Anda di halaman 1dari 35

VISI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA H.

S SAMSOERI MERTOJOSO

“Menjadi Rs Bhayangkara Yang Terbaik Dalam Bidang Pelayanan Kesehatan Dan Kedokteran Kepolisian”

MISI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA H.S SAMSOERI MERTOJOSO


1. Melaksanakan Pelayanan Kedokteran Kepolisian secara profesional dan paripurna dalam rangka
mendukung tugas operasional Polri
2. Melaksanakan Pelayanan Kesehatan Kepolisian secara prosedural, profesional dan paripurna
dalam rangka meningkatkan mutu dan keselamatan pasien kepada masyarakat Polri dan
Masyarakat Umum
3. Memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, profesional dan bermoral
4. Memiliki sarana prasarana yang modern dan canggih, serta sistem yang terintegrasi menuju
pencapaian standar pelayanan yang terakreditasi

MOTTO RUMAH SAKIT BHAYANGKARA H.S SAMSOERI MERTOJOSO


“Melayani Sepenuh Hati”

KPS
1. Apa jabatan saudara ?
Jawaban : sesuai unit masing – masing
2. Sudah berapa lama menjabat ? TMT (Terhitung Mulai Tanggal) kapan ?
Jawaban : sesuai individu masing - masing
3. Sudah berapa lama bekerja di RS Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso ? TMT (Terhitung Mulai Tanggal)
kapan ?
Jawaban : sesuai individu masing – masing
4. Apa uraian tugas saudara?
Jawaban : sesuai individu masing – masing
5. Dalam rekruitmen penerimaan saudara ada tes apa saja ? Ceritakan !
Jawaban :
 Tes tulis
 Tes praktek
 Tes komputer
 Tes wawancara I
 Tes wawancara II
 Tes Kesehatan
6. Apa saudara pernah mengikuti orientasi ? ada berapa ? sebutkan !
Jawaban :
 Pernah
 Ada 2
 Orientasi RS (umum) dan orientasi unit (khusus)
7. Materi apa saja yang diberikan waktu saudara mengikuti orientasi tersebut ? sebutkan!
Jawaban :
Materi orientasi RS :
 Profil RS (struktur organisasi, visi misis, etik, sejarah, budaya dan pelayanan RS)
 Mutu dan keselamatan pasien (PMKP)
 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
 Basic Life Support (BLS)
 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
 Komunikasi Efektif
Materi Orientasi Unit :
 Struktur organisasi unit
 Uraian tugas
 Pedoman pengorganisasian unit
 Program kerja unit
 Pedoman pelayanan unit
 PPI unit
 Indikator mutu Unit
8. Pelatihan apa saja yang sudah saudara ikuti ? sebutkan pelatihan di dalam dan di luar rumah sakit?
Jawaban :
 Pelatihan di dalam rumah sakit
 Pelatihan PMKP
 Pelatihan PPI
 Pelatihan K3
 Pelatihan BLS (Basic Life Support)
1
 Pelatihan di luar rumah sakit (pelatihan yang sesuai dengan tugas)
9. Apakah kinerja saudara dinilai ? Bila iya dengan apa ?
Jawaban :
Ya.
 Dokter, perawat, bidan, asisten apoteker, analis kesehatan, fisiotherapis, rekam medis, radiografer, tehnik
elektromedis, kesehatan lingkungan dinilai dengan oppe (ongoing profesional practice evaluation)
 Staf non medis yang pns dan kontrak  dinilai dengan ppk(penilaian prestasi kerja)
 Staf non medis yang polri dinilai dengan smk(sistem manajemen kinerja)
10. Siapa yang menilai kinerja sudara ? Berapa jangka waktu penilaian ?
Jawaban :
Yang menilai kinerja kepala unit, jangka waktu dilakukan penilaian adalah 1 tahun 1 kali
11. Praktek Code Red dan Code Blue
Jawaban :
Sesuai alur Code Red dan Code Blue
KREDENSIAL
12. Apakah anda sudah dikredensial ?
Jawaban :
Sudah
13. Apakah kredensial itu ?
Jawaban :
Kredensial adalah proses pemberian kewenangan klinis
14. Bagaimana prosesnya ?
Jawaban :
 Tenaga kesehatan mengajukan permohonan (usulan kredensial) kepada Sub Komite Kredensial/Tim
Adhock
 Sub Komite Kredensial/Tim Adhock menelaah dokumen usulan kredensial
 Sub Komite Kredensial/Tim Adhock melakukan wawancara dengan tenaga kesehatan
 Sub Komite Kredensial/Tim Adhock menerbitkan rekomendasi kewenangan klinis kepada karumkit
 Berdasarkan rekomendasi dari Sub Komite Kredensial/Tim Adhock Karumkit mengeluarkan surat
keputusan penugasan klinis (SPK) & rincian kewenangan klinis(RKK)
15. Siapa yang melakukan kredensial pada anda ?
Jawaban :
DOKTER
 Dilaksanakan oleh Sub Komite Kredensial Komite Medis.
 Ketua Sub Komite Kredensial Komite Medis adalah PEMBINA dr. ALEXANDER,Sp.B
 Ketua Komite Medis adalah AKBP dr. UDJIANTO, Sp.OG
PERAWAT dan BIDAN
 Dilaksanakan oleh Sub Komite Kredensial Komite Keperawatan
 Ketua Sub Komite Kredensial Komite Keperawatan adalah KOMPOL NANI PURWATI,S.Kep, Ns
 Ketua Komite Keperawatan adalah KOMPOL HARRY SULISTIYO, S.Kep, Ns
TENAGA KESEHATAN LAIN
 Dilaksanakan oleh Tim Adhock yang terdiri dari perwakilan tiap profesi sesuai dengan surat perintah yang
diterbitkan Karumkit
 Tenaga kesehatan lain terdiri dari : Apoteker, Analis Kesehatan, Asisten Apoteker, Rekam Medis, Tenaga
Gizi, Fisiotherapis, Radiografer, Tenaga Elektromedis, Tenaga Kesehatan Lingkungan.

PMKP
1. Apa yang dimaksud dengan PMKP?
Jawaban :
 PMKP adalah Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien yaitu suatu upaya pendekatan pendidikan
(edukasi) berkelanjutan dan perbaikan proses-proses pemberian pelayanan kesehatan sesuai
kebutuhan pasien dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.
2. Apa tujuan PMKP?
Jawaban :
 Meningkatkan mutu secara keseluruhan dg terus menerus mengurangi risiko terhadap pasien & staf
baik dalam proses klinis maupun lingkunga fisik
3. Apa yang digunakan untuk menilai mutu pelayanan unit kerja?
Jawaban :
 Indikator mutu unit kerja
4. Apa tujuan ditetapkan indikator mutu unit?
Jawaban :
 Untuk menilai mutu pelayanan unit kerja
5. Apa yang menjadi Indikator mutu di Unit ini?
Jawaban :

2
a. Igd :
 Waktu Tanggap Pelayanan Dokter Di Gawat Darurat
 Angka Kejadian Kematian Pasien ≤ 2 Jam Di Gawat Darurat
 Kepuasan Pasien Pada Pelayanan Igd Dan Fasilitasnya
 Ketidak Tepatan Pemilhan Triage Di Igd

b. Icu :
 Angka Ketidaklengkapan Asesmen Awal Critical Care Dalam 24 Jam
 Rata-Rata Pasien Yang Kembali Ke Perawatan Intensif Dengan Kasus Yang Sama ≤ 72 Jam
 Pemberian Aspirin Dalam Jangka Waktu 24 Jam Pertama Pada Ima
 Penggunaan Furosemid Pada Pasien Gagal Jantung
 Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Sepsis/Syok Septik
 Rata – Rata Pasien Yang Meninggal < 48 Jam Setelah Perawatan

c. IBS :
 Kepatuhan melaksanakan proses time out pada pasien pre operasi
 Waktu tunggu operasi Elektif
 Kejadian kematian di meja operasi
 Tidak Adanya Kejadian Operasi Salah Sisi
 Tidak adanya kejadian operasi salah orang
 Tidak adanya kejadian salah tindakan pada operasi
 Tidak adanya kejadian tertinggalnya benda asing / lain pada tubuh pasien setelelah operasi
 Komplikasi anestesi karena overdosis, reaksi anestesi dan salah penempatan anestesi
endotracheal tube

d. Rawat Inap :
 Angka Ketidaklengkapan Asesmen Awal Keperawatan Dalam 24 Jam
 Ketepatan Diagnosa Keperawatan Awal Sesuai Dengan Standart Asuhan Keperawatan Rumah
Sakit
 Angka Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Pelayanan Administrasi Pulang Di Rawat Inap

e. PERSALINAN / PONEK :
 Pemberi pelayanan persalinan NormalPertolongan persalinan melalui sectio cesarea
 Pemberi pelayanan persalinan dengan penyulit
 Angka kejadian kematian ibu melahirkan karena eklampsia
 Angka kejadian kematian ibu melahirkan karena perdarahan

f. PERINATOLOGI :
 Kemampuan menangani afiksia di ruang neonatus
 Melaksanakan inisiasi menyusui dini (IMD)
 Melaksanakan perawatan metode rawat gabung
 Pelaksanakan perawat metode kangguru
 Malaksanakan ASI eksklusif

g. ANAK
 Angka kejadian pasien pulang atas permintaan sendiri
 Angka ketidaktepatan waktu pemberian injeksi antibiotik di ruang rawat inap Anak
 Angka infeksi luka infuse
 Angka infeksi Luka Operasi
 Banyaknya tusukan jarum pada saat pemasangan infuse

h. RAWAT JALAN :
 Ketidaktepatan Waktu Tunggu Di Poliklinik < 60 Menit
 Ketepatan Waktu Buka Pelayanan Di Poliklinik
 Angka Infeksi Luka Operasi Di Poliklinik Bedah Umum, Orthopedi, Kandungan

i. HEMODIALISA :
 Insiden Terlepasnya Jarum Vena Vistula Intradialami
 Perawat Pemberi Pelayanan Hd Dengan Sertifikat Perawat Mahir Dialisis
 Kejadian Reaksi Tranfusi
 Ketidakpatuhan Pasien Tentang Jadwal Hd
 Kepatuhan Petugas Hd Dalam Pemakaian Apd
3
k. FORENSIK :
 Waktu Tanggap Pelayanan Pemulasaran Jenazah
 Waktu Tanggap Pemeriksaan Jenazah

l. LABORATORIUM :
 Angka ketidaktepatan waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium pemeriksaan darah rutin dan
kimia darah dalam waktu bersamaan pasien rawat jalan
 Adanya kesalahan penyerahan hasil pemeriksaan laboratorium
 Angka kerusakan sampel darah
 Insiden kesalahan pengambilan sampel darah
 Angka kejadian pemeriksaan laboratorium yang diulang

