Anda di halaman 1dari 54

PERAN KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI TERJADINYA

TINDAK PIDANA CAROK DI KAB. PAMEKASAN MADURA

(Studi di Polres Pamekasan Madura)

SKRIPSI

Oleh :

ABDI BANGSA MARZUQI KARIM

NIM.19010000022

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MERDEKA MALANG

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suku Madura, sebagaimana suku bangsa Indonesia lainnya, dapat

ditemukan di berbagai wilayah tanah air. Mereka memiliki jiwa merantau

yang sangat tinggi, yang di sebabkan oleh faktor ekonomi yang menjadi

salah satu pendorong bagi masyarakat Madura untuk merantau ke

berbagai pulau di Indonesia. Tidak heran jika orang Madura ada di mana-

mana, kebanyakan mereka bekerja di sektor informal sebagai pedagang

dan penjual jasa.1

Masyarakat madura di kenal juga akan budaya nya yang khas dan

unik Penggunaan istilah “khas” merujuk pada ciri budaya yang di miliki

masyarakat madura yang tidak dimiliki oleh masyarakat etnik lainnya.

Selain itu masyarakat madura dibentuk oleh kehidupan yang penuh

tantangan, sehingga menciptakan keberanian mental dan fisik yang tinggi,

keras kepala dan gigih, penuh percaya diri, protektif dalam berbagai

situasi berbahaya, terbuka dan jujur dalam berbicara. Serta menjaga

martabat harga diri mereka. Penghormatan yang berlebihan terhadap

martabat dan harga diri sering kali menjadi sumber konflik dan segala

jenis kekerasan. Oleh karena itu perilaku penuh konflik disertai tindak

kekerasan tersebut dikukuhkan dan dilekatkan sebagai keunikan budaya

pada tiap individu kelompok atau sosok komunitas etnik Madura.

1
Rochana, Totok. “Orang Madura: Suatu Tinjauan Antropologis.” Humanus
, 2012 : hlm.46

1
2

Keunikan budaya seringkali memunculkan perilaku absurd berupa

sikap defensif beberapa etnis Madura. Misalnya, orang madura dikenal

mudah terpancing emosinya jika harga dirinya di lecehkan, kemudian

mereka akan marah, Dan akan memilih alternatif penyelesaian nya

dengan cara melakukan carok.2

Carok merupakan suatu tindakan perkelahian dan juga upaya

pembunuhan menggunakan senjata tajam yang dilakukan para laki-laki di

madura yang disebabkan oleh perselisihan yang berkaitan dengan harga

diri masyarakat madura. Carok tersebut merupakan cara masyarakat

madura untuk mempertahankan serta melindungi Harga diri mereka yang

telah di lecehkan oleh orang lain, masyarakat madura menganggap carok

itu sebagai pemulihan harga diri, karena bagi masyarakat madura harga

diri merupakan hal yang sangat dijunjung tinggi, maka tidak heran jika

masyarakat madura rela melakukan apapun untuk memulihkan harga diri

mereka yang telah di lecehkan termasuk melakukan carok.

Carok biasanya menggunakan senjata tajam khas Madura yaitu

celurit atau orang Madura biasa menyebutnya (are'), mengenai carok,

orang madura sendiri menganggap itu hanya istilah yang mereka

gunakan untuk menyebut bagi mereka yang terlibat dalam suatu

perkelahian dan pembunuhan dengan menggunakan senjata tajam

berupa (celurit/are'). Carok sendiri sebenarnya merupakan fenomena

sosial yang terjadi pada masyarakat Madura yang menganut prinsip

2
Taufiqurrahman. “Identitas Budaya Madura.” KARSA: Jurnal Sosial dan
Budaya Keislaman , 2007: Hlm. 5-7
3

moral. Carok adalah tingkah laku yang dianggap hukuman, yang secara

fungsional merupakan pengendalian terhadap segala tingkah laku yang

dianggap mengganggu atau mengancam kemanusiaan. Secara sadar

atau tidak masyarakat Madura telah menyepakati sebagai suatu norma

yang mesti dijalankan apabila terjadi suatu gangguan atau penodaan

terhadap kehormatan atau harga diri.3

Orang madura mempunyai dua cara dalam melakukan carok yang

pertama yaitu dengan cara Ngonggai, merupakan suatu cara melakukan

carok dengan menantang langsung lawan untuk melakukan carok, yang

ke dua yaitu dengan cara Nyelep yaitu melakukan carok dengan

menyerang lawan dari belakang atau menyerang lawan secara diam-

diam.4

Selain itu ada beberapa faktor yang menjadi pemicu terjadinya carok

di madura. Secara garis besar dapat di bagi dua macam yaitu : yang

pertama adalah carok yang di sebabkan oleh gangguan atau pelecehan

terhadap istri. Yang kedua yaitu carok yang tidak berkaitan dengan istri

yaitu berupa : perebutan harta warisan, persaingan bisnis, tuduhan

mencuri, dan pembalasan dendam terkait dengan masalah carok yang

terjadi sebelumnya. Faktor tersebut, sama-sama menimbulkan aib yang

sangat memalukan, dan di anggap sebagai pelecehan terhadap harga diri

3
Hariyanto, Erie. “CAROK VS HUKUM PIDANA INDONESIA (Proses
Transformasi Budaya Madura Kedalam Sistem Hukum Indonesia).” KARSA:
Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman , 2007: Hlm.182.
4
Hastijanti, Retno. “Pengaruh Ritual Carok Terhadap Permukiman
Tradisional Madura.” DIMENSI: Jurnal Teknik Arsitektur, 2005: Hlm.11
4

(martabat) bagi masyarakat madura. Dengan demikian untuk memulihkan

harga diri yang telah di lecehkan mereka akan melakukan carok yang

mana selalu mendapat dukungan dari lingkungan sosial. Dan semua

pelaku carok yang berhasil membunuh lawannya akan merasakan lega

puas dan bangga. 5

Carok di kategorikan sebagai tindak pidana dan telah melanggar

ketentuan dalam Kitab Undang-Undang hukum pidana yakni telah

melanggar pasal 338 dan 340 KUHP tentang (pembunuhan) dan pasal

351-355 KUHP tentang (penganiayaan) karena akibat yang di timbulkan

dari carok yaitu luka berat bahkan hilangnya nyawa seseorang maka dari

itu di kategorikan sebagai tindak pidana karena akibat yang di timbulkan

oleh carok dapat memenuhi unsur-unsur yang ada pada pasal tersebut.

Dikatakan memenuhi unsur pasal 340 KUHP selain menghilangkan nyawa

seseorang, carok memiliki unsur yang di rencanakan karena sebelum

melakukan carok para pelaku mempersiapkan segala hal mulai dari

tempat untuk melakukan carok dan senjata serta senjata yang akan di

gunakan. Dan bagi pelaku carok dikenakan hukuman sesuai pelanggaran

yang telah diperbuatnya.

Berikut contoh kasus carok : Kasus carok bermotif asmara terjadi

di Pamekasan. Pelaku berinisial MT (34) kini ditangkap Satreskrim

Polres Pamekasan, MT merupakan warga Desa Bulangan Barat, MT

menebas korbannya yaitu (Suparto) dengan menggunakan celurit.


