PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sebagai makhluk yang hidup di dunia, manusia tidak akan terlepas
dari masalah. Dari berbagai masalah yang dihadapi, tidak jarang
menyebabkan seseorang mengalami goncangan batin yang membuat
mereka putus asa. Oleh karena itu, manusia akan berusaha mencari
pegangan atau ide baru, agar dia dapat merasakan ketenangan jiwa.
Kembali kepada Tuhan adalah jalan yang membuat hidup terasa berarti
dan terarah, karena hakikatnya tidak ada manusia yang dapat hidup tenang
tanpa tuntutan sebuah agama.
Dewasa ini, banyak manusia yang sudah memeluk sebuah agama,
kemudian mengganti agamanya dengan kepercayaan yang lain karena
merasa tidak tenang, aman, damai, dan tidak mendapat kebahagiaan jiwa.
Hal itulah yang menyebabkan munculnya istilah konversi agama.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian konversi agama?
2. Apa macam-macam konversi agama?
3. Bagaimana ciri-ciri konversi agama?
4. Bagaimana faktor-faktor penyebab konversi agama?
5. Bagaimana proses konversi agama?
6. Bagaimana dampak sosial konversi agama?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian konversi agama.
2. Mengetahui macam-macam konversi agama.
3. Mengetahui ciri-ciri konversi agama.
4. Mengetahui faktor-faktor penyebab konversi agama.
5. Mengetahui proses konversi agama.
6. Mengetahui dampak sosial konversi agama.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997), 245.
2
Tim Penyusun Diknas RI, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 592.
3
Hasan Ali, Ilmu Perbandingan Agama (Yogyakarta: al-Falah, 1995), 6.
4
Jalaluddin, Psikologi Agama, 246.
5
D. Hendro Puspito, Sosiologi Agama (Yogyakarta: Kanisius, 1993), 79.
6
Jalaluddin, Psikologi Agama, 245.
7
Ibid.,
2
Berbeda dengan Max Henrich, William James berpendapat bahwa
konversi agama adalah, ‘To be converted, to be regetared, to receive
grace, to experience religion, to gain an assurent, are so many phrases
which denotes, to the process; gradual or sudden, by which a self hither
devide, and can sciously wrong inferior and unhappy, becomes unifield,
and consciously hight superior and happy, in consequence of it firmer hold
upon religious realitis’.8
Sedangkan menurut Thouless, konversi agama adalah istilah yang
pada umumnya diberikan untuk proses yang menjurus kepada penerimaan
suatu sikap keagamaan, proses itu bisa terjadi secara berangsur-angsur
atau secara tiba-tiba.9
Menurut Zakiyah Darajat, konversi agama adalah terjadinya suatu
perubahan keyakinan yang berlawanan arah dengan keyakinan semula. 10
Sebagaimana dikutip oleh Zakiyah Darajat, Halter Houston Clark
memberikan definisi konversi agama sebagai suatu macam pertumbuhan
atau perkembangan spiritual yang mengandung perubahan ke arah yang
lebih berarti. Baik dalam sikap terhadap ajaran agama, maupun tindakan
agama.
Dari pengertian di atas, dapat dimuat pengertian sebagai berikut:
1. Adanya perubahan arah pandangan dan keyakinan seseorang terhadap
agama atau kepercayaan yang dianutnya.
2. Perubahan tersebut, dipengaruhi oleh kondisi kejiwaan, sehingga
perubahan tersebut dapat terjadi secara berproses atau secara
mendadak.
3. Perubahan tersebut juga dapat terjadi pada pandangan terhadap agama
yang dianutnya sendiri.
4. Petunjuk dari Yang Maha Kuasa juga menjadi faktor bagi kejadian
tersebut.
8
William James, The Varities of Religion Experience, a Study in Human Nature (New York:
Coller Books, 1974), 157.
9
Kurnial Ilahi, Jamaluddin Rabain, Suja’i Sarifandi, Konversi Agama (Malang: Intelegensi Media,
2017), 10.
