Anda di halaman 1dari 8

I. 1.

Latar Belakang

PENDAHULUAN

Corak majemuk yang ada pada masyarakat di Indonesia membawa konsekuensi tersendiri dalam kehidupan sosial antar suku bangsa yang ada di dalamnya. Beraneka ragam corak kebudayaan yang dimiliki sukubangsasukubangsa di Indonesia terjalin dalam suatu struktur interaksi yang merupakan perwujudan dari hubungan antar sukubangsa tersebut yang selanjutnya menciptakan dan memantapkan batas-batas sosial antara satu suku bangsa dengan sukubangsa lainnya dan merupakan pembeda satu kebudayaan sukubangsa. Penggunaan kebudayaan tersebut oleh sukubangsa-sukubangsa adalah untuk menginterpretasi berbagai gejala yang ada dalam diri mereka menurut lingkungan hidup masing-masing, yang mereka jadikan sebagai atributatribut untuk menunjukkan identitas mereka yang berbeda satu dengan yang lainnya. Melalui batas-batas sukubangsa tersebut, stereotip yang dipunyai oleh masing-masing sukubangsa mengenai diri mereka satu sama lainnya dapat tetap lestari, karena melaui stereotip dandi dalamnya lah perbedaan-perbedaan sukubangsa yang berbeda itu dapat terwujudkan. Salah satu contoh riil stereotip tersebut antara lain, dalam pengetahuan Orang Indonesia pada umumnya, Orang Madura memiliki watak yang keras dan cenderung menyelesaikan suatu permasalahan, baik dengan sesama suku Madura ataupun suku-suku diluarnya dengan cara kekerasan yang lebih dikenal dengan sebutan carok, dimana pihak-pihak yang terlibat konflik akan melakukan duel maut sampai ada salah satu pihak yang terluka atau bahkan tewas. Dan tidak berhenti di situ saja, hal tersebut seringkali berkelanjutan dengan adanya dendam dari pihak keluarga ataupun kerabat yang terluka atau tewas. Sejumlah stereotip biasanya diikuti sejumlah prasangka, atau dugaan mengenai sesuatu pola tindakan berdasarkan stereotip yang telah ada dan diyakini kebenarannya. Contohnya, Orang Madura banyak yang berprofesi sebagai pelaku kejahatan, seperti Curanmor, Curat maupun Curas. Pengaktifan sentimen kesukubangsaan dapat berguna dalam rangka menciptakan solidaritas sosial yang melibatkan sukubangsa yang

bersangkutan untuk dipertentangkan dengan warga dari sukubangsa

lainnya ketika terjadi persaingan dalam perebutan suatu sumber rejeki dan pengalokasian pendistribusiannya, atau untuk mempertahankan serta memperjuangkan kehormatan sukubangsanya yang dianggap telah dirusak oleh pihak lawannya. Sebuah isue tentang penodaan kehormatan sukubangsa oleh sukubangsa lainnya dapt diaktifkan ketika warga suatu sukubangsa merasa bahwa mereka telah diperlakukan tidak adil dalam suatu penyelesaian pertengkaran atau aturan main yang berlaku telah dimanipulasi oleh sukubangsa pihak lawannya tidak sesuai dengan tradisi yang berlaku, atau tidak ketat sanksi-sanksinya sehingga hal tersebut dapat memperjelas dan mempertajam batas-batas di antara sukubangsa yang dapat dinilai sebagai potensi-potensi konflik antar sukubangsa. Potensi konflik dimaksud dapat terwujud sebagai konflik apabila ada pemicunya, yang biasanya dimulai oleh pihak warga sukubangsa yang merasa dirugikan oleh suatu perbuatan yang tidak adil yang dilakukan oleh pihak lawannya yang kemudian dilihat dalam suatu kerangka yang lebih bias dengan mengacu pada stereotip serta prasangka yang dimiliki oleh pihak sukubangsa yang dirugikan. Selanjutnya sebagai ulasan riil tentang konflik antar sukubangsa dimaksud, penulis hendak mengetengahkan suatu peristiwa yang terjadi di Kota Malang tentang pertikaian antara sekelompok warga sukubangsa Madura dan Toraja yang berdomisili di kota tersebut. Kejadian tersebut terjadi pada hari Rabu tanggal 25 Maret 2009, kurang lebih pukul 02.00 Wib dimana sekelompok Orang Madura yang dipimpin oleh FIFIT YUDIANTO melakukan perusakan rumah milik warga

sukubangsa Toraja yang bernama RONAL BUNTULOMBO di perumahan Dewandaru Kav 4 Kota Malang. Disamping itu mereka juga mengancam akan membunuh RONAL BUNTULOMBO dengan menggunakan senjata khas Madura clurit, namun hal tersebut tidak berhasil dikarenakan RONAL BUNTULOMBO dapat mengamankan diri sebelumnya.