m. RADIOLOGI :
 Kejadian Foto Rongen Yang Di Ulang 2,5 %
 Pelaksanaan Ekspertisi Hasil Pemeriksaan Foto
 Ketidaktepatan waktu tunggu hasil pelayanan thorx foto < 3jam
 Salah Marker Pada Saat Melaksanakan Foto
 Pelaporan Radiologi Kritis

n. FARMASI :
 Waktu tunggu pelayanan obat yang lebih dari 2 jam
 Wkatu tnggu pelayanan obat racikan lebih dari 3 jam
 Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat
 Penulisan resep tidak sesuai formlarium nasional
 Jaminan kwalitas obat pada indikator suhu penyimpanan obat

o. GIZI :
 Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien
 Sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien
 Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian diet kepada pasien
 Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian makan pada pasien puasa
 Tidak adanya kesalahan pembeda tempat makan antara pasien Infeksius dan Non Infeksius

p. LAUNDRY :
 Ketidaksesuaian Jumlah Linen Yang Di Setor Ke Laundry Dengan Jumlah Linen Yang
Didistibusikan
 Ketidak Tepatan Waktu Penyediaan Linen Untuk Ruang RAWAT INAP
 Pengguna APD Pada Laundry
 Di Laundry Ada Sampah Kering Dan Limbah
 Pergantian Air Cucian Kotor Untuk Pembilasan

q. CSSD :
 Kepatuhan Pelaksanaan pemakaian bahan steril sesuai masa kadaluwarsa
 Pemberian label pada bahan dan alat steril

r. IPKL :
 Baku Mutu Air Limbah
 Pengolahan Air Limbah Yang Sesuai Dengan Aturan
 Pengolahan Limbah Rs Yang Ditangani Dengan Nbenar
 Pengolahan Limbah B3 Sesuai Aturan
 Pengaturan Waktu Pengambilan Sampel Air Limbah

s. IPPRS :
 Respontime Pelayanan Gedung Dan Ruangan
 Angka Ketidaktepatan Perawatan Pompa Air Secara Berkala
 Angka Tidak Adanya Ketersediaan Pelayanan Air
 Ketepatan Perawatan Ac Berkala Unit Instalasi Rawat Inap
 Waktu Tanggap Pemakaian Listrik Dengan Menggunakan Generator Setting ( Genset )

t. IM / Intermediate
4
 Angka pemberian Aspirin dalam waktu 24 jam di ruang intermediate
 Angka penggunaan furosemide pada pasien gagal jantung di ruang Intermediate
 Ketidaktepatan waktu tunggu pemeriksaan echo dan tredmill.
 Pemberi pelayanan ruang cath dan IM yang bersertifikat EKG
 Kelengkapan assement awal keperawatan dalam waktu 1x24jam diruang intermediate

u. PERAWATAN TAHANAN
 Kelengkapan administrasi pasien tahanan

v. SPI :
 Angka Ketidakpatuhan absensi finger print oleh personil/pegawai pada saat masuk dan pulang
kerja

w. URMIN :
 Ketepatan waktu pengusulan Tanda Kehormatan
 Ketepatan waktu pengiriman Laporan Akuntabilitas Kinerja
 Ketepatan Waktu Pengusulan Kenaikan Pangkat
 Ketepatan Waktu Pengurusan Kenaikan Gaji Berkala
 Ketepatan waktu pengurusan ijin cuti

x. KEUANGAN :
 Cost Recovery
 Ketidaktepatan Waktu Penyusunan Laporan Keuangan
 Ketidaktepatan waktu pemberian imbalan (insentif) sesuai kesepakatan
 Tidak adanya pasien yang diharuskan membayar uang muka (Pasien IGD)

y. RANMOR (AMBULANCE) :
 Ketepatan Jadwal Melakukukan Pengecekan Kendaraan
 Kelengkapan Alat Medis Di Dalam Ambulance Yang Belum Sesuai
 Ketepatan Waktu Kehadiran < 5 Menit Dalam Merujuk Pasien
 Ketepatan Waktu < 15 Menit Dalam Mengambil Korban Laka Lantas
 Kesiapan Mengantar Jenazah

z. SIM DAN REKAM MEDIK :


 Angka ketidaktepatan waktu penyediaan dokumen Rekam Medis pelayanan rawat jalan ≤ 15 menit

aa. DIKLIT DAN HUMAS :


 Tidak terlaksananya setiap staf mendapatkan pendidikan dan pelatihan selama 20 jam /tahun
 Terlaksananya Perencanaan Pelatihan In House
 Ketepatan waktu penyusunan laporan Pelatihan EksHouse
 Terpenuhinya usulan permohonan pelatihan dari masing-masing Unit
 Angka Ketidakpuasan Pelayanan di RS Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso Surabaya

bb. PPI :
 Angka kepatuhan hand hygiene
 Angka Kepatuhan cuci tangan perawat ruang rawat inap Flamboyan
 Angka Infeksi luka Infus
 Infeksi Saluran Kencing

6. Coba jelaskan cara pengumpulan data indikator mutu unit ini?


Jawaban :
 Melakukan sensus harian dari indikator mutu yang ditetapkan

7. Bila data indikator mutu unit telah terkumpul, apa tindakan selanjutnya?
Jawaban :
 Data indikator mutu unit yang merupakan indikator mutu kunci diserahkan ke komite PMKP, dilakukan
setiap bulan
 Data indikator mutu unit yang bukan merupakan indikator mutu kunci di analisa oleh Kepala unit
masing-masing. Setiap 3 bulan dilaporkan ke Kepala Rumah Sakit melalui Komite PMKP

8. Apa keselamatan pasien RS itu?


Jawaban :
 Keselamatan pasien RS adalah suatu sistem dimana RS membuat asuhan pasien lebih aman

5
9. Apa yang dimaksud dengan Insiden Keselamatan Pasien (IKP)?
Jawaban :
IKP adalah setiap kejadian yang tidak di sengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera yang dapat di cegah pada pasien .

10. Ada berapa jenis Insiden Keselamatan Pasien (IKP) ? Jelaskan arti dari masing-masing istilah tersebut!
Jawaban:
Ada 5
 KTD ( kejadian tidak diharapkan) adalah insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien. Contoh : reaksi
transfusi, kejadian salah obat, semua kesalahan medis(medication error) yg signifikan.
 KNC ( kejadian nyaris cedera) adalah terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke pasien. Contoh :
Kesalahan membaca resep, kesalahan penyerahan obat ke pasien lain, kesalahan penyampaian darah
ke pasien lain.
 KTC ( kejadian tidak cedera) adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.
Contoh : Pasien terkena standar infus tetapi pasien tidak terluka, pasien diberi makanan yang menjadi
pantangannya tetapi pasien tidak alergi/tidak terjadi reaksi
 KPC ( kejadian potensial cedera) adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi
belum terjadi insiden. Contoh : Lantai licin saat hujan, Tidak ada label identitas pasien pada kotak obat
pasien, obat high alert yang tidak diberi penandaan
 SENTINEL adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius.

11. Sebutkan kejadian yang termasuk kejadian sentinel!


Jawaban :
a. Kematian tidak terduga dan tidak terkait dengan perjalanan alamiah penyakit atau kondisi yang
mendasari penyakitnya (contoh : bunuh diri, over dosis, reaksi anafilaksis)
b. Kehilangan fungsi utama (major) secara permanen yang tidak terkait dengan perjalanan alamiah
penyakit pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya (contoh : pasien sakit diare, waktu ke kamar
mandi terjatuh jarinya terjepit pintu sehingga harus diamputasi.
c. Salah-lokasi, salah prosedur, salah-pasien operasi (contoh : seharusnya yang dilakukan operasi
katarak mata kiri,tetapi yang dioperasi mata kanan, pasien yg harusnya dilakukan operasi Tn Sugito
tetapi yg dioperasi Tn. Sugianto)
d. Penculikan bayi atau bayi yang dipulangkan bersama orang yang bukan orang tuanya

12. Bila terjadi Insiden Keselamatan Pasien, bagaimana alur pelaporannya?


Jawaban:
 menindaklanjuti insiden yg terjadi→lapor atasan→membuat laporan IKP dg formulir yg sdh ditetapkan
→atasan langsung membuat grading→ hasil grading bila biru atau hijau investigasi sederhana
 Bila grading kuning atau merah Laporan ke tim KKPRS, membuat RCA→lapor KARUMKIT→ Laporan
ke tim KKPRS PUSAT
13. Insiden Keselamatan Pasien yang bagaimana yang harus dilaporkan ke Komite Keselamatan Pasien?
Jawaban :
 Insiden yang hasil dari gradingnya kuning atau merah

14. Kalau ada kejadian sentinel, apa yang harus Anda lakukan?
Jawaban :
Menindaklanjuti insiden→Lapor atasan langsung→membuat laporan IKP dg formulir yg sdh ditetapkan →
kemudian atasan langsung lapor ke KKPRS, KKPRS melakukan RCA→ lapor Kepala Rumah Sakit

15. Clinical Pathway apa saja yang ditetapkan RS Bhayangkara saat ini?
Jawaban :
 Gastro Enteritis Pada Anak, Apendic Akut, Stroke Infark Trombolitik, Sectio Caesaria, Dengue
Hemoragic Fever

16. Coba jelaskan bagaimana mengisi form Clinical Pathway?


Jawaban :
 Bila ada kasus pasien yang termasuk Clinical Pathway Kepala ruang akan menaruh form ke dalam
status, kemudian memverifikasi setelah pasien pulang dengan mengambil form dari status yang sudah
ditanda tangani DPJP. Kemudian petugas PMKP akan mengambil setelah mendapat laporan dari
Kepala ruang

17. Jelaskan tujuan dari implementasi Clinical Pathway?


Jawaban :
 Menjamin agar hal-hal penting dalam aspek pelayanan tidak ada yang terlupakan dan dilaksanakan
tepat waktu
 Meningkatkan komunikasi multi disiplin dalam perencanaan dan implementasi asuhan

6
 Memenuhi standar mutu klinis dengan mengurangi varians yang tidak diinginkan dalam pelayanan
klinis. Sehingga ada keseragaman dalam memberikan pengobatan kepada pasien sesuai penyakitnya
 Menunjukkan kepada pihak ke-3 (Asuransi) tentang best practice

