S SAMSOERI MERTOJOSO
“Menjadi Rs Bhayangkara Yang Terbaik Dalam Bidang Pelayanan Kesehatan Dan Kedokteran Kepolisian”
KPS
1. Apa jabatan saudara ?
Jawaban : sesuai unit masing – masing
2. Sudah berapa lama menjabat ? TMT (Terhitung Mulai Tanggal) kapan ?
Jawaban : sesuai individu masing - masing
3. Sudah berapa lama bekerja di RS Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso ? TMT (Terhitung Mulai Tanggal)
kapan ?
Jawaban : sesuai individu masing – masing
4. Apa uraian tugas saudara?
Jawaban : sesuai individu masing – masing
5. Dalam rekruitmen penerimaan saudara ada tes apa saja ? Ceritakan !
Jawaban :
Tes tulis
Tes praktek
Tes komputer
Tes wawancara I
Tes wawancara II
Tes Kesehatan
6. Apa saudara pernah mengikuti orientasi ? ada berapa ? sebutkan !
Jawaban :
Pernah
Ada 2
Orientasi RS (umum) dan orientasi unit (khusus)
7. Materi apa saja yang diberikan waktu saudara mengikuti orientasi tersebut ? sebutkan!
Jawaban :
Materi orientasi RS :
Profil RS (struktur organisasi, visi misis, etik, sejarah, budaya dan pelayanan RS)
Mutu dan keselamatan pasien (PMKP)
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
Basic Life Support (BLS)
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Komunikasi Efektif
Materi Orientasi Unit :
Struktur organisasi unit
Uraian tugas
Pedoman pengorganisasian unit
Program kerja unit
Pedoman pelayanan unit
PPI unit
Indikator mutu Unit
8. Pelatihan apa saja yang sudah saudara ikuti ? sebutkan pelatihan di dalam dan di luar rumah sakit?
Jawaban :
Pelatihan di dalam rumah sakit
Pelatihan PMKP
Pelatihan PPI
Pelatihan K3
Pelatihan BLS (Basic Life Support)
1
Pelatihan di luar rumah sakit (pelatihan yang sesuai dengan tugas)
9. Apakah kinerja saudara dinilai ? Bila iya dengan apa ?
Jawaban :
Ya.
Dokter, perawat, bidan, asisten apoteker, analis kesehatan, fisiotherapis, rekam medis, radiografer, tehnik
elektromedis, kesehatan lingkungan dinilai dengan oppe (ongoing profesional practice evaluation)
Staf non medis yang pns dan kontrak dinilai dengan ppk(penilaian prestasi kerja)
Staf non medis yang polri dinilai dengan smk(sistem manajemen kinerja)
10. Siapa yang menilai kinerja sudara ? Berapa jangka waktu penilaian ?
Jawaban :
Yang menilai kinerja kepala unit, jangka waktu dilakukan penilaian adalah 1 tahun 1 kali
11. Praktek Code Red dan Code Blue
Jawaban :
Sesuai alur Code Red dan Code Blue
KREDENSIAL
12. Apakah anda sudah dikredensial ?
Jawaban :
Sudah
13. Apakah kredensial itu ?
Jawaban :
Kredensial adalah proses pemberian kewenangan klinis
14. Bagaimana prosesnya ?
Jawaban :
Tenaga kesehatan mengajukan permohonan (usulan kredensial) kepada Sub Komite Kredensial/Tim
Adhock
Sub Komite Kredensial/Tim Adhock menelaah dokumen usulan kredensial
Sub Komite Kredensial/Tim Adhock melakukan wawancara dengan tenaga kesehatan
Sub Komite Kredensial/Tim Adhock menerbitkan rekomendasi kewenangan klinis kepada karumkit
Berdasarkan rekomendasi dari Sub Komite Kredensial/Tim Adhock Karumkit mengeluarkan surat
keputusan penugasan klinis (SPK) & rincian kewenangan klinis(RKK)
15. Siapa yang melakukan kredensial pada anda ?
Jawaban :
DOKTER
Dilaksanakan oleh Sub Komite Kredensial Komite Medis.
Ketua Sub Komite Kredensial Komite Medis adalah PEMBINA dr. ALEXANDER,Sp.B
Ketua Komite Medis adalah AKBP dr. UDJIANTO, Sp.OG
PERAWAT dan BIDAN
Dilaksanakan oleh Sub Komite Kredensial Komite Keperawatan
Ketua Sub Komite Kredensial Komite Keperawatan adalah KOMPOL NANI PURWATI,S.Kep, Ns
Ketua Komite Keperawatan adalah KOMPOL HARRY SULISTIYO, S.Kep, Ns
TENAGA KESEHATAN LAIN
Dilaksanakan oleh Tim Adhock yang terdiri dari perwakilan tiap profesi sesuai dengan surat perintah yang
diterbitkan Karumkit
Tenaga kesehatan lain terdiri dari : Apoteker, Analis Kesehatan, Asisten Apoteker, Rekam Medis, Tenaga
Gizi, Fisiotherapis, Radiografer, Tenaga Elektromedis, Tenaga Kesehatan Lingkungan.
PMKP
1. Apa yang dimaksud dengan PMKP?
Jawaban :
PMKP adalah Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien yaitu suatu upaya pendekatan pendidikan
(edukasi) berkelanjutan dan perbaikan proses-proses pemberian pelayanan kesehatan sesuai
kebutuhan pasien dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.
