Anda di halaman 1dari 5

Nama : Amanda Khoirun Nisa

NIM : 042060523
Jurusan : D-IV Kearsipan

TUGAS 1
ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

Pertanyaan
Indonesia terdiri dari berbagai suku, budaya dan agama dan itu bagian dari kekayaan
negara kita, dengan adanya keberagaman tersebut tidak jarang memunculkan sikap
etnosentrisme, prejudis, dan diskriminasi.

1. Jelaskan bagaimana etnosentrisme, prejudis, dan diskriminasi dapat menjadi


sumber permasalahan bagi bangsa Indonesia. Berikan masing-masing contoh kasus
untuk memperjelas jawaban Anda

Jawaban

Bismillahirrahmanirrahim , Izinkan saya untuk menjawab pertanyaan dari tugas 1 Ilmu


Sosial Budaya Dasar ini .
1. Etnosentris, Prejudis dan diskriminasi
Kasus besar Etnosentris yang menghasilkan prejudis dan diskriminasi pernah
beberapa kali terjadi di Indonesia . Sebut saja salah satunya adalah kasus sampit di
Kalimantan antara suku asli setempat yaitu suku dayak kalimantan dan suku
pendatang yaitu suku Madura. Kasus ini menumbulkan permasalahan yang pelik
dan menciptakan perpecahan, pengrusakan hingga bahkan pembunuhan banyak
orang . Tidak lupa pula kasus ambon antara muslim dan Kristen yang membuat
suasana di Maluku menjadi tidak aman dan nyaman .
Apa yang menyebabkan kejadian diatas terjadi ? tentu saja diawali oleh
sekelompok oknum tertentu yang menganggap bahwa keberadaan sukunya,
agamanya merupakan keberadaan tertinggi sehingga mulai memunculkan banyak
prasangka serta sifat diskriminasi pada agama dan suku lainnya . Tidak jarang pula
kasus seperti ini muncul karena kepentingan belaka , seperti kasus etnosentris
sederhana yang muncul pada pola fikir para anggota dewan yang dengan asiknya
medahulukan kepentingan sesamanya dibandingkan kepentingan masyarakat luas .

Permasalahan etnosentris, prejudis dan diskriminasi seringkali menjadi


permasalahan utama bagi negara kita yang terdiri atas 1.340 suku bangsa
berdasarkan sensus BPS pada tahun 2010 serta enam agama yang diakui
keberadaannya. Permasalahan tersebut berawal dari perbedaan pola fikir, budaya
awal nenek moyang serta acapkali juga hanya karena konflik kepentingan saja .
Tantangan perbedaan ini beberapa kali menjadi hambatan bagi terwujudnya
semboyan “Bhineka Thunggal Ika” yang diimpikan oleh para pejuang kemerdekaan
ini.
1. Contoh Kasus Etnosentris
Seperti yang telah diutarakan diatas, salah satu kasus etnosentris terjadi di
sampit, Kalimantan utara. Kasus ini melibatkan suku Dayak dan suku Madura (Suku
Madura sebagai pendatang dari program transmigrasi) . Ada beberapa hal yang
terjadi pada kasus ini diawali dengan ketidaksukaan suku Dayak kepada suku
Madura yang memiliki beragam usaha di wilayahnya dan terkesan akan menguasai
sisi ekonomi di daerah tersebut . Sikap mementingkan suku dan menolak suku lain
muncul pada keduannya (Menurut sumber yang saya baca diawali dari suku Dayak),
karena merasa sukunya merupakan suku yang memiliki wilayah kalimantan secara
menyeluruh dan telah berdiam diri disana lebih lama, suku dayak mulai berusaha
mengusir suku madura yang memang awalnya adalah pendatang sehingga hal
tersebut memicu perperangan antara kedua suku tersebut .
Pada contoh kecil di masyarakat permasalahan dari kasus etnosentris masih sering
terjadi , bagaimana seorang pejabat daerah lebih mementingkan partai dan
golongannya ketimbang masyarakatnya , bagaimana perebutan kekuasaan seringkali
diiringi dengan embel – embel “Kami Putra daerah” yang sebenarnya menurut
pendapat saya kata tersebut mengandung sikap etnosentris di dalamnya .
Untuk menghindari permasalahan karena sikap etnosentris pada diri suku – suku
di negara kita ini sudah sewajarnya pemerintah dan masyarakat saling bahu
membahu menanamkan nilai kebangsaan , kekeluargaan serta nasionalisme sebagai
bagian dari NKRI tercinta.
2. Prejudis
Prasangka tanpa mengecek fakta dan bukti adalah ciri lemah dari sebuah
masyarakat yang memiliki kesadaran literasi yang rendah . Tidak perlu terlalu juah
untuk mencontohkan kasus yang diakibatkan oleh prejudis ini , ketika Pilpres tahun
lalu dan 5 tahun sebelumnya hal ini juga terjadi sangat banyak pada setiap kalangan
dan seluruh media sosial di Indonesia. Alangkah banyaknya hoax yang menyebar
karena terlalu fanatik kepada salah satu Capres dan Cawapres .
Banyak orang yang ketika menerima sebuah berita ataupun kabar burung merasa
termotivasi untuk menyebarkannnya kembali pada orang lain tanpa mengecek latar
belakang media tersebut, tanpa mengecek keaslian dan bukti dari berita atau kabar
tersebut sehingga secara tidak sadar ia menimbulkan perpecahan pada golongan
masyarakat tertentu .
Mengapa hal itu terjadi ? lagi lagi karena “KEPENTINGAN” oknum tertentu
untuk meraih sebuah keuntungan duniawi. Sejujurnya prejudis ini sulit untuk diatasi
oleh pemerintah sendiri tanpa bantuan dan kesadaran dari masyarakatnya . Minat
literasi pada bangsa kita yang kecil membodohi diri sendiri dan membuat kita terlalu
mudah untuk percaya pada sesuatu yang bahkan dasarnya saja kita tidak ketahui.