PERMASALAHAN

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah Bagaimana upaya Polri di tingkat

KOD dalam menanggulangi konflik antar sukubangsa guna mewujudkan keharmonisan dalam hubungan antar sukubangsa ? 3. Persoalan-persoalan a. Bagaimana perspektif konflik antar sukubangsa dengan studi kasus pada penanganan tindak pidana melakukan kekerasan secara bersamasama di muka umum (pasal 170 KUHP) atas nama tersangka FIFIT YUDIANTO dkk ? b. Apa yang menyebabkan terjadinya konflik yang bercorak

kesukubangsaan tersebut ? c. Bagaimana Upaya Polri di tingkat KOD dalam menanggulangi konfik antar sukubangsa dalam hubungan antar sukubangsa ?

II.

PEMBAHASAN

1. Perspektif Konflik Antar Sukubangsa (Studi kasus : Tindak pidana melakukan kekerasan secara bersama-sama di muka umum (pasal 170 KUHP) atas nama tersangka FIFIT YUDIANTO dkk.) APA? KAPAN? DIMANA?

Kejadian perusakan rumah milik RONAL BUNTULOMBO oleh FIFIT YUDIANTO dkk dilatarbelangi adanya peristiwa sebelumnya yaitu pada hari Rabu tanggal 25 Maret 2009 kurang lebih pukul 00.00 Wib, teman dari FIFIT YULIANTO yang bernama IBNU MUBARAK sedang berlatih standing style / free style menggunakan sepeda motor di depan rumah kontrakan FIFIT YULIANTO di perumahan Istana Dewandaru Kav 1 Kota Malang dengan disaksikan oleh FIFIT YULIANTO dan sembilan orang temannya yang lain, yaitu GANIS SAMSIDAR, SYARIF HIDAYAT, ZAINAL FATAH, FITRAH HARIANSYAH, SALIM, AHMAD FARUK, AKHMAD SUBAKTI, TRI FAJAR WAHYUDI dan ANSARUL FATAH, yang kesemuannya adalah

bersukubangsa Madura dan sebagai mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di Kota Malang, antara lain, Universitas Brawijaya, Universitas Muhammadiyah, Universitas Widyagama dan Universitas Negeri Malang. Selanjutnya FIFIT YULIANTO dkk tersebut didatangi oleh RONALD BUNTULOMBO dan tujuh orang temannya yaitu NATHAN INDRA SARANGA, SUPRIANTO PANCA KENDEKALLO, JUANKY GEORGE

PATANDUK, FRANSISKUS BUDI ADE IRAWAN, RICHARD LOSA, MICHAEL INSANI dan DIRTO PRAYUDI, yang kesemuanya adalah suku Toraja sebagai mahasiswa dan PNS di Kota Malang, dalam rangka mengingatkan IBNU MUBARAK agar tidak berlatih standing style di kawasan perumahan tersebut karena sudah tengah malam dan suara sepeda motornya sangat mengganggu warga sekitar. SIAPA? FIFIT YULIANTO, GANIS SAMSIDAR, SYARIF HIDAYAT, ZAINAL FATAH, FITRAH HARIANSYAH, SALIM, AHMAD FARUK, AKHMAD SUBAKTI, TRI FAJAR WAHYUDI dan ANSARUL FATAH, yang

kesemuannya adalah bersukubangsa Madura RONALD BUNTULOMBO dan tujuh orang temannya yaitu NATHAN INDRA SARANGA, SUPRIANTO PANCA KENDEKALLO, JUANKY

GEORGE PATANDUK, FRANSISKUS BUDI ADE IRAWAN, RICHARD LOSA, MICHAEL INSANI dan DIRTO PRAYUDI, yang kesemuanya adalah suku Toraja