2. Apa tujuan PMKP?
Jawaban :
Meningkatkan mutu secara keseluruhan dg terus menerus mengurangi risiko terhadap pasien & staf
baik dalam proses klinis maupun lingkunga fisik
3. Apa yang digunakan untuk menilai mutu pelayanan unit kerja?
Jawaban :
Indikator mutu unit kerja
4. Apa tujuan ditetapkan indikator mutu unit?
Jawaban :
Untuk menilai mutu pelayanan unit kerja
5. Apa yang menjadi Indikator mutu di Unit ini?
Jawaban :
2
a. Igd :
Waktu Tanggap Pelayanan Dokter Di Gawat Darurat
Angka Kejadian Kematian Pasien ≤ 2 Jam Di Gawat Darurat
Kepuasan Pasien Pada Pelayanan Igd Dan Fasilitasnya
Ketidak Tepatan Pemilhan Triage Di Igd
b. Icu :
Angka Ketidaklengkapan Asesmen Awal Critical Care Dalam 24 Jam
Rata-Rata Pasien Yang Kembali Ke Perawatan Intensif Dengan Kasus Yang Sama ≤ 72 Jam
Pemberian Aspirin Dalam Jangka Waktu 24 Jam Pertama Pada Ima
Penggunaan Furosemid Pada Pasien Gagal Jantung
Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Sepsis/Syok Septik
Rata – Rata Pasien Yang Meninggal < 48 Jam Setelah Perawatan
c. IBS :
Kepatuhan melaksanakan proses time out pada pasien pre operasi
Waktu tunggu operasi Elektif
Kejadian kematian di meja operasi
Tidak Adanya Kejadian Operasi Salah Sisi
Tidak adanya kejadian operasi salah orang
Tidak adanya kejadian salah tindakan pada operasi
Tidak adanya kejadian tertinggalnya benda asing / lain pada tubuh pasien setelelah operasi
Komplikasi anestesi karena overdosis, reaksi anestesi dan salah penempatan anestesi
endotracheal tube
d. Rawat Inap :
Angka Ketidaklengkapan Asesmen Awal Keperawatan Dalam 24 Jam
Ketepatan Diagnosa Keperawatan Awal Sesuai Dengan Standart Asuhan Keperawatan Rumah
Sakit
Angka Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Pelayanan Administrasi Pulang Di Rawat Inap
e. PERSALINAN / PONEK :
Pemberi pelayanan persalinan NormalPertolongan persalinan melalui sectio cesarea
Pemberi pelayanan persalinan dengan penyulit
Angka kejadian kematian ibu melahirkan karena eklampsia
Angka kejadian kematian ibu melahirkan karena perdarahan
f. PERINATOLOGI :
Kemampuan menangani afiksia di ruang neonatus
Melaksanakan inisiasi menyusui dini (IMD)
Melaksanakan perawatan metode rawat gabung
Pelaksanakan perawat metode kangguru
Malaksanakan ASI eksklusif
g. ANAK
Angka kejadian pasien pulang atas permintaan sendiri
Angka ketidaktepatan waktu pemberian injeksi antibiotik di ruang rawat inap Anak
Angka infeksi luka infuse
Angka infeksi Luka Operasi
Banyaknya tusukan jarum pada saat pemasangan infuse
h. RAWAT JALAN :
Ketidaktepatan Waktu Tunggu Di Poliklinik < 60 Menit
Ketepatan Waktu Buka Pelayanan Di Poliklinik
Angka Infeksi Luka Operasi Di Poliklinik Bedah Umum, Orthopedi, Kandungan
i. HEMODIALISA :
Insiden Terlepasnya Jarum Vena Vistula Intradialami
Perawat Pemberi Pelayanan Hd Dengan Sertifikat Perawat Mahir Dialisis
Kejadian Reaksi Tranfusi
Ketidakpatuhan Pasien Tentang Jadwal Hd
Kepatuhan Petugas Hd Dalam Pemakaian Apd
3
k. FORENSIK :
Waktu Tanggap Pelayanan Pemulasaran Jenazah
Waktu Tanggap Pemeriksaan Jenazah
l. LABORATORIUM :
Angka ketidaktepatan waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium pemeriksaan darah rutin dan
kimia darah dalam waktu bersamaan pasien rawat jalan
Adanya kesalahan penyerahan hasil pemeriksaan laboratorium
Angka kerusakan sampel darah
Insiden kesalahan pengambilan sampel darah
Angka kejadian pemeriksaan laboratorium yang diulang
m. RADIOLOGI :
Kejadian Foto Rongen Yang Di Ulang 2,5 %
Pelaksanaan Ekspertisi Hasil Pemeriksaan Foto
Ketidaktepatan waktu tunggu hasil pelayanan thorx foto < 3jam
Salah Marker Pada Saat Melaksanakan Foto
Pelaporan Radiologi Kritis
n. FARMASI :
Waktu tunggu pelayanan obat yang lebih dari 2 jam
Wkatu tnggu pelayanan obat racikan lebih dari 3 jam
Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat
Penulisan resep tidak sesuai formlarium nasional
Jaminan kwalitas obat pada indikator suhu penyimpanan obat
o. GIZI :
Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien
Sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien
Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian diet kepada pasien
Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian makan pada pasien puasa
Tidak adanya kesalahan pembeda tempat makan antara pasien Infeksius dan Non Infeksius
p. LAUNDRY :
Ketidaksesuaian Jumlah Linen Yang Di Setor Ke Laundry Dengan Jumlah Linen Yang
Didistibusikan
Ketidak Tepatan Waktu Penyediaan Linen Untuk Ruang RAWAT INAP
Pengguna APD Pada Laundry
Di Laundry Ada Sampah Kering Dan Limbah
Pergantian Air Cucian Kotor Untuk Pembilasan
q. CSSD :
Kepatuhan Pelaksanaan pemakaian bahan steril sesuai masa kadaluwarsa
Pemberian label pada bahan dan alat steril
r. IPKL :
Baku Mutu Air Limbah
Pengolahan Air Limbah Yang Sesuai Dengan Aturan
Pengolahan Limbah Rs Yang Ditangani Dengan Nbenar
Pengolahan Limbah B3 Sesuai Aturan
Pengaturan Waktu Pengambilan Sampel Air Limbah
s. IPPRS :
Respontime Pelayanan Gedung Dan Ruangan
Angka Ketidaktepatan Perawatan Pompa Air Secara Berkala
Angka Tidak Adanya Ketersediaan Pelayanan Air
Ketepatan Perawatan Ac Berkala Unit Instalasi Rawat Inap
Waktu Tanggap Pemakaian Listrik Dengan Menggunakan Generator Setting ( Genset )
t. IM / Intermediate
4
Angka pemberian Aspirin dalam waktu 24 jam di ruang intermediate
Angka penggunaan furosemide pada pasien gagal jantung di ruang Intermediate
Ketidaktepatan waktu tunggu pemeriksaan echo dan tredmill.
