Anda di halaman 1dari 6

JURNAL ISSN 2655-8823 (p)

VOLUME 2 NOMOR 1 HALAMAN 1-73


KOLABORASI RESOLUSI KONFLIK ISSN 2656-1786 (e)

STUDI TENTANG KONFLIK ANTAR PERGURUAN SILAT


PSHT DAN IKSPI-KERA SAKTI DI DESA SUMURAGUNG
KABUPATEN BOJONEGORO

Muhammad Zakaria
Prodi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang
E-mail: muhammadzakaria1986@gmail.com

ABSTRAK
Pencak silat merupakan seni bela diri tradisional yang berasal dari Indonesia. Setiap daerah memiliki berbagai
aliran bela diri pencak silat. Termasuk seni bela diri yang terkenal di Bojonegoro yaitu Perguruan silat PSHT
dan IKSPI Kera Sakti. Kedua perguruan silat yang berada di Desa Sumuragung, Kec. Baureno, Kab.
Bojonegoro ini sering terlibat konflik sehingga menimbulkan kerugian dari segi materill hingga menimbulkan
korban jiwa. Bedasarkan latar belakang diatas maka fokus yang ditetapkan oleh peneliti adalah “Konflik Antar
Perguruan Silat Di Desa Sumuragung, Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro (Studi Pada Perguran Silat
PSHT dan IKSPI Kera Sakti”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika konflik antar perguruan
PSHT dan IKSPI Kera Sakti di Desa Sumuragung, Kec. Baureno, Kab. Bojonegoro. Penelitian ini merupakan
penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Subjek penelitian ini di
fokuskan kepada anggota perguruan PSHT dan IKSPI Kera Sakti Ranting Sumuragung, warga perguruan, dan
sesepuh perguruan silat dari perguruan PSHT dan IKSPI Kera Sakti. Teknik pemilihan informan dengan
menggunakan purposive. Dalam melakukan pengumpulan data yaitu dengan menggunakan observasi,
wawancara, dan studi dokumen. Bedasarkan hasil penelitian diketahui bahwa konflik antar perguruan silat
PSHT dan IKSPI Kera Sakti di Desa Sumuragung merupakan tindakan dari oknum anggota perguruan silat yang
mengatasnamakan perguruan dan melibatkan kelompok perguruan. Sifat kompetisi dan saling eksistensi yang
dimiliki antar anggota perguruan ini menimbulkan konflik antar kedua perguruan, sehingga permasalahan sepele
nisa memicu konflik yang menjadi besar. Konflik antar kedua perguruan ini tidak hanya menimbulkan kerugian
bagi anggota perguruan yang terlibat, tetapi juga membawa kerugian bagi Perguruan Silat.

Kata Kunci: Konflik, Dinamika Konflik, Perguruan Silat PSHT, dan Perguruan IKSPI Kera Sakti.

PENDAHULUAN serang-bela dan bagaimana cara


Pencak silat merupakan bela diri melindungi diri dari lawan. Berbagai
tradisional Indonesia yang berakar dari bentuk pencak silat di Indonesia bukan
budaya Melayu, dan bisa ditemukan hanya sekedar tekhnik untuk membela diri
hampir di seluruh wilayah Indonesia tapi juga aset budaya yang harus
(Gunawan, 2007). Pencak silat di dilestarikan. Teknik gerakan pada pencak
Nusantara sudah ada sejak zaman kerajaan silat yang diwariskan secara turun temurun
dengan tujuan sebagai dasar pertahanan tanpa campur tangan budaya barat
dan keamanan untuk melindungi kerajaan melambangkan kesakralan dan budaya
(Orchid, 2010). Menurut Wahyu (2018) khas Indonesia (Notosoejitno, 1997). Hal
menyatakan bahwa pencak silat tumbuh ini dapat disimpulkan bahwa pencak silat
dan berkembang dari zaman penjajahan merupakan hasil budaya manusia
turun temurun melalui proses yang Indonesia yang perlu dilestarikan yang
panjang ke generasi selanjutnya. tujuanya untuk membela,
Menurut Orchid (2010) bela diri dalam mempertahankan, eksistensi (kemandirian)
pencak silat mengandung dua makna yaitu dan integritasnya (manunggal) terhadap
seni dan pembelaan diri. Seni dalam lingkungan hidup/alam sekitarnya untuk
pencak silat merujuk pada keindahan, pola mencapai keselarasan hidup guna
gerak, dan lebih khusus diartikan sebagai meningkatkan iman dan taqwa
seni pertunjukan pencak silat. Pembelaan (Gristyutawati, 2012).
diri dalam pencak silat diartikan sebagai

