Agu s P r as ty a
U PBJ J - UT S u r ab ay a
Abstrak
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pencak silat merupakan salah satu olah raga yang paling diminati anak
muda di Madiun sebagai olah raga beladiri untuk menjaga dirinya dari
ancaman pihak lain. Hampir di semua daerah di seluruh tanah air banyak
kita jumpai anak berlatih silat. Karena olah raga ini merupakan olah raga
yang lahir dan muncul sebagai hasil olah budi dan daya bangsa Indonesia,
yang merupakan olah raga beladiri ciptaan nenek moyang bangsa Indonesia.
Pencak silat merupakan olah raga murah meriah tidak memerlukan biaya
yang besar, tetapi berbekal niat, tekad kemauan seseorang dapat menjadi
pesilat.
Dalam permainan pencak silat ada unsur pelatih, guru, jurus, tingkat,
solidaritas, persaudaraan, kebersamaan, pesilat pendukung ‘warga’.
Semuanya saling berkaitan baik langsung maupun tidak. Supporter beladiri
merupakan pendukung, pemberi semangat pada salah satu perguruan silat,
baik pada waktu bertanding maupun waktu berinteraksi social di
masyarakat, umumnya mereka dari perguruan silat dimana pesilat tersebut
berasal. Warga beladiri tertentu pada umumnya mendukung pesilat dari
perguruan mereka berasal, bila ada konflik maupun bertandingan silat yang
diadakan oleh IPSI, KONI, sikap mental yang demikian memudahkan
pendekar ‘warga’ untuk melakukan tindakan nekat, yang menjurus
kekerasan (setyowati, 2013; 148).
Tindakan kekerasan yang dilakukan oleh pesilat telah banyak
diberitakan oleh mass media baik cetak maupun tulis, sehingga hal tersebut
menimbulkan kesan negative pada pesilat dari kelompok tertentu dan
menimbulkan kesan menakutkan, rasa benci di masyarakat terhadap
kelompok tertentu pesilat. Perilaku merusak manusia di bedakan dari
asalnya yakni insting (dorongan berasal dari dorongan kebutuhan fisologis
manusia) dan karakter ( hasrat manusia).
Indonesia yang Berkeadilan Sosial tanpa Diskriminasi 127
unsur kekerasan kolektif sebagai bentuk pertahan nama baik organisasi. (5)
adanya unsur kekerasan struktural.(6) adanya disfungsionalsasi komunikas.
Studi pertama mengenai sub kultur kekerasan yang menghasilkan suatu
teori yang dilakukan oleh wolgang dan feracuti (1967) di Sardinia. Konsep
sub kultur of violenci ini berlandaskan pada hasil penelitian antara
kelompok-kelompok dalam dalam masyarakat. Dari hasil penelitian tersebut
dapat disimpulkan bahwa tidak semua orang dalam setiap kelompok
memiliki nilai-nilai yang dicerminkan dalam dalam subkultur kekerasan atau
sebaliknya subkultur non kekerasan.
Pencak Silat adalah seni bela diri tradisional berasal dari Indonesia dan
dikenal luas dunia, malaysia, Burma dan Filipina Selatan, Thailand Selatan,
dan bela diri yang memerlukan banyak konsentrasi. Pencak Silat adalah olah
raga, pemersatu bangsa, karena setiap daerah mempunyai bela diri yang
khas, Seperti SH, Merpati Putih, Pandan Alas, Cimande, Cikalong dll.
(sejarah ipsi 2005). Peneliti pencak Silat F.Draeger berpendapat bahwa bela
diri pencak silat bisa dilihat dari bukti artefak dan pahatan relief pada candi
prambanan, relief yang ada pada candi Borobudur, jadi pencak silat
merupakan wawarisan budaya dan leluhur bangsa
Indonesia.(wikipedia2000)
3. Kajian Teori
4. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Kualitatif dengan pengumpulan
data melalui observasi, indepth interview, dokumentasi. Sumber data yakni
Data primer : Pesilat dan pendekar silat, sedangkan suumber data sekunder
adalah : pelatih, ulama’, umaro’, tokoh masyarakat, akademisi. Analisa data
menggunakan teori Miles dan Huberman dengan tahap-tahap sebagai
berikut : Collection Data, Reduction Data, Display Data, Conclution/
Verivying.
Indonesia yang Berkeadilan Sosial tanpa Diskriminasi 135
5. Hasil Penelitian
a. Konflik sebagai bentuk ajaran fanatis yang berlebihan terhadap nilai
persaudaraan, sehingga menjadikan penafsiran yang
keliru.(Suharbillah, 2011)
b. Konflik sebagai bentuk ulah oknum anggota yang sengaja
diciptakan dan faktor identitas organisasi menjadi alasan sebab
munculnya konflik. (Willing, 2010)
c. Konflik sebagai bentuk unjuk kekuatan dan dilakukan secara
berkelompok. Pelaku cenderung anak-anak muda yang dalam
kategori lapisan permukaan yang tergolong belum stabil
emosionalnya dan mentalnya. (Harjono, 2009).
d. Konfik sebagai uji kekuatan antar anggota organisasi.(Puryadi,
2010)
e. Konflik sebagai bentuk balas dendam anggota kelompok.(
wawancarai ,2011)
f. Konflik sebagai bentuk menemukan jati diri seseorang pesilat.
g. Konflik dimaknai sebagai penataan managemen yang kurang
sistematis terutama dalam transfer pembejaran nilai
SH.(Wawancara,Purwanto 2010
h. Konflik social antar pesilat berpengaruh pada ekonomi mikro,
seperti PKL tidak jualan, Pedagang di pasar tradisonal, warung kopi
tidak buka.
i. Pengusaha hotel, restoran mengalami penurunan penghuni,
pengunjung, pabrik sampoerna mengalami turun produksi akibat
karyawan ijin masuk.
j. Matahari Mall. Sri Ratu Mall, Giant Super Maket, penurunan
pengunjung karena konflik antar pesilat.