Pemberi pelayanan ruang cath dan IM yang bersertifikat EKG
Kelengkapan assement awal keperawatan dalam waktu 1x24jam diruang intermediate
u. PERAWATAN TAHANAN
Kelengkapan administrasi pasien tahanan
v. SPI :
Angka Ketidakpatuhan absensi finger print oleh personil/pegawai pada saat masuk dan pulang
kerja
w. URMIN :
Ketepatan waktu pengusulan Tanda Kehormatan
Ketepatan waktu pengiriman Laporan Akuntabilitas Kinerja
Ketepatan Waktu Pengusulan Kenaikan Pangkat
Ketepatan Waktu Pengurusan Kenaikan Gaji Berkala
Ketepatan waktu pengurusan ijin cuti
x. KEUANGAN :
Cost Recovery
Ketidaktepatan Waktu Penyusunan Laporan Keuangan
Ketidaktepatan waktu pemberian imbalan (insentif) sesuai kesepakatan
Tidak adanya pasien yang diharuskan membayar uang muka (Pasien IGD)
y. RANMOR (AMBULANCE) :
Ketepatan Jadwal Melakukukan Pengecekan Kendaraan
Kelengkapan Alat Medis Di Dalam Ambulance Yang Belum Sesuai
Ketepatan Waktu Kehadiran < 5 Menit Dalam Merujuk Pasien
Ketepatan Waktu < 15 Menit Dalam Mengambil Korban Laka Lantas
Kesiapan Mengantar Jenazah
bb. PPI :
Angka kepatuhan hand hygiene
Angka Kepatuhan cuci tangan perawat ruang rawat inap Flamboyan
Angka Infeksi luka Infus
Infeksi Saluran Kencing
7. Bila data indikator mutu unit telah terkumpul, apa tindakan selanjutnya?
Jawaban :
Data indikator mutu unit yang merupakan indikator mutu kunci diserahkan ke komite PMKP, dilakukan
setiap bulan
Data indikator mutu unit yang bukan merupakan indikator mutu kunci di analisa oleh Kepala unit
masing-masing. Setiap 3 bulan dilaporkan ke Kepala Rumah Sakit melalui Komite PMKP
5
9. Apa yang dimaksud dengan Insiden Keselamatan Pasien (IKP)?
Jawaban :
IKP adalah setiap kejadian yang tidak di sengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera yang dapat di cegah pada pasien .
10. Ada berapa jenis Insiden Keselamatan Pasien (IKP) ? Jelaskan arti dari masing-masing istilah tersebut!
Jawaban:
Ada 5
KTD ( kejadian tidak diharapkan) adalah insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien. Contoh : reaksi
transfusi, kejadian salah obat, semua kesalahan medis(medication error) yg signifikan.
KNC ( kejadian nyaris cedera) adalah terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke pasien. Contoh :
Kesalahan membaca resep, kesalahan penyerahan obat ke pasien lain, kesalahan penyampaian darah
ke pasien lain.
KTC ( kejadian tidak cedera) adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.
Contoh : Pasien terkena standar infus tetapi pasien tidak terluka, pasien diberi makanan yang menjadi
pantangannya tetapi pasien tidak alergi/tidak terjadi reaksi
KPC ( kejadian potensial cedera) adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi
belum terjadi insiden. Contoh : Lantai licin saat hujan, Tidak ada label identitas pasien pada kotak obat
pasien, obat high alert yang tidak diberi penandaan
SENTINEL adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius.
14. Kalau ada kejadian sentinel, apa yang harus Anda lakukan?
Jawaban :
Menindaklanjuti insiden→Lapor atasan langsung→membuat laporan IKP dg formulir yg sdh ditetapkan →
kemudian atasan langsung lapor ke KKPRS, KKPRS melakukan RCA→ lapor Kepala Rumah Sakit
15. Clinical Pathway apa saja yang ditetapkan RS Bhayangkara saat ini?
Jawaban :
Gastro Enteritis Pada Anak, Apendic Akut, Stroke Infark Trombolitik, Sectio Caesaria, Dengue
Hemoragic Fever
6
Memenuhi standar mutu klinis dengan mengurangi varians yang tidak diinginkan dalam pelayanan
klinis. Sehingga ada keseragaman dalam memberikan pengobatan kepada pasien sesuai penyakitnya
Menunjukkan kepada pihak ke-3 (Asuransi) tentang best practice
18. Jelaskan tindak lanjut dari hasil audit Clinical Pathway yang sudah dilaksanakan?
Jawaban :
Untuk mengetahui kecenderungan kesenjangan dalam memberikan pengobatan sebagai bahan
evaluasi untuk melakukan revisi Clinical Pathway
19. Ada berapa sasaran keselamatan pasien?Sebutkan!
Jawaban:
Ada 6 :
