Anda di halaman 1dari 14

Biodidaktika, Volume 11 No 2, Juli 2016

ISSN: 1907-087X

PROFIL TINGKATAN HABITS OF MIND DAN KECEMASAN KOGNITIF DALAM


MATA PELAJARAN BIOLOGI PADA SISWA SMA
DI KOTA BANDUNG

Ilma Riksa Isfiani


Jurusan Pendidikan Biologi, Universitas Pendidikan Indonesia
Isfianilma25@gmail.com

ABSTRACT
This research aims to explore level of habits of minds and cognitive anxiousness profile of senior high school
students in Bandung. Descriptive analysis is used as a research method with stratified random sampling
techniques. The population of this research were all of the students 11th and 12th grade in Bandung. Collecting
data was conducted on 11th and 12th grade of four different school as sample using questionnaire instrument.
Habits of mind instrument was adapted from Costa and Kallick’s and anxiousness cognitive test was adapted
from Cassady and Johnson’s. The result of this research shows that habits of minds score average and cognitive
anxiousness score average of 11th and 12th grade were 111,77 (75%) and 53,15 (66%) for 11th grade and 114,66
(76%) and 56,17 (69%) for 12th grade. The results show us that habits of minds and cognitive anxiousness of
11th and 12th grade were moderate categorically.

Key Words: Habits of Minds, Cognitive Anxiousness, and Biology.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil tingkatan habits of mind dan kecemasan kognitif siswa SMA di
kota Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan teknik stratified random
sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI dan XII di SMAN Kota Bandung.
Pengambilan data dilakukan pada siswa kelas XI dan XII di empat SMAN Bandung sebanyak 294 siswa dengan
menggunakan instrumen berupa kuesioner yang diadaptasi dari kuesioner yang sudah baku. Habits of mind
dalam penelitian ini terdiri dari 16 kategori Habits of Mind’s Costa and Kallick sebanyak 50 pernyataan
kuesioner. Kuesioner yang digunakan untuk mengukur kecemasan kognitif yaitu menggunakan Cognitif Anxiety
Test’s Cassady and Johnson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil rerata skor habits of mind pada setiap
angkatan diperoleh yaitu sebesar 111,77 (75%) untuk kelas XI dan 114,66 (76%) untuk kelas XII. Hasil rerata
skor kecemasan kognitif pada setiap angkatan diperoleh yaitu sebesar 53,15 (66%) untuk kelas XI dan 56,17
(69%) untuk kelas XII. Hasil penelitian menunjukkan bahwa habits of mind dan kecemasan kognitif siswa kelas
XI dan XII berada pada kategori sedang.

Kata Kunci: Habits of Mind, Kecemasan Kognitif, dan Biologi

PENDAHULUAN Marzano (1994) menjelaskan bahwa


Kemampuan berpikir siswa tidak asesmen yang dilaksanakan oleh guru
terlepas dari bagaimana siswa harus bisa mendorong peserta didik untuk
mengkonstruk pengetahuannya dan berpikir tingkat tinggi dan mengarahkan
menggunakan pengetahuannya dengan kepada kemampuan penalaran yang tinggi.
tepat sesuai dengan permasalahan yang Sebaiknya guru harus mulai mengurangi
dihadapi. Sikap siswa yang seperti ini penerapan asesmen yang bersifat close-
akan membimbing siswa menuju ended yang menyebabkan siswa terbiasa
pembiasaan dalam berpikir yang efektif. berpikir tingkat rendah dengan tingkat