18. Jelaskan tindak lanjut dari hasil audit Clinical Pathway yang sudah dilaksanakan?
Jawaban :
 Untuk mengetahui kecenderungan kesenjangan dalam memberikan pengobatan sebagai bahan
evaluasi untuk melakukan revisi Clinical Pathway
19. Ada berapa sasaran keselamatan pasien?Sebutkan!
Jawaban:
 Ada 6 :
a. Ketepatan Identifikasi
b. Peningkatan Komunikasi yang efektif
c. Peningkatan Keamanan obat yang perlu diwaspadai
d. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi
e. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
f. Pengurangan risiko pasien jatuh
20. Sasaran Keselamatan pasien yang diterapkan di Unit ini apa saja?
Jawaban :
Disesuaikan dg kegiatan kerja unit

Sebelum kontak
dengan pasien

Sebelum melakukan
tindakan aseptik

Setelah terkena cairan


tubuh pasien

Setelah kontak
dengan pasien

Setelah Kontak
dengan lingkunagan
pasien

7
LANGKAH – LANGKAH CUCI TANGAN
DENGAN AIR MENGALIR (HAND WASH)
KK

1 2 3
8xhitungan/ 8xhitungan/
detik 8xhitungan
detik /detik

5 6
4
8xhitungan
8xhitungan /detik
8xhitungan /detik
/detik

6 LANGKAH CUCI TANGAN

Kecepatan : 100x/menit
8 GERAKAN

8
LANGKAH – LANGKAH CUCI TANGAN
DENGAN BERBASIS ALKOHOL (HAND RUB)

1 2 3
4xhitungan
/detik 4xhitungan
/detik 4xhitungan
/detik

6
4 5
4xhitungan
4xhitungan 4xhitungan /detik
/detik /detik

6 LANGKAH CUCI TANGAN

Kecepatan : 100x/menit

4 GERAKAN

9
SPILL KIT
Spill kit adalah seperangkat alat yang digunakan untuk menangani jika terjadi tumpahan darah/cairan
tubuh, bahan-bahan berbahaya seperti bahan kimia, bahan infeksius, logam berat atau minyak agar tidak
membahayakan pasien,keluarga pasien maupun petugas kesehatan

FUNGSI

Melindungi pasien maupun tenaga kesehatan dari bahaya infeksi nosokomial akibat/dari tumpahan
darah atau cairan tubuh

ISI

1. Sarung tangan 6. Detergen


2. Masker 7. Spray
3. Sapu & skop 8. Kantong plastik kuning
4. Bayclin 9. Google
5. Gaun anti air (apron) 10. Kain perca / koran / tissue

CARA MENGGUNAKAN :

1. Beri tanda pada tumpahan


2. Gunakan APD sesuai kebutuhan
3. Serap darah atau cairan tubuh / tumpahan bahan kimia dengan kain perca
4. Buang kain perca kotor ke dalam kantong plastik kuning
5. Semprot atau tuangkan larutan clorin (bayclin 0,5 / prisep) ke tempat tumpahan darah
6. Serap atau lap dengan kain perca
7. Buang kain perca ke kantong plastik kuning
8. Semprot atau tuangkan larutan detergen ke tempat tumpahan
9. Serap atau lap dengan kain perca
10. Buang kain perca di kantong plastik kuning
11. Rapikan alat – alat
12. Cuci tangan

10
ETIKA BATUK
Apa yang harus dilakukan ketika
BATUK & BERSIN ?

√ 1. Tutup mulut dan hidung anda dengan


tissue ketika batuk dan bersin

2. Buang tissue ke dalam tempat


√ sampah

3. Lakukan cuci tangan dengan cairan

√ alkohol / dengan sabun di wastafel

4. Jika tidak membawa tissue gunakan lengan atas


bagian dalam untuk menutup hidung dan mulut

5. Jika anda flu & batuk gunakan MASKER agar
tidak mengganggu orang lain

CARA YANG SALAH

BATUK & BERSIN


X
11
Penanganan Limbah

Infeksius Non Infeksius

Dimusnahkan Daur Ulang


Incenerator

Sampah infeksius Sampah non infeksius Daur Ulan Benda tajam

PENATALAKSANAAN LINEN
Linen Non Infeksius Linen Infeksius

12
HAK PASIEN DAN KELUARGA

HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN RAWAT INAP RUMAH SAKIT


BHAYANGKARA H.S. SAMSOERI MERTOJOSO
(sesuai pasal 32 UU No.44 tahun 2009)

HAK PASIEN

1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.
3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi.
4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional (SPO).
5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan
materi.
6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.
7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di
Rumah Sakit.
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai
Surat Ijin Praktek (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit.
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya.
10. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan
medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap
tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan.
11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga
kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama itu tidak
mengganggu pasien lainnya.
14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan diRumah Sakit.
15. Mengajukan usul, saran perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya.
16. Menolak bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya.
17. Menggugat atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan
yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata maupun pidana, dan.
18. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui
media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

KEWAJIBAN PASIEN DAN KELUARGA

1. Pasien dan keluarganya bertanggung jawab untuk mentaati segala peraturan dan tata tertib Rumah Sakit.
2. Pasien dan keluarga bertanggung jawab untuk mematuhi segala instruksi dokter dan perawat dalam
pengobatannya.
3. Pasien dan keluarga bertanggung jawab memberikan informasi dengan jujur dan selengkapnya tentang
penyakit yang diderita kepada dokter yang merawat.
4. Pasien dan keluarga bertanggung jawab untuk melunasi semua imbalan atas jasa pelayanan Rumah Sakit /
dokter.
5. Pasien dan keluarga bertanggung jawab untuk memenuhi hal-hal yang disepakati / perjanjian yang telah
dibuatnya

13
K3 RUMAH SAKIT

Bila terjadi kebakaran : TPP (Tetap tenang, jangan Panik, Padamkan api )
1. Tetap tenang
2. Jangan Panik
3. Padamkan api dengan APAR
4. Segera minta bantuan
a. Phone 222 bilang Code Red/Kode Merah Ruang.....( isi ruang masing-masing ) ulang 2x.
Petugas Operator :
1) Petugas membunyikan sirine tanda kebakaran
2) Menelepon satpam memberitahu tmpat kebakaran
3) Menelepon code blue
4) Menelepon Karumkit
5) Menelepon Polsek / Polres setempat
6) Menelepon PMK
b. Tekan Fire alarm untuk kejadian di Gedung Poliklinik

Cara Penggunaan APAR : ( T A T S )

T : Tarik segel/pin
A : Arahkan selang / nozle ke titik api, pegang ujung (dengan jarak 2 – 3 meter dan tidak berlawanan dengan
arah angin)
T : Tekan pengatup/tuas
S : Sapukan dari sisi ke sisi sampai api padam

14
Identifikasi api
1. Api kecil
 Segera ambil APAR terdekat
 Check meteran apakah di warna hijau atau tidak, balik APAR
 Bawa APAR mendekati titik api jarak 2 – 3 meter
 Lakukan pemadaman dengan cara TATS
 Yang lainnya persiapkan evakuasi
 Jika api tidak padam dan semakin membesar, lakukan evakuasi
2. Api besar, jika api ditemukan sudah dalam keadaan besar segera lakukan evakuasi
 Topi Merah penanggung jawab Pemadam Api
 Topi Kuning penanggung jawab Evakuasi Aset
 Topi Putih penanggung jawab Evakuasi Dokumen
 Topi Biru penanggung jawab Evakuasi Pasien

BAHAYA KEBAKARAN : SELAIN API ADALAH ASAP

Bila terjadi kepulan asap :


 Tutup hidung dan mulut dengan sapu tangan basah atau tisu basah
 Berjalan merangkak mengikuti jalur evakuasi menuju titik kumpul

15
Prosedur Evakuasi :

# Prinsip Evakuasi
- Tetap tenang, jangan panik
- Lepas sepatu/sandal hak tinggi
- Berjalan cepat, jangan berlari
- Keluar melalui pintu terdekat
- Ikuti petunjuk jalur evakuasi atau petugas evakuasi menuju titik kumpul
- Berilah panduan kepada pengunjung pasien dan pegawai

Dalam manajemen K3 Kebakaran, kebakaran diklasifikasikan ke dalam 4 kategori :


 Klas A : kebakaran yang berasal dari bahan biasa padat (non logam) yang mudah terbakar
Contoh : kertas, kayu, plastik, karet, dll.
 Klas B : kebakaran yang berasal dari bahan cair dan gas yang mudah menyala
Contoh : minyak tanah, bensin, solar, tiner, LNG, LPG, dll.
 Klas C : kebakaran yang berasal dari peralatan listrik ( hubungan arus pendek )
Contoh : generator listrik, setrika listrik, dll.
 Klas D : kebakaran yang berasal dari bahan logam
Contoh : magnesium, potassium, lithium, calcium, dll.

Maka untuk alat pemadamnya pun bisa dikategorikan berdasarkan kategori kebakarannya.

TABEL KELAS KEBAKARAN DAN JENIS BAHAN APAR YANG BISA DIGUNAKAN

KELAS SISTEM 2
NO AIR FOAM/BUSA CO POWDER
KEBAKARAN PEMADAMAN
1. KELAS A Pendinginan BAIK BOLEH BOLEH BOLEH
Penguraian
Isolasi
2. KELAS B Isolasi BAHAYA BAIK BOLEH BAIK
3. KELAS C Isolasi BAHAYA BAHAYA BAIK BOLEH
4. KELAS D Isolasi BAHAYA BAHAYA BOLEH BAIK
Pendinginan

16
BILA TERJADI KEBAKARAN DI RUANG PERAWATAN / BANGSAL SEGERA !

API KECIL API BESAR

YANG PERTAMA KALI TAHU HUB. DINAS


TENANGKAN LAPOR OPERATOR PEMADAM
SEGERA AMBIL APAR
PASIEN (PHONE 222) KEBAKARAN
PADAMKAN API
(031.8411113)

EVAKUASI

API PADAM

PETUGAS TOPI MERAH PETUGAS TOPI PETUGAS TOPI


MENGECHECK APAKAH PUTIH DAN ATAU KUNING DAN ATAU
SELESAI
SUDAH BENAR – BENAR BANTUAN DARI BANTUAN DARI
PADAM DAN MELAPOR LUAR / SATPAM LUAR / SATPAM
KE SATPAM MENGEVAKUASI MENGEVAKUASI
(PHONE 222) DOKUMEN ASET

MENUJU TITIK KUMPUL 17


PROSEDUR BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)

PENGERTIAN
Suatu upaya yang dilakukan untuk mencegah proses akut (henti jantung, henti nafas, hipofentilasi, kehilangan darah)
menuju kematian klinis (mati suri = otak berhenti berfungsi sementara) dan kematian seluler / biologis (kerusakan otak
dan organ vital secara ereversible).