10
Zakiyah Darajat, llmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), 163.
3
Dengan pengertian konversi agama di atas, secara jelas
menekankan pada peristiwa perpindahan atau perubahan pemahaman,
loyalitas keyakinan yang ditinggalkan dinilai salah dan yang baru
merupakan yang benar.11 Namun, pada dasarnya tindakan konversi agama
sama halnya dengan fakta-fakta psikis lainnya, dan tidak dapat diteliti
secara langsung proses terjadinya konversi agama tersebut, dan keyakinan-
secara mendadak itu yang diawali oleh konflik batin dan perhelatan jiwa
yang sangat panjang dalam perjalanan hidupnya.
11
Kurnial Ilahi, Jamaluddin Rabain, Suja’i Sarifandi, Konversi Agama, 11.
12
Bernard Spilka, The Psychology of Religion (New Jersey: Prentice Hall, 1985), 205.
13
Jalaluddin, Psikologi Agama, 104.
4
Yaitu konversi yang terjadi secara mendadak. 14 Perubahan sikap
pada tipe kedua ini biasanya bersifat self surrender, atau tidak melalui
proses yang lama dan panjang. Bisa terjadi dengan seketika, baik
proses perubahan sikap individu terhadap agama orang lain maupun
perubahan sikap individu terhadap masalah-masalah yang terdapat
dalam agamanya.15
Pada hal ini, seseorang biasanya mengalami proses tertentu yang
membuat pendiriannya terhadap agamanya menjadi tiba-tiba berubah.
Perubahan tersebut biasanya berupa kondisi tidak taat menjadi taat,
dari tak kuat keimanannya menjadi kuat, dan sebagainya.
Pada konversi yang kedua ini, terdapat pengaruh petunjuk Tuhan
Yang Kuasa terhadap seseorang. Sebab, gejala konversi ini terjadi
dengan sendirinya pada diri seseorang sehingga ia menerima kondisi
yang baru itu dengan penyerahan separuh jiwanya. Sederhananya,
konversi ini merupakan hidayah atau petunjuk dari Tuhan.
Masalah-masalah yang menyangkut terjadinya konversi agama
tersebut berdasarkan tinjauan para psikolog adalah berupa pembebasan diri
dari tekanan batin.
14
Ibid., 105.
15
Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, 136.
5
3. Perubahan tersebut tidak hanya berlaku bagi pemindahan kepercayaan
dari satu agama ke agama yang lain melainkan juga termasuk
perubahan pandangan terhadap agama yang dianutnya sendiri.
4. Selain faktor kejiwaan dan kodisi lingkungan, maka perubahan itupun
disebabkan oleh faktor petunjuk dari Yang Maha Kuasa.
6
Kondisi sosial ekonomi yang sulit juga merupakan faktor yang
mendorong dan mempengaruhi terjadinya konversi agama. Masyarakat
awam yang miskin cenderung untuk memeluk agama yang
menjanjikan kehidupan agama yang lebih baik. Kebutuhan mendesak
akan sandang dan pangan dapat mempengaruhinya.
5. Faktor pendidikan
Dalam literatur ilmu sosial menampilkan argumentasi bahwa
pendidikan memainkan peranan lebih kuat atas terbentuknya disposisi
religius yang lebih kuat bagi kaum wanita dari kaum pria. Lebih lanjut
ditemukan fakta dari pendirian sekolah-sekolah keagamaan yang
dipimpin oleh yayasan-yayasan berbagai agama. Kenyataan
menunjukkan bahwa sebagian kecil saja dari seluruh jumlah anak didik
dari sekolah tersebut masuk agama yang dipeluk pendirinya. Hanya
sejauh itu dapat dibenarkan sistem pendidikan lewat persekolahan
termasuk faktor pendorong masuk agama.16
Menurut Zakiyah Daradjat, ada lima faktor yang mempengaruhi
terjadinya konversi agama yaitu: ketegangan perasaan, pengaruh hubungan
dengan tradisi agama, ajakan/ seruan dan sugesti, emosi dan faktor
kemauan.17 Secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pertentangan batin dan ketegangan perasaan
Orang-orang yang mengalami konversi agama dimana dalam
dirinya terjadi kegelisahan, gejolak berbagai persoalan yang kadang-
kadang tidak mampu dihadapinya sendiri. Diantara yang menyebabkan
ketegangan dan kegoncangan dalam dirinya, karena ia tidak
mempunyai seseorang dalam menguasai nilai-nilai moral dan agama
dalam hidupnya. Sebenarnya orang tersebut mengetahui mana yang
benar untuk dilakukan, akan tetapi tidak mampu untuk berbuat
sehingga mengakibatkan segala yang dilakukannya serba salah, namun
tetap tidak mau melakukan yang benar.