53
Biodidaktika, Volume 11 No 2, Juli 2016
ISSN: 1907-087X

kognitif mengingat saja. Guru perlu dapat menjawab soal dengan benar.
memberikan bentuk asesmen yang Namun, ketika dalam pembelajaran
dirancang khusus untuk merangsang diikutsertakan Habits of Mind, maka dapat
kemampuan penalaran siswa. Selain itu, diketahui juga bagaimana siswa
melalui strategi pembelajaran yang baik berperilaku ketika siswa tidak dapat
dan terus-menerus akan mempengaruhi menjawab soal dengan benar. Kondisi
dan membentuk kebiasaan berpikir yang tersebut juga dikemukakan oleh Faleye
efektif dan efisien bagi siswa. (2010) bahwa keberhasilan belajar di
Hal tersebut mendasari pemikiran sekolah masih berdasarkan tolak ukur hasil
lebih lanjut bahwa proses belajar siswa tes kognitif. Hasil belajar siswa
tidak terlepas dari bagaimana kebiasaan ditunjukkan dari perolehan nilai ujian yang
siswa dalam berpikir ketika dihadapkan tercantum dalam buku raport.
kepada suatu masalah baik itu berupa Habits of Mind pada kenyataannya
penugasan atau ujian. Sikap siswa selama memiliki manfaat yang sangat baik.
proses belajar ini akan berdampak pada Penerapan Habits of Mind akan membantu
hasil belajar yang bermakna. Siswa tidak siswa untuk selalu menggunakan
hanya sekedar menghafal atau hanya untuk waktunya secara produktif dan mengasah
memperoleh nilai. Proses belajar siswa kecerdasan siswa. Kebiasaan belajar yang
sudah sebaiknya diarahkan melalui proses seperti ini tentu saja sangat dibutuhkan
berpikir yang efektif sehingga siswa dapat oleh siswa baik dalam kesehariannya
terampil menempatkan diri dalam berbagai maupun pada waktu tertentu seperti ujian
situasi dengan mengandalkan kemampuan akhir. Cara belajar yang terarah, teratur,
berpikirnya. Siswa dapat membentuk dan tepat guna memberikan peluang bagi
kebiasaan-kebiasaan yang baik dalam siswa untuk mendapatkan pengetahuan
proses belajarnya sehari-hari. Siswa dapat secara bermakna. Pembiasaan sikap dalam
mulai berperilaku produktif untuk berpikir telah dikembangkan oleh Costa
mendisiplinkan dan melatih kecerdasan dan Kallick (2008) dalam Habits of Mind
siswa. Pembiasaan belajar yang seperti ini yang terdiri dari 16 kategori diantaranya
dikenal sebagai Kebiasaan Berpikir atau adalah persisting, managing impulsivity,
Habits of Mind. striving for accuracy, thinking and
Menurut Costa dan Kallick (2008), communicating with clarity and precision,
hasil pendidikan yang masih tradisional gathering data through all senses,
hanya terfokus pada berapa banyak siswa questioning and posing problems, thinking

54
Biodidaktika, Volume 11 No 2, Juli 2016
ISSN: 1907-087X

about thinking (metacognition), listening Bedewy dan Gabriel (2013)


with understanding and empathy, thinking menekankan bahwa kecemasan muncul
flexibly, creating, imagining, innovating, sebagai respon terhadap ketidakmampuan
finding humor, responding with menghadapi suatu tantangan. Munculnya
wonderment and awe, applying past kecemasan kognitif pada siswa telah
knowledge to new situations, taking mengarahkan siswa terhadap
responsible risk, thinking ketidakmampuan dalam berkonsentrasi
interdependently, dan remaining open to ketika menyelesaikan tes atau ujian.
continous learning. Pengembangan 16 Kejadian ini akan berdampak pada
kategori ini diharapkan dapat menuntun perolehan hasil yang kurang baik dalam
siswa menjadi siswa yang cerdas baik itu ujiannya. Teori lain yang mendukung
di dalam kelas ataupun di lingkungannya. penelitian ini diperoleh dari hasil
Pembelajaran tidak hanya berkaitan penelitian yang dilakukan oleh Cerbin
dengan prosesnya saja, tetapi juga (2011) menjelaskan bahwa kecemasan
dilakukan evaluasi di akhir pembelajaran siswa mempengaruhi kinerja akademik,
guna mengetahui hasil belajar siswa persiapan tes, dan tingkat keyakinan
sebagai tolak ukur ataupun standar untuk terhadap keberhasilan tesnya. Berdasarkan
prasyarat melanjutkan pembelajaran ke penelitian tersebut dapat diketahui bahwa
tahap berikutnya. Hal ini menyebabkan kecemasan kognitif, kebiasaan belajar
siswa dihadapkan pada ujian atau tes yang didasari oleh habits of mind, dan
belajar dari materi khususnya Biologi yang hasil belajar merupakan komponen yang
sudah dipelajari selama proses mempengaruhi satu sama lain.
pembelajarannya. Tuntutan materi Biologi Berdasarkan kondisi tersebut, peneliti
juga turut mempengaruhi sikap siswa melakukan pengkajian untuk mengetahui
dalam menghadapi ujian. Kedua kondisi bagaimana profil tingkatan Habits of mind
tersebut akan dihadapi siswa dengan dan kecemasan kognitif dalam mata
kecemasan ketika siswa kurang siap dan pelajaran Biologi pada siswa SMA di
cenderung santai selama proses Kota Bandung.
pembelajaran. Hal tersebut mengakibatkan
METODE PENELITIAN
siswa secara naluriah mengalami
Metode penelitian yang dilakukan
kecemasan kognitif dalam menghadapi
dalam penelitian ini adalah deskriptif.
ujian-ujian.
Metode deskrptif merupakan metode yang
tidak memberikan perlakuan, manipulasi,