a. Ketepatan Identifikasi
b. Peningkatan Komunikasi yang efektif
c. Peningkatan Keamanan obat yang perlu diwaspadai
d. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi
e. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
f. Pengurangan risiko pasien jatuh
20. Sasaran Keselamatan pasien yang diterapkan di Unit ini apa saja?
Jawaban :
Disesuaikan dg kegiatan kerja unit
Sebelum kontak
dengan pasien
Sebelum melakukan
tindakan aseptik
Setelah kontak
dengan pasien
Setelah Kontak
dengan lingkunagan
pasien
7
LANGKAH – LANGKAH CUCI TANGAN
DENGAN AIR MENGALIR (HAND WASH)
KK
1 2 3
8xhitungan/ 8xhitungan/
detik 8xhitungan
detik /detik
5 6
4
8xhitungan
8xhitungan /detik
8xhitungan /detik
/detik
Kecepatan : 100x/menit
8 GERAKAN
8
LANGKAH – LANGKAH CUCI TANGAN
DENGAN BERBASIS ALKOHOL (HAND RUB)
1 2 3
4xhitungan
/detik 4xhitungan
/detik 4xhitungan
/detik
6
4 5
4xhitungan
4xhitungan 4xhitungan /detik
/detik /detik
Kecepatan : 100x/menit
4 GERAKAN
9
SPILL KIT
Spill kit adalah seperangkat alat yang digunakan untuk menangani jika terjadi tumpahan darah/cairan
tubuh, bahan-bahan berbahaya seperti bahan kimia, bahan infeksius, logam berat atau minyak agar tidak
membahayakan pasien,keluarga pasien maupun petugas kesehatan
FUNGSI
Melindungi pasien maupun tenaga kesehatan dari bahaya infeksi nosokomial akibat/dari tumpahan
darah atau cairan tubuh
ISI
CARA MENGGUNAKAN :
10
ETIKA BATUK
Apa yang harus dilakukan ketika
BATUK & BERSIN ?
PENATALAKSANAAN LINEN
Linen Non Infeksius Linen Infeksius
12
HAK PASIEN DAN KELUARGA
HAK PASIEN
1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.
3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi.
4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional (SPO).
5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan
materi.
6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.
7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di
Rumah Sakit.
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai
Surat Ijin Praktek (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit.
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya.
10. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan
medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap
tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan.
11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga
kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama itu tidak
mengganggu pasien lainnya.
14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan diRumah Sakit.
15. Mengajukan usul, saran perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya.
16. Menolak bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya.
17. Menggugat atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan
yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata maupun pidana, dan.
18. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui
media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
1. Pasien dan keluarganya bertanggung jawab untuk mentaati segala peraturan dan tata tertib Rumah Sakit.
2. Pasien dan keluarga bertanggung jawab untuk mematuhi segala instruksi dokter dan perawat dalam
pengobatannya.
3. Pasien dan keluarga bertanggung jawab memberikan informasi dengan jujur dan selengkapnya tentang
penyakit yang diderita kepada dokter yang merawat.
4. Pasien dan keluarga bertanggung jawab untuk melunasi semua imbalan atas jasa pelayanan Rumah Sakit /
dokter.
5. Pasien dan keluarga bertanggung jawab untuk memenuhi hal-hal yang disepakati / perjanjian yang telah
dibuatnya
13
K3 RUMAH SAKIT
Bila terjadi kebakaran : TPP (Tetap tenang, jangan Panik, Padamkan api )
1. Tetap tenang
2. Jangan Panik
3. Padamkan api dengan APAR
4. Segera minta bantuan
a. Phone 222 bilang Code Red/Kode Merah Ruang.....( isi ruang masing-masing ) ulang 2x.
Petugas Operator :
1) Petugas membunyikan sirine tanda kebakaran
2) Menelepon satpam memberitahu tmpat kebakaran
3) Menelepon code blue
4) Menelepon Karumkit
5) Menelepon Polsek / Polres setempat
6) Menelepon PMK
b. Tekan Fire alarm untuk kejadian di Gedung Poliklinik
T : Tarik segel/pin
A : Arahkan selang / nozle ke titik api, pegang ujung (dengan jarak 2 – 3 meter dan tidak berlawanan dengan
arah angin)
T : Tekan pengatup/tuas
S : Sapukan dari sisi ke sisi sampai api padam
14
Identifikasi api
1. Api kecil
Segera ambil APAR terdekat
Check meteran apakah di warna hijau atau tidak, balik APAR
Bawa APAR mendekati titik api jarak 2 – 3 meter
Lakukan pemadaman dengan cara TATS
Yang lainnya persiapkan evakuasi
Jika api tidak padam dan semakin membesar, lakukan evakuasi
2. Api besar, jika api ditemukan sudah dalam keadaan besar segera lakukan evakuasi
Topi Merah penanggung jawab Pemadam Api
Topi Kuning penanggung jawab Evakuasi Aset
Topi Putih penanggung jawab Evakuasi Dokumen
Topi Biru penanggung jawab Evakuasi Pasien
15
Prosedur Evakuasi :
# Prinsip Evakuasi
- Tetap tenang, jangan panik
- Lepas sepatu/sandal hak tinggi
- Berjalan cepat, jangan berlari
- Keluar melalui pintu terdekat
- Ikuti petunjuk jalur evakuasi atau petugas evakuasi menuju titik kumpul
- Berilah panduan kepada pengunjung pasien dan pegawai
Maka untuk alat pemadamnya pun bisa dikategorikan berdasarkan kategori kebakarannya.
TABEL KELAS KEBAKARAN DAN JENIS BAHAN APAR YANG BISA DIGUNAKAN
KELAS SISTEM 2
NO AIR FOAM/BUSA CO POWDER
KEBAKARAN PEMADAMAN
1. KELAS A Pendinginan BAIK BOLEH BOLEH BOLEH
Penguraian
Isolasi
2. KELAS B Isolasi BAHAYA BAIK BOLEH BAIK
3. KELAS C Isolasi BAHAYA BAHAYA BAIK BOLEH
4. KELAS D Isolasi BAHAYA BAHAYA BOLEH BAIK
Pendinginan
16
BILA TERJADI KEBAKARAN DI RUANG PERAWATAN / BANGSAL SEGERA !
EVAKUASI
API PADAM
PENGERTIAN
Suatu upaya yang dilakukan untuk mencegah proses akut (henti jantung, henti nafas, hipofentilasi, kehilangan darah)
menuju kematian klinis (mati suri = otak berhenti berfungsi sementara) dan kematian seluler / biologis (kerusakan otak
dan organ vital secara ereversible).
TUJUAN
1. Mampu melakukan resusitasi jantung dan paru dengan benar
2. Mampu mendiagnosa henti jantung
3. Mampu membebaskan jalan nafas
4. Mampu memberikan nafas buatan
PROSEDUR
1. 3A (Amankan Lingkungan, amankan Penolong, amankan pasien).
2. Cek respon pasien simultan :
3. Periksa kesadaran korban dengan cara menepuk dan memanggil korban : “ Pak / Ibu / Mas, dll ................”
4.