1
JURNAL ISSN 2655-8823 (p)
VOLUME 2 NOMOR 1 HALAMAN 1-73
KOLABORASI RESOLUSI KONFLIK ISSN 2656-1786 (e)

Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) kepentingan tiap kelompok hingga


merupakan salah satu perguruan besar menyebabkan gesekan dan berakibat
Pencak Silat di Indonesia didirikan oleh Ki konflik (Maksum, 2009).
Hardjo Oetomo tahun 1922 yang masih Dari laporan Polres pada tangal 29
berkembang pesat, baik dalam negeri Oktober 2017 menunjukkan bahwa terjadi
maupun luar negeri (MUBES VI, 2000). penganiayaan yang melibatkan anggota
Perguruan lain yang masih eksis pencak silat di Desa Sumuragung, Kec
mempertahankan nilai, tradisi, budaya Baureno, Kab. Bojonegoro. Kejadian
serta kesakralan adalah IKSPI Kera Sakti tersebut dilakukan oleh pemuda yang
(Yulianie, 2015). Kedua perguruan ini menggunakan atribut perguruan PSHT
bertujuan untuk mendidik manusia berbudi terhadap pemuda yang menggunakan
luhur dan ikut serta untuk melestarikan atribut IKSPI Kera Sakti. Korban dipukul
budaya asli Indonesia. dibagian kepala belakang dan dibawa ke
Keberadaan berbagai perguruan silat puskesmas Baureno, sedangkan tersangka
sebagai kebudayaaan yang perlu masih dalam proses penyeledikan
dilestarikan dan diwariskan secara turun (Laporan Polres, 2017).
temurun. Pncak silat mengalami Kasus serupa juga terjadi pada tanggal
perkembangan waktu dibukjtikan dari 09 Juli 2016 di desa Sumuragung Kec.
semaikn banyaknya perguruan. Namun, Baureno, Kab. Bojonegoro. Kasus
banyaknya perguruan silat juga beriringan pengeroyokan dilakukan oleh sekitar 100
dengan timbulnya suatu masalah yaitu orang beratribut PSHT dan menggunakan
konflik antar perguruan. Bedasarkan data cadar. Korban dari pengeroyokan tersebut
laporan Polres Kabupaten Bojonegoro berjumlah lima orang dan mengalami
pada tahun 2017, terdapat 13 kasus konflik kerusakan pada kendaraan dan salah
kekerasan yang melibatkan anggota seorang rumah. Telah dilaksanakan
perguruan pencak silat (Laporan Polres, penilisikan dari Satgas gabungan dan telah
2014-2017). Kesenjangan dari penelitian ditetapkan sembilan orang anggota PSHT
ini ialah pencak silat yang seharusnya sebagai tersangka (Laporan Polres, 2016).
menjadi kekayaan budaya asli indonesia Resolusi konflik sudah dilaksanakan
yang perlu dilestarikan dan dikembangkan sebagai upaya meredam konflik antar
akan tetapi timbul suatu penyimpangan anggota pencak silat yaitu dengan
yaitu konflik kekerasan (Wawancara deklarasi ikrar damai dan diresmikan
dengan Wahyu, 26 Januari 2018). Bojonegoro Kampung Pesilat oleh Pemkab
Konflik pada dasarnya adalah sesuatu Bojonegoro pada tanggal 20 agustus 2016
yang tidak terhindarkan dalam kehidupan. (Lapharsus, 2016). Ditetapkanya peraturan
Menurut Takacs (2002) konflik antar dan resolusi konflik tersebut seolah tak
kelompok adalah keinginan individu untuk dihiraukan oleh perguruan pencak silat.
berkonstribusi terhadap tindakan Konflik tetap terjadi di tahun-tahun
kelompok dengan merugikan kelompok selanjutnya pada momentum-momentum
lain. Konflik antar kelompok timbul tertentu. Bedasarkan latar belakang yang
karena adanya sejarah persaingan, telah dikemukakan, maka rumusan
prasangka dan rasa benci, baik itu sifatnya masalah penelitian ini adalah bagaimana
pribadi, politis, maupun ideologis yang Dinamika Konflik antar Perguruan PSHT
melatar belakanginya (Wirawan, 1999). dan IKSPI Kera Sakti di Desa
Dalam hal ini konflik antar perguruan silat Sumuragung Kecamatan Baureno
yang bersifat individu atau kolektif antara Kabupaten Bojonegoro?
kelompok satu dengan kelompok lainya
yang dilatar belakangi oleh perbedaan
ideologi, eksistensi, memperluas ajaran/
kekuasaan, perbedaan tujuan dan