TUJUAN
1. Mampu melakukan resusitasi jantung dan paru dengan benar
2. Mampu mendiagnosa henti jantung
3. Mampu membebaskan jalan nafas
4. Mampu memberikan nafas buatan

PROSEDUR
1. 3A (Amankan Lingkungan, amankan Penolong, amankan pasien).
2. Cek respon pasien simultan :
3. Periksa kesadaran korban dengan cara menepuk dan memanggil korban : “ Pak / Ibu / Mas, dll ................”
4.
5. Panggil bantuan dengan melambaikan tangan sambil teriak minta tolong : “ Tolong, ada orang tidak sadar.”
6. Mengecek nadi carotis (untuk paramedis dan medis), (untuk non paramedis tanpa cek nadi karotis),dengan
cara:
- Telunjuk dua jari tangan ditempelkan ke jakun leher, tarik ke arah luar atau penolong.
7. Atur posisi korban terlentang pada permukaan yang keras
8. Atur posisi penolong dekat dengan tubuh korban:
 Penolong berlutut disamping korban dengan lutut yang dirapatkan sebagai titik tumpu, sejajar dengan dada
korban
 Atur posisi tangan lurus (siku tidak boleh dibengkokkan)
 Punggung penolong lurus,dicondongkan ke arah korban dengan sudut 30 - 45 ̊
9. Tentukan titik tumpu pijat jantung di tengah sternum (tulang dada)
10. Letakkan kedua telapak tangan dengan posisi saling bertumpu diatas sternum (tulang dada)
11. Lakukan pijat jantung :
- tekan dengan keras dan cepat
- kecepatan pijatan 100 x/menit dan kedalaman tekanan ± 4-5 cm
 Cara pijat jantung :
 Dengan hitungan :
- Satu , dua, tiga, empat, SATU
- Satu , dua, tiga, empat, DUA
- Satu , dua, tiga, empat, TIGA
- Satu , dua, tiga, empat, EMPAT
- Satu , dua, tiga, empat, LIMA
- Satu , dua, tiga, empat, ENAM
 Cek jalan napas :
- Ada hambatan / benda asing : lakukan finger swab untuk mengeluarkan benda asing.
- Jalan napas bebas : atur posisi kepala head tilt, chin lift / jaw thrust
- Lakukan bantuan napas 2 x hembusan sambil melihat pergerakan / pengembangan rongga dada
 Total dalam 1 siklus : 30 kali pijatan diikuti dengan 2 kali bantuan napas
12. Cek nadi carotis tiap 5 siklus / setiap 2 menit :
 Nadi carotis teraba : posisikan korban miring ke kiri/ posisi mantab / stabil/recovery position
 Nadi carotis tidak teraba : lakukan RJP sampai pertolongan datang/penolong lelah
13. Hentikan pijat jantung ketika sudah ada tanda – tanda aktifitas jantung/penolong sudah kelelahan/dalam 30 – 45
menit dilakukan resusitasi tidak ada tanda – tanda aktifitas jantung.

ALUR CODE BLUE

1. Ditemukan pasien tidak sadar


2. Dekati korban
3. Cek kesadaran : tepuk-tepuk, panggil-panggil korban
a. Tidak sadar : call for help (minta bantuan) : “tolong, ada orang tidak sadar”.
b. Penolong datang : buka jalan nafas: head tilt, chin lift, jaw thrust.
Bersihkan jalan nafas (mulut) apabila diketahui ada yang potensial sumbatan misal:
sisa muntahan, sisa makanan, gigi palsu dll
c. Cek nadi karotis (penolong 1): cek nadi karotis selama ± 10 detik
Apabila tidak teraba atau tidak ditemukan, teriak “CODE BLUE”
Lakukan prosedur BLS/BHD
d. Penolong ke-2 meminta bantuan tim CODE BLUE dengan cara:
18
 Telpon ke 222
 Isi laporan: situasi code blue, identitas (laki-laki/perempuan, anak-anak/dewasa), lokasi (disebutkan
lengkap)
 Contoh: “situasi code blue, laki-laki, dewasa, lokasi depan ruang mawar 1”
4. Tim code blue yang ada di IGD: konfirmasi ulang isi laporan,
Segera mendatangi TKP (1 dokter jaga IGD, 1 perawat IGD atau 1 perawat
ICU) dengan membawa Emergency Kit
≠ Pertolongan dihentikan bila :
1. Setelah 20 menit melakukan RJP, tidak ada tanda – tanda kehidupan
2. setelah tim Code Blue datang
3. Penolong capek
* tergantung mana yang terjadi terlebih dahulu

BUKU SAKU
MANAJEMEN PENGGUNAAN OBAT (MPO)

Bagaimana manajemen penggunaan obat dilakukan?


Manajemen obat merupakan komponen penting dalam pengobatan simptomatik, preventif, kuratif dan paliatif terhadap
penyakit dan berbagai kondisi. Manajemen obat mencakup sistem dan proses yang digunakan di Rumah sakit dalam
memberikan farmakoterapi pada pasien.
Ini biasanya merupakan upaya multidisiplin, dalam koordinasi para staf rumah sakit menerapkan prinsip rancang
proses yang efektif, implementasi dan peningkatan terhadap seleksi, pengadaan, penyimpanan, pemesanan/
peresepan, pencatatan (trancribe), pendistribusian, persiapan (preparing), penyaluran (dispensing), pemberian,
pendokumentasian dan pemantauan terapi obat. Peran para praktisi pelayanan kesehatan dalam manajemen obat
sangat bervariasi dari satu negara ke negara lain, namun proses manajemen obat yang baik bagi keselamatan pasien
bersifat universal.

Bagaiman prosedur pengelolaan obat emergensi di RS?


1. Obat emergensi disimpan di Tool Box emergensi terkunci, diperiksa, dipastikan selalu tersedia dan harus
diganti segera jika jenis dan jumlahnya tidak sesuai dengan daftar yang di tempel di Tool Box.
2. Tool Box akan diperiksa 2 minggu sekali untuk dilakukan pemeriksaan kesesuaian dengan daftar, ketepatan
penyimpanan dan tanggal kadaluarsa.

Bagaimana alur pelaporan insiden apabila terjadi medication error?


Semua Tenaga Kesehatan yang menemukan terjadinya medication error wajib melaporkan kejadian tersebut.

Bagaimana kebijakan RS tentang persyaratan resep yang lengkap ?


1. Tiap resep harus memuat identitas pasien yang jelas antara lain meliputi sekurang-kurangnya nama pasien,
tanggal lahir, nama poli/ruangan/no rekam medis dan alamat pasien untuk pasien anak-anak dituliskan berat
badan pasien (Kg)
2. Penulisan resep dilakukan oleh dokter yang mamiliki Surat Ijin Praktik atau SIP Dokter Spesialis dengan
menggunakan blangko kertas resep
3. Tiap resep harus tertera tanggal penulisan resep dan unit asal resep
4. Dokter penulis resep wajib mengisi kolom riwayat alergi pada bagian kiri atas lembar resep
5. Dokter menuliskan tanda R/ pada tiap pesanan. Penulisan resep harus memenuhi kaidah peresepan, hindari
singkatan yang meimbulkan makna ganda dan harus jelas
6. Pesanan obat lengkap meliputi nama obat, bentuk, dosis dan aturan pakainya
7. Bila obat berupa racikan dituliskan nama setiap nama obat dan jumlahnya dengan satuan lengkap tablet atau
miligram
8. Aturan pakai ditulis lengkap dosis dan rute pemberiannya untuk aturan pakai jika perlu atau “pro re nata”
maka harus dituliskan dosis maksimal dalam 1 hari.

Apa saja daftar obat-obatan yang termasuk dalam NORUM?


Daftar obat-obatan NORUM (Nama Obat Rupa Ucapan Mirip) / LASA (Look Alike Sound Alike) dapat ditemukan di
SPO Obat-obatan NORUM / LASA.
Contoh obat look alike adalah obat-obat dengan tampilan yang mirip namun sebenarnya berbeda dosis (misalnya
Amlodipin 5 mg dan Amlodipin 10 mg). Sementara contoh obat sound alike adalah azithromycin dan erithromycin
(terdengar mirip)

19
LASA
LASA ( LOOK A LIKE, SOUND A LIKE )

Bagaimana kebijakan penyimpanan elektrolit pekat (konsentrat) di RS?


Obat-obatan high alert (Kalium klorida 7,46% dalam ampul dan Natrium klorida 3% dalam kolf) hanya disimpan di
ruang rawat intensif (ICU & NICU) ( di tempat yang ditandai stiker merah). Obat high alert tersebut diberi stiker

Bagaimana prosedur pemberian obat yang berlaku di RS ini?


Pemberian obat menggunakan prinsip 5 benar :
1. Benar Pasien
2. Benar Obat
3. Benar Dosis
4. Benar Cara Pemberian
5. Benar Waktu Pemberian

SASARAN KESELAMATAN PASIEN / SKP

No Pertanyaaan Jawaban
1. Apa yang anda ketahui tentang 6 1. Ketepatan Identitas Pasien
Sasaran Keselamatan Pasien, 2. Peningkatan Komunikasi Efektif
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6. Pengurangan resiko pasien jatuh
2. Bagaimana prosedur identifikasi 1. Identitas pasien menggunakan Nama dan Tanggal lahir bila pasien
pasien di RS Bhayangkara lupa tanggal lahir diganti nama ibu kandung, no RM
H.S.Samsoeri Mertojoso Surabaya 2. Setiap pasien yang masuk rawat inap baik lewat igd atau poliklinik
dipasang gelang identitas sesuai jenis kelamin

3. Gelang identitas apa saja yang 1. Warna biru : untuk jenis laki - laki
digunakan di RS Bhayangkara 2. Warna pink : untuk perempuan
H.S.Samsoeri Mertojoso Surabaya 3. Warna Putih : untuk kelamin tidak jelas
4. Warna Ungu : untuk pasien DNR (Do Not Resusitasion), menolak
RJP
5. Warna merah: untuk pasien alergi
6. Warna kuning : untuk pasien yang resiko jatuh
4. Bagaimana prosedur pemasangan SPO Pemasangan Gelang Identifikasi
gelang identifikasi Cara identifikasi pasien
Saat pertama kontak dengan pasien perkenalkan diri petugas,
tanyakan nama dan tanggal lahir pasien sambil melihat dan
mencocokkan dengan data yang ada digelang pasien
Saat pemasangan gelang oleh petugas
1. Jelaskan manfaat pemasangan gelang pasien
2. Jelaskan bahayanya jika pasien yang menolak, melepas, menutupi
gelang identitas
3. Minta pasien untuk mengingatkan petugas bila petugas lupa
menanyakan identitas pasien
20
5. Kapan dilakukan proses verifikasi 1. Sebelum memberikan pengobatan
Identitas pasien 2. Sebelum pemberian darah atau produk darah
3. Sebelum pengambilan sample darah dan specimen lain(misalnya
darah, tinja, urin, dan sebagainya) untuk pemeriksaan klinis.
4. Sebelum melakukan tindakan/prosedur
5. Sebelum transfer pasien.

6. Kenapa pada unit/instalasi gizi, Identifikasi utama tetap menggunakan nama tanggal lahir (nama ibu
laboratorium, radiologi dan farmasi kandung bila pasien lupa tanggal lahir ) dan no RM dan nomor kamar
selain menggunakan nama dan hanya digunakan sebagai tanda tempat dimana Px tersebut berada
tanggal lahir masih atau membantu identifikasi utama.
tertera/menggunakan nama
ruangan/kamar pasien untuk
identifikasi padahal kamar tidak boleh
di gunakan untuk identifikasi px.
7. Jelaskan tentang cara Komunikasi 1. Rumah Sakit menggunakan teknik SBAR dalam melaporkan kondisi
yang Efektif di RS Bhayangkara pasien, meliputi :
Kediri a) Situasion : kondisi terkini yang terjadi pada pasien berisi data
subyektif dan obyektif
b) Background : informasi penting yang berhubungan dengan
kondisi pasien terkini berisi diagnose penyakit, riwayat penyakit
dan terapi yang didapat, hasil pemeriksaan sebelumnya dan
riwayat obat (bila ada)
c) Assessment : Penilainan / pemeriksaan terhadap kondisi pasien
terkini, Tindakan – tindakan yang sudah diambil terkait kondisi saat
itu ataupun Diagnosa Keperawatan yang muncul saat kondisi
pasien dilaporkan.
d) Recomendation : merupakan usulan sebagai tindak lanjut, apa
yang diperlukan untuk mengatasi masalah pasien saat ini.
Rumah sakit konsisten dalam melakukan verifikasi terhadap akurasi
dari komunikasi yang dilakukan dengan prosedur CABAK yaitu catat
satu persatu perintah, baca pesan yang ditulis satu persatu dan
konfirmasi ulang dengan mengulang semua pesan secara
lengkap.
Mintakan tanda tangan verifikasi dokter pada kesempatan pertama
pertemuan dengan dokter yang ditelpon tersebut sebelum dokter
tersebut visite ke pasien dalam waktu maximal 1 x 24 jam sebagai
bentuk pengesahan instruksi yang telah diberikan pada hari kerja
8. Bagaimana prosedur serah terima Menggunakan methode SBAR
tugas antar shift dikeperawatan S : Situsion (keadaan / kondisi pasien terkini )
Masalah utama yang terjadi misalnya : admisi pasien,
diagnose, kondisi terkini pasien, masalah utama/masalah lain
sehubungan dengan masalah diunit tersebut.
B : Background ( riwayat yang mendukung masalah terkini )
misalnya : hasil diagnostik, laborat, hasil rontgen
abnormal yang mendasari masalah, TTV, post
prosedur/tindakan
A : Assessment ( Tindakan yang sudah dilakukan ) tindakan
petugas yang sudah dilakukakan untuk mengatasi masalah
terkini/tindakan baik medis atau keperawatan yang sudah
dilakukan untuk mengatasi masalah utama .
R : Recommendation (Rencana tindak lanjut/ rencana
lanjutan setelah tindakan setelah tindakan yang sudah
diberikan)
misal : perintah dokter yang perlu tindak lanjut,
tambahan terapi, perubahan kondisi yang perlu
diantisipasi, evaluasi respon terapi atau keperawatan.
9. Apa saja yang termasuk Obat-obatan 1. Elektrolit pekat : Kcl, NaCl 0,3%, MgSO4 50%, natrium bikarbonat,
Hight Alert Medication di rumah sakit NaCl 0,3%, Ca gluconas

21
2. NORUM (Nama Obat Rupa Ucapan Mirip)/LASA (Look Alike
Sound Alike) yaitu obat-obat yang terlihat mirip dan
kedengarannya mirip.
3. Insulin
4. Narkotika dan psikotropika

Pengelolaan high alert medication :


a. Obat high alert disimpan dalam tempat atau lemari terpisah
dengan obat lainnya dan diberi label berwarna merah dan pada
sekeliling area penyimpanan
b. Larutan konsentrat KCl, NaCl 0,3%, MgSO4 50%, natrium
bikarbonat, NaCl 0,3%, tidak boleh disimpan diruang perawatan
kecuali di ICU, IGD, Kaber, ruang Perinatal dan IBS
c. Ruang perawatan yang boleh menyimpan elektrolit pekat harus
memastikan bahwa elektrolit pekat disimpan dilokasi dengan akses
terbatas bagi petugas yang diberi wewenang
d. Obat diberi penandaan yang jelas berupa stiker bewarna merah
bertuliskan “High Alert” dan khusus untuk elektrolit pekat, harus
ditempelkan stiker yang dituliskan “Elektrolit pekat, harus
diencerkan”, obat NORUM / LASA diberi label LASA
10. Mengapa semua obat sebelum Karena hampir lebih dari 50 % obat yang diberikan ke pasien adalah
diberikan pasien dilakukan double HIGT ALLERT sehingga perlu dilakukan double check.
check
11. Bagaimana prosedur penandaan 1. Orang yang bertanggung jawab membuat tanda pada pasien
lokasi pasien yang akan dioperasi adalah dokter operator (dokter yang melakukan tindakan
pembedahan)
2. Penandaan area operasi dilakukan sebelum pasien dipindahkan
keruang operasi, pasien dalam keadaan sadar, hal ini dapat
dilakukan di rawat inap, igd atau ruang premedikasi.
3. Bukti bila sudah dilakukan penandaan operasi adalah adanya
tanda lingkaran “(--)” pada organ yang mau dioperasi dan
didekatnya ditulis inisial dokter operator dan untuk kasus operasi
mata cara penandaaan dengan memberikan plester hipafik pada
bagian atas alis, mata yang akan dioperasi .
4. Tanda itu harus dibuat dengan pena atau spidol surgical marker
berwarna biru
5. Lokasi operasi yang ditandai adalah pada semua kasus termasuk
organ yang memiliki dua sisi/kanan dan kiri (laterality), multiple
organ (jari tangan jari kaki) dan multiple level (tulang belakang)
atau pada pasien yang sudah jelas organ yang akan dioperasi
misal : fr femur yang sudah terpasang spalk, ca mamae yang
sudah terlihat jelas lukanya.
12. Bagaimana cara mengkaji pasien 1. SKALA RISIKO JATUH HUMPTY DUMPTY UNTUK PASIEN
risiko jatuh sesuai dengan usia ANAK
pasien ? PARAMET KRITERIA NILA SKOR
ER I
Usia < 3 tahun 4
3 – 7 tahun 3
7 – 13 tahun 2
≥ 13 tahun 1

Jenis Laki-laki 2
kelamin Perempuan 1
Diagnosis Diagnosis neurologi 4
Perubahan oksigenasi 3
(diagnosis respiratorik,
dehidrasi, anemia, 2
anoreksia, sinkop, pusing, 1
dsb.)
Gangguan perilaku /
psikiatri
Diagnosis lainnya
Gangguan Tidak menyadari 3
kognitif keterbatasan dirinya 2

22
Lupa akan adanya 1
keterbatasan
Orientasi baik terhadap diri
sendiri
Faktor Riwayat jatuh / bayi 4
lingkungan diletakkan di tempat tidur 3
dewasa
Pasien menggunakan alat 2
bantu / bayi diletakkan 1
dalam tempat tidur bayi /
perabot rumah
Pasien diletakkan di
tempat tidur
Area di luar rumah sakit
Respons Dalam 24 jam 3
terhadap: Dalam 48 jam 2
1. Pembed > 48 jam atau tidak 1
ahan / menjalani
sedasi / pembedahan/sedasi/anest
anestesi esi
Penggunaan multipel :
2. Penggu- sedatif, obat hipnosis, 3
naan barbiturat, fenotiazin,
medika antidepresan, pencahar,
mentosa diuretik, narkose
Penggunaan salah satu
obat di atas 2
Penggunaan medikasi 1
lainnya / tidak ada
medikasi
Skor asesmen risiko jatuh : (skor minimum 7, skor maksimum 23)
a. Skor 7 – 11 : risiko rendah
b. Skor ≥ 12 : risiko tinggi

2. SKALA RISIKO JATUH MORSE UNTUK PASIEN DEWASA


FAKTOR
SKALA POIN SKOR
RISIKO
Riwayat jatuh Ya 25
Tidak 0
Diagnosis Ya 15
sekunder
(≥ 2 diagnosis Tidak 0
medis)
Alat bantu Berpegangan pada
30
perabot
Tongkat / alat
15
penopang
Tidak ada / kursi roda /
0
perawat / tirah baring
Terpasang infus Ya 20
Tidak 0
Gaya berjalan
Terganggu 20

Lemah 10
Normal / tirah baring /
0
imobilisasi
Status mental Sering lupa akan
keterbatasan yang 15
dimiliki
Sadar akan
0
kemampuan diri
23
sendiri
TOTAL
Kategori:
1. Risiko tinggi = ≥ 45
2. Risiko sedang = 25 – 44
3. Risiko rendah = 0 – 24

3. Pada geriatri (usia ≥ 60


tahun) menggunakan penilaian Ontario Modifyied Stratify/
Sydney Scoring
Keterangan
Parameter Skrining Jawaban Skor
Nilai
Riwayat Apakah Ya / tidak Salah satu
jatuh pasien jawabanya =
datang 6
kerumah
sakit karena
jatuh?
Jika tidak, Ya/tidak
apakah
mengalami
jatuh dalam
2 bulan
terakhir ini?
Status Apakah Ya/tidak Salah satu
mental pasien jawabanya =
delirium? 14
(tidak dapat
membuat
keputusan,
pola pikir
tidak
terorganisi,
gangguan
daya ingat)
Apakah Ya/tidak
pasien dis-
orientasi
(salah
menyebut-
kan waktu,
tempat, atau
orang?
Apakah Ya/tidak
pasien
mengalami
agitasi?
(ketakutan,
gelisah, dan
cemas)
Penglihatan Apakah Ya/tidak Salah satu
pasien jawabanya =
memakai 1
kacamata?
Apakah Ya/tidak
pasien
mengeluh
adanya
penglihatan
buram?
Apakah Ya/tidak
pasien
mengalami
glaukoma,

24
katarak,
atau
degenerasi
makula?
Kebiasaanb Apakah Ya/tidak Ya = 2
erkemih terdapat
perubahan
perilaku
berkemih?
(frekuensi,
urgensi,
inkontinen-
sia, nokturia)
Transfer Mandiri 0 Jumlahkan
(dari (boleh nilai transfer
tempat tidur mengguna- dan mobilitas.
kekursi dan kan alat Jika nilai total
kembali bantu jalan) 0-3, maka
ketempat skor = 0. Jika
tidur) nilai total 4-6,
maka skor = 7
Memerlukan 1
sedikit
bantuan
(1orang)/
dalam
pengawasan
Memerlukan 2
bantuan
yang nyata
(2 orang)
Tidak dapat 3
duduk
dengan
seimbang,
perlu
bantuan total
Mobilitas 0
Berjalan 1
dengan
bantuan 1
orang (verbal
/ fisik)
Mengguna- 2
kan kursiroda
Imobilisasi 3
TOTAL

Keterangan skor : 0-5 = resiko rendah


6-16 = resiko sedang
17-30 = resiko tinggi

25
13. Bagaimana penata laksanaan risiko
jatuh pada pasien
PROSEDUR PENATALAKSANAAN
RISIKO JATUH

Komite Keselamatan Pasien RS Bhayangkara H.S. Samsoeri


Mertojoso Surabaya
1. RISIKO RENDAH
1) Lakukan orientasi kamar inap kepada pasien dan keluarga
2) Pasang pagar pada kedua sisi tempat tidur dan kunci roda
tempat tidur
3) Rapikan ruangan
4) Tempatkan benda-benda pribadi dalam jangkauan
pasien (telepon genggam, tombol panggilan,
kacamata)
5) Pastikan cahaya di ruangan cukup terang (disesuaikan
dengan kebutuhan pasien)
6) Letakkan alat bantu dekat dengan pasien (tongkat,walker,
alat penopang)
7) Anjurkan penggunaan kacamata alat bantu dengar (bila
perlu dan pastikan berfungsi)
8) Pantau efek obat-obatan yang digunakan pasien (obat
yang efeknya mengantuk)
9) Pantau status mental pasien
10)Lakukan edukasi pencegahan jatuh kepada keluarga
pasien (poin 2-7)
2. RESIKO SEDANG
1) Lakukan semua penatalaksanaan untuk risiko rendah
2) Pasanglah gelang khusus warna kuning dan tanda risiko
jatuh
3) Pasang tanda risiko jatuh pada tempat tidur pasien (warna
kuning)
4) Tawarkan bantuan ke kamar mandi/ penggunaan pispot
5) Lakukan edukasi pencegahan jatuh kepada keluarga
pasien (poin 2-7 pada risiko rendah)
3. RISIKO TINGGI
1) Lakukan semua penatalaksanaan untuk risiko rendah dan
sedang
2) Pasanglah gelang khusus warna kuning dan tanda risiko
jatuh
3) Pasang tanda risiko jatuh pada tempat tidur pasien (warna
merah)
4) Tawarkan bantuan ke kamar mandi/ penggunaan pispot
5) Lakukan edukasi pencegahan jatuh kepada keluarga
pasien (poin 2-7 pada risiko rendah)
6) Libatkan keluarga
7) Kunjungi dan monitoring pasien setiap jam

PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA (PPK)

1. PPK (Pendidikan Pasien dan Keluarga) kegiatannya memberikan penyuluhan kesehatan masyarakat / promosi
kesehatan dengan sasaran masyarakat Rumah Sakit, antara lain :
a. Pasien
b. Kelompok orang sehat (keluarga / pengunjung Rumah Sakit)
c. Petugas Rumah Sakit
26
2. Pelaksanaan PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit) di :
a. Rawat Jalan
b. Rawat Inap
c. Di dalam / eksternal Rumah Sakit

3. Tujuan PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit) :


a. Diharapkan pasien dapat merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu, dari tahu menjadi mau dan dari mau
menjadi mampu melaksanakan perilaku meningkatkan kesehatan.
b. BOR rumah sakit dapat meningkat

4. Pelaksanaan edukasi : edukasi dilaksanakan secara individu, berkelompok, dan massa.

5. Metode pemberian edukasi :


a. Tertulis / leaflet
b. Diskusi / verbal
c. Demonstrasi

6. Kapan saja edukasi diberikan kepada pasien dan keluarga ?


Jawaban :
Mulai dari pendaftaran, sebelum dan sesudah melakukan tindakan, pemberian obat, diagnose dan perubahan
diagnosanya, serta discharge planning.

7. Siapa yang memberikan pendidikan kepada pasien & keluarga?


Jawaban :
Semua pemberi asuhan pelayanan sesuai dengan bidangnya.

8. Bagaimana mekanisme pasien dan keluarga mendapatkan edukasi di rawat jalan ?


Jawaban :

9. Bagaimana mekanisme pasien dan keluarga mendapatkan edukasi di rawat inap ?


Jawaban :

10. Bagaimana cara anda mendorong pasien untuk aktif bertanya saat pemberian edukasi?
Jawaban :
Dengan cara memberikan respon balik dan memberi kesempatan pada pasien dan atau keluarga untuk bertanya
kepada kita.

11. Apa bukti edukasi telah diberikan kepada pasien?


Jawaban :
Dengan adanya tanda tangan dan nama terang pasien / keluarga dan edukator di formulir edukasi terintegrasi di
rekam medis serta adanya materi edukasi berupa leaflet yang diberikan kepada pasien.

12. Bagaimana penanganan edukasi pasien yang terkendala bahasa/fisik?


Jawaban :

27
Apabila ada kendala pada pasien maka pendidikan/edukasi bisa diberikan kepada keluarga, apabila terkendala
bahasa kita menggunakan penerjemah bahasa di ruangan masing-masing.

13. Bagaimana monitoring pencapaian keberhasilan edukasi yang telah diberikan ?


Jawaban :
Ada evaluasi tingkat pemahaman pasien/keluarga pasien yang telah diberikan edukasi apakah paham atau tidak
paham ? jika “tidak paham” maka akan direncanakan pelaksanaan re-edukasi. Metode pengisian formulir edukasi
terintegrasi dilakukan berdasarkan materi edukasi yang diberikan dan tanya jawab dengan pasien atau keluarga
pasien dan diminta mengulangi materi edukasi

14. Apakah PPA (Petugas Pemberi Asuhan) di RS ini telah diberi pelatihan komunikasi?
Jawaban :
Semua petugas di RS Bhayangkara ini sudah diberikan pelatihan komunikasi efektif. Komunikasi efektif adalah
sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu
sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi

15. Pada saat melakukan proses umpan balik (komunikasi), diperlukan kemampuan dalam hal-hal berikut (konsil
kedokteran Indonesia, hal 42):
a. Cara berbicara (talking), termasuk cara bertanya (kapan menggunakan pertanyaan tertutup dan kapan
memakai pertanyaan terbuka), menjelaskan, klarifikasi, paraphrase, intonasi.
b. Mendengar (listening),
c. Cara mengamati (observation) agar dapat memahami yang tersirat di balik yang tersurat (bahasa non verbal
di balik ungkapan kata/kalimatnya, gerak tubuh).
d. Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan komunikan (bahasa tubuh) agar tidak menggangu komunikasi,
misalnya karena komunikan keliru mengartikan gerak tubuh, raut tubuh, raut muka, dan sikap komunikator.

16. Komunikasi itu bisa bersifat informasi (asuhan) dan edukasi (Pelayanan promosi).
Komunikasi yang bersifat infomasi asuhan didalam rumah sakit adalah:
a. Jam pelayanan
b. Pelayanan yang tersedia
c. Cara mendapatkan pelayanan
d. Sumber alternative mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika kebutuhan asuhan pasien melebihi
kemampuan rumah sakit.

17. Komunikasi yang bersifat Edukasi (Pelayanan Promosi) adalah


a. Edukasi tentang penyakit.
b. Edukasi pasien tentang apa yang harus di hindari.
c. Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk meningkatkan qualitas hidupnya pasca dari rumah
sakit. (Lihat Pedoman PelayananPedoman Gizi, Pedoman Fisioterapi, Pedoman Farmasi).
d. Edukasi tentang Gizi

18. Untuk mendapatkan komunikasi efektif, dilakukan melaui prinsip sebagai berikut:
a. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan
b. Penerima pesan menuliskan secara lengkap isi pesan tersebut
c. Isi pesan dibacakan kembali (Read Back) secara lengkap oleh penerima pesan.
d. Pemberi pesan memverifikas isi pesan kepada pemberi penerima pesan.
e. Penerima pesan mengklarifikasi ulang bila ada perbedaan pesan dengan hasil verifikasi

19. Proses komunikasi efektif dengan prinsip, terima, catat, verifikasi dan klarifikasi dapat digambarkan sebagai
berikut :

28
20. Syarat komunikasi efektif.
a. Tepat waktu
b. Akurat.
c. Lengkap
d. Jelas.
e. Mudah dipahami oleh penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan (kesalahpahaman).

21. Faktor yang menentukan komunikasi efektif :


a. Kepercayaan komunikan terhadap komunikator.
b. Kejelasan pesan yang disampaikan.
c. Keterampilan komunikasi komunikator .
d. Daya tarik pesan.
e. Kesesuaian isi pesan dengan kebutuhan komunikan.
f. Kemampuan komunikan dalam menafsirkan pesan
g. Setting komunikasi kondusif atau nyaman dan menyenangkan.

ASESMEN NYERI

A. MANAJEMEN NYERI PASIEN DENGAN PENURUNAN KESADARAN ( DENGAN VENTILATOR )


1. Identifikasi pasien (sesuai SPO).
2. Jelaskan pada keluarga prosedur tindakan yang akan dilakukan.
3. Isilah formulir lembar pengkajian nyeri sebagai berikut :
a. catat ekspresi wajah pasien :
1) santai 1
2) Diperketat sebagian kening/kening mengkerut 2
3) Diperketat seluruhnya ( mata tertutup) 3
4) Meringis 4
b. Catat gerakan anggota tubuh bagian atas
1) Tidak ada gerakan 1
2) Menekuk sebagian 2
3) Menekuk seluruhnya dan jari juga menekuk 3
4) Tertarik menetap 4
c. Catat penyesuaian dengan mesi ventilator
1) Gerakan mentolelir 1
2) Batuk tapi mentoleleir ventilasi untuk sebagian waktu 2
3) Menolak ventilator 3
4) Tidak mampu mengontrol 4
4. Dokumentasikan hasil penilaian pada lembar pengkajian Nyeri untuk menentukan scoring
5. Lakukan penatalaksanaan nyeri sesuai scoring.
a Bila nyeri ringan :
Berikan terapi Non farmakologi
1) Distraksi / mengalihkan perhatian
Berikan posisi yang nyaman pada pasien :
a) Distraksi auditori ( mendengarkan musik )
b) Distraksi taktil ( masase pada sisi yang tidak sakit )
2) Relaksasi / mengurangi ketegangan otot
a) Berikan posisi yang nyaman/rileks
b) Observasi selama 60 menit
c) Lakukan asesmen ulang nyeri
d) Bila nyeri terkontrol lanjutkan terapi non farmakologi
e) Bila nyeri tidak berkurang lapor DPJP untuk pemberian analgetik step 1, ( NSAID :
Parasetamol, mefenamat acid, Ibuprofen dll)
(1) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 60 menit untuk obat per oral
(2) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 30 menit untuk obat per injeksi
(3) Lakukan asesmen ulang nyeri
(4) Bila nyeri dapat terkontrol, lanjutkan sesuai dosis efektif selama 24 jam
(5) Bila tidak berkurang / bertambah lapor DPJP untuk pemberian analgetik step 2
/ step 3
b Nyeri sedang
Lapor DPJP untuk penatalaksanaan terapi analgetik step 2 ( codein ,tramadol dll)
29
1) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 60 menit untuk obat per oral
2) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 30 menit untuk obat per injeksi
3) Lakukan asesmen ulang nyeri
4) Bila nyeri berkurang lanjutkan dengan dosis efektif yang di perlukan selama 24 jam
5) Bila nyeri bertambah lapor DPJP untuk pemberian analgetik selanjutnya
c Nyeri berat
Lapor DPJP untuk penatalaksanaan nyeri step 3 / opioid kuat, Konsul tim manajemen nyeri
1) Morphin sulfat per oral 0,2 -0,5mg/kgbb/4 jam
2) Morphin sulfate 0,1 – 0,2 mg/kg bb/IM/4 jam ( dosis iv = ½ dodis IM )
3) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 60 menit untuk obat per oral
4) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 15 menit untuk obat per injeksi
5) Lakukan asesmen ulang nyeri
6) Bila nyeri berkurang lanjutkan dengan dosis efektif yang diperlukan dalam 24 jam
7) Bila nyeri tidak berkurang / bertambah lapor DPJP / Tim Manajemen nyeri untuk
penatalaksanaan selanjutnya

B. MANAJEMEN NYERI PASIEN DENGAN PENURUNAN KESADARAN (TANPA VENTILATOR)


1. Identifikasi pasien (sesuai SPO).
2. Jelaskan pada keluarga prosedur tindakan yang akan dilakukan.
3. Isilah formulir lembar pengkajian nyeri sebagai berikut :
a Catat ekspresi emotion
1) Tersenyum 0
2) Cemas 1
3) Hampir menangis 2
b Catat gerakan pasien
1) gerakan 0
2) Gelisah/penurunan gerakan 1
3) Minimal gerakan / takut untuk bergerak 2
c Catat petunjuk verbal
1) Tidak nyeri 0
2) Merengek/mengerang 1
3) Berteriak/menangis kencang 2
d Catat isyarat wajah
1) Santai,ekpresi tenang 0
2) Ditarik sekitar mulut dan mata 1
3) Wajah cemberut dan meringis 2
4. Dokumentasikan hasil penilaian pada lembar pengkajian Nyeri untuk
5. Lakukan penatalaksanaan nyeri berdasarkan score
a. Bila nyeri ringan :
Berikan terapi Non farmakologi
1) Distraksi / mengalihkan perhatian
a) Distraksi auditori ( mendengarkan musik )
b) Distraksi taktil ( masase pada sisi yang tidak sakit )
2) Relaksasi / mengurangi ketegangan otot
a) Berikan posisi yang nyaman/rileks
b) Observasi selama 60 menit
c) Lakukan asesmen ulang nyeri
d) Bila nyeri terkontrol lanjutkan terapi non farmakologi
e) Bila nyeri tidak berkurang lapor DPJP untuk pemberian analgetik step 1,NSAID :(
Parasetamol, mefenamat acid, Ibuprofen dll)
(1) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 60 menit untuk obat per oral
(2) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 30 menit untuk obat per injeksi
(3) Lakukan asesmen ulang nyeri
(4) Bila nyeri dapat terkontrol, lanjutkan sesuai dosis efektif selama 24 jam
(5) Bila nyeri tidak berkurang / bertambah lapor DPJP untuk pemberian analgetik
step 2 / step 3
b. Nyeri sedang
Lapor DPJP untuk pemberian analgetik step 2 ( codein , tramadol dll)
1) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 60 menit untuk obat per oral
2) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 30 menit untuk obat per injeksi
3) Lakukan asesmen ulang nyeri
4) Bila nyeri berkurang lanjutkan dengan dosis efektif yang di perlukan selama 24 jam
5) Bila nyeri tidak berkurang / bertambah lapor DPJP untuk pemberian analgetik selanjutnya

30
c. Nyeri berat
Lapor DPJP untuk pemberian analgetik step 3 / opioid kuat, Konsul tim manajemen nyeri
1) Morphin sulfat per oral 0,2 -0,5mg/kgbb/4 jam
2) Morphin sulfate 0,1 – 0,2 mg/kg bb/IM/4 jam ( dosis iv = ½ dodis IM )
3) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 60 menit untuk obat per oral Nilai efektifitas dan efek
puncak dalam 15 menit untuk obat per injeksi
4) Lakukan asesmen ulang nyeri
5) Bila nyeri berkurang lanjutkan dengan dosis efektif yang diperlukan dalam 24 jam
6) Bila nyeri tidak berkurang / bertambah lapor DPJP / tim Manajemen nyeri untuk
penatalaksanaan selanjutnya

C. MANAJEMEN NYERI PADA BAYI DENGAN METODE NIPS


1. Identifikasi pasien (sesuai SPO).
Jelaskan pada pasien atau keluarga prosedur tindakan yang akan dilakukan.
2. Isilah formulir lembar pengkajian nyeri sebagai berikut
a Catat ekspresi wajah pasien :
1) santai 0
2) Rileks 1
b Tangisan
1) Tidak menangis 0
2) Merengek 1
3) Menangis keras 2
c Pola nafas
1) Santai 0
2) Perubahan pola nafas 1
d Lengan
1) Santai 0
2) Flexi / extensi 1
e Tungkai
1) Santai 0
2) Flexi / extensi 1
f Keadaan rangsangan
1) Tertidur / bangun 0
2) Rewel 1
3. Untuk bayi premature ditambahkan 2 parameter
a. Heart rate :
1) < 150 x / m 0
2) 150 – 170 x / m 1
3) > 170 x / m 2
b. Saturasi oksigin
1) Tidak perlu oksigi tambahan 0
2) Memerlukan oksigin tambahan 1
4. Dokumentasikan hasil penilaian pada lembar pengkajian nyeri untuk menentukan scoring
a. Score 0 = bebas nyeri
b. Score 1 – 2 = nyeri ringan
c. Score 3 – 4 = nyeri sedang
d. Score > 4 = nyeri berat
5. Lakukan penatalaksanaan nyeri sesuai scoring.
a. Bila nyeri ringan :
Berikan terapi Non farmakologi
1) Distraksi mengalihkan perhatian
Berikan posisi yang nyaman pada pasien :
a) Distraksi visual
b) Distraksi auditori ( mendengarkan musik )
c) Distraksi taktil ( masase pada sisi yang tidak sakit )
d) Distraksi intelektual ( diajak ngobrol,diberikan mainan )
2) Relaksasi / mengurangi ketegangan otot
a) Berikan posisi yang nyaman/rileks
b) Observasi selama 60 menit
c) Lakukan asesmen ulang nyeri
d) Bila nyeri terkontrol lanjutkan terapi non farmakologi
e) Bila nyeri tidak berkurang lapor DPJP untuk pemberian analgetik step 1 ( NSAID : Parasetamol,
mefenamat acid, Ibuprofen dll)
(1) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 60 menit untuk obat per oral
(2) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 30 menit.

31
f) Lakukan asesmen ulang nyeri
g) Bila nyeri dapat terkontrol, lanjutkan sesuai dosis efektif selama 24 jam
h) Bila nyeri tidak berkurang / bertambah lapor DPJP untuk pemberian analgetik step 2 / step 3
b. Nyeri sedang
Lapor DPJP untuk pemberian analgetik step 2
( codein, tramadol dll)
1) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 60 menit untuk obat per oral
2) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 30 menit.untuk obat per injeksi
3) Lakukan asesmen ulang nyeri
4) Bila nyeri berkurang lanjutkan dengan dosis efektif yang di perlukan selama 24 jam
5) Bila nyeri tidak berkurang / bertambah lapor DPJP untuk pemberian analgetik selanjutnya
c. Nyeri berat
Lapor DPJP untuk pemberian analgetik step 3 / opioid kuat, tim Manajemen nyeri
a. Morphin sulfat per oral 0,2 – 0,5 mg/kgbb/4 jam
b. Morphin sulfate 0.01 – 0.02 mg/kgbb/jam IV infus
c. Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 60 menit untuk obat per oral
d. Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 15 menit untuk obat per injeksi .
e. Lakukan asesmen ulang nyeri
f. Bila nyeri berkurang lanjutkan dengan dosis efektif yang diperlukan dalam 24 jam
g. Bila nyeri tidak berkurang / bertambah lapor DPJP / Tim Manajemen nyeri untuk penatalaksanaan
selanjutnya

D. MANAJEMEN NYERI DENGAN METODE WONG BAKER PAIN SCALE


1. Jelaskan pada pasien dan keluarga prosedur tindakan yang akan dilakukan
“ bpk /ibu/sdr/sdri /adik apakah ada keluhan nyeri,?......kalau ada: nyerinya karena apa?..........bagaimana
rasanya? (seperti, tertusuk ,teriris, tertimpa, berdenyut)...........,tempat nyerinya dimana?..........,mulai kapan
keluhan nyeri di rasakan?.........saya punya gambar untuk menilai nyeri yang bpk/ibu/sdr/sdri/adik rasakan sat ini
:
a. Gambar no 2 artinya nyeri ringan ,seperti dicubit
b. Gambar no 4 nyeri sedang ,seperti sakit gigi,dan sedikit mengganggu aktivitas/kegiatan/kerja,
c. Gambar no 6 nyeri sedang tetapi lebih menggangu aktivitas/kegiatan/kerja,dan konsentrasi,
d. Gambar no 8 nyeri berat sangat mengganggu aktivitas dan pikiran sehingga sulit untuk mengungkapkan,
e. Gambar no 10 nyeri sangat berat tak tertahankan,menangis,pingsan.
Bila bapak/ibu/sdr/sdri/adik sudah mengerti tolong tunjuk gambar
sesui rasa nyeri yang dirasakan ,

2. Catat hasil penilaian nyeri pasien pada lembar asesmen nyeri untuk menentukan scoring
3. Lakukan penatalaksanaan nyeri sesuai scoring.
a Bila nyeri ringan :
Berikan terapi Non farmakologi
1) Distraksi mengalihkan perhatian
Berikan posisi yang nyaman pada pasien :
a) Distraksi visual ( anjurkan px muntuk membaca /menonton tv )
b) Distraksi auditori ( humor,mendengarkan musik )
c) Distraksi taktil ( masase pada sisi yang tidak sakit )
32
d) Distraksi intelektual ( mengisi teka teki silang,berdoa )
2) Relaksasi / mengurangi ketegangan otot
a) Berikan posisi yang nyaman/rileks
b) Intruksikan pasien untuk menghirup nafas dalam sehingga rongga paru terisi penuh kemudian
menghembuskan nafas secara perlahan lewat mulut
c) Ulangi sampai tubuh merasa rileks
d) Observasi selama 60 menit
e) Lakukan asesmen ulang nyeri
f) Bila nyeri terkontrol lanjutkan terapi non farmakologi
g) Bila nyeri tidak berkurang lapor DPJP untuk pemberian analgetik step 1 (NSAID : Parasetamol,
mefenamat acid, Ibuprofen dll)
(1) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 60 menit untuk obat per oral
(2) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 30 menit untuk obat per injeksi
(3) Lakukan asesmen ulang nyeri
(4) Bila nyeri dapat terkontrol, lanjutkan sesuai dosis efektif selama 24 jam
(5) Bila nyeri tidak berkurang / bertambah, lapor DPJP untuk pemberian analgetik step 2 / step 3
b Nyeri sedang
Lapor DPJP untuk pemberian analgetik step 2 (codein,tramadol)
(1) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 60 menit untuk obat per oral
(2) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 30 menit untuk obat per injeksi
(3) Lakukan asesmen ulang nyeri
(4) Bila nyeri berkurang lanjutkan dengan dosis efektif yang di perlukan selama 24 jam
(5) Bila nyeri tidak berkurang / bertambah lapor DPJP untuk pemberian analgetik selanjutnya
c Nyeri berat
Lapor DPJP untuk pemberian analgetik step 3 / opioid kuat, konsul Tim Manajemen nyeri
(1) Morphin sulfat per oral 0,2 -0,5mg/kgbb/4 jam
(2) Morphin sulfate 0,1 – 0,2 mg/kg bb/IM/4 jam ( dosis iv = ½ dodis IM )
(3) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 60 menit untuk obat per oral
(4) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 15 menit untuk obat per injeksi
(5) Lakukan asesmen ulang nyeri
(6) Bila nyeri berkurang lanjutkan dengan dosis efektif yang diperlukan dalam 24 jam
Bila nyeri tidak berkurang / bertambah lapor DPJP / Tim Manajemen nyeri untuk penatalaksanaan selanjutnya

E. MANAJEMEN NYERI DENGAN METODE FLACCS


1. Identifikasi pasien (sesuai SPO)
2. Jelaskan pada pasien dan keluarga prosedur tindakan yang akan dilakukan
a catat ekspresi wajah pasien:
1) Ekspresi wajah pasien datar, 0
2) Cemberut,muram 1
3) Dagu gemetar 2
b Catat posisi kaki pasien
1) Posisi normal / santai 0
2) Gelisah,.resah,tegang 1
3) Kaki menendang 2
c catat aktifitas pasien
1) Pasien berbaring tenang 0
2) Menggeliat , tegang,mundur 1
3) Meronta - ronta 2
d Catat apakah pasien menangis
1) Tidak ada tangisan / tenang 0
2) Merengek/ mengerang 1
3) Menangis keras / menjerit 2
e Kemampuan konsol / merasa nyaman
a. Santai 0
b. Dengan sentuhan / diajak bicara pasien merasa nyaman 1
c. Sulit merasa nyaman 2
3. dokumentasikan hasil penilaian pada lembar pengkajian nyeri untuk menentukan scoring
4. Lakukan penatalaksanaan nyeri sesuai scoring.
a) Bila nyeri ringan ( skala 1 – 3 )
Berikan terapi Non farmakologi
1) Distraksi /mengalihkan perhatian
Berikan posisi yang nyaman pada pasien :
(1) Distraksi visual ( anjurkan px untuk menonton tv , main game/ mainan yang di sukai)
(2) Distraksi auditori (humor,mendengarkan musik,mendengar cerita )
(3) Distraksi taktil ( masase pada sisi yang tidak sakit )

33
(4) Distraksi intelektual ( di berikan gambar kesukaan pasien )
2) Relaksasi ./ mengurangi ketegangan otot
(1) Berikan posisi yang nyaman/rileks
(2) Berikan pijatan / sentuhan perlahan lahan
(3) Berikan kompres hangat / dingin
(4) Observasi selama 60 menit
(5) Lakukan asesmen ulang nyeri
(6) Bila nyeri terkontrol lanjutkan terapi non farmakologi
(7) Bila nyeri tidak berkurang / bertambah lapor DPJP untuk pemberian analgetik step 1 NSAID
(parasetamol / ibu profen, dll)
i. Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 60 menit untuk obat per oral
ii. Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 30 menit untuk obat per injeksi
iii. Lakukan asesmen ulang nyeri
iv. Bila nyeri dapat terkontrol, lanjutkan sesuai dosis efektif selama 24 jam
v. Bila dengan nyeri tidak berkurang / bertambah lapor DPJP untuk penatalaksanaan analgetik
step 2 / step 3

b) Nyeri sedang (skala 4 – 6)


Lapor DPJP untuk pemberian analgetik step 2 (codein ,tramadol dll)
1) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 60 menit untuk obat per oral
2) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 30 menit untuk obat per injeksi
3) Lakukan asesmen ulang nyeri
4) Bila nyeri berkurang lanjutkan dengan dosis efektif yang di perlukan selama 24 jam
5) Bila nyeri bertambah lapor DPJP untuk pemberian analgetik selanjutnya
c) Nyeri berat (skala 7 – 10)
Lapor DPJP untuk pemberian analgetik step 3 / opioid kuat, konsul Tim Manajemen nyeri
1) Morphin sulfat per oral 0,2 -0,5mg/kgbb/4 jam
2) Morphin sulfate 0,1 – 0,2 mg/kg bb/IM/4 jam (dosis iv = ½ dodis IM)
3) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 60 menit untuk obat per oral
4) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 15 menit untuk obat per injeksi
5) Lakukan asesmen ulang nyeri
6) Bila nyeri lanjutkan dengan dosis efektifyang diperlukan selama 24 jam
7) Bila nyeri tidak berkurang / bertambah lapor DPJP / Tim Manajemen nyeri untuk penatalaksanaan
selanjutnya

F. MANAJEMEN NYERI DENGAN METODE NUMERIC RATING SCALE


1. Jelaskan pada pasien dan keluarga prosedur tindakan yang akan dilakukan
“bpk/ibu/sdr/sdri /adik apakah ada keluhan nyeri?......kalau ada: nyerinya karena apa?..........bagaimana
rasanya? (seperti tertusuk,teriris, tertimpa, berdenyut)..........., tempat nyerinyadimana?..........,mulai kapan
keluhan nyeri di rasakan?.........saya punya angka 0 sampai dengan 10 untuk menilai nyeri yang
bpk/ibu/sdr/sdri/adik rasakan
a Angka 0 tidak nyeri sama sekali
b Angka 1 – 3 nyeri ringan ( seperti digigit nyamuk,seperti di cubit,seperti di suntik ) ,rasa nyeri masih bisa
ditahan dan tidak menggangu aktivitas
c Angka 4 – 6 nyeri sedang ( seperti sakit gigi, seperti terkilir ) mengganggu aktivitas fisik
d Angka 7 – 10 nyeri berat ( pasien tidak dapat berkomunikasi dengan baik ) ,sangat mengganggu
aktivitas,sehingga pasien tidak dapat melakukan aktifitas mandiri

2. Catat hasil penilaian nyeri pasien pada lembar asesmen nyeri untuk menentukan scoring
3. Lakukan penatalaksanaan nyeri sesuai scoring.
a) Bila nyeri ringan ( skala 1 – 3 )Berikan terapi Non farmakologi
1) Distraksi mengalihkan perhatian. Berikan posisi yang nyaman pada pasien :
(1) Distraksi visual ( anjurkan px muntuk membaca /menonton tv )
(2) Distraksi auditori ( humor,mendengarkan musik )
(3) Distraksi taktil ( masase pada sisi yang tidak sakit)
(4) Distraksi intelektual ( mengisi teka teki silang )
34
2) Relaksasi / mengurangi ketegangan otot
(1) Berikan posisi yang nyaman/rileks
(2) Intruksikan pasien untuk menghirup nafas dalam sehingga rongga paru terisi penuh kemudian
menghembuskan nafas secara perlahan lewat mulut
(3) Ulangi sampai tubuh merasa rileks
(4) Observasi selama 60 menit
(5) Lakukan asesmen ulang nyeri
(6) Bila nyeri terkontrol lanjutkan terapi non farmakologi
(7) Bila nyeri tidak berkurang / bertambah lapor DPJP untuk pemberian analgetik step 1(NSAID:
parasetamol, mefenamat acid, ibu profendll)
i. Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 60 menit untuk obat per oral
ii. Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 30 menit untuk obat per injeksi
iii. Bila nyeri dapat terkontrol, lanjutkan sesuai dosis efektif selama 24 jam
iv. Bila nyeri tidak berkurang / bertambah lapor DPJP untuk pemberian analgetik step 2 /
step 3
b) Nyeri sedang ( skala 4 – 6 )
Lapor DPJP untuk pemberian analgetik step 2 (codein,tramadol dll)
1) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 60 menit untuk obat per oral
2) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 30 menit untuk obat per injeksi
3) Lakukan asesmen ulang nyeri
4) Bila nyeri berkurang lanjutkan dengan dosis efektif yang di perlukan selama 24 jam
5) Bila nyeri tidak berkurang/ bertambah lapor DPJP untuk pemberian analgetik selanjutnya
c) Nyeri berat ( skala 7 – 10)
Lapor DPJP untuk pemberian analgetik step 3/ opioid kuat, Konsul tim manajemen nyeri
1) Morphin sulfat per oral 0,2 – 0,5 mg/kgbb/4 jam
2) Morphin sulfate 0,1 – 0,2 mg/kg bb/IM/4 jam ( dosis iv = ½ dodis IM )
3) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 60 menit untuk obat per oral
4) Nilai efektifitas dan efek puncak dalam 15 menit untuk obat per injeksi
5) Lakukan asesmen ulang nyeri
6) Bila nyeri berkurang lanjutkan dengan dosis yang sama dalam 24 jam
7) Bila nyeri tidak berkurang / bertambah lapor DPJP / Tim manajemen nyeri, untuk penatalaksanaan
selanjutnya

35

Anda mungkin juga menyukai