55
Biodidaktika, Volume 11 No 2, Juli 2016
ISSN: 1907-087X

atau pengubahan pada variabel bebas, Bandung. Grafik pada Gbr.1 menunjukkan
tetapi menggambarkan sesuatu kondisi apa bahwa habits of mind pada kelas XI
adanya (McMillan dan Schumacher, diperoleh hasil dengan skor terendah yaitu
2001). 64% pada sekolah D dan skor tertinggi
Populasi dalam penelitian ini adalah 79% pada sekolah A dan sekolah C.
seluruh siswa kelas XI dan XII di SMAN Habits of mind untuk kelas XII diperoleh
Kota Bandung. Sampel yang dipilih dalam hasil dengan skor terendah sebesar 73%
penelitian ini menggunakan teknik pada sekolah C dan skor tertinggi 79%
Stratified Random Sampling. Sampel pada sekolah B.
diawali dengan menentukan kluster
SMAN di Kota Bandung berdasarkan
passing grade pada tahun 2013 dan
memilihnya secara acak satu sekolah dari
masing-masing kluster. Tahap selanjutnya
diambil satu kelas sampel dari perwakilan
kelas XI dan XII di setiap sekolah.
Gambar 1 . Persentase Habits of Mind
Sehingga, total sampel yang digunakan Siswa SMA di Kota Bandung
sebanyak 294 siswa dari empat sekolah di Hasil tersebut menunjukkan bahwa setiap
kota Bandung. sekolah memiliki variasi skor habits of
Habits of Mind diukur melalui mind yang berbeda antara kelas XI dan
kuesioner yang yang diadaptasi dari Habits XII. Beberapa sekolah diperoleh hasil
of Mind’s Costa and Kallick. Kuesioner ini bahwa kelas XI lebih tinggi daripada kelas
terdiri dari 50 butir pernyataan. Kuesioner XII yaitu pada sekolah A dan sekolah C.
yang digunakan untuk mengukur Hasil lain menunjukkan bahwa kelas XII
kecemasan kognitif diadaptasi dari lebih tinggi dibandingkan kelas XI yaitu
Cognitif Anxiety Test’s Cassady and pada sekolah B dan sekolah D. Hasil rerata
Johnson yang terdiri dari 27 butir skor habits of mind pada setiap angkatan
pertanyaan. diperoleh yaitu sebesar 111,77 (75%)
untuk kelas XI dan 114,66 (76%) untuk
HASIL PENELITIAN
kelas XII. Kedua skor tersebut berada pada
Hasil Penelitian
kategori sedang. Data lain menunjukkan
Berdasarkan hasil penelitian
bahwa rerata skor habits of mind untuk
didapatkan data mengenai tingkatan habits
of mind pada empat sekolah di kota

56
Biodidaktika, Volume 11 No 2, Juli 2016
ISSN: 1907-087X

seluruh sampel siswa kelas XI dan XII


adalah sebesar 113 (75%).
Kuesioner habits of mind terdiri dari
16 kategori dengan jumlah item
pernyataan sebanyak 50. Hasil akhir rerata
skor kategori tersebut dikelompokkan
berdasarkan tingkatannya menjadi tingkat
rendah (< 582), tingkat sedang (583 – Gambar 2. Tingkatan Kategori Habits of
749), dan tingkat tinggi (> 750) dengan
Mind
skor maksimal sebesar 882 yang kemudian
skor tersebut dihitung dalam persentase. Perolehan data selanjutnya yaitu data
Data menunjukkan bahwa dari 50 mengenai kecemasan kognitif melalui
item pernyataan diperoleh hasil dengan kuesioner. Pada Gbr. 3 dapat diketahui
kategori tinggi sebanyak 9 item, kategori perolehan skor kecemasan kognitif pada
sedang sebanyak 33 item, dan kategori siswa kelas XI dan XII dari empat sekolah.
rendah sebanyak 8 item dengan skor Secara tersurat dapat terlihat bahwa
terendah sebesar 471 (53%) pada item kecemasan kognitif pada siswa kelas XII
nomor 22 (thinking about thinking) dan lebih tinggi dibandingkan siswa kelas XI.
skor tertinggi sebesar 803 (91%) pada item Kecemasan kognitif pada kelas XI
nomor 15 (gathering data through all diperoleh hasil dengan skor terendah yaitu
senses). 56% pada sekolah D dan skor tertinggi
Setelah diperoleh hasil rerata skor 70% pada sekolah C dan sekolah C.
item pernyataan kuesioner selanjutnya Kecemasan kognitif untuk kelas XII
dihitung rerata skor masing-masing diperoleh hasil dengan skor terendah
kategori habits of mind yang ditunjukkan sebesar 68% pada sekolah D dan skor
pada Gbr 2. Skor terendah ditunjukkan tertinggi 71% pada sekolah A.
oleh kategori finding humor dengan skor
596 (68%) sedangkan skor tertinggi
ditunjukkan oleh kategori responding with
wonderment and awe dengan skor 753
(85%). Kategori habits of mind lainnya
memperoleh skor dengan kategori tingkat
sedang.