16
Mukti Ali, dkk. Agama dalam Pergaulan Masyarakat Kontemporer (Yogyakarta: Tiara Wacana,
2001), 31-32.
17
Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2005), 159-164.
7
Dapat dikatakan, dalam semua peristiwa konversi agama
mempunyai latar belakang yang terpokok adalah konflik jiwa
(pertentangan batin) dan ketegangan perasaan, yang disebabkan oleh
berbagai keadaan. Kepanikan atau kegoncangan jiwa itu kadang-
kadang membuat orang tiba-tiba mudah terangsang melihat aktivitas
keagamaan seseorang, atau kebetulan mendengar uraian agama yang
mampu menggoyahkan keyakinan sebelumnya, karena yang baru itu
dianggapnya dapat memberi ketenangan dan kepuasan batin serta
mampu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya.
2. Pengertian hubungan dengan tradisi agama
Diantara pengaruh yang terpenting sehingga terjadi konversi
agama adalah faktor pendidikan yang diberikan oleh orang tuanya di
waktu kecil, dan keadaan orang tua itu sendiri apakah termasuk orang
yang kuat dan tekun beragama atau tidak. Faktor lain yang tidak
sedikit keagamaan, masjid-masjid atau gereja-gereja. Aktivitas
lembaga keagamaan itu mempunyai pengaruh besar, terutama lembaga
keagamaan sosialnya. Kebiasaan sewaktu kecil melalui
bimbinganbimbingan di lembaga keagamaan, itulah termasuk salah
satu faktor yang memudahkan terjadinya konversi agama, jika pada
usia dewasanya mengalami acuh tak acuh pada agama dan mengalami
konflik jiwa dan ketegangan batin yang tidak teratasi.
3. Ajakan atau seruan dan sugesti.
Peristiwa konversi agama terjadi karena ajakan dan sugesti, yang
pada mulanya hanya bersifat dangkal saja atau tidak mendalam tidak
sampai pada perubahan kepribadian, namun jika orang yang
mengalami konversi dapat merasakan ketenangan dan kedamaian batin
dalam keyakinan itu dalam kepribadiannya.18 Orang-orang yang
sedang gelisah mengalami keguncangan batin akan mudah menerima
ajakan dan sugesti atau bujukan dari orang lain, apalagi sugesti
tersebut menjanjikan harapan akan terlepas dari kesengsaraan batin
18
D. Hendro Puspito, Sosiologi Agama (Yogyakarta: Kanisius, 1993), 79.
8
yang sedang dihadapinya. Karena orang yang sedang gelisah atau
guncang batinnya itu inginnya hanya segera terlepas dari
penderitaannya. Sementara itu ada pemimpin agama yang mendatangi
orang-orang yang mulai memperlihatkan kegoyahan keyakinannya
yang disebabkan beberapa hal; karena keadaan ekonomi, rumah
tangga, persoalan pribadi dan moral. Dengan datang membawa
nasihat, bujukan dan hadiah-hadiah yang menarik akan menambah
simpatik hati orang-orang yang sedang mengalami kegoncangan
tersebut yang sedang membutuhkan pedoman baru yang dijadikan
pedoman dalam hidupnya.