MENGAPA? Menurut keterangan yang diberikan kepada penyidik Polresta Malang versi RONALD BUNTULOMBO dkk bahwa mereka mengingatkan IBNU MUBARAK dkk dengan cara yang sopan, namun menurut versi FIFIT YULIANTO dkk tidak demikian, yaitu pada saat RONALD BUNTULOMBO mengingatkan IBNU MUBARAK, maka IBNU MUBARAK dapat

menerimanya dan meminta maaf kepada RONALD BUNTULOMBO dkk yang merasa terganggu tetapi sesaat sambil meninggalkan tempat berkumpul IBNU MUBARAK dkk kemudian beberapa teman RONALD BUNTULOMBO meneriakkan kata-kata kasar khas Toraja cukimai kepada IBNU MUBARAK dkk yang disertai dengan lemparan botol dan benda keras ke arah IBNU MUBARAK dkk. Selanjutnya FIFIT YULIANTO dkk mendatangi rumah RONALD BUNTULOMBO dengan membawa clurit, batu serta tongkat kayu untuk melakukan perusakan di rumah tersebut serta bermaksud melukai bahkan mengancam membunuh RONALD BUNTULOMBO dkk.

Tidak lama berselang setelah kejadian perusakan tersebut, Polisi melakukan penangkapan terhadap FIFIT YULIANTO dkk berdasarkan laporan dari RONALD BUNTULOMBO yang pada saat kejadian berada di rumah RICHARD LOSA. Namun seiring dengan berjalannya proses penyidikan perkara dimaksud, terjadi perdamaian antara kedua pihak tersebut yang melibatkan para tokoh dari masing-masing perkumpulan warga sukubangsa Madura dan Toraja di Kota Malang yang difasilitasi oleh pihak kepolisian. MENGAPA? 2. Penyebab Terjadinya Konfik Antar Sukubangsa a. Sentimen kesukubangsaan Sebagaimana uraian latar belakang kejadian diatas, dapat terlihat bahwa unsur sentimen kesukubangsaan dari FIFIT YULIANTO dkk sebagai sukubangsa Madura timbul secara spontan akibat perlakuan dari RONALD BUNTULOMBO dkk yang dianggap telah melukai harga diri FIFIT YULIANTO dkk walaupun pada kenyataannya awal mula pertikaian tersebut tidak dilandasi oleh permasalahan yang terkait isue kesukubangsaan. Namun sentimen kesukubangsaan tersebut diaktifkan oleh FIFIT YULIANTO yang dkk sebagai solidaritas kasar terhadap dari IBNU

MUBAROK

mendapat

perlakuan

RONALD

BUNTULOMBO dkk dan diinterpretasikan telah menodai kehormatan dan harga diri sukubangsa Madura sehingga terwujudlah kelanjutannya sebagai konflik fisik yang bertujuan untuk melakukan penghancuran terhadap harta benda bahkan jiwa raga pihak sukubangsa Toraja. c. Eksistensi Bhinneka Tunggal Ika Semboyan negara kita Bhinnekka Tunggal Ika merupakan cerminan kenyataan aktual dari masyarakat Indonesia yang terdiri atas lebih dari 500 sukubangsa yang masing-masing memiliki jatidiri sukubangsa dan kebudayaan. Tidak dapat dipungkiri, kemajemukan bangsa Indonesia bagaikan pedang bermata dua, yang pada satu sisi dapat teraktivasi sebagai faktor pemersatu namun di satu sisi lainnya dapat menyebabkan perpecahan. Berdasarkan contoh riil kejadian diatas, dapat dilihat bahwa kekentalan aroma kesukubangsaan yang dipandang secara sempit oleh

FIFIT YULIANTO dkk yang mengutamakan jatidiri sukubangsa Madura telah menjadi pemicu konflik tersebut yang menjadikan mereka lupa pada jatidiri yang lebih besar sebagai bangsa Indonesia, yaitu jatidiri nasional yang memandang bahwa adanya kenyataan berupa perbedaan dalam keanekaragaman sukubangsa-sukubangsa di Indonesia namun tetap satu jua dalam semangat negara kesatuan Republik Indonesia. Sehingga dalam kejadian tersebut terdapat kenyataan bahwa ternyata Bhinneka Tunggal Ika belum sepenuhnya mendarah daging pada diri sebagian warga negara Indonesia tersebut yang dalam

mengutamakan

primordialisme

kesukubangsaannya

menyelesaikan permasalahan.