5
A. Latief Wiyata, Carok Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura .
Yogyakarta : LKiS, 2002. Hlm.191
5

Diduga, peristiwa itu di latar belakangi masalah rumah tangga. Peristiwa

itu terjadi di sebuah rumah yang beralamat di JL.Dirgahayu, Kelurahan

Bugih, Kecamatan Pamekasan, Madura, Jumat (11/2/2022) sekitar pukul

11.00 WIB. Penganiayaan ini terjadi diduga terkait masalah rumah tangga.

Polemiknya, pelaku menuduh Suparto telah merusak

hubungan rumah tangganya dengan EA (mantan istri pelaku). Status

pelaku merupakan mantan suami dari EA. MT dan EA diketahui telah

bercerai sejak tiga bulan lalu. Setelah bercerai dengan MT, lalu EA

menikah sirih dengan Suparto. Penganiayaan tersebut dilakukan pelaku

dikarenakan korban telah mengganggu rumah tangganya hingga bercerai

dengan istrinya. Saat diperiksa, pelaku juga menceritakan ke tidak

harmonisan rumah tangganya tersebut terjadi saat dirinya merantau ke

Malaysia. Kuat dugaan, istrinya berselingkuh dengan korban. Sehingga

mengakibatkan istri pelaku mengajukan cerai ke Pengadilan Agama

Negeri Pamekasan. Sebelum menebas korban, pelaku berniat datang ke

rumah mantan istrinya untuk meminta penjelasan terkait masalah

perceraiannya. Tak disangka, setiba di rumah mantan istrinya, pelaku

melihat korban sedang tidur di kasur mantan istrinya, sehingga memicu

pelaku kalap dan langsung menebaskan celurit ke tubuh korban. Korban

Suparto mengalami luka berat di bagian punggung dan tangannya usai

ditebas pakai celurit.6

6
https://madura.tribunnews.com/2022/02/13/carok-di-pamekasan-pria-ini-
tebas-suami-mantan-istrinya-bermula-dugaan-orang-ketiga (diakses oktober 18,
2022)
6

Dari kasus yang terjadi di atas. Sampai saat ini masyarakat madura

masih menganggap carok itu sebagai suatu cara yang tepat untuk

menyelesaikan masalah yang menyangkut tentang harga diri orang

madura, dengan adanya anggapan seperti itu, maka tidak menuntut

kemungkinan akan sering terjadi tindak pidana penganiayaan dan

pembunuhan akibat tindakan carok tersebut, Sehingga hal ini perlu

ditangani secara serius oleh pemerintah dan aparat penegak hukum

setempat. Maka dari itu penulis memilih judul “PERAN KEPOLISIAN

DALAM MENANGGULANGI TERJADINYA TINDAK PIDANA CAROK

DI KAB. PAMEKASAN MADURA”

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana peran kepolisian dalam menanggulangi terjadinya

tindak pidana carok di Kab. Pamekasan Madura?

2. Apa hambatan kepolisian polres pamekasan dalam menanggulangi

terjadinya tindak pidana carok di Kab. Pamekasan Madura?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisa peran kepolisian dalam

menanggulangi terjadinya tindak pidana carok di Kab.

Pamekasan Madura.
7

2. Untuk mengetahui dan menganalisa hambatan kepolisian polres

pamekasan dalam menanggulangi terjadinya tindak pidana carok

di Kab. Pamekasan Madura.

D. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat,baik

secara teoritis maupun secara praktis :

1. Manfaat teoritis

a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan referensi

penelitian hukum dalam hal menambah khasanah ilmu

pengetahuan yang terkait carok di Madura.

b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan

pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya

dan hukum pidana pada khususnya.

c. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

referensi dibidang karya ilmiah serta bahan masukan bagi

penelitian sejenis dimasa yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi penulis

Mendapatkan wawasan berpikir, pengalaman, dan

menganalisa permasalahan yang berkaitan dengan upaya

kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana carok di Kab.

Pamekasan Madura.
8

b. Bagi aparat kepolisian

Diharapkan dari hasil penelitian ini memberikan masukan

apabila ada kendala atau kekurangan dalam menanggulangi

tindak pidana carok di Kab. Pamekasan Madura.

c. Bagi masyarakat

Memberikan pemahaman bagi masyarakat, khususnya

masyarakat Madura tentang pentingnya kesadaran hukum

supaya tidak menjadikan carok sebagai salah satu media

untuk menyelesaikan masalah.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian Hukum

Jenis penelitian yang di gunakan dalam penulisan skripsi ini

adalah penelitian hukum secara empiris. Metode penelitian empiris

adalah suatu metode penelitian hukum yang berfungsi untuk melihat

hukum dalam artian nyata dan meneliti bagaimana bekerjanya

hukum di lingkungan masyarakat.7 Berdasarkan hal tersebut maka

dalam penelitian ini melihat dan menganalisis kenyataan dalam

penelitian ini difokuskan pada Peran kepolisian dalam

menanggulangi terjadinya tindak pidana carok di Kab. Pamekasan

Madura.

7
Djulaika, dan Devi rahayu. Buku Ajar Metode Penelitian Hukum. Surabaya:
Scopindo Media Pustaka, 2020. Hlm. 70
9

2. Metode Pendekatan Masalah

Dalam penulisan penelitian ini penulis menggunakan metode

pendekatan yuridis sosiologis. Pendekatan yuridis sosiologis adalah

menekankan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh

pengetahuan hukum secara empiris dengan terjun langsung ke

obyeknya.8 Yaitu mengetahui Peran kepolisian dalam

menanggulangi terjadinya tindak pidana carok di Kab. Pamekasan

Madura.

3. Jenis Dan Sumber Data

Sebagai acuan untuk membantu penulisan skripsi ini, penulis

menggunakan data-data yang terdiri dari :

a. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber yang

utama, dengan menggunakan teknik wawancara atau interview

dengan pihak kepolisian yang berfungsi untuk memperoleh

informasi yang akurat terkait dengan Peran kepolisian dalam

menanggulangi terjadinya tindak pidana carok di Pamekasan. Serta

Apa hambatan kepolisian polres pamekasan dalam menanggulangi

terjadinya tindak pidana carok di kabupaten Pamekasan Madura.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data pelengkap yang diperoleh secara

langsung dari literatur, dokumen-dokumen, buku, jurnal, peraturan

8
Soekanto, Soerjono. Pengantar penelitian hukum. Penerbit Universitas
Indonesia (UI-Press), 2006. hlm. 51
10

perundang-undangan, berita-berita sajian media cetak maupun

media online yang berkaitan dengan masalah penelitian yang

dibahas.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara adalah alat komunikasi yang di gunakan untuk

memperoleh informasi, pendapat, data, dan keterangan.

Wawancara di lakukan dengan cara melakukan tanya jawab

kepada seseorang secara sistematis. Dalam hal ini penulis

melakukan wawancara terhadap pihak atau responden yang

berkaitan yaitu pihak kepolisian yang berfungsi sebagai data utama

mengenai Peran kepolisian dalam menanggulangi terjadinya tindak

pidana carok di Kab. Pamekasan Madura.

b. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan sebuah metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data atau sumber-

sumber yang berguna untuk bahan analisis. Dokumen tersebut

dapat berbentuk buku, undang-undang, jurnal, makalah, artikel dan

lain-lain yang berkaitan dengan obyek penelitian ini.

5. Analisa Data

Untuk menghasilkan dan memperoleh data yang akurat dan

objektif sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dalam penelitian,

maka analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah


11

analisis deskriptif kualitatif. Maksudnya adalah peneliti

mendeskripsikan, seluruh data yang diperoleh dari hasil wawancara,

dan dokumentasi, kemudian di analisa sehingga menghasilkan

kesimpulan. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan pemahaman

yang jelas mengenai hasil penelitian ini.9

F. Sistematika Penulisan

Pada rencana sistematika penulisan, penulis membagi

pembahasan ke dalam empat bab. dan masing-masing bab memiliki

tema sendiri agar dapat mempermudah untuk di pelajari dan di

pahami oleh pembaca agar dapat mengerti tentang inti dari pada

penelitian ini, adapun sistematika penulisan nya secara singkat

adalah sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan

Bab ini memuat hal-hal yang melatarbelakangi pemilihan topik dari

penulisan skripsi dan sekaligus menjadi pengantar umum di dalam

memahami penulisan secara keseluruhan yang terdiri dari latar

belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian,

kegunaan penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Pustaka

Pada bab ini berisi tentang teori-teori yang melandasi penulisan

dan pembahasan di antaranya, yaitu : A. Istilah dan pengertian

9 Zainuddin Ali, Metode penelitian hukum. Sinar Grafika, 2021. hlm.105


12

kepolisian Republik Indonesia, tugas dan wewenang kepolisian. B.

pengertian tindak pidana, jenis-jenis tindak pidana, unsur-unsur

tindak pidana C. pengertian carok, faktor-faktor pemicu terjadinya

carok .