57
Biodidaktika, Volume 11 No 2, Juli 2016
ISSN: 1907-087X

tersebut menjelaskan mengenai kecemasan


siswa setelah menyelesaikan ujian bahwa
siswa merasa seharusnya mampu
mengerjakan tes dengan lebih baik. Hasil
total skor terendah ditunjukkan pada item
nomor 27 dengan skor 489 (55%) yaitu
mengenai kegugupan dalam mengerjakan
Gambar 3. Persentase Kecemasan Kognitif
Hasil di atas menunjukkan bahwa hampir soal. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
(Sekolah)
di semua sekolah menunjukkan pola yaitu kecemasan siswa tidak menyebabkan

kelas XII memiliki kecemasan kognitif kecerobohan dalam menyelesaikan soal

yang lebih tinggi dibandingkan kelas XI. ujian.

Data yang paling terlihat berbeda yaitu


pada sekolah D dengan perbedaan skor
antara kelas XI dan XII yang cukup jauh.
Hasil rerata skor kecemasan kognitif pada
setiap angkatan diperoleh yaitu sebesar
53,15 (66%) untuk kelas XI dan 56,17
(69%) untuk kelas XII. Kedua skor
tersebut berada pada kategori sedang. Gambar 4. Rerata Skor Total Indikator

Hasil lain menunjukkan bahwa rerata skor Kecemasan Kognitif

kecemasan kognitif pada seluruh sampel Keterangan No. Indikator:

