ligor.
Ditulis dalam huruf Kawi berbahasa Sansekerta.
3. Kerajaan Singosari
b) Prasasti Manjusri
Menggunakan aksara Jawa Kuno
dengan bahasa Sanskerta.
Berisi mengenai penempatan sebuah arca Mañjuśrī
oleh Adityawarman di tempat pendarmaan Jina pada
tahun Śaka 1265.
Bertahun 1343
c) Prasasti Wurare
Bertarikh 1211 Saka atau 21 November 1289.
Prasasti ditulis dalam bahasa Sansekerta.
Menceritakan tentang seorang pendeta sakti
bernama Arrya Bharad, yang membelah tanah Jawa
menjadi dua kerajaan dengan air ajaib dari kendinya,
sehingga masing-masing belahan menjadi Janggala dan Pangjalu. Pembelahan
dilakukan untuk menghindari perang saudara antara dua pangeran yang ingin
berperang memperebutkan kekuasaan
e) Prasasti Amogphasa
Menggunakan bahasa Sanskerta
Berisi mengenai restorasi bangunan suci yang rusak, pendirian
sebuah arca Budha dengan nama Gaganaganja(nama
lain Amoghapasa), diadakannya sebuah ritual yang ditujukan
kepada tokoh raja sebagai Jina di sebuah bangunan suci
Buddhis (Jinalaya)
Bertarikh 1346 Masehi.
f) Prasasti Kudadu
11 September 1294 M
Menceritakan pengalaman Raden Wijaya
sebelum menjadi raja Majapahit. Lebih khusus,
prasasti ini menceritakan tentang bantuan yang
diperoleh Raden Wijaya dari Rama Kudadu,
ketika ia melarikan diri dari kejaran
Jayakatwang. Setelah Raden Wijaya berhasil
menjadi raja Majapahit, ia memberikan hadiah kepada penduduk desa dan
kepala desa Kudadu dalam bentuk tanah sima.
Menggunakan aksara Kawi Majapahit
4. Kerajaan Majapahit
a) Prasasti Sukamerta
Menceritakan tentang Raden Wijaya yang menikahi
empat putri Raja Kertanegara untuk dijadikan istri.
1208 Saka atau 1296 M
c) Prasasti Balawi
1305 M
Di dalamnya tidak ditemukan penggambaran cerita
yang jelas
d) Prasasti Prapancasarapura
1320 M
f) Prasasti Alasantan
939 M
Prasasti Alasantan memberi tahu kita bahwa pada 6 September 939 M, Sri
Maharaja Rakai Halu Dyah Sindok Sri Isanawikrama memerintahkan bahwa
tanah-tanah di wilayah Alasantan digunakan sebagai tanah Sima milik Rakaryan
Kabayan.
g) Prasasti Kamban
941 M
Ditulis dalam bahasa Kawi.
Menceritakan tentang peresmian desa
Kamban di daerah benteng oleh Sri Maharaja Rake Hino Sri Isanawikrama Dyah
Matanggadewa pada Maret 941 M.
h) Prasasti Hara-hara
12 Agustus 966 M
Menceritakan tentang pengalihan tanah milik Mpu Mano. Tanah ini adalah
warisannya dan diberikan kepada Mpungku Susuk Pager dan Mpungku
Nairanjana. Tanah ini telah dikembalikan untuk digunakan sebagai royalti untuk
tempat ibadah.
i) Prasasti Maribong
1264 M
Menceritakan tentang Raja Wisnuwardhana yang memberikan hak kelahiran ke
desa Maribong pada 28 Agustus 1264 M.
j) Prasasti Wurae
21 September 1289 Masehi
k) Prasasti Kudadu
11 September 1294 M
Menggunakan aksara Kawi Majapahit
Menceritakan tentang bantuan yang diperoleh Raden Wijaya dari
Rama Kudadu, ketika ia melarikan diri dari kejaran Jayakatwan.
l) Prasasti Canggu
Menceritakan tentang peraturan yang menjadi lokasi perlintasan
di sekitar sungai Solo dan Brantas.
