Anda di halaman 1dari 8

Peninggalan Kerajaan bercorak Hindu Budha

1. Kerajaan Kutai
a) Prasasti Yupa (Terdapat 7 tetapi baru 4 yang berhasil diterjemahkan)

 Bahasa sansekerta atau huruf Pallawa


 Prasasti Yupa berisi tentang (baru 4 prasasti dari 7
prasasti yang berhasil dibaca)
I.menceritakan silsilah Raja Mulawarman, Raja
Mulawarman yang kuat dan peradaban amat
baik, dan kuasa sekaligus cucu dari Sri Maharaja
Kundungga, anak dari Aswawarman
II.menceritakan tentang kebesaran Raja
Mulawarman, raja besar yang sangat baik
budinya dan sangat mulia
III. Berisi peringatan terhadap 2 perkara yang
disedekahkan oleh Raja Mulawarman
IV. Menceritakan tentang Sri Mulawarman sebagai raja mulia dan terkemuka yang
telah menyedekahkan 20.000 ekor sapi untuk kaum Brahmana
 Diperkirakan dari bentuk dan jenisnya berasal dari sekitar 400 Masehi.
 Ditulis dalam bentuk puisi anustub

2. Kerajaan Sriwijaya

a) Prasasti Kedukan Bukit


 Ditulis dalam aksara Pallawa, menggunakan bahasa
Melayu Kuno.
 Pada baris ke-8 terdapat unsur per tanggalan, namun
bagian akhir unsur per tanggalan pada prasasti ini
telah hilang. Seharusnya bagian tersebut diisi dengan
nama bulan.
 Berisi mengenai perjalanan Dapunta Hyang yang melakukan ekspedisi militer untuk
menaklukkan daerah sekitar dengan perahu. Bersama dengan 20 ribu tentaranya.

b) Prasasti Talang Tuo


 Berisi berita tentang pembuatan taman riksetra atas perintah
Dapunta Hyang ri Jayanaga untuk kemakmuran semua
makhluk.
 Ditulis dalam Aksara Pallawa, Berbahasa Melayu Kuno
 Prasasti ini berangka tahun 606 Saka (23 Maret 684 Masehi)

c) Prasasti kota kapur


 Ditulis dalam aksara Pallawa dan menggunakan bahasa Melayu Kuno.
 Prasasti ini menyebutkan adanya ekspedisi Sriwijaya ke daerah
seberang lautan (Pulau Jawa) untuk memperluas kekuasaannya dengan
menundukkan kerajaan-kerajaan di sekitarnya seperti Melayu,
Tulungbawang, dan Tarumanegara.
 Prasasti ini berangka tahun 608 Saka (28 Februari 686 Masehi)
d) Prasasti Telaga Batu
 Prasasti ini tidak memuat tahun atau penanggalan
 Berisi mengenai kutukan-kutukan yang seram terhadap
siapa saja yang melakukan kejahatan dan tidak taat
kepada raja.
Berhuruf Pallawa, dan berbahasa Melayu Kuno

e) Prasasti Karang Berahi


 Berisi tentang kutukan bagi orang yang tidak tunduk atau setia
kepada raja dan orang-orang yang berbuat jahat
 Prasasti ini tidak memuat tahun atau penanggalan
 Menggunakan aksara Pallawa dan bahasanya Melayu Kuno

f) Prasasti Ligor
 Prasasti ini berangka tahun 775 Masehi atau 697
Caka
 Menceritakan persahabatan antarbangsa yang
terjalin sejak tahun 775 Masehi. Dikisahkan,
seorang raja dari Sriwijaya mendirikan sebuah
bangunan suci yang bernama Trisamaya Caitya
sebagai tanda persahabatan dengan penguasa
Ligor.
 Ditulis dalam huruf Kawi berbahasa Sansekerta.

3. Kerajaan Singosari

a) Prasasti Singasari (atau dikenal juga sebagai Prasasti


Gajah Mada)
 Ditulis dengan Aksara Jawa
 Bagian pertama berisi tanggal yang ditulis secara terperinci
serta deskripsi lokasi benda langit yang kemudian berlanjut
dengan khotbah tentang pembangun kuil pemakaman.
 Prasasti ini Berangka tahun 1351 Masehi.

b) Prasasti Manjusri
 Menggunakan aksara Jawa Kuno
dengan bahasa Sanskerta.
 Berisi mengenai penempatan sebuah arca Mañjuśrī
oleh Adityawarman di tempat pendarmaan Jina pada
tahun Śaka 1265.
 Bertahun 1343

c) Prasasti Wurare
 Bertarikh 1211 Saka atau 21 November 1289.
 Prasasti ditulis dalam bahasa Sansekerta.
 Menceritakan tentang seorang pendeta sakti
bernama Arrya Bharad, yang membelah tanah Jawa
menjadi dua kerajaan dengan air ajaib dari kendinya,
sehingga masing-masing belahan menjadi Janggala dan Pangjalu. Pembelahan
dilakukan untuk menghindari perang saudara antara dua pangeran yang ingin
berperang memperebutkan kekuasaan

d) Prasasti Mula Malurung


 Isi (terdapat sepuluh Lempeng tapi yang ke 2,
4, 6 tidak ditemukan)

i. Lempengan pertama berisi


perintah Kertanagara untuk menerbitkan
prasasti sebagai piagam pengesahan
anugerah Bhatara Parameswara dan
Seminingrat, sebagai penguasa Jawa.
ii. Lempengan ketiga berisi pengabdian
Pranaraja terhadap raja-raja
sebelumnya. Kertanagara disebut sebagai putra Seminingrat dan Waning
Hyun. Waning Hyun adalah putri Parameswara. Pengganti Parameswara
adalah Guningbhaya lalu Tohjaya. Sepeninggal Tohjaya, Seminingrat
menyatukan kembali kerajaan Tumapel.
iii. Lempengan kelima berisi kesetiaan Pranaraja terhadap Seminingrat. Juga
berisi puji-pujian untuk Seminingrat.
iv. Lempengan ketujuh berisi lanjutan nama-nama raja bawahan yang
diangkat Seminingrat, antara lain Kertanagara di Kediri
dan Jayakatwang di Gelang-Gelang.
v. Lempengan kedelapan berisi ungkapan terima kasih para abdi yang
dipimpin Ramapati atas anugerah raja.
vi. Lempengan kesembilan berisi anugerah untuk Pranaraja adalah desa Mula
dan desa Malurung. Disebutkan pula bahwa Seminingrat adalah cucu
Bhatara Siwa pendiri kerajaan.
vii. Lempengan kesepuluh berisi perintah Seminingrat melalui Ramapati
supaya Kertanagara mengesahkan anugerah tersebut untuk Pranaraja
 Tahun 1255
 Menggunakan Bahasa Jawa Kuno

e) Prasasti Amogphasa
 Menggunakan bahasa Sanskerta
 Berisi mengenai restorasi bangunan suci yang rusak, pendirian
sebuah arca Budha dengan nama Gaganaganja(nama
lain Amoghapasa), diadakannya sebuah ritual yang ditujukan
kepada tokoh raja sebagai Jina di sebuah bangunan suci
Buddhis (Jinalaya)
 Bertarikh 1346 Masehi.

f) Prasasti Kudadu
 11 September 1294 M
 Menceritakan pengalaman Raden Wijaya
sebelum menjadi raja Majapahit. Lebih khusus,
prasasti ini menceritakan tentang bantuan yang
diperoleh Raden Wijaya dari Rama Kudadu,
ketika ia melarikan diri dari kejaran
Jayakatwang. Setelah Raden Wijaya berhasil
menjadi raja Majapahit, ia memberikan hadiah kepada penduduk desa dan
kepala desa Kudadu dalam bentuk tanah sima.
 Menggunakan aksara Kawi Majapahit

4. Kerajaan Majapahit

a) Prasasti Sukamerta
 Menceritakan tentang Raden Wijaya yang menikahi
empat putri Raja Kertanegara untuk dijadikan istri.
 1208 Saka atau 1296 M

b) Prasasti Butulan atau Prasasti Gosari 


 1376 M atau 1298 saka
 mengenai riwayat seorang ksatriya bernama Sang Rama
Samadya yang menghuni gua ini karena diasingkan
 Menggunakan aksara Jawa kuno

c) Prasasti Balawi
 1305 M
 Di dalamnya tidak ditemukan penggambaran cerita
yang jelas

d) Prasasti Prapancasarapura
 1320 M

 Menceritakan Hayam Wuruk sebelum diangkat menjadi raja, ia


sebelumnya bernama Kummaraja Jiwana. Setelah menjadi raja
kerajaan Majapahit, putri Raja Hayam Wuruk dengan nama
Kusumawardani juga dinobatkan sebagai Raja Kumari yang
berdomisili di Kabalan.
e) Prasasti Parung
 1350 M
 Berbicara tentang petugas pengadilan yang harus
mempertimbangkan sebelum memutuskan kasus pengadilan

f) Prasasti Alasantan
 939 M
 Prasasti Alasantan memberi tahu kita bahwa pada 6 September 939 M, Sri
Maharaja Rakai Halu Dyah Sindok Sri Isanawikrama memerintahkan bahwa
tanah-tanah di wilayah Alasantan digunakan sebagai tanah Sima milik Rakaryan
Kabayan.

g) Prasasti Kamban
 941 M
 Ditulis dalam bahasa Kawi.
 Menceritakan tentang peresmian desa
Kamban di daerah benteng oleh Sri Maharaja Rake Hino Sri Isanawikrama Dyah
Matanggadewa pada Maret 941 M.

h) Prasasti Hara-hara
 12 Agustus 966 M
 Menceritakan tentang pengalihan tanah milik Mpu Mano. Tanah ini adalah
warisannya dan diberikan kepada Mpungku Susuk Pager dan Mpungku
Nairanjana. Tanah ini telah dikembalikan untuk digunakan sebagai royalti untuk
tempat ibadah.

i) Prasasti Maribong
 1264 M
 Menceritakan tentang Raja Wisnuwardhana yang memberikan hak kelahiran ke
desa Maribong pada 28 Agustus 1264 M.

j) Prasasti Wurae
 21 September 1289 Masehi

 berbicara tentang seorang raja yang berhasil


menyatukan dua wilayah, yaitu antara wilayah
Janggala dan Panjalu, sebelum menanam patung
Mahaksobhya di Wurare.

k) Prasasti Kudadu
 11 September 1294 M
 Menggunakan aksara Kawi Majapahit
 Menceritakan tentang bantuan yang diperoleh Raden Wijaya dari
Rama Kudadu, ketika ia melarikan diri dari kejaran Jayakatwan.

l) Prasasti Canggu
 Menceritakan tentang peraturan yang menjadi lokasi perlintasan
di sekitar sungai Solo dan Brantas.
 1358 M

m)Prasasti Biluluk I (1366 M), Biluluk II (1393 M) dan


Biluluk III (1395 M)
 Isi prasasti Biluluk I, Biluluk II, dan Biluluk III adalah sama,
yang berisi hak dan kekuasaan yang diberikan kepada desa
Bluluk dan Tanggulan. Selain itu, prasasti ini juga berbicara
tentang produksi dan produksi garam di wilayah pesisir dan
sumber air garam. Ini juga menjelaskan tentang sistem pajak,
sehingga perlu aturan dan standar yang ketat.

n) Prasasti Karang Bogem


 1387 M
 Bercerita tentang pembukaan atau peresmian area
penangkapan ikan di desa Karang Bogem.
o) Prasasti Katiden
 1392 M
 Menceritakan tentang pembebasan penduduk 11 desa di Katiden

p) Prasasti Lumpang
 1395 M
 Isi dan makna prasasti Lumpang sama dengan prasasti
Katiden, oleh karena itu prasasti ini juga disebut prasasti
Katiden kedua meskipun nomor keluarnya tidak sama.

q) Prasasti Waringin Pitu


 1447 M
 Berbicara tentang tatanan para penguasa dan
pemerintah kerajaan Majapahit
.
r) Prasasti Jiwu
 1486 M
 Menceritakan peresmian hibah tanah Trailokyapuri kepada Sri
Brahmana Ganggadara

s) Prasasti Marahi Manuk


 Menceritakan konflik tanah yang terjadi pada waktu itu

t) Prasasti jiyu
 1408 Saka
 Menurut  Hasan Djakfar, prasasti tersebut
menunjukkan angka tahun 1408 Saka dan
dikeluarkan oleh Girindrawardhana Dyah
Ranawijaya sehubungan dengan pengukuhan tanah-
tanah yang untuk Sang Hyang Dharma
Trailokyapuri yang telah dianugerahkan kepada Sri
Brahmaraja Gangadhara.

5. Kerajaan Mataram Kuno

a) Prasasti Sojomerto
 Ditulis dalam bahasa Melayu kuno serta beraksara kawi
 Berisikan tentang keluarga dari tokoh utamanya yaitu
Dapunta Selendra. Dapunta Selendra ini memiliki Ayah yang
bernama Santanu, ibu yang bernama Bhadrawati serta
istrinya yang bernama Sampula.

b) Prasasti Mantyasih
 Prasasti ini memberikan informasi tentang daftar silsilah raja-raja yang
memimpin Kerajaan Mataram sebelum raja Balitung.

c) Prasasti Gondosuli
 832 Masehi
 Memuat informasi tentang betapa jayanya Dinasti Sanjaya
terutama di masa pemerintahan rangkai patahan yaitu raja
dari kerajaan Mataram Hindu

d) Prasasti Canggal
 732 M
 Menggunakan bahasa Sansekerta dengan aksara
pallawa
 Memberikan informasi tentang pendirian Lingga
yakni lambang Siwa di desa kunjarakunja oleh
Raja Sanjaya. Selain itu prasasti ini memberikan
informasi bahwa yang menjadi raja pada awalnya
adalah sanna yang kemudian digantikan oleh
Sanjaya anak Sannaha yang merupakan saudara dari Sanna.
e) Prasasti Kelurak
 Memberikan informasi tentang didirikannya sebuah
bangunan suci untuk arca Manjusri atas perintah dari
Raja Indra yang memiliki gelar Sanggramadhananjaya.
 untuk mengetahui keseluruhan isinya tidak dimungkinkan
lagi dikarenakan kondisi dari prasasti yang sudah rusak.

f) Prasasti Kalasan
 Ditulis di dalam bahasa Sansekerta serta menggunakan
huruf pranagari
 Memberikan informasi bahwa guru sang raja yang
berhasil membujuk Maharaja Tejahpura Panangkarana,
yang merupakan mustika keluarga dari Sailendra
Wamsatilaka atas permintaan dari keluarga Syailendra, dengan tujuan untuk
membangun bangunan suci bagi Dewi Tara dan juga sebuah biara bagi para
pendeta dan yang terakhir adalah penghargaan Desa Kalasan untuk para sangha
yaitu komunitas Kebiarawan dalam agama Buddha

g) Prasasti Shankara
 Menceritakan tentang seorang tokoh yang bernama Raja
Shankara yang berpindah agama karena agama Siwa
yang dianut oleh dirinya termasuk agama yang ditakuti
oleh banyak orang.

h) Prasasti Ngadoman
 Diperkirakan merupakan perantara antara aksara Budha dengan
aksara kawi.
u) Prasasti Plumpungan 
 Banyak orang yang percaya bahwa prasasti ini merupakan asal-
usul kota Salatiga.
 Ditulis dalam bahasa Sansekerta serta bahasa Jawa kuno yang
tulisannya ditatah pada petak persegi 4 bergaris ganda.

v) Prasasti kayumwungan
 Dituliskan dalam bahasa Sansekerta
 Isinya memuat tentang seorang raja yang bernama
Samaratungga yang anaknya bernama pramodhawardhani yang
mendirikan bangunan suci di nalaya serta bangunan bernama
Wenuwana yang berarti hutan bambu.

w) Prasasti Siwagrha
 Memberikan informasi tentang kelompok Candi Agung yang dipersembahkan
untuk Dewa Siwa yang disebut dengan Shivagrha (Bahasa Sanskerta) yang
berarti rumah Siwa, dimana cirinya cocok dengan kelompok Candi Prambanan.

Anda mungkin juga menyukai