5. Panggil bantuan dengan melambaikan tangan sambil teriak minta tolong : “ Tolong, ada orang tidak sadar.”
6. Mengecek nadi carotis (untuk paramedis dan medis), (untuk non paramedis tanpa cek nadi karotis),dengan
cara:
- Telunjuk dua jari tangan ditempelkan ke jakun leher, tarik ke arah luar atau penolong.
7. Atur posisi korban terlentang pada permukaan yang keras
8. Atur posisi penolong dekat dengan tubuh korban:
Penolong berlutut disamping korban dengan lutut yang dirapatkan sebagai titik tumpu, sejajar dengan dada
korban
Atur posisi tangan lurus (siku tidak boleh dibengkokkan)
Punggung penolong lurus,dicondongkan ke arah korban dengan sudut 30 - 45 ̊
9. Tentukan titik tumpu pijat jantung di tengah sternum (tulang dada)
10. Letakkan kedua telapak tangan dengan posisi saling bertumpu diatas sternum (tulang dada)
11. Lakukan pijat jantung :
- tekan dengan keras dan cepat
- kecepatan pijatan 100 x/menit dan kedalaman tekanan ± 4-5 cm
Cara pijat jantung :
Dengan hitungan :
- Satu , dua, tiga, empat, SATU
- Satu , dua, tiga, empat, DUA
- Satu , dua, tiga, empat, TIGA
- Satu , dua, tiga, empat, EMPAT
- Satu , dua, tiga, empat, LIMA
- Satu , dua, tiga, empat, ENAM
Cek jalan napas :
- Ada hambatan / benda asing : lakukan finger swab untuk mengeluarkan benda asing.
- Jalan napas bebas : atur posisi kepala head tilt, chin lift / jaw thrust
- Lakukan bantuan napas 2 x hembusan sambil melihat pergerakan / pengembangan rongga dada
Total dalam 1 siklus : 30 kali pijatan diikuti dengan 2 kali bantuan napas
12. Cek nadi carotis tiap 5 siklus / setiap 2 menit :
Nadi carotis teraba : posisikan korban miring ke kiri/ posisi mantab / stabil/recovery position
Nadi carotis tidak teraba : lakukan RJP sampai pertolongan datang/penolong lelah
13. Hentikan pijat jantung ketika sudah ada tanda – tanda aktifitas jantung/penolong sudah kelelahan/dalam 30 – 45
menit dilakukan resusitasi tidak ada tanda – tanda aktifitas jantung.
BUKU SAKU
MANAJEMEN PENGGUNAAN OBAT (MPO)
19
LASA
LASA ( LOOK A LIKE, SOUND A LIKE )
No Pertanyaaan Jawaban
1. Apa yang anda ketahui tentang 6 1. Ketepatan Identitas Pasien
Sasaran Keselamatan Pasien, 2. Peningkatan Komunikasi Efektif
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6. Pengurangan resiko pasien jatuh
2. Bagaimana prosedur identifikasi 1. Identitas pasien menggunakan Nama dan Tanggal lahir bila pasien
pasien di RS Bhayangkara lupa tanggal lahir diganti nama ibu kandung, no RM
H.S.Samsoeri Mertojoso Surabaya 2. Setiap pasien yang masuk rawat inap baik lewat igd atau poliklinik
dipasang gelang identitas sesuai jenis kelamin
3. Gelang identitas apa saja yang 1. Warna biru : untuk jenis laki - laki
digunakan di RS Bhayangkara 2. Warna pink : untuk perempuan
H.S.Samsoeri Mertojoso Surabaya 3. Warna Putih : untuk kelamin tidak jelas
4. Warna Ungu : untuk pasien DNR (Do Not Resusitasion), menolak
RJP
5. Warna merah: untuk pasien alergi
6. Warna kuning : untuk pasien yang resiko jatuh
4. Bagaimana prosedur pemasangan SPO Pemasangan Gelang Identifikasi
gelang identifikasi Cara identifikasi pasien
Saat pertama kontak dengan pasien perkenalkan diri petugas,
tanyakan nama dan tanggal lahir pasien sambil melihat dan
mencocokkan dengan data yang ada digelang pasien
Saat pemasangan gelang oleh petugas
1. Jelaskan manfaat pemasangan gelang pasien
2. Jelaskan bahayanya jika pasien yang menolak, melepas, menutupi
gelang identitas
3. Minta pasien untuk mengingatkan petugas bila petugas lupa
menanyakan identitas pasien
20
5. Kapan dilakukan proses verifikasi 1. Sebelum memberikan pengobatan
Identitas pasien 2. Sebelum pemberian darah atau produk darah
3. Sebelum pengambilan sample darah dan specimen lain(misalnya
darah, tinja, urin, dan sebagainya) untuk pemeriksaan klinis.
4. Sebelum melakukan tindakan/prosedur
5. Sebelum transfer pasien.
6. Kenapa pada unit/instalasi gizi, Identifikasi utama tetap menggunakan nama tanggal lahir (nama ibu
laboratorium, radiologi dan farmasi kandung bila pasien lupa tanggal lahir ) dan no RM dan nomor kamar
selain menggunakan nama dan hanya digunakan sebagai tanda tempat dimana Px tersebut berada
tanggal lahir masih atau membantu identifikasi utama.
tertera/menggunakan nama
ruangan/kamar pasien untuk
identifikasi padahal kamar tidak boleh
di gunakan untuk identifikasi px.
7. Jelaskan tentang cara Komunikasi 1. Rumah Sakit menggunakan teknik SBAR dalam melaporkan kondisi
yang Efektif di RS Bhayangkara pasien, meliputi :
Kediri a) Situasion : kondisi terkini yang terjadi pada pasien berisi data
subyektif dan obyektif
b) Background : informasi penting yang berhubungan dengan
kondisi pasien terkini berisi diagnose penyakit, riwayat penyakit
dan terapi yang didapat, hasil pemeriksaan sebelumnya dan
riwayat obat (bila ada)
c) Assessment : Penilainan / pemeriksaan terhadap kondisi pasien
terkini, Tindakan – tindakan yang sudah diambil terkait kondisi saat
itu ataupun Diagnosa Keperawatan yang muncul saat kondisi
pasien dilaporkan.
d) Recomendation : merupakan usulan sebagai tindak lanjut, apa
yang diperlukan untuk mengatasi masalah pasien saat ini.