BAB III : Pembahasan

Bab ini berisi penulis akan menjawab, menguraikan dan

menganalisa secara rinci dan jelas terkait rumusan masalah yang

berhubungan dengan objek yang diteliti yaitu mengenai Peran

kepolisian dalam menanggulangi terjadinya tindak pidana carok di

pamekasan serta Apa hambatan kepolisian polres pamekasan

dalam menanggulangi terjadinya tindak pidana carok di kabupaten

Pamekasan Madura.

BAB IV: Penutup

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari seluruh hasil penelitian

dan pembahasan pada bab sebelumnya dan juga berisi saran-

saran yang diharapkan dapat menjadi masukan yang berguna bagi

semua pihak.
BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG KEPOLISIAN DAN TINDAK PIDANA

CAROK

A. Tinjauan Umum Tentang Kepolisian

1. Pengertian Polisi

Kata polisi pada awal nya berasal dari bahasa Yunani, yaitu

Politea. Mengandung arti negara yang mempunyai suatu cita-cita,

yang bebas dari pemimpin yang rakus dan jahat, dan keadilan di

junjung tinggi. Istilah polisi di beberapa negara memiliki istilah dan

makna yang berbeda beda seperti: di Jerman dikenal dengan polizei,

di Amerika dikenal dengan sheriff, di Belanda polite dan Inggris

digunakan istilah Police yang berarti pemeliharaan ketertiban umum

dan perlindungan yang menurut perkiraan dapat merupakan suatu

bahaya atau gangguan umum dan tindakan-tindakan yang

melanggar hukum.10

Untuk istilah “polisi” di Indonesia kelihatanya mengikuti dan

menggunakan istilah ”politie” di Belanda. Hal ini sebagai akibat dan

pengaruh dari bangunan sistem hukum Belanda yang banyak dianut

di negara Indonesia.11

10
Purnama, I Ketut Adi. Hukum Kepolisian Sejarah dan Peran POLRI
dalam Penegakan Hukum serta Perlindungan HAM. Bandung : Refika Aditama ,
2018. Hl
11
Ibid

13
14

Salah satu pakar ilmu hukum yang bernama Dr.Sadjijono

berpendapat tentang pengertian polisi dan kepolisian, menurut

Sadjijono istilah “polisi” adalah sebagai organ atau lembaga

pemerintah yang ada dalam negara, sedangkan istilah “Kepolisian”

adalah sebagai organ dan sebagai fungsi. Sebagai organ, yakni

suatu lembaga pemerintahan yang teroganisasi dan terstruktur

dalam organisasi negara. Sedangkan sebagai fungsi, yakni tugas

dan wewenang serta tanggungjawab lembaga atas kuasa undang-

undang untuk menyelenggarakan fungsinya, antara lain memelihara

keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum,

perlindungan, pengayom dan pelayan masyarakat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata

polisi adalah suatu badan yang bertugas memelihara keamanan,

ketentraman, dan ketertiban umum (menangkap orang yang

melanggar hukum), merupakan suatu anggota badan pemerintah

(pegawai Negara yang bertugas menjaga keamanan dan

ketertiban).12

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2

Tahun 2002 Pasal 1 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia

menyebut bahwa:

12
waridah, Ermawati. Kamus Bahasa Indonesia . jakarta : Bmedia, 2017.
Hlm.218
15

1. Kepolisian adalah segala hal-ikhwal yang berkaitan dengan

fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan Perundanga-

undangan.

2. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah Pegawai

Negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Adapun Fungsi kepolisian yaitu diatur dalam Pasal 2 Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik

Indonesia yang berbunyi: “fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi

pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan

ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan,

pengayoman dan pelayanan dalam masyarakat”.

Berdasarkan tentang beberapa pengertian polisi diatas dapat

dimengerti bahwa pengertian tentang polisi itu berbeda-beda,

meskipun berbeda akan tetapi mepunyai arti yang utama yaitu

sebagai pelindung, pengayom masyarakat dengan melakukan

segala upaya demi terciptanya negara yang aman serta terbebas

dari segala gangguan tindak kejahatan yang dapat merugikan

masyarakat.

2. Tugas dan wewenang

Selain itu polisi memiliki Tugas dan wewenang yang harus

dijalankan dengan baik, agar tercapai tujuan polisi yang tercantum

dalam pasal-pasal tercapai, Undang- undang Tentang Kepolisian


16

merupakan lembaga penegak hukum yang dibentuk untuk

melaksanakan tugas dan wewenang untuk menjaga keamanan

dalam negeri melalui pemeliharaan keamanan, ketertiban

masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayom, dan

pelayan terhadap masyarakat.

Tugas pokok kepolisian di atur dalam Pasal 13 UU Nomor 2

Tahun 2002 adalah:

1) Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.

2) Menegakan hukum.

3) Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan

kepada masyarakat.

Berikutnya dalam pasal 14 Undang-undang Nomor 2 Tahun

2002 menjabarkan dari tugas-tugas pokok kepolisian tersebut

tertuang yaitu:

a. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli

terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai

kebutuhan.

b. Menyelengarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,

ketertiban dan kelancaran lalu lintas di jalan.

c. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi

masyarakat,kesadaran hukum dan peraturan perundang-

undangan.

d. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional.


17

e. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum.

f. Melakukan kordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis

terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil dan

bentuk-bentuk pengaman swakarsa.

g. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak

pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan

perundang-undangan lainnya.

h. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran

kepolisian, laboratorium forensik, dan psikologis kepolisian

untuk kepentingan tugas polisi.

i. Melindungi keselamatan jiwa raga harta benda masyarakat,

dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan atau

bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan

dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

j. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara

sebelum dilayani oleh instansi dan atau pihak yang berwenang.

k. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan

kepentingan dalam lingkup tugas kepolisian, serta.

l. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

Untuk kewenangan Kepolisian di atur dalam Pasal 15 ayat (1)

UU Nomor 2 Tahun 2002 yaitu:

a. Menerima laporan dan/atau pengaduan.


18

b. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang

dapat mengganggu ketertiban umum.

c. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat.

d. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau

mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.

e. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan

administratif kepolisian.

f. Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari

tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan.

g. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian.

h. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret

seseorang.

i. Mencari keterangan dan barang bukti.

j. Menyelenggarakan pusat informasi kriminal nasional.

k. Mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang

diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat.

l. Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan

pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta

kegiatan masyarakat.

m. Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara

waktu.

Kewenangan Polisi dalam Proses Pidana, POLRI mempunyai

kewenangan sebagaimana diatur dalam Pasal 16 Undang-undang


19

Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia yang

berbunyi :

(1) Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 13 dan 14 di bidang proses pidana,

Kepolisian Negara Republik Indonesia berwenang untuk :

a) melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan,

dan penyitaan;

b) melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki

tempat kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan;

c) membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik

dalam rangka penyidikan; menyuruh berhenti orang yang

dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda

pengenal diri;

d) melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

e) memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai

tersangka atau saksi;

f) mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam

hubungannya dengan pemeriksaan perkara;

g) mengadakan penghentian penyidikan;

h) menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;

i) mengajukan permintaan secara langsung kepada

pejabat imigrasi yang berwenang di tempat pemeriksaan

imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk


20

mencegah atau menangkal orang yang disangka

melakukan tindak pidana;

j) memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada

penyidik pegawai negeri sipil serta menerima hasil

penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk

diserahkan kepada penuntut umum; dan

k) mengadakan tindakan lain menurut hukum yang

bertanggung jawab.

(2) Tindakan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf l

adalah tindakan penyelidikan dan penyidikan yang

dilaksanakan jika memenuhi syarat sebagai berikut :

a. tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum;

b. selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan

tindakan tersebut dilakukan;

c. harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan

jabatannya;

d. pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang

memaksa; dan

e. menghormati hak asasi manusia.

Kewenangan kepolisian selaku penyidik juga diatur dalam

Pasal 7 ayat (1) KUHAP. Menurut Pasal 15 ayat (1) huruf c UU

Kepolisian NRI tersebut, salah satu wewenang yang diberikan


21

kepada polisi adalah mencegah dan menanggulangi timbulnya

penyakit masyarakat.

Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya tersebut, Pejabat

Kepolisian Negara Republik Indonesia senantiasa bertindak

berdasarkan norma hukum dan juga mengindahkan norma agama,

kesopanan, kesusilaan, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia.13

B. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana

1. Pengertian Tindak Pidana

Istilah tindak pidana berasal dari istilah yang dikenal dalam

hukum pidana Belanda yaitu Strafbaar feit yang terdiri dari tiga kata,

yakni straf yang diterjemahkan dengan pidana dan hukum, baar yang

diterjemahkan dengan dapat atau boleh, dan feit yang diterjemahkan

dalam tindak, peristiwa, pelanggaran, dan perbuatan. Kitab Undang-

undang hukum pidana tidak memberikan penjelasan mengenai apa

yang dimaksud dengan strafbaar feit itu sendiri, biasanya tindak

pidana disinonimkan dengan delik, yang berasal dari bahasa latin

yakni kata delictum.14

Istilah stafbaar feit atau kadang disebut sebagai delict (delik)

Delik tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang artinya:

13
Sinaga, Niru Anita. "Kode etik sebagai pedoman pelaksanaan profesi
hukum yang baik." Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara ,2020.
14
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana I, Jakarta : PT. Raja
Grafindo, 2010, Hlm 69.
22

“Delik adalah perbuatan yang dapat dikenakan hukuman karena

merupakan pelanggaran terhadap undang-undang tindak pidana.”

Tindak pidana adalah perbuatan yang oleh aturan hukum

dilarang dan diancam dengan pidana, di mana pengertian perbuatan

di sini selain perbuatan yang bersifat aktif yaitu melakukan sesuatu

yang sebenarnya dilarang oleh Undang-undang, dan perbuatan yang

bersifat pasif yaitu tidak berbuat sesuatu yang sebenarnya

diharuskan oleh hukum.15

Moeljatno menyatakan bahwa istilah perbuatan pidana dapat

disamakan dengan istilah Inggris yaitu criminal act, pertama, karena

criminal act juga berarti kelakuan dan akibat, atau dengan kata lain

akibat dari suatu tidakan atau perbuatan yang dilarang oleh hukum.

Kedua karena criminal act juga dipisahkan dari pertanggungjawaban

pidana yang dinamakan criminal liability atau responsibility. Untuk

adanya criminal liability (untuk dapat dipidananya seseorang), selain

daripada melakukan criminal act (perbuatan pidana), orang itu juga

harus mempunyai guilt (kesalahan).

Berikut beberapa pendapat tentang pengertian tindak pidana

menurut para ahli hukum :

Prof. Wirono Prodjodikoro

15
Apriani, Titin. "Konsep Perbuatan Melawan Hukum Dalam Tindak
Pidana." Ganec Swara 13.1, 2019, Hlm 45
23

Megatakan di dalam bukunya azas-asaz Hukum

Pidana.Tindak pidana berarti suatu tindakan yang pelakunya

dapat dikenakan hukuman pidana.

Prof. Simons.

Mengatakan, tindak pidana adalah perbuatan/tindakan yang

di ancam dengan pidana oleh undang-undang, yang bersifat

melawan hukum, serta dilakukan oleh seseorang yang mampu

bertanggungjawab.

Pompe

tindak pidana adalah suatu pelanggaran norma (gangguan

terhadap tertib hukum) yang dengan sengaja ataupun dengan

tidak disengaja telah dilakukan oleh seorang pelaku, di mana

penjatuhan terhadap pelaku tersebut adalah perlu demi

terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya kepentingan hukum

j. Bauman

Mengatakan, tindak pidana adalah perbuatan yang di larang

oleh suatu aturan hukum, dimana larangan itu disertai ancaman

bagi siapa yang melanggar larangan tersebut.

H.B Vos,

Tindak pidana adalah tingkah laku yang oleh ketentuan

undang-undang di ancam degan pidana. Yaitu suatu tindakan

yang dilarang dan di ancam degan pidana.


24

Dari apa yang disebutkan diatas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa suatu perbuatan akan menjadi suatu tindak pidana apabila

perbuatan itu: Melawan hukum, Merugikan masyarakat, Dilarang

oleh aturan pidana, Pelakunya akan diancam dengan pidana,

Pelakunya dapat dipertanggungjawabkan.

2. Unsur-unsur tindak pidana

Untuk mengatakankan seseorang telah melakukan tindak

pidana itu, harus dipenuhi syarat-syarat tertentu.Syarat-syarat

tertentu ini biasanya disebut dengan unsur-unsur tindak pidana. Jadi

seseorang dapat dikenakan pidana apabila perbuatan yang

dilakukan memenuhi syarat-syarat tindak pidana.

Di dalam KUHP pada umumnya dapat dijabarkan unsur-

unsurnya menjadi dua macam, yaitu unsur-unsur subyektif dan

obyektif. Yang dimaksud dengan unsur-unsur ”subyektif” adalah

unsur-unsur yang melekat pada diri si pelaku atau yang

berhubungan dengan diri si pelaku dan termasuk kedalamnya yaitu

segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya. Sedangkan yang

dimaksud dengan unsur ”obyektif” itu adalah unsur-unsur yang ada

hubungannya dengan keadaan-keadaan, yaitu keadaan-keadaan di

mana tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan.16

a. Unsur Objektif

16 Ibid Hlm.56
25

Unsur yang terdapat di luar si pelaku. Unsur-unsur yang ada

hubungannya dengan keadaan di mana tindakan-tindakan si pelaku

itu harus dilakukan terdiri dari:

1) Sifat melanggar Hukum.

2) Kualitas dari si pelaku.

3) Kausalitas yaitu hubungan antara suatu tindakan sebagai

penyebabdengan suatu kenyataan sebagai akibat.

b. Unsur Subjektif

Unsur yang terdapat atau melekat pada diri si pelaku, atau

yang di hubungkan dengan diri si pelaku dan termasuk di dalamnya

segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya. Unsur ini terdiri

dari :

1) Kesengajaan atau ketidaksengajaan (dolus atau culpa).

2) Maksud pada suatu percobaan, seperti di tentukan dalam

Pasal 53 ayat 1 KUHP.

3) Macam-macam maksud seperti terdapat dalam kejahatan,

pencurian, penipuan, pemerasan, dan sebagainya.

4) Merencanakan terlebih dahulu seperti tercantum dalam pasal

340KUHP, yaitu pembunuhan yang direncanakan terlebih

dahulu.

5) Perasaan takut seperti terdapat di dalam Pasal 308 KUHP.


26

Ada beberapa pendapat para sarjana mengenai pengertian

unsur-unsur tindak pidana menurut aliran monistis dan menurut

aliran dualistis.

Para penganut aliran monistis dalam menjelaskan Dalam

menjelaskan unsur-unsur tindakan pidana tidak memisahkan antara

perbuatan pidana dan pertanggungjawaban pidana.Berikut

pandangan ahli hukum pidana yang beraliran monistis, yaitu:17

a. Simons

Unsur tindak pidana menurut Simons adalah :

1. Perbuatan manusia (positif atau negatif, berbuat atau tidak

berbuat atau membiarkan);

2. Diancam dengan pidana (strafbaar gesteld);

3. Melawan hukum (onrechtmatig);

4. Dilakukan dengan kesalahan (met schuld in verband

staad);

5. Oleh orang yang mampu bertanggung jawab

(toerekeningsyatbaar persoon).

Dari unsur-unsur tindak pidana tersebut Simons membedakan

adanya unsur obyektif dan unsur subyektif dari strafbaarfeit

adalah :

17
ruba'i, Masruchin. Buku Ajar Hukum pidana . Malang: Bayumedia,
2014.hlm.80-81
27

Yang dimaksud dengan unsur subyektif ialah :

1. perbuatan orang;

2. Akibat yang kelihatan dari perbuatan itu;

3. Mungkin ada keadaan tertentu yang menyertai

perbuatan-perbuatan itu seperti dalam Pasal 281

KUHP sifat ”openbaar”atau ”dimuka umum”.