4. Faktor emosi- emosi
Salah satu faktor yang mendorong terjadinya konversi agama
adalah pengalaman emosional yang dimiliki setiap orang dalam
kaitannya dengan agama mereka. Berdasarkan penelitian George A.
Cob terhadap orang-orang yang mengalami konversi agama lebih
banyak terjadi pada orang-orang yang dikuasai emosinya, terutama
orang yang sedang mengalami kekecewaan akan mudah kena sugesti,
terutama bagi orang emosional. Dalam pengalaman emosional ini akan
mengakibatkan berkembangnya keyakinan keagamaan atau bisa juga
suatu corak pengalaman yang timbul sebagai bagian dari perilaku
keagamaan yang mungkin memperkuat, memperkaya atau justru malah
memodifikasi kepercayaan keagamaan yang sudah diikuti sebelumnya.
5. Faktor kemauan
Beberapa kasus konversi agama terbukti dari hasil suatu
perjuangan batin dan kemauan yang ingin mengalami konversi, dengan
kemauan yang kuat seseorang akan mampu mencapai puncaknya yaitu
dalam dirinya mengalami konversi. Hal ini dapat diikuti dari riwayat
hidup al-Ghazali yang mengalaminya, bahwa pekerjaan dan buku-buku
yang dikarang bukanlah datang dari keyakinan tapi datang dari
keinginan untuk mencari nama dan pangkat. Sejarah al-Ghazali dapat
9
dibagi menjadi tiga periode yaitu: Periode sebelum mengalami
kebimbangan, periode kebimbangan dan periode konversi agama.19
19
Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, 190.
10
batinnya, sehingga mengakibatkan kegoncangan yang berkecamuk
dalam bentuk perasaan gelisah, panik, putus asa, ragu, dan bimbang.
3. Masa Konversi
Konflik yang dihadapi mereda karena mulai adanya kemantapan
batin untuk memutuskan pilihan-pilihan yang berkaitan dengan agama.
Keputusan yang diambil menyebabkan adanya ketenangan dan
kesediaan menerima kondisi yang dialami.
4. Masa Tenang dan Tentram
Ketenangan yang dialami pada fase ini bukan disebabkan oleh
sikap apriori dan acuh tak acuh seperti pada fase pertama, tapi
ditimbulkan oleh kepuasan terhadap keputusan yang sudah diambil.
5. Masa Ekspresi Konversi
Ada upaya untuk menerima, tunduk, terhadap ajaran dan konsep
agama atau ajaran baru yang kemudian diselaraskan dengan sikap dan
perilaku sebagai bentuk penghayatan terhadap agama.20
Keputusan melakukan konversi agama merupakan keputusan besar
dengan konsekuensi yang besar pula. Peristiwa konversi agama tidak
hanya membawa konsekuensi personal tapi juga reaksi sosial yang
bermacammacam, terutama dari pihak keluarga dan komunitas terdekat.
Pada beberapa kasus konversi agama, penghentian dukungan secara
finansial, kekerasan secara fisik maupun psikis baik lewat pengacuhan,
cemoohan, pengucilan, bahkan sampai pengusiran oleh keluarga kerap
dialami oleh remaja yang melakukan perpindahan agama.21
Allah tidak memberikan ancaman duniawi bagi siapa pun yang
memeluk agama sesuai dengan kepercayaannya, apakah dia memeluk
agama Islam atau selain Islam. Begitu pula konversi agama atau berpindah
agama dari Islam kepada agama lainnya atau dari agama selain Islam
kepada agama Islam. Hak semua orang diberikan kebebasan untuk
20
Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), 268.
21
Endah S. dan B. Nova Yanti, Mengapa Aku Pilih Islam: Kumpulan Kisah para Muallaf (Jakarta:
PT. Intermasa, 1997), 48.
11
memiliki keyakinan masing-masing, tanpa harus dipaksakan dan tanpa
harus memaksa orang lain.