penelitian siswa kelas XI dan XII adalah 1. Membandingkan kinerja diri siswa

memperoleh skor sebesar 55 (68%). dengan siswa lain

Hasil kuesioner untuk kecemasan 2. Mempertimbangkan konsekuensi

kognitif yang terdiri dari 27 item kegagalan tes

pernyataan diperoleh skor berdasarkan 3. Tingkat kepercayaan diri yang rendah

kategori tingkat rendah (< 514), tingkat dalam pelaksanaan tes

sedang (515 – 675), dan tingkat tinggi (> 4. Kekhawatiran berlebih dalam

676). Hasil rekapitulasi kuesioner pelaksanaan tes

kecemasan kognitif diperoleh hasil total 5. Merasa kurang siap dalam tes

skor tertinggi ditunjukkan pada item


nomor 15 dengan skor 770 (87%) yaitu Berdasarkan pada Gbr 4. di atas,

mengenai kesiapan siswa dalam tes. Item dapat diketahui bahwa kecemasan kognitif

58
Biodidaktika, Volume 11 No 2, Juli 2016
ISSN: 1907-087X

siswa dengan urutan tertinggi adalah pada yaitu “tingkat kepercayaan diri yang
indikator 2 yaitu “mempertimbangkan rendah dalam pelaksanaan tes” dan
konsekuensi kegagalan tes” dan indikator indikator 4 yaitu “kekhawatiran berlebih
5 yaitu “merasa kurang siap dalam tes”. dalam pelaksanaan tes”. Hasil tersebut
Kecemasan terbesar siswa berada pada menggambarkan bahwa siswa mampu
pemikiran yang berlebihan mengenai mengontrol dirinya dalam menghadapi
konsekuensi dari hasil ujian Biologi baik kecemasan dalam hal kepercayaan diri dan
itu Ujian Tengah Semester pada kelas XI kekhawatiran yang berlebih. Hal ini
ataupun Ujian Nasional pada kelas XII. membuktikan bahwa siswa mampu
Siswa cenderung memikirkan bagaimana berpikir fleksibel dalam menghadapi
jika siswa mendapatkan nilai yang buruk, kecemasan tersebut dan mengolahnya
sehingga siswa merasa tertekan untuk menjadi sikap yang melawan rasa
dapat mendapatkan nilai Biologi yang kecemasan.
baik. Indikator lainnya yang juga
Pembahasan
mencemaskan siswa adalah mengenai
Proses pembelajaran tidak terlepas
kesiapan tes yang masih kurang. Sebagian
dari stimulus dan respon yang akan
besar siswa merasa kurang mampu dalam
mempengaruhi tingkah laku siswa selama
menguasai materi Biologi. Ketika siswa
pembelajaran. Komponen pembelajaran
dihadapkan pada soal ujian yang sulit dan
baik berupa tuntutan materi pelajaran,
tidak terduga, siswa merasa tertekan dan
penugasan, maupun ujian berperan
berpikiran kosong. Selain itu, setelah siswa
menjadi stimulus dalam proses
menyelesaikan waktu ujian, siswa justru
pembelajaran. Secara naluriah siswa akan
merasa sebenarnya mereka mampu
merespon stimulus pembelajaran tersebut
mengerjakannya. Hasil dari kecemasan
dalam bentuk motivasi dan usaha baik itu
kognitif siswa tersebut didukung oleh
mengarah pada yang sifatnya positif
pernyataan yang diungkapkan oleh salah
ataupun negatif. Pada penelitian ini, habits
seorang guru Biologi di SMAN B bahwa
of mind dan kecemasan kognitif berperan
banyak siswa yang mengeluhkan
sebagai respon yang dilakukan oleh siswa
kecemasannya mengenai kegagalan ujian,
ketika menghadapi tuntutan pembelajaran.
khususnya Ujian Nasional yang sedang
Respon akan dibentuk dalam wujud
dihadapi oleh siswa kelas XII.
tingkah laku sebagai upaya menjawab
Indikator kecemasan kognitif yang
stimulus yang didapatkan. Hal ini
paling rendah ditunjukkan oleh indikator 3
bersesuaian dengan teori stimulus respon

59
Biodidaktika, Volume 11 No 2, Juli 2016
ISSN: 1907-087X

yang dikembangkan oleh Pavlov (Dahar, suatu strategi untuk menghadapi tantangan
1988) dalam teori Classical Conditioning dalam pembelajaran dengan baik.
maupun oleh Skinner (Dahar, 1988) dalam Berdasarkan hasil penelitian diketahui
teori Operant Conditioning. bahwa tingkatan habits of mind siswa
Berkaitan dengan kedua teori tersebut, kelas XI dan XII berada pada kategori
Winkel (1996) menjelaskan mengenai cara sedang yaitu 75% untuk siswa kelas XI
belajar sikap dalam pembelajaran bahwa dan 76% untuk siswa kelas XII. Hal ini
suatu stimulus akan memberikan respon menggambarkan bahwa habits of mind
berupa respon berupa sikap positif atau sudah cukup diterapkan dalam keseharian
negatif. Menurut teori Classical secara tidak sadari. Apabila melihat
Conditioning, proses pembelajaran akan deskripsi kategori habits of mind, terdapat
mengajarkan sikap baru terhadap siswa tiga kategori terendah yang diperoleh baik
sehingga siswa akan mempelajari sikap pada siswa kelas XI maupun XII yaitu
tertentu meskipun terkadang proses belajar kategori finding humor, thinking about
sikap seperti ini tidak disadari oleh siswa thinking, dan remaining open to continous
maupun guru. Peranan habits of mind dan learning. Ketiga kategori tersebut dapat
kecemasan kognitif dapat direspon secara dikatakan penting dalam menghadapi
positif atau negatif oleh siswa tergantung tantangan, dalam pola pikir siswa, dan
pada kondisi mental dan kebiasaan tujuan siswa dalam belajar.
berpikir yang mempengaruhi siswa Rendahnya skor finding humor
terhadap munculnya respon sebagai upaya menunjukkan bahwa siswa masih belum
menanggapi stimulus. Winkel (1996) juga dapat membawa diri dalam pembelajaran
menghubungkan teori Operant yang nyaman dan menyenangkan dalam
Conditioning dengan jalur belajar sikap kondisi baik atau buruk selama
dalam pembelajaran bahwa siswa yang pembelajaran. Padahal, menurut
berhasil baik dalam usahanya untuk belajar Hammond (2013), untuk dapat berpikir
dengan tekun akan memberikan penguatan secara metakognitif (thinking about
terhadap diri sendiri. thinking) diperlukan sikap enjoyment dan
Habits of mind hadir sebagai respon engagement selama proses pembelajaran.
intelektual yang berguna untuk Rendahnya finding humor selaras dengan
menghadapi situasi yang tidak diketahui skor yang diperoleh dalam kategori
jawaban akhirnya. Siswa akan menerapkan thinking about thinking. Kemampuan
habits of mind ketika siswa membutuhkan siswa dalam kategori ini sebenarnya sangat