Selanjutnya unsur subyektif dari strafbaarfeit adalah :

1. Orangnya mampu bertanggung jawab;

2. Adanya kesalahan (dolus atau culpa). Perbuatan harus

dilakukan dari perbuatan atau dengan keadaan-

keadaan mana perbuatan itu dilakukan.

b. Van Hamel

Menurut Van Hamel unsur-unsur tindak pidana adalah:

1. Perbuatan manusia yang dirumuskan dalam undang-

undang;

2. Bersifat melawan hukum;

3. Dilakukan dengan kesalahan dan

4. Patut dipidana

c. E. Mezger,

Menyatakan tindak pidana adalah keseluruhan syarat untuk

adanya pidana, dengan demikian usnur-unsurnya yaitu:


28

1. Perbuatan dalam arti yang luas dari manusia (aktif atau

membiarkan);

2. Sifat melawan hukum (baik bersifat obyektif maupun

bersifat subyektif);

3. Dapat dipertanggungjawabkan kepada seseorang;

4. Diancam dengan pidana.

d. J. Baumman

menyatakan bahwa unsur-unsur tindak pidana adalah

perbuatan yang memenuhi rumusan delik :

1. Bersifat melawan hukum; dan

2. Dilakukan dengan kesalahan.

Menurut pandangan aliran dualistis dalam menjelaskan unsur-

unsur tindakan pidana, yaitu suatu pandangan yang memisahkan

antara perbuatan pidana dan pertanggungjawaban pidana. Berikut

pandangan ahli hukum pidana yang beraliran dualistis:18

a. Pompe

Menurut Pompe, untuk terjadinya perbuatan tindak pidana

harus

dipenuhi unsur sebagai berikut:

1) Adanya perbuatan manusia

2) Memenuhi rumusan dalam syarat formal

3) Bersifat melawan hukun.

18
Ibid hlm.82
29

b. Prof. Moeljatno

Menurut Prof. Moeljatno unsur-unsur tindak pidana meliputi:

1) perbuatan manusia

2) Memenuhi rumusan undang-undang

3) Bersifat melawan hukun.

c. H.B Vos

H.B Vos mengatakan bahwa unsur-unsur tindak pidana

meliputi:

1) kelakuan manusia

2) Diancam pidana dalam undang-undang.

C. tinjauan umum tentang carok

1. Pengertian carok

Carok merupakan tradisi yang di miliki oleh suku Madura. Carok

merupakan singkatan dalam bahasa madura yaitu (écacca érok-

érok) artinya: pembantaian-pemutilasian. Namun masih banyak

yang mengira setiap bentuk kekerasan dan pembunuhan yang terjadi

di Madura di sebut sebagai carok. Carok yang sebenarnya adalah

suatu pertarungan/perkelahian bisa satu lawan satu atau juga

berkelompok dengan menggunakan senjata tajam yaitu ( celurit /are')

Tidak ada peraturan resmi dalam pertarungan ini karena carok


30

merupakan tindakan yang dianggap negatif dan kriminal serta

melanggar hukum. 19

Carok merupakan cara suku Madura dalam mempertahankan

harga diri dan "keluar" dari masalah yang rumit. carok merupakan

suatu tindakan yang keji dan bertentangan dengan ajaran agama

meski suku Madura sendiri di kenal kental dengan ajaran agama

Islam pada umumnya, tetapi sampai saat ini masyarakat Madura

masih banyak yang memegang tradisi carok. Biasanya, "carok"

merupakan jalan terakhir yang ditempuh oleh masyarakat suku

Madura dalam menyelesaikan suatu masalah. 20

Bagi sebagian masyarakat madura menganggap carok sebagai

upaya membela dan menjaga dengan cara melakukan kekerasan

fisik. Ada ungkapan yang familiar di kalangan masyarakat Madura

yaitu :“Ango’an poteyah tolang etembheng poteya mata” yang berarti

lebih baik mati daripada hidup menanggung malu.21

Carok juga timbul karena adanya perasaan malo(malu) karena

disebabkan oleh perlakuan orang lain yang telah merendahkan atau

melecehkan martabat/hagadiri seseorang, dari perlakuan tersebut

timbul lah rasa malu dan merasa gagal menjaga/melindungi martabat

19
Djatmiko, Wahyu Prijo. Carok Budaya dan Hukum. Yogyakarta : Thafa
Media, 2020. Hlm 31
20
Ibid. Hlm 32
21
A. Latief Wiyata, Carok Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura
. Yogyakarta : LKiS, 2002. Hlm 194
31

hargadiri keluarga. Untuk menebus rasa malu tersebut mereka akan

melakukan perlawanan dengan melakukan carok.22

Carok dipercaya masyarakat madura sebagai tradisi yang

membantu masyarakat memperoleh kembali harga dirinya, dan opsi

penyelesaian konflik yang paling ampuh meskipun bersifat

sesaat dan melanggar Hukum. Dan uniknya sebagian masyarakat di

Madura menganggap bahwa orang yang tidak melakukan carok

apabila harga dirinya dilecehkan dianggap tak lakek’ (bukan lelaki

sejati ), lebih parah nya mereka yang tidak melakukan Carok di ejek

dianggap sebagai bukan orang Madura asli.23

Carok biasanya terjadi jika diawali oleh konflik, meskipun konflik

tersebut dilatar belakangi oleh permasalahan berbeda (kasus

masalah perempuan, kasus lainnya tuduhan mencuri, perebutan

warisan, pembalasan dendam),Adapun maksud carok itu di lakukan

yaitu menghilangkan aib akibat perkataan atau pola tingkah laku

seseorang yang mungkin dianggap mencemarkan/ merendahkan

martabat harga diri keluarga dan pribadi. 24

Tindakan carok bisa dikatakan sebagai tindakan main hakim

sendiri. Di mana Carok sering di jadikan sebagai jalan terakhir yang

di pilih oleh masyarakat suku madura untuk menyelesaikan masalah

yang menyangkut martabat harga diri suku madura.Tindakan carok

22ibid
23
Henry Arianto, Krishna. “Tradisi Carok Pada Masyarakat Adat Madura.”
Forum ilmiah , 2011. Hal 149.
24
Djatmiko, Wahyu Prijo op.cit., hlm 36
32

sebagai simbol akan selalu terlekat dan tetap kepada masyarakat

Madura, sebagai suatu karakter yang khas yang dimiliki oleh suku

madura. Dan biasanya para masyarakat madura yang sering

melakukan carok turunannya otomatis akan mengikutinya yaitu

menyelesaikan masalah dengan cara melakukan carok.25

Carok merupakan satu-satunya perbuatan yang harus

dilakukan oleh orang-orang pelosok desa yang dimana mereka tidak

mampu mencari dan memilih pilihan lain dalam upaya menemukan

solusi ketika sedang mengalami konflik. Carok berada

dipersimpangan jalan antara tradisi atau adat istiadat yang harus

dilakukan demi membela harga diri, akan tetapi carok juga dianggap

sebagai suatu bentuk kejahatan dengan kekerasan yang sangat

meresahkan masyarakat dan sekaligus tindakan yang tidak akan

dibenarkan oleh Negara dan agama.26

Dalam konteks legalitas, carok merupakan suatu keberanian

pelakunya melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam

KUHP. Sedangkan di dalam konteks hukum adat masyarakat

Madura, carok merupakan jalan satu-satunya menyelesaikan

masalah saat terjadi perselisihan, akan tetapi sebelumnya telah

dilakukan musyawarah terlebih dahulu ketika tidak memperoleh jalan

keluar, maka cara satu-satunya adalah dengan carok.27

25
Ibid hlm.9
26
ibid
27
Ibid hlm .40
33

Terdapat 5 unsur yang tercakup di dalam pengertian carok

tresebut, yaitu:

1) tindakan atau upaya pembunuhan antar laki-laki

2) perendahan harga diri yang berkaitan dengan kehormatan

harga diri,keluarga dan agama

3) perasaan malu

4) adanya dorongan, dukungan, sosial

5) perasaan puas bagi pemenangnya.