Rumah sakit konsisten dalam melakukan verifikasi terhadap akurasi
dari komunikasi yang dilakukan dengan prosedur CABAK yaitu catat
satu persatu perintah, baca pesan yang ditulis satu persatu dan
konfirmasi ulang dengan mengulang semua pesan secara
lengkap.
Mintakan tanda tangan verifikasi dokter pada kesempatan pertama
pertemuan dengan dokter yang ditelpon tersebut sebelum dokter
tersebut visite ke pasien dalam waktu maximal 1 x 24 jam sebagai
bentuk pengesahan instruksi yang telah diberikan pada hari kerja
8. Bagaimana prosedur serah terima Menggunakan methode SBAR
tugas antar shift dikeperawatan S : Situsion (keadaan / kondisi pasien terkini )
Masalah utama yang terjadi misalnya : admisi pasien,
diagnose, kondisi terkini pasien, masalah utama/masalah lain
sehubungan dengan masalah diunit tersebut.
B : Background ( riwayat yang mendukung masalah terkini )
misalnya : hasil diagnostik, laborat, hasil rontgen
abnormal yang mendasari masalah, TTV, post
prosedur/tindakan
A : Assessment ( Tindakan yang sudah dilakukan ) tindakan
petugas yang sudah dilakukakan untuk mengatasi masalah
terkini/tindakan baik medis atau keperawatan yang sudah
dilakukan untuk mengatasi masalah utama .
R : Recommendation (Rencana tindak lanjut/ rencana
lanjutan setelah tindakan setelah tindakan yang sudah
diberikan)
misal : perintah dokter yang perlu tindak lanjut,
tambahan terapi, perubahan kondisi yang perlu
diantisipasi, evaluasi respon terapi atau keperawatan.
9. Apa saja yang termasuk Obat-obatan 1. Elektrolit pekat : Kcl, NaCl 0,3%, MgSO4 50%, natrium bikarbonat,
Hight Alert Medication di rumah sakit NaCl 0,3%, Ca gluconas
21
2. NORUM (Nama Obat Rupa Ucapan Mirip)/LASA (Look Alike
Sound Alike) yaitu obat-obat yang terlihat mirip dan
kedengarannya mirip.
3. Insulin
4. Narkotika dan psikotropika
Jenis Laki-laki 2
kelamin Perempuan 1
Diagnosis Diagnosis neurologi 4
Perubahan oksigenasi 3
(diagnosis respiratorik,
dehidrasi, anemia, 2
anoreksia, sinkop, pusing, 1
dsb.)
Gangguan perilaku /
psikiatri
Diagnosis lainnya
Gangguan Tidak menyadari 3
kognitif keterbatasan dirinya 2
22
Lupa akan adanya 1
keterbatasan
Orientasi baik terhadap diri
sendiri
Faktor Riwayat jatuh / bayi 4
lingkungan diletakkan di tempat tidur 3
dewasa
Pasien menggunakan alat 2
bantu / bayi diletakkan 1
dalam tempat tidur bayi /
perabot rumah
Pasien diletakkan di
tempat tidur
Area di luar rumah sakit
Respons Dalam 24 jam 3
terhadap: Dalam 48 jam 2
1. Pembed > 48 jam atau tidak 1
ahan / menjalani
sedasi / pembedahan/sedasi/anest
anestesi esi
Penggunaan multipel :
2. Penggu- sedatif, obat hipnosis, 3
naan barbiturat, fenotiazin,
medika antidepresan, pencahar,
mentosa diuretik, narkose
Penggunaan salah satu
obat di atas 2
Penggunaan medikasi 1
lainnya / tidak ada
medikasi
Skor asesmen risiko jatuh : (skor minimum 7, skor maksimum 23)
a. Skor 7 – 11 : risiko rendah
b. Skor ≥ 12 : risiko tinggi
Lemah 10
Normal / tirah baring /
0
imobilisasi
Status mental Sering lupa akan
keterbatasan yang 15
dimiliki
Sadar akan
0
kemampuan diri
23
sendiri
TOTAL
Kategori:
1. Risiko tinggi = ≥ 45
2. Risiko sedang = 25 – 44
3. Risiko rendah = 0 – 24
24
katarak,
atau
degenerasi
makula?
Kebiasaanb Apakah Ya/tidak Ya = 2
erkemih terdapat
perubahan
perilaku
berkemih?
(frekuensi,
urgensi,
inkontinen-
sia, nokturia)
Transfer Mandiri 0 Jumlahkan
(dari (boleh nilai transfer
tempat tidur mengguna- dan mobilitas.
kekursi dan kan alat Jika nilai total
kembali bantu jalan) 0-3, maka
ketempat skor = 0. Jika
tidur) nilai total 4-6,
maka skor = 7
Memerlukan 1
sedikit
bantuan
(1orang)/
dalam
pengawasan
Memerlukan 2
bantuan
yang nyata
(2 orang)
Tidak dapat 3
duduk
dengan
seimbang,
perlu
bantuan total
Mobilitas 0
Berjalan 1
dengan
bantuan 1
orang (verbal
/ fisik)
Mengguna- 2
kan kursiroda
Imobilisasi 3
TOTAL
25
13. Bagaimana penata laksanaan risiko
jatuh pada pasien
PROSEDUR PENATALAKSANAAN
RISIKO JATUH
1. PPK (Pendidikan Pasien dan Keluarga) kegiatannya memberikan penyuluhan kesehatan masyarakat / promosi
kesehatan dengan sasaran masyarakat Rumah Sakit, antara lain :
a. Pasien
b. Kelompok orang sehat (keluarga / pengunjung Rumah Sakit)
c. Petugas Rumah Sakit
26
2. Pelaksanaan PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit) di :
a. Rawat Jalan
b. Rawat Inap
c. Di dalam / eksternal Rumah Sakit
10. Bagaimana cara anda mendorong pasien untuk aktif bertanya saat pemberian edukasi?
Jawaban :
Dengan cara memberikan respon balik dan memberi kesempatan pada pasien dan atau keluarga untuk bertanya
kepada kita.