60
Biodidaktika, Volume 11 No 2, Juli 2016
ISSN: 1907-087X

membantu dalam memahami materi kondtradiktif bahwa terdapat


Biologi khususnya. Seperti yang kecenderungan manusia mematikan sendiri
diungkapkan oleh Flavel (1979) bahwa rasa ingin tahu dan keinginan
siswa yang memiliki metakognisi yang mengembangkan pengetahuannya.
baik akan membantunya dalam menjawab Hasil penelitian tersebut mendukung
setiap pertanyaan dengan menghubungkan peranan penting habits of mind oleh Costa
satu konten materi dengan materi lainnya dan Kallick (2008) yang menempatkan
secara sistematis. Sebagai contoh dalam habits of mind sebagai hasil belajar
materi Biologi, ketika siswa memahami tertinggi dan oleh Marzano (1997) sebagai
konsep respirasi sel, maka siswa akan dimensi pembelajaran yang paling penting.
mendahului pemahamannya dengan Teori habits of mind yang dikemukakan
penjelasan materi mengenai sistem oleh Costa dan Kallick (2008) dan
pencernaan dan struktur sel, kemudian Marzano (1997) menjelaskan bahwa habits
akan menghubungkannya dengan sistem of mind bukan hanya mengenai
respirasi. Selanjutnya, siswa dapat penguasaan konsep saja, bukan hanya
menghubungkan konsep respirasi sel mengenai sikap saja, ataupun keterampilan
dengan konsep fotosintesis. Gambaran saja. Tetapi habits of mind merupakan
tersebut membuktikan bahwa dalam gabungan dari semua komponen tersebut
memahami materi Biologi tentu yang mengarahkan pada pembentukan
dibutuhkan penerapan habits of mind kepribadian yang dewasa, unggul, dan
sebagai strategi pembelajaran. Kategori intelektual.
lain yang tergolong rendah yaitu Stimulus yang didapatkan oleh siswa
remaining open to continous learning. kelas XI dan XII berupa ujian tertulis mata
Menurut Costa dan Kallick (2008), siswa pelajaran Biologi juga memberikan respon
yang menerapkan kategori ini akan selalu terhadap sisi emosional siswa. Seperti
berusaha untuk meningkatkan, hasil yang diperoleh pada kecemasan
mengembangkan, dan memodifikasi kognitif siswa bahwa ujian yang dihadapi
pengetahuan yang mereka miliki. Siswa oleh siswa kelas XI dan XII pada awalnya
akan menganggap setiap permasalahan dianggap oleh siswa sebagai masalah yang
akan menjadi sumber pembelajaran yang belum siap mereka hadapi. Maka, sisi
berharga (Bateson, dalam Costa dan emosional siswa meresponnya secara
Kallick, 2008). Namun, Costa dan Kallick naluriah dalam bentuk kecemasan kognitif.
(2008) mengungkapkan hal yang Stuart dan Laraia (dalam Eka, 2012)

61
Biodidaktika, Volume 11 No 2, Juli 2016
ISSN: 1907-087X

menjelaskan bahwa dampak yang berbagai strategi guna melewati ujian


ditimbulkan dari kecemasan ringan adalah nasional dengan sukses.
siswa dapat menjadi waspada menghadapi Hal yang paling terlihat dalam hasil
masalah dan menyikapinya dengan penelitian di empat sekolah adalah pada
meningkatkan motivasi dalam berusaha. sekolah A dan sekolah D. SMAN A
Kecemasan yang dirasakan siswa akan dengan passing grade tertinggi
menuntunnya pada pemilihan sikap yang memperoleh habits of mind dan
mengarahkan siswa untuk menghadapi kecemasan kognitif yang tinggi juga.
tantangan sebagai sisi positif atau justru Habits of mind yang diperoleh siswa
sisi negatif. Hal ini ddidukung oleh teori SMAN A sebesar 78% dan kecemasan
kecemasan yang menyatakan bahwa kognitif sebesar 69%. Pada SMAN D
kecemasan memiliki dua kontrol yaitu dengan passing grade terakhir memiliki
kontrol positif dan kontrol negatif. tingkat habits of mind sebesar 70% dan
Berkaitan dengan hal tersebut, Costa dan kecemasan kognitif sebesar 62%. Fakta
Kallick (2008) menjelaskan bahwa dasar lapangan ini mengindikasikan bahwa
dari habits of mind mengacu pada siswa-siswa yang bersekolah di sekolah
kebiasaan mental. Hal ini berarti bahwa dengan prestasi yang baik ternyata
ketika siswa mengalami kecemasan memiliki habits of mind yang lebih baik
kognitif yang cukup mengganggu maka dan kecemasan kognitif yang lebih tinggi
secara tidak langsung akan mempengaruhi dibandingkan sekolah lain.
mental siswa. Pada kondisi tersebut dapat Pembentukan habits of mind dapat
dikemukakan bahwa kecemasan muncul dilakukan melalui berbagai jenis
sebagai respon terhadap tekanan yang penugasan. Seperti yang dijelaskan oleh
mengakibatkan dampak negatif (destress) Costa dan Kallick (2008) bahwa meskipun
sebagai kontrol negatif atau dapat jenis tugas yang dikerjakan siswa berbeda-
memberikan dampak positif (eustress) beda, tetapi semua tugas tersebut tetap
sebagai kontrol positif. Siswa kelas XII mengarahkan pada pembentukan habits of
yang memiliki tantangan lebih besar mind jika dilakukan secara konsisten dan
dibandingkan kelas XI memiliki terus-menerus. Pembiasaan dalam proses
kecemasan yang lebih tinggi. Bagi siswa belajar di kelas juga ternyata memiliki
yang dapat mengontrolnya secara positif peran dalam pembentukan habits of mind
maka kecemasan justru menjadi pemicu siswa. Hal ini berlaku dari teori belajar
bagi siswa untuk terus belajar dengan mengenai Hukum Kesiapan, Hukum