2
JURNAL ISSN 2655-8823 (p)
VOLUME 2 NOMOR 1 HALAMAN 1-73
KOLABORASI RESOLUSI KONFLIK ISSN 2656-1786 (e)

KAJIAN PUSTAKA dua pihak atau lebih, sehingga


Kajian Pusataka tentang Konflik timbul konflik. Konflik
Konflik merupakan gejala sosial yang tersembunyi dari pandanan umum,
hadir didalam kehidupan sosial, sehingga meskipun satu pihak atau lebih
konflik memiliki sifat inheren, yaitu terjadi mengetahui potensi terjadinya
dimanapun, kapanpun, dan tanpa sebab konfrontasi
yang tanpa diduga yang ada dalam ruang 2. Konfrontasi adalah
dan waktu. Dalam setiap konflik ada memperlihatkan suatu tahap pada
beberapa diantaranya yang dapat saat konflik mulai terbuka. Jika
diselesaikan, tetapi ada juga yang tidak hanya salah satu pihak yang merasa
dapat terselesaikan hingga menuju ke arah ada masalah, mungkin para
kekerasan. Kekerasan timbul dari gejala pendukungnnya mulai melakukan
konflik yang tidak dapat teratasi. Model aksi demonstrasi atau melakukan
dari kekerasan bermacam-macam mulai aksi konfrontasi lainya.
dari kekerasan kecil hingga terjadi 3. Krisis adalah puncak dari konflik.
perperangan. Tahap ketika konflik pecah
Istilah konflik secara etimologis menjadi bentuk aksi-aksi kekerasan
berasal dari bahasa Latin “con” yang yang dilakukan secara intens dan
berarti bersama dan “figure” yang berarti massal. Sebagai wujud dari tahap
berbenturan atau bertabrakan. Menurut krisis konflik yaitu konflik yang
Soerjono Soekanto (2013) Konflik artinya terjadi dalam skala besar dan sudah
percekcokan, perselisihan, dan ada pihak yang terbunuh.
pertentangan. 4. Pasca Konflik yaitu suatu situasi
Pruit dan Rubbin (2009) dimana ketegangan sudah
mendefinisikan konflik sebagai sebuah berkurang, konfrontasi kekerasan
persepsi mengenai perbedaan kepentingan, sudah diselesaikan, dan hubungan
atau suatu kepercayaan yang beranggapan para pihak yang bertikai sudah
bahwa aspirasi pihak-pihak yang mengarah normal kembali.
berkonflik tideak dapat menemui titik Sementara itu dalam mengetahui jenis
temu yang sepaham. Dari pengertian diatas konflik (Fisher, 2001) dibedakan menjadi
peneliti simpulkan bahwa konflik sosial dua bagian, antara lain:
adalah proses interaksi salah satu pihak 1. Konflik Vertikal yaitu konflik yang
dengan pihak lain di masyarakat yang terjadi antara elite dalam hal ini
ditandai dengan sikap saling mengancam, pemerintah.
menekan, hingga menghancurkan. 2. Konflik horizontak yaitu konflik
yang terjadi dalam kalangan
Kajian Pusataka Tentang Teori masyarakat sendiri.
Dinamika Konflik Untuk membedakan tipe konflik
Melihat dinamika konflik adalah (Fisher, 2001) terdapat beberapa kondisi
dengan melihat sumber konflik, yaitu dimana akan membantu peneliti untuk
segala sesuatu yang menjadi inti masalah. mendapat dinamikan konflik yang sesuai,
Kemudian perlu melihat karakter Tipe-tipe konflik tersebut meliputi (1)
hubungan diantara berbagai pihak yang konflik laten adalah suatu keadaan yang di
terlibat konflik. dalamnya terdapat persoalan, tetapi
Menurut Fisher tahapan dinamika sifatnya tersembunyi, dan hal ini perlu
konflik meliputi prakonflik, konfrontasi, diangkat ke permukaan agar segera
krisis, dan pasca konflik (Fisher, 2001): ditangani dengan baik (2) konflik terbuka
1. Pra Konflik adalah periode pada adalah suatu keadaan ketika konflik sosial
saat terdapat suatu telah muncul di permukaan, yang berakar
ketidaksesuaiaan sasaran diantara dalam, dan sangat nyata, sehingga