2. Faktor – faktor terjadinya carok

Konflik kekerasan orang Madura dipicu oleh letak dan kondisi

geografis, sejarah dan sosial budaya Madura. Kondisi alam Madura

yang pada umumnya panas dan tandus membuat orang-orang

Madura mayoritasbertempramen tinggi dan mudah tersinggung.

Banyak faktor pemicu terjadinya carok, berikut faktor-faktor pemicu

terjadinya carok :28

1. Keluarga Dan Istri

Masyarakat Madura mempunyai pandangan bahwa carok itu

lambang kepahlawanan dan kebanggaan. Pelaku carok

bermaksud menghilangkan aib akibat pola tingkah laku

seseorang yang mungkin dianggap telah mengganggu

kehidupan keluarga dan rumah tangganya, misalnya

28
A. Latief Wiyata,op.cit.,hlm 104
34

mengganggu dan menggoda istri maupun orang yang

dicintainya.

Intinya bagi orang Madura carok yang timbul adanya sikap

membela kehormatan dalam rumah tangga adalah sikap

seorang lak-laki yang bertanggung jawab terhadap keluarga.

Sepertinya tidak ada toleransi bagi siapapun juga yang telah

mengganggu kehidupan keluarganya. Apabila itu terjadi

maka tidak ada pilihan bagi orang Madura kecuali

membunuhnya dengan cara carok.

2. Tanah Warisan Atau Harta

Dalam masyarakat Madura warisan merupakan hal yang

harus dipertahankan kepemilikannya sampai pada anak

cucu, secara cultural orang Madura sangat menghargai hasil

jerih payah orang tua yang mereka terima sebagai warisan.

Salah satu pelaku carok massal mengaku melakukan carok

massal karena hal yang berkaitan dengan harta, melakukan

carok karena merasa hak kedua orang tuanya dan hak

dirinya telah di kuasai oleh saudaranya sendiri, dan untuk

mempertahankan hak memilih dengan cara melakuakan

carok dan membunuh kerabatnya, harta bisa dicari tapi

tengka (ahklak,tingkah) susah untuk di perbaiki jika tidak

bisa di ingatkan secara baik-baik cara satu-satunya dengan

carok.
35

3. Melanggar Kesopanan

Melanggar kesopanan merupakan hal yang sangat fatal

dilingkungan masyarakat Madura karena kesopanan dan

tatakrama merupakan hal yang tabu bagi orang Madura.

Melanggar kesopanan di kalangan masyarakat Madura yang

masih sangat kental dengan adat ketimurannya tentunya

menjadi hal yang permasalahannya sangat besar, orang

yang melakukan pelanggaran atas kesopanan jika dibiarkan

begitu saja maka semaki tidak mengerti dengan norma

kesopanan yang ada di masyarakat Madura.

4. Persaingan Bisnis

Persaingan bisnis juga merupakan salah satu penyebab

terjadinya Carok. Demi mempertahankan kelangsungan

bisnisnya. Orang Madura tidak segan-segan melakukan

carok terhadap lawan bisnisnya yang dianggap bisa

membahayakan atau mencurangi kelangsungan bisnisnya,

karena telah dianggap menyaingi bisnisnya.

5. Pemilihan Kepala Desa

pembelaaan pendukung para calon kepala desa ini sangat

berlebihan, sehingga para pendukung tersebut rela ber

carok demi membela calon kepala desa nya menjadi kepala

desa, hal ini murupakan pemikiran yang sangat

kurang berpendidikan.
36

6. Balas Dendam

Balas dendam adalah salah satu cara yang dilakukan oleh

masyaraakat Madura untuk membalas sakit hati atau

perbuatan yang dilakukan oleh orang lain kepada salah satu

keluarga atau kerabat dekat mereka, balas dendam ini

awalnya karena adanya suatu permasalahan yang terjadi

antara kedua orang, dan balas dendam ini dilakukan karena

terjadi ketidak puasan bagi dirinya dan keluarganya atas

permasalahan yang ada, dan juga tidak terima kekalahan

pada carok yang terjadi sebelumnya. Carok yang terjadi di

masyarakat Madura umumnya dapat bisa dikatakan carok

secara turun temurun.

Serta ada juga beberapa faktor yang ada pada diri masyarakat

madura yaitu :29

1. Pola Pendidikan Yang Rendah

Kebanyakan pelaku carok kalau di lihat dari segi

pendidikannya hanya lulusan sd dan bahkan tidak sekolah.

Pelaku carok tersebut minim pendidikan serta belum begitu

mengerti/tau tentang hukum.

2. Wawasan Yang Minim

Carok itu merupakan cara kuno yang di gunakan leluhur

suku madura untuk menyelesaikan suatu masalah. Tetapi di era

29 Djatmiko, Wahyu Prijo op.cit., Hlm. 148


37

moderen seperti sekarang masyarakat madura masih memakai

cara kuno tersebut untuk menyelesaikan suatu masalahnya.

3. Karakter Orang Madura Yang Keras (Temperamental Atau

Emosian)

Sebagian besar masyarakat madura memiliki sifat yang

keras (mudah marah / temperamental) serta tidak bisa

mengontrol diri sehingga dapat menyebabkan terjadinya carok,

sifat keras yang di miliki masyarakat madura tersebut

kemungkinan di sebabkan oleh faktor geografis.


BAB III

PEMBAHASAN

PERAN KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI TERJADINYA

TINDAK PIDANA CAROK

A. Gambaran Umum Kepolisian Resort Kabupaten Pamekasan

Kepolisian Resort Pamekasan atau Polres Pamekasan

merupakan pelaksana tugas Kepolisian RI di wilayah Kabupaten

Pamekasan. Yang terletak dijalan Stadion No. 81 Kecamatan

Pamekasan Kabupaten Pamekasan. Yang berada di bawah jajaran

Polda Jawa Timur memiliki tugas utama dalam hal memelihara

keamanan dan ketertiban, menegakkan hukum, memberikan

perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat di

wilayah hukum yang menjadi tanggung jawabnya. Secara total wilayah

hukum Polres Pamekasan memiliki total luas 732,85 km2 dan terdiri dari

13 kecamatan.

Dalam kesehariannya Polres Pamekasan dipimpin oleh yang

dipimpin oleh seorang Kapolres bernama : AKBP ROGIB

TRIYANTO,S.I.K dan dibantu seorang Wakapolres berpangkat Kompol,

bernama: KOMPOL MOH ASRORI KHADAFI S.H, keduanya

merupakan unsur pimpinan. Ada beberapa jenis satker yang berada

dibawah naungan Polres Pamekasan antara lain satuan reserse

kriminal, satuan reserse narkoba, satuan intelkam, satuan binmas,

38
39

bagian humas, dan propam. Sedangkan beberapa jenis layanan

kepolisian yang tersedia seperti misalnya layanan SPKT, SIM, SKCK,

SP2HP, ijin keramaian, dan pengawalan jalan.30

B. Carok dan penyebabnya yang masih terjadi di kab Pamekasan

Menurut hasil wawancara dengan “IPDA H.Slamet wahyudi S.H.

mengenai Carok dan penyebabnya yang masih terjadi di kab

Pamekasan mengatakan”:31

carok merupakan suatu petarungan satu lawan satu atau lebih

yang di lakukan oleh para laki-laki di madura, dengan menggunakan

senjata tajam berupa celurit. Dahulu carok di lakukan dengan tantang

saling menantang satu sama lain. Adapun penyebab permasalahan

hanya ada 3 yaitu membela agama, guru/kiai, dan keluarga.

Seiring berkembangnya zaman kini penyebab masalah carok

bertamabah, dan cara melakukan carok pun bukan lagi dilakukan

dengan cara tantang saling menantang satu sama lain dalam istilah

madura di sebut (Ngonggai). Adapun cara yang lain, yaitu carok di

lakukan dengan cara melakukan serangan secara diam - diam, atau

menyerang dari belakang tanpa sepengetahuan lawan dalam istilah

madura disebut (Nyelep).

Untuk di pamekasan saat ini carok yang dilakukan dengan cara

Ngonggai (tantang saling menantang), sudah jarang terjadi. Tetapi

30
https://polrespamekasan.id/
31
Wawancara dengan IPDA H.Slamet wahyudi S.H, Kanit Idik 1, tanggal
22 Februari 2023
40

untuk carok yang dilakukan dengan cara Nyelep masih sering trejadi .