Proses yang senada diungkapkan oleh H. Carrier, yaitu:
1. Terjadi disintegrasi kognitif dan motivasi sebagai akibat krisis yang
dialami.
2. Reintegrasi kepribadian berdasarkan konsepsi yang baru. Dengan
adanya reintegrasi ini maka terciptalah kepribadian baru yang
berlawanan dengan struktur lama.
3. Tumbuh sikap menerima konsep agama yang baru serta peranan yang
dituntut oleh ajarannya.
4. Timbul kesadaran bahwa keadaan yang baru itu merupakan panggilan
yang suci, petunjuk Tuhan.22
Dua proses konversi di atas lebih menitikberatkan pada bentuk
konversi secara tiba-tiba atau mendadak. Memang banyak ditemui kasus,
bahwa seseorang tidak begitu saja langsung mengalami konversi, meski
pada akhirnya akan bermuara pada kehendak Allah atau mendapatkan
petunjuk Allah. Dalam proses konversi di atas, diawali dengan disintegrasi
atau konflik dalam diri seseorang. Kasus demikian biasanya banyak
dialami oleh seseorang pada masa dewasa, dimana seseorang
membutuhkan pegangan hidup yang abadi, yang akan menentramkan
jiwanya. Ia berusaha mencari makna hidup yang baik. 23 Setelah seseorang
mengalami konversi agama, ia akan mengalami kesadaran yang tinggi,
kalau boleh disebut, ia akan sampai pada kematangan beragama.
22
Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, 140.
23
Hanna Djumhanna, Meraih Hidup Bermakna (Jakarta: Yayasan Paramida, 1996), 113.
12
melahirkan terjadinya suatu tindakan konversi agama, sebagai konsekuensi
suatu pilihan rasional. Tetapi beberapa pengetahuan yang menurut
rasionalitas tertentu memiliki dasar yang rapuh, karena akan
mengakibakan masalah keberagamaan dalam masyarakat diantaranya
selain perilaku menyimpang yaitu konversi agama. Dampak sosial yang
terjadi dalam konversi agama, yaitu:
1. Dampak terhadap aqidah dan ibadah
Sebagai manusia yang beragama, harus memiliki dasar nilai-nilai
agama baik dari dimensi hubungan manusia dengan Tuhannya atau
hubungan antar sesama manusia. Dengan memiliki dasar nilai-nilai
agama tersebut dimaksudkan bahwa perilaku seseorang ada
hubungannya dengan masalah ibadah, dzikir dan memberi dorongan
kepada antar sesama umat beragama untuk mencari karunia Allah
SWT.24 Fenomena beragama merupakan perwujudan sikap dan
perilaku manusia yang menyangkut hal-hal yang dipandang suci,
keramat dan sakral. Ilmu pengetahuan sosial dengan metode
peralatannya dapat mengamati dengan cermat perilaku manusia itu,
sehingga menemukan segala unsur yang menjadi terjadinya perilaku
tersebut.25
Dilihat dari sudut sosiologis, agama mempunyai peranan yang
sangat penting dalam kehidupan di masyarakat. Dengan harapan
seseorang memperoleh kemudahan dalam bersosialisasi di dalam
lingkungan masyarakat maupun keluarga. Setiap ajaran agama,
seseorang dianjurkan berakhlak yang baik. Sebab akhlak merupakan
pondasi utama yang menjadi tumpuan membangun manusia. Orang
yang sudah memeluk suatu agama tertentu kemudian pindah ke agama
lain (konversi) menjadi lebih tekun untuk mempelajari agama dan
syari’at-syari’atnya. Dengan yakin agama yang dipeluknya dapat
menciptakan rasa kebahagiaan serta mempunyai rasa optimisme untuk
24
Abdul Wahab Kallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam (Bandung: Risalah, 1995), 139.
25
Ibid, 140.