62
Biodidaktika, Volume 11 No 2, Juli 2016
ISSN: 1907-087X

Latihan, dan Hukum Efek oleh Thorndike pembelajaran terjadi. Lingkungan menjadi
(dalam Mulyasana, 2011) yang tempat yang berperan dalam pembentukan
menjelaskan bahwa stimulus dan respon sikap, pengembangan kemampuan, dan
akan saling bekerja apabila diawali dengan proses pembelajaran. Pembentukan sikap
kesiapan yang baik diikuti oleh rangkaian menjadi hal penting dalam proses
latihan yang dapat membiasakan siswa pembelajaran. Seperti yang diketahui
dalam menghadapi pembelajaran. Kedua bahwa pembelajaran dilakukan secara
hukum tersebut akan berdampak pada terus-menerus dan berkesinambungan. Hal
munculnya efek yang akan memperkuat ini menjadi kesempatan bagi guru dalam
sikap siswa. Seperti yang dikemukakan mengajarkan dan membentuk sikap pada
oleh Mulyasana (2011) bahwa kondisi siswa secara bertahap. Berkaitan dengan
belajar terbaik adalah ketika siswa proses pembelajaran, maka komponen
memiliki kesiapan fisik, mental, dan yang sangat berperan dari sekolah terhadap
emosional. perkembangan siswa adalah guru. Seorang
Hasil penelitian lain juga menjelaskan guru sebaiknya mampu mengondisikan
bahwa habits of mind akan terbentuk belajar siswa dalam situasi apapun
melalui asesmen formatif dalam bentuk sehingga semua hal dapat mengarah pada
strategi penugasan (Sriyati, 2011). Apabila teori kontrol perhatian positif. Upaya
penugasan hanya dilakukan sekali-kali, pembentukan sikap yang dilakukan oleh
maka proses yang terjadi pada diri siswa guru tidak dapat terlihat hasilnya dalam
sebatas kesiapan dalam bertindak yang kurun waktu yang singkat. Begitu juga
disebut dengan sikap, sehingga belum dengan upaya membentuk habits of mind
mengarah pada suatu tingkah laku atau membutuhkan waktu yang cukup lama
kebiasaan. Salah satu cara yang dapat sehingga siswa dapat menunjukkan enam
dilakukan agar sikap dapat berubah karakteristik yang dimiliki oleh siswa
menjadi perilaku hingga kebiasaan, maka dengan habits of mind yang baik. Menurut
latihan harus dilakukan secara terus- Marzano (1997), upaya mengembangkan,
menerus sampai pada akhirnya siswa tidak mengajarkan, dan menerapkan habits of
menganggap belajar sebagai beban, tetapi mind akan menyita waktu yang
siswa menganggap bahwa belajar adalah seharusnya digunakan untuk materi
kebutuhan. pelajaran. Akan tetapi, teori tersebut
Lingkungan sekolah merupakan mengungkapkan bahwa ketika siswa sudah
tempat terjadinya seluruh interaksi memiliki habits of mind yang baik maka

63
Biodidaktika, Volume 11 No 2, Juli 2016
ISSN: 1907-087X

akan mempermudah bagi siswa dalam SIMPULAN


proses belajar secara efektif dan efisien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Hal tersebut didukung oleh Rustaman tingkatan habits of mind sebesar 111,77
(2008) bahwa habits of mind penting untuk (75%) untuk kelas XI dan 114,66 (76%)
dikembangkan pada berbagai level siswa untuk kelas XII. Hasil rerata skor
sebagai bekal dalam lifelong learning. kecemasan kognitif pada setiap angkatan
Skema yang ditunjukkan pada Gbr. 5 diperoleh yaitu sebesar 53,15 (66%) untuk
menggambarkan alur hubungan antara kelas XI dan 56,17 (69%) untuk kelas XII.
hasil belajar, habits of mind, kecemasan Hasil ini memberikan gambaran bagi siswa
kognitif, dan komponen lainnya. Hal yang dan pendidik untuk mengetahui kesiapan
menjadi dasar dari komponen di atas yang diperlukan dalam pembelajaran
adalah kondisi mental yang selanjutnya berupa habits of mind sehingga akan
akan mempengaruhi pola pikir siswa. Pola memberikan dampak pada kecemasan
kontrol positif yang menjadi pemicu untuk
dilakukannya usaha, strategi, dan pola
pikir yang efektif dan efisien dalam proses
pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Bedewy, D. & Gabriel, A. (2013). The


Gbr 5. Skema Hasil Belajar, Habits of development and psychometric
minds, dan Kecemasan Kognitif. (Sumber: assessment of a scale to measure the
Dokumentasi Penulis)
severity of examination anxiety among
pikir akan berkembang menjadi dua undergraduate university students.
macam perwujudan yaitu pola pikir yang International Journal of Educational
Psychology, 2 (1), pp. 81-104.
menghasilkan strategi-strategi dalam
Cerbin, B. (2011). Reducing Test Anxiety.
bertindak berupa habits of mind. Pola pikir
UW-La Crosse Center for Anvancing
juga menimbulkan segi emosional yang Teaching & Learning.
muncul sebagai respon normal yaitu dalam Eka, A.R. (2012). Hubungan tingkat
bentuk kecemasan kognitif. Kompleksitas kecemasan dengan keberhasilan
memberikan obat melalui infus pada
dari komponen-komponen tersebut secara mahasiswa FIK UI angkatan 2010.
tidak langsung akan mempengaruhi Retrieved July 22, 2014 from
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20
perolehan hasil belajar siswa di bawah 301345-S42018-
peranan sekolah dalam lingkungan belajar. Angelina%20Roida%20Eka.pdf

64
Biodidaktika, Volume 11 No 2, Juli 2016
ISSN: 1907-087X

Costa, A.L., & Kallick, B. (2008). Asesmennya. Retrieved May 15, 2014
Learning and Leading with Habits of from www.upi.ac.id
Mind 16 Essential Characteristics for
Students. Washington DC: Association Sriyati, S. (2011). Peran asesmen formatif
for Supervision and Curriculum dalam membentuk habits of mind
Development mahasiswa biologi. (Disertasi). Sekolah
Pascasarjana, Universitas Pendidikan
Dahar, R. W. (1988). Teori-Teori Belajar. Indonesia, Bandung.
Bandung: Erlangga.
Winkel, W.S., (1996). Psikologi
Faleye, B.A. (2010). Cognitive Test pengajaran. Jakarta: PT. Gramedia
Anxiety and Learning Outcomes of Widiasarana Indonesia.
Selected Undergraduated Students. An
Online Journal of The African
Educational Research Network, 10 (2),
pp. ISSN # TX 6-342-323

Flavel, J. (1979). Metacognition theory.


Retrieved August 20, 2014 from
http://www.lifecircles-
inc.com/Learningtheories/constructivis
m/flavell.html.

Mc. Millan, J. H. & Schumacher, S.


(2001). Research in Education. Fifth
Edition. New York: Longman

Hammond, C. (2013). Does Listening to


Mozart really boost your brainpower?.
Retrieved from August 1, 2015 from
http://www.bbc.com/future/story/20130
107-can-mozart-boost-brainpower

Marzano, R.J., dkk. (1994). Assessing


students outcomes: performance
assessment using the dimensions of
learning model. Alexandria, Virginia
USA: Association for Supervision and
Curriculum Development

Marzano, R.J., dkk. (1997). Dimensions of


learning trainer’s manual. Alexandria,
Virginia USA: Mid-continent Regional
Educational Laboratory

Mulyasana, D. (2011). Pendidikan


bermutu dan berdaya saing. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.

Rustaman, N.Y. (2008). Kebiasaan


Berpikir dalam Pembelajaran Sains dan

65

Anda mungkin juga menyukai