Profil Tingkatan Habits of Mind Dan Kecemasan Kognitif Dalam Mata Pelajaran Biologi Pada Siswa Sma Di Kota Bandung
Profil Tingkatan Habits of Mind Dan Kecemasan Kognitif Dalam Mata Pelajaran Biologi Pada Siswa Sma Di Kota Bandung
ISSN: 1907-087X
ABSTRACT
This research aims to explore level of habits of minds and cognitive anxiousness profile of senior high school
students in Bandung. Descriptive analysis is used as a research method with stratified random sampling
techniques. The population of this research were all of the students 11th and 12th grade in Bandung. Collecting
data was conducted on 11th and 12th grade of four different school as sample using questionnaire instrument.
Habits of mind instrument was adapted from Costa and Kallick’s and anxiousness cognitive test was adapted
from Cassady and Johnson’s. The result of this research shows that habits of minds score average and cognitive
anxiousness score average of 11th and 12th grade were 111,77 (75%) and 53,15 (66%) for 11th grade and 114,66
(76%) and 56,17 (69%) for 12th grade. The results show us that habits of minds and cognitive anxiousness of
11th and 12th grade were moderate categorically.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil tingkatan habits of mind dan kecemasan kognitif siswa SMA di
kota Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan teknik stratified random
sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI dan XII di SMAN Kota Bandung.
Pengambilan data dilakukan pada siswa kelas XI dan XII di empat SMAN Bandung sebanyak 294 siswa dengan
menggunakan instrumen berupa kuesioner yang diadaptasi dari kuesioner yang sudah baku. Habits of mind
dalam penelitian ini terdiri dari 16 kategori Habits of Mind’s Costa and Kallick sebanyak 50 pernyataan
kuesioner. Kuesioner yang digunakan untuk mengukur kecemasan kognitif yaitu menggunakan Cognitif Anxiety
Test’s Cassady and Johnson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil rerata skor habits of mind pada setiap
angkatan diperoleh yaitu sebesar 111,77 (75%) untuk kelas XI dan 114,66 (76%) untuk kelas XII. Hasil rerata
skor kecemasan kognitif pada setiap angkatan diperoleh yaitu sebesar 53,15 (66%) untuk kelas XI dan 56,17
(69%) untuk kelas XII. Hasil penelitian menunjukkan bahwa habits of mind dan kecemasan kognitif siswa kelas
XI dan XII berada pada kategori sedang.
53
Biodidaktika, Volume 11 No 2, Juli 2016
ISSN: 1907-087X
kognitif mengingat saja. Guru perlu dapat menjawab soal dengan benar.
memberikan bentuk asesmen yang Namun, ketika dalam pembelajaran
dirancang khusus untuk merangsang diikutsertakan Habits of Mind, maka dapat
kemampuan penalaran siswa. Selain itu, diketahui juga bagaimana siswa
melalui strategi pembelajaran yang baik berperilaku ketika siswa tidak dapat
dan terus-menerus akan mempengaruhi menjawab soal dengan benar. Kondisi
dan membentuk kebiasaan berpikir yang tersebut juga dikemukakan oleh Faleye
efektif dan efisien bagi siswa. (2010) bahwa keberhasilan belajar di
Hal tersebut mendasari pemikiran sekolah masih berdasarkan tolak ukur hasil
lebih lanjut bahwa proses belajar siswa tes kognitif. Hasil belajar siswa
tidak terlepas dari bagaimana kebiasaan ditunjukkan dari perolehan nilai ujian yang
siswa dalam berpikir ketika dihadapkan tercantum dalam buku raport.
kepada suatu masalah baik itu berupa Habits of Mind pada kenyataannya
penugasan atau ujian. Sikap siswa selama memiliki manfaat yang sangat baik.