Adapun data kasus tindak pidana carok beserta penyebabnya pada

tahun 2019 sampai 2022, sebagai berikut:

Tahun Jumlah kasus Penyebab masalah

2019-2020 2 Wanita/istri (Perselingkuhan)

2020-2021 2 Kesopanan dan Salah paham antar

sesama individu

2022 1 Wanita/istri (Perselingkuhan)

)*Data Dari Kantor Polres Resor Pamekasasan 22 Februari 2023.

Dapat diketahui pada data kasus carok 4 tahun terakhir yang

masih menjadi penyebab carok di pamekasan antra lain:

Pertama yaitu masalah wanita yang berupa perselingkuhan

karena kebanyakan istri di madura di tinggal merantau oleh para suami

sehingga merasa bebas melakukan apapun tanpa sepengetahuan

suami termasuk selingkuh, yang ke dua yaitu di sebabkan kesopanan

dan tingkah laku karena masyarakat madura sendiri memegang teguh

nilai kesopanan dan dikombinasikan dengan karakter orang madura

yang keras (tempramental) sehingga dapat menimbulkan carok.

C. Peran kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana carok di

Kabupaten Pamekasan

Dari hasil wawancara yang telah penulis lakukan dengan salah

satu anggota Polri AIPDA Novian angga p.S.H Mengenai peran


41

kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana carok di Kabupaten

Pamekasan, yaitu:32

Polres Pamekasan sebagai kantor kepolisian yang memiliki

kewenangan hukum di wilayah Kabupaten Pamekasan. Polres

Pamekasan juga dibantu dalam menegakan hukum di wilayah

Kabupaten Pamekasan oleh kator-kantor kepolisian lain yang yang

memiliki kewenangangan hukum setingkat wilayah Kecamatan. peran

kepolisian untuk menanggulangi tindak pidana carok ini akan diawali

dengan beberapa upaya sebelum tindak pidana tersebut terjadi dan

setelah terjadi.

Peran kepolisian di dalam penanggulangan maupun pencegahan

kejahatan di masyarakat begitu penting dalam menciptakan ketertiban

dan ketentraman serta tegaknya hukum di masyarakat. Sesuai Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Tugas Pokok Polri selaku

Pengayom,Pelindung dan Pelayan Masyarakat. Peran Polres

Pamekasan dalam menaggulangi tindak pidana carok di kab

Pamekasan yaitu dengan melakukan beberapa upaya sebagai berikut :

1. Upaya Preventif

Upaya preventif merupakan suatu cara yang di lakukan

untuk mencegah terjadinya kejahatan yang dillakukan oleh

seseorang sehingga menjadi ganguan keamanan dan ketertiban

32Wawancara dengan AIPDA Novian angga p.S.H, Banit Idik 1, tanggal


22 Februari 2023
42

masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian dapat di ketahui bahwa

upaya preventif yang dilakukan Polres Pamekasan dalam

mengantisipasi terjadinya carok dengan cara sebagai berikut:

a. Penyuluhan Hukum Kepada Masyarakat

Penyuluhan hukum kepada masyarakat pihak

kepolisian Pamekasan menyerahkan semua kepada bagian

Satbimnas. Satbimnas tidak lupa Memberikan pengetahuan

mengenai dampak dari terjadinya tindak pidana carok itu

bagaimana, tidak hanya dampak bagi keluarga, korban,

tetapi dampak bagi pelaku dari tindak pidana carok yang

tentunya harus mengorbankan kebebasannya dan selain itu

juga dampak bagi anggota keluarga pelaku, serta ancaman

hukum bagi pelaku tindak pidana carok itu seperti apa, selain

hal diatas juga dalam penyuluhan hukum juga dijelaskan

mengenai akan pentingnya kerjasama antar pihak untuk

mencegah tindak pidana yang terjadi di sekeliling

masyarakat.

b. Penyuluhan Tentang Agama

Dalam melakukan penyuluhan tentang agama pihak

kepolisian berkoordinasi dengan tokoh agama (kiai) Karena

seorang kiai memiliki peran atau andil yang sangat besar

bagi masyarakat Madura, Karena sosok kiai di masyarakat

Madura sangatlah dihormati dan di taati hal ini tentu sesuai


43

dengan masyarakat Madura yang terkenal agamis dan

mayoritas penduduknya beragama islam maka kiai memiliki

peran penting untuk pembentukan kepribadian masyarakat

dan biasanya penyuluhan tentang agama ini dilakukan pada

hari jumat sebelu atau setelah sholat jumat melalui khotbah

di masjid.

c. Bekerjasama Dengan Tokoh Masyarakat

Mengumpulkan tokoh masyarakat dan tokoh agama

untuk memberikan pengetahuan serta membuat kesadaran

dari tokoh masyarakat dan tokoh agama agar bersama-sama

membantu pihak kepolisian dalam melakukan pencegahan

terhadap tindak pidana pembunuhan dalam carok ataupun

dalam tindak pidana lainnya.

d. Meningkatkan Kewaspadaan

Meningkatkan kewaspadaan baik masyarakat ataupun

kepolisian Antisipasi dan kewaspadaan terhadap segala

sesuatu tindak pidana wajib dilakukan oleh kepolisian dan

bahkan oleh masyarakat sendiri. Hal ini untuk meminimlisir

suatu tindak pidana baik tindak pidana lain ataupun tindak

pidana pembunuhan yang mengakibatkan pada carok.

2. Upaya Represif

Upaya represif bertujuan untuk menindak dan menangani

para pelaku kejahatan sesuai dengan perbuatannya serta


44

membimbing mereka agar sadar bahwa perbuatan yang di

lakukanya merupakan perbuatan yang merugikan masyarakat

serta melanggar hukum, Penanganan kejahatan ini merupakan

tugas satuan fungsi tekhnis Reserse dimana penanganannya

dilakukan dengan cara penyidikan sebagaimana diatur dalam

KUHAP dan peraturan lain yang berkaitan dengan upaya represif

ini. Adapun upaya penindakan sebagai berikut :

a) Tindakan Awal

Ketika satuan reserse dan kriminal (SATRESKRIM)

polres Pamekasan telah menerima laporan atau pengaduan

dari masyarakat, tentang adanya tindakan kejahatan carok,

maka pihak kepolisian mendatangi Tempat Kejadian Perkara

(TKP) untuk memastikan apa benar telah terjadi carok, jika

benar terjadi maka pihak kepolisian Pamekasan melakukan

penanganan dan olah TKP.

b) Tindakan pelaksanaan

Melakukan serangkaian tindakan penyelidikan dan

penyidikan terhadap kasus carok, seperti : penangkapan

pelaku pengeledahan dan penyitaan barang bukti, dan yang

terkahir melaksanakan rekonstruksi.

c) Tindakan Akhir

Melimpahkan Berkas perkara kepada JPU serta

Melimpahkan tersangka dan barang bukti.


45

D. Kendala Yang Dihadapi Oleh Polres Pamekasan Dalam

Menaggulangi Tindak Pidana Carok

Upaya penanggulangan kejahatan (carok) di Pamekasan belum

bisa dikatakan berjalan secara maksimal mengingat banyaknya kendala

yang harus dihadapi pihak Polres. Sehingga selain harus

melaksanakan kewajiban menjaga keamanan dan memberantas

kejahatan, kepolisian juga harus mengatasi kendala-kendala yang

rnenghambat tugas mereka. Kendala-kendala yang dihadapi oleh

Polres Pamekasan dapat dibedakan menjadi dua bagian penting

yaitu:33

1. Kendala Internal

Kendalan intern yaitu kendala yang terdapat dalam tubuh

pihak kepolisian sendiri, yang meliputi:

a. Terbatasnya kemampuan penyidik

Keterbatasan kemampuan penyidik dari pihak

kepolisian dalam hal pengumpulan data dan bukti-bukti di

lapangan, terkait dengan suatu kasus tindak pidana Carok

yang terjadi.

b. Koordinasi internal yang kurang maksimal

33Wawancara dengan AIPDA Novian angga p.S.H, Banit Idik 1, tanggal


22 Februari 2023
46

Artinya seperti informasi intel kepada penyidik

kepolisian yang kurang terkoordinasi dengan baik.