3
JURNAL ISSN 2655-8823 (p)
VOLUME 2 NOMOR 1 HALAMAN 1-73
KOLABORASI RESOLUSI KONFLIK ISSN 2656-1786 (e)

diperlukan tindakan khusus untuk dimana anggota silat membawa atribut


mengartasi akar masalah dan efeknya (3) perguruannya masing-masing. Dalam hal
konflik permukaan yaitu suatu kondisi ini, konflik antar perguruan diawali
yang memiliki akal dangkal dan muncul dengan permasalahan pribadi dan
karena kesalah pahaman yang dapat diatasi mengatasnamakan perguruan, sehingga
melalui komunikasi atau dialog terbuka. bukan atas kewenangan perguruan silak.
Konflik tersebut sifatnya turun-temurun
METODE PENELITIAN dan puncaknya terjadi pada tahun 2013
Penelitian ini menggunakan hingga tahun 2017 (data polres, 2017).
pendekatan penelitian kualitatif dengan
jenis penelitian deskriptif. Penelitian Faktor Penyebab Terjadinya Konflik
kualitatif digunakan sebagai pendekatan Antar Perguruan
dalam mendeskripsikan konflik antar Faktor penyebab terjadinya konflik
Perguruan PSHT dan IKSPI Kera Sakti, antar perguruan silat di Desa Sumuragung,
faktor penyebab terjadinya konflik antar Kec. Baureno, Kab. Bojonegoro
perguruan PSHT dan IKSPI Kera Sakti di dikarenakan banyaknya anggota dibawah
Desa Sumuragung, beserta dampak dari umur (15th-18th) yang telah disahkan
terjadinya konflik antar perguruan PSHT menjadi warga. Anggota silat yang masih
dan IKSPI Kera Sakti. Jenis dan sumber muda menggunakan emosional dan sifat
data adalah mengenai dari mana data tempramental untuk menyelesaikan suatu
diperoleh. Data diperoleh dari masalah. Masalah dalam perguruan silat
pengambilan sumber langsung (data diawali dengan permasalahan individu
primer) dan pengumpulan sumber tidak yang meluas ke anggota yang lain karena
langsung (data sekunder). Pada penilitian sifat persaudaraan antar anggota. Anggota
ini, peneliti menggunakan beberapa teknik yang terlibat konflik disebabkan karena
pengumpulan data untuk menjaga penyalahgunakan ajaran yang digunakan
keakuratan data yang diterima. Adapun untuk kepentingan individu.
beberapa teknik tersebut yaitu wawancara, Penyalahgunaan ajaran pada anggota juga
observasi dan studi dokumentasi. disebabkan dari minimnya pendidikan
Penelitian ini menggunakan analisis karakter yang diajarkan oleh perguruan.
interaktif dari Miles & Huberman (2014) Pencak silat hanya ditekankan pada
peneliti berperan sebagai informan kunci pendidikan bela diri dan fisik
yang turut langsung terjun ke lapangan
untuk ambil data, olah data, analisis data, Dampak Terjadinya Konflik Antar
dan penyajian data. Lokasi penelitian ini Perguruan
pada Perguruan PSHT Ranting Hadirnya konflik antar perguruan silat
Sumuragung, dan Perguruan IKSPI Kera memberikan dampak bagi pelaku maupun
Sakti Ranting Sumuragung, berada di Desa masyarakat. Dampak tersebut
Sumuragung, Kecamatan Baureno, menyebabkan konflik akan semakin
Kabupaten Bojonegoro. meluas dan akan timbul konflik perguruan
di daerah lain. Konflik yang semakin besar
PEMBAHASAN akan memiliki peluang bagi anggota yang
Deskripsi Konflik Antar Perguruan terlibat untuk terjerat masalah hukum
Konflik antar perguruan di Desa perihal kekerasan, penganiayaan dan
Sumuragung, Kec. Bojonegoro, Kab. tindakan pengeroyokan. Anggota silat
Bojonegoro merupakan tindakan dari yang terjerat masalah hukum, selain akan
oknum anggota silat yang tidak mengancam masa depan juga akan dibatasi
bertanggung jawab. Konfik antar oleh lingkungan terdekat untuk mengikuti
perguruan timbul pada saat perguruan pencak silat, selain itu anggota yang
berbeda saling bertemu dalam kegiatan terlibat konflik akan dikeluarkan dari