proses belajar ini akan berdampak pada Penerapan Habits of Mind akan membantu
hasil belajar yang bermakna. Siswa tidak siswa untuk selalu menggunakan
hanya sekedar menghafal atau hanya untuk waktunya secara produktif dan mengasah
memperoleh nilai. Proses belajar siswa kecerdasan siswa. Kebiasaan belajar yang
sudah sebaiknya diarahkan melalui proses seperti ini tentu saja sangat dibutuhkan
berpikir yang efektif sehingga siswa dapat oleh siswa baik dalam kesehariannya
terampil menempatkan diri dalam berbagai maupun pada waktu tertentu seperti ujian
situasi dengan mengandalkan kemampuan akhir. Cara belajar yang terarah, teratur,
berpikirnya. Siswa dapat membentuk dan tepat guna memberikan peluang bagi
kebiasaan-kebiasaan yang baik dalam siswa untuk mendapatkan pengetahuan
proses belajarnya sehari-hari. Siswa dapat secara bermakna. Pembiasaan sikap dalam
mulai berperilaku produktif untuk berpikir telah dikembangkan oleh Costa
mendisiplinkan dan melatih kecerdasan dan Kallick (2008) dalam Habits of Mind
siswa. Pembiasaan belajar yang seperti ini yang terdiri dari 16 kategori diantaranya
dikenal sebagai Kebiasaan Berpikir atau adalah persisting, managing impulsivity,
Habits of Mind. striving for accuracy, thinking and
Menurut Costa dan Kallick (2008), communicating with clarity and precision,
hasil pendidikan yang masih tradisional gathering data through all senses,
hanya terfokus pada berapa banyak siswa questioning and posing problems, thinking
54
Biodidaktika, Volume 11 No 2, Juli 2016
ISSN: 1907-087X
55
Biodidaktika, Volume 11 No 2, Juli 2016
ISSN: 1907-087X
atau pengubahan pada variabel bebas, Bandung. Grafik pada Gbr.1 menunjukkan
tetapi menggambarkan sesuatu kondisi apa bahwa habits of mind pada kelas XI
adanya (McMillan dan Schumacher, diperoleh hasil dengan skor terendah yaitu
2001). 64% pada sekolah D dan skor tertinggi
Populasi dalam penelitian ini adalah 79% pada sekolah A dan sekolah C.
seluruh siswa kelas XI dan XII di SMAN Habits of mind untuk kelas XII diperoleh
Kota Bandung. Sampel yang dipilih dalam hasil dengan skor terendah sebesar 73%
penelitian ini menggunakan teknik pada sekolah C dan skor tertinggi 79%
Stratified Random Sampling. Sampel pada sekolah B.
diawali dengan menentukan kluster
SMAN di Kota Bandung berdasarkan
passing grade pada tahun 2013 dan
memilihnya secara acak satu sekolah dari
masing-masing kluster. Tahap selanjutnya
diambil satu kelas sampel dari perwakilan
kelas XI dan XII di setiap sekolah.
Gambar 1 . Persentase Habits of Mind
Sehingga, total sampel yang digunakan Siswa SMA di Kota Bandung
sebanyak 294 siswa dari empat sekolah di Hasil tersebut menunjukkan bahwa setiap
kota Bandung. sekolah memiliki variasi skor habits of
Habits of Mind diukur melalui mind yang berbeda antara kelas XI dan
kuesioner yang yang diadaptasi dari Habits XII. Beberapa sekolah diperoleh hasil
of Mind’s Costa and Kallick. Kuesioner ini bahwa kelas XI lebih tinggi daripada kelas
terdiri dari 50 butir pernyataan. Kuesioner XII yaitu pada sekolah A dan sekolah C.
yang digunakan untuk mengukur Hasil lain menunjukkan bahwa kelas XII
kecemasan kognitif diadaptasi dari lebih tinggi dibandingkan kelas XI yaitu
Cognitif Anxiety Test’s Cassady and pada sekolah B dan sekolah D. Hasil rerata
Johnson yang terdiri dari 27 butir skor habits of mind pada setiap angkatan
pertanyaan. diperoleh yaitu sebesar 111,77 (75%)
untuk kelas XI dan 114,66 (76%) untuk
HASIL PENELITIAN
kelas XII. Kedua skor tersebut berada pada
Hasil Penelitian
kategori sedang. Data lain menunjukkan
Berdasarkan hasil penelitian
bahwa rerata skor habits of mind untuk
didapatkan data mengenai tingkatan habits
of mind pada empat sekolah di kota
56
Biodidaktika, Volume 11 No 2, Juli 2016
ISSN: 1907-087X
57
Biodidaktika, Volume 11 No 2, Juli 2016
ISSN: 1907-087X
penelitian siswa kelas XI dan XII adalah 1. Membandingkan kinerja diri siswa
sedang (515 – 675), dan tingkat tinggi (> 4. Kekhawatiran berlebih dalam
kecemasan kognitif diperoleh hasil total 5. Merasa kurang siap dalam tes
mengenai kesiapan siswa dalam tes. Item dapat diketahui bahwa kecemasan kognitif
58
Biodidaktika, Volume 11 No 2, Juli 2016
ISSN: 1907-087X
siswa dengan urutan tertinggi adalah pada yaitu “tingkat kepercayaan diri yang
indikator 2 yaitu “mempertimbangkan rendah dalam pelaksanaan tes” dan
konsekuensi kegagalan tes” dan indikator indikator 4 yaitu “kekhawatiran berlebih
5 yaitu “merasa kurang siap dalam tes”. dalam pelaksanaan tes”. Hasil tersebut
Kecemasan terbesar siswa berada pada menggambarkan bahwa siswa mampu
pemikiran yang berlebihan mengenai mengontrol dirinya dalam menghadapi
konsekuensi dari hasil ujian Biologi baik kecemasan dalam hal kepercayaan diri dan
itu Ujian Tengah Semester pada kelas XI kekhawatiran yang berlebih. Hal ini
ataupun Ujian Nasional pada kelas XII. membuktikan bahwa siswa mampu
Siswa cenderung memikirkan bagaimana berpikir fleksibel dalam menghadapi
jika siswa mendapatkan nilai yang buruk, kecemasan tersebut dan mengolahnya
sehingga siswa merasa tertekan untuk menjadi sikap yang melawan rasa
dapat mendapatkan nilai Biologi yang kecemasan.