PEMBAHASAN
Implementasi Teori.
Teori Simon Fisher tentang Konflik, mengatakan bahwa dalam penyelesaian
konflik melalui beberapa tahap diantaranya :
Tahap pra konflik > tahap konflik> tahap Konfrontasi> tahap kritis, dan
tahap pasca konflik.
Wawancara dan observasi dilapangan membuktikan bahwa teori simon
Fisher selaras dengan peristiwa Konflik antar pendekar silat di wilayah
136 Indonesia yang Berkeadilan Sosial tanpa Diskriminasi
2. Tahap Konfrontasi.
Kepolisian Polda Jawa Timur menurunkan anggotanya yakni Brimob
untuk mengamankan acara Syuro’an. Syuro’an dijaga oleh ribusan parat baik
Polisi/Brimob, TNI, Paskhas AURI satpol PP disebarkan diseluruh kota
Madiun, kabupaten Madiun, kabupaten Ngawi, kabupaten Magetan,
Kabupaten Ponorogo. Rombongan pesilat, pendekar beriring-iringan menuju
lokasi yang sudah ditentukan yakni padepokan Pencak silat, makam leluhur
(makam kuno Taman, makam Pilangbangu polisi yang dibantu TNI siaga 1 di
jalan-jalan yang dilalui pesikat, pendekar. Rombongan pesilat, pendekar
dilarang masuk kota kecuali yang menuju makam kuno Taman, mereka
dibuatkan fasilitas trasnsit sebelum menuju makam Taman. Selama kegiatan
berlangsung polisi dengan senajata lenngkap memberi pengawalan ketat
kepada pesilat dan rombongan pendekar. Bila mereka berpapasan
cenderung saling ancam dan pandangan sebagai lawan.
3. Tahap Kritis.
Pada tahap ini terjadi konflik secara terbuka, dimana antar pendekar
silat berkelahi fisik langsung yang melibatkan ribuan pesilat dengan berbagai
senjata yaitu batu, senjata tajam, tongkat, tangan kosong. Kejadian tersebut
Indonesia yang Berkeadilan Sosial tanpa Diskriminasi 137
Temuan Penelitian:
SKEMA HASIL PENELITIAN
(Teori Dinamika Konflik Shimon Fisher,Ritzer, 2011))
PRA KONFLIK> KONFRONTASI> KRITIS.> PASCA KONFLIK (solusi)
(Penyebab konflik) (Bentrokan Pesilat) ( perkelahian) ( MOU Kampung
Pesilat )
( Sumber : Rekayasa Peneliti)
PENUTUP
Simpulan
a. Tidak ada kebijakan dari organisasi pencak silat untuk berkonflik
kekerasan dengan perguruan lain.
b. Antar SH Winongo dan SH Terate adalah saudara sekandung dari guru
yang sama yakni eyang Suro diwiryo, kemudian dikembangkan dengan
alam yang tidak sama.
c. Konflik kekerasan antar Pendekar silat merupakan penerapan konsep
persaudaraan yang berlebihan dalam klaim kebenaran prinsip
persaudaraan.
d. Konflik kekerasan antar pendekar silat disebabkan belum matang
emosional, labil mentalnya para pedekar silat dalam menghadapi
perbedaan.
Indonesia yang Berkeadilan Sosial tanpa Diskriminasi 139
Saran
a. Pesilat dan pendekar hendaknya mengurangi ras ego nya tehadap
kelompoknya baik “SH Winongo maupun SH “Terate”sehingga tidak
terjadi konflik antar pendekar yang meresahkan masyarakat.
b. Bila acara syuro’an jangan mengerahkan massa berlebihan, toh hari lain
masih ada dan patuhilah peraturan lalu lintas tegakkan supremasi
hukum.
c. Jangan libatkan organisasi untuk kepentingan oknum pendekar silat,
jagalah nama baik perguruan silat saudara sehingga nama pencak silat
saudara di masyarakat baik, tidak tercoreng karena ulah oknum.
d. Peganglah ajaran perguruan Silat saudara, taatilah pesan pelatih, guru,
sesepuh saudara hingga tidak terjadi konflik kekerasan dengan pihak
lain.
e. Peganglah persaudaraan antar sesama anggota dan jangan berlebihan,
bela yang benar jangan bela yang salah.
DAFTAR PUSTAKA
Bima aria, 2009 Dinamika Konflik : perguruan SH Terate dan Tunas Muda
Winogo Madiun Tesis.
Novi, Susan 2009, Pengantar Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontemper
Jakarta
Pruitt, Dean G, and Hee kim. Social conflict, , Escalamete, and statelmen (3
rd Edition) New Yorl :Mc. Graw-Hill.
….. Sosiologi Ilmu Pengetahuan dinamis sejak zaman awal sampai Post
Modern, Penerbit Balai Pustaka, 2002,Jakarta.