4
JURNAL ISSN 2655-8823 (p)
VOLUME 2 NOMOR 1 HALAMAN 1-73
KOLABORASI RESOLUSI KONFLIK ISSN 2656-1786 (e)

perguruan secara tidak hormat. Dampak dampak pada peran perguruan dalam
dari adanya konflik juga dirasakan menanggapi terjadinya konflik antar
perguruan yang berakibat pada hubungan perguruan silat, tindakan yang pencegahan
baik ke sesama perguruan silat. Perguruan perguruan untuk anggota dalam bentuk
silat terlibat mendapat citra negatif dari pemberian nasihat; pembentukan karakter;
masyarakat dan media massa. Selain itu, melibatkan anggota dalam kejuaraan;
masyarakat juga mengalami dampak mulai melakukan rapat rutin koordinasi
dari kerugian materi dan non materi organisasi; dan melibatkan angota terlibat
sampai timbulnya korban jiwa kegiatan BKP sebagai upaya mencegah
terjadinya konflik perguruan. Tindakan
Kontrol Sosial dari Perguruan Silat penanganan perguruan untuk anggota
dalam Meminimalisir Terjadinya dalam bentuk penegakan sanksi-sanksi;
Konflik musyawarah pengurus organisasi; rapat
Perguruan silat memiliki nilai dan koordinasi BKP sebagai upaya
norma yang berlaku. Penanaman niat dan meminimalisir terjadinya konflik
tujuan kepada anggota menjadi dasar agar perguruan.
menjalankan ajaran dengan baik. Akan
tetapi minimnya pemberian materi Saran
kerohanian, pendidikan karakter, dan Bagi penelitian selanjutnya, sebaiknya
pendalaman budi pekerti luhur pada peneliti dapat melakukan penelitian
latihan sehari hari mempengaruhi dengan amatan tambahan penelitian
pemahaman anggota mengenai tujuan dan mengenai peran pemerintah dalam
prinsip dari seorang pendekar, sehingga menanggapi konflik antar perguruan silat
mudah dalam terlibat konflik. Tindakan di Kab. Bojonegoro. Bagi perguruan
perguruan dalam meminimalisir terjadinya pencak silat, sebaiknya meninjau ulang
konflik terhadap anggota dalam bentuk peraturan dan norma yang diterapkan
sidang; himbauan; dan pengeluaran dalam menangapi anggota yang terlibat
anggota. konflik. Tahap pengendalian sosial dari
pemberian hukuman fisik, himbauan atau
KESIMPULAN DAN SARAN nasihat dan yang terakhir pengeluaran
Kesimpulan anggota secara paksa dinilai tidak efektif
Bedasarkan hasil penelitian dan & efesien. Hal tersebut dikarenakan
pembahasan yang peneliti temukan dapat konflik tetap terjadi lagi pada kegiatan
disimpulkan: Konflik antara perguruan selanjutrnya. Sebaikanya perguruan silat
PSHT dan IKSPI Kera Sakti di Desa berperan aktif dalam tindakan pencegahan
Sumuragung, Kec. Baureno, Kab. seperti melibatkan anggota perguruan
Bojonegoro merupakan tindakan oknum. dalam kegiatan Bojonegoro Kampung
Oknum dalam hal ini adalah individu- Pesilat; melibatkan anggota perguruan
individu yang menjdai anggota perguruan pencak silat dalam kejuaraan pencak silat;
silat tetapi menyalahgunakan ajaran untuk dan pembentukan karakter setiap anggota
konflik. Konflik antar anggota terjadi pada dengan cara meningkatkan penanaman
kegiatan yang mempertemukan dua nilai dan norma pada anggota perguruan
perguruan. Konflik ini disebabkan oleh pada tiap kegiatan belajar pencak. Bagi
perbedaan ideologi perguruan silat; anggota perguruan, berlatih pencak silat
pemahaman yang kurang mengenai ajaran secara utuh dengan cara memahami ajaran;
dan tujuan perguruan; perbedaan identitas menerapkan ajaran secara baik dan benar
perguruan; rasa solidaritas antar anggota dalam kehidupan sehari-hari; dan mampu
perguruan tinggi; dan mudahnya anggota menerima informasi secara utuh yang
terprovokasi oleh perguruan lain. Konflik berkenaan dengan pencak silat.
antara anggota silat tersebut memberikan