baik. Indikator lainnya yang juga
Pembahasan
mencemaskan siswa adalah mengenai
Proses pembelajaran tidak terlepas
kesiapan tes yang masih kurang. Sebagian
dari stimulus dan respon yang akan
besar siswa merasa kurang mampu dalam
mempengaruhi tingkah laku siswa selama
menguasai materi Biologi. Ketika siswa
pembelajaran. Komponen pembelajaran
dihadapkan pada soal ujian yang sulit dan
baik berupa tuntutan materi pelajaran,
tidak terduga, siswa merasa tertekan dan
penugasan, maupun ujian berperan
berpikiran kosong. Selain itu, setelah siswa
menjadi stimulus dalam proses
menyelesaikan waktu ujian, siswa justru
pembelajaran. Secara naluriah siswa akan
merasa sebenarnya mereka mampu
merespon stimulus pembelajaran tersebut
mengerjakannya. Hasil dari kecemasan
dalam bentuk motivasi dan usaha baik itu
kognitif siswa tersebut didukung oleh
mengarah pada yang sifatnya positif
pernyataan yang diungkapkan oleh salah
ataupun negatif. Pada penelitian ini, habits
seorang guru Biologi di SMAN B bahwa
of mind dan kecemasan kognitif berperan
banyak siswa yang mengeluhkan
sebagai respon yang dilakukan oleh siswa
kecemasannya mengenai kegagalan ujian,
ketika menghadapi tuntutan pembelajaran.
khususnya Ujian Nasional yang sedang
Respon akan dibentuk dalam wujud
dihadapi oleh siswa kelas XII.
tingkah laku sebagai upaya menjawab
Indikator kecemasan kognitif yang
stimulus yang didapatkan. Hal ini
paling rendah ditunjukkan oleh indikator 3
bersesuaian dengan teori stimulus respon
59
Biodidaktika, Volume 11 No 2, Juli 2016
ISSN: 1907-087X
yang dikembangkan oleh Pavlov (Dahar, suatu strategi untuk menghadapi tantangan
1988) dalam teori Classical Conditioning dalam pembelajaran dengan baik.
maupun oleh Skinner (Dahar, 1988) dalam Berdasarkan hasil penelitian diketahui
teori Operant Conditioning. bahwa tingkatan habits of mind siswa
Berkaitan dengan kedua teori tersebut, kelas XI dan XII berada pada kategori
Winkel (1996) menjelaskan mengenai cara sedang yaitu 75% untuk siswa kelas XI
belajar sikap dalam pembelajaran bahwa dan 76% untuk siswa kelas XII. Hal ini
suatu stimulus akan memberikan respon menggambarkan bahwa habits of mind
berupa respon berupa sikap positif atau sudah cukup diterapkan dalam keseharian
negatif. Menurut teori Classical secara tidak sadari. Apabila melihat
Conditioning, proses pembelajaran akan deskripsi kategori habits of mind, terdapat
mengajarkan sikap baru terhadap siswa tiga kategori terendah yang diperoleh baik
sehingga siswa akan mempelajari sikap pada siswa kelas XI maupun XII yaitu
tertentu meskipun terkadang proses belajar kategori finding humor, thinking about
sikap seperti ini tidak disadari oleh siswa thinking, dan remaining open to continous
maupun guru. Peranan habits of mind dan learning. Ketiga kategori tersebut dapat
kecemasan kognitif dapat direspon secara dikatakan penting dalam menghadapi
positif atau negatif oleh siswa tergantung tantangan, dalam pola pikir siswa, dan
pada kondisi mental dan kebiasaan tujuan siswa dalam belajar.
berpikir yang mempengaruhi siswa Rendahnya skor finding humor
terhadap munculnya respon sebagai upaya menunjukkan bahwa siswa masih belum
menanggapi stimulus. Winkel (1996) juga dapat membawa diri dalam pembelajaran
menghubungkan teori Operant yang nyaman dan menyenangkan dalam
Conditioning dengan jalur belajar sikap kondisi baik atau buruk selama
dalam pembelajaran bahwa siswa yang pembelajaran. Padahal, menurut
berhasil baik dalam usahanya untuk belajar Hammond (2013), untuk dapat berpikir
dengan tekun akan memberikan penguatan secara metakognitif (thinking about
terhadap diri sendiri. thinking) diperlukan sikap enjoyment dan
Habits of mind hadir sebagai respon engagement selama proses pembelajaran.