3. Diskriminasi
Kata ini tidak asing didalam benak saya . Suami yang merupakan junior di tempat
kerjanya acapkali mendapatkan perlakuan seperti ini pula .
Diskriminasi biasanya terjadi pada kelompok kecil masyarakat yang berbeda di
tengah-tengah keberadaan mayoritas yang menguasai .
Namun terkadang diskriminasi ini juga berlaku sebaliknya , tidak jarang
mayortitas diperlakukan secara diskriminatif oleh minoritas (Dengan syarat
minoritas tersebut memegang kekuasaan atau kekayaan) . seperti yang terjadi
pana negara kita saat ini , keberpihakan beberapa undang – undang kepada kaum
hedonis mengalahkan kepentingan dari masyarakat luas yang memiliki
kekurangan pada bidang ekonomi .
Contoh yang saya ambil disini adalah kasus Ambon , diskriminasi umat
beragama pernah terjadi antara mayoritas Kristen kepada minoritas muslim .
Kasus besar ini menimbulkan pertumpahan darah di Ambon serta memecah
belah persatuan negara kita tercinta.
Kasus diskriminasi juga banyak terjadi di kehidupan sehari – hari bahkan di
dalam keluarga . Terkadang anak bungsu mendapatkan perlakuan berbeda dari
kakak – kakaknya, terjadi pula di beberapa sekolah , anak yang fisiknya lemah
ditindahs oleh anak yang memiliki kemampuan fisik lebih , anak yang berbadan
kecil ditindas oleh yang berbadan bongsor.
Semua hal diatas tidak akan terjadi apabila adanya kesadaran pada diri masing –
masing individu bahwa walaupun kita berbeda tapi sebagai manusia tetap
memiliki kesamaan hak dan kewajiban, memiliki dasar kemanusiaan yang sama
, memiliki jati diri yang sama dalam satu budaya yang sama . Kesadaran inilah
yang harus dipupuk sedikit demi sedikit dengan kerjasama antara pemerintah dan
masyarakat agar pola fikir siapa lebih unggul tergantikan oleh kebiasaan saling
bahu membahu untuk terus berkembang .
Sumber Referensi yang saya gunakan :
1. Buku Materi Pokok MKDU4109 – Ilmu Sosial Budaya Dasar
2. https://indonesia.go.id/profil/suku-bangsa
3. https://nasional.kompas.com/read/2012/12/23/15154962/Lima.Kasus.Diskrimin
asi.Terburuk.Pascareformasi
4. https://www.kompasiana.com/ianchrstn/56b6250e8f7e61eb0a466149/etnosentri
sme-dan-pencegahannya-dalam-lingkup-komunikasi-lintas-budaya-dan-
kehidupan-sehari-hari?page=all#sectionall
5. https://www.liputan6.com/news/read/3897282/kerusuhan-sampit-kegagalan-
merawat-perbedaan-18-tahun-silam
6. https://sejarahlengkap.com/indonesia/sejarah-perang-ambon
7. https://www.zenius.net/prologmateri/sosiologi/a/1543/pengertianetnosentrisme
8. https://nasional.kompas.com/read/2014/06/04/1446441/Menyikapi.Kampanye.
Negatif?page=all

Terima kasih
Amanda Khoirun Nisa.

Anda mungkin juga menyukai