13
mampu dalam menjalankan hidup. Dampak konversi dapat memberi
ketenangan dalam menyelesaikan masalah, berperilaku dan budi
pekerti dalam pergaulan, cara bertutur kata dan berpakaian.26
2. Dampak terhadap muamalah
Agama dalam kehidupan seseorang selain menjadi motivasi juga
merupakan harapan. Agama berpengaruh dalam mendorong seseorang
untuk melakukan suatu aktifitas, karena perbuatan yang dilakukan
dengan latar belakang keyakinan agama dinilai mempunyai ketaatan.
Keterkaitan ini akan memberi pengaruh diri seseorang untuk berbuat
sesuatu. Agama mendorong seseorang untuk berkreasi, berbuat
kebajikan maupun berkorban.
Ajaran agama yang sudah menjadi keyakinan mendalam akan
mendorong seseorang untuk mengejar tingkatan kehidupan yang lebih
baik. Pengalaman ajaran agama tercermin dari pribadi yang
berpartisipasi dalam peningkatan mutu kehidupan tanpa mengharapkan
imbalan yang berlebihan. Keyakinan akan balasan Tuhan terhadap
perbuatan baik telah mampu memberikan ganjaran batin yang akan
mempengaruhi seseorang untuk berbuat tanpa imbalan material.
Balasan Tuhan beberapa pahala bagi kehidupan hari akhirat lebih
didambakan oleh penganut agama yang taat.
Agama yang menjadi panutan seseorang jika diyakini dan dihayati
secara mendalam mampu memberikan suatu tatanan nilai moral dalam
sikap, nilai moral tersebut akan memberikan garis-garis pedoman
tingkah laku seseorang dalam bertindak, sesuai dengan ajaran agama
yang diakuinya. Segala bentuk perbuatan yang dilarang agama
dijauhinya dan selalu giat dalam menerapkan perintah agama, baik
dalam kehidupan pribadi maupun demi kepentingan orang banyak.
Dari tingkah laku dan sikap yang demikian tercermin suatu pola
26
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2001), 243.
14
tingkah laku yang etis. Penerapan agama lebih menjurus ke perbuatan
bernilai akhlak yang mulia dan bukan untuk kepentingan yang lain.
3. Dampak terhadap rumah tangga
Konversi agama dalam keluarga dapat membawa pengaruh yang
besar karena seseorang yang mengalami konversi agama, segala
bentuk kehidupan batinnya yang semula mempunyai pola tersendiri
berdasarkan pandangan hidup yang dianutnya (agama) maka setelah
mengalami konversi agama akan timbul gejala-gejala baru yang bisa
menjadikan seseorang tersebut mempunyai perasaan yang serba tidak
sempurna, yaitu rasa penyesalan diri, rasa berdosa, cemas terhadap
masa depan dan bisa menimbulkan tekanan batin karena disebabkan
oleh tidak diakuinya sebagai keluarga merasa tersingkir dari
lingkungan. Kondisi yang demikian itu secara psikologis kehidupan
batin seseorang menjadi kosong dan tidak berdaya sehingga mencari
perlindungan lain yang mampu memberinya kehidupan jiwa yang
tenang dan tentram.
Proses konversi agama yang dialami seseorang itu berjalan
menurut proses kejiwaan seseorang dalam usaha mencari ketenangan
batin. Orang-orang mengalami konversi agama baik orang dewasa maupun
remaja adalah gejala jiwa sebagai hasil interaksi sosial. Abdul Aziz
Ahyadi mengemukakan bahwa tingkah laku individu tidak terlepas dari
lingkungan hidupnya. Tingkah laku dapat dipandang sebagai interaksi
antar manusia dengan lingkungannya.
15
BAB III
KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
Daradjat, Zakiyah, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2005.
Endah, S. dan B. Nova Yanti, Mengapa Aku Pilih Islam: Kumpulan Kisah para
Muallaf, Jakarta: PT. Intermasa, 1997.
Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2001.
RI, Tim Penyusun Diknas, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 2001.
Spilka, Bernard, The Psychology of Religion, New Jersey: Prentice Hall, 1985.
17