intelektual yang berguna untuk Rendahnya finding humor selaras dengan
menghadapi situasi yang tidak diketahui skor yang diperoleh dalam kategori
jawaban akhirnya. Siswa akan menerapkan thinking about thinking. Kemampuan
habits of mind ketika siswa membutuhkan siswa dalam kategori ini sebenarnya sangat
60
Biodidaktika, Volume 11 No 2, Juli 2016
ISSN: 1907-087X
61
Biodidaktika, Volume 11 No 2, Juli 2016
ISSN: 1907-087X
62
Biodidaktika, Volume 11 No 2, Juli 2016
ISSN: 1907-087X
Latihan, dan Hukum Efek oleh Thorndike pembelajaran terjadi. Lingkungan menjadi
(dalam Mulyasana, 2011) yang tempat yang berperan dalam pembentukan
menjelaskan bahwa stimulus dan respon sikap, pengembangan kemampuan, dan
akan saling bekerja apabila diawali dengan proses pembelajaran. Pembentukan sikap
kesiapan yang baik diikuti oleh rangkaian menjadi hal penting dalam proses
latihan yang dapat membiasakan siswa pembelajaran. Seperti yang diketahui
dalam menghadapi pembelajaran. Kedua bahwa pembelajaran dilakukan secara
hukum tersebut akan berdampak pada terus-menerus dan berkesinambungan. Hal
munculnya efek yang akan memperkuat ini menjadi kesempatan bagi guru dalam
sikap siswa. Seperti yang dikemukakan mengajarkan dan membentuk sikap pada
oleh Mulyasana (2011) bahwa kondisi siswa secara bertahap. Berkaitan dengan
belajar terbaik adalah ketika siswa proses pembelajaran, maka komponen
memiliki kesiapan fisik, mental, dan yang sangat berperan dari sekolah terhadap
emosional. perkembangan siswa adalah guru. Seorang
Hasil penelitian lain juga menjelaskan guru sebaiknya mampu mengondisikan
bahwa habits of mind akan terbentuk belajar siswa dalam situasi apapun
melalui asesmen formatif dalam bentuk sehingga semua hal dapat mengarah pada
strategi penugasan (Sriyati, 2011). Apabila teori kontrol perhatian positif. Upaya
penugasan hanya dilakukan sekali-kali, pembentukan sikap yang dilakukan oleh
maka proses yang terjadi pada diri siswa guru tidak dapat terlihat hasilnya dalam
sebatas kesiapan dalam bertindak yang kurun waktu yang singkat. Begitu juga
disebut dengan sikap, sehingga belum dengan upaya membentuk habits of mind
mengarah pada suatu tingkah laku atau membutuhkan waktu yang cukup lama
kebiasaan. Salah satu cara yang dapat sehingga siswa dapat menunjukkan enam
dilakukan agar sikap dapat berubah karakteristik yang dimiliki oleh siswa
menjadi perilaku hingga kebiasaan, maka dengan habits of mind yang baik. Menurut
latihan harus dilakukan secara terus- Marzano (1997), upaya mengembangkan,
menerus sampai pada akhirnya siswa tidak mengajarkan, dan menerapkan habits of
menganggap belajar sebagai beban, tetapi mind akan menyita waktu yang
siswa menganggap bahwa belajar adalah seharusnya digunakan untuk materi
kebutuhan. pelajaran. Akan tetapi, teori tersebut
Lingkungan sekolah merupakan mengungkapkan bahwa ketika siswa sudah
tempat terjadinya seluruh interaksi memiliki habits of mind yang baik maka
63
Biodidaktika, Volume 11 No 2, Juli 2016
ISSN: 1907-087X
DAFTAR PUSTAKA
64
Biodidaktika, Volume 11 No 2, Juli 2016
ISSN: 1907-087X
Costa, A.L., & Kallick, B. (2008). Asesmennya. Retrieved May 15, 2014
Learning and Leading with Habits of from www.upi.ac.id
Mind 16 Essential Characteristics for
Students. Washington DC: Association Sriyati, S. (2011). Peran asesmen formatif
for Supervision and Curriculum dalam membentuk habits of mind
Development mahasiswa biologi. (Disertasi). Sekolah
Pascasarjana, Universitas Pendidikan
Dahar, R. W. (1988). Teori-Teori Belajar. Indonesia, Bandung.
Bandung: Erlangga.
Winkel, W.S., (1996). Psikologi
Faleye, B.A. (2010). Cognitive Test pengajaran. Jakarta: PT. Gramedia
Anxiety and Learning Outcomes of Widiasarana Indonesia.
Selected Undergraduated Students. An
Online Journal of The African
Educational Research Network, 10 (2),
pp. ISSN # TX 6-342-323
65