5
JURNAL ISSN 2655-8823 (p)
VOLUME 2 NOMOR 1 HALAMAN 1-73
KOLABORASI RESOLUSI KONFLIK ISSN 2656-1786 (e)

DAFTAR PUSTAKA Nasution. 2011. Kajian Pembelajaran IPS


Fisher, Simon, dkk. 2001. Mengelola di Sekolah. Surabaya: Unesa
Konflik: Ketrampilan & Strategi Untuk University Press.
Bertindak. Jakarta: The British Yulianie, Diahayu. 2015. Tradisi Konflik
Council. Perguruan Silat Setia Hati (Studi
Gunawan, G.A. 2007. Beladiri. Kasus Perguruan Silat Setia Hati
Yogyakarta: Pustaka Insan Madani. Terate dengan Setia Hati Winongo di
Miles, Metthew B. & Huberman A. Kabupaten Madiun). Skripsi. Diakses
Michael. 1992. Analisis Data tanggal 09 Oktober 2017.
Kualitatif (Buku Sumber Tentang
Metode Metode Baru). Terjemahan
Tjejep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI-
Press.
Mulyana, Agus. 2016. Pencak Silat Setia
Hati, Sejarah, Filosofi, Adat Istiadat.
Bandung: Tulus Pustaka.
Novri, Susan, 2009, Pengantar Sosiologi
Konflik dan Isu-isu Konflik
Kontenporer. Jakarta.
Prutt, D. G, & Rubbin, Z. 2004. Teori
Konflik Sosial. Cetakan Pertama,
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Gristyutawati, Dkk. 2012. Persepsi
Pelajar Terhadap Pencak Silat
Sebagai Warisan Budaya Bangsa
Sekota Semarang Tahun 2012. 1(3).
Journal of Physical Education, Sport,
Health and Recreation. (Online).
Diakses tanggal 19 September 2017.
Gustiana, Satria R. 2013. Kajian
Kriminologi Terhadap Faktor
Penyebab Terjadinya Konflik Antar
Anggota Perguruan Pencak Silat
(Studi di Persaudaraan Setia Hati
Tunas Muda Winongo dan
Persaudaraan Setia Hati Terate serta
Kepolisian Resort Kota Madiun). The
Indonesian Journal of Criminology.
(Online). Diakses tanggal 05 Januari
2018.
Maksum, Ali. 2009. Konflik Kekerasan
Antar Kelompok Perguruan Silat:
Proses Pembentukan Sosial Yang
Terdistorsi. 24(2). Indonesian
Psychological Journal. (Online)
Diakses tanggal 28 Januari 2016.
Muzakky, I. 2015. Kebangan Kolektif
Anggota Perguruan Silat (Kera Sakti,
Setia Hati, Pagar Nusa). Skripsi.
Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim.

Anda mungkin juga menyukai