27
Apabila ada kendala pada pasien maka pendidikan/edukasi bisa diberikan kepada keluarga, apabila terkendala
bahasa kita menggunakan penerjemah bahasa di ruangan masing-masing.
14. Apakah PPA (Petugas Pemberi Asuhan) di RS ini telah diberi pelatihan komunikasi?
Jawaban :
Semua petugas di RS Bhayangkara ini sudah diberikan pelatihan komunikasi efektif. Komunikasi efektif adalah
sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu
sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi
15. Pada saat melakukan proses umpan balik (komunikasi), diperlukan kemampuan dalam hal-hal berikut (konsil
kedokteran Indonesia, hal 42):
a. Cara berbicara (talking), termasuk cara bertanya (kapan menggunakan pertanyaan tertutup dan kapan
memakai pertanyaan terbuka), menjelaskan, klarifikasi, paraphrase, intonasi.
b. Mendengar (listening),
c. Cara mengamati (observation) agar dapat memahami yang tersirat di balik yang tersurat (bahasa non verbal
di balik ungkapan kata/kalimatnya, gerak tubuh).
d. Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan komunikan (bahasa tubuh) agar tidak menggangu komunikasi,
misalnya karena komunikan keliru mengartikan gerak tubuh, raut tubuh, raut muka, dan sikap komunikator.
16. Komunikasi itu bisa bersifat informasi (asuhan) dan edukasi (Pelayanan promosi).
Komunikasi yang bersifat infomasi asuhan didalam rumah sakit adalah:
a. Jam pelayanan
b. Pelayanan yang tersedia
c. Cara mendapatkan pelayanan
d. Sumber alternative mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika kebutuhan asuhan pasien melebihi
kemampuan rumah sakit.
18. Untuk mendapatkan komunikasi efektif, dilakukan melaui prinsip sebagai berikut:
a. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan
b. Penerima pesan menuliskan secara lengkap isi pesan tersebut
c. Isi pesan dibacakan kembali (Read Back) secara lengkap oleh penerima pesan.
d. Pemberi pesan memverifikas isi pesan kepada pemberi penerima pesan.
e. Penerima pesan mengklarifikasi ulang bila ada perbedaan pesan dengan hasil verifikasi
19. Proses komunikasi efektif dengan prinsip, terima, catat, verifikasi dan klarifikasi dapat digambarkan sebagai
berikut :
28
20. Syarat komunikasi efektif.
a. Tepat waktu
b. Akurat.
c. Lengkap
d. Jelas.
e. Mudah dipahami oleh penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan (kesalahpahaman).
ASESMEN NYERI
30
c. Nyeri berat
Lapor DPJP untuk pemberian analgetik step 3 / opioid kuat, Konsul tim manajemen nyeri
1) Morphin sulfat per oral 0,2 -0,5mg/kgbb/4 jam
2) Morphin sulfate 0,1 – 0,2 mg/kg bb/IM/4 jam ( dosis iv = ½ dodis IM )
3) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 60 menit untuk obat per oral Nilai efektifitas dan efek
puncak dalam 15 menit untuk obat per injeksi
4) Lakukan asesmen ulang nyeri
5) Bila nyeri berkurang lanjutkan dengan dosis efektif yang diperlukan dalam 24 jam
6) Bila nyeri tidak berkurang / bertambah lapor DPJP / tim Manajemen nyeri untuk
penatalaksanaan selanjutnya
31
f) Lakukan asesmen ulang nyeri
g) Bila nyeri dapat terkontrol, lanjutkan sesuai dosis efektif selama 24 jam
h) Bila nyeri tidak berkurang / bertambah lapor DPJP untuk pemberian analgetik step 2 / step 3
b. Nyeri sedang
Lapor DPJP untuk pemberian analgetik step 2
( codein, tramadol dll)
1) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 60 menit untuk obat per oral
2) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 30 menit.untuk obat per injeksi
3) Lakukan asesmen ulang nyeri
4) Bila nyeri berkurang lanjutkan dengan dosis efektif yang di perlukan selama 24 jam
5) Bila nyeri tidak berkurang / bertambah lapor DPJP untuk pemberian analgetik selanjutnya
c. Nyeri berat
Lapor DPJP untuk pemberian analgetik step 3 / opioid kuat, tim Manajemen nyeri
a. Morphin sulfat per oral 0,2 – 0,5 mg/kgbb/4 jam
b. Morphin sulfate 0.01 – 0.02 mg/kgbb/jam IV infus
c. Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 60 menit untuk obat per oral
d. Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 15 menit untuk obat per injeksi .
e. Lakukan asesmen ulang nyeri
f. Bila nyeri berkurang lanjutkan dengan dosis efektif yang diperlukan dalam 24 jam
g. Bila nyeri tidak berkurang / bertambah lapor DPJP / Tim Manajemen nyeri untuk penatalaksanaan