2. Kendala ekstern

Kendalan ekstern yaitu kendala yang terdapat di luar

pihak kepolisian, antara lain:

a. Kurangnya kesadaran hukum

Kesadaran hukum masyarakat sangat di butuhkan

partisipasinya untuk menjaga keamanan dirinya sendiri

maupun lingkungan di sekitarnya. Sementara masih banyak

masyarakat madura khususnya pamekasan di plosok desa

nya, masih minim kesadaran hukumnya.

b. Lambatnya laporan

Lambatnya laporan dari masyarakat serta kurangnya

kerjasama antara masyarakat dan pihak kepolisian,

kurangnya kerjasama anatara masyarakat dan pihak

kepolisian juga dapat berakibat pada keamanan yang terjadi

dimasyarakat, karena masyarakat yang enggan

berkomunikasi dengan polisi membuat masyarakat yang rugi

sendiri pada akhirnya. Seringkali terjadi di plosok desa jika

terjadi tindak kriminal sperti carok, pencurian, dan tindak

kriminal lainya, masyarakat tersebut bukan melaporkan

kepada pihak kepolisian melainkan melaporkan terlebih

dahulu kepada kepala desa, inilah yang menyebabkan


47

lambat nya laporan dari masyarakat, kemungkinan masih

banyak masyarakat madura khususnya di pamekasan yang

belum mengetahui cara melaporkan akan adanya tindak

kejahatan kepada pihak kepolisian.

c. Masyarakat Tidak Mau Menjadi Saksi

Masyarakat tidak mau menjadi saksi di sini merupakan

hal yang dapat memperlambat jalannya proses pemeriksaan

dari tersangka pelaku carok. Serta orang yang menjadi saksi

takut karena kemungkinan akan mendapatkan ancaman atau

teror yang jika menjadi saksi dari pihak yang terkait kasus

carok, dan bila dengan keterangan saksi akan memperberat

hukuman pelaku dan hal ini tentu bisa berakibat fatal bagi

dirinya sendiri.

d. Tempatnya Sulit Dijangkau

Yang mana daerah bagian utara Pamekasan yaitu

daerah pengunungan dan daerah pesisir, dimana daerah

pegunungan di Pamekasan medannya susah di tempuh

dengan menggunakan kendaraan dan hal ini di pengaruhi

oleh factor geografis yang kurang mendukung dan factor

jalan yang rusak dan susah di tempuh oleh kendaraan dan

juga biasanya carok di lakukan di lahan kosong seperti

kebun dan di tengah tengah sawah.


48

e. Pelaku melarikan diri

Tidak adanya sikap kooperatif dari pelaku pembunuhan

atau penganiayaan dalam carok yang terjadi, sehingga dapat

mempersulit proses penyidikan dari pihak

kepolisian itu sendiri.

Dilihat dari kendala-kendala yang dihadapi oleh pihak kepolisian,

kendala yang paling besar adalah dalam menanggulangi tindak pidana

carok yaitu sulit dalam mencari saksi karena masyarakat enggan mau

menjadi saksi karena tidak mau ikut campur urusan orang lain dan takut

adanya ancaman apabila ikut campur urusan masalah

orang lain tersebutSerta minim nya kesadaran hukum masyarakat

pamekasan madura dan masih menganggap carok sebagai cara untuk

menyelesaikan masalah yang menyangkut hargadiri masyarakat

pamekasan madur
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan oleh penulis

maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :

A. Peran kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana carok

dikabupaten Pamekasan Polres Pamekasan sebagai kantor

kepolisian yang memiliki kewenangan hukum diwilayah Kabupaten

Pamekasan. Berperan penting dalam penanggulangan maupun

pencegahan kejahatan dimasyarakat untuk menciptakan

ketertiban dan ketenteraman serta tegaknya

hukum di masyarakat.

Adapun beberapa upaya Polres Pamekasan yang dilakukan

untuk menanggulangi tindak pidana carok yaitu yaitu melakukan

upaya preventif dan upaya represif :

1. Upaya preventif seperti penyuluhan hukum kepada

masyarakat dan penyuluhan tentang agama, serta

bekerjasama dengan tokoh masyarakat untuk membantu

kepolisian dalam pencegahan terhadap tindak pidana

carok. Dan juga pencegahan terhadap tindak pidana carok.

2. Upaya Represif yang bertujuan untuk menindak dan

menangani para pelaku carok. Dalam proses penanganan

tindak pidana polres pamekasan sudah melakukan sesuai

49
50

dengan tugas dan wewenangnya yang diatur oleh

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Upaya penanggulangan yang di lakukan oleh pihak polres

Pamekasan belum bisa dikatakan berjalan secara maksimal

banyak kendala yang di hadapi pihak Polres, Kendala-kendala

yang dihadapi oleh Polres Pamekasan yaitu:

1. kendala intern kendala yang terdapat dalam tubuh pihak

kepolisian sendiri seperti terbatasnya kemampuan penyidik,

koordinasi internal yang kurang maksimal.

2. kendala ekstern kendala yang terdapat di luar pihak

kepolisian seperti kurangnya kesadaran hukum masyarakat

madura khusus nya Pamekasan, lambatnya laporan dari

masyarakat, Masyarakat tidak mau menjadi saksi karena

takut mendapatkan ancaman atau teror yang jika menjadi

saksi, tempatnya sulit dijangkau, Pelaku melarikan diri. Itu

lah beberapa kendala yang dihadapi oleh pihak polres

Pamekasan dalam upaya menanggulangi

tindak pidana carok.

B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan, adalah

sebagai berikut:

1. Polres Pamekasan harus bekerja lebih keras dalam

penanggulangan dan mengurangi tindak pidana carok agar


51

tindak pidana tersebut tidak menjadi kebiasaan masyarakat

madura dalam menyelesaikan suatu masalah mengenai

hargadiri. Karena kepolisian merupakan garda terdepan dalam

melakukan penegakan hukum.

2. Polres Pamekasan harus segera mengatasi kendala-kendala

yang dihadapi oleh kepolisian dalam menaggulangi tindak pidana

carok. Dan tidak lupa untuk selalu mengingatkan dan

mengedukasi masyarakat madura khususnya pamekasan

tentang dampak dan bahaya nya dari tindak pidana carok serta

mengingatkan bahwa carok bukanlah jalan satu-satunya untuk

menyelesaikan masalah yang menyangkut harga diri, dan juga

mengajak masyarakat pamekasan untuk saling bekerja sama

dengan pihak kepolisian untuk membasmi tindak pindana carok

dan tindak pidana lainnya.

3. Masyarakat madura khususnya pamekasan seharusnya lebih

berperan aktif dalam rangka penanggulangan dan pemberatasan

tindak pidana carok dan tindak pidana lainnya. masyarakat harus

segera melaporkan tindak pidana sebut kepada pihak kepolisian

agar segera ditindak lanjuti dan dilakukan penegakan hukum.

Masyarakat tidak perlu perlu takut dalam melaporkan tindak

pidana carok karena apabila mereka melaporkan telah terjadi

tindak pidana maka otomatis mereka telah berperan dalam

rangka penegakan hukum di lingkungan sekitamya. Adanya


52

peran serta masyarakat maka akan mempermudah kepolisan

dalam hal pemberantasan tindak pidana carok dan tindak pidana

lainnya. Kemudian dengan adanya peran serta masyarakat

tersebut maka akan menciptakan koordinasi yang baik antara

masyarakat dan kepolisian dalam rangka penegakan hukum

guna menciptakan kesejahteraan dalam kehidupan

bermasyarakat dan menghindari dampak negatif yang mungkin

akan terjadi apabila tindak pidana carok terus menerus dibiarkan

tanpa ada kesadaran hukum dalam diri masyarakat dalam

upaya penanggulangan tindak pidana carok tersebut.


53

Anda mungkin juga menyukai