III SOLUSI? 3. Upaya Menanggulangi Konfik Antar Sukubangsa a. Aspek kualitas warga sukubangsa 1) Perlunya diberikan pemahaman dan pembinaan mental secara konsisten dan berkesinambungan terhadap para warga sukubangsa di Indonesia terhadap eksistensi Bhinneka Tunggal Ika sebagai faktor pemersatu keanekaragaman di Indonesia, bukan sebagai faktor pemicu perpecahan atau konflik. 2) Perlunya diberikan pemahaman kepada para pihak yang terlibat konflik untuk meniadakan stereotip dan prasangka yang ada pada kedua belah pihak dengan cara memberikan pengakuan bahwa masing-masing pihak adalah sederajat dan melalui kesederajatan tersebut masing-masing anggota sukubangsa berupaya untuk saling memahami perbedaan yang mereka punyai serta menaati berbagai norma yang berlaku di dalam masyarakat. 3) Adanya kesediaan dari kedua belah pihak yang terlibat konflik untuk saling memaafkan dan melupakan peristiwa yang telah terjadi. b. Penerapan model Polmas secara sinkron dengan model Patron-Klien Terjadinya perdamaian pada konflik antar sukubangsa yang telah terwujud dalam sebuah konflik fisik tidaklah mudah sehingga perlu adanya campur tangan pihak ketiga yang memiliki kapabilitas sebagai orang atau badan organisasi yang dihormati dan dipercaya kesungguhan

hatinya serta ketidakberpihakannya terhadap kedua belah pihak yang terlibat konflik. Peran selaku pihak ketiga dimaksud dapat dilakukan oleh Polri sebagai juru damai dalam rangka mewujudkan situasi yang kondusif dalam hubungan antar sukubangsa dengan memberi kesempatan terjadinya perdamaian dimaksud seiring berjalannya proses penyidikan yang dilandasi pemikiran pencapaian hasil yang lebih penting dari sekedar proses penegakkan hukum berupa keharmonisan hubungan antar sukubangsa yang berkesinambungan. Dalam hal ini, Polri dapat menerapkan metode Polmas dengan melibatkan para tokoh dari masingmasing sukubangsa Madura dan Toraja yang merupakan Patron dari kedua belah pihak yang terlibat konflik yang tujuannya adalah agar permasalahan yang terjadi dapat terselesaikan secara arif dan bijaksana oleh, dari dan untuk kedua sukubangsa dimaksud termasuk dalam hal menghadapi permasalahan-permasalahan lainnya di waktu yang akan datang.

III.

KESIMPULAN

Perspektif konflik antara sukubangsa Madura dan Toraja tersebut diatas terutama disebabkan pengaktifan sentimen kesukubangsaan secara sempit dan subyektif yang diinterpretasikan sebagai perbuatan yang melukai harga diri dan kehormatan sukubangsa Madura oleh sukubangsa Toraja yang selanjutnya terwujud sebagai konflik fisik yang bertujuan melakukan penghancuran harta benda bahkan ancaman pemusnahan jiwa pihak sukubangsa Toraja oleh sukubangsa Madura. Kurangnya pemahaman dan internalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika oleh generasi muda tersebut turut memicu munculnya konflik antar sukubangsa yang semestinya tidak terjadi apabila nilainilai dimaksud telah tertanam dalam tiap-tiap individu mereka. Upaya menaggulangi konflik antar sukubangsa dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan pembenahan pada aspek individu pihak-pihak yang terlibat konflik melalui pemberian pemahaman dan pembinaan mental secara konsisten dan berkesinambungan terhadap eksistensi Bhinneka Tunggal Ika, peniadaan stereotip dan prasangka serta kesediaan saling memaafkan antar satu sukubangsa dengan sukubangsa lainnya. Guna mewujudkan

keharmonisan hubungan antar sukubangsa dalam interaksi sosial, Polri dapat berperan di dalamnya dengan menerapkan model Polmas melalui

pemberdayaan para tokoh yang merupakan Patron dari masing-masing sukubangsa yang terlibat konflik.

Anda mungkin juga menyukai