selanjutnya
2. Catat hasil penilaian nyeri pasien pada lembar asesmen nyeri untuk menentukan scoring
3. Lakukan penatalaksanaan nyeri sesuai scoring.
a Bila nyeri ringan :
Berikan terapi Non farmakologi
1) Distraksi mengalihkan perhatian
Berikan posisi yang nyaman pada pasien :
a) Distraksi visual ( anjurkan px muntuk membaca /menonton tv )
b) Distraksi auditori ( humor,mendengarkan musik )
c) Distraksi taktil ( masase pada sisi yang tidak sakit )
32
d) Distraksi intelektual ( mengisi teka teki silang,berdoa )
2) Relaksasi / mengurangi ketegangan otot
a) Berikan posisi yang nyaman/rileks
b) Intruksikan pasien untuk menghirup nafas dalam sehingga rongga paru terisi penuh kemudian
menghembuskan nafas secara perlahan lewat mulut
c) Ulangi sampai tubuh merasa rileks
d) Observasi selama 60 menit
e) Lakukan asesmen ulang nyeri
f) Bila nyeri terkontrol lanjutkan terapi non farmakologi
g) Bila nyeri tidak berkurang lapor DPJP untuk pemberian analgetik step 1 (NSAID : Parasetamol,
mefenamat acid, Ibuprofen dll)
(1) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 60 menit untuk obat per oral
(2) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 30 menit untuk obat per injeksi
(3) Lakukan asesmen ulang nyeri
(4) Bila nyeri dapat terkontrol, lanjutkan sesuai dosis efektif selama 24 jam
(5) Bila nyeri tidak berkurang / bertambah, lapor DPJP untuk pemberian analgetik step 2 / step 3
b Nyeri sedang
Lapor DPJP untuk pemberian analgetik step 2 (codein,tramadol)
(1) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 60 menit untuk obat per oral
(2) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 30 menit untuk obat per injeksi
(3) Lakukan asesmen ulang nyeri
(4) Bila nyeri berkurang lanjutkan dengan dosis efektif yang di perlukan selama 24 jam
(5) Bila nyeri tidak berkurang / bertambah lapor DPJP untuk pemberian analgetik selanjutnya
c Nyeri berat
Lapor DPJP untuk pemberian analgetik step 3 / opioid kuat, konsul Tim Manajemen nyeri
(1) Morphin sulfat per oral 0,2 -0,5mg/kgbb/4 jam
(2) Morphin sulfate 0,1 – 0,2 mg/kg bb/IM/4 jam ( dosis iv = ½ dodis IM )
(3) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 60 menit untuk obat per oral
(4) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 15 menit untuk obat per injeksi
(5) Lakukan asesmen ulang nyeri
(6) Bila nyeri berkurang lanjutkan dengan dosis efektif yang diperlukan dalam 24 jam
Bila nyeri tidak berkurang / bertambah lapor DPJP / Tim Manajemen nyeri untuk penatalaksanaan selanjutnya
33
(4) Distraksi intelektual ( di berikan gambar kesukaan pasien )
2) Relaksasi ./ mengurangi ketegangan otot
(1) Berikan posisi yang nyaman/rileks
(2) Berikan pijatan / sentuhan perlahan lahan
(3) Berikan kompres hangat / dingin
(4) Observasi selama 60 menit
(5) Lakukan asesmen ulang nyeri
(6) Bila nyeri terkontrol lanjutkan terapi non farmakologi
(7) Bila nyeri tidak berkurang / bertambah lapor DPJP untuk pemberian analgetik step 1 NSAID
(parasetamol / ibu profen, dll)
i. Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 60 menit untuk obat per oral
ii. Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 30 menit untuk obat per injeksi
iii. Lakukan asesmen ulang nyeri
iv. Bila nyeri dapat terkontrol, lanjutkan sesuai dosis efektif selama 24 jam
v. Bila dengan nyeri tidak berkurang / bertambah lapor DPJP untuk penatalaksanaan analgetik
step 2 / step 3
2. Catat hasil penilaian nyeri pasien pada lembar asesmen nyeri untuk menentukan scoring
3. Lakukan penatalaksanaan nyeri sesuai scoring.
a) Bila nyeri ringan ( skala 1 – 3 )Berikan terapi Non farmakologi
1) Distraksi mengalihkan perhatian. Berikan posisi yang nyaman pada pasien :
(1) Distraksi visual ( anjurkan px muntuk membaca /menonton tv )
(2) Distraksi auditori ( humor,mendengarkan musik )
(3) Distraksi taktil ( masase pada sisi yang tidak sakit)
(4) Distraksi intelektual ( mengisi teka teki silang )
34
2) Relaksasi / mengurangi ketegangan otot
(1) Berikan posisi yang nyaman/rileks
(2) Intruksikan pasien untuk menghirup nafas dalam sehingga rongga paru terisi penuh kemudian
menghembuskan nafas secara perlahan lewat mulut
(3) Ulangi sampai tubuh merasa rileks
(4) Observasi selama 60 menit
(5) Lakukan asesmen ulang nyeri
(6) Bila nyeri terkontrol lanjutkan terapi non farmakologi
(7) Bila nyeri tidak berkurang / bertambah lapor DPJP untuk pemberian analgetik step 1(NSAID:
parasetamol, mefenamat acid, ibu profendll)
i. Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 60 menit untuk obat per oral
ii. Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 30 menit untuk obat per injeksi
iii. Bila nyeri dapat terkontrol, lanjutkan sesuai dosis efektif selama 24 jam
iv. Bila nyeri tidak berkurang / bertambah lapor DPJP untuk pemberian analgetik step 2 /
step 3
b) Nyeri sedang ( skala 4 – 6 )
Lapor DPJP untuk pemberian analgetik step 2 (codein,tramadol dll)
1) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 60 menit untuk obat per oral
2) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 30 menit untuk obat per injeksi
3) Lakukan asesmen ulang nyeri
4) Bila nyeri berkurang lanjutkan dengan dosis efektif yang di perlukan selama 24 jam
5) Bila nyeri tidak berkurang/ bertambah lapor DPJP untuk pemberian analgetik selanjutnya
c) Nyeri berat ( skala 7 – 10)
Lapor DPJP untuk pemberian analgetik step 3/ opioid kuat, Konsul tim manajemen nyeri
1) Morphin sulfat per oral 0,2 – 0,5 mg/kgbb/4 jam
2) Morphin sulfate 0,1 – 0,2 mg/kg bb/IM/4 jam ( dosis iv = ½ dodis IM )
3) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 60 menit untuk obat per oral
4) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 15 menit untuk obat per injeksi
5) Lakukan asesmen ulang nyeri
6) Bila nyeri berkurang lanjutkan dengan dosis yang sama dalam 24 jam
7) Bila nyeri tidak berkurang / bertambah lapor DPJP / Tim manajemen nyeri, untuk penatalaksanaan
selanjutnya
35