1358 M
p) Prasasti Lumpang
1395 M
Isi dan makna prasasti Lumpang sama dengan prasasti
Katiden, oleh karena itu prasasti ini juga disebut prasasti
Katiden kedua meskipun nomor keluarnya tidak sama.
t) Prasasti jiyu
1408 Saka
Menurut Hasan Djakfar, prasasti tersebut
menunjukkan angka tahun 1408 Saka dan
dikeluarkan oleh Girindrawardhana Dyah
Ranawijaya sehubungan dengan pengukuhan tanah-
tanah yang untuk Sang Hyang Dharma
Trailokyapuri yang telah dianugerahkan kepada Sri
Brahmaraja Gangadhara.
a) Prasasti Sojomerto
Ditulis dalam bahasa Melayu kuno serta beraksara kawi
Berisikan tentang keluarga dari tokoh utamanya yaitu
Dapunta Selendra. Dapunta Selendra ini memiliki Ayah yang
bernama Santanu, ibu yang bernama Bhadrawati serta
istrinya yang bernama Sampula.
b) Prasasti Mantyasih
Prasasti ini memberikan informasi tentang daftar silsilah raja-raja yang
memimpin Kerajaan Mataram sebelum raja Balitung.
c) Prasasti Gondosuli
832 Masehi
Memuat informasi tentang betapa jayanya Dinasti Sanjaya
terutama di masa pemerintahan rangkai patahan yaitu raja
dari kerajaan Mataram Hindu
d) Prasasti Canggal
732 M
Menggunakan bahasa Sansekerta dengan aksara
pallawa
Memberikan informasi tentang pendirian Lingga
yakni lambang Siwa di desa kunjarakunja oleh
Raja Sanjaya. Selain itu prasasti ini memberikan
informasi bahwa yang menjadi raja pada awalnya
adalah sanna yang kemudian digantikan oleh
Sanjaya anak Sannaha yang merupakan saudara dari Sanna.
e) Prasasti Kelurak
Memberikan informasi tentang didirikannya sebuah
bangunan suci untuk arca Manjusri atas perintah dari
Raja Indra yang memiliki gelar Sanggramadhananjaya.
untuk mengetahui keseluruhan isinya tidak dimungkinkan
lagi dikarenakan kondisi dari prasasti yang sudah rusak.
f) Prasasti Kalasan
Ditulis di dalam bahasa Sansekerta serta menggunakan
huruf pranagari
Memberikan informasi bahwa guru sang raja yang
berhasil membujuk Maharaja Tejahpura Panangkarana,
yang merupakan mustika keluarga dari Sailendra
Wamsatilaka atas permintaan dari keluarga Syailendra, dengan tujuan untuk
membangun bangunan suci bagi Dewi Tara dan juga sebuah biara bagi para
pendeta dan yang terakhir adalah penghargaan Desa Kalasan untuk para sangha
yaitu komunitas Kebiarawan dalam agama Buddha
g) Prasasti Shankara
Menceritakan tentang seorang tokoh yang bernama Raja
Shankara yang berpindah agama karena agama Siwa
yang dianut oleh dirinya termasuk agama yang ditakuti
oleh banyak orang.
h) Prasasti Ngadoman
Diperkirakan merupakan perantara antara aksara Budha dengan
aksara kawi.
u) Prasasti Plumpungan
Banyak orang yang percaya bahwa prasasti ini merupakan asal-
usul kota Salatiga.
Ditulis dalam bahasa Sansekerta serta bahasa Jawa kuno yang
tulisannya ditatah pada petak persegi 4 bergaris ganda.
v) Prasasti kayumwungan
Dituliskan dalam bahasa Sansekerta
Isinya memuat tentang seorang raja yang bernama
Samaratungga yang anaknya bernama pramodhawardhani yang
mendirikan bangunan suci di nalaya serta bangunan bernama
Wenuwana yang berarti hutan bambu.
w) Prasasti Siwagrha
Memberikan informasi tentang kelompok Candi Agung yang dipersembahkan
untuk Dewa Siwa yang disebut dengan Shivagrha (Bahasa Sanskerta) yang
berarti rumah Siwa, dimana cirinya cocok dengan kelompok Candi Prambanan.