Anda di halaman 1dari 15

A.

Definisi dan Konsep Agama


Jalaludin (Dwisaptani & Setiawan, 2008) mengemukakan bahwa
konversi berasal dari kata “conversion” yang berarti pindah, tobat, dan
berubah. Conversion sendiri memiliki makna berubah dari suatu agama ke
yang lain. Dalam KUBI (ilahi, rabain, & sarifandi, 2017) mengartikan kata
konversi sebagai perubahan dari satu sistem, dari satu bentuk, rupa dan ke
bentuk lainnya. Ilahi, rabain, & sarifandi (2017) mengemukakan bahwa
secara umum, konversi agama didefinisikan sebagai masuk agama atau
berubah agama ke yang lain, perndirian yang berbalik terhadap system
ajaran, melepaskan kepercayaan agama dan percaya ke agama lain, serta
perubahan suatu ketaatan terhadap ajaran ke ajaran lainnya. Lebih jelasnya
lagi perubahan individu pemeluk agama Kristen menjadi pemeluk agama
islam atau sebaliknya.
Wuff (ekawati, Cynthia, & zulkaida, 2011) mengmukakan bahwa
konversi agama merupakan perubahan pandangan dan loyalitas individu
akan suatu kepastian yang diikutsertakan dengan sikap keyakinan akan
kepercayaaan baru yang dianggap sebagai realitas. Rambo (ekawati,
Cynthia, & zulkaida) mengemukakan bahwa konversi agama merupakan
perubahan ajaran agama dikarenakan suatu kekuatan dinamis yang pada
pengalaman beragamanya mengalami suatu kejadian atau peristiwa.
Secara terminologi (ilahi, rabain, & sarifandi, 2017) menurut Thouless,
konversi agama merupakan istilah yang diberikan pada proses akan sikap
penerimaan suatu keagamaan yang dapat terjadi secara berangsur ataupun
tiba-tiba. Max heirich (ilahi, rabain, & sarifandi, 2017) mengemukakan
bahwa konversi agama merupakan tindakan individu atau kelompok yang
berpindah dari suatu system kepercayaan ke percayaan yang lain atau
perilaku yang berkebalikan dari kepercayaan sebe;umnya.
Walter houson (hamalia, 2012) dalam karyanya yang berjudul “The
Psychology of Religion” mengemukakan bahwa konversi agama
merupakan perubahan arah dalam sikap dan tindakan terhadap agama yang
disebutkan sebagai pertumbuhan atau perkembangan spiritual.
Hamali (2012) mengemukakan bahwa karakteristik konversi agama
individu memiliki ciri sebagai berikut:
a. Terjadinya perubahan arah dan pandangan hidup atau keyakinan
seseorang terhadap agama yang diyakininya sehingga ia merobah
pandangan hidupnya dengan cara pindah / masuk agama yang baru.
b. Terjadinya perubahan/pandangan atau faham-faham keagamaan dalam
agama yang dianutnya.
c. Terjadinya perubahan arah atau pandangan hidup itu secara mendadak
atau secara berproses.
d. Perubahan yang terjadi pada indivdu dipengaruhi oleh kondisi badaniah,
kejiwaan dan lingkungannya atau disebabkan petunjuk Ilahi.
Spilka (ekawati, Cynthia, & zulkaida, 2011) mengemukakan bahwa
konversi agama dibagi menjadi menjadi lima tipe, yaitu:
a. Apoxtasy, penghapusan komitmen agama dengan mengangkat nilai-
nilai agama.
b. Deconversion, proses meninggalkan agama sebelumnya
c. Instentification, mengingat kembali komitmen agama dengan
mengangkat sutu ajaran agama dan menjadi anggota salah satu agama
(independen)
d. Switching, penggangtian anggota keagamaan tanpa adanya perubahan
intrapersonal yang radikal.
e. Cycling, kembalinya bebagai nilai kehidupan yang dibarengi dengan
pengarapan keluar dari ajaran agama.

Jalaluddin (Hamali, 2012) menemukakan bahwa dalam masyarakat


terjadi konversi agama dalam dua bentuk, yaitu:
a. Tipe volitional, perubahan yang sifatnya bertahap, sedikit demi
sedikit.
b. Tipe self surrender, perubahan yang sifatnya ekstream
(berkebalikan), terjadi secara tiba-tiba.
B. Konversi Agama
Konversi agama adalah istilah yang biasa digunakan dalam proses yang
menjurus kepada penerimaan suatu sikap keagamaan individu; proses itu bisa
terjadi secara berangsur-angsur atau secara tiba-tiba Starbuck, sebagaimana
diungkap kembali oleh Bernard Spilka membagi konversi menjadi 2 macam,
yaitu:
1. Type Valitional ( Perubahan secara bertahap),
konversi yang terjadi secara berproses, sedikit demi sedikit, hingga
kemudian menjadi seperangkat aspek dan kebiasaan ruhaniah yang baru.
Konversi yang demikian ini sebagian besar terjadi sebagai suatu proses
perjuangan batin yang ingin menjauhkan diri dari dosa karena ingin
mendatangkan suatu kebenaran. Tipe pertama ini dengan motivasi aktif
dari pelaku dan intelektual rasional yang lebih berperan.
2. Type Self Surrender (perubahan secara drastis),
konversi yang terjadi secara mendadak. Seseorang tanpa mengalami proses
tertentu tibatiba berubah pendiriannya terhadap suatu agama yang
dianutnya. Perubahan tersebut dapat terjadi dari kondisi tidak taat menjadi
taat, dari tidak kuat keimanannya, dari tidak percaya kepada suatu agama
menjadi percaya, dan sebagainya. Dengan kata lain, konversi tipe kedua
ini merupakan hidayah atau petunjuk dari Tuhan

Salah satu penyebab terjadinya konversi agama menurut ahli sosiologi


yaitu pengaruh sosial, Clark mengemukakan pengaruh tersebut antara lain

1. Hubungan antarpribadi, baik pergaulan yang bersifat keagamaan


maupun yang bersifat non agama.
2. Kebiasaan yang rutin. Sebagai contoh adalah menghadiri upacara
keagamaan atau pertemuan-pertemuan yang bersifat keagamaan,
baik pada lembaga formal maupun nonformal.
3. Anjuran atau propaganda dari orang-orang yang dekat, seperti
keluarga, sahabat karib dan sebagainya.
4. Pengaruh pimpinan agama
5. Pengaruh perkumpulan berdasarkan hobi.
6. Pengaruh kekuasaan pemimpin.

Zakiah Daradjat mengungkapkan faktor-faktor konversi agama, sebagai


berikut:

1. Adanya pertentangan batin (konflik jiwa) dan ketegangan perasaan.


Rupanya orang-orang yang gelisah, yang di dalam dirinya bertarung
berbagai persoalan, yang kadang-kadangdia merasa tidak berdaya
menghadapi persoalan atau problema itu mudah mengalami konversi
agama. Diantaranya ketegangan batin yang dirasakan orang, ialah tidak
mampunya ia mematuhi nilai-nilai moral dan agama dalam hidupnya. Ia
tahu bahwa yang salah itu salah, akan tetapi ia tidak mampu
menghindarkan dirinya dari berbuat salah, dan ia tahu mana yang benar,
akan tetapi tidak mampu berbuat benar.
2. Pengaruh dari tradisi agama.
Kebiasaan-kebiasaan yang dialami waktu kecil, melalui bimbingan
lembaga keagamaan itu, termasuk salah satu faktor penting yang
memudahkan terjadinya konversi agama jika pada umur dewasanya ia
kemudian menjadi acuh tak acuh pada agama dan mengalami konflik jiwa
ketegangan batin yang tidak teratasi.
3. Ajakan (seruan) atau sugesti.
Kendatipun pengaruh sugesti atau bujukan itu pada mulanya dangkal saja,
atau tidak mendalam, tidak sampai kepada perubahan kepribadian, namun
jika orang yang mengalami konversi tiu, dapat merasakan kelegaan dan
ketentraman batin dalam keyakinan yang baru, maka lama kelamaan akan
masuklah keyakinan itu ke dalam kepribadiannya.
4. Faktor-faktor emosi
dalam penelitian George A. Coe terhadap orang-orang yang mengalami
peristiwa konversi agama, ditemukannya bahwa konversi agama lebih
banyak terjadi pada orang-orang yang dikuasai oleh emosinya, akan tetapi
dalam menerima penemuan Coe tersebut kita harus lebih hati-hati
5. Kemauan
dalam beberapa kasus terbukti bahwa peristiwa konversi itu terjadi
sebagai hasil dari perjuangan batin yang ingin mengalami konversi. Hal
ini dapat kita ikuti dari riwayat hidup Imam Al Ghazali, yang mengalami
sendiri bahwa pekerjaan dan buku-buku yang dulu dikarangnya bukanlah
dari keyakinan, tapi datang dari keinginan untuk mencari nama dan
pangkat.

Diantara ahli psikologi berpendapat bahwa faktor pendorong terjadinya


konversi agama adalah faktor kejiwaan. Dimana orang menghadapi situasi
yang menakutkan dan tekanan batin yang tidak bisa diatasi, mereka bisa
mengalahkan motifmotif atau pandangan hidup terdahulu yang selama ini
ditaati. Secara psikologis yang mendorong terjadinya konversi agama dapat
dikelompokkan kepada dua faktor utama, yaitu sebagai berikut :

1. Faktor Internal
Merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu yang
turut mempengaruhi dan mendorong terjadinya konversi agama, yang
terdiri dari beberapa faktor, sebagai berikut :
a. Faktor Kepribadian
Struktur kepribadian yang dimiliki oleh seseorang sangat
mempengaruhi perkembangan jiwa serta mendorong
seseorang untuk melakukan konversi agama. Sebagaimana
ditulis Ahyadi bahwa : tipe kepribadian penyedih sering
dilanda konflik dan frustrasi yang dapat menimbulkan
keragu-raguan, kebingungan, was-was dan kebimbangan jiwa
yang mendalam seperti : mengasingkan diri atau uzlah,
bertapa, bahkan konflik jiwa ini bisa menyebabkan terjadinya
konversi beragama bagi pelakunya. Kondisi jiwa atau
kepribadian seperti ini bisa menyebabkab orang pindah/
masuk agama lain, atau perobahan sikap terhadap agama
yang dianutnya.
b. Faktor Pembawaan
Secara psikologis urutan kelahiran individu turut
mempengaruhi dirinya untuk melakukan konversi, hal ini
dibuktikan Guy E. Surowsono dalam penelitiannya bahwa
ada semacam kecenderungan urutan kelahiran mempengaruhi
konversi agama, anak sulung dan anak bungsu biasanya tidak
mengalami tekanan batin, anak-anak yang kelahirannya pada
urutan antara keduanya sering mengalami stress jiwa, kondisi
yang berdasarkan urutan itu banyak mempengaruhi
terjadinya konversi agama hasil penelitian ini senada dengan
konsep aliran nativitstik yang berpendapat bahwa
perkembangan indivddu itu semata-mata ditentukan oleh
faktor-faktor yang dibawa sejak lahir
c. Konflik Kejiwaan ( Ketegangan perasaan )
Konflik kejiwaan yang terjadi pada seseorang merupakan
salah satu faktor penentu terjadinya koversi agama.
Terjadinya suatu tension (peristiwa ) atau ketegangan pada
seseorang menjadi penyebab terjadinya konflik. Konflik jiwa
itu bermacam-macam manifestasinya pada individu; ada
diantara mereka mengalami ketegangan jiwa, stress
dikarenakan berbagai fakor kesulitan hidup, dan ada pula
karena fakor keretakan keluarga.

2. Faktor Ekternal
Merupakan faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu,
faktor-faktor ini turut pula mempengaruhi atau mendorong
seseorang untuk melakukan konversi agama, baik terhadap
agama lain maupun terhadap faham-faham keagamaan dalam
agama yang anutnya, adapun faktor ini terdiri dari beberapa
aspek :

a. Faktor Keluarga
Masalah keluarga merupakan sesuatu problema yang dapat
menimbulkan ketidak harmonisan hubungan antara individu dalam
sebuah keluarga yang mengakibatkan individu mengalami tekanan
batin. Mereka berusaha mencari penyalurannya dengan cara ;
minuman keras, berandalan, berjudi, berkelahi bahkan perbuatan-
perbuatan yang membawa mereka kepada konversi agama, sebagai
usaha untuk meredam tekanan batin yang menimpa dirinya mereka
memilih konversi agama dengan kaonversi agama mereka bisa
memdapatkan ketenangan batin.
b. Lingkungan Tempat Tinggal,
Manusia sebagai makhluk yang berkepribadian memiliki watak
dan karakter. Watak termasuk unsur tetap ( tidak berubah ),
sedangkan karakter unsur kejiwaan manusia yang dapat berubah,
yang terbentuk dari pengaruh luar dalam bentuk asimilasi dan
sosialisasi. Asimilasi berkenaan dengan hubungan manusia dengan
lingkungan benda-benda, sedangkan sosialisasi menyangkut
hubungan antara manusia. Kedua bentuk hubungan itu turut
mempengaruhi sikap hidup manusia, termasuk proses psikologis
konversi agama. Seseorang yang tinggal di lingkungan yang baru
atau belum dikenalnya, ia merasakan hidup sendiri tidak ada
teman/ kenalan sehingga ia merasa kesepian yang dapat
berpengaruh terhadap perkembangan jiwanya. Selain itu
lingkungan tempat bekerja individupun berpengaruh terhadap jiwa
dan kinerjanya, apalagi karyawan yang bekerja pada pimpinan
yang berbeda agama, menyebabkan karyawan bersangkutan tidak
tenang, gelisah dan resah. Kondisi seperti itu sering dimanfaatkan
pemuka/ penganut agama untuk melakukan konversi agama agar
karyawannya pindah atau masuk ke dalam agama yang dianut
pimpinannya.

c. Perubahan Status dan Peranan


Perubahan status adalah terjadinya pergeseran pola-pola tingkah
laku yang bersifat timbal balik pada seseorang sedangkan
terjadinya perubahan peranan pada seseorang menimbulkan pula
pola tingkah laku yang berkaitan dengan status seseorang. Saat
terjadi pergeseran atau perubahan status seseorang maka terjadi
pula pergeseran peranannya. Misalnya; terjadi perceraian dalam
sebuah keluarga, dikeluarkan dari sekolah atau perkumpulan dan
sebagainya. Perubahan status dan peranan itu dapat memicu
timbulnya konflik kejiwaan pada individu bersangkutan. Disatu sisi
kondisi kejiwaan seperti itu menjadikan individu broken home.
Disisi lain, keyakinan yang dianutnya selama ini akan membawa
kepada konversi agama baik pindah keagama lain maupun pindah
faham-faham keagamaan dalam agama yang dianutnya.
d. Percampuran Agama dan Tradisi Masyarakat
Percampuran antara agama dan tradisi masyarakat akan
menimbulkan keragu-raguan atau kebingungan seseorang terhadap
kebenaran agama yang dianutnya selama ini dan untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapinya, akhirnya mereka
melakukan konversi agama. Keputusan yang diambilnya itu
merupakan suatu jaminan bagi masa depan yang lebih baik,
keputusan yang diambilnya itu menjadi pegangan dalam kehidupan
dimasa mendatang.
e. Faktor Kemiskinan
Yaitu suatu keadaan dimana seseorang tidak bisa menjamin
kehidupannya sendiri seperti orang lain pada umumnya. Namun
pihak-pihak tertentu memanfaatkan kondisi kemiskinan itu sebagai
sarana untuk menyiarkan agamanya kepada penganut agama lain
karena pemuka agama mengetahui kondisi psikologis umat Islam.
Menurut data statistik rata-rata umat Islam hidup dalam
kemiskinan, peristiwa inilah yang menyebabkan terjadinya
konversi agama.

Tahap dalam konversi agama yang diungkapkan oleh Zakiah Daradjat,


yaitu:

1. Masa tenang pertama


Masa tenang sebelum mengalami konversi, dimana segala sikap,
tingkah laku dan sifat-sifatnya acuh tak acuh menentang agama. Masa
tenang tersebut adalah disaat kondisi jiwa seseorang berada dalam
keadaan tenang karena masalah agama belum mempengaruhi sikapnya.
Terjadi semacam sikap apriori terhadap agama. Keadaan demikian
tidak akan mengganggu keseimbangan batinnya, sehingga ia dalam
keadaan batin yang tenang dan tentram.
2. Masa ketidaktenangan
Konflik dan pertentangan batin berkecamuk dalam dirinya, gelisah,
putus asa, tegang, panik dan sebagainya. Dalam kondisi demikian
biasanya orang mudah perasa cepat tersinggung dan hampir-hampir
putus asa dalam hidupnya dan mudah terkena sugesti. Tahap ini
berlangsung jika masalah agama telah mempengaruhi batinnya.
3. Setelah mengalami masa goncang maka terjadilah masa konversi itu
sendiri.
4. Keadaan tentram dan tenang
Muncul perasaan jiwa yang baru, merasa aman dan damai dalam hati,
dada menjadi lapang, dengan sikap penuh kesabaran yang
menyenangkan. Ia berubah menjadi pemaaf dan mudah memaafkan
kesalahan orang lain.
5. Ekspresi konversi dalam hidup.
Segala sisi kehidupannya mengikuti aturan-aturan yang diajarkan oleh
agama. Konversi yang diiringi tindakan dan ungkapan yang konkret
dalam kehidupan sehari-hari inilah yang membawa tetap dan
mantapnya perubahan keyakinan tersebut.

Dampak konversi agama, dipengaruhi oleh sikap keagamaan yang terdapat


pada individu merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri individu yang
mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan tingkat ketaatan terhadap
agamanya. Terjadinya perubahan kepercayaan dari satu agama ke agama lain
atau perubahan pandangan terhadap agama yang dianutnya, maka muncullah
perubahan sikap, dalam cara berfikir, tingkah laku dan kepercayaan yang
dianutnya selama ini. Hal ini terjadi disebabkan telah berfungsinya sikap yang
mendorong motif individu untuk bertingkah laku atau berbuat sesuatu, baik
tingkah laku itu kelihatan (overt) maupun tingkah laku yang tidak kelihatan
(covert). Perubahan sikap itu merupakan hasil belajar atau pengaruh
lingkungan terhadap individu.

C. Teori Konfersi
1. Konversi agama menurut etimologi Konversi agama terdiri dari kata konversi
dan kata agama. Menurut Jalaluddin kata konversi secara etimologi berasal
dari kata “Conversio” yang berarti: tobat, pindah, berubah (agama).
Selanjutnya, kata tersebut dipakai dalam kata Inggris “Conversion” yang
mengandung pengertian; berubah dari suatu keadaan, atau dari suatu agama ke
agama lain ( change from one state, or from onee religion, to another ). Dalam
bahasa sangsekerta kata agama terdiri dari kata “a“ berarti tidak, kata “gama”
berarti berjalan, maka agama berarti tidak berjalan atau tetap ditempat. Harun
Nasution menegaskan bahwa intisarinya (agama) adalah ikatan. Karena itu
agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia.
Ikatan dimaksud berasal dari kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai
kekuatan gaib yang tak dapat ditangkap dengan panca indra, namun
mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan sehari-hari.4
Dengan demikian, makna dari kata konversi agama diatas dapat difahami
bahwa konversi agama berarti; bertobat, berubah agama, atau berbalik
pendirian dari kepercayaan dar agama yang dianut sebelumnya, dan masuk ke
dalam agama lain. Dengan kata lain, konversi agama menunjukkan terjadinya
perubahan keyakinan yang berlawanan arah dari keyakinannya semula
(pertama), atau berubah/pindah dari faham-faham keagamaan lama, pindah
kepada fham-faham keagaman yang baru.

2. Konversi Agama menurut terminologi. Dalam hal ini, Jalaluddin mengutip


pendapat William James bahwa konversi agama adalah: to be converted, to be
regenerated, to recieve, to eperiene religion, to gain an assurance, are so many
pharases whichdenotes to the process, gratdual or sudden by which a self
hother devide, and consciously right superior and happy, in consequence of its
firmer hold upon religious realities.

3. Max Heirich konversi religius adalah suatu tindakan dengan nama seseorang
atau kolompok masuk atau berpindah ke suatu sistem kepercayaan atau
perilaku yang berlawanan arah degan kepercayaan sebelumnya.

4. Walter Houston dalam bukunya “The Psychology of Religon” memberikan


definisi konversi agama sebagai berikut, bahwa: Konversi agama sebagai
suatu macam pertumbuhan atau perkembangan spiritual yang mengandung
perubahan arah yang cukup berarti, dalam sikap terhadap agama dan tindak
agama. Lebih lanjut ditegasnya bahwa, konversi agama menunjukkan
perubahan emosi yang tiba-tiba ke arah mendapat hidayah Allah secara
mendada, telah terjadi, yang mungkin saja sangat mendalam atau dangkal.
Dan mungkin pula terjadi perubahan tersebut secara berangsur-angsur.
Dengan demikian. konversi agama merupakan tindakan seseorang atau
sekelompok orang yang menyatakan sikapnya yang berlawanan arah dengan
kepecayaan sebelumnya.

5. Dengan kata lain, konversi agama adalah pernyataan seseorang yang pindah
dari agama yang lama, kemudian masuk / pindah ke agama yang baru atau
perubahan sikap individu dalam masalah-masalah keagamaan yang ada dalam
agamanya, sehingga perubahan sikap itu berlawanan arah dengan sikap dan
tindakan yang dilakukan sebelumnya.
D. Fenomena Konversi

Di Indonesia, fenomena perpindahan agama sudah tidak asing lagi dalam


kehidupan sehari-hari, baik itu perpindahan agama dari Hindu, Budha, Kristen,
Konghucu ke Islam ataupun sebaliknya. Tidak sedikit orang berpindah agama
dengan alasan menikah. Bagi pasangan yang berbeda agama dan ingin menikah,
harus merelakan salah satu kepercayaan yang mereka anut, untuk mempermudah
proses pernikahan. Konversi agama yang terjadi pada masyarakat kota pekanbaru
sebanyak 797 orang dari tahun 2015-2017. Pola umum dalam peristiwa konversi
agama di Pekanbaru antaralain; konversi yang dilatarbelakangi pernikahan.
REFERENSI

Armini, J. (2011). Kemiskinan dan konversi agama. Skripsi. UIN Alauddin :


Makassar.

Dwisaptani, R., Setiawan, J. (2008). Konversi Agama Dalam Kehidupan


Pernikahan. Jurnal Humaniora, 20(3), 327-339.

Ekawati, Y., Cynthia, T., & Zulkaida, A. (2011). Penyesuaian diri wanita yang
melakukan konversi agama pra pernikahan. Proceeding PESAT, Vol. 4. 76-
81.

Hamali, S. 2012. Dampak Konversi Agama Terhadap Sikap dan Tingkah Laku
Keagamaan Individu. Jurnal Psikologi Agama, 7(2), 21-40.

Ilahi, K., Rabain, J., & Sarifandi, S. (2017). Konversi agama: kajian teoritis dan
empiris terhadap fenomena, faktor, dan dampak sosial di Minangkabau.
Malang : CV. Citra Intrans Selaras.

Jihaduddin, M. (2015). Konversi agama sebab perkawinan dan implikasinya


terhadap keharmonisan rumah tangga: perspektif elit agama Islam dan Kristen
di kota malang. Undergraduade thesis. UIN Maulana Malik Ibrahim.

Khairah. (2018). Fenomena Konversi Agama di Kota Pekanbaru (Kajian Tentang


Pola dan Makna). Jurnal Toleransi: Media Komunikasi Umat Beragama,
10(2), 151-175.
PSIKOLOGI AGAMA
”KONVERSI AGAMA”

MUHAMMAD FAIZAL MAULANA B 1771041054


MUHAMMAD NUURJAIZ BARYOSO 1771042000
MUTHMAINNAH 1771042016
ST. NADIRAH 1771041028
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019

Anda